Professional Documents
Culture Documents
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul: “Aliran – Aliran Teologi Dalam Islam”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun dePmikian, tim penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pembahasan
C. Pokok Pembahasan
4. Assunah Waljamaah
BAB II
PEMBAHASAN
Persoalan orang berbuat dosa (awalnya hanya ditujukan pada pihak yang turut
berperan dalam peristiwa Abitrase, kemudian berkembang pada dosa-dosa besar lainnya
seperti zinah, membunuh dll) berpengaruh besar dalam pertumbuhan teologi.
masalahnya ialah : “ Masihkah ia bisa dipandang orang mukmin ataukah ia sudah
menjadi kafir karena berbuat dosa besar itu ? ”.
Persoalan ini melahirkan 3 Aliran Teologi :
1. Khawarij : Orang berdosa besar adalah kafir, dalam arti ke luar dari Islam/Murtad
(apostate) oleh karena itu wajib dibunuh. Aliran Khawarij akhirnya terbagi menjadi
beberapa sekte antara lain :
a. Al-Muhakkimah : Ali, Mu’awiyah, kedua pengantaranya, dan semua orang yang
setuju arbitrase bersalah dan menjadi kafir. selanjutnya siapa saja yang berbuat dosa
besar disebut kafir.
b. Al-Azariqoh : Semua orang Islam yang tak sefaham dengan mereka atau
sefaham tetapi tidak mau hijrah ke dalam lingkungan mereka dipandang Musyrik.
c. Al-Najdat : Orang berdosa besar yang menjadi kafir dan kekal dalam
neraka hanyalah orang Islam yang tak sefaham dengan dengan golongannya.
Adapun pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, betul akan mendapat siksaan,
tetapi bukan dalam neraka dan kemudian akan masuk surga.
d. Al-Ajaridah : Berhijrah tidak wajib, tapi hanya kebajikan , maka yang
tidak hijrah tidak dianggap kafir/Musyrik. Anak kecil tidak bersalah, tidak musyrik
menurut orang tuanya.
e. Al-Sufriyah : Kufur dibagi dua ; kufr bi inkar al-ni’mah dan kufr bi inkar
al-rububiyah. Dengan demikian tidak selamanya term kafir harus berarti keluar dari
Islam.
f. Al-Ibadah : Orang yang berbuat dosa besar adalah muwahhid, tetapi
bukan mukmin, dan kalaupun kafir hanya merupakan kafr al-ni’mah, bukan kafr al-
millah. Dengan kata lain berdosa besar tidak membuat orang keluar dari Islam.
2. Murji’ah: Orang yang berbuat dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir.
Adapun soal dosa yang dilakukannya terserah kepada Allah SWT. untuk
mengampuni atau tidak menampuni.
3. Mu’tazilah: Orang yang berdosa besar bukan kafir tetapi pula bukan mukmin, ia
mengambil posisi di antara ke dua posisi mukmin dan kafir atau Al-manzilah bain
al-manzilatain (posisi di antara dua posisi).
Selain tiga Aliran di atas, dalam Islam juga dikenal 2 aliran teologi yang
mempermasalahkan Kehendak dan Perbuatan manusia . Aliran ini lebih bersifat
Laten daripada berbentuk organisasi :
1. Qodariyah : Manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
perbuatannya (free will and free act)
2. Jabariyah : Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
perbuatannya, Ia bertindak dengan paksaan dari Tuhan. Segala gerak-gerik manusia
ditentukan oleh Tuhan. Paham inilah yang disebut predestination atau fatalisme.
Dalam perkembangan selanjutnya, dengan diterjemahkannya buku-buku filsafat dan
ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab, Kaum Mu’tazilah terpengaruh
oleh pemakaian rasio atau akal yang mempunyai kedudukan tinggi. Kepercayaan
pada kemampuan akal ini dibawa oleh kaum Mu’tazilah pada lapangan teologi
Islam, oleh karenanya mereka mengambil corak teologi liberal ; sungguhpun
begitu, Mu’tazilah tidak meninggalkan wahyu. Dalam soal qodariyah-jabariyah,
kaum Mu’tazilah mengambil faham qodariyah.
Aliran Mu’tazilah yang bercorak rasional mendapat tantangan keras dari
golongan tradisional Islam, terutama golongan Hambaliah, namun perlawanan
terhadap Mu’tazilah yang kemudian mengambil bentuk aliran teologi hanya dua
yang terkenal :
1. Asy’ariyah ; bercorak teologi tradisional, yang disusun oleh Abu al-
Hasan al-Asy’ari (935 M).
2. Maturidyah ; tidak se-tradisional Asy’ari dan tidak se-liberal Mu’tazilah,
yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidi. Aliran ini terbagi
dalam dua cabang yaitu cabang Samarkand yang bersifat agak liberal dan
cabang Bukhara yang bersifat tradisional
Az-Zaidiah adalah kelompok syi’ah pengikut Zaid bin Muhammad bin Ali Zainal
Abidin bin Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib ra. Beliau lahir pada 80H dan terbunuh pada
122H. Beliau dikenal sebagai seorang yang sangat taat beribadah, berpengaruh luas
sekaligus revolusioner.
Dasar utama lahirnya Syi’ah Zaidiah adalah adanya perlawanan dalam menghadapi
penguasa-penguasa yang berlaku aniaya. Karena pada masa Syi’ah Zaidiah telah terjadi
tragedi Karbala yang terjadi di kota madinah yaitu terjadi perlawanan-perlawanan
dalam melawan musuh atau lawan-lawannya secara sadis.
Syi’ah Zaidiah menetapkan bahwa imămah dapat diemban oleh siapa pun yang
memiliki garis keturunan sampai dengan Fatimah, putri Rasulullah saw., baik dari
keturunan putra beliau, al-Hasan bin Ali, maupun al-Husain, dan selama yang
bersangkutan memiliki kemampuan keilmuan , adil, dan berani-keberanian yang
mengantarnya mengangkat senjata melawan kezaliman. Karena itulah mereka
mengutamakan dan memilih Zaid putra Ali Zainal Abidin, dari pada imam ja’far ash-
shadiq yang kendati ilmunya melebihi Zaib bahkan “membimbing Zaid”, namun karena
beliau enggan mengangkat senjata, maka mereka menilainya tidak wajar menjadi imam.
Bahkan Az-Zaidiah membenarkan adanya dua atu tiga imam dalam dua atau tiga
kawasan yang berjauhan. Agaknya tujuannya adalah untuk memperlemah kekuatan
penguasa yang zalim. Syi’ah Zaidiyah kendati berkeyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib
ra. Adalah sahabat Nabi yang termulia, bahkan melebihi kemuliaan Abu Bakar, Umar
dan Utsman ra., namun mereka mengakui sahabat-sahabat Nabi itu sebagai khalifah-
khalifah yang sah.
Imam Zaid berguru kepada Washil bin Atha’ tokoh aliran Mu’tazilah, yang dikenal
sangat rasional, karena itu banyak pandangan Zaidiah yang sejalan dengan alaran
Mu’tazilah, seprti al-Manzilah baina al-Manzilatain, dan kebebasan kehendak manusia.
Mereka tidak seperti syiah yang lain , menolak menggunakan taqiah, tidak juga
menyatakan bahwa para imam mengetahui ghaib dan juga tidak menetapkan ‘ismah
(keterpeliharaan dari dosa dan kesalahan) bagi para imam.
Mereka tidak mengakui adanya ilmu khusus dari Allah kepada imam atau pemimpin
mereka sebagai kepercayaan syiah yang lain, termasuk Syiah Imamiah , sebagimana
mereka tidak mengakui adanya Raj’ah, yakni kembalinya hidup orang-orang tertentu
kepentas bumi ini dan dengan demikian mereka tidak mengakui adanya seseorang
tertentu yang dinamai Imam Mahdi. Siapa pun yang adil, berpengatahuan berani dan
tampil mengangkat senjata melawan kezaliman maka ia adalah al-Mahdi.
Syiah Itsna ‘Asyariyah, biasa juga dikenal dengan nama Imamiyah atau Ja’fariyah,
adalah kelompok Syiah yang mempercayai adanya dua belas imam yang kesemuanya
dari keturunan Ali bin Thalib dan Fatimah az-Zahra, putrid Rasulullah saw. Ada juga
yang percaya bahwa mereka itu tujuh tetapi mereka itu berbeda-beda dalam perincian
meraka. Kelompok ini merupakan mayoritas penduduk Iran, Irak, serta ditemukan juga
dibeberapa daerah Suriah, Kuwait, Bahrain, India, juga di Saudi Arabiah, dan beberapa
Uni Sovyet.
Mazhab Syi’ah Duabelas yang dianuut oleh Ayatullah Khomaini dan pengikut-
pengikutnya yang sekarang memerintah iran. Mazab syi’ah duabelas adalah mahzab
syi’ah yang paling moderat. Banyak orang-orang yang belum pernah membaca kitab-
kitab mahzab yang meraka anggap baik, mengira bahwa perbedaan antara
mahzabsyi’ah dan mahzab Ahlussunnah adalah perbedaan dalam furu’ dan bukan dalam
ushul.
Dalam mahzab syi’ah duabelas masalah imamat dalah prinsip dan dasar yang
pokok. Bagi mereka, masalah tersebut adalah seperti rangkaian kalimat tauhid (La ilaha
illah Allah, Muhammad Rasulullah). Barang siapa tidak percaya kepada imamat, ia
sama dengan orang yang tidak percaya kepada kalimat Syahadat. Orang syia’ah
duabelas percaya sepenuhnya bahwa Allah mengutus Nabi-nabi dan Rasul-rasul untuk
memberi pimpinan kepada mereka menurut Jalan Allah. Dan setelah Allah menutup
kerasullan dengan mengutus Nabi Muhammad SAW, dan kemudian kembali
kerahmatnya meninggalkan dunia yamg fana ini.
Allah mengangkat, dengan kesaksian Kitab-Nya dan penjelasan Nabi-nabi-Nya, dua
belas imam untuk memimpin manusia , semuanya dari anak turunan Ali, dan mereka
itulah yang harus memerintah manusia sampai hari kiamat. Mereka dijaga Allah dari
melakukan kesalahan, maka manusia wajib mengikutinya. Derajat mereka sama dengan
martabat Rasulullah, dan mereka lebih tinggi dari dari segala Nabi dan Rasul. Barang
siapa sangsi dalam hal ini, ia adalah kafir, kekal di neraka dan tiada amal shaleh yang
dapat menyelamatkannya.
Urutan Imam-imam ma’shum dimulai dari : Ali ra, Hasan, Husein, Ali bin Hasan
(Imam Zainal Abidin), Imam al Baqir, Ja’far al Sadik, Musa bin Ja’far, Ali bin Musa al
Ridha, Muhammad bin Ali al Taqy, Ali bin Muhammad, Hasan bin Ali al Askari, dan
Muhammad bin Hasan al Askari (Imam Mahdi yang hilang, yang ditungu-tunggu).
Sebagai ketentuan mahzab syi’ah duabelas ini, orang harus percaya bahwa martabat
imam hanya terdapat dalam Duabelas Imam mereka.
1). Perbedaan
• Dasar utama lahirnya Syi’ah Zaidiah adalah adanya perlawanan dalam menghadapi
penguasa-penguasa yang berlaku aniaya.
• Syiah Itsna ‘Asyariyah mempercayai adanya dua belas imam yang kesemuanya dari
keturunan Ali bin Thalib dan Fatimah az-Zahra, putrid Rasulullah saw.
pandangan Zaidiah yang sejalan dengan alaran Mu’tazilah, seprti al-Manzilah baina al-
Manzilatain, dan kebebasan kehendak manusia. Dan menggunakan taqiah, tidak juga
menyatakan bahwa para imam mengetahui ghaib dan juga tidak menetapkan ‘ismah
(keterpeliharaan dari dosa dan kesalahan) bagi para imam.
• Syi’ah Az-Zaidiah tidak mengakui adanya ilmu khusus dari Allah kepada imam atau
pemimpin. Syi’ah az-zaidiah tidak mengakui adanya seseorang tertentu yang dinamai
Imam Mahdi, Siapa pun yang adil, berpengatahuan berani dan tampil mengangkat
senjata melawan kezaliman maka ia adalah al-Mahdi.
• Menurut Syi’ah itsna ‘asyariah imam mahdi bagi mereka adalah duabelas imam yang
mereka percayai.
• Dalam mahzab syi’ah duabelas masalah imamat dalah prinsip dan dasar yang pokok
mahzab syi’ah duabelas, harus percaya bahwa martabat imam hanya terdapat dalam
Duabelas Imam mereka.
• Imam Mahdi yang ditungu-tunggu oleh syi’ah duabelas, yang sekarang masih hilang,
itu bukannya Imam Mahdi yang diyakini oleh Ahlussunnah, akan tetapi merupakan
Mahdi syi’ah yang hanya diyakini oleh kelompok syi’ah.
• Menurut syi’adu belas , mereka meyakini bahwa Rasulullah SAW adalah penutup
semua nabi dan para imam a.s. tersebut berdasarkan hadist-hadist mutawatir yang
disabdakan olehnya berjumlah Duabelas orang tidak lebih dan tidak kurang.
• Menurut Syi’ah Zaidiah, mereka meyakini bahwa imamah bukanlah hak prerogratif
Ahlul Bayt a.s. dan para imam tidak berjumlah Duabelas orang serta mereka tidak
mengikuti Ahlul Bayt a.s.
2). Persamaan
Aliran Mu’taziliyah berpendapat dalam masalah qada dan qadar, bahwa manusia
sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab berdasarkan
perbuatannya, sebab ia sendirilah yang menciptakannya.
Tokoh-tokoh Mu’taziliyah yang terkenal ialah :
Meski kini Mu’taziliyah tiada lagi, namun pemikiran rasionalnya sering digali
cendekiawan Muslim dan nonmuslim.
D. Assunah waljamaah
Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah atau Ahlus-Sunnah wal Jama'ah (Bahasa Arab: أهل
)السنة والجماعةatau lebih sering disingkatAhlul-Sunnah (bahasa Arab: )أهل السنة
atau Sunni. Ahlussunnah adalah mereka yang senantiasa tegak di atas Islam
berdasarkan Al Qur'an dan hadits yang shahih dengan pemahaman para sahabat, tabi'in,
dan tabi'ut tabi'in. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10%
menganut aliran Syi'ah.
Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh
dengannya dalam seluruh perkara yang Rasulullahberada di atasnya dan juga para
sahabatnya. Oleh karena itu Ahlus Sunnah yang sebenarnya adalah para sahabat
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka
sampai hari kiamat.
Mengetahui siapa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah perkara yang sangat penting
dan salah satu bekal yang harus ada pada setiap muslim yang menghendaki kebenaran
sehingga dalam perjalanannya di muka bumi ia berada di atas pijakan yang benar dan
jalan yang lurus dalam menyembah Allah Subhanahu wata’ala sesuai dengan tuntunan
syariat yang hakiki yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu ‘alai wassallam empat belas
abad yang lalu.
“Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan)
dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan
sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya
dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”. Hadits shohih dishohihkan
oleh oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-
Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-.
Demikianlah umat ini akan terpecah, dan kebenaran sabda beliau telah kita
saksikan pada zaman ini yang mana hal tersebut merupakan suatu ketentuan yang
telah ditakdirkan oleh Allah I Yang Maha Kuasa dan merupakan kehendak-Nya
yang harus terlaksana dan Allah I Maha Mempunyai Hikmah dibelakang hal
tersebut.
Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan -hafidzahullahu- menjelaskan hikmah
terjadinya perpecahan dan perselisihan tersebut dalam kitab Lumhatun ‘Anil Firaq
cet. Darus Salaf hal.23-24 beliau berkata : “(Perpecahan dan perselisihan-ed.)
merupakan hikmah dari Allah I guna menguji hamba-hambaNya hingga nampaklah
siapa yang mencari kebenaran dan siapa yang lebih mementingkan hawa nafsu dan
sikap fanatisme.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam adalah agama perdamaian. Kontribusi Islam untuk perdamaian dunia dan
regional, sedemikian besar dalam sejarah umat manusia. Menurut Islam, tujuan utama
penciptaan manusia adalah saling mengenal dan hidup dalam damai. Untuk hal ini kita
akan mengacu pada sejumlah ayat Al-Quran.
Maka dari itu Islam tidak menganjurkan kita untuk berselisih. Meskipun begitu
banyak golongan – golonga teologi dalam islam. Kita janganlah mau untuk diadu
domba, hingga Islam menjadi hancur. Meskipun Syiah, Mu’tazilah, Assunah
Waljamaah mempunyai sedikit perbedaan, namun pada hakikatnya semua golongan ini
sama yaitu berpegang pada Ajaran Islam. Islam yang Hakiki, yang tak mudah goyah
walau termakan usia zaman.