You are on page 1of 5

HAM dan Demokrasi dalam Islam

I. Tujuan

1. Makalah agama ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Agama Islam
2. Mempelajari pandangan Islam dalam urusan Hukum, HAM, dan demokrasi

II. Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah definisi dari demokrasi itu?


2. Bagaimana islam memandang demokrasi?
3. Apakah definisi dari HAM (Hak Asasi Manusia) itu?
4. Bagaimanakah HAM dalam pandangan islam?

III. Ruang Lingkup

Makalah ini membahas:

1. Mendefinisikan arti dari demokrasi


2. Pandangan Islam tentang demokrasi
3. Definisi HAM
4. Pandangan HAM dalam Islam
5. Pandangan Islam tentang hukum

IV. Pembahasan
Definisi Ham, dan Demokrasi

Pengertian HAM
Secara Umum:
• Hak asasi manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam
kandungan dan merupakan pemberian dari Tuhan.HAM Berlaku secara universal.
• Tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28,
pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1
Dalam Islam:
• Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum
dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak
boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan
kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja
menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban
memberikan dan menjamin hak-hak ini.

Pengertian Demokrasi Secara Umum

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang menang
dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran.

"Many forms of Government have been tried, and will be tried in this world of sin
and woe. No one pretends that democracy is perfect or all-wise. Indeed, it has been
said that democracy is the worst form of government except all those other forms
that have been tried from time to time."
—Winston Churchill (Hansard, November 11, 1947)

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan
politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis
lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu
sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan
prinsip checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang


memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif,
lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan
lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh
masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat
yang diwakilinya (konstituante) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum
legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.

Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya
pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan umum
tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian warga
yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak
semua warga negara berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih).

Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih
presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas.
Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin
negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara
langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun
perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta
demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir lama dari sebagian masyarakat yang masih
terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai
tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya
akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu
membangun negara. Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak pilih kepada warga
yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memliki catatan
kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana).
Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang tepatnya diutarakan di Athena kuno
pada abad ke-5 SM. Negara tersebut dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah
sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan
dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara.
Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan
rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik.
Hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indicator
perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu
negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan kekuasaan negara
yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat. Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan
ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar
ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan
kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak
asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan
berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan
anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan
untuk rakyat. Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable),
tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga
negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori)
membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

Saat ini arti demokrasi sendiri sudah banyak tercemar oleh kosakata humanisme yang
mengarah pada konsep liberalis semata. Secara harafiah demokrasi disamakan dengan
kebebasan yang tanpa batas. Harus diingat bahwa konsep demokrasi yang membebaskan
mensyaratkan "kedewasaan" penggunanya. Demokrasi bukanlah ideologi yang
memberikan ruang tak terbatas terhadap setiap keinginan dan kepentingan rakyat karena
terlalu bebasnya unjuk kepentingan dengan alih-alih demokrasi akan menyebabkan
perbenturan kepentingan-kepentingan itu sendiri.

Di luar itu, demokrasi mensyaratkan suatu konstitusi yang benar-benar kokoh dan sehat
supaya dapat mengakomodasi kepentingan seluruh rakyat secara positif dan tidak saling
berbenturan. Negara-negara yang sukses dengan konsep demokrasi bukan berarti negara
yang memberikan kebebasan kepada warga negaranya sebebas-bebasnya secara harafiah.
Negara demokrasi yang sukses adalah sebuah negara dengan konstitusi yang kokoh, jelas,
sehat, dan menjunjung nilai-nilai dasar yang mutlak tidak terbantahkan kebenarannya.
Karena demokrasi memberi ruang kepada rakyatnya untuk memberikan "suara" dan
mengungkapkan kepentingannya masing-masing, diperlukanlah suatu kedewasaan dimana
setiap rakyat sadar bahwa mereka tidak mungkin memperjuangkan kepentingan mereka
jika itu melanggar hak dan kepentingan mendasar dari orang lain. Kemungkinan terjadinya
perbenturan kepentingan inilah yang harus dijaga oleh konstitusi yang kokoh dan sehat
sehingga demokrasi dapat dijalankan dengan sehat dan memberikan rasa aman bagi setiap
warga negara. Saat konstitusi semacam itu sudah terbentuk, maka setiap warga negara
dapat memperjuangkan kepentingannya dengan jelas dan dalam suatu bentuk yang pasti
dan terjamin dalam konstitusi.
Demokrasi sendiri seringkali terjegal oleh prinsip dimana kepentingan manusia dianggap
tidak terbatas dan sangat sulit untuk dikonsolidasikan. Oleh karena itu, suatu konstitusi
harus dibuat sesuai dengan pilihan karakter kebangsaan yang dipilih secara sadar dan
mantab sebagai suatu identitas kebangsaan. Konstitusi tersebut disusun dan dipilih oleh
"suara" rakyat sebagai simbol karakter mereka sebagai suatu bangsa yang berbeda satu
sama lainnya selain juga mencerminkan cita-cita mereka sebagai suatu bangsa. Sebagai
contoh, demokrasi Amerika dan demokrasi Indonesia adalah suatu bentuk demokrasi yang
berbeda secara konstitusional. Misal, demokrasi Amerika berkomitmen pada hak-hak
individu sebagai suatu bangsa, sedangkan demokrasi Indonesia sejak terbentuknya
berkomitmen pada persatuan dan kesatuan berbagai suku, agama, dan ras sebagai satu
bangsa. Namun keduanya sama-sama meletakkan sistem pemerintahannya dalam kondisi
parlementer dimana rakyat dianggap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan penentu
nasibnya sendiri yang diwakilkan pada sekelompok wakil rakyat hanya saja dengan
kepentingan, batasan, dan arah pergerakan bangsanya yang berbeda. Secara mudahnya,
demokrasi Amerika menjamin setiap warga Amerika "bergerak" bebas sebagai seorang
Amerika, sedangkan demokrasi Indonesia menjamin setiap warga Indonesia "bergerak"
bebas sebagai seorang Indonesia.
Dalam Islam ada yang dikenal dengan istilah Syura atau musyawarah. Yang merupakan
derivasi (kata turunan) dari kata kerja ‘syawara’. Dan kata ‘syawara’ mempunyai beberapa
makna, antara lain memeras madu dari sarang lebah; memelihara tubuh binatang ternak
saat membelinya; menampilkan diri dalam perang. Dan makna yang dominan adalah
meminta pendapat dan mencari kebenaran.
Dan secara terminologis, syura bermakna “memunculkan pendapat-pendapat dari orang-
orang yang berkompeten untuk sampai pada kesimpulan yang paling tepat.” (Nizhamul-
Hukmi Fil-Islam, Dr. ‘Arif Khalil, hal. 236)
Meminta pendapat dan mencari kebenaran adalah salah satu prinsip dalam demokrasi
yang dianut sebagian besar bangsa di dunia. Didalam Islam bermusyawarah untuk
mencapai mufakat adalah hal yang disyariatkan.
“Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-syura: 36)
Dengan ayat itu, kita memahami bahwa Islam telah memposisikan musyawarah pada
tempat yang agung. Syari’at Islam yang lapang ini telah memberinya tempat yang besar
dalam dasar-dasar tasyri’ (yurisprudensi). Ayat itu memandang sikap komitmen kepada
hukum-hukum syura dan menghiasi diri dengan adab syura sebagai salah satu faktor
pembentuk kepribadian Islam, dan termasuk sifat-sifat mukmin sejati. Dan lebih
menegaskan urgensi syura, ayat di atas menyebutkannya secara berdampingan dengan
satu ibadah fardhu ‘ain yang tidaklah Islam sempurna dan tidak pula iman lengkap kecuali
dengan ibadah itu, yakni shalat, infak, dan menjauhi perbuatan keji.
Hal tersebut menunjukan bahwa, Islam secara langsung menerapkan prinsip pengambilan
keputusan;musyawarah yang menjadi sendi utama dalam demokrasi modern (dari, oleh
dan untuk kepentingan rakyat).

Yang menjadi poin penting dalam demokrasi bukan sistem trias politiknya, yang membagi
pemerintahan kedalam tiga lembaga (eksekutif, yudikatif dan legislatif), melainkan sisitem
checks and balances yang berlangsung dalam pemerintahan itu. Tentunya agar bisa
berjalan maka, harus ada keterbukaan dari masing-masing elemen dalam pemerintahan
itu. Dan keterbukaan itu dapat diwujudkan dalam sebuah bentuk musyawarah yang efisien,
efektif dan egaliter. Tentu saja tujuan adalah kesejahteraan rakyat.

Pengertian Demokrasi Indonesia


• Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintahnegara tersebut.

Pengertian Demokrasi dalam Islam


Konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan tidak sepenuhnya sejalan dengan
Islam
1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.

2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.

3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.

4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi pertimbangan utama
dalam musyawarah.
5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan pada persoalan
yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan Sunah.

V. Kesimpulan
• Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme pemerintahan negara yang menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat.
• Demokrasi menurut Islam dapat diartikan seperti musyawarah, mendengarkan pendapat
orang banyak untuk mencapai keputusan dengan mengedepankan nilai – nilai keagamaan.
• HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di dalam kandungan.
• HAM dalam Islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu dan kew ajiban
bagi negara dan individu tersebut untuk menjaganya

You might also like