Professional Documents
Culture Documents
WAWANCARA PROBING
(wawancara eksploratif)
Wawancara probing adalah jenis wawancara yang paling umum karena kita
semua pernah melakukan atau mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari. Jurnaslis,
rekruter, petugas polisi, pengawas, murid, dan mereka yang bergantung pada
wawancara untuk mendapatkan dan mengutarakan informasi. Wawancara probing
bisa saja berjalan sederhana seperti seorang murid yang mengutarakan beberapa
pertanyaan mengenai tugas pada akhir pelajaran, atau bisa panjang dan bersifat resmi
seperti satu jam wawancara antara konsultan politik dan kliennya.
Terlepas dari panjang waktu, formalitas dan tempatnya, tujuan dari wawancara
probing adalah untuk mendapatkan informasi yang baru dan relevan seakurat dan
selengkap mungkin dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pengumpulan informasi ini
membutuhkan proses bertanya yang hati-hati, mendengar dengan penuh pemahaman,
analisa, dan penjelajahan yang terampil menuju suatu jawaban, untuk menggali fakta,
contoh, penjelasan, sikap, dan reaksi dari informasi yang masih terlalu umum.
MENYIAPKAN WAWANCARA
Wawancara probing yang berhasil adalah wawancara yang direncanakan,
sesekali dilatih terlebih dahulu, dan dilakukan dengan terampil. Tidak ada model
tipikal dalam wawancara probing yang bisa diikuti, karena seperti dituliskan Eric
Nalder, kepala reportase investigatif untuk Seattle Times yang memenangkan
Pulitzer, model tersebut sangat bervariasi tergantung pada topik perbincangan dan
orang yang kita wawancara. Tahap persiapan terdiri dari menetapkan tujuan, meriset
topik, dan membuat struktur wawancara.
Menetapkan Tujuan
Dimulai dengan menjawab pertanyaan mengapa anda melakukan wawancara
ini. Apa hasil akhirnya? Jenis informasi apa yang anda inginkan: fakta, pendapat,
pengakuan pakar, keterangan saksi mata? Tujuan yang jelas ini penting untuk
menentukan panjang waktu dan jumlah wawancara, pemilihan narasumber,
menentukan kapan dan di mana wawancara bisa dilakukan.
1
Situasi yang terjadi bisa mengerucutkan tujuannya. Contohnya, bila tempatnya
adalah sebuah konferensi pers atau briefing, mereka yang diwawancara bisa mengatur
jumlah dan jenis pertanyaan yang bisa anda ajukan, anda akan diatu tentang adanya
topik yang tidak boleh dipublikasi, kutipan mana yang bisa disertakan keterangan
orang yang mengucapkan, dan kapan anda boleh beberapa fakta dan opini tertentu.
Faktor situasional seperti tingkat keseriusan permasalahan, ketersediaan sumber, dan
kejadian yang baru terjadi bisa menentukan tingkat desakan untuk wawancara
tersebut, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan wawancara tersebut,
dan apa yang bisa anda tanya secara sah dan etis.
Meriset Topik
Pastikan bahwa anda sudah mendapat wawasan umum mengenai topik
wawancara sehingga anda bisa menentukan informasi tambahan dan keterangan yang
tidak mengulangi informasi/keterangan yang sudah bisa didapatkan di silabus
pelajaran, bukku, artikel jurnal, internet, perpustakaan, laporan tahunan, dan dokumen
sidang. Riset memungkinkan anda untuk mengajukan pertanyaan yang cerdas dan
mendalam, menghindari asumsi yang salah mengenai sebab dan akibat,
mempengaruhi keinginan sumber untuk membeberkan informasi yang penting, serta
mempengaruhi kemampuan sumber untuk memberikan informasi yang akurat.
Beberapa jurnalis merekomendasikan bahwa rentang waktu riset harus 10 kali lebih
panjang daripada rentang waktu wawancara itu sendiri.
Telusuri catatan pribadi dan organisasi, arsip, dan kliping. Bertukar pikiran
dengan kolega yang pernah mempelajari topik atau masalah tersebut. Telusuri
perusahaan, gereja, sekolah, catatan pengadilan, publikasi, dan dokumen. Kunjungi
perpustakaan lokal untuk referensi, peta, almanak, direktori organisasi dan kota,
dokumen pemerintah, buku, ensiklopedia, jurnal profesional, koran, publikasi
periodik, dan catatan biografi. Jelajahi internet. Beberapa topik akan mengarahkan
anda pada perpustakaan spesifik atau data komputer tentang masalah hukum,
pengobatan, mantan presiden, sejarah, atau teknologi.
Selagi meriset, perhatikan hal-hal yang tidak tersedia seperti; penjelasan,
intepretasi data, berbagai perspektif masalah, sikap, dan perasaan. Kapan informasi
tersebut tercatat? Apa yang terjadi dalam rentang waktu tertentu sehingga merubah
sikap, data sementara, atau dogma yang dogma yang berkembang? Anekdot dan
kutipan apa yang bisa jadi penting untuk pelaporan suatu kisah?
2
Ketidakpedulian dan kegagalan dalam melakukan riset yang memadai
mungkin membuat narasumber kesal, menghancurkan kredibilitas anda,
mempermalukan anda dan organisasi anda. Tidak ada jalan yang lebih cepat untuk
kehilangan perhatian dari narasumber daripada pertanyaan dan reaksi yang tidak
diinformasikan. Jangan coba untuk membuat orang lain terkesan dengan penguasaan
topik anda, tapi siaplah selalu untuk menjaga kredibilitas dan menunjukkan bahwa
anda mengerti topik tersebut. Susun pertanyaan pembuka sedemikian rupa sehingga
mengindikasikan keakraban anda dengan area tertentu, seperti sains, pengbatan,
teknologi atau sejarah.
Riset pendahluan yang terbukti akan mengesankan narasumber, menunjukkan
bahwa anda tidak akan dengan mudah dibodohi, serta memotivasi mereka untuk
memberikan respon yang lebih siap dan mendalam. Kita merasa tersanjung bila orang
lain mempelajari tentang kita, minat, bidang, prestasi dan pendapat kita, karena kita
bangga pada siapa kita dan apa yang kita lakukan. Ketahui jargon dan istilah teknis
yang sesuai, serta lafalkan dengan tepat. Ketahui nama narasumber (lafalkan dengan
tepat), jabatan dan organisasinya. Anda harus tahu orang yang anda wawancari adalah
seorang profesor atau instruktur, editor atau reporter, pilot atau navigator, doktor
dengan gelar PhD, MD, DVM, DO, atau EdD.
3
Panjang, tingkat kerumitan, dan kepentingan sebuah wawancara mempengaruhi
bentuk panduan.
Merujuklah pada tahapan struktural yang didiskusikan pada bab 4. Susunan
kronologis akan efektif untuk menelusuri suatu kisah atau kejadian karena terjadi
pada suatu rentang waktu. Susunan berdasarkan logika seperti sebab-akibat atau
masalah-solusi, baik untuk digunakan pada pembahasan permasalahan dan krisis.
Susunan spasial akan membantu ketika suatu wawancara mencakup beberapa tempat.
Tetaplah fleksibel, karena hanya sejumlah kecil wawancara probing yang berjalan
sesuai rencana.
Pembukaan
Rencanakan suatu pembukaan yang bisa membentuk atmosfir saling percaya,
saling menghargai, dan membangun hubungan positif antara pewawancara dan yang
diwawancarai. Jangan terlalu akrab dengan yang diwawancarai. Apakah anda berada
pada kedekatan yang cukup untuk memanggil dengan nama kecil atau julukan? Bila
anda seorang asing, perkenalkan nama anda, jabatan, dan organisasi yang anda
wakilkan. Walau anda sangat terkenal, jelaskan apa yang ingin anda bahas dan
mengapa, terangkan bagaimana informasi akan digunakan, dan berapa lama
wawancara akan berlangsung. Jangan langsung mengeluarkan catatan atau langsung
merekam, karena ini akan membuat yang diwaancarai merasa terancam.
Pertimbangkan sebuah pertanyaan ice-breaker mengenai sesuatu yang anda
ketahui terjadi di kantor narasumber, atau tentang hobi dan minat mereka. Berikan
selamat atas prestasi yang baru saja dicapai narasumber. Sisipkan sesuatu yang lucu
yang anda temukan pada saat riset atau pada saat merencanakan wawancara tersebut.
Arahkan dengan taktis mengenai posisi narasumber pada masalah tersebut.
Pertanyaan dan komentar ice-breaker akan membangun ketertarikan pada wawancara
dan membuat seseorang bicara serta siap membahas pertanyaan dan isu yang
substantif. Jangan mulai dengan pertanyaan yang sulit atau berpotensi
mempermalukan.
Baca kembali teknik pembukaan pada bab 4 dan pilih salah satu kombinasi
yang paling cocok untuk wawancara ini. Jangan sampai jatuh pada kebiasaan
menggunakan pembukaan yang sama berulang-ulang.
Rancang pembukaan supaya cocok untuk setiap momen dan setiap
narasumber. Pujian biasa, komentar bersahabat mengenai sebuah topik atau sahabat
4
yang juga dikenal, atau sedikit perbincangan kecil membangun atmosfir yang
bersahabat dan tenang bagi seseorang, serta akan memberikan hasil berlawanan bagi
seseorang yang sibuk, tergesa-gesa dan tidak suka atau tidak mempunyai waktu untuk
perbincangan kecil. Seperti yang sudah kita bahas pada bab 1, menciptakan hubungan
positif antara narasumber dengan yang mewawancara adalah sangat penting bagi
kesuksesan setiap wawancara. Hincari tampilan yang menyiratkan kepalsuan pada
pembukaan.
Yakinkan bahwa kedua belah pihak punya kesamaan persepsi mengenai etika
dasar dalam interaksi tersebut, sebelum melanjutkan ke tahap setelah pembukaan. Hal
ini sangat penting bagi wawancara investigatif yang dilakukan oleh polisi, jurnalis,
dan supervisor. Kalau semua hal yang penting off the record, mengapa harus
mengadakan interview? Jelaskan bahwa tidak boleh ada permintaan off the record
yang spontan. Pastikan bahwa kedua pihak mengerti arti off the record. Off the record
bisa berarti tidak menyebut narasumber atau hanya menggunakannya sebagai latar
belakang. Bila seseorang tidak bersedia bila perkataannya dikutip, coba buat
perjanjian bahwa narasumber tidak akan disebutkan atau dikemas sedemikian rupa
sehingga menjadi laporan tanpa menyebut narasumber.
Tubuh
Bila wawancara akan berjalan pendek, atau anda sangat terampil dalam
wawancara probing dan merumus pertanyaan, anda boleh hanya menyiapkan panduan
dan menggelar wawancara yang tidak dijadwalkan sebelumnya. Bila tidak, buat
jadwal terencana yang merubah topik dan sub-topik menjadi pertanyaan-pertanyaan
utama, serta siapkan pertanyaan-pertanyaan cadangan untuk masing-masingnya.
Penjadwalan terencana biasa menghapus kemungkinan anda membuat
pertanyaan secara spontan dan membuat anda mampu melafalkan pertanyaan dengan
baik. Penjadwalan terencana juga memberikan fleksibilitas untuk menghapus
pertanyaan sekaligus membuat pertanyaan baru ketika muncul peluang dan keperluan.
Misalnya, anda tidak sengaja menemukan sebuah masalah atau topik yang tidak anda
temukan pada saat riset dan persiapan yang memungkinkan penjelajahan lebih dalam,
walau sedikit bergeser dari topik.
Pewawancara seringkali takut kalau mereka menyimpang dari jadwal dan
panduan, akan membuat mereka kehilangan pola dan kendali wawancara. Resiko ini
layak diambil, dan adanya jadwal terencana akan meminimalisir kemungkinan ini.
5
Anda bisa kembali pada jadwal dan panduan, serta melanjutkan dari poin yang anda
tinggalkan. Thomas Berner merekomendasikan bahwa bila suatu pertanyaan lahir dari
jawaban atas pertanyaan lain, catatlah pertanyaan itu pada margin lembar panduan
dan kembalilah ke pertanyaan itu ketika waktuya tepat. Keleluasaan untuk beradaptasi
dan berimprovisasi pada setiap narasumber, situasi, dan respon, membuat jadwal
terencana ideal untuk wawancara probing.
Penutupan
Akhiri wawancara ketika informasi yang diinginkan sudah didapat atau waktu
sudah habis. Bila suatu wawancara hanya terbatas, misalnya selama 15 menit,
selesaikan wawancara dalam waktu ini atau bersiaplah utnuk menutup. Jangan
mengabaikan batas waktu atau membiarkan seseorang untuk meneruskan.
Narasumber bisa saja bersedia untuk meluangkan waktu tambahan bila anda
menandakan bahwa waktu telah habis walau anda hanya butuh beberapa menit lagi.
Bila tidak, tutup saja wawancara dengan baik dan atur jadwal wawancara di
kesempatan lain. Menghargai waktu pihak lain akan memperkuat hubungan dengan
narasumber.
Baca ulang panduan dan teknik penutupan, terutama clearinghouse probes.
Yakinkan bahwa anda paham semua informasi yang diberikan, bisa menuliskan atau
melaporkan nama, posisi/jabatan, kutipan, dan statistik dengan akurat. Ketahui
bagaimana menghubungi narasumber bila diperlukan. Dan buat penutupan dengan
menyertakan narasumber, tidak dengan monolog. Narasumber harus menjadi pihak
yang aktif mulai dari pembukaan sampai penutupan. Selalu tunjukkan penghargaan
terhadap bantuan dan kesediaan narasumber. Dan ingat bahwa wawancara belum
berakhir sampai kedua pihak tidak saling terlihat atau terdengar. Cari dan dengar
informasi penting atau lebih dalam pada saat penutupan, ketika kewaspadaan
narasumber menurun. Pat Stith, seorang jurnalis, menulis bahwa beberapa “barang”
penting yang bisa anda dapatkan justru akan muncul disaat-saat terakhir, ketika anda
menutup wawancara, ketika anda mengemas peralatan anda, bersiap untuk pergi.
6
Memilih Narasumber
Tujuan dan situasi mungkin menentukan pihak-pihak mana saja yang harus
anda wawancara; seorang marinir yang terluka, saksi mata sebuah badai tornado,
ketua senat siswa/mahasiswa, ahli bedah yang mengembangkan prosedur baru dengan
teknologi laser. Anda bebas untuk memilih dari pelajar, politisi, saksi mata, atau
anggota senat siswa/mahasiswa. Wawncara bisa membutuhkan ahli atau hanya
seseorang yang mempunyai perspektif berbeda. Gunakan empat kriteria berikut untuk
menentukan narasumber: level informasi, ketersediaan waktu, kebersediaan, dan
kemampuan.
Level Informasi
Kriteria yang paling penting adalah apakah seorang narasumber mempunyai
informasi yang dibutuhkan. Kalau begitu, bagaimana level keahlian seseorang, dinilai
dari pengalaman, pendidikan, pelatihan, dan jabatannya? Contohnya, narasumber
utama adalah orang yang terlibat langsung dengan informasi yang anda inginkan,
narasumber pendukung adalah mereka yang mempunyai hubungan penting dengan
dengan narasumber utama, dan narasumber ahli adalah mereka yang memiliki
pengetahuan dalam dan keterampilan yang berhubungan dengan informasi yang anda
butuhkan. Sesekali sebagian dari tujuan anda adalah menganalisa level keahlian
seseorang. Sebagai seorang sejarahwan, anda mungkin ingin mewawancarai
seseorang yang terlibat aktif dalam pengembangan pesawat ulang-alik, bukan hanya
seorang pakar pesawat ulang-alik. Sebagai seorang jurnalis, anda mungkin ingin
mewawancarai seorang detektif yang bertanggung jawab atas penyidikan suatu
pembunuhan daripada hanya seorang saksi mata.
Raymond Gorden menulis tentang informan kunci yang bisa menyediakan
informasi tentang situasi lokal, membantu dalam memilih dan mengkontak sumber
yang cukup mengerti untuk diwawancara, serta menjamin kesediaan sumber tersebut
untuk wawancara. Temukan orang-orang ini dan bagaimana mereka bisa membantu
dalam pemilihan responden. Seorang informan kunci bisa saja anggota keluarga,
teman, rekan dalam organisasi siswa, penyewa tenaga, atau seseorang yang
diwawancara.
Ketersediaan
7
Suatu sumber mungkin saja berada jauh dari anda, hanya bisa memberikan
beberapa menit padahal anda butuh suatu wawancara mendalam, atau tidak bisa
tersedia hingga lewat batas waktu yang telah ditentukan. Pertimbangkan penggunaan
telepon atau japri sebelum melepaskan narasumber tertentu. Jangan pernah
mengasumsi seseorang tidak punya ketersediaan. Banyak kisah yang beredar di antara
para jurnalis dan periset, tentang wawancara yang terkenal, bahwa wawancara
mungkin terjadi hanya karena pewawancara meminta waktu untuk wawancara, atau
karena gigih dalam memintanya. Anda mungkin gagal membuat janji wawancara
karena merasa yakin sumber tersebut tidak mau diwawancara – self-fulfilling
prophecy (ramalan perwujudan diri): “kau tidak punya waktu untuk berbincang-
bincang kan?”
Perhitungkan kemungkinan menggunakan perantara, informan kunci yang
disebut oleh Gorden sebelumnya, seperti teman yang sama-sama dikenal, rekan,
asisten, atau divisi hubungan masyarakat. Anda bisa pergi ke tempat di mana sumber
tersebut pergi, bekerja, tinggal, atau bersosialisasi daripada menunggu orang tersebut
datang pada anda. Sesekali, beberapa narasumber akan meminta untuk melihat
sebagian atau semua pertanyaan sebelum melakukan wawancara. Hati-hati tehadap
permintaan berlebihan atas suatu topik, pertanyaan, subjek yang tidak terjangkau, dan
komentar-komentar off the record, yang mungkin merusak efektivitas narasumber
tersebut. Mengabulkan permintaaan-permintaan tersebut akan menghilangkan
spontanitas dalam wawancara probing.
Kebersediaan
Responden potensial mungkin saja tidak bersedia bertemu anda dengan
berbagai alasan. Mereka mungkin saja tidak percaya pada anda, organisasi, profesi
atau jabatan anda. Mereka mungkin takut kalau informasi yang mereka berikan akan
membahayakan mereka, organisasi mereka, atau orang yang penting bagi mereka,
terutama karena laporan yang tidak akurat, agenda tersembunyi, atau sensasi yang
seringkali diciptakan media pemberitaan. Mereka pikir informasi yang anda butuhkan
adalah bukan urusan orang lain atau tidak penting dan hanya buang-buang waktu.
Dengan kata lain, responden mungkin berpikir bahwa tidak ada aspek dari wawancara
tersebut yang membuat mereka mengakomodasi waktu dan resiko yang ada. Banyak
tuntutan pengadilan, atas sesuatu yang mungkin seseorang ucapkan atau tidak, terjadi
sekarang, dan beberapa kebanyakan perusahaan takut untuk dituntut ganti rugi yang
8
sangat besar. Mereka mencoba untuk mengendalikan orang yang bicara atas nama
mereka. Mereka yang terlibat dengan wartawan dan penyidik bisa menceritakan
bagaimana sesekali mereka dikutip dengan salah, terbawa keluar konteks, mendapati
bahwa informasi dilaporkan dengan salah, atau berakhir jadi pusat perhatian tentang
suatu laporan yang sebenarnya melibatkan banyak orang.
Anda mungkin harus meyakinkan narasumber bahwa anda adalah orang yang
bisa dipercaya dalam hal kerahasiaan, akurasi, kecermatan, dan laporan yang laporan
yang netral. Orang-orang cenderung mau bekerjasama bila mereka tertarik pada anda,
topiknya, atau hasil akhir dari wawancara tersebut. Tunjukkan bagaimana minat
mereka akan terlayani bila informasi dan sikap dibeberkan. Kadang-kadang anda
harus melakukan sedikit “ancaman halus” seperti, “Bila anda tidak bicara pada kami,
terpaksa kami harus mengandalkan informasi dari sumber lain” atau “Pihak lainnya
yang terlibat sudah bercerita dari perspektif mereka tentang insiden itu. Apakah anda
yakin tidak mau kami mendengar yang dari perspektif anda?” Hati-hati terhadap
ancaman. Ancaman bisa merusak rencana wawancara, merusak hubungan dengan
narasumber, dan menghilangkan kemungkinan berhubungan di masa depan. Beberapa
dari kita menganggap ancaman adalah hal kecil. Waspada terhadap orng-orang yang
terlalu ingin diwawancara. Pertimbangkan motivasi dan reputasi mereka.
Kemampuan
Apakah narasumber potensial mampu untuk memberikan informasi dengan
bebas dan akurat? Beberapa masalah mungkin membuat seseorang tidak memenuhi
syarat: daya ingat yang rendah, kesehatan yang buruk, dalam kondisi shock, bias-bias
dan prasangka, biasa berbohong, kecenderungan untuk melebih-lebihkan dan
meremehkan, terhadang sejenis trauma. Saksi mata yang merupakan seorang tua,
mungkin punya ingatan yang berbeda dengan yang sebenarnya, tentang suatu
kejadian. Sorrang ayah atau ibu yang sedang berduka karena kehilangan seorang anak
(dan dihadapkan pada alat perekam, pewawancara, lampu, dan kamera) mungkin
tidak bisa fokus terhadap hal-hal detil. Pewawancara seringkali mengharapkan
seseorang menceritakan detil menit ke menit dan waktu tepat, tentang suatu kejadian
yang terjadi beberapa bulan atau tahun sebelumnya, padahal sebagian besar dari kita
tidak bisa mengingat apa yang kita lakukan kemarin.
Bila memungkinkan, sediakan waktu untuk sebelumnya mengenal
narasumber. Pelajari pencapaian, kepribadian, reputasi, bias-bias, minat, dan
9
kebiasaan mereka dalam wawancara. Seterampil apa mereka dalam merespon
(menghindar) pertanyaan? Beberapa orang mungkin diwawancara setiap hari, dan
sebagian besar pernah mengambil kursus intensif di mana mereka belajar untuk
berhadapan dengan berbagai tipe pewawancara. Eugene Webb dan Jerry Salancik
menulis bahwa pewawancara harus mengenal narasumber dengan baik pada saat itu
juga, hingga mampu mengetahui ketika distorsi sedang terjadi dari ekspresi wajah
yang tidak sesuai dengan jawaban tertentu.
Memilih Pewawancara
Eric Nalder mengklaim bahwa sifat utama dari seorang jurnalis atau
pewawancara eksploratif yang ideal, adalah ingin tahu tentang seseorang dan
segalanya.Kita akan menambahkan itu dengan beberapa sifat lain seperti bersahabat,
sopan, teratur, perhatian, sabar, gigih, dan terampil.
Beberapa situasi menuntut pewawancara dengan kriteria umur, jenis kelamin
ras, etnis, agama, partai politik (atau independen), dan tingkat pendidikan tertentu.
Seorang pewawancara berumur 60 tahun mungkin sulit untuk berkomunikasi dengan
remaja masa kini, begitu pula sebaiknya. Narasumber wanita mungkin lebih bisa
terbuka terhadap pewawancara wanita daripada pria. Pewawancara berdarah arabic
mungkin lebih bisa berinteraksi dengan imigran dari irak, karena kesamaan kultur,
tradisi, dan budaya komunikasinya.
Perbedaan status atau kesamaan antara pewawancara dan narasumer mungkin
memberikan keuntungan yang unik bagi pewawancara. Bila pewawancara adalah
bawahan narasumber (mahasiswa dan profesor, pekerja jam-jaman dengan manajer,
wakil presiden dan presiden), pewawancaranya tidak harus ahli, dan narasumber
cenderung tidak merasa terancam, bebas bicara, termotivasi untuk menolong
pewawancara. David Brinkley, koresponden, presenter berita, dan presenter terkenal
dari NBC, dalam wawancara di PBS menyatakan bahwa dia bersedia untuk bertemu
siswa jurnalistik dan reporter muda di kantornya, menemani mereka berkeliling
studio, dan berdiskusi mengenai latar belakang pendidikan yang penting untuk
menjadi reporter yang efektif.
Ketika seorang pewawancara lebih superior dari daripada narasumber (kapten
dan sersan, direktur dan kepala divisi, dokter dan suster), pewawancara bisa
mengontrol wawancara dan menghadiahkan sesuatu pada narasumber, memungkinkan
narasumber merasa bahwa wawancara ini adalah suatu kehormatan, dan termotivasi
10
untuk menyenangkan pewawancara. Beberapa organisasi memberikan jabatan yang
terdengar berstatus tinggi untuk meyakinkan aura superior: kepala koresponden
daripada koresponden, wakil presiden daripada direktur penjualan, editor daripada
reporter, executive daripada supervisor.
Ketika kedudukan keduanya seimbang (siswa ke siswa, rekanan ke rekanan,
peneliti ke peneliti), kedekatan dan kepercayaan bisa dengan mudah didapatkan, lebih
sedikit batasan dan tekanan komunikasi, dan rasa empati yang tinggi mungkin
tercipta. Dalam banyak situasi, kita lebih suka diwawancara dengan orang yang
serupa dengan kita dari berbagai hal, temasuk jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan, dan bidang profesi. Beberapa narasumber tidak akan mengabulkan
permintaan wawancara dari orang yang dianggap dari organisasi atau orang yang
statusnya lebih rendah. Bila mereka adalah senator senior AS, mereka akan
mengharapkan seorang koresponden senior dari media tersebut.
11
Sebuah hubungan positif sangat penting untuk kesuksesan untuk wawancara probing,
bahkan yang sesederhana apapun, karena hal itu cenderung mengakar menjadi
kepercayaan, sikap, nilai, perasaan, dan rahasia.
MELAKUKAN WAWANCARA
Tujuan dari wawancara probing adalah mendapatkan informasi yang
mendalam dan luas, yang hanya bisa ditawarkan narasumber. Karena itu sangat
penting sekali untuk menembus interaksi level 1 yang sifatnya permukaan dan aman,
ke titik yang lebih beresiko seperti interaksi level 2 dan 3. Anda harus memotivasi
seorang narasumber untuk mengungkap kepercayaan, sikap, dan perasaan, serta fakta-
fakta yang belum diketahui.
Memotivasi Narasumber
Narasumber cenderung berkomunikasi pada level yang lebih dalam dari level
1 jika anda menjaga diri tetap pada panduan dan mengikuti aturan emas: lakukan pada
orang lain apa yang anda harapkan mereka lakukan pada anda. Pihak manapun akan
cenderung berkomunikasi dengan bebas dan akurat bila mereka percaya anda akan
memberikan reaksi yang penuh pengertian dan hati-hati, menjaga kepercayaan,
menggunakan informasi dengan baik, dan melaporkan apa yang sudah mereka
ucapkan dengan akurat dan lengkap. Kepercayaan dimulai dengan pembukaan.
Datangi tempat wawancara dengan berpakaian selayaknya situasi saat itu, untuk
menunjukkan rasa hormat terhadap narasumber. Perkenalkan diri anda, organisasi
anda, dan topik wawancara. Jujur saja tentang dalam menjelaskan tujuan anda, konsep
wawancara, dan bagaimana anda menggunakan informasi yang diterima. Dari awal
hingga akhir wawancara, tunjukkan ketertarikan yang tulus terhadap narasumber,
topik, dan jawaban-jawabannya. Jangan menyatakan atau menyiratkan bagaimana
perasaan anda terhadap jawaban atau topik masalahnya. Ajukan pertanyaan, jangan
pernyataan. Hindari trik, tipuan atu muslihat.
Mengajukan Pertanyaan
Pertanyaan bukan hanya perangkat pertukaran, tapi juga penting untuk
memotivasi narasumber untuk memberikan informasi yang penjelasan yang
dibutuhkan. Sayangnya, pewawancara cenderung menanyakan terlalu banyak
12
pertanyaan, dan hal ini membatasi kesempatan narasumber untuk mendengar,
menganalisa dan berpikir.
Pengacara : Dokter, sebelum anda melakukan otopsi, apakah anda memeriksa detak
nadinya?
Dokter : Tidak
Pengacara : Apakah anda memeriksa tekanan darahnya?
Dokter : Tidak
Pengacara : Apakah anda memeriksa nafasnya?
Dokter : Tidak
Pengacara : Jadi, mungkin saja bahwa pasien tersebut masih hidup ketika anda
memulai otopsi?
Dokter : Tidak
Pengacara : Bagaimana anda bisa yakin dok?
Dokter : Karena otaknya ada dalam toples yang tergeletak di atas meja saya
Pengacara : Walau begitu, bukankan tetap mungkin bahwa pasien itu masih hidup?
Dokter : Mungkin saja dia masih hidup dan melakukan praktik hukum di suatu
tempat entah dimana.
14
Sabar dan gigihlah, tapi ketahuilah kapan harus berhenti. Dengar, analisa dan
pikirkan.
Karena wawancara probing butuh perumusan pertanyaan di tempat, anda
mungkin jatuh ke dalam perangkap pertanyaan umum seperti yang sudah dibahas
dalam bab 3. Pelajari ulang perangkap-perangkap ini dengan hati-hati: bipolar trap,
the open-to-closed switch, the double barreled inquisition, the leading push, the
yes/no response, the guessing games, the curious probe, the quiz show, dan the don’t
ask, don’t tell. Ingat aturan: pikir dahulu sebelum mengajukan pertanyaan, berhenti
ketika sudah mengajukan pertanyaan yang baik, dan gunakan pertanyaan bipolar serta
pertanyaan mengarah, hanya bila dibutuhkan untuk tujuan tertentu. Ketahui
perangkap-perangkap tersebut sehingga anda bisa mencegah sebelum jatuh ke
dalamnya. Contoh baik-buruk berikut akan menajamkan keterampilan bertanya anda.
• Perangkap biopolar
Buruk : Apakah menurut anda harga bahan bakar akan terus naik sepanjang
musim panas nanti?
Baik : Apa yang menurut anda akan terjadi pada harga bahan bakar pada
musim panas nanti?
• The open-to-closed switch
Buruk : Bagaimana menurut anda ekonomi akan mempengaruhi harga?
Akankah akan menyebabkan peningkatan yang berarti?
Baik : Bagaimana menurut anda keadaan ekonomi ini akan mempengaruhi
harga?
• The double barreled inquisition
Buruk : Kursus apa yang akan anda ambil pada musim gugur dan semi
berikutnya?
Baik : Kursus apa yang akan anda ambil pada musim gugur berikutnya?
• The leading push
Buruk : Anda akan pergi ke festival karir bukan?
Baik : Apa yang rencananya akan anda lakukan pada festival karir?
• The yes/no response
Buruk : Apakah anda ingin dipecat?
15
Baik : Seberapa pedulikah anda tentang dipecat?
• The guessing games
Buruk : Apakah anda mengubah jurusan karena persyaratan matematika?
Baik : Kenapa anda mengganti jurusan?
• The curious probe
Buruk : (Dalam wawancara kerja) Musik jenis apa yang anda suka?
Baik : Apa yang anda lakukan untuk relaksasi setelah hari yang berat di
kantor?
• The quiz show
Buruk : (Dalam inteview magang) Texas A&M adalah institusi perizinan
tanah. Presiden mana yang menandatangani peraturan perizinan
tanah?
Baik : Apa yang anda ketahui tentang sejarah Texas A&M?
• The don’t ask, don’t tell
Buruk : Mencontek dengan menggunakan perangkat elektronik menjadi
masalah dalam kampus. Apakah anda pernah menggunakan
perangkat elektronik dengan maksud untuk mencontek dalam ujian?
Baik : Pengalaman apa yang pernah anda miliki dalam hal mencontek di
kelas anda?
Buat pertanyaan anda singkat, relevan, dan terucap jelas, serta kemudian
berikan perhatian penuh pada responden anda. Jurnalis Melvin Mencher menulis
bahwa inti dari bertanya adalah untuk mengundang subjek untuk bicara. Pertanyaan
yang kompleks menyulitkan narasumber. Kita bisa melihat hal ini setiap kali kita
memperhatikan konferensi pers yang ditelevisikan, atau pengumuman kongres.
Sesekali anda perlu melanggar aturan untuk bisa mendapatkan informasi yang
anda inginkan. Mungkin perlu untuk menanyakan pertanyaan yang sudah anda tahu
jawabannya, seperti “Saya lihat anda suka mendaki gunung.” Ketika hal tersebut
tertulis dalam formulir lamaran. Sepertinya pertanyaan yang retoris bisa menenangkan
responden dengan membuat mereka bicara tentang hal yang dikenal dan mudah untuk
dibicarakan, lalu dengan menunjukkan ketertarikan pada topik yang menarik bagi
narasumber. Sebuah leading push seperti “Ayolah, masa anda percaya itu?” mungkin
memancing responden pada sebuah perbincangan yang menyenangkan dan terbuka.
16
Anda mungkin bisa mengajukan pertanyaan double barreled dalam konferensi pers
untuk mendapatkan dua atau tiga jawaban, karena itu mungkin satu-satunya
kesempatan anda bertanya. Anda juga bisa menggunakan pertanyaan bipolar atau
yes/no, karena anda hanaya perlu jawaban iya atau tidak untuk direkam, sebuah
kebutuhan umum dalam wawancara medis.
Ucapkan pertanyaan dengan hati-hati untuk menghindarkan kebingungan.
Contoh interaksi antara dokter dan pasien berikut ini menggambarkan bahaya
penggunaan istilah dan kata-kata yang terdengar mirip.
Dokter : Have you ever had a history of cardiac arrest in your family?
Pasien : We never had no trouble with the police.
Beberapa narasumber akan menjawab tentang hal yang tidak mereka ketahui,
lebih menyamarkannya daripada mengakui ketidaktahuan. Lainnya lagi adalah ahli
dalam hal everything dan nothing. Dengarkan program call-in di radio untuk
mendengar orang-orang yang mengklaim, tuduhan, dan analisa, tanpa pengetahuan
atau salah pengertian terhadap apa yang dibahas. Sesekali narasumber akan
memainkan permainan yang lucu seperti contoh perbincangan di New Hampsire, saat
pemilu akan berlangsung.
Reporter : How are you going to vote on tuesday? (dalam konteks penggunaan
bahasa inggris, how disini juga dapat diartikan siapa yang akan dipilih)
Penduduk : How am I going to vote? Oh, the usual way. I’m going to take the form
they hand me and put x’s in the appropriate boxes (sambil tertawa)
Reporter : (Sunyi sesaat) Who are you going to vote for on tuesday?
17
Membuat Catatan dan Merekam
Mencatat
Mencatat mempunyai tiga keuntungan. Pertama, mencatat meningkatkan
perhatian pada apa yang sedang dikatakan dan bagaimana. Perhatian lebih ini
menunjukkan pada narasumber bahwa anda tertarik pada apa yang diucapkan dan
perduli akan akurasi. William Zissner menulis bahwa keterlibatan langsung ini
mengizinkan narasumber untuk melihat anda yang bekerja. Kedua, ketika mencatat,
anda tidak perlu khawatir tentang mesin yan rusak, kehabisan pita kaset, atau baterai
habis pada saat momen penting. Ketiga, mendengarkan kaset untuk mengambil
potongan informasi, sangat menguras waktu, bahkan pembuatan transkrip menguras
biaya dan waktu.
Mencatat juga mempunyai kerugian. Anda jarang sekali bisa menulis dengan
cepat untuk bisa merekam apa yang diucapkan dengan tepat, terutama ketika
responden berbicara sangat cepat. Sangat sulit untuk konsentrasi pada pertanyaan dan
jawaban ketika mencatat, sehingga mungkin anda gagal untuk mendengar atau
menjelajah jawaban, karena anda lebih sibuk mencatat daripada mendengar. Mencatat
juga menghambat airan wawancara karena responden bisa saja takut atau ingin tahu
apa yang anda tulis. Terkadang orang-orang enggan untuk berbicara atau merasalakn
putusnya hubungan komunikasi ketika anda terfokus pada catatan daripada mereka.
Dalam sebuah wawancara mendalam dengan seorang penerbit surat kabar, salah satu
murid kami menemukan bahwa narasumber berhenti berbicara setiap kali murid kami
itu mencatat, sepertinya penerbit surat kabar tersebut sengaja memberi kesempatan
agar pewawancara bisa mengikutinya. Tak lama, penerbit itu menggeser bangkunya
18
agar bisa melihat apa yang dicatat murid kami tersebut. Ikuti panduan ini ketika
mencatat pada wawancara.
• Jaga hubungan komunikasi dengan mencatat dengan sebisa mungkin tidak
disadari narasumber, dan pertahankan kontak mata dengannya
• Gunakan singkatan atau teknik mencatat singkat profesional lainnya sehingga
tidak harus mencatat semua kata-kata dan kalimat
• Hanya catat informasi yang penting, mungkin kata kunci, untuk mengurangi
banyaknya catatan
• Jangan gelisah atau memberi tanda pada narasumber, mengenai jawaban atau
kutipan yang anda anggap penting di tengah interaksi berlangsung. Tunggu
sampai narasumber selesai dan lancarkan pertanyaan alihan ketika anda
mencatat apa yang anda anggap penting tersebut.
• Bila narasumber berbicara terlalu cepat, minta dengan sopan agar dia
melambatkan atau mengulang apa yang dikatakan, atau berikan pertanyaan
yang mengulur waktu (stalling question) seperti “ceritakan tentang...” untuk
mengejar apa yang tertinggal
• Kurangi keingintahuan atau perhatian narasumber terhadap catatan anda
dengan meminta izin untuk mencatat, menjelaskan kenapa catatan itu penting
untuk kedua pihak, dan menunjukkan catatan anda sesekali untuk memeriksa
akurasi. Eric Nalder mengatakan bahwa taktik ini memungkinkan narasumber
untuk mengisi apa saja yang tertinggal dan memberi informasi dengan
sukarela
• Jamin akurasi catatan anda dengan membacanya ulang secepatnnya setelah
wawancaara untuk mengisi kekosongan, melengkapi penyingkatan, dan
menerjemahkan catatan singkat anda.
Merekam
Merekam juga punya keunggulan. Pertama, merekam pada kaset
memungkinkan anda untuk rileks dan berkonsentrasi pada apa yang sedang diucapkan
atau tersirat. Anda kemudian bisa menciptakan pertanyaan eksploratif yang efektif.
Kedua, anda bisa mendengar atau melihat apa yang diucapkan dan bagaimana itu
diucapkan, berjam-jam kemudian atau pada hari berikutnya, daripada bergantung
pada daya ingat anda. Contohnya, para penulis merekam wawancara murid dalam
19
kelas karena mereka sering menemukan bahwa murid-murid tersebut sering
kelewatan pertanyaan penting ketika mereka mencatat.dan mengisi formulir kritik.
Ketiga, alat perekam bisa saja menangkap jawaban yang tidak terdengar saat
wawancara.
Merekam punya beberapa kerugian. Pertama, alat perekam bisa tidak bekerja
atau sulit digunakan. Baterai bisa habis di saat yang salah, dan pita kaset bisa rusak
atau kusut. Banyak dari murid kami yang menggunakan rekaman kaset pada
wawancara panjang untuk proyek kelas, menemukan bahwa kaset mereka kosong
ketika mereka memutarnya kembali. Kedua, beberapa orang menganggap bahwa
perekam adalah pengganggu dalam sebuah situasi wawancara yang akrab. Ketiga,
kaset menyediakan rekaman yang permanen, tidak tersangkal, yang mungkin
mengancam seseorang dengan konsekuensi yang tidak disangka di masa depan.
Beberapa pewawancara seperti polisi atau penyidik asuransi diwajibkan untuk
merekam wawancara mereka. Keempat, butuh waktu yang sangat lama untuk
mendengar ulang rekaman yang panjang, demi mendapatkan letak fakta, reaksi, dan
kutipan ideal pada kaset tersebut, yang mana hanya butuh beberapa detik untuk
menemukan materi yang sama pada sebuah catatan.
Ikuti panduan ini ketika merekam wawancara.
• Kurangi ketakutan dan keberatan narasumber dengan meminta izin,
menjelaskan mengapa rekaman ini penting baginya, mengatakan mengapa
anda butuh merekam dan bagaimana rekaman akan digunakan, serta
menyatakan bersedia untuk mematikan perekam setiap kali diminta.
• Kurangi kesulitan mekanis dengan menguji perekam sebelum wawancara dan
menyiapkan kaset serta baterai cadangan
• Kenali alat perekam dengan baik
• Pertimbangkan konsekuensi buruk pada komunikasi dan konsekuensi hukum
bila menggunakan perekam tersembunyi. Hukum biasanya mengizinkan
seseorang untuk merekam dengan perekam tersembunyi, namun 11 negara
bagian di AS melarang perekaman tanpa izin narasumber: California, Florida,
Georgia, Illinois, Maryland, Montana, New Hampsire, Oregon, Pennsylvania,
dan Washington.
20
Menangani Situasi Sulit
Anda akan berjumpa banyak kesulitan dan situasi wawncara yang tidak
terduga, tapi anda akan bisa mengatasi situasi ini bila merencanakannya sebelumnya.
Berikut adalah tiga saran untuk mengatasi tiga situasi.
Wawancara Siaran
Wawancara televisi dan radio memberikan masalah yang unik. Berada pada
panggung nyata atau buatan bisa membuat kedua pihak gugup, atau untuk berinteraksi
dengan penonton, kamera, dan mikrofon. Biasakan diri dengan fisik panggung,
termasuk bangku yang akan digunakan pewawncara atau narasumber, peralatan audio
dan video, teknisi, format program dan tujuan. Perhatikan briefing terkait batas waktu,
penanda awal dan akhir, dan penggunaan mikrofon, level, dan lokasi.Persiapan yang
cukup mengurangi kegugupan dan meningkatkan efisiensi serta penampilan. Dalam
kebanyakan wawancara siaran, anda butuh mendapatkan jawaban, pernyataan, atau
gambar yang bisa diputar.
Batas waktu dan keterbatasan waktu yang ekstrim membutuhkan pertanyaan
yang sidatnya langsung pada inti, dan cenderung terbuka. Umumnya anda mempunyai
waktu beberapa menit atau jam, bahkan lebih, untuk mendiskusikan suatu masalah
dengan narasumber, pelanggan, atau pegawai, tapi wawancara siaran hanya bisa
berlangsung selama beberapa detik atau menit. Fred Feddler mengingatkan bahwa
wawancara siaran biasanya hanya berlangsung beberapa menit dan sulit untuk
mengajukan pertanyaan yagn menantang. Pelajari pertanyaan dengan baik untuk bisa
22
menanyakannya kembali dari ingatan atau kartu panduan kecil, karena daftar
pertanyaan akan membuat suara, atau tampilan yang janggal, amatir, serta tidak siap.
Bila anda ingin wawancara berlangsung spontan, jangan berikan pertanyaan anda
pada narasumber sebelum wawancara.
Beberapa ungkapan dan aksi tidak bisa disiarkan atau bahkan mungkin
memalukan, seperti kenajisan, gesture janggal, struktur bahasa yang buruk, terlalu
banyak “uhs”, “anda tahu”, dan penggunaan “darah dan tusukan”yang berlebihan.
Pemrotes menuliskan kenajisan pada dahi mereka ketika merka tidak ingin tertangkap
televisi. Beberapa wartawan surat kabar, ketika tersisih kamera dan mikrofon,
meneriakkan kata kotor untuk mematikan peralatan elektronik, dan mendekat ke pada
aksi. Seorang legislator mengatakan pada salah satu penulis bahwa ia bisa dengan
sengaja menyisipkan kenajisan dalam jawabannya, untuk mencegah reporter
menyiarkannya.
23
memegang tangannya atau menyilangkan lengan dibahunya untuk membuatnya
nyaman.
Jadilah sensitif pada mereka yang pernah mengalami tragedi dan jangan
langgar batas privasi mereka hanya demi gambar atau komentar sedih untuk berita
siaran, data, atau rasa ingin tahu. Repoter mempunyai catatan buruk dalam
menanyakan orang tua yang baru saja kehilangan anaknya dengan pertanyaan
“Bagaimana perasaan anda tentang kematian anak anda?” atau “Apakah keluarga
terkejut dengan tragedi ini?”. Joh dan Denise Bittner mengusulkan bahwa anda
sebaiknya menanyakan pertanyaan yandg langsung dan penting dalam momen seperti
itu. Ingat bahwa orang yang dalam situasi krisis ada dalam tekanan berat. Wawancara
yang berkepanjangan tidak akan memberikan informasi tambahan dan hanay
membuat kesal.
25
Narasumber ini mempunyai kecenderungan yang terbalik dengan yang
pendiam. Beberapa orang senang berbicara dengan siapa saja, kapan saja, dan tentang
apa saja. Mereka memberikan jawaban panjang untuk pertanyaan yang tertutup.
Merespon membuat mereka merasa penting, dan mereka bisa menjadi terlalu
menolong. Mungkin sulit untuk membuat mereka diam atau kembali ke jalur.
Gunakan pertanyaan tertutup, dengan target tinggi, dan terarah, yang bisa
membatasi manuver verbal narasumber seperti ini. Cari bukaan yagn natural dan
perhentian singkat untuk menyisipkan pertanyaan, atau mengarahkan wawancara
seperti:
“Berbicara tentang goerge, apakaha kau....”
“Saya lega mengetahui itu, sekarang....”
“Itu sangat menarik; sekarang kita coba lebih fokus....”
Hindari interupsi yang vulgar. Sejumlah aksi non verbal mungkin menandakan
bahwa anda perlu bergerak maju: melihat catatan anda, merunduk ke depan,
menganggukkan kepala anda seolah mengatakan “Itu cukup,” berhenti mencatat, atau
melihat jam anda. Wawancara telepon mempunyai beberapa masalah karena anda
tidak bisa menyampaikan isyarat non verbal untuk menghentikan jawaban, jadi
narasumber cenderung memberikan jawaban yang panjang dan bertele-tele ketika
merespon lewat telepon.
26
Beberapa narasumber hanya akan menjawab pertanyaan yang tidak kita tanya
namun ingin mereka jawab. Anda bisa mengatasi narasumber yang menghindar
dengan bersiap dan gigih dalam bertanya. Contohnya:
Pengacara : Is your appearence here this morning pursuant to the deposition notice
which I sent to your attorney?
Saksi Mata: No, this is how I dress when I go to work
Hati-hati terhadap reaksi non verbal. Jurnalis siaran yang mendapat reaksi
aneh jarang sekali menampakkan senyum atau keterkejutan ketika itu terjadi. Mereka
27
melanjutkan ke topik atau pertanyaan berikutnya seolah tidak ada hal memalukan
yang terjadi.
• Ingat perjanjian sebelumnya mengenai informasi apa yang off the record
• Hati-hati terhadap asumsi
• Usahakan akurasi dan kesempurnaan dalam setiap fakta dan interpretasi
• Cek dengan seksama semua sumber dan laporan
• Atur informasi berdasarkan tingkat kepentingannya
• Gunakan kutipan untuk menghidupkan dan mendukung tulisan atau laporan
• Ikut sertakan beberapa perspektif untuk mencapai keseimbangan
Beberapa tahun lalu, Ted Mann, mantan jurnalis olahraga untuk Duke
University, membaca koran pagi yang menemukan bahwa ia dikabarkan meninggal
29
dunia. Itu semua dimulai dari keterangan seorang teman reporter yang bekerja di tim
penyelamat, bahwa Mann sudah meninggal. Reporter tersebut menelepon ke rumah
Mann untuk mengklarifikasi, dan wanita yang menjawab mengatakan “Tuan Mann
tidak ada di sini. Ia sudah pergi”, Reporter tersebut mengasumsi bahwa kata “pergi”
di sini adalah penghalusan dari meninggal, dan wanita tersebut sudah
memverifikasinya. Dia pun menulis sebuah pengumuman kematian berdasarkan
asumsi yang salah ini.
30
pewawancara dalam hal keseimbangan dan kejujuran? Teknik bertanya apa yang
biasa ia gunakan?
Wawancara seringkali terjadi tanpa peringatan. Seseorang mungkin
menelepon, singgah di kantor anda, muncul di depan pintu rumah anda, atau
mendekati anda di jalan. Ketika ini terjadi, pastikan bahwa pembukaannya akan
menerangkan identitas pewawancara, organisasinya, lama waaancara, informasi yang
diinginkan, bagaimana informasi tersebut akan digunakan. Sebuah perbincangan
pembuka, termasuk percakapan ringan, orientasi topik, tujuan, dan hubungan, serta
memberikan anda waktu untuk berpikir dan menyiapkan jawaban strategis.
Memahami Hubungan
Hubungan antara pewawancara dan narasumber adalah hal besar dalam
wawancara probing, karena kedua pihak sangat mungkin untuk menjadi superior dari
yang lain: seorang akuntan muda mewawancara seorang Direktur, atau presiden
sudatu universitas dengan seorang asisten profesor. Komunikasi yang naik atau turun
seperti ini mungkin membawa satu pihak untuk menenggelamkan yang lainnya.
Perasaan bawahan, kewajiban, atau sanjungan mungkin membawa anda menjawab
semua pertanyaan yang ditanyakan, terutama ketika kamera, mikrofon, teknisi, atau
penonton hadir di situ. Bila ada pilihan, tentukan apakah anda ingin berbicara dengan
orang tertentu atau pada waktu tertentu. Sadari bahwa penolakan terhadap wawancara
akan menimbulkan laporan yng memojokkan seperti “Margaret Adams tidak bisa
dihubungi utuk dimintai keterangan” atau “menolak untuk bicara pada kami”.
Pernyataan tersebut menyiratkan kesalahan, tapi mungkin lebih baik daripada
komentar bodoh yang menjadi headline.
Pelajari hubungan antarpihak sebelum wawancara, untuk memberi petunjuk
tentang apa yang mungkin terjadi pada wawancara tersebut.
31
Kewaspadaan Terhadap Situasi
Pertimbangkan variabel situasi yang cenderung mempengaruhi wawancara.
Kapan wawancara akan dilakukan? Bagaimana suatu kejadian akan mempengaruhi
wawancara? Haruskah anda menunda wawancara sampai anda dikabarkan dengan
lebih jauh dan lebih siap untuk pertanyaan yang sulit? Di mana wawancara akan
digelar? Bagaimana kondisi fisik tempatnya? Apakah akan ada penonton langsung?
Bila akan disiarkan, pelajari ulang bahasan pada bab sebelumnya. Apa faktor luar
lainnya yang harus anda perhitungkan?
Pertimbangkan untuk menetapkan aturan dasar seperti waktu, tempat,
panjangnya wawancara, topik mana yang bisa dan tidak bisa dibahas, dan identitas
pewawancara. Buat permintaan yang realistik. Bila anda meminta agar semua topik
penting sebagai yang tidak boleh dibahas, tidak akan ada wawancara. Sesekali anda
bisa meminta pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan agar bisa memberikan
jawaban yang akurat dan memberi data yang berarti. Bila Peter Jennings dari ABC
ingin mewawancara anda, anda akan sangat bodoh untuk meminta pewawancara lain.
Seberapa besar kontrol yang anda punya tergantung pada tingkat kepentingan anda
sebagai sumber, hubungan anda dengan pewawancara, situasi, dan seberapa besar
anda ingin terlibat sebagai narasumber.
Mengantisipasi Pertanyaan
Antisipasi pertanyaan dan pikirkan kemungkinan respon. Misalnya, informasi
terpenting apa yang mungkin dilepaskan? Bagaimana seharusnya anda menyusun
jawaban? Bukti apa yang bsia anda berikan untuk pernyataan? Bagaimana anda
menjawab pertanyaan yang tidak bisa anda jawab karena kurang informasi, kebutuhan
utuk kerahasiaan, perlindungan sumber, konsekuensi hukum, dan kebijakan organisasi
serta batasannya?
Pada era hukum dan keterlibatan media dalam berbagai isu, sejumlah besar
narasumber mengikuti pelatihan tentang bagaimana menghadapi pertanyaan.
Misalnya, jaksa penuntu, pengacara, saksi pendukung atau ahli, dan klien untuk
menjawab pretanyaan di persidangan, pengumuman kongres, pertemuan dewan,
konferensi pers. Cari bantuan bila anda akan berhadapan dengan pewawancara yang
terlatih dan berpengalaman.
32
Mendengar Pertanyaan
Ketika mendengar dengan cermat setiap pertanyaan, ikuti beberapa panduan
berikut untuk merespon dengan efektif.
Sabar
Jangan mengasumsi bahwa anda tahu pertanyaannya sebelum pertanyaan
selesai diucapkan. Berikan reaksi setelah mendengar utuh dan mengerti setiap
pertanyaan. Jangan potong pewawancara karena apa yang akan diuapkannya mungkin
membantu anda untuk mengerti dan menentukan jawaban.
Jangan Menganulir Sebuah Pertanyaan Terlalu Cepat Sebagai Tidak Relevan Atau
Bodoh
33
Pewawancara mungkinmempunyai alasan bagus untuk menanyakan sebuah
pertanyaan, dan mungkin saja pertanyaan tersebut adalah pemanasan untuk
pertanyaan lain yang lebih penting. Misalnya sebuah pertanyaan ice-breaker,
pertanyaan ini tidak akan menambah bobot wawancara namun punya peran penting
pada interaksi dalam wawanara tersebut. Seorang pewawawncara mungkin saja
mengajukan pertanyaan rangkai corong terbalik (inverted funnel sequence), dan
membebaskan anda untuk merespon panjang lebar pada akhirnya.
34
♦ Cari pertanyaan reflektif (reflective question) dan cermin (mirror
question) untuk akurasi dan kelengkapan
Jelaskan apa yang anda lakukan dan kenapa
♦ Buka jawaban yang panjang dengan menjelaskan kenapa harus
panjang
♦ Buka jawaban dengan menjelaskan kenapa pertanyaan sulit dan
mungkin berbahaya
♦ Sediakan penjelasan substansial tentang mengapa anda menolak
menjawab, atau hanya ucapkan “no comment”
♦ Ucap ulang pertanyaan: “bila yang anda tanyakan adalah....” Anda
sepertinya menyiratkan bahwa....”
Ambik keuntungan dari jebakan pertanyaan
♦ Jawab bagian pertanyaan double barreled yang paling bisa anda
jelaskan dengan efektif
♦ Jawab pertanyaan bipolar hanya dengan iya atau tidak
♦ Bila suatu pertanyaan mengarahkan pada satu jawaban, jangan
terpojok pada jawaban yang tidak anda setujui
♦ Jawab salah satu bagian dari pertanyaan open-to-closed, entah yang
terbuka atau tertutup, yang mana paling menguntungkan anda
Dukung jawaban anda
♦ Gunakan cerita dan contoh untuk menggambarkan inti
♦ Gunakan analogi dan metafora untuk menjelaskan hal yang tidak
diketahui atau rumit, prosedur, dan konsep
♦ Atur jawaban panjang seperti pidato mini dengan pendahuluan,
tubuh, dan kesimpulan
35