You are on page 1of 3

Mengacu pada teori penyebab homoseksual, dr.

Wimpie Pangkahila menyebutkan ada empat


kemungkinan penyebab homoseksual:

1. Faktor biologis, yakni ada kelainan di otak atau genetik.


Tapi anggapan ini sangat spekulatif dan riset yang dihasilkan untuk mendukung pendapat
tersebut dinilai sangat lemah. Faktor biologis lain yang relatif lebih banyak diterima sebagai
sumber lesbianisme adalah faktor hormonal. Dan jika sampai riset tentang hal ini
menunjukan bukti-bukti kuat, bisa jadi teori lain yang memandang bahwa seseorang menjadi
homoseksual karena faktor "tidak alamiah" seperti faktor psikologis itu akan gugur.Ada lagi
ahli yang berpendapat lesbianisme terjadi berkaitan erat dengan tak adanya pembedaan jenis
kelamin sebagai kanak-kanak (gender nonconformity).
2. Faktor psikodinamik, yaitu adanya gangguan perkembangan psikoseksual pada masa
anak-anak.
Ada anggapan bahwa seseorang menjadi lesbian karena pernah "diperkosa" oleh lesbian yang
berusia lebih dewasa. Karena merasakan kenikmatan ketika melakukan relasi tersebut
akhirnya terjerumus menjadi lesbian.
3. Faktor sosiokultural, yakni adat-istiadat yang memperlakukan hubungan homoseks
dengan alasan tertentu yang tidak benar.
Misalnya kurang kasih sayang Ibu akan menyebabkan seorang anak perempuan berusaha
mendapatkannya dari wanita lain. Hubungan yang buruk dengan ayahnya akan menyebabkan
anak mengalami trauma berhubungan dengan laki-laki sehingga anak perempuannya
cenderung memilih berhubungan dengan wanita.
4. Faktor lingkungan, yaitu keadaan lingkungan yang memungkinkan dan mendorong
pasangan sesama jenis menjadi erat.
Temen dekat mereka lesbi dan karna mereka merasa sudah nyaman dengan sahabat
perempuan itu maka apa yang dilakukan temen lesbian itu ke dia tanpa sadar akan terbawa
perasaan sahabatnya dan menjadikannya lesbian.
Sanksi lesbi menurut agama

Islam malah memberi sanksi bagi pasangan lesbi (yang saling melakukan hubungan seksual)
dengan hukuman mati. Imam Syafi’i menetapkan pelaku dan orang-orang yang ‘dikumpuli’
(oleh homoseksual dan lesbian) wajib dihukum mati, sebagaimana keterangan dalam hadits,
“Barangsiapa yang mendapatkan orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth
(praktek homoseksual dan lesbian), maka ia harus menghukum mati; baik yang
melakukannya maupun yang dikumpulinya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Al Baihaqi). (Zainuddin bin Abdul ‘Aziz Al Malibaary, Irsyaadu Al ‘ibaadi ilaa Sabili Al
Risyaad. Al Ma’aarif, Bandung, hlm. 110).

Dalam Islam, hingga kini, praktik homoseksual tetapdipandang sebagai tindakan bejat. Di
dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa praktik homoseks merupakan satu dosa
besar dan sanksinya sangat berat. Rasulullah SAW bersabda, ''Siapa saja yang menemukan
pria pelaku homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut.'' (HR Abu Dawud, at-Tirmizi, an-
Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki). Imam Syafii berpendapat, bahwa pelaku
homoseksual harus dirajam (dilempari batu sampai mati) tanpa membedakan apakah
pelakunya masih bujangan atau sudah menikah.

Untuk pelaku praktik lesbi (wanita dengan wanita), diberikan ganjaran hukuman kurungan
dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya. (QS 4:15). Para fuqaha membedakan
hukuman antara pelaku homoseksual (sesama laki-laki) dengan lesbian (sesama wanita).
Pelaku lesbi tidak dihukum mati. Dalam kitab Fathul Mu'in, kitab fikih yang dikaji di
pesantren-pesantren Indonesia, dikatakan, bahwa pelaku lesbi (musaahaqah) diberi sanksi
sesuai dengan keputusan penguasa (ta'zir). Bisa jadi, penguasa atau hakim membedakan jenis
hukuman antara pelaku lesbi yang terpaksa dengan yang profesional. Apalagi, untuk para
promotor lesbi. Apapun, hingga kini, praktik homoseksual dan lesbian tetap dipandang
sebagai praktik kejahatan kriminal, dan tidak patut dipromosikan apalagi dilegalkan.

Sanksi lesbi dalam masyarakat.

Masyarakat cenderung memandang lesbian sebagai perilaku menyimpang, hal ini disebabkan
aturan dan dasar yang diasumsikan masyarakat tentang perilaku tersebut tidak sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Penyimpngan ini terjadi karna kegagalan
penyesuaian diri individu dengan lingkungan sekitarnya dan kurangnya keinginan si individu
untuk berubah. Jika kondisi ini diabaikan maka kemungkinan besar akan menimbulkan
hilannya nilai-nilai dan norma-norma yang ditanamkan dalam masyarakat. Kondisi ini juga
berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dan sangat meresahkan orang tua terhadap
pergaulan anaknya.

You might also like