You are on page 1of 19

BAB II

EVALUASI PENGAJARAN

A. Konsep Dasar Evaluasi


Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa
Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan
Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan
evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful
information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan
proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna
untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan
evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of
determining to what extent the educational objectives are actually being
realized. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation
is an observed value compared to some standard.
Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk
mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan
pengolahan data.
Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah
proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara
pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah
tujuan pembelajaran.
Didalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni
pengukuran, assessment dan evaluasi.
Pengukuran atau measurement merupakan seatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas suatu yang bersifat numeric. Pengukuran lebih bersifat

3
kuantitatif, bahkan merupakan instrument untuk melakukan penilaian. Unsur
pokok dalam kegiatan pengukuran ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan pengukuran
2. Ada objek ukur
3. Alat ukur
4. Proses pengukuran
5. Hasil pengukuran kuantitatif.
Sementara, pengertian asesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur
dan mengadakan estimas terhadap hasil pengukuran atau membanding-
bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Sedangkan
evaluasi secara etimologi, berasal dari bahasa Inggris evaluation, yang berarti
value, yang secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian.
Namun, dari sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan,
yakni :
a. Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.
b. Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah
berdasarkan atas tujuan yang jelas.
c. Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran
untuk keperluan pengambilan keputusan.
Demikian juga dengan Michael Seriven (1969) menyatakan evaluation is an
observer value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir
menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh
dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian diatas, maka dapat
diketahui bahwa perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam
hal jawaban terhadap pertanyaan “what value” untuk evaluasi dan “how much”
untuk pengukuran. Adapun assessment berada diantara kegiatan pengukuran
dan evaluasi. Artinya bahwa sebelum melakukan assessment ataupun evaluasi
lebih dahulu dilakukan pengukuran.

4
Sekalipun makna dari ke tiga istilah (measurement, assessment, evaluation)
secara teoritik defenisinya berbeda, namun dalam kegiatan pembelajaran
terkadang sulit untuk membedakan dan memisahkan batasan antara ketiganya.
Dan evaluasi pada umumnya diawali dengan kegiatan pengukuran
(measurement) serta pembandingan (assessment).
Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses
pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan
terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi
kehidupan peserta didik. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau
kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam
pembelajaran.Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil
belajar, inteligensi, bakat khusus, minat, hubungan social, sikap dan kepribadian
siswa atau peserta didik. Adapun langkah – langkah pokok dalam penilaian
secara umum terdiri dari :
1. Perencanaan
2. Pengumpulan data
3. Verifikasi data.
4. Analisis data
5. Interpretasi data
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,
bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pembelajar atau learner
telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan / kompetensi
dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses
dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak
didik melalui program kegiatan belajar.

5
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam
dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan
Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris.
Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
Tujuan pelaksanaan evaluasi adalah :
1. Mendeskripsikan kemampuan siswa
2. Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
3. Untuk mengetahui efektifitas metode pemelajaran.
4. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian.
5. Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.
6. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
7. memberikan pertanggung jawaban (accountability)
Sejalan dengan tujuan evaluasi di atas, evaluasi yang dilakukan juga
memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi:
1. Selektif
2. Diagnostik
3. Penempatan
4. Pengukur keberhasilan
Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution, fungsi - fungsi dari evaluasi
pembelajaran, yaitu :
1. Remedial
2. Umpan balik
3. Memotivasi dan membimbing anak
4. Perbaikan kurikulum dan Program pendidikan

6
5. Pengembangan ilmu.
Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam
pembelajaran, yaitu :
1. Memahami sesuatu : mahasiswa (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan
prasarana, dan kondisi dosen
2. Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan “masalah”, dll
3. Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM.

B. Kriteria dan Pencatatan Hasil Belajar


Kriteria keberhasilan pembelajaran adalah ketuntasan pencapaian hasil
belajar atau penguasaan kompetensi yang direncanakan dapat dicapai oleh
setiap mahasiswa; selanjutnya dapat ditentukan tindak lanjutnya.
Kriteria erat kaitannya dengan penilaian, yang ditekankan pada penentuan nilai
suatu obyek yang dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa
penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan
ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya
yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) “The assignment of one
or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain
established rules”.

C. Pendekatan dan Cara Evaluasi Belajar


Ada dua jenis pendekatan penilaian yang dapat digunakan untuk
menafsirkan sekor menjadi nilai. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses,
standar dan juga akan menghasilkan nilai yang berbeda. Karena itulah
pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi penting.
Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan
Acuan Patokan (PAP).
Sejalan dengan uraian di atas, Glaser (1963) yang dikutip oleh W. James
Popham menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah

7
pada dua perbedaan tujuan substansial, yaitu pengukuran acuan norma (NRM)
yang berusaha menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan kriteria (CRM)
yang berusaha menetapkan status absolut. Sejalan dengan pendapat Glaser,
Wiersma menyatakan norm-referenced interpretation is a relative
interpretation based on an individual’s position with respect to some group.
Glaser menggunakan konsep pengukuran acuan norma (Norm Reference
Measurement / NRM) untuk menggambarkan tes prestasi siswa dengan
menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif siswa. Sedangkan
untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan / ketidaktuntasan absolut
siswa atas perilaku spesifik, menggunakan konsep pengukuran acuan kriteria
(Criterion Reference Measurement).

1. Penilaian Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT)


Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku
siswa yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau
standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang
performan peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan
tersebut dibandingkan dengan performan yang lain. Dengan kata lain tes acuan
kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan
dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan baik.
Pada pendekatan acuan patokan, standar performan yang digunakan
adalah standar absolut. Semiawan menyebutnya sebagai standar mutu yang
mutlak. Criterion-referenced interpretation is an absolut rather than relative
interpetation, referenced to a defined body of learner behaviors. Dalam standar
ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada sekor-sekor yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A
atau B, seorang siswa harus mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas
yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh
siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar

8
absolut adalah sekor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka
terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah akan sangat mungkin
para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut
terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat nilai A atau
B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan
memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya.
Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan
pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan
batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam
bentuk rentang skor berikut:
Rentang Skor Nilai
80% s.d. 100% A
70% s.d. 79% B
60% s.d. 69% C
45% s.d. 59% D
< 44% E / Tidak lulus
2. Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT)
Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan
komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes
acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam
hubungannya dengan performans kelompok peserta yang lain yang telah
mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain yang mendasar antara
pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar
performan yang digunakan.
Pada pendekatan acuan norma standar performan yang digunakan bersifat
relatif. Artinya tingkat performan seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada
posisi relatif dalam kelompoknya; Tinggi rendahnya performan seorang siswa
sangat bergantung pada kondisi performan kelompoknya. Dengan kata lain
standar pengukuran yang digunakan ialah norma kelompok. Salah satu

9
keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan sekor (performan) siswa
dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti. Kekurangan dari
penggunaan standar relatif diantaranya adalah (1) dianggap tidak adil, karena
bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki sekor yang tinggi, harus
berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi untuk mendapatkan nilai A atau
B. Situasi seperti ini menjadi baik bagi motivasi beberapa siswa. (2) standar
relatif membuat terjadinya persaingan yang kurang sehat diantara para siswa,
karena pada saat seorang atau sekelompok siswa mendapat nilai A akan
mengurangi kesempatan pada yang lain untuk mendapatkannya.
Contoh:
a. Satu kelompok peserta tes terdiri dari 9 orang mendapat skor mentah:
6. 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30
Dengan menggunakan pendekatan PAN, maka peserta tes yang mendapat skor
tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10, sedangkan mereka
yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional,
yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.
Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu
persentase jawaban benar. Kemudian kepada persentase tertinggi diberikan nilai
tertinggi.
b. Sekelompok mahasiswa terdiri dari 40 orang dalam satu ujian mendapat
nilai mentah sebagai berikut:
55 43 39 38 37 35 34 32
52 43 40 37 36 35 34 30
49 43 40 37 36 35 34 28
48 42 40 37 35 34 33 22
46 39 38 37 36 34 32 21

D. Penyusunan Alat Evaluasi

10
Instrumen evaluasi proses pembelajaran untuk memperoleh informasi deskriptif
dan/atau informasi judgemental dapat berwujud :
1. Lembar pengamatan untuk mengumpulkan informasi tentang kegiatan
belajar mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh
dosen dapat digunakan oleh dosen sendiri atau oleh mahasiswa untuk
saling mengamati, dan
2. Kuesioner yang harus dijawab oleh mahasiswa berkenaan dengan strategi
pembelajaran yang dilaksanakan dosen, metode dan media pembelajaran
yang digunakan oleh dosen, minat, persepsi maha-siswa tentang
pembelajaran untuk suatu materi pokok sajian yang telah terlaksana.
Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif
dan/atau informasi judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test.
Tes dapat berbentuk obyektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk
lembar pengamatan atau kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk jawaban
singkat, benarsalah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi :
biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel.
Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subyektif dapat berbentuk tes
uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan
instrumen tes atau nontes, dosen harus mengacu pada pedoman penyusunan
masing-masing jenis dan bentuk tes atau non tes agar instrumen yang disusun
memenuhi syarat instrumen. yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang
baik, yaitu valid (sah) dan reliable (dapat dipercaya).
Didalam buku dasar –dasar evaluasi belajar menambahkan persyaratan lainnya
yaitu :
a. Objektivitas
b. Praktibilitas
c. Ekonomis
Secara garis besar, bentuk-bentuk evaluasi terdiri dari 2 macam yaitu :
1. Bentuk objektif

11
Tes objektif yaitu tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai secara
lugas (seadanya). Tes objektif terdiri dari :
a. Tes Benar-Salah
Tes ini berbentuk pernyataan yang jawabannya hanya 2 macam yaitu
“B” jika pernyataan tersebut benar dan “S” jika pernyataan tersebu
salah.
b. Tes Pilihan Berganda
Tes ini berbentuk pilihan berganda biasanya berupa pernyataan yang
dapat dijawab dengan memilih salah satu dari empat atau lima
alternative jawaban yang dilakukan dengna penyilangan.
c. Tes Mencocokkan (menojodohkan)
Tes ini ebrbentuk pencarian pasangan dari susunan dalam 2 daftar
yang amsing-masing memuat kata, istilah, atau kalimat yang
diletakkan bersebelahan.
d. Tes Isian
Tes ini berentuk pengisian pada bagian tertentu (istilah atau nama
tetentu) dalam cerita atau karangan pendek yang pada bagian tertentu
tersebut dikosongkan atau menemukan istilah atau nama tertentu yang
dikosongkan dalam suatu cerita atau karangan pendek.
e. Tes Perlengkapan (melengkapi)
Tes ini hampir sama dengan tes isian, bedanya terletak pada kalimat -
kalimat yang digunakan sebagai isntrumen yang masing-masing
berdiri sendiri.
2. Bentuk Subjektif
Tes subjektif yaitu tes yang jawabannya tidak ternilai dengan skor atau
angka yang pasti. Hal ini terjadi karena banyaknya ragam gaya jawaban
yang diserikan oleh para siswa. Instrument tes ini dalam bentuk essay
examination. Yakni soal ujian yangmengharuskan menjawab setiap
pertanyaan denganc ara menguraikan atau dalam bentuk karangan bebas.

12
Keunggulan bentuk tes ini adalah :
1. Tidak hanya mampu mengungkapkan hasil jawaban siswa, tetapi juga
cara atau jalan yang ditempuh untuk memeperoleh jawanban itu.
2. Dapat mendorong siswa untuk berfikir kreatif, kritis, bebas mandiri
tanpa melupakan tanggung jawab.

E. Prinsip, Metode dan Langkah Evaluasi


a. Prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1. Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat
penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. patokan : Kurikulum/silabi.
2. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3. Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya
komprehensif.
4. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah:
1. Penilaian hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran yang komprehensif.
2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading)
3. Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan
PAN).
4. Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar
mengajar.
5. Penilaian harus bersifat komparabel.
6. Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru.
Prinsip evaluasi antara lain :
- Keterpaduan : evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan
antara tujuan instruksional pengajaran, materi dan metode pengajaran.

13
- Keterlibatan peserta didik : suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan
peserta didik dalam evaluasi bukan alternative, tapi kebutuhan mutlak.
- Koherensi : evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah
dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak
diukur.
- Pedagogic : perlunya tool penilai dari aspek pedagogic untuk melihat
perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi
mampu menjadi motivator bagi diri siswa.
- Akuntabel : hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan
pertanggungjawaban.

b. Metode Evaluasi
Antara lain :
1. Teknik non tes, meliputi :
- Skala bertingkat (rating scale) : menggambarkan suatu nilai dalam bentuk
angka. Angka diberikan secara bertingkat dari angka terendah hingga
angka tertinggi, kemudian dibandingakan terhadap angka yang lain.
- Kuesioner : daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori.
Kuesioner terbagi 2 yaitu : kuesioner langsung dan tidak langsung.
Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang
yang diminta jawabannya.
Kuesioner tidak langsung dijawab oleh orangs ecara tidak langsung
dnegna menggambarkan contoh.
- Daftar cocok : sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan
kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda
silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang dia anggap sesuai.
- Wawancara : suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan
pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak
digali. Terbagi dalam 2 kategori :

14
 Wawancara bebas : sipenjawab (responden) diperkenankan
untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang
ia ketahui.
 Wawancara terpimpin : dimana pewawancara telah
menyusun pertanyaan - pertanyaan terlebih dahulu mengenai
hal yang diperlukan saja.
- Pengamatan (observasi) : suatu tekhnik yang dilakukan dengan
mengamati dan mencatat sistematik secara sistematik apa yang tampak
dan terlihat sebenarnya. Terdiri dari 2 macam :
 Observasi partisipan : pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok
yang diamati,
 Observasi sistematik : pengamat tidak terlibat dalam kelompok
yang diamati.
- Riwayat hidup
Evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi
mengenai objke evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
2. Teknik Tes.
Terdapat 3 macam tes yaitu :
1. Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan
suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang
direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi
formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih
berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai
kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative
evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its
developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its
effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai
15
seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan
tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student
progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam
evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam
rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan
dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan
mengacu pada tingkat kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan dengan
memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang
diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan kemampuan yang
dimiliki siswa. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil
evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa
yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan
yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum
berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan
kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan
tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik
berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan
diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan
pendalaman dari topik yang telah dibahas.
2. Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan
waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah
dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif
sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang
meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu
semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3. Diagnostik

16
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui
kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga
dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan
dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir
pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input.
Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan
awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap
proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana
yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan
secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir
evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh
materi yang telah dipelajarinya.
Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif
Ditinjau Tes Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif
dari
Fungsinya mengelompok Umpan balik Memberi
kan siswa bagi siswa, tanda telah
berdasarkan guru maupun mengikuti
kemampuannya program untuk suatu
menentukan menilai program, dan
kesulitan belajar pelaksanaan menentukan
yang dialami suatu unit posisi
program kemampuan
siswa
dibandingkan
dengan
anggota
kelompoknya
cara memilih tiap- Mengukur Mengukur tujuan

17
memilih tiap semua tujuan instruksional
tujuan keterampilan instruksional umum
yang prasarat khusus
dievaluasi memilih
tujuan setiap
program
pembelajaran
secara
berimbang
memilih yang
berhubungan
dengan tingkah
laku fisik,
mental dan
perasaan
Skoring menggunakan menggunak menggunak
(cara standar mutlak an standar an standar
menyekor dan relatif mutlak relatif
)

c. Langkah Evaluasi
Langkah – langkah dalm melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara
umum adalah :
1. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi,
tujuan evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak
dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indicator, data apa
saja yang hendak digali,dsb).

18
2. Pengumpulan data (test, observasi, kuesioner, dsb sesuai dengan tujuan).
3. Verifikasi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
4. Pengolahan data (memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau
kuantitatif, statistic atau non statistic, parametric atau non parametric,
manual atau dengan software, mis : SPSS).
5. Penafsiran data (dirafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengna
uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa, dan jika diterima
mengapa, dan berapa taraf signifikannya?). interpretasikan data tersebut
secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak
hubungan sebab akibat, apabila hubungna sebab-akibat tersebut muncul
maka akan lahir alternative yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

19
BAB III
PENUTUP

Demikian makalah tentang kepribadian perawat Indonesia ini disusun


dengan bentuk yang sederhana, tentunya dengan harapan mudah dimengerti dan
dipahami sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan etika dan moral seorang
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien, sehingga bias
menjadi pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan khususnya dilingkungan
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat
atau mahasiswa perguruan tinggi pada umumnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung tersusunnya
makalah kepribadian perawat Indonesia, saya ucapkan banyak terima kasih,
semoga bermanfaat.

20
21

You might also like