You are on page 1of 3

ulma apa saja

Bukan masalah
Yang penting caranya
Bukan pertanian namanya bila tidak menemui kendala di lapangan. Ada saja
halangan untuk menghasilkan produksi yang optimal. Mulai dari persemaian,
penanaman, perawatan hingga panen selalu kita menemui kendala. Bila
bukan hama, penyakitlah yang giliran merusak. Atau bila tidak keduanya,
justru lingkungan yang tidak kondusif seperti adanya bencana maupun
gangguan lainnya. Bahkan yang lebih parah adalah bila semua kendala itu
datang secara bersamaan. Belum lagi beberapa gangguan itu bisa diatasi,
kendala lain yang juga mempengaruhi produktivitas tanaman yang perlu
penangan cepat yaitu adanya gulma.

BAHAN AKTIF HERBISIDA SANGAT MENENTUKAN EFISIENSI


PENGENDALIAN GULMA

Gangguan oleh gulma atau tanaman pengganggu memang tidak sedahsyat


oleh hama maupun penyakit. Namun jangan pernah sekalipun kita
menyepelekan keberadaannya. Fakta yang didapat dari Data 1999
menyebutkan bahwa keberadaan gulma ini ternyata dapat mengurangi
produktivitas tanaman budidaya sebanyak tidak kurang dari 20 – 30 %.

Sudah bukan rahasia lagi bila keberadaan gulma kini menjadi ancaman
khusus yang perlu diberantas sesegera mungkin. Selain menggunakan
pengendalian secara fisik seperti mencabut langsung atau menggunakan alat
khusus, kini tidak sedikit para petani yang mengambil jalan lebih simpel yaitu
menggunakan herbisida. Disamping mudah, penggunaan herbisida juga
ditengarai lebih cepat dan tuntas dalam memberantas gulma. Bila ditinjau
dari biaya maupun penggunaan tenaga tentu saja penggunaan herbisida
jatuhnya lebih murah, apalagi herbisida ini ternyata mampu membunuh
hingga ke akar-akarnya.

Apapun macam gulma, sebenarnya tidak akan menjadi masalah yang serius
bila kita mampu mengendalikan secara baik. Pengendalian secara mekanis
maupun kimia keduanya sama efektifnya, hanya saja bila kita merujuk pada
waktu dan efisiensinya , tentunya pengendalian secara kimia perlu
diperhitungkan.

Saat ini kehadiran herbisida bukanlah menjadi barang baru bagi petani.
Banyaknya jenis gulma menuntut petani untuk menggunakan herbisida yang
tepat untuk gulma sasaran. Dalam menentukan herbisida yang akan
digunakan tersebut maka salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan
adalah bahan aktif yang terkandung di dalamnya. Berkaitan dengan itu,
banyaknya jenis gulma ternyata berimplikasi pada berbagai jenis bahan aktif
dari herbisida. Dari sekian banyak herbisida yang beredar di pasaran, saat ini,
herbisida yang ada dapat digolongkan ke dalam 4 bagian besar yaitu : jenis
herbisida bahan aktif Glifosat, bahan aktif Parakuat, bahan aktif metil
metsulfuron serta bahan aktif 2,4-D.

• Glifosat

Herbisida bahan aktif Glifosat merupakan herbisida yang bersifat sistemik


bagi gulma sasaran. Diantara keempat jenis bahan aktif tersebut, glifosat
merupakan herbisida bahan aktif yang paling banyak dipakai diseluruh dunia.
Selain sifatnya sistemik yang membunuh tanaman hingga mati sampai ke
akar-akarnya, juga mampu mengendalikan banyak jenis gulma seperti
Imperata cylindrica, Eulisine indinca, Axomophus comprsseus (pahitan) ,
Mimosa invisa (putri malu), Cyperus iria (teki), Echinocloa crussgali
(jajagoan) dan lain-lain. Contoh herbisida glifosat yang beredar di pasaran
seperti Rambo 480AS, Ranger 240 AS, dan lain-lain. Adapun aplikasi herbisida
glifosat yang dianjurkan adalah 100 ml/ 14 Liter air untuk Rambo 480AS, dan
150 ml ml/14 liter

• Parakuat

Herbisida ini merupakan herbisida kontak yang umum digunakan untuk purna
tumbuh. Herbisida yang berbahan aktif Parakuat ini sangat cocok digunakan
oleh mereka untuk yang ingin mengolah lahan secara cepat dan segera. Hal
ini karena daya kerja parakuat begitu cepat dimana setelah aplikasi , hasilnya
dapat terlihat 1 jam kemudian, sehingga dalam waktu 3 – 4 hari berikutnya
lahan bisa ditanami. Adapun contoh herbisida yang berbahan aktif parakuat di
Indonesia baru ada dua yaitu Noxone 276AS dan Gramoxone. Adapun aplikasi
yang dianjurkan untuk Noxone 267AS adalah dilakukan pada pagi hari dengan
dosis 60 ml/tangki 14 liter.

• Metil Metsulfuron
Herbisida yang berbahan aktif metil metsulfuron ini merupakan herbisida
sistemik dan bersifat selektif untuk tanaman padi. Herbisida ini dapat
digunakan untuk mengendalikan gulma pra tumbuh dan awal purna tumbuh.
Beberapa gulma yang mapu dikendalikan oleh herbisida ini antara lain:
Monocholria vaginalis (eceng gondok), Cyperus diformis (teki), Echinocloa
crusgalli (jajagoan), semanggi serta gulma lain yang tergolong pakis-pakisan.
Billy 20WP merupakan salah satu contohnya. Aplikasi anjuran yang
disarankan untuk penggunaan herbisida ini adalah 2.5 gram untuk setiap
tangki 14 liter.

• 2,4 – D

diantara beberapa herbisida yang ada, 2,4 – D termasuk salah satu bahan
aktif herbisida yang paling dikenal. Sifat herbisida ini kurang lebih hampir
sama dengan metil metsulfuron yaitu sistemik dan selektif. Herbisida ini dapat
digunakan untuk mengendalikan gulma purna tumbuh baik yang berdaun
lebar maupun teki pada padi sawah. Adapun beberapa jenis gulma yang
dapat dikendalikan dengan herbisida 2,4-D ini antara : Monochoria vaginalis
(eceng), Spenochlea zeylanica, Cyperus iria (teki), Limnocharis flava (genjer),
kankung, keladi dan lain-lain. Contoh herbisida 2,4-D adalah Amandy 865AS.
Penggunaan herbisida Amandy 865AS sebaiknya dilakukan pada pagi hari
dengan dosis 15 ml – 20 ml per tangki 14 liter. Aplikasi sebaiknya dilakukan
pada saat padi berumur 2 – 3 mst.

Meskipun beberapa herbisida tersebut memiliki keunggulan tersendiri, namun


untuk dapat memberantas gulma yang ada dibutuhkan formulasi tertentu
agar lebih efektif. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi beberapa jenis
herbisida ternyata mampu memberantas gulma dengan spektrum luas.
Sebagai contoh, percobaan dilakukan petani Pak Dugel dari Desa Silo Bonto,
Kec. Air Joman Kabupaten Asahan Sumut mengungkapkan bahwa 100 ml
Rambo 480AS dicampur dengan 20 ml Amandy 865AS ternyata mampu
mengendalikan gulma spektrum yang lebih luas, baik itu yang berdaun lebar,
maupun berdaun sempit, termasuk keladi (lompong) dan gulma-gulma yang
batang/daunnya berlendir yang biasanya bila hanya menggunakan Glifosat
saja kurang efektif. Sedangkan menurut pengalaman Pak Mardi dari Desa
Taman Sari Kec. Meranti Asahan mengungkapkan bahwa penggunaan
herbisida Rambo 480AS ditambah dengan 2,5 gram Billy 20WP per tangki
ternyata mampu mengendalikan gulma dengan spektrum lebih luas baik itu
berdaun sempit, maupun daun lebar, termasuk diantaranya anak-anak kayu
dan golongan pakis-pakisan yang bila menggunakan satu jenis herbisida
kurang mampu.

Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa pengendalian gulma haruslah


diperhatikan jenis bahan aktif dan sistem pengendaliannya. Artinya janganlah
kita sembarangan menggunakan herbisida pratumbuh maupun purna tumbuh
dilakukan pada saat tanaman kita masih ada di lahan, apalagi bila
menggunakan bahan aktif yang sangat kuat seperti Glifosat dan Parakuat.
Dengan hadirnya berbagai macam jenis herbisida di lapangan tersebut, maka
kita akan memiliki berbagai alternatif penggunaan herbisida yang cocok dan
tepat dalam pengendalian gulma. Sehingga gulma apapun bukan masalah lagi
karena kita tahu cara mengendalikannya. (Rahmat)

http://www.tanindo.com/abdi18/hal3501.htm. tgl 23-12-2009

You might also like