Professional Documents
Culture Documents
PENGANTAR
ANALISIS REAL I
(Introduction to Real Analysis I)
COPYRIGHT © 2008-2009
Pengantar Analisis Real I
HALAMAN PERSEMBAHAN
ii
Pengantar Analisis Real I
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, akhirnya penulisan buku ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu. Materi buku ini diambil dari catatan kuliah Pengantar Analisis Real I di Jurusan
Matematika UGM pada tahun 2004 dan 2005. Pengantar Analisis Real I merupakan
mata kuliah wajib bagi mahasiswa S-1 Matematika. Semoga dengan buku yang
sederhana ini dapat membantu para mahasiswa dalam mempelajari dan memahaminya.
Diharapkan mahasiswa telah mempelajari konsep logika pembuktian, himpunan, dan
Kalkulus Lanjut.
Pada kesempatan ini tak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua teman kuliah di Matematika UGM angkatan 2002 dan 2003, khususnya yang
telah membantu dan meminjamkan buku catatan kuliahnya.
Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik maupun saran yang membangun
demi kelanjutan dan sempurnanya buku ini, terima kasih.
iii
Pengantar Analisis Real I
DAFTAR ISI
Halaman Judul……...…………………………...……………......…………….... i
Halaman Persembahan..................………………………………………............. ii
Kata Pengantar..............................………………………………………............. iii
Daftar Isi.........……………………………………………………........................ iv
Bab I. BILANGAN REAL
1.1. Sifat-sifat Aljabar dan Urutan dalam ℝ ...................................... 1
1.2. Nilai Mutlak dan Garis Bilangan Real......................................... 13
1.3. Sifat Lengkap ℝ …….………….………………………............ 17
1.4. Penggunaan Sifat Aksioma Supremum........................................ 21
1.5. Interval dalam ℝ ……….………….………..…………............. 27
Bab II. BARISAN DAN DERET
2.1. Barisan dan Limit Barisan............................................................ 38
2.2. Teorema-teorema Limit................................................................ 45
2.3. Barisan Monoton ......................................................................... 53
2.4. Barisan Bagian............................................................................. 56
2.5. Barisan Cauchy............................................................................ 62
2.6. Sifat Barisan Divergen................................................................. 65
2.7. Deret Tak Berhingga.................................................................... 68
Daftar Pustaka…………………………………………………………….....…... 74
iv
Pengantar Analisis Real I
BAB 1
BILANGAN REAL
Pada bab ini dibahas sifat-sifat penting dari sistem bilangan real ℝ , seperti sifat-sifat
aljabar, urutan, dan ketaksamaan. Selanjutnya, akan diberikan beberapa pengertian
seperti bilangan rasional, harga mutlak, himpunan terbuka, dan pengertian lainnya yang
berkaitan dengan bilangan real.
Sifat-sifat Aljabar ℝ
Pada himpunan semua bilangan real ℝ terdapat dua operasi biner, dinotasikan dengan
“+” dan “.” yang disebut dengan penjumlahan (addition) dan perkalian
(multiplication). Operasi biner tersebut memenuhi sifat-sifat berikut:
1
Pengantar Analisis Real I
Teorema 1.1.1.
(a) Jika z , a ∈ ℝ dengan z + a = a , maka z = 0 .
(b) Jika u dan b ≠ 0 elemen ℝ dengan u ⋅ b = b , maka u = 1 .
(c) Jika a ∈ ℝ , maka a ⋅ 0 = 0 .
Bukti.
(a) Menggunakan aksioma (A3), (A4), (A2), asumsi z + a = a , dan (A4), diperoleh
z = z+0
= z + ( a + (−a ) )
= ( z + a ) + ( −a )
= a + ( −a )
= 0.
(b) Menggunakan aksioma (M3), (M4), (M2), asumsi u ⋅ b = b , dan (M4), diperoleh
2
Pengantar Analisis Real I
u = u ⋅1
1
= u ⋅b ⋅
b
1
= (u ⋅ b) ⋅
b
1
= b ⋅
b
= 1.
Selanjutnya, diberikan dua sifat penting dari operasi perkalian, yaitu sifat
ketunggalan elemen inversnya dan bahwa perkalian dua bilangan itu hasilnya nol
apabila salah satu faktornya adalah nol.
Teorema 1.1.3.
(a) Jika a + b = 0 , maka b = − a .
1
(b) Jika a ≠ 0 dan b ∈ ℝ sedemikian hingga a ⋅ b = 1 , maka b = .
a
(c) Jika a ⋅ b = 0 , maka a = 0 atau b = 0 .
Bukti.
(a) Karena a + b = 0 , maka
a+b = 0 ⇔ ( −a ) + ( a + b ) = ( −a ) + 0
3
Pengantar Analisis Real I
⇔ 0 + b = −a (A4)
⇔ b = −a . (A3)
(b) Karena a ⋅ b = 1 , maka
1 1
a ⋅ b = 1 ⇔ ( a ⋅ b ) = ⋅1
a a
1 1
⇔ ⋅ a (b ) =
a a
1
⇔ 1⋅ b =
a
1
⇔ b= .
a
(c) Diketahui a ⋅ b = 0 , maka
1 1
a ⋅b = 0 ⇔ ⋅(a ⋅ b) = ⋅ 0
a a
1
⇔ ⋅ a (b ) = 0
a
1
⇔ ⋅ a (b ) = 0
a
⇔ 1⋅ b = 0
⇔ b = 0.
1
Dengan cara yang sama, kedua ruas dikalikan dengan , maka diperoleh a = 0 .
b
Dengan demikian teorema terbukti.
4
Pengantar Analisis Real I
a 1
dengan b ≠ 0 didefinisikan := a ⋅ .
b b
Untuk selanjutnya, a ⋅ b cukup dituliskan dengan ab , dan penulisan a 2 untuk
aa, a 3 untuk ( a 2 ) a , dan secara umum didefinisikan a n +1 := ( a n ) a untuk n ∈ ℕ . Lebih
1
lanjut, a1 = a , dan jika a ≠ 0 , maka dapat ditulis a 0 = 1 dan a −1 untuk , dan jika
a
n
−n 1
n ∈ ℕ , dapat ditulis a untuk .
a
5
Pengantar Analisis Real I
sebab jika q genap, maka faktor berserikat p dan q bukan 1. Jadi, q haruslah ganjil.
Sehingga diperoleh p 2 = 2q 2 ⇔ 4k 2 = 2q 2 ⇔ 2k 2 = q 2 yang berarti q genap. Timbul
kontradiksi bahwa q ganjil. Jadi, pengandaian salah, yang benar adalah tidak ada r ∈ ℚ
sedemikian hingga r 2 = 2 .
Sifat pertama dan kedua pada teorema di atas menjelaskan tentang sifat tertutup
P terhadap operasi penjumlahan dan perkalian. Sifat yang ketiga (iii) sering disebut
Sifat Trikotomi (Trichotomy Property), sebab akan membagi ℝ ke dalam tiga jenis
elemen yang berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa himpunan {− a : a ∈ P} dari bilangan
6
Pengantar Analisis Real I
real negatif tidak mempunyai elemen yang sama dengan himpunan bilangan real positif.
Lebih lanjut, ℝ merupakan gabungan tiga himpunan saling asing tersebut, yaitu
ℝ = P ∪ {− a : a ∈ P} ∪ {0} .
Definisi 1.1.5.
(i) Jika a ∈ P , ditulis a > 0 , artinya a adalah bilangan real positif.
(ii) Jika a ∈ P ∪ {0} , ditulis a ≥ 0 , artinya a adalah bilangan real nonnegatif.
7
Pengantar Analisis Real I
Bukti.
(a) Diketahui a > b dan b > c , a, b, c ∈ ℝ . Karena a > b , maka a − b ∈ P . Karena
b > c , maka b − c ∈ P . Menurut sifat urutan, maka a + b ∈ P , sehingga
diperoleh
( a − b ) + (b + c ) ∈ P ⇔ a −b +b −c∈P
⇔ ( a − c ) + ( −b + b ) ∈ P
⇔ (a − c) + 0 ∈ P
⇔ a −c∈P
⇔ a > c.
(b) Jika a − b ∈ P , maka ( a + c ) − (b − c ) = a − b ∈ P . Sehingga diperoleh bahwa
a+c >b+c.
(c) Jika a − b ∈ P dan c ∈ P , maka ca − cb = c ( a − b ) ∈ P . Akibatnya ca > cb untuk
Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa bilangan asli juga merupakan bilangan real
positif. Sifat ini diperoleh dari sifat dasar urutan, berikut ini diberikan teoremanya.
Teorema 1.1.8.
(a) Jika a ∈ ℝ dan a ≠ 0 , maka a 2 > 0 .
(b) 1> 0.
(c) Jika n ∈ ℕ , maka n > 0 .
a+b
Teorema 1.1.9. Jika a, b ∈ ℝ dan a < b , maka a < < b.
2
8
Pengantar Analisis Real I
Dapat ditunjukkan bahwa tidak ada bilangan real positif yang terkecil, sebab jika
1
diberikan a > 0 , dan karena > 0 , maka diperoleh
2
1
0< a < a.
2
Selanjutnya, untuk membuktikan bahwa suatu himpunan a ≥ 0 adalah sama
dengan nol, maka harus ditunjukkan bahwa a selalu lebih kecil dari sebarang bilangan
positif yang diberikan.
Teorema 1.1.10. Jika a ∈ ℝ sedemikian hingga 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0 , maka
a =0.
a a
Bukti. Andaikan a > 0 , maka a > > 0 . Diambil ε 0 = ( ε 0 bilangan real positif
2 2
tegas), maka a > ε 0 > 0 . Kontradiksi dengan pernyataan 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0 .
Perkalian antara dua bilangan positif hasilnya adalah positif. Akan tetapi, hasil
perkalian yang positif belum tentu setiap faktornya positif.
9
Pengantar Analisis Real I
Ketaksamaan (Inequalities)
Selanjutnya, akan ditunjukkan bagaimana sifat urutan dapat digunakan untuk
menyelesaikan suatu ketaksamaan. Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh 1.1.13.
(a) Tentukan himpunan A dari bilangan real x sedemikian hingga 2 x + 3 ≤ 6 .
Jawab. Diketahui x ∈ A dan 2 x + 3 ≤ 6 , maka
3
2x + 3 ≤ 6 ⇔ 2x ≤ 3 ⇔ x ≤ .
2
3
Jadi, A = x ∈ ℝ : x ≤ .
2
(ii) x − 1 < 0 dan x + 2 < 0 . Untuk kasus (i) diperoleh bahwa x > 1 dan
x > −2 , yang berarti x > 1 . Untuk kasus (ii) diperoleh bahwa x < 1 dan
x < −2 , yang berarti x < −2 . Jadi, himpunannya adalah
B = { x ∈ ℝ : x > 1} ∪ { x ∈ ℝ : x < −2} .
(b) a ≤ b ⇔ a2 ≤ b2 ⇔ a ≤ b .
10
Pengantar Analisis Real I
(1 + x ) ≥ 1 + 1 ⋅ x ⇔ 1 + x ≥ 1 + x (pernyataan benar).
1
atau
2
n n n
∑ i i ≤ ∑ ai ∑ ai .
a b
i =1 i =1 i =1
2
n n n
Selanjutnya, jika tidak semua bi = 0 , maka ∑ aibi = ∑ ai 2 ∑ bi 2 jika dan
i =1 i =1 i =1
hanya jika terdapat s ∈ ℝ sedemikian hingga a1 = sb1 , a2 = sb2 , ..., an = sbn .
n n n
= ∑ ai 2 − 2t ∑ ai bi + t 2 ∑ bi 2 .
i =1 i =1 i =1
11
Pengantar Analisis Real I
12
Pengantar Analisis Real I
atau − a merupakan bilangan real positif. Nilai mutlak dari a ≠ 0 didefinisikan sebagai
Definisi 1.2.1. Nilai mutlak (absolute value) dari suatu bilangan real a, dinotasikan
a jika a > 0.
a := 0 jika a = 0.
− a jika a < 0.
Sebagai contohnya, |3| = 3 dan −9 = 9 . Dapat dilihat dari definisi di atas bahwa
a ≥ 0 untuk semua a ∈ ℝ , dan bahwa a = 0 jika dan hanya jika a = 0 . Juga bahwa
Teorema 1.2.2.
(a) ab = a b untuk semua a ∈ ℝ .
a = a 2 untuk semua a ∈ ℝ .
2
(b)
Bukti.
(a) Jika a = b = 0 , maka terbukti. Jika a > 0 dan b > 0 , maka ab > 0 , sehingga
ab = ab = a b . Jika a>0 dan b < 0, maka ab < 0 , sehingga
ab = − ab = a ( −b ) = a b .
13
Pengantar Analisis Real I
(d) Gunakan langkah yang sama seperti pada (c) dengan mengambil c = a .
(a) a − b ≤ a −b .
(b) a −b ≤ a + b .
Bukti.
(a) Tulis a = a − b + b dan masukkan ke dalam Ketaksamaan Segitiga. Sehingga
a = ( a − b ) + b ≤ a − b + b . Kurangkan kedua ruas dengan b , diperoleh
− a −b ≤ a − b ≤ a −b .
14
Pengantar Analisis Real I
a1 + a2 + ... + an ≤ a1 + a2 + ... + an .
Contoh 1.2.6.
2 x 2 − 3x + 1
Diberikan fungsi f yang didefinisikan dengan f ( x) = untuk x ∈ [ 2,3] .
2x −1
Tentukan konstanta M sedemikian hingga f ( x) ≤ M , untuk setiap x ∈ [ 2,3] .
2 x 2 − 3x + 1 2 x − 3x + 1
2
Diketahui f ( x) = = ,
2x −1 2x −1
2 x 2 − 3 x + 1 ≤ 2 x 2 + −3 x + 1
= 2 x2 + 3 x + 1
≤ 2 ( 3) + 3 ( 3) + 1
2
= 28
dan
2x −1 ≥ 2x − 1
≥ 2 ( 2) − 1
= 3.
2 x 2 − 3x + 1 28 28
Sehingga f ( x) = ≤ . Jadi, dengan mengambil M = , didapat
2x −1 3 3
15
Pengantar Analisis Real I
Interpetasi geometri yang dikenal di antaranya garis bilangan real (real line). Pada garis
real, nilai mutlak a dari suatu elemen a ∈ ℝ adalah jarak a ke 0. Secara umum, jarak
-3 -2 -1 0 1 2 3
−2 − (1) = 3
Vε (a )
a −ε a a +ε
Dapat dilihat bahwa x ∈ Vε (a ) jika dan hanya jika a − ε < x < a + ε . Persekitaran
juga sering disebut dengan kitaran.
Bukti. Jika x memenuhi x − a < ε untuk setiap ε > 0 , maka berdasarkan Teorema
16
Pengantar Analisis Real I
(a) a = a2 ,
a a
(b) = .
b b
x− y + y−z = x−z .
Berikut ini diperkenalkan konsep tentang batas atas dan batas bawah dari suatu
himpunan bilangan real.
17
Pengantar Analisis Real I
bilangan 2 dan sebarang bilangan lebih dari 2 merupakan batas atas dari S. Himpunan
ini tidak mempunyai batas bawah, jadi himpunan ini tidak terbatas ke bawah. Jadi, S
merupakan himpunan yang tidak terbatas.
Mudah untuk dilihat bahwa jika diberikan suatu himpunan S subset dari ℝ ,
maka hanya terdapat satu supremum, atau supremumnya tunggal. Juga dapat
ditunjukkan bahwa jika u ' adalah sebarang batas atas dari suatu himpunan tak kosong
18
Pengantar Analisis Real I
S, maka sup S ≤ u ' , sebab sup S merupakan batas atas terkecil dari S. Suatu subset tak
kosong S ⊂ ℝ mempunyai empat kemungkinan, yaitu
(i) mempunyai supremum dan infimum,
(ii) hanya mempunyai supremum,
(iii) hanya mempunyai infimum,
(iv) tidak mempunyai infimum dan supremum.
Setiap bilangan real a ∈ ℝ merupakan batas atas dan sekaligus juga merupakan
batas bawah himpunan kosong ∅ . Jadi, himpunan ∅ tidak mempunyai supremum dan
infimum.
Lemma 1.3.3. Suatu bilangan u merupakan supremum dari subset tak kosong S ⊂ ℝ
jika dan hanya jika u memenuhi kondisi berikut:
(1) s ≤ u untuk semua s ∈ S ,
(2) jika v < u , maka terdapat s ' ∈ S sedemikian hingga x < s ' .
(b) w = inf S jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat s2 ∈ S
Bukti.
(a) ⇒ Diketahui u = sup S dan diberikan ε > 0 . Karena u − ε < u , maka u − ε
bukan merupakan batas atas S. Oleh karena itu, terdapat s1 ∈ S yang lebih besar
19
Pengantar Analisis Real I
Contoh 1.3.5.
(a) Jika suatu himpunan tak kosong S1 mempunyai elemen sebanyak berhingga,
merupakan elemen S1 .
hingga v < s ' . Oleh karena itu, v bukan merupakan batas atas S2 dan karena v
Sifat Lengkap ℝ
Akan ditunjukkan bahwa subset tak kosong ℝ yang terbatas ke atas pasti mempunyai
batas atas terkecil. Sifat seperti ini disebut Sifat Lengkap ℝ . Sifat Lengkap juga sering
disebut dengan Aksioma Supremum ℝ .
1.3.6. Sifat Lengkap ℝ Jika subset tak kosong S ⊂ ℝ terbatas ke atas, maka
supremumnya ada, yaitu terdapat u ∈ ℝ sedemikian hingga u = sup S .
Akibat 1.3.7. Jika subset tak kosong S ⊂ ℝ terbatas ke bawah, maka infimumnya
ada, yaitu terdapat w∈ ℝ sedemikian hingga w = inf S .
20
Pengantar Analisis Real I
{ }
2. Diberikan T := 1 − ( −1) n : n ∈ ℕ . Carilah inf T dan supT .
n
Teorema 1.4.1. Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ yang terbatas ke atas dan
sebarang a ∈ ℝ . Didefinisikan himpunan a + S := {a + s : s ∈ S } , maka berlaku
sup ( a + S ) = a + sup ( S ) .
21
Pengantar Analisis Real I
Teorema 1.4.2. Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ yang terbatas dan sebarang
bilangan real a > 0 . Didefinisikan himpunan aS := {as : s ∈ S } , maka berlaku
inf ( aS ) = a inf ( S ) .
Teorema 1.4.3. Jika A dan B subset tak kosong ℝ dan memenuhi a ≤ b untuk semua
a ∈ A dan b ∈ B , maka
sup A ≤ inf B .
Sifat Archimedes
Berikut ini diberikan salah satu sifat yang mengaitkan hubungan antara bilangan real
dan bilangan asli. Sifat ini menyatakan bahwa apabila diberikan sebarang bilangan real
x, maka selalu dapat ditemukan suatu bilangan asli n yang lebih besar dari x.
22
Pengantar Analisis Real I
1
Akibat 1.4.5. Jika S := : n ∈ ℕ , maka inf S = 0 .
n
1
Akibat 1.4.6. Jika t > 0 , maka terdapat nt ∈ ℕ sedemikian hingga 0 < <t.
nt
1
Bukti. Karena inf : n ∈ ℕ = 0 dan t > 0 , maka t bukan batas bawah himpunan
n
1 1
: n ∈ ℕ . Akibatnya terdapat nt ∈ ℕ sedemikian hingga 0 < < t .
n nt
23
Pengantar Analisis Real I
Akibat 1.4.7. Jika y > 0 , maka terdapat n y ∈ ℕ sedemikian hingga n y − 1 < y < n y .
kosong. Menggunakan Sifat Urutan, E y mempunyai elemen yang paling kecil, yang
0 ∈ S dan 1 ∈ S . S terbatas ke atas dengan salah satu batas atasnya adalah 2. Jika t ≥ 2 ,
maka t 2 ≥ 4 . Jadi, t = 2 ∉ S . Menggunakan Aksioma Supremum, S ⊂ ℝ , S ≠ ∅ , dan S
terbatas ke atas, maka S mempunyai supremum. Namakan x = sup S , dengan x ∈ ℝ .
n n n n
2 − x2
Karena 2 − x 2 > 0 dan 2 x + 1 > 0 , maka > 0 . Menurut akibat Sifat Archimedes,
2x +1
dapat ditemukan n ∈ ℕ sehingga
24
Pengantar Analisis Real I
1 2 − x2
< .
n 2x + 1
Akibatnya
1
( 2 x + 1) < 2 − x 2
n
dan
2
1 1
x + < x + ( 2 x + 1) < x + 2 − x = 2 .
2 2 2
n n
2
1 1
Diperoleh bahwa x + < 2 , yang berarti bahwa x + ∈ S . Kontradiksi dengan
n n
m m m m
m m
2
1 1 1
Diperoleh bahwa x − > 2 . Berarti x − ∉ S , yaitu x − batas atas. Kontradiksi
m m m
dengan x = sup S . Oleh karena itu, tidak mungkin x 2 > 2 . Jadi, pengandaiannya salah,
1.4.9. Teorema Densitas (The Density Theorem) Jika x, y ∈ ℝ dengan x < y , maka
ada bilangan rasional q ∈ ℚ sedemikian hingga x < q < y .
25
Pengantar Analisis Real I
Bukti. Dengan tidak mengurangi keumuman (without loss of generality), diambil x > 0 .
1
Karena x < y , maka y > 0 dan y − x > 0 . Akibatnya > 0 , sehingga dapat dipilih
y−x
n ∈ ℕ sedemikian hingga
1
n> .
y−x
Untuk n di di atas, berlaku ny − nx > 1 , yaitu nx + 1 < ny . Karena nx > 0 , maka dapat
dipilih m ∈ ℕ sehingga
m − 1 ≤ nx < m .
Bilangan m di atas juga memenuhi m < ny , sebab dari m − 1 ≤ nx diperoleh
m ≤ nx + 1 < ny . Jadi
nx < m < ny .
m m
Akibatnya untuk q = mempunyai sifat x < = q < y . Jadi, terdapat bilangan
n n
m
rasional q = dengan sifat x < q < y .
n
Berikut ini diberikan akibat dari Teorema Densitas, yaitu di antara dua bilangan
real pasti dapat ditemukan bilangan irrasional.
x y
Bukti. Menggunakan Teorema Densitas, ada bilangan real dan dengan sifat
2 2
x y
ada bilangan rasional q dengan sifat <q< . Akibatnya, x < q 2 < y dan q 2
2 2
merupakan bilangan irrasional.
26
Pengantar Analisis Real I
27
Pengantar Analisis Real I
[ a, a ] = {a} .
Berikut ini diberikan lima jenis interval tidak terbatas. Simbol ∞ (atau +∞ ) dan
−∞ digunakan sebagai simbol titik ujungnya yang tak berhingga. Interval terbuka tak
terbatas adalah himpunan dengan bentuk
( a, ∞ ) := { x ∈ ℝ : x > a} dan ( −∞, b ) := { x ∈ ℝ : x < b} .
Himpunan pertama tidak mempunyai batas atas dan yang kedua tidak mempunyai batas
bawah. Himpunan ( a, ∞ ) sering juga disebut dengan sinar terbuka (open a ray).
Himpunan [a, ∞) sering disebut dengan sinar tertutup (close a ray). Himpunan ℝ
1.5.1. Teorema Karakteristik Interval Jika S adalah subset ℝ yang memuat paling
sedikit dua titik dan mempunyai sifat:
jika x, y ∈ S dan x < y , maka [ x, y ] ⊆ S ,
28
Pengantar Analisis Real I
Contoh 1.5.3.
1 1 1
(1) Diberikan I n = 0, , n ∈ ℕ . Yaitu I1 = [ 0,1] , I 2 = 0, , I 3 = 0, , ....
n 2 3
∞
Maka I1 ⊇ I 2 ⊇ I 3 ⊇ ... (nested) dan ∩ I = {0} (mempunyai titik berserikat).
n
n =1
1
(2) Diberikan I n = 0, , n ∈ ℕ . Diperoleh bahwa I n ⊃ I n +1 , untuk setiap n ∈ ℕ .
n
∞
Tetapi ∩I n = ∅ . Jadi, interval susut belum tentu mempunyai titik berserikat.
n =1
∞
Sebab, andaikan terdapat x ∈ ∩ I n , maka x ∈ I n untuk setiap n ∈ ℕ . Karena
n =1
1
x > 0 , maka terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga < x . Kontradiksi dengan
n
∞
pengandaian. Jadi pengandaian salah, yang benar adalah ∩I n = ∅.
n =1
1 1 1
(3) Diberikan I n = 0,1 + , maka I1 = [ 0, 2] , I 2 = 0,1 , I 2 = 0,1 , ....
n 2 3
∞
Diperoleh ∩ I = [0,1] ≠ ∅ .
n (Ada tak hingga banyak ξ ∈ [ 0,1] ). Perhatikan
n =1
1
bahwa inf 1 + : n ∈ ℕ = 1 .
n
∩I n ≠∅,
n =1
tersebut tunggal.
29
Pengantar Analisis Real I
untuk setiap n ∈ ℕ , yang berarti b1 batas atas A. Menggunakan Sifat Lengkap ℝ , maka
∞
yang berakibat ∩I n ≠ ∅ . Jika η = inf {bn : n ∈ ℕ} , maka dengan cara yang sama
n =1
Karena berlaku untuk sebarang ε > 0 , maka η − ξ = 0 atau η = ξ . Jadi, terbukti bahwa
∞
η = ξ ∈ ∩ I n tunggal.
n =1
30
Pengantar Analisis Real I
f :ℕ →T
n ֏ f ( n) = 2n
Jadi, ℕ tak berhingga, T juga tak berhingga.
Contoh:
1. Himpunan ∅ terhitung berhingga.
2. Himpunan ℕ terhitung tak berhingga.
3. Himpunan A = {1, 2,3} terhitung berhingga.
diberikan teoremanya.
31
Pengantar Analisis Real I
∞
untuk suatu n ∈ ℕ . Akibatnya xn ∈ ∩ I n , yaitu xn ∈ I n . Sedangkan dari konstruksi
n =1
Teorema Bolzano-Weierstrass
Sebelum dijelaskan tentang Teorema Bolzano-Weierstrass, terlebih dahulu dijelaskan
mengenai titik cluster. Berikut diberikan definisinya.
32
Pengantar Analisis Real I
memuat paling sedikit satu titik anggota S yang tidak sama dengan x. Titik cluster sering
disebut dengan titik akumulasi atau titik limit.
Dengan kata lain, x titik cluster S jika untuk setiap ε > 0 berlaku
(Vε ( x) ∩ S ) − { x} ≠ ∅ atau (Vε ( x) − { x} ) ∩ S ≠ ∅ .
Contoh 1.5.7.
(1) Diberikan S = ( 0, 2 ) . Apakah 0 merupakan titik cluster?
1 1 1 1 1
ε = , maka Vε ( 4 ) = 4 − , 4 + = 3 , 4 . Sehingga diperoleh bahwa
2 2 2
2 2
1 1
3 , 4 ∩ [1, 2] − {4} = ∅ . Jadi, 4 bukan titik cluster.
2 2
1 1 1 1
(3) Diberikan B = : n ∈ ℕ = 1, , , ,... . Tunjukkan bahwa 0 titik cluster B
n 2 3 4
dengan 0 ∉ B .
Jawab. Menggunakan Sifat Archimedes, jika diberikan sebarang ε > 0 , maka
1
terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga 0 < <ε . Persekitaran titik 0 adalah
n
33
Pengantar Analisis Real I
1
Vε ( 0 ) = ( −ε , ε ) . Jika dipilih ε sangat kecil, maka 0 < < ε . Jadi, 0 merupakan
n
titik cluster B dengan 0 ∉ B .
Bukti. Diberikan sebarang subset S ⊂ ℝ tak berhingga dan terbatas. Karena S terbatas,
maka terdapat interval I1 = [ a, b] dengan panjang L ( I1 ) = b − a . Kemudian bagilah I1
a +b a + b
menjadi dua bagian, yaitu a, dan , b . Karena S tak berhingga, maka
2 2
salah satu interval tersebut memuat tak hingga banyak titik anggota S, sebab apabila
keduanya memuat berhingga banyak anggota S, maka berarti himpunan S berhingga.
Namakan bagian yang memuat tak hingga banyak titik anggota S dengan I 2 .
b−a
Panjangnya L ( I 2 ) = . Selanjutnya, I 2 dibagi menjadi dua bagian seperti langkah
2
di atas, maka salah satu bagian memuat tak hingga banyak anggota S. Namakan bagian
b−a
tersebut dengan I 3 . Panjangnya L ( I 3 ) = . Apabila proses diteruskan, maka
22
diperoleh barisan interval susut (nested)
I1 ⊃ I 2 ⊃ I 3 ⊃ ... ⊃ I n ⊃ ....
∞ ∞
Menurut Sifat Interval Susut, maka ∩I n ≠ ∅ , atau terdapat x ∈ ∩ I n .
n =1 n =1
Akan ditunjukkan bahwa x titik cluster S. Diambil sebarang ε > 0 , maka terdapat n ∈ ℕ
b−a
sedemikian hingga < ε , dan persekitarannya Vε ( x ) = ( x − ε , x + ε ) . Karena x ∈ I n
2n −1
b−a
dan L ( I n ) = < ε , maka I n ⊆ Vε ( x ) . Karena I n memuat tak hingga banyak titik
2n −1
anggota S, maka Vε ( x ) memuat tak hingga banyak titik anggota S yang tidak sama
34
Pengantar Analisis Real I
Contoh 1.5.10.
(1) Himpunan ℝ = ( −∞, ∞ ) terbuka, sebab untuk setiap x ∈ ℝ , terdapat
V1 ( x) = ( x − 1, x + 1) ⊂ ℝ .
x x − 1
(2) Himpunan A = ( 0,1) terbuka, sebab jika diambil ε = min , untuk
2 2
setiap x ∈ A , maka Vε ( x ) = ( x − ε , x + ε ) ⊂ A .
(3) Himpunan B = [1, 2] tertutup, sebab jika diambil x = 1 , maka untuk setiap
n
(b) Jika G1 , G2 ,..., Gn masing-masing merupakan himpunan terbuka, maka ∩G i
i =1
terbuka.
Bukti.
(a) Namakan G = ∪ Gλ . Diambil sebarang x ∈ G , maka terdapat λ0 ∈ A
λ∈ A
35
Pengantar Analisis Real I
n
(b) Namakan H = ∩ Gi . Akan ditunjukkan bahwa H terbuka. Diambil sebarang
i =1
x ∈ H , maka x ∈ Gi , i = 1, 2,..., n .
Demikian seterusnya.
Karena x ∈ Gn dan Gn terbuka, maka terdapat ε n > 0 sehingga Vε n ( x ) ⊂ Gn .
n
terbukti bahwa ∩G i terbuka.
i =1
Berikut ini diberikan akibat dari sifat himpunan terbuka, yaitu sifat untuk
himpunan tertutup.
Akibat 1.5.12.
(a) Jika A himpunan indeks (berhingga atau tak berhingga) dan Gx tertutup
∪G i tertutup.
i =1
36
Pengantar Analisis Real I
37
Pengantar Analisis Real I
BAB 2
Pada bab ini dibahas mengenai pengertian barisan dan deret. Selanjutnya, dibahas
tentang limit dan konvergensi dari suatu barisan. Di antaranya adalah Teorema
Konvergen Monoton, Teorema Bolzano-Weierstrass, dan Kriteria Cauchy untuk barisan
yang konvergen.
Definisi 2.1.1. Barisan bilangan real adalah suatu fungsi yang didefinisikan pada
himpunan ℕ dengan range dalam ℝ .
Contoh 2.1.2.
(a) Barisan ( xn ) dengan xn = ( −1) adalah barisan −1,1, −1,1, −1,1,..., ( −1) ,... .
n n
1 1 1 1 1 1
(b) Barisan ( xn ) dengan xn = n
, n : n ∈ ℕ = , , ,..., n ,... .
2 2 2 4 8 2
38
Pengantar Analisis Real I
n 1 2 3 n
(d) Barisan = , , ,..., ,... .
n +1 2 3 4 n +1
Definisi 2.1.3. Diberikan barisan bilangan real ( xn ) dan ( yn ) , dan α ∈ ℝ . Maka dapat
didefinisikan
(i) ( xn ) ± ( yn ) = ( xn ± yn ) .
(ii) α ( xn ) = (α xn ) .
(iii) ( xn ) ⋅ ( yn ) = ( xn ⋅ yn ) .
( xn ) = xn , asalkan yn ≠ 0 .
( yn ) yn
(iv)
Definisi 2.1.4. (Limit Barisan) Diketahui ( xn ) barisan bilangan real. Suatu bilangan
atau ( xn ) mempunyai limit x. Dalam hal ini ditulis lim ( xn ) = x atau lim ( xn ) = x atau
n →∞
Bukti. Andaikan lim ( xn ) = x′ dan lim ( xn ) = x′′ dengan x′ ≠ x′′ . Maka untuk sebarang
n →∞ n →∞
39
Pengantar Analisis Real I
x′ − x′′ = x′ − xn + xn − x′′
= x′ − xn + xn − x′′
< ε + ε = ε.
2 2
Karena berlaku untuk setiap ε > 0 , maka x′ − x′′ = 0 yang berarti x′ = x′′ . Kontradiksi
dengan pengandaian. Jadi, terbukti bahwa limitnya tunggal.
Teorema 2.1.6. Jika ( xn ) barisan bilangan real dan x ∈ ℝ , maka empat pernyataan
berikut ekuivalen.
(a) Barisan ( xn ) konvergen ke x.
Bukti.
(a) ⇒ (b) Jelas (dari definisi).
(b) ⇒ (c) xn − x < ε ⇔ −ε < xn − x < ε ⇔ x − ε < xn < x + ε .
Contoh 2.1.7.
1
(a) Tunjukkan bahwa lim = 0.
n →∞ n
40
Pengantar Analisis Real I
( xn ) =
1 1
Jawab. Akan ditunjukkan bahwa konvergen ke 0, yaitu → 0 . Harus
n n
1
setiap n ∈ ℕ dengan n ≥ K ( ε ) berlaku −0 <ε .
n
1
Ambil sebarang ε > 0 , maka > 0 . Menurut Sifat Archimedes, maka terdapat
ε
1 1
K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga < K ( ε ) , atau < ε . Akibatnya untuk setiap
ε K (ε )
1 1 1 1
n ≥ K ( ε ) berlaku −0 = = ≤ < ε . Jadi, terbukti bahwa untuk setiap ε > 0
n n n K (ε )
1 1
− 0 < ε , atau lim = 0 .
n n →∞ n
1
(b) Tunjukkan bahwa lim = 0.
n →∞ n2
Jawab. Akan ditunjukkan bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian
1
hingga untuk setiap n ∈ ℕ dengan n ≥ K ( ε ) berlaku − 0 < ε . Diambil sebarang
n2
1 1
ε > 0 , maka ε 2
> 0 , akibatnya 1
> 0 . Menurut Sifat Archimedes, terdapat
ε 2
1 1 1
K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga < K ( ε ) atau
1
< ε 2 , diperoleh <ε .
ε
1
2 K (ε ) K (ε )
2
1 1 1
Akibatnya untuk setiap n ≥ K ( ε ) berlaku −0 = 2 ≤ < ε . Jadi, terbukti
K (ε )
2 2
n n
1 1
dengan n ≥ K ( ε ) berlaku 2
− 0 < ε , atau lim 2 = 0 .
n n →∞ n
41
Pengantar Analisis Real I
Jawab. Andaikan (( −1) ) konvergen, berarti terdapat bilangan real x sehingga untuk
n
yang berakibat x < 0 . Timbul kontradiksi, yaitu x > 0 dan x < 0 . Jadi pengandaian
lim X m = lim X .
Bukti. Perhatikan bahwa untuk sebarang p ∈ ℕ , elemen ke-p dari X m adalah elemen
ke- ( p + m ) dari X. Sama halnya, jika q > m , maka bentuk elemen ke-q dari X m adalah
42
Pengantar Analisis Real I
suatu barisan bilangan real positif dengan lim ( an ) = 0 dan jika untuk c > 0 dan
m ∈ ℕ berlaku
xn − x ≤ can untuk semua n ≥ m ,
maka lim ( xn ) = x .
lim ( xn ) = x .
1
Contoh 2.1.11. Jika a > 0 , tunjukkan bahwa lim = 0.
n →∞ 1 + na
43
Pengantar Analisis Real I
( −1)
n
(a) xn := .
n
1
(b) xn := .
n +2
2
n2 −1 1
(b) lim 2 = .
2n + 3 2
lim ( x ) =0.
n
1 1
8. Tunjukkan bahwa lim − =0.
n n +1
n2
9. Tunjukkan bahwa lim = 0 .
n!
10. Jika lim ( xn ) = x > 0 , tunjukkan bahwa terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga jika
1
n ≥ K , maka x < xn < 2 x .
2
44
Pengantar Analisis Real I
Oleh karena itu, barisan ( xn ) terbatas jika dan hanya jika himpunan { xn : n ∈ ℕ}
(i) X ±Y → x + y .
(ii) X ⋅ Y → xy .
(iii) cX → cx .
Bukti.
(i) Ambil sebarang ε > 0 . Karena X = ( xn ) → x , maka terdapat n0 ∈ ℕ sedemikian
ε
hingga untuk setiap n ≥ n0 berlaku xn − x < . Karena Y = ( yn ) → y , maka
2
45
Pengantar Analisis Real I
ε
terdapat n1 ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ n1 berlaku yn − y < . Pilih
2
n2 = max {n0 , n1} , maka akibatnya untuk n ≥ n2 berlaku
xn + yn − ( x − y ) = ( xn − x ) + ( yn − y )
ε ε
≤ xn − x + yn − y < + = ε.
2 2
Karena berlaku untuk sebarang ε > 0 , maka ( xn + yn ) konvergen ke x + y .
terbukti bahwa X ± Y → x + y .
(ii) Akan dibuktikan bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga
untuk setiap n ≥ K berlaku xn yn − xy < ε . Diketahui
xn yn − xy = xn yn − xn y + xn y − xy
≤ xn yn − xn y + xn y − xy
= xn yn − y + xn − x y .
ε
untuk setiap n ≥ K1 berlaku xn − x < . Karena ( yn ) → y , maka terdapat
2M
ε
K 2 ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K 2 berlaku yn − y < . Namakan
2M
K = max { K1 , K 2 } , maka untuk setiap n ≥ K berlaku
xn yn − xy ≤ xn yn − y + xn − x y
ε ε ε ε
< M. + .M = + = ε.
2M 2M 2 2
Jadi, terbukti bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk
setiap n≥K berlaku xn yn − xy < ε . Dengan kata lain, terbukti bahwa
X ⋅ Y → xy .
46
Pengantar Analisis Real I
ε
hingga untuk setiap n ≥ K berlaku xn − x < . Perhatikan bahwa
2
cxn − x = cxn − xn + xn − x
≤ cxn − xn + xn − x
= xn c − 1 + xn − x .
ε ε
xn c − 1 + xn − x < M . c − 1 + = ( M . c −1 ) + <ε .
2 2
Terbukti bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk
setiap n ≥ K berlaku cxn − x < ε . Dengan kata lain, terbukti bahwa cX → cx .
n ∈ ℕ , maka
X xn x
= → .
Z zn z
1 1 1 1
Bukti. Terlebih dahulu harus dibuktikan bahwa = → . Diambil α = z ,
Z zn z 2
1
−α ≤ − zn − z ≤ zn − z untuk n ≥ K1 , yang berarti z = z − α ≤ zn untuk n ≥ K1 .
2
1 2
Oleh karena ≤ untuk n ≥ K1 , maka diperoleh
zn z
1 1 z − zn 1 2
− = = ≤ 2 z − zn .
zn z zn z zn z z
47
Pengantar Analisis Real I
1
maka zn − z < ε z . Jika diambil K (ε ) = max { K1 , K 2 } , maka
2
1 1
− <ε untuk semua n ≥ K (ε ) .
zn z
1 1 1
Karena berlaku untuk sebarang ε > 0 , maka terbukti bahwa lim = atau
zn z zn
1
konvergen ke . Menggunakan Teorema 2.2.3(ii) dan dengan mengambil Y sebagai
z
1 xn 1 x
barisan , maka X ⋅ Y = → x = .
zn zn z z
n ∈ ℕ dan ( xn ) → x , maka x ≥ 0 .
x≤ y.
48
Pengantar Analisis Real I
maka a ≤ x ≤ b .
bahwa lim X ≤ lim Y = b . Dengan cara yang sama diperoleh a ≤ lim X . Jadi, terbukti
bahwa a ≤ lim X ≤ b atau a ≤ x ≤ b .
Berikut ini diberikan sebuah teorema yang menyatakan bahwa jika suatu barisan
Y berada (terselip) di antara dua barisan yang konvergen ke titik yang sama, maka Y
juga konvergen ke titik yang sama.
xn ≤ yn ≤ zn untuk semua n ∈ ℕ ,
sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K berlaku xn − w < ε dan zn − w < ε , atau dengan
xn − w ≤ yn − w ≤ zn − w .
Akibatnya diperoleh bahwa −ε < yn − w < ε . Karena berlaku untuk semua n ≥ K dan
49
Pengantar Analisis Real I
( x )→
n x.
Sehingga diperoleh bahwa 0 ≤ xn < ε . Karena berlaku untuk setiap ε > 0 , maka
terbukti bahwa ( x )→
n x.
Kasus II: Jika x > 0 , maka x > 0 . Diberikan ε > 0 , maka terdapat K ∈ ℕ
xn − x =
( xn − x )( xn + x )= xn − x
.
xn + x xn + x
1 ε
xn − x ≤ xn − x < .
x x
50
Pengantar Analisis Real I
x
Teorema 2.2.11. Jika ( xn ) barisan bilangan real (tegas) dengan lim n +1 = L (ada)
xn
dan L < 1 , maka ( xn ) konvergen dan lim ( xn ) = 0 .
xn +1
− L < ε . Karena
xn
xn +1 x
− L ≤ n +1 − L ,
xn xn
maka
xn +1
− L <ε .
xn
Sehingga diperoleh
xn +1 xn +1
−L<ε ⇔ < ε + L < L + r − L = r ⇔ xn +1 < xn r ,
xn xn
Jadi, untuk setiap n ≥ K berlaku
xk n +1
0 < xn +1 < xn r < xn −1r 2 < xn − 2 r 3 < ... < xk r n +1− k = r .
rk
xk
Jika diambil c = , maka diperoleh
rk
0 < xn +1 < cr n +1 untuk semua n ≥ K .
51
Pengantar Analisis Real I
( −1)
n
n
(c) xn :=
n +1
2. Tunjukkan bahwa jika X dan Y barisan bilangan real sedemikian hingga X dan
X + Y konvergen, maka Y konvergen.
x
7. Berilah sebuah contoh barisan konvergen ( xn ) dengan lim n −1 = 1 .
xn
x
8. Diberikan barisan bilangan real positif X = ( xn ) dengan lim n −1 = L > 1 .
xn
Tunjukkan bahwa X tidak terbatas dan tidak konvergen.
9. Diberikan ( xn ) barisan konvergen dan ( yn ) sedemikian hingga untuk sebarang
10. Tunjukkan bahwa jika ( xn ) dan ( yn ) barisan konvergen, maka barisan ( un ) dan
konvergen.
52
Pengantar Analisis Real I
(ii) Barisan X dikatakan naik tegas (strictly increasing) jika xn < xn +1 untuk semua
n∈ℕ.
(iii) Barisan X dikatakan turun (decreasing) jika xn ≥ xn +1 untuk semua n ∈ ℕ .
(iv) Barisan X dikatakan turun tegas (strictly decreasing) jika xn > xn +1 untuk
semua n ∈ ℕ .
Definisi 2.3.2. Barisan X = ( xn ) dikatakan monoton jika berlaku salah satu X naik
atau X turun.
Contoh 2.3.3.
(a) Barisan berikut ini naik (monoton).
(i) (1, 2, 3, 4,..., n,...).
(ii) (1, 2, 2, 3, 3, 3, ...).
(iii) ( a, a , a , a ,..., a ,...) jika a > 1 .
2 3 4 n
1 1 1 1
(ii) 1, , 2 , 3 ,..., n −1 ,... .
2 2 2 2
53
Pengantar Analisis Real I
dengan
lim ( xn ) = sup { xn : n ∈ ℕ} .
konvergen dengan
lim ( xn ) = inf { xn : n ∈ ℕ} .
Bukti.
(a) Karena X = ( xn ) terbatas ke atas, maka terdapat M ∈ ℕ sedemikian hingga
terbatas ke atas dan tidak kosong. Menurut Sifat Lengkap ℝ , maka supremum
A ada, namakan x = sup A . Diambil ε > 0 , maka terdapat K ∈ ℕ sedemikian
hingga x − ε < xk ≤ x . Karena X naik monoton, maka untuk n ≥ K berlaku
x − ε < xk ≤ xn ≤ x < x + ε
atau
x − ε < xn < x + ε ⇔ xn − x < ε .
yk + 2 = 2 + yk +1 ≥ 2 + yk = yk +1 .
54
Pengantar Analisis Real I
y = 2 + y ⇔ y 2 = 2 + y ⇔ y 2 − y − 2 = 0 ⇔ ( y − 2 )( y + 1) = 0 .
1 1 1
yn := + + ... + untuk n ∈ ℕ .
n +1 n + 2 2n
55
Pengantar Analisis Real I
1 1 1
5. Diberikan xn := 2
+ 2 + ... + 2 untuk setiap n ∈ ℕ . Buktikan bahwa ( xn ) naik
1 2 n
dan terbatas, sehingga ( xn ) konvergen. (Petunjuk: Jika k ≥ 2 , maka
1 1 1 1
≤ = − ).
k 2
k ( k − 1) k − 1 k
bilangan asli naik tegas n1 < n2 < ... < nk < ... . Barisan X ′ = xnk ( ) dengan
(x ) = (x
nk n1 , xn2 ,..., xnk ,... )
disebut dengan barisan bagian atau sub barisan (subsequences) dari X.
1 1 1 1
Contoh 2.4.2. Diberikan X := , , ,..., ,... .
1 2 3 n
1 1 1 1
(i) Barisan X 1′ = , , ,..., ,... merupakan barisan bagian dari X.
2 4 6 2n
1 1 1 1
(ii) Barisan X 2′ = , , , ,... merupakan barisan bagian dari X.
4 5 6 7
1 1 1 1
(iii) Barisan X 3′ = , , , ,... bukan barisan bagian dari X, sebab n2 < n1 .
3 2 4 5
56
Pengantar Analisis Real I
xnk − x < ε .
( ) konvergen ke x.
Terbukti bahwa X ′ = xnk
ini ekuivalen.
(i) Barisan X = ( xn ) tidak konvergen ke x ∈ ℝ .
(iii) Ada ε 0 > 0 dan suatu barisan bagian X ′ = xnk ( ) sedemikian hingga
Bukti.
(i) ⇒ (ii) Jika ( xn ) tidak konvergen ke x, maka untuk suatu ε 0 > 0 tidak mungkin
xnk − x ≥ ε 0 .
57
Pengantar Analisis Real I
(ii) ⇒ (iii) Diberikan ε 0 > 0 sehingga memenuhi (ii) dan diberikan n1 ∈ ℕ sedemikian
n2 > n1 dan xn2 − x ≥ ε 0 . Demikian seterusnya sehingga diperoleh suatu barisan bagian
( ) sehingga berlaku
X ′ = xnk xnk − x ≥ ε 0 untuk semua k ∈ ℕ .
sifat (iii). Maka X tidak konvergen ke x, sebab jika konvergen ke x, maka X ′ = xnk ( )
juga konvergen ke x. Hal ini tidak mungkin, sebab X ′ = xnk ( ) tidak berada dalam
persekitaran Vε 0 ( x ) .
1 1
Contoh 2.4.6. Tunjukkan bahwa barisan 1, ,3, ,... divergen.
2 4
1
Jawab. Namakan barisan di atas dengan Y = ( yn ) , dengan yn = jika n genap, dan
n
yn = n jika n ganjil. Jelas bahwa Y tidak terbatas. Jadi, barisan Y = ( yn ) divergen.
Berikut ini diberikan sebuah teorema yang menyatakan bahwa barisan bilangan
real X = ( xn ) pasti mempunyai barisan bagian yang monoton. Untuk membuktikan
teorema ini, diberikan pengertian puncak (peak), xm disebut puncak jika xm ≥ xn untuk
58
Pengantar Analisis Real I
elemen barisan setelahnya. Perhatikan bahwa pada barisan yang menurun, setiap elemen
adalah puncak, tetapi pada barisan yang naik, tidak ada elemen yang menjadi puncak.
Bukti. Pembuktian dibagi menjadi dua kasus, yaitu X mempunyai tak hingga banyak
puncak, dan X mempunyai berhingga banyak puncak.
Kasus I: X mempunyai tak hingga banyak puncak. Tulis semua puncak berurutan naik,
yaitu xm1 , xm2 ,..., xmk ,... . Maka xm1 ≥ xm2 ≥ ... ≥ xmk ,... . Oleh karena itu, xmk( ) merupakan
barisan bagian yang turun (monoton).
Kasus II: X mempunyai berhingga banyak puncak. Tulis semua puncak berurutan naik,
yaitu xm1 , xm2 ,..., xmr . Misalkan s1 := mr + 1 adalah indeks pertama dari puncak yang
terakhir. Karena xs1 bukan puncak, maka terdapat s2 > s1 sedemikian hingga xs1 < xs2 .
Karena xs2 bukan puncak, maka terdapat s3 > s2 sedemikian hingga xs2 < xs3 . Jika
( )
proses ini diteruskan, diperoleh barisan bagian xsk yang naik (monoton).
( )
xr1 = xr2 = ... = xm . Hal ini berarti terdapat barisan bagian xrk : k ∈ ℕ yang konvergen
ke xm .
59
Pengantar Analisis Real I
Kasus II: Karena S tak berhingga dan terbatas, maka S mempunyai titik cluster atau
1 1
titik limit, namakan x titik limit S. Misalkan U k = x − , x + persekitaran titik x.
k k
1
Untuk k = 2, maka terdapat xr2 ∈ S ∩ U 2 , xr2 ≠ x sedemikian hingga xr2 − x < .
2
1
Untuk k = 3, maka terdapat xr3 ∈ S ∩ U 3 , xr3 ≠ x sedemikian hingga xr3 − x < .
3
Demikian seterusnya, sehingga diperoleh:
1
Untuk k = n, maka terdapat xrn ∈ S ∩ U n , xrn ≠ x sedemikian hingga xrn − x < .
n
Ambil ε > 0 . Menurut Sifat Archimedes, maka terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga
1
K
1 1
< ε . Maka untuk setiap n ≥ K berlaku xrn − x < ≤ < ε . Terbukti bahwa xrn
n K
( )
( )
konvergen ke x dengan xrn barisan bagian ( xn ) .
x ∈ ℝ yang mempunyai sifat bahwa setiap barisan bagian dari X konvergen ke x. Maka
barisan X konvergen ke x.
Bukti. Misalkan M > 0 adalah batas dari barisan X sehingga xn ≤ M untuk semua
selalu konvergen ke x.
60
Pengantar Analisis Real I
(a) 1 + 2 . (b) 1 + 2
.
n n
5. Hitunglah limit barisan berikut.
1
1
3n
(a) ( 3n ) 2 n . (b) 1 + .
2n
6. Misalkan setiap barisan bagian dari X = ( xn ) mempunyai suatu barisan bagian
1
sedemikian hingga lim =0.
xn
k
10. Diberikan barisan terbatas ( xn ) dan s := sup { xn : n ∈ ℕ} . Tunjukkan bahwa jika
61
Pengantar Analisis Real I
n, m ≥ H (ε ) , berlaku xn − xm < ε .
1
Contoh 2.5.2. Barisan merupakan barisan Cauchy.
n
2
Jika diberikan ε > 0 , dapat dipilih H = H (ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga H > . Maka
ε
1 1 ε 1 ε
jika n, m ≥ H , diperoleh ≤ < dan dengan cara yang sama diperoleh < .
n H 2 m 2
Oleh karena itu, jika n, m ≥ H (ε ) , maka
1 1 1 1 ε ε
− ≤ + < + =ε .
n m n m 2 2
1
Karena berlaku untuk sebarang ε > 0 , maka dapat disimpulkan bahwa merupakan
n
barisan Cauchy.
xn − xm = ( xn − x ) + ( x − xm )
ε ε
= xn − x + xm − x < + = ε.
2 2
Karena berlaku untuk sebarang ε > 0 , maka terbukti bahwa ( xn ) barisan Cauchy.
62
Pengantar Analisis Real I
M := max { x1 , x2 ,..., xH −1 , xH + 1} ,
Bukti.
⇒ Jelas (Lemma 2.5.3).
⇐ Diketahui X = ( xn ) barisan Cauchy. Diambil ε > 0 , maka terdapat H = H (ε ) > 0
ε
sedemikian hingga untuk setiap n, m ∈ ℕ dengan n, m ≥ H berlaku xn − xm < .
2
Karena X barisan Cauchy, maka X terbatas, sehingga X memuat barisan bagian
( )
X ′ = xnk yang konvergen ke x * . Oleh karena itu, terdapat K ≥ H dengan
ε
K ∈ {n1 , n2 , n3 ,...} sedemikian hingga xK − x * < . Akibatnya untuk m = K diperoleh
2
xn − x * = xn − xK + xK − x *
≤ xn − xK + xK − x *
ε ε
< + = ε.
2 2
Karena berlaku untuk sebarang ε > 0 , maka terbukti bahwa barisan X = ( xn )
konvergen.
63
Pengantar Analisis Real I
Teorema 2.5.7. Setiap barisan kontraktif merupakan barisan Cauchy, dan konvergen.
Akibat 2.5.8. Jika X = ( xn ) barisan kontraktif dengan konstan C, 0 < C < 1 , dan jika
x* = lim X , maka
C n −1
(i) x * − xn ≤ x2 − x1 ,
1− C
C
(ii) x * − xn ≤ xn − xn −1 .
1− C
(b) n + ( ln n )
n
(a) (c)
n
4. Diberikan barisan ( xn ) dengan xn := n , tunjukkan bahwa lim xn +1 − xn = 0 ,
64
Pengantar Analisis Real I
xn > α .
xn < β .
65
Pengantar Analisis Real I
Teorema 2.6.3. Barisan bilangan real monoton merupakan barisan divergen proper
jika dan hanya jika barisannya tidak terbatas.
(a) Jika ( xn ) barisan naik tak terbatas, maka lim ( xn ) = +∞ .
Bukti.
(a) Misalkan ( xn ) barisan naik. Jika ( xn ) terbatas, maka ( xn ) konvergen. Jika ( xn )
α < xn (α ) . Tetapi karena ( xn ) naik, diperoleh α < xn untuk semua n ≥ n(α ) . Karena
untuk semua n ∈ ℕ .
(a) Jika lim ( xn ) = +∞ , maka lim ( yn ) = +∞ .
Bukti.
(a) Jika lim ( xn ) = +∞ dan jika diberikan α ∈ ℝ , maka terdapat K (α ) ∈ ℕ sedemikian
66
Pengantar Analisis Real I
Teorema 2.6.5. Diberikan barisan bilangan real ( xn ) dan ( yn ) , dan untuk suatu
L ∈ ℝ , L > 0 diperoleh
x
lim n =L.
yn
Maka lim ( xn ) = +∞ jika dan hanya jika lim ( yn ) = +∞ .
x
Bukti. Diketahui lim n = L , artinya terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap
yn
n ≥ K berlaku
1 x 3
L < n < L.
2 yn 2
1 3
Oleh karena itu, diperoleh L yn < xn < L yn untuk semua n ≥ K . Sehingga
2 2
menggunakan Teorema 2.6.4, teorema terbukti.
1
hanya jika lim = +∞ .
xn
3. Tentukan apakah barisan berikut ini divergen proper.
(c) ( )
n −1 .
n
(d) .
n +1
4. Diberikan ( xn ) barisan divergen proper dan diberikan ( yn ) sedemikian hingga
67
Pengantar Analisis Real I
Definisi 2.7.1. Jika X := ( xn ) barisan di ℝ , maka deret tak berhingga (cukup disebut
s1 := x1
s2 := s1 + x2 ( = x1 + x2 )
...
sk := sk −1 + x2 ( = x1 + x2 + ... + xk )
...
xn disebut dengan terms dari deret, dan sk disebut jumlahan parsial (partial sum).
Jika lim S ada, maka deret S dikatakan konvergen dan nilai limitnya adalah hasil dar
jumlahan deret. Jika limitnya tidak ada, maka dikatakan deret S divergen.
dengan
∞
∑ ( xn ) atau ∑ xn atau ∑x
n =1
n .
68
Pengantar Analisis Real I
Contoh 2.7.2.
Diberikan barisan X := ( r n )
∞
dengan r ∈ ℝ yang membangun deret:
n=0
∑r
n =0
n
= 1 + r + r 2 + ... + r n + ... .
1
Akan ditunjukkan bahwa jika r < 1 , maka deret ini konvergen ke .
(1 − r )
Misalkan sn := 1 + r + r 2 + ... + r n + ... untuk n ≥ 0 , dan jika sn dikalikan dengan r dan
sn (1 − r ) = 1 − r n +1 .
r <1.
Teorema 2.7.3. (The nth Term Test) Jika deret ∑x n konvergen, maka lim ( xn ) = 0 .
69
Pengantar Analisis Real I
Teorema 2.7.4. (Kriteria Cauchy) Deret ∑x n konvergen jika dan hanya jika untuk
sm − sn = xn +1 + xn + 2 + ... + xm < ε .
konvergen jika dan hanya jika barisan S = ( sk ) dari jumlahan parsialnya terbatas.
Bukti. Karena xn > 0 , maka barisan jumlahan parsial S naik monoton, yaitu
s1 ≤ s2 ≤ ... ≤ sk ≤ ... .
barisannya terbatas, dalam hal ini limitnya sama dengan sup {sk } .
∞
1
Contoh 2.7.6. Deret ∑n
n =1
2
konvergen.
Karena jumlahan parsialnya monoton, maka cukup ditunjukkan bahwa barisan bagian
( sk ) terbatas. Jika k1 := 21 − 1 = 1 , maka sk1 = 1 . Jika k2 := 22 − 1 = 3 , maka
1 1 1 2 1
sk2 = + 2 + 2 < 1 + 2 = 1 + ,
1 2 3 2 2
1 1 1 1 4 1 1
sk3 = sk2 + 2 + 2 + 2 + 2 < sk2 + 2 < 1 + + 2 .
4 5 6 7 4 2 2
70
Pengantar Analisis Real I
1
Karena ruas kanan merupakan jumlahan parsial dari deret geometri dengan r = , maka
2
∞
1 1
lim ( sk ) = = 2 . Jadi, deret ∑n konvergen.
1 2
1 −
n =1
2
0 ≤ xn ≤ yn untuk n ≥ K .
Bukti.
(a) Misalkan ∑y n konvergen. Diberikan ε > 0 dan M (ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga jika
m > n ≥ M (ε ) , maka
yn −1 + ... + ym < ε .
2.7.8. Tes Perbandingan Limit Misalkan X := ( xn ) barisan positif naik tegas dan
71
Pengantar Analisis Real I
Bukti.
x
(a) Diketahui r := lim n dan dari soal latihan 2.1.10, maka terdapat K ∈ ℕ
yn
1 x
sedemikian hingga untuk n ≥ K berlaku r ≤ n ≤ 2r , sehingga diperoleh
2 yn
1
r yn ≤ xn ≤ ( 2r ) yn .
2
Menggunakan Tes Perbandingan 2.7.7 dua kali, maka pernyataan (a) terbukti.
(b) Jika r = 0 , maka terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk n ≥ K berlaku
0 < xn ≤ yn .
Menggunakan Teorema 2.7.7 (a), maka pernyataan (b) terbukti.
∞
1
Contoh 2.7.9. Deret ∑n
n =1
2
+n
konvergen.
∞
1
Karena telah diketahui bahwa deret ∑n
n =1
2
konvergen, maka menggunakan Tes
∞
1
Perbandingan 2.7.7 diperoleh bahwa deret ∑n n =1
2
+n
konvergen.
∞
1 1
(b) ∑ (α + n )(α + n + 1) = α > 0 , jika α > 0 .
n =0
∞
1 1
(c) ∑ n ( n + 1)( n + 2 ) = 4 .
n =1
72
Pengantar Analisis Real I
∞
cos n
(b) Tunjukkan bahwa deret ∑
n =1 n
2
konvergen.
73
Pengantar Analisis Real I
DAFTAR PUSTAKA
Bartle, R.G and Sherbert, D.R, 2000, Introduction to Real Analysis, Third Edition, John
Wiley and Sons, Inc, USA.
74