You are on page 1of 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bahasa kimia, tiap zat murni yang diketahui, baik unsure maupun
senyawa, mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk
memerikan suatu reaksi kimia ialah menulis rumus untuk tiap zat yang terlibat
dalam bentuk suatu persamaan kimia. Suatu persamaan kimia meringkaskan
sejumlah besar informasi mengenai zat – zat yang terlibat dalam reaksi.
Persamaan itu tidaklah sekedar pernyataan kualitatif yang menguraikan zat – zat
yang terlibat.
Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus – rumus dan
persamaan – persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri ( dari kata
Yunani : stoicheion, unsure dan metria, ilmu pengukuran). Sebagai tahap pertama
dalam perhitungan stoikiometri, akan dijelaskan sedikit penulisan rumus untuk zat
– zat. Rumus suatu zat menyatakan jenis dan banyaknya atom yang bersenyawa
secara kimia dalam suatu satuan zat. Terdapat beberapa jenis rumus, diantaranya
ialah rumus molekul dan rumus empiris. Suatu rumus molekul menyatakan
banyaknya atom yang sebenarnya dalam suatu molekul atau satuan terkecil suatu
senyawa. Suatu rumus empiris menyatakan angka banding bilangan bulat terkecil
dari atom – atom dalam suatu senyawa.
Persamaan kimia terdiri dari tiga hal, yaitu pereaksi, anak panah, dan hasil
reaksi. Pereaksi adalah zat mula – mula yang terdapat sebelum reaksi terjadi.
Hasil reaksi adalah zat apa saja yang dihasilkan selama reaksi kimia berlangsung.
Suatu reaksi kimia berimbang menunjukkan rumus pereaksi kemudian anak panah
dan hasil reaksi dengan jumlah atom dikiri dan dikanan anak panah sama.
Dalam percobaan kali ini akan dilakukan pengukuran volume dan suhu dari
masing – masing larutan NaOH, H2SO4, dan HNO3. Dan juga akan mengukur suhu

62
campuran NaOH – HNO3 , dan NaOH – H2SO4. Percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan suhu larutan sebelum dan sesudah dicampurkan. Sehingga
dapat diketahui letak titik maksimumnya. Selain itu, melalui percobaan ini dapat
juga diketahui apakah dalam proses pencampuran tersebut terjadi reaksi endoterm
atau eksoterm.

1.2 Tujuan
• Mengetahui perbedaan reaksi stoikiometri dan non-stoikiometri
• Mengetahui pengertian dari reaksi endoterm dan eksoterm
• Mengetahui pengertian dari pereaksi pembatas

63
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani stoicheion, artinya unsur. Dari
literatur, stoikiometri artinya mengukur unsure – unsure. Istilah ini umumnya
digunakan lebih luas, yaitu meliputi bermacam pengukuran yang lebih luas dan
meliputi perhitungan yang didasarkan pada rumus – rumus dan persamaan –
persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri.

PERSAMAAN KIMIA
Suatu pereaksi ialah zat apa saja yang mula – mula terdapat dan kemudian
diubah selama suatu reaksi kimia. Suatu hasil reaksi ialah zat apa saja yang
dihasilkan selama reaksi kimia. Suatu persamaan kimia ( atau persamaan kimia
berimbang ) menunjukkan rumus pereaksi, kemudian suatu anak panah, dan lalu
rumus hasil reaksi, dengan banyaknya atom tiap unsure dikiri dan dikanan anak
panah sama, misalnya persamaan berimbang untuk reaksi antara hydrogen dan
oksigen yang menghasilkan air ditulis sebagai
2H2O + O2 2H2O
Rumus H2 menyatakan bahwa sebuah molekul hydrogen tersusun dari dua atom itu
adalah molekul diatom, sama seperti molekul oksigen (O 2). Molekul air (H2O)
merupakan molekul triatom karena terdiri dari tiga atom, dua hydrogen dan satu
oksigen. Persamaan itu menyatakan bahwa dua molekul hydrogen bereaksi
dengan satu molekul oksigen, menghasilkan dua molekul air.

HUKUM-HUKUM DASAR ILMU KIMIA


• Hukum Kekekalan Massa

64
Hukum kekekalan massa dikemukakan oleh Antonio Laurent Lavoisier
(1785) yang berbunyi : massa zat sebelum dan sesudah reaksi sama.
• Hukum Perbandingan Tetap
Setelah munculnya hokum kekekalan massa, maka sekitar tahun 1800
Joseph Louis Proust melakukan penelitian tentang hubungan massa unsur -
unsur yang membentuk senyawa. Hasil penelitiannya menunjukkan
perbandingan massa unsure – unsure yang membentuk suatu senyawa tetap.
Kemudian lahir hokum proust atau hokum perbandingan tetap yang berbunyi :
setiap senyawa terbentuk dari unsure – unsure dengan perbandingan tetap.
Contoh,
H2 (g) + ½ O2 (g) H2O (l)
1 gr 8 gr 9 gr
2 gr 16 gr 18 gr
• Hukum Perbandingan Ganda
John Dalton (1804) adalah orang yang pertama kali meneliti kasus adanya
perbandingan tertentu suatu unsure – unsure yang dapat membentuk senyawa
lebih dari satu, yang dikenal dengan nama hokum perbandingan tetap. Hokum
perbandingan ganda berbunyi : bila dua macam unsure yang sama banyaknya,
massa unsure berikutnya dalam senyawa – senyawa itu akan berbanding
sebagai bilanagan bulat positif dan sederhana.
• Hukum Perbandingan Volume
Hubungan antara volume dari gas – gas dalam reaksi kimia telah diselidiki
oleh Joseph Louis Gay – Lussac dalam tahun 1905. hasil penelitian ini lahir
hokum perbandingan tetap yang berbunyi : volume gas – gas yang bereaksi,
volume gas – gas hasil reaksi, bila diukur pada suhu dan tekanan yang tetap
akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana. Contoh,

H2 (g) + Cl2 (g) 2HCl (g)

65
1L 1L 2L
• Hukum Avogadro
Pada tahun 1911 Amedeo Avogadro mengemukakan : pada suhu dan
tekanan yang tetap, semua gas yang volumenya sama akan mengandung
molekul yang sama cacahnya. Contoh,

2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (g)


1V 1V 2V
1 n mol 1 n mol 2n mol
2 molekul 1molekul 2molekul

PENULISAN RUMUS KIMIA


Rumus suatu zat menyatakan jenis dan banyaknya atom yang bersenyawa
secara kimia dalam suatu satuan zat. Ada beberapa jenis rumus, antara lain :
• Rumus unsur. Unsure kebanyakan ditulis berupa lambangnya saja. Misalnya,
Natrium,Na,besi,Fe,perak,Ag, dan timah, Sn. Namun terdapat tujuh unsure
yang lazim dikenal, yang hamper selalu berupa molekul diatom, yakni hydrogen,
nitrogen, oksigen, fluor, klor, brom, dan iod ; rumus mereka adalah H2, N2, O2, F2,
Cl2, Br2, I2. Disamping itu oksigen mempunyai suatu bentuk triatom yang khusus,
O3, ozon, ada unsure – unsure selain yang tujuh tersebut diatas, yang juga
berbentuk molekul dengan dua atom atau lebih yang disebut molekul poliatom,
misalnya molekul S8 dari belerang dan molekul P4 dari fosforus.
• Rumus empiris, menyatakan perbandingan bilangan bulat terkecil dari atom
– atom yang membentuk suatu senyawa, misalnya H 2O2 mempunyai rumus
empiris HO.
• Rumus molekul, menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya yang
terdapat dalam molekul atau satuan terkecil dari suatu senyawaan.

66
Terdapat tiga kemungkinan hubungan yang perlu dipertimbangkan :
 Rumus empiris dan rumus molekul dapat identik, seperti CCl4.
 Rumus molekul dapat merupakan penggandaan dari rumus empiris. ( rumus
molekul H2O2 , adalah dua kali dari rumus empiris HO ).
 Suatu senyawa dalam keadaan padat dapat memiliki rumus empiris ( seperti
NaCl, MgCl2, atau NaNO3 ) dan tidak memiliki rumus molekul.

MENULIS PERSAMAAN BERIMBANG


Untuk menulis suatu persamaan berimbang dapat diikuti suatu proses tiga
tahap : 1) tulislah nama pereaksi, kemudian suatu anak panah dan kemudian nama
– nama hasil reaksi ; 2) tulis ulang pernyataan ini dengan menggunakan rumus
untuk tiap zat ; dan 3) berimbangkan persamaan dengan memilih koefisien
bilangan bulat yang sesuai untuk tiap rumus. Proses tiga tahap ini dapat
dipaparkan dengan menggunakan pembakaran metana, suatu penyusun gas
alam :
Tahap 1
Metana + Oksigen karbon dioksida + air
Tahap 2
CH4 + O2 CO2 + H2O
Tahap 3
a) CH4 + O2 CO2 + H2O
b) CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O ( persamaan berimbang )
BOBOT ATOM
Atom begitu kecil sehingga sukar dibandingkan dengan benda apa saja yang
kita kenal. Bobot sebuah atom hydrogen 1,67 . 10-24 gram, bobot atom karbon 1,99
. 10-23 gram dan bobot atom oksigen 2,66 . 10-23 gram. Untuk memudahkan
penulisan digunakan satuan massa atom, sma. Dengan menggunakan sma atom
hydrogen, karbon, dan oksigen masing – masing adalah 1,0079 sma ; 12,011

67
sma ; 15,999 sma. Satu sma setara dengan sekitar 1,661 . 10-24 gram atau 1 gram
= 6,022 . 1023 sma.

BOBOT MOLEKUL
Adalah jumlah bobot atom – atom yang ditunjukkan dalam rumus molekulnya.

MOL
Metode eksperimen modern membuktikan bahwa banyaknya atom karbon
dalam 12,01 gram adalah 6,022 . 1023 (bilangan Avogadro). Begitupula bobot dari
6,022 . 1023 atom oksigen , molekul CO dan CO2 masing – masing 16,00 gram :
28,01 gram ; 44,01 gram. Jadi,
1 mol zat = gram / BM = 6,022 . 1023 partikel

PEREAKSI PEMBATAS DAN BERLEBIHAN


Perhitungan banyaknya pereaksi yang diperlukan atau hasil – hasil yang
diperoleh dilakukan berdasarkan angka banding stoikiometri yang ditunjukkan
dalam persamaan – persamaan berimbang. Hampi selalu terdapat pereaksi yang
kurang banyak ketimbang yang dibutuhkan agar semua pereaksi bersenyawa.
Pereaksi pembatas ialah zat yang bereaksi habis dan karena itu membatasi
kemungkinan diperpanjangnya reaksi itu. Pereaksi atau pereaksi lain dikatakan
berlebihan, karena tertinggal sejumlah yang tak bereaksi.

CARA MENYATAKAN KONSENTRASI


o Bobot ekivalen
Adalah bobot dalam satuan gram suatu zat atau senyawa atau unsure yang
diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol proton (H +), sedang
pada reaksi redoks yang dimaksud dengan bobot ekivalen adalah bobot dalam
satuan gram suatu zat atau unsure atau senyawa yang diperlukan untuk

68
memberikan atau menerima satu mol electron. Hubungan antara bobot molekul
dengan bobot ekivalen dinyatakan dengan persamaan,
BE = BM / n atau EW = MW / n ; dimana
BE : bobot ekivalen
EW : ekuivalent weight
BM : bobot molekul
MW : molecular weight
n : cacah mol proton (H+) atau cacah mol electron
o Persentase (%)

o Molaritas
Adalah cacah mol zat terlarut setiap tertentu ( 1 liter ) larutan.

Molalitas (m)
Adalah cacah mol terlarut setiap kilogram pelarut.

o Normalitas (N)
Adalah cacah larutan yang mengandung ekivalen terlarut setiap volume larutan.

o Fraksi Mol

69
Adalah perbandingan antara cacah mol suatu komponen dengan cacah mol
semua pembentuk larutan, dengan demikian fraksi mol ini selalu dituliskan
dengan indeks komponennya.

o Bagian perjuta (part per million = ppm )


Didefinisikan sebagai cacah terlarut dalam satu juta cacah larutan atau bagian
suatu komponen dalam satu juta bagian campuran.

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan


3.1.1 Alat - alat
 Gelas kimia 10 0ml
 Thermometer
 Gelas ukur 25 ml

70
 Pipet volume

3.1.2 Bahan – bahan


 Larutan NaOH 2M
 Larutan H2SO4 2M
 Larutan HNO3 2M

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Stoikiometri larutan NaOH 2M
 Diukur suhu NaOH dan dicatat suhunya.
 Di ambil 6ml larutan HNO3 2M.
 Diukur suhu HNO3 dan dicatat suhunya.
 Di campur larutan NaOH dan larutan HNO3.
 Diukur suhu campuran dan dicatat suhunya.

 Diambil 4ml larutan NaOH 2M


 Diukur suhu NaOH dan dicatat suhunya
 Diambil 4ml larutan HNO3 2M
 Diukur suhu HNO3 dan dicatat suhunya
 Dicampur larutan NaOH dan larutan HNO3
 Diukur suhu campuran dan dicatat suhunya

 Diambil 6ml larutan NaOH 2M


 Diukur suhu NaOH dan dicatat suhunya
 Diambil 2ml larutan HNO3 2M
 Diukur suhu HNO3 dan dicatat suhunya
 Dicampur larutan NaOH dan larutan HNO3

71
 Diukur suhu campuran dan dicatat suhunya

3.2.2 Stoikiometri sistem NaOH – H2SO4


 Diambil 2ml larutan NaOH 2M
 Diukur suhu NaOH dan dicatat suhunya
 Diambil 6ml larutan H2SO4 2M
 Diukur suhu H2SO4 dan dicatat suhunya
 Dicampur larutan NaOH dan H2SO4
 Diukur suhu campuran dan dicatat suhunya

 Di ambil 4ml larutan NaOH 2M


 Diukur suhu NaOH dan dicatat suhunya
 Diambil 4ml larutan H2SO4 2M
 Diukur suhu H2SO4 dan dicatat suhunya
 Dicampur larutan NaOH dan H2SO4
 Diukur suhu campuran dan dicatat suhunya

 Diambil 6ml larutan NaOH 2M


 Diukur suhu NaOH dan dicatat suhunya
 Diambil 2ml larutan H2SO4 2M
 Diukur suhu H2SO4 dan dicatat suhunya
 Dicampur larutan NaOH dan H2SO4
 Diukur suhu campuran dan dicatat suhunya

72
BAB 4
HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

73
Stoikiometri sistem NaOH – HNO3
Volume Volume Suhu
Suhu NaOH Suhu HNO3
NaOH HNO3 campuran
o o
2ml 6ml 30 C 31 C 35oC
4ml 4ml 28oC 31oC 32oC
6ml 2ml 30oC 31oC 35oC

Stoikiometri sistem NaOH – H2SO4


Volume Volume Suhu Suhu
Suhu NaOH
NaOH H2SO4 H2SO4 campuran
o
2ml 6ml 30 C 29o C 31o C
4ml 4ml 30o C 29o C 34o C
6ml 2ml 30o C 29o C 32o C

4.2 Reaksi dan perhitungan


4.2.1 Reaksi
NaOH + HNO3 NaNO3 + H2O
2NaOH + H2SO Na2SO4 + 2H2O
4.2.2 Perhitungan
4.2.2.1 2ml NaOH 2M dan 6 ml HNO3 2M
NaOH + HNO3 NaNO3 + H2O
Mula 0,004 mol 0,012 mol
Bereaksi 0,004 mol 0,004 mol 0,004 mol 0,004 mol
Sisa - 0,008 mol 0,004 mol 0,004 mol

Massa HNO3 = Mr x mol


= 63 x 0,008
= 0,504 gram
Massa H2O = Mr x mol
= 18 x 0,004
= 0,072 gram

74
Massa NaNO3 = Mr x mol
= 85 x 0,004
= 0,34 gram

4.2.2.2 untuk 4ml NaOH 2M dan 4ml HNO3 2M


NaOH + HNO3 NaNO3 + H2O
Mula 0,008 mol 0,008 mol
Bereaksi 0,008 mol 0,008 mol 0,008 mol 0,008 mol
Sisa - - 0,008 mol 0,008 mol

Massa NaNO3 = Mr x mol


= 85 x 0,008
= 0,68 gram

Massa H2O = Mr x mol


= 18 x 0,008
= 0,144 gram

4.2.2.3 untuk 6ml NaOH 2M dan 2ml HNO3 2M


NaOH + HNO3 NaNO3 + H2O
Mula 0,012 mol 0,004 mol
Bereaksi 0,004 mol 0,004 mol 0,004 mol 0,004 mol
Sisa 0,008 mol - 0,004 mol 0,004 mol

Massa NaOH = Mr x mol


= 40 x 0,008
= 0,32 gram
Massa NaNO3 = Mr x mol
= 85 x 0,004

75
= 0,34 gram
Massa H2O = Mr x mol
= 18 x 0,004
= 0,072 gram

4.2.2.4 untuk 2ml NaOH 2M dan 6ml H2SO4 2M


2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + H2O
Mula 0,004 mol 0,012 mol
Bereaksi 0,004 mol 0,002 mol 0,002 mol 0,004 mol
Sisa - 0,01 mol 0,002 mol 0,004 mol

Massa H2SO4 = Mr x mol


= 9,8 x 0,01
= 0,98 gram
Massa Na2SO4 = Mr x mol
= 142 x 0,002
= 0,284 gram
Massa H2O = Mr x mol
= 18 x 0,004
= 0,072 gram

4.2.2.5 untuk 4ml NaOH dan 4 ml H2SO4 2M


2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O
Mula 0,008 mol 0,008 mol
Bereaksi 0,008 mol 0,004 mol 0,004 mol 0,004 mol
Sisa - 0,004 mol 0,004 mol 0,004 mol

Massa H2SO4 = Mr x mol


= 98 x 0,004

76
= 0,392 gram
Massa Na2SO4 = Mr x mol
= 142 x 0,004
= 0,568 gram
Massa H2O = Mr x mol
= 18 x 0,008
= 0,144 gram

4.2.2.6 untuk 6ml NaOH 2M dan 2ml H2SO4 2M


2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O
Mula 0,012 mol 0,004 mol
Bereaksi 0,008 mol 0,004 mol 0,004 mol 0,008 mol
Sisa 0,004 mol - 0,004 mol 0,008 mol

Massa NaOH = Mr x mol


= 40 x 0,004
= 0,16 gram
Massa Na2SO4 = Mr x mol
= 142 x 0,004
= 0,568 gram
Massa H2O = Mr x mol
= 18 x 0,008
= 0,144 gram

4.3 Pembahasan
Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi dalam reaksi
tersebut habis bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau tidak ada
reaksi pembatas.
Contoh : 4ml HCl 2M direaksikan dengan 8ml KOH 1M

77
Jawab : HCl + KOH KCl + H 2O
Mula 0,008 mol 0,008 mol
Bereaksi 0,008 mol 0,008 mol 0,008 mol 0,008 mol
Sisa - - 0,008 mol 0,008 mol
Jadi, dalam reaksi diatas semua pereaksinya habis bereaksi sehingga tidak ada
pereaksi pembatasnya. Sedangkan reaksi nonstoikiometri adalah suatu reaksi
dimana pereaksinya tidak habis bereaksi atau pereaksi masih ada mol sisanya,
sehingga ada pereaksi pembatasnya.
Contoh : 25 ml NaOH 2M direaksikan dengan 50ml HNO3 3M
Jawab : NaOH + HNO3 NaNO3 + H2O
Mula 0,05 mol 0,15 mol
Bereaksi 0,05 mol 0,05 mol 0,05 mol 0,05 mol
Sisa - 0,1 mol 0,05 mol 0,05 mol
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa NaOH adalah pereaksi
pembatasnya, karena NaOH habis bereaksi. Pereaksi pembatas adalah zat yang
habis bereaksi dank arena itu membatasi kemungkinan diperpanjangnya reaksi itu.
Metode variasi kontinyu yaitu dilakukan serangkaian pengamatan yang kuantitas
molar totalnya sama tetapi masing – masing molar pereaksinya berubah – ubah
(bervariasi). Salah satu sifat fisik tertentu dipilih untuk diperiksa, seperti misalnya
massa, volume, suhu, dan daya serap.
Reaksi eksoterm adalah reaksi pembebasan panas dari sistem ke
lingkungan sehingga suhu lingkungan bertambah dan terjadi pada tekanan tetap.
Hal ini menunjukkan bahwa entalpi dari hasil reaksi lebih rendah daripada entalpi
pereaksi – pereaksi (kalor mengalir dari sistem ke lingkungan yang mengakibatkan
entalpi sistem jadi berkurang). Contohnya pada percobaan tersebut adalah reaksi
antara NaOH dan H2SO4. Hal itu dibuktikan dengan suhu setelah terjadi reaksi
akan lebih tinggi daripada suhu sebelum reaksi ( T > 0). Sedangkan reaksi
endoterm merupakan reaksi penyerapan panas dari lingkungan sehingga suhu
lingkungan berkurang atau dengan kata lain kalor mengalir dari lingkungan

78
kedalam sistem yang mengakibatkan entalpi sistem berubah (bertambah). Untuk
reaksi endoterm, karena kalor mengalir dari lingkungan ke sistem, maka suhu
setelah terjadi reaksi akan lebih rendah daripada suhu sebelum reaksi ( T < 0 ).
Pada percobaan tersebut tidak terdapat contoh reaksi endoterm karena suhu pada
setiap percobaan tersebut setelah terjadi reaksi lebih tinggi daripada suhu sebelum
reaksi.
Pada percobaan pertama, volume NaOH 2M sebanyak 2ml ketika diukur
suhunya 30oC, volume H2SO4 2M sebanyak 6ml memiliki suhu 31oC, sedangkan
suhu campuran kedua larutan tersebut adalah 35oC. Pada percobaan kedua,
volume NaOH 2M sebanyak 4ml ketika diukur suhunya 28 oC, volume H2SO4 2M
sebanyak 4ml memiliki suhu 31oC, sedangkan suhu campuran kedua larutan
tersebut adalah 32oC. Pada percobaan ketiga, volume NaOH 2M sebanyak 6 ml
ketika diukur suhunya 30oC, volume H2SO4 2M sebanyak 2 ml memiliki suhu
31oC,sedangkan suhu campuran kedua larutan tersebut adalah 35 oC. pada
percobaan keempat, volume NaOH 2M sebanyak 2 ml ketika diukur suhunya 30oC,
volume H2SO4 2M sebanyak 6 ml memiliki suhu 29oC, sedangkan suhu campuran
kedua laru8tan tersebut adalah 31oC. pada percobaan kelima, volume NaOH 2M
sebanyak 4 ml ketika diukur suhunya 30oC , volume H2SO4 2M sebanyak 4ml
memiliki suhu 29oC, sedangkan suhu campuran kedua larutan tersebut adalah
34oC. pada percobaan keenam, volume NaOH 2M sebanyak 6 ml ketika diukur
suhunya 30oC, volume H2SO4 2M sebanyak 2ml memiliki suhu 29oC, sedangkan
suhu campuran kedua campuran tersebut adalah 32oC.
Titik maksimum adalah titik tertinggi dari suhu campuran yang terdapat
dalam campuran NaOH – H2SO4 dan campuran NaOH – HNO3. dalam percobaan
NaOH – H2SO4, titik maksimumnya adalah 35oC yang terdapat dalam 2ml NaOH 2M
dan 6 ml H2SO4 2M, juga pada 6 ml NaOH 2M dengan 2 ml H2SO4 2M. dalam
percobaan NaOH – HNO3, titik maksimumnya adalah 34oC yaitu pada 4 ml NaOH
2M dengan 4ml HNO3 2M.

79
35.5
35
34.5
34
33.5
33 Series1
32.5
32
31.5
31
30.5
2+6 4+4 6+2

34.5
34
33.5
33
32.5
Series1
32
31.5
31
30.5
30
29.5
2+6 4+4 6+2

80
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
o Reaksi nonstoikiometri adalah reaksi yang memiliki pereaksi
pembatas, sedangkan reaksi stoikiometri adalah reaksi yang tidak memiliki
pereaksi pembatas.
o Reaksi endoterm adalah reaksi reaksi penyerapan panas dari
lingkungan sehingga suhu lingkungan berubah (berkurang) atau dengan
kata lain kalor mengalir dari lingkungan kedalam system yang menyebabkan
entalpi system bertambah. Sedangkan reaksi eksoterm adalah reaksi
pembebasan panas dari system ke lingkungan sehingga suhu lingkungan
bertambah dan terjadi pada tekanan tetap.
o Pereaksi pembatas adalah salah satu pereaksi yang habis bereaksi
dank arena itu membatasi kemungkinan diperpanjangnya reaksi itu.

5.2 Saran
o Disarankan pada percobaan selanjutnya bisa digunakan temperature dalam
satuan kelvin atau Fahrenheit.
o Disarankan pada percobaan selanjutnya bisa mencampurkan larutan asam
atau basa lemah dengan garamnya. Contoh, CH3COOH dan CH3COONa

81
DAFTAR PUSTAKA

Keenan,kleinfelter,Wood A. 1999. Kimia Untuk Universitas. Edisi VI. Jilid1.


Jakarta:Erlangga
Petruci,Ralph. 1987. Kimia Dasar.edisi keempat. Jilid1. Erlangga:Jakarta
Brady,James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Edisi kelima. Jilid satu.
Binarupa Aksara:Jakarta

Samarinda, 29 Oktober 2008

Mengetahui,
Asisten, Praktikan,

Rosaliah Tuti Widayanti


06.55076.02232.08 0809045050

82

You might also like