You are on page 1of 5

1.

  Pemasangan tulangan longitudinal / memanjang

Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu untuk menahan gaya tarik.
Oleh karena itu pada struktur balok, pelat, fondasi, ataupun struktur lainnya dari bahan beton
bertulang, selalu diupayakan agar tulangan longitudinal (memanjang) dipasang pada serat-
serat beton yang mengalami tegangan tarik. Keadaan ini terjadi terutama pada daerah yang
menahan momen lentur besar (umumnya di daerah lapangan/tengah bentang, atau di atas
tumpuan), sehingga sering mengakibatkan terjadinya retakan beton akibat tegangan lentur
tersebut.

Tulangan longitudinal ini dipasang searah sumbu batang .Berikut ini diberikan beberapa
contoh pemasangan tulangan memanjang pada balok maupun pelat.

2. Pemasangan tulangan geser

Retakan beton pada balok juga dapat terjadi di daerah ujung balok yang dekat dengan
tumpuan. Retakan ini disebabkan oleh bekerjanya gaya geser atau gaya lintang balok yang
cukup besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh material beton dari balok yang
bersangkutan. Retakan balok akibat gaya geser dan cara mengatasi retakan geser ini akan
dijelaskan lebih lanjut . . .

Agar balok dapat menahan gaya geser tersebut, maka diperlukan tulangan geser yang dapat
berupa tulangan miring/tulangan-serong atau berupa sengkang/begel. Jika sebagai
penahan gaya geser hanya digunakan begel saja, maka pada daerah yang gaya gesernya besar
(mislnya pada ujung balok yang dekat tumpuan) dipasang begel dengan jarak yang
kecil/rapat, sedangkan pada daerah dengan gaya geser kecil (daerah lapangan/tengah
bentang) dapat dipasang begel dengan jarak yang lebih besar/renggang.
3. Jarak tulangan pada balok

Tulangan longitudinal maupun begel balok diatur pemasangannya dengan jarak tertentu,
seperti terlihat pada gambar berikut :
Keterangan gambar :

 Sb = tebal penutup beton minimal (9.7-1 SNI 03-2847-2002).Jika berhubungan


dengan tanah/cuaca :  Untuk D >atau =16 mm, tebal Sb = 50 mm. ; Untuk D< 16 mm,
tebal Sb = 40 mm ; Jika tak berhubungan tanah dan cuaca tebal Sb = 40 mm.
 b = Jarak maksimum (as-as) tulangan samping (3.3.6-7 SK SNI T-15-1991-03),
diambil < atau = 300 mm dan < atau = balok (1/6) kali tinggi efektif balok.Tinggi
efektif = tinggi balok – ds atau d = h – ds
 S av = Jarak bersih tulangan pada arah vertikal (9.6-2 SNI 03-2847-2002) diambil >
atau = 25 mm, dan > atau = D.
 Sn = Jarak bersih tulangan pada arah mendatar (9.6-1 SNI 03-2847-2002) diambil >
atau = 25 mm, dan > atau = D. Disarankan d > atau = 40 mm, untuk tulangan balok.
 D = diameter tulangan longitudinal (mm)
 ds = Jarak titik berat tulangan tarik sampai serat tepi beton bagian tarik, sebaiknya
diambil > atau = 60 mm.

4.  Jumlah tulangan maksimum dalam 1 baris


Dimensi struktur biasanya diberi notasi b dan h, dengan b adalah ukuran lebar dan h adalah
ukuran tinggi total dari penampang struktur.Sebagai contoh dimensi balok ditulis dengan b/h
atau 300/500, berarti penampang dari balok tersebut berukuran lebar balok, b = 300 mm dan
tinggi balok h = 500 mm.

Keterangan gambar :

 As = luas turangan tarik (mm2)


 As’ = luas tulangan tekan (mm2)
 b  = lebar penampang balok (mm)
 c  =  jarak antara garis netral dan tepi serat beton tertekan (mm)
 d  = tinggi efektif penampang balok (mm)
 ds1= Jarak antara titik berat tulangan tarik baris pertama dan tepi serat beton tarik
(mm)
 ds2= jarak antara titik berat tulangan tarik baris kedua dengan tulangan tarik baris
pertama (mm)
 ds’ = jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan (mm)
 h = tinggi penampang balok (mm)
Karena lebar balok terbatas pada nilai b, maka jumlah tulangan yang dapat dipasang pada 1
baris (m) juga terbatas. Jika dari hasil hitungan tulangan balok diperoleh jumlah total (n)
yang ternyata lebih besar daripada nilai m, maka terpaksa tulangan tersebut harus dipasang
pada baris berikutnya. Jumlah tulangan maksimal pada baris (m) tersebut ditentukan dengan
persamaan berikut :

keterangan :

 m = jumlah tulangan maksimal yang dapat dipasang pada 1 baris. Nilai m dibulatkan
ke bawah, tetapi jika angka desimal lebih besar daripada 0,86 maka dapat dibulatkan
ke atas.
 b = lebar penampang balok (mm)
 ds1 = jarak antara titik berat tulangan tarik baris pertama dan tepi serat beton tarik
(mm)
 D = diameter tulangan longitudinal balok (mm)
 Sn = jarak bersih antar tulangan pada arah mendatar, dengan syarat lebih besar dari D
dan lebih besar dari 40 mm (dipilih nilai yang besar)

Pada persamaan di atas, jika ternyata jumlah tulangan balok (n) > jumlah tulangan per baris
(m), maka kelebihan tulangan (n-m) tersebut harus dipasang di baris berikutnya.

Gak mudeng ya ??????

wkwkwkwkwkwkwkwk

langsung ke contoh soal aja

You might also like