You are on page 1of 4

kedudukan

islam memandang harta dengan acuan akidah yang disarankan Al-Qur’an, yakni
dipertimbangkannya kesejahteraan manusia, alam, masyarakat dan hak milik.
Pandangan demikian, bermula dari landasan iman kepada Allah, dan bahwa Dia-lah
pengatur segala hal dan kuasa atas segalanya.Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya
karena hikmah Ilahiah. Hubungan manusia dengan lingkungannya diikat oleh
berbagai kewajiban, sekaligus manusia juga mendapatkan berbagai hak secara adil
dan seimbang.

1. Sebagai hiasan dan kebutuhan

Dijelaskan dalam Al – Qur’an bahwa harta adalah hiasan ( zinah ). Dalam firman
Allah dinyatakan :

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan. ( Q.S Al Kahfi : 46 )

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). ( Q.S Al Imran : 14 )

Pada ayat – ayat diatas dijelaskan bahwa kebutuhan manusia dan kesenangan manusia
terhadap harta sama dengan kebutuhan manusia terhadap anak atau keturunan, maka
kebutuhan manusia akan harta adalah kebutuhan mendasar. Dan dalam surat Ad –
Dhuha ayat 8, Allah bersabda :

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan
kecukupan.

2. Sebagai amanat

Disamping sebagai hiasan, harta juga berkedudukan sebagai amanat (fitnah ),


:sebagaimana dalam ayat Al – Qur’an

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi


Allah-lah pahala yang besar. ( Q.S At – Taghobun : 15 )

Karena harta adalah titipan, maka manusia tidaklah memiliki harta secara mutlak,
karena itu dalam pandangan tentang harta terdapat hak – hak orang lain, seperti zakat
harta dan yang lainnya.

3. Sebagai musuh

Kedudukan harta yang berikutnya adalah sebagai musuh, sebagaimana dalam


Al – Qur’an :
Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan
jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Q.S At – Taghobun :
14 )

Dalam ayat ini, sebagian harta diangggap sebagai musuh karena kadang-kadang isteri
atau anak dapat menjerumuskan suami atau Ayahnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang tidak dibenarkan agama tetapi ayat ini tidak menjelaskan tentang
kedudukan harta sebagai musuh hanya saja beberapa macam harta dapat menjadi
musuh dan mencelakakan pemiliknya. Sebagaimana dalam hadist :

‫تعس عبد الدينر و عبد الدرهم و عبد الخميص ان اعطي رضي و ان لم يعط سخط تعس و ا نتكس و اذا شيك فل‬
‫) انتقش ) رواه الترمذى‬

Celakalah seorang hamba dinar, orang yang menjadi hamba dirham, orang yang
menjadi hamba toga atau pakaian, jika diberi ia bangga, bila tidak diberi dia marah.
Mudah – mudahan dia celaka dan merasa sakit. Jika ia terkena musibah, ia takkan
menemukan jalan keluarnya. ( H.R Tirmidzi )

‫) لعن عبد الدينار و لعن عبد الدرهم ) رواه الترمذى‬

Terkutuklah orang yang menjadi hamba dinar dan terkutuk pulalah orang yang
menjadi hamba dirham. ( H.R Tirmidzi ).

Fungsi harta dlam islam

Harta merupakan sumber penghidupan bagi kita, baik kaya maupun miskin, akan
terus berhubungan dengan harta karena fungsinya sebagai alat pemenuhan kebutuhan
manusia.

Kita menyadari begitu banyaknya tantangan yang harus kita jalani baik dalam hal
memperoleh harta maupun mengelolanya. Tantangan itu bisa saja mempengaruhi
prilaku kita kedepannya.

Contoh, ketika seorang yang fakir, yang kesulitan mendapatkan harta, hal ini akan
mempengaruhi pola hidupnya, ia bisa saja memperoleh harta dari meminta-minta,
selanjutnya ia akan sangat berhemat agar masih ada sisa uang hari ini untuk
kebutuhan besok.

Namun lain halnya dengan seorang yang kaya, ia tidak perlu memikirkan akan
makankah saya besok, karena harta yang melimpah yang ia miliki sehingga hari esok
tidak ada keruguan baginya atas ketidakcukupan. Malah tidak jarang, semakin kaya
seseorang semakin banyak kebutuhan yang harus dia keluarkan.
Dari 2 fragmen diatas, kita tahu bahwa setiap individu di dunia telah diberikan oleh
Allah kadar harta dan kebutuhan masing-masing. Ini disesuaikan dengan seberapa
besar usaha dan pengorbanan yang diberikan untuk mendapatkannya. Namun kenapa
harus ada perbedaan itu, Allah berfirman

Katakanlah”, sesungguhnya Tuhan-ku melapangkan rezeki bagi siapa yang


dikehendaki-Nya diantara hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang
dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Allah akan
menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya”. ( Q.S Saba,34: 39)

Disinilah indahnya Islam, bagi yang kaya ada amanah baginya untuk menyedekahkan
sebagian hartanya bagi fakir miskin dan orang yang membutuhkan senantiasa mau
untuk menerima harta tersebut. Selain untuk menjaga silaturrahim, hal ini juga dapat
membersihkan harta dan membantu saudara yang membutuhkan.

Kenapa harus bersedekah? Karena dengan bersedeqah merupakan salah satu cara bagi
kita untuk mendapatkan keberkahan harta.

Abdul Fadhil Abu Al-Hamdi, menjelaskan bahwa makna berkah (Al Barokah) ialah
berkembang dan bertambah. Artinya ada proses perbanyakan, berlipat ganda dan
semakin meluas. Hal ini bisa terjadi jika kita telah memenuhi beberapa syarat, seperti
ikhlas, mensyukuri nikmat, qona’ah dalam mencari harta dan menjaga amalan
lainnya. Hal ini merupakan prilaku dan sifat yang saling melengkapi.

Berkah juga berarti kebahagiaan. Karena sama artinya kita membagi-bagikan


kebahagiaan kepada orang lain. Banyak sahabat Nabi seperti Abu Bakar Ash Shiddiq,
Umar bin Khattab, Usman dan lainnya, bersedeqah menjadi hal yang sangat ringan
bagi mereka.

Berkahnya harta mereka dibalas oleh Allah dengan janji pahala yang besar disisinya.
Kita lihat, dalam setiap prilaku mereka, terpancarlah aura kebahagiaan, suasana cinta
pada Allah Maha Pencipta dan Pemberi Rizki.

Bagi fakir miskin, bagaimanakah bentuk keberkahan harta yang mereka rasakan.
Sama, mereka akan merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan mereka bersyukur
atas itu, disanalah bentuk rahasia Allah. Kita tidak tahu manakah ujian yang paling
berat, apakah memiliki harta yang banyak ataukah harta yang sedikit, keduanya
memiliki tantangan dan godaanyang sama. Intinya ketika dasar iman dan taqwa ada
dalam diri masing-masing, kekhawatiran atas dunia bukanlah menjadi agenda utama
dalam hidupnya.

Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang diberikan
Allah kepadanya. Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan
memberkahinya dan meluaskan pemberianNya. Kalau dia tidak ridho dengan
pemberianNya maka Allah tidak akan memberinya berkah (HR. Ahmad)

Satu hal yang harus kita sadari, bahwa harta adalah amanah yang sungguh berat,
karena Allah akan menanyakan kemanakah kita gunakan harta yang dikaruniakan
kepada kita, jangan sampai dihadapan-Nya kelak, kita akan tertunduk lesu tidak
sanggup menjawab pertanyaan itu. Marilah kita meraih dengan sungguh-sungguh
nikmat keberkahan harta karena Allah telah menjanjikan balasan yang indah pada
kita.

http://aishkhuw.blogspot.com/2009/06/kedudukan-harta-dalam-
islam.html

You might also like