You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH

(ISK)

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi/ Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa
disertai gejala. (Smeltzer & Bare, 2002, 1428)
Tempat yang paling sering mengalami infeksi biasanya adalah kandung
kemih (sistitis), uretra (uretritis), prostat (prostatitis) dan ginjal (pielonefritis).
Normalnya traktus urinarius diatas uretra adalah steril.

2. Epidemiologi/ Insiden kasus


Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari
semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan
tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka
populasi umur, kurang lebih 5 – 15 %. Anak wanita dan wanita dewasa
mempunyai insiden infeksi saluran kemih yang lebih tinggi dibandingkan pria.
halTingkat infeksi untuk wanita dikalangan usia sekolah kira-kira 1% dan 4%
pada usia masa subur.
ISK lebih sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya karena
kedekatan jarak anus dengan meatus uretra dan uretra wanita lebih pendek
sehingga bakteri kontaminan lebih mudah masuk ke kandung kemih. (Potter &
Perry, 2005,1687)
Faktor lain adalah kecenderungan wanita menahan miksi, serta iritasi kulit
lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin. Uterus pada wanita juga dapat
menghambat aliran urine pada keadaan tertentu.
David S Howes, MD (University of Chicago, 2005) memperkirakan sekitar
20% wanita mengalami masalah saluran kemih selama hidupnya.
3. Penyebab ISK
Organisme penyebab ISK yang paling sering ditemukan adalah :
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
(ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik
anatomik maupun fungsional normal. ISK sederhana ini terutama mengenai
penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung
kemih)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated.
(ISK yang sering menimbulkan masalah karena kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakteriemia, sepsis dan shock.)
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci,
d. Virus dan jamur
Organisme tersebut dapat mencapai kandung kemih melalui uretra dan dapat pula
merambat keatas melalui ureter sampai keginjal.

4. Factor predisposisi dalam perkembangan ISK:


a. Obstruksi saluran kemih : Batu saluran kemih, hipertrofi prostat, tumor.
b. Refluks vesikoureter : congenital, disfungsi neuropathy, striktur,
tuberculosis saluran kemih.
c. Penyakit kronis : Diabetes Melitus, Gout, penyakit ginjal.
d. Iatrogenic : keteterisasi, nefrostomi, sistokopi
e. Kehamilan
f. PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.

5. Patofisiologi terjadinya ISK secara umum :


Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui meatus uretra bisa
karena terkontaminasi dengan feses, kateterisasi, sistoskopi maupun berasal dari
infeksi darah dan limfe yang terinfeksi mikroorganisme). Pada normalanya
kandung kemih mampu membersihkan dirinya dari sejumlah besar bakteri dalam
2 hari sejak masuknya bakteri kedalam kandung kemih. Akan tetapi infeksi dapat
terjadi karena bakteri mencapai kandung kemih, melekat pada mukosa dan
mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan
kandung kemih.
Distensi kandung kemih mengurangi aliran darah ke lapisan mukosa dan
submukosa sehingga jaringan menjadi lebih rentan terhadap bakteri. Urine yang
tersisa didalam kandung kemih menjadi lebih basa sehingga kandung kemih
merupakan tempat yang yang ideal untuk pertumbuhan organisme. Kolonisasi
organisme tersebut mengiritasi dan menimbulkan peradangan pada mukosa yang
selanjutnya menyebar ke sistem urinarius.
Bila jaringan yang mengalami inflamasi dialiri urine maka akan
menimbulkan nyeri dan ras terbakar selama berkemih.demam, menggigil, mual,
muntah serta kelemahan terjadi ketika infeksi memburuk. Kandung kemih yang
teriritasi menyebabkan timbulnya sensasi ingin berkemih yang mendesak dan
sering. Iritasi pada kandung kemih dan uretra yang sering menyebabkan darah
bercampur dalam urine.
Ketika infeksi tidak teratasi dan menetap akan menyebar ke traktus urinarius
bagian atas (ginjal) yang mengiritasi jaringan-jaringan ginjal yang terjadi secara
berulang yang kemudian akan menimbulkan jaringan parut pada ginjal. Adanya
obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses.
Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut ginjal, batu, neoplasma, dan
hipertrofi prostate.

6. Klasifikasi ISK
ISK secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Infeksi saluran kemih bawah
( sistitis, uretritis dan prostatitis)
1. Uretritis
Merupakan suatu inflamasi pada uretra, kuman penyebab tersering adalah
kuman gonorrhoe atau kuman lain yang biasanya terjadi karena infeksi
asending. (Smeltzer & Bare, 2002, 1436)
2. Sistitis dan Prostatitis
Merupakan peradangan pada Vesika urinaria. Pada wanita menginfeksi
uretra distal veriko urinaria dinamakan Sistitis sedangkan pada pria
menginfeksi bagian prostat dan vesika urinaria yang disebut Prostatitis.
(Smeltzer & Bare, 2002, 1432)
Patofisiologi :
Sistitis dapat disebabkan infeksi asending dari uretra, aliran balik
urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluk uretrovesikal),
kontaminasi fekal. Bagian distal uretra dikolonisasi oleh bakteri yang
dapat masuk ke mukosa uretra akan menyebabkan organisme melekat dan
berkolonisasi di periuretral kemudian masuk ke dalam kandung kemih.
Terjadinya urine statis karena pengosongan yang tidak sempurna dari
kandung kemih, batu ginjal, obstruksi akan memberi kesempatan yang
besar bagi bakteri untuk tumbuh dan dengan media yang lebih alkalis akan
menyuburkan pertumbuhan dan multiplikasi.
Pecahnya integritas jaringan akibat erosi oleh ujung kateter / oleh
pinggir batu memungkinkan bakteri masuk menyerang jaringan dan
menyebabkan infeksi. Sistitis dapat dibagi menjadi dua yaitu sistitis akut
dan kronis. Sistitis kronis dapat terjadi karena pengobatan sistitis akut
yang tidak sempurna maupun infeksi berulang yang menetap.
Gejala Klinis:
 Dysuria (panas dan nyeri pada saat berkemih),
 urgency,
 polakisuria,
 nokturia,
 nyeri /spasme pada area kandung kemih dan supra pubis,
 urine keruh,
 pada pemeriksaan urine ditemukan adanya eritrosit, leukosit, dan
bakteri dalam urine.

b. Infeksi saluran kemih atas


( Ureteritis, Pyelonefritis)
1. Ureteritis
Suatu peradangan pada ureter. Penyebab Adanya infeksi pada ginjal
maupun kandung kemih. Aliran urine dari ginjal ke buli-buli dapat
terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding ureter menyebabkan
striktura dan hydronephrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak, dan
mengganggu peristaltik ureter.
2. Pyelonefritis
Inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena
adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang
dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini
dapat mengenai parenkim maupun renal pelvis (pyelum=piala ginjal) dan
bakteri menyebar melalui limfatik.
Penyebab:
a. Kuman Escericia Coli ( bakteri yang paling sering)
b. Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis
c. Abnormalitas struktur ( striktur, anomalia ketidaksempurnaan
hubungan ureterovesikalis)
d. Gangguan inervasi kandung kemih
e. Penyakit kronis : DM, Gout, Penyakit ginjal
Patofisiologi:
Pyelonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis. Pielonefritis
akut disebabkan oleh infeksi bakteri yang menjalar dari saluran kemih
bagian bawah keatas ginjal. Hal ini dapat mempengaruhi fungsi ginjal
walaupun jarang menyebabkan kegagalan ginjal. Pyelonefritis kronis dapat
terjadi dari infeksi bakteri dan juga factor lain seperti refluks urine dan
obstruksi saluran kemih. Pielonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal
untuk selamanya akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya
jaringan parut.
Gejala klinis:
Pielonefritis akut :
 Demam dan menggigil,
 Nyeri pinggang,
 Nyeri tekan pada sudut kostovertebral (CVA),
 Leukositosis, bakteri, leukosit, dan eritrosit dalam urine,
 Gejala ISK bawah seperti dysuria dan sering berkemih umumnya
terjadi kadang disertai dengan mual dan muntah akibat reflek reno
intestinal.
 Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
Pielonefritis kronis :
 Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak
mempunyai gejala yang spesifik.
 Adanya keletihan.
 Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
 Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,
proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
 Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami
gagal ginjal.
 Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
 Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka
pada jaringan.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi daerah meatus (Pengkajian sekret, warna, jumlah, bau dan kejernihan
urine)
b. Palpasi kandung Kemih (V U)
c. Perkusi daerah costovertebralis untuk mengkaji nyeri tekan panggul

8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


a. Urinalisis
Memperlihatkan adanya bakteriuria, sel darah putih (leukosit), dan endapan
sel darah merah (eritrosit). Dimana Leukosuria atau piuria merupakan salah
satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif (+) bila terdapat > 5 leukosit/lpb (lapang pandang besar)
sedimen air kemih
Hematuria positif (+) bila terdapat 5-10 eritrosit/lpb sediment air kemih.
Hematuria bias disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik (102 – 103
organisme koliform/mL urin (+) piuria)
2) Hitung koloni bila terdapat sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
c. Metode Tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat).
Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria.
Tes Griess positif : terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal
menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): untuk mengetahui apakah terdapat
organisme menular secara seksual misalnya pada Uretritia akut akibat
organisme menular secara seksual (Klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate.
4) Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.

9. Diagnosis / Kreteria Diagnosis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya jumlah bakteri yang bermakna dalam
urin yang seharusnya steril dengan atau tanpa disertai piuria.

10. Therapy
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek
minimal terhaap flora fekal dan vagina.
a. Terapi tanpa obat pada ISK : Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai
kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra,
untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces
b. Terapi antibiotik idealnya harus dapat ditoleransi dengan baik, mencapai
konsentrasi tinggi dalam urin dan mempunyai spektrum aktivitas terhadap
mikroorganisme penyebab infeksi. Pemilihan antibiotik untuk pengobatan
didasarkan pada tingkat keparahan, tempat terjadinya infeksi dan jenis
mikroorganisme yang menginfeksi.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat dibedakan atas:
- Terapi antibiotika dosis tunggal
- Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
- Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
- Terapi dosis rendah untuk supresi
c. Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi,
factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera
ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis
rendah.
d. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap
bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat yang berkelanjutan perlu dipikirkan kemungkinan adanya:
 Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
 Interansi obat
 Efek samping obat
 Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya
melalui ginjal seperti efek nefrotosik obat dan Efek toksisitas obat

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian ( Assesment )
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat
menyeluruh, meliputi :
Identitas klien
Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, jantung.
Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
Diantaranya:
a. Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
b. Adakah disuria?
c. Adakah bau urine yang menyengat?
d. Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
e. Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
f. Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas
g. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
Riwayat psikososial:
1) Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
2) Persepsi terhadap kondisi penyakit
3) Mekanisme koping dan system pendukung
4) Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
a. Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
b. Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
Misalkan dari hasil pengkajian diatas data pasien yang didapat yaitu
a. Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri saat berkemih
Pasien mengeluh sakit pinggang
Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah
Pasien merasa tidak puas saat berkemih seperti belum keluar semua.
Kencing mengeden
Mengompol
b. Data objektif
Wajah pasien tampak meringis
Pasien berkemih kurang dari normal (< 1 – 2 L/hari)
Kelainan Kongenital Obstruksi & gangguan Mikroorganisme Kurang
warna (keabu-abuan), dengan bau menyengat.
Neurogenik , kateterisasi Pengetahuan
Adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri dalam urine.
Suhu aksila : 370 C
↓ fungsi kutub Kelainan Reflek pengaliran ISK bawah kurang
2. Diagnosa Keperawatan ( Nursing
uretrovesikuler Diagnosis)
tidak lancar personal hygine
anatomi
Pohon masalah Peny kronis
DM, peny
ginjal
Ureter Urine Statis di Uretra
sempit V.U.

Penimbunan cairan & Infeksi


kuman
(Ginjal)

Aliran Balik
Obstruksi

Perkembangan kuman ↑
Jaringa parut

Distensi, Nyeri
ISK pinggang

Respon peradangan Reflek Nyeri Akut

renointestin

Rasa sakit dan Terjadi


panas pd peradangan pd Mual Muntah Anoreksia
simpisis, mukosa
Dysuria

Kandung kemih Perubahan


tidak kuat Nutrisi kurang dr
Nyeri Akut menampung urine kebutuhan

Polakisuria
urgency

Kerusakan
eleminasi urin
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan prioritas

a) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos skunder
terhadap infeksi ditandai dengan:
 mengeluh nyeri/sakit pada pigngang, wajah tampak meringis,
 Ada tendernes pada daerah costovertebra.
 Disuria
 Wajah tampak meringis
 Suhu aksila 370C
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
ditandai dengan:
 Mual (+),
 Muntah (+),
 Tidak ada nafsu makan, makan 3 X ½ porsi per hari
c) Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi traktus urinaria. Ditandai
dengan:
 Urine warna (keabu-abuan), dengan bau menyengat.
 Adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri dalam urine.
 Pasien berkemih kurang dari normal (< 1 – 2 L/hari)
d) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Ditandai dengan:
Tidak mampu menyebutkan dan menjelaskan penyebab ISK serta cara
pencegahannya

3. Rencana tindakan

Rencana tindakan keperawatan tanggal:…………….

Diagnosa keperawatan Rencana tujuan Rencana tindakan Rasional


1. Nyeri akut Setelah diberikan Kaji tingkat nyeri Penting untuk menentukan
berhubungan tindakan perawatan perhatikan lokasi intervensi yang cocok dan
dengan inflamasi selama …X….. jam intensitas dan mengevaluasi keefektifan
dan spasme otot diharapkan rasa penyebaran dari terapi yang diberikan
polos skunder nyeri hilang dengan
Dorong penggunaan Untuk menghilangkan
terhadap infeksi kriteria tidak
teknik relaksasi, ketegangan dan
ditandai dengan: melaporkan nyeri,
perubahan posisi meningkatkan relaksasi
- mengeluh tidak meringis,
otot.
nyeri/sakit pada
pigngang, wajah Akan meningkatkan
Berikan kompres
tampak sirkulasi pada otot dan
hangat pada daerah
meringis, mengurangi ketegangan
yang nyeri
- Ada tendernes
pada daerah
costovertebra. Karena respon otonomi
Pantau tanda vital
- Disuria pada nyeri akut yaitu
- Wajah tampak tekanan darah meningkat,
meringis nadi menigngkat

Untuk menurunkan atau


Kolaborasi berikan
mengontrol rasa nyeri
obat analgetik sesuai
indikasi

Kolaborasi berikan Karena dapat mengubah /


antiperetik menurunkan pemasukan
dan memerlukan
intervensi.
Kaji adanya mual
2 Perubahan nutrisi Setelah diberikan Untuk mengurangi
dan muntah
kurang dari tindakan perawatan rangsangan pada pusat
kebutuhan selama …. x … jam muntah
berhubungan diharapkan
Hindarkan pasien Untuk mengidentifikasi
dengan anoreksia kebutuhan nutrisi
dari bau yang tidak kekurangan nutrisi/
ditandai dengan tubuh terpenuhi
menyenangkan. kebutuhan
mual (+), muntah dengan kriteria
(+), tidak ada nafsu mual/muntah (-), Catat pemasukan diet Membantu mencegah
makan nafsu makan baik, distensi gaster dan
berat badan stabil ketidaknyamanan serta
(naik), makan 3 X ½ meningkatkan pemasukan.
porsi per hari
Berikan makan Agar mulut bersih dan
sedikit dan sering meningkatkan rasa serta
membantu nafsu makan
yang baik.
Jaga oral hygiene
Untuk mengawasi
lakukan perawatan
penurunan BB dan
mulut setelah muntah
keefektifan program diet.
Timbang BB setelah
2 hari

Dengan minum cairan (air)


3, Kerusakan eliminasi Setelah diberikan Pasien minum bebas
mendukung aliran darah
urin berhubungan asuhan keperawatan sejumlah cairan (air)
renal dan untuk membilas
dengan infeksi traktus selama …X… jam
bakteri dari traktus
urinaria. Ditandai diharapkan pasien
urinarius.
dengan dapat berkemih
- Urine warna (keabu- normal, dengan Pasien dianjurkan
Untuk mengosongkan
abuan), dengan bau kreteria hasil: untuk sering
-Urine tidak berkemih setiap kandung kemih, karena hal
menyengat. 2
ini secara signifikan
- Adanya eritrosit, berwarna keabu- dan 3 jam.
leukosit, dan bakteri abuan, dengan bau menurunkan jumlah bakteri
dalam urine. khas dalam urine, mengurangi
- Pasien berkemih - Tidak terdapat statis urine dan mencegah
kurang dari normal (<1– eritrosit, leukosit, kekambuhan infeksi.
2 L/hari) dan bakteri dalam
urine.
- Pasien berkemih
normal (< 1 – 2
L/hari)

4. Evaluasi
Evaluasi tindakan keperawatan tanggal:……………..

1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos skunder terhadap
infeksi
S: Px melaporkan nyeri atau sakit pada pinggang berkurang dan sewaktu kencing
tidak sakit
O: wajah tidak meringis, tidak Ada tendernes pada daerah costovertebra
A: Tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
S: Px melaporkan nafsu makan meningkat, mual (+), muntah 1x
O: Berat badan stabil , makan 3X ½ porsi per hari,
A: Tujuan tercapai sebagian
P: lanjutkan intervensi
3. Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi traktus urinaria.
S: Px melaporkan berkemih kurang lebih 1-2 L/hari
O: Urine warna normal dengan bau khas, tidak Ada eritrosit, leukosit, dan bakteri
dalam urine
A: Tujuan tercapai
P: pertahankan kondisi

Daftar Pustaka :

1. Smeltzer & Bare. 2001. “Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &
Suddarth”. Edisi 8. Vol 2. Jakarta : EGC.
2. Potter & Perry. 2005. “ Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik”.
Edisi 4. Vol 2. Jakarta. EGC
3. Carpenito, Linda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
4. Price, Sylvia, Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
5. Situs Internet.

You might also like