Professional Documents
Culture Documents
(ISK)
6. Klasifikasi ISK
ISK secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Infeksi saluran kemih bawah
( sistitis, uretritis dan prostatitis)
1. Uretritis
Merupakan suatu inflamasi pada uretra, kuman penyebab tersering adalah
kuman gonorrhoe atau kuman lain yang biasanya terjadi karena infeksi
asending. (Smeltzer & Bare, 2002, 1436)
2. Sistitis dan Prostatitis
Merupakan peradangan pada Vesika urinaria. Pada wanita menginfeksi
uretra distal veriko urinaria dinamakan Sistitis sedangkan pada pria
menginfeksi bagian prostat dan vesika urinaria yang disebut Prostatitis.
(Smeltzer & Bare, 2002, 1432)
Patofisiologi :
Sistitis dapat disebabkan infeksi asending dari uretra, aliran balik
urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluk uretrovesikal),
kontaminasi fekal. Bagian distal uretra dikolonisasi oleh bakteri yang
dapat masuk ke mukosa uretra akan menyebabkan organisme melekat dan
berkolonisasi di periuretral kemudian masuk ke dalam kandung kemih.
Terjadinya urine statis karena pengosongan yang tidak sempurna dari
kandung kemih, batu ginjal, obstruksi akan memberi kesempatan yang
besar bagi bakteri untuk tumbuh dan dengan media yang lebih alkalis akan
menyuburkan pertumbuhan dan multiplikasi.
Pecahnya integritas jaringan akibat erosi oleh ujung kateter / oleh
pinggir batu memungkinkan bakteri masuk menyerang jaringan dan
menyebabkan infeksi. Sistitis dapat dibagi menjadi dua yaitu sistitis akut
dan kronis. Sistitis kronis dapat terjadi karena pengobatan sistitis akut
yang tidak sempurna maupun infeksi berulang yang menetap.
Gejala Klinis:
Dysuria (panas dan nyeri pada saat berkemih),
urgency,
polakisuria,
nokturia,
nyeri /spasme pada area kandung kemih dan supra pubis,
urine keruh,
pada pemeriksaan urine ditemukan adanya eritrosit, leukosit, dan
bakteri dalam urine.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi daerah meatus (Pengkajian sekret, warna, jumlah, bau dan kejernihan
urine)
b. Palpasi kandung Kemih (V U)
c. Perkusi daerah costovertebralis untuk mengkaji nyeri tekan panggul
10. Therapy
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek
minimal terhaap flora fekal dan vagina.
a. Terapi tanpa obat pada ISK : Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai
kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra,
untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces
b. Terapi antibiotik idealnya harus dapat ditoleransi dengan baik, mencapai
konsentrasi tinggi dalam urin dan mempunyai spektrum aktivitas terhadap
mikroorganisme penyebab infeksi. Pemilihan antibiotik untuk pengobatan
didasarkan pada tingkat keparahan, tempat terjadinya infeksi dan jenis
mikroorganisme yang menginfeksi.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat dibedakan atas:
- Terapi antibiotika dosis tunggal
- Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
- Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
- Terapi dosis rendah untuk supresi
c. Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi,
factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera
ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis
rendah.
d. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap
bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat yang berkelanjutan perlu dipikirkan kemungkinan adanya:
Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
Interansi obat
Efek samping obat
Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya
melalui ginjal seperti efek nefrotosik obat dan Efek toksisitas obat
Aliran Balik
Obstruksi
Perkembangan kuman ↑
Jaringa parut
Distensi, Nyeri
ISK pinggang
renointestin
Polakisuria
urgency
Kerusakan
eleminasi urin
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan prioritas
a) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos skunder
terhadap infeksi ditandai dengan:
mengeluh nyeri/sakit pada pigngang, wajah tampak meringis,
Ada tendernes pada daerah costovertebra.
Disuria
Wajah tampak meringis
Suhu aksila 370C
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
ditandai dengan:
Mual (+),
Muntah (+),
Tidak ada nafsu makan, makan 3 X ½ porsi per hari
c) Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi traktus urinaria. Ditandai
dengan:
Urine warna (keabu-abuan), dengan bau menyengat.
Adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri dalam urine.
Pasien berkemih kurang dari normal (< 1 – 2 L/hari)
d) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Ditandai dengan:
Tidak mampu menyebutkan dan menjelaskan penyebab ISK serta cara
pencegahannya
3. Rencana tindakan
4. Evaluasi
Evaluasi tindakan keperawatan tanggal:……………..
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos skunder terhadap
infeksi
S: Px melaporkan nyeri atau sakit pada pinggang berkurang dan sewaktu kencing
tidak sakit
O: wajah tidak meringis, tidak Ada tendernes pada daerah costovertebra
A: Tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
S: Px melaporkan nafsu makan meningkat, mual (+), muntah 1x
O: Berat badan stabil , makan 3X ½ porsi per hari,
A: Tujuan tercapai sebagian
P: lanjutkan intervensi
3. Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi traktus urinaria.
S: Px melaporkan berkemih kurang lebih 1-2 L/hari
O: Urine warna normal dengan bau khas, tidak Ada eritrosit, leukosit, dan bakteri
dalam urine
A: Tujuan tercapai
P: pertahankan kondisi
Daftar Pustaka :
1. Smeltzer & Bare. 2001. “Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &
Suddarth”. Edisi 8. Vol 2. Jakarta : EGC.
2. Potter & Perry. 2005. “ Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik”.
Edisi 4. Vol 2. Jakarta. EGC
3. Carpenito, Linda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
4. Price, Sylvia, Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
5. Situs Internet.