You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

Pada prinsipnya suatu kasus pidana yang terjadi dalam lingkungan masyarakat harus
dipidana sesuai dengan tipe kasus tersebut. Sama halnya dengan kasus Pembunuhan menurut
Pasal 338 dalam KUHP Indonesia dimana seseorang yang terindikasi melakukaan Pembunuhan
akan dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Namun bagaimana jika
pembunuhan tersebut dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
tindak pidana yang lain, atau jika tertangkap basah, untuk melepaskan dirinya sendiri atau
pesertanya dari hukuman atau supaya barang yang didapatnya dengan melanggar hukum tetap
ada dalam tangannya?

Hal yang demikian diatur dalam pasal 339 KUHP, dengan ancaman hukuman maksimum
hukuman penjara seumur hidup atau selama dua puluh tahun. Untuk lebih jelasnya, akan penulis
uraikan sebuah kasus mengenai tindak pidana tersebut berikut analisisnya

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kronologi Kasus

Pada tanggal 24 Mei 2008 salah seorang ABG di Kediri menjadi korban pemerasan.
Pelakunya 2 orang dengan mengendarai sepeda motor. Korban diminta untuk menyerahkan
dompet dan handphone. Oleh karena korban masih mempertahankan handphonenya, pelaku
lantas mengeluarkan sebilah pisau panjang dan memberikan ancaman kepada korban.Sesaat
setelah ancaman itu dilontarkan kepada korban, pelaku menusukkan pisau tersebut ke bagian
perut korban. Akibatnya, korban bersimbah darah dan akhirnya nyawa korban tidak tertolong.
Setelah berhasil menguasai barang, kedua pelaku melarikan diri.

B. Hakikat dan Analisa Hukum

Dari fakta hukum diatas bisa difahami, bahwa sudah sepantasnya tindakan Pidana yang
dilakukan oleh seseorang itu harus dipidana jikalau dalam proses pembuktian di Pengadilan
dapat membuktikan bahwa terdakwa merupakan pelaku atas pembunuhan tersebut berdasarkan
pada hukum acara pidana yang berlaku. Namun harus dilihat mengapa kasus tersebut terjadi?
Apakah memang betul bahwa tindakan yang dilakukan oleh terdakwa memang ada niat untuk
melakukan hal tersebut atau sebagai upaya pembelaan diri?

Dalam kasus ini perbuatan yang dilakukan oleh Pelaku adalah Kejahatan terhadap Nyawa
dan masuk dalam ruang lingkup Pidana Umum.

Perbuatan yang dilakukan oleh pelaku semula hanya bertujuan untuk memeras korban.
Sehingga korban menyerahkan dompet dan handphonennya kepada pelaku ( Hal ini memenuhi
unsur Pemerasan yang terdapat dalam Pasal 368 ayat 1 KUHP ) bahwa:

“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk
memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau

2
orang lain; atau supaya member hutang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena
pemerasan, dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun.” 1

Seandainya korban tidak melakukan perlawanan, besar kemungkinan tidak akan terjadi
penusukan terhadap korban. Karena, setelah barang sudah dikuasai oleh pelaku, korban masih
bertahan untuk mengambil kembali barangnya. Kemudian, pelaku menusukkan pisau ke perut
korban. Penusukan tersebut dilakukan oleh pelaku dalam rangka untuk mempertahankan
(memantapkan) barang yang sudah dikuasai dan untuk mempermudah bagi pelaku untuk
melarikan diri.  Pelaku pastilah sudah mengerti jika ia menusukkan pisau ke bagian perut dapat
menimbulkan luka bahkan berujung kematian. Alasannya : Bahwa di dalam perut ada pembuluh
darah yang merupakan pembuluh darah besar dan berhubungan langsung dengan organ  jantung.
Sehingga jika terjadi luka goresan pada bagian tersebut darah akan mengucur banyak dan besar
kemungkinan korban akan kehabisan darah dan berujung kematian.

Berdasar analisis di atas, perbuatan pelaku dapat dimasukkan ke dalam pasal 339 KUHP.
Dikarenakan memenuhi unsur-unsur Pasal 339 KUHP. Pasal 339 KUHP berbunyi

“pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh sesuatu perbuatan pidana yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiap atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, atau
pun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam
dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun.”

Unsur-unsur Pasal 339 KUHP adalah:

- Unsur obyektif
a. Pembunuhan
b. Diikuti, disertai , atau didahului dengan tindak pidana lain ( dalm kasus ini tindak pidana
lain yang dimaksud adalah Pemerasan )
- Unsur Subyektif
Dilakukan dengan maksud untuk:
1
Moeljatno, KUHP, Bumi Aksara

3
1. Mempersiapkan
2. Mempermudah
3. Jika terpergok, untuk melepaskan diri sendiri atau peserta lain dari perbuatan itu
dari hukuman, atau untuk menjamin kepemilikan barang yang diperoleh dengan
melawan hukum

Kejahatan yang dimaksud dalam Pasal 339 KUHP, selain pelaku melakukan
pembunuhan tetapi juga melakukan perbuatan pidana lain.

Kemudian berdasarkan Pasal 55 KUHP, dipidana sebagai pelaku tindak pidana

 Mereka yang melakukan perbuatan pidana.


 Mereka yang menyuruh melakukan perbuatan pidana
 Mereka yang turut serta melakukan perbuatan pidana.
 Mereka yang membujuk supaya dilakukan perbuatan pidana.

Dalam kasus ini, pelaku yang menusuk korban dapat dikenakan Pasal 55 ayat 1  KUHP,
karena Kejahatan tersebut dilakukan lebih dari seorang.

Beberapa Ahli hukum berpendapat bahwa, Turut serta melakukan artinya : bersepakat
dengan orang lain membuat rencana untuk melakukan suatu perbuatan pidana dan secara
bersama-sama melaksanakannya ( kerjasama ).”

Jadi, apabila dikaitkan dengan kasus diatas, perbuatan Pelaku kedua tidak dapat
dikenakan Pasal 55 ayat 1 angka 1( Turut serta ) KUHP. Karena perbuatan pembunuhan ini tidak
direncanakan terlebih dahulu dan tidak atas inisiatif pelaku kedua. Sehingga unsur yang
terkandung dalam pasal 55 ayat 1 tentang turut serta tidak terpenuhi.

Dalam hal ini lebih tepatnya di kenakan pasal 56 KUHP tentang pembantuan tindak
pidana. Sehingga ancamana pidananya dikurangi 1/3 dari ancaman pidana pokok.

4
BAB III
KESIMPULAN

Dari analisis diatas, maka dapat ditarik kesimpulan :

1) Perbuatan pelaku untuk menusuk korban hanya bertujuan untuk memantapkan barang
yang sudah dikuasainya serta untuk mempermudah untuk melarikan diri. Oleh karena
memenuhi unsur- unsur pasal 339 KUHP, maka pelaku dapat dikenakan ketentuan pidana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 339 KUHP.
2) Pelaku yang mengendarai sepeda motor tidak dapat dikenakan Pasal 55 KUHP melainkan
Pasal 56 KUHP.
3) Tindak pidan ini bisa diklasifikasikan sebagai concursus realis, yaitu perbarengan atau
penggabungan beberapa perbuatan yang dipandang sebagai perbuatan yang berdiri
sendiri, sehingga masing-masing perbuatan itu merupakan kejahatan yang diancam
dengan pemidanaan.
Dalam perbarengan yang demikian hanya satu saja pidana yang dijatuhkan kepada
terdakwa.
Cara pemidanaannya diatur dalam pasal 65 ayat 2 berupa absorpsi yang
dipertajam, yakni;
- Pidana maksimum yang dijatuhkan adalah jumlah maksimum yang diancam
terdakwa.
- Tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari maksimum pidana yang terberat
ditambah 1/3 (sepertiga).
4) Tindak pidana ini dinamakan (kualifikasi) pemerasan (afpersing) dan diancam dengan
hukuman penjara selama-lamanya Sembilan tahun. Tindak pidana ini sangat mirip
dengan pencurian dengan kekerasan dari pasal 365 KUHP. Bedanya adalah bahwa dalam
hal pencurian, si pelaku sendiri mengambil barang yang dicuri; sedangkan dalam hal
pemerasan, si korban, setelah dipaksa dengan kekerasan, menyerahkan barangnya kepada
si pemeras.2 Namun dalam kasus ini berubah menjadi pasal 339 KUHP, perbedaan dari

2
Wiryono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, PT Refika Aditama ; Bandung, 2008, hal 27.

5
pasal 365 adalah ; kalau dalam pasal 365 perbuatan kekerasan yang mungkin meningkat
sehingga mengakibatkan matinya seseorang, dilakukan untuk mempersiapkan atau
mempermudah pencurian, maka dalam pasal 339 suatu pembunuhan, jadi tidak hanya
suatu penyerangan dengan kekerasan saja, tegas dilakukan untuk mempersiapkan atau
memudahkan sembarang tindak pidana lain, tidak hanya suatu pencurian.
Jadi, tindak pidana pokok dari pasal 365 adalah pencurian, yang ditambah
hukumannya karena telah dilakukan kekerasan, sedangkan tindak pidana pokok dari pasal
339 adalah suatu pembunuhan, yang juga ditambah hukumannya karena adanya maksud
lebih daripada pembunuhan itu, yaitu untuk mempersiapkan atau memudahkan suatu
tindak pidana lain.
Perlu penulis garis bawahi bahwasanya kedua pelaku telah tertangkap, dan
melalui proses hukum acara yang berlaku, mulai dari penyelidikan sampai proses
pembuktian di pengadilan terungkap bahwa kedua pelaku membenarkan hal tersebut.
Jadi, apa yang menjadi dakwaan jaksa penuntut benar adanya sesuai dengan Undang-
Undang yang berlaku.

6
DAFTAR PUSTAKA

- Moeljatno, KUHP, Bumi Aksara


- Wiryono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, PT Refika Aditama
; Bandung, 2008
- www.succes person.com

You might also like