Professional Documents
Culture Documents
Masalah Pengangguran
dan Kemiskinan
Oleh Ragiman
New York (ANTARA News) - Dolar Amerika Serikat melemah terhadap mata uang utama
lainnya pada Kamis, di tengah kekhawatiran tentang pasar tenaga kerja yang tetap menjadi duri
dalam sisi pemulihan ekonomi terbesar di dunia.
Euro berpindah tangan pada 1,3190 dolar di New York pada sekitar 2100 GMT, lebih tinggi dari
1,3155 dolar pada Rabu malam.
Dolar juga turun terhadap mata uang Jepang, menjadi 85,82 yen dari 86,26 yen pada Rabu.
Sentimen untuk dolar telah berkurang oleh data pemerintah Kamis yang menunjukkan klaim
baru untuk memanfaatkan anggaran pengangguran AS minggu lalu secara tak terduga naik ke
tingkat tertinggi sejak April, menyoroti keprihatinan pengangguran bisa menggelincirkan
pemulihan.
Klaim awal naik 4,1 persen menjadi 479.000 pada pekan yang berakhir 31 Juli, Departemen
Tenaga Kerja mengatakan, membingungkan banyak analis yang memperkirakan klaim turun
menjadi 455.000.
Data pengangguran terbaru datang menjelang laporan utama pemerintah AS Jumat, yang
sebagian besar ekonom mengatakan diperkirakan menunjukkan pengangguran sudah tinggi
karena perusahaan tetap enggan untuk merekrut pekerja dalam jumlah besar.
Mereka percaya Juli memperlihatkan upah sektor non-pertanian turun 87.000 dan tingkat
pengangguran naik tipis menjadi 9,6 persen, meningkatkan keraguan lebih lanjut tentang
pemulihan ekonomi yang rapuh.
"Dolar AS sekali lagi dirusak oleh data pekerjaan lemah di pagi hari karena pelaku pasar
menunggu data kunci upah non-pertanian pada besok," kata analis Samarjit Shankar dari Bank of
New York Mellon.
"Itu sekali lagi mengingatkan investor bahwa pasar tenaga kerja AS tetap seimbang dengan
nyaman," katanya.
Sentimen dolar melemah dalam beberapa pekan terakhir di tengah kekhawatiran bahwa
berlanjutnya melambannya pemulihan AS bisa mendorong Bank Sentral AS atau Federal
Reserve untuk meningkatkan "pelonggaran kuantitatif" - memompa uang ke dalam ekonomi
melalui pembelian aset.
"Untuk menjadi penyelamat untuk dolar, gaji swasta perlu meningkat lebih dari 90.000," kata
analis Kathy Lien dari Global Forex Trading, jelang data upah non-pertanian Jumat yang
mengukur keduanya baik sektor pemerintah maupun swasta.
"Jika tidak, ketakutan pasar tentang pemulihan lambat akan diverifikasi, memberikan pedagang
alasan kuat untuk membuang dolar," katanya dikutip AFP.
Sektor swasta diperkirakan telah menciptakan sekitar 82.500 pekerjaan pada Juli tapi pekerjaan
pemerintah diyakini telah jatuh 169.500.
Sebagian besar pekerjaan pemerintah yang hilang diyakini pekerjaan sementara yang dibuat
untuk pelaksanaa sensus.
Terhadap mata uang utama lainnya Kamis, dolar turun menjadi 1,0453 franc Swiss dari 1,0530
pada Rabu, sedangkan pound Inggris naik menjadi 1,5893 dolar dari 1,5878.
Artikel 3
Pengangguran 2010 Turun Tipis
Pengangguran terbuka untuk lulusan SMA dan Universitas masih tinggi karena lapangan kerja
yang semakin sempit.
JAKARTA- Pemerintah memperkirakan angka pengangguran pada 2010 turun menjadi 7,6
persen dari 7,87 persen pada 2009. Angka pengangguran yang menurun disebabkan oleh
kegiatan ekonomi yang mulai pulih.Demikian dikemukakan Direktur Tenaga Kerja dan
Pengembangan Kesempatan Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
Rahma Iryanti di Jakarta, Kamis (7/1).
"Kondisi ketenagakerjaan pada periode 2005-2009 terus mengalami perbaikan. Tren tersebut
diperkirakan berlanjut pada 2010," kata Rahma.Kondisi ketenagakerjaan, lanjut Rahma,
menunjukkan perbaikan yang konsisten. Angka pengangguran terbuka terus menurun dari 11,24
persen (11,9 juta jiwa) pada 2005
menjadi 7,87 persen (8,96 juta jiwa) pada 2009. Selain itu, kesempatan kerja juga meningkat
rata-rata 2,78 persen per tahun selama periode 2005-2009. Dalam periode tersebut lapangan kerja
bertambah 10,91 juta.
Tren perbaikan tersebut, tambah Rahma, diperkirakan terus berlanjut pada 2010, dengan
penurunan angka pengangguran menjadi 7,6 persen. "Sektor yang diharapkan mampu
menciptakan kesempatan kerja yang besar adalah industri," ujar dia.Masing-masing sektor usaha,
menurut Rahma, memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda dalam hal menyerapan tenaga kerja.
Dalam periode 2005-2009, sektor jasa kemasyarakatan memiliki angka elastisitas penciptaan
lapangan kerja yang paling tinggi.
Pertumbuhan kesempatan kerja, kata Rahma, juga diiringi oleh perbaikan penyerapan tenaga
kerja di sektor formal. Sampai Agustus 2009, penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh
sektor informal, yaitu 67,86 juta jiwa (69,35 persen). "Sasaran kami adalah meningkatkan
keterampilan dan keahlian pencari kena," kata dia.Akan tetapi, kata Rahma, tingkat
pengangguran terbuka untuk lulusan SMA dan perguruan tinggi masih cukup besar, yaitu
mencapai 4,66 juta jiwa (4,4 persen). "Kasus yang memprihatinkan bagi pemerintah adalah
pengangguran terbuka untuk lulusan SMA dan universitas yang masih tinggi. Semakin tinggi
pendidikan, maka semakin tinggi tingkatan pengangguran karena lapangan kerja yang semakin
sempit," kata dia.
Salah satu cara agar tidak terjadi ledakan angka pengangguran, lanjut Rahma, adalah dengan
mempertahankan penduduk berusia 15,16, dan 17 tahun di bangku pendidikan. "Ini dilakukan
untuk mengurangijumlah penawaran dalam pasar tenaga kerja," ujar dia.
Respons Lambat
Pengamat ekonomi Universitas Indonesia Ninasapti Triaswati mengatakan respons pemerintah
dalam mengurangi angka pengangguran lambat. Sektor pertanian, tambah Ninasapti, selalu
menjadi bantaian penyerapan tenaga kerja, terutama pada masa panen."Namun, kualitas
pekerjaan di sektor pertanian dapat dikatakan rendah karena hanya bekerja satu jam atau tujuh
jam setiap pekan. Ini sering disebut sebagai non full employment" papar Ninasapti.
Selain itu. Indonesia juga harus mengembangkan sektor jasa. "Negara tetangga seperti Malaysia
sudah berhasil mengembangkan sektor jasa Itulah mengapa mereka saat ini mengalami kemajuan
pesat," ujar dia.Untuk mengembangkan sektor jasa, lanjut Ninasapti, pendidikan harus dibenahi.
"Kalau hanya wajib belajar sampai SMP, maka tidak akan bisa. Sektor jasa membutuhkan
sumber daya manusia yang kompeten, tidak hanya lulusan SMP/" kata dia.
Dengan peralihan sektor pertanian ke industri dan pengembangkan sektor jasa, tambah
Ninasapti, maka upaya pengurangan pengangguran akan lebih berjangka panjang. "Namun
sampai saat ini, upaya ke arah sana belum terlihat," ujar dia. ajl/E-S
Artikel 4
Dalam kaitan itu, negara masih harus mengembangkan industri padat pekerja dan sangat tidak
mungkin beralih ke teknologi modern mengingat struktur angkatan kerja, pekerja, dan
pengangguran terbuka menurut pendidikan masih didominasi oleh tamatan sekolah dasar ke
bawah.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga memperkirakan pada tahun 2004
jumlah angkatan kerja akan mencapai 102,88 juta orang, termasuk angkatan kerja baru 2,10 juta
orang. Tambahan lapangan kerja yang tercipta hanya 10,83 juta orang.
Penciptaan lapangan kerja yang tak mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja baru itu
menyebabkan angka pengangguran terbuka tahun 2004 meningkat menjadi 10,83 juta orang
(10,32 persen dari angkatan kerja), dari tahun sebelumnya 10,13 juta orang (9,85 persen dari
angkatan kerja).
Peningkatan angka pengangguran terbuka ini diperkirakan masih akan berlanjut tahun 2005, di
mana angka pengangguran terbuka diproyeksikan menjadi 11,19 juta orang atau 10,45 persen
dari angkatan kerja (lihat tabel). Proyeksi ini dibuat dengan asumsi pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2004 dan 2005 masing-masing 4,49 persen dan 5,03 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 4,49 persen pada tahun 2004 dan 5,03 persen pada
tahun 2005 dinilai sama sekali tidak menjamin terbukanya lapangan kerja. Sebab, investasi baru
cenderung menggunakan mesin modern dan canggih sehingga tidak memerlukan banyak pekerja.
Kwik mengungkapkan hal itu pada seminar “Pasar Kerja yang Ramah Pasar” di Hotel
Borobudur, Jakarta, Selasa (9/9). Pembicara lain dalam seminar itu antara lain Direktur
Ketenagakerjaan dan Analisis Ekonomi Bappenas Bambang Widianto, ekonom dari Universitas
Nasional Australia (ANU) Chris Manning, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)
Soedjai Kartasasmita, dan Ketua Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI)
Rekson Silaban.
Menurut Kwik, tantangan utama yang dihadapi pemerintah adalah terus membesarnya jumlah
pengangguran. Data tahun 2002 menunjukkan, jumlah pengangguran terbuka mencapai 9,13 juta
orang atau 9,06 persen dari keseluruhan angkatan kerja. Jumlah ini dua kali lipat lebih dari
jumlah pengangguran terbuka sebesar 4,3 juta jiwa atau 4,86 persen tahun 1996, atau setahun
sebelum krisis.
Data itu belum termasuk setengah penganggur, yakni orang yang bekerja kurang dari 35 jam per
minggu, yang jumlahnya mencapai 28,9 juta orang pada tahun 2002.
Yang lebih memprihatinkan adalah terus menurunnya kesempatan kerja formal, baik di pedesaan
maupun di perkotaan. Jumlah pekerja formal di pedesaan yang mempunyai upah tetap atau
waged worker tahun 2001 berkurang sebanyak 3,3 juta orang. Tahun 2002, jumlah pekerja
formal di perkotaan berkurang 469.000 orang dan di pedesaan berkurang 1,1 juta orang.
“Indikator ini menunjukkan, kesempatan kerja yang tercipta selama tahun 2001 dan 2002
memiliki kualitas rendah karena lebih banyak kesempatan kerja tercipta di sektor informal,”
katanya.
Sementara itu, ada kecenderungan di perusahaan besar ada peningkatan upah yang lebih tinggi
dari pertumbuhan nilai tambahnya. “Jika hal ini benar, ini sebagai tanda bahwa daya saing tenaga
kerja Indonesia makin menurun, padahal sangat dibutuhkan menghadapi persaingan global,” ujar
Kwik menjelaskan.
Menurut dia, supaya bisa menambah lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi harus bisa mencapai
enam sampai tujuh persen. Padahal, untuk mencapai pertumbuhan tujuh persen sangat sulit,
karena mengandalkan investasi baru. Sementara itu, investor tidak akan memilih Indonesia
sebagai tempat menanam modal karena biaya ekonomi sangat tinggi, akibat masih kuatnya
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
“Kalau ingin investor datang ke Indonesia, KKN harus benar-benar diberantas, tidak cukup
dengan ngomong, tetapi pelakunya harus benar-benar dihukum tanpa pandang bulu,” ucap Kwik
tegas.
Peredam
Dengan kondisi seperti sekarang ini, menurut Kwik, investasi yang diutamakan adalah sektor
yang tidak terlalu modern dan tanpa menggunakan mesin canggih. Dikatakannya pula, selama ini
sektor informal dinilai sangat membantu menyerap orang-orang yang menganggur, tetapi kreatif
dan menjadi peredam di tengah pasar global. Namun, bukan berarti sektor formal diabaikan.
Alasannya, struktur angkatan kerja, pekerja, dan pengangguran terbuka menurut pendidikan
masih didominasi oleh tamatan sekolah dasar (SD) ke bawah. Untuk angkatan kerja tahun 2002,
yang berpendidikan SD ke bawah mencapai 59,05 juta orang atau sekitar 58,6 persen dari
angkatan kerja.
Perkembangan yang dinilai memprihatinkan oleh Bambang adalah kecenderungan menciutnya
sektor informal periode 2001-2002, yang dibarengi dengan perbedaan upah yang makin lebar
antara pekerja di sektor formal dan informal. Faktor lain adalah menurunnya produktivitas di
sektor industri pengolahan serta meningkatnya pengangguran usia muda, yakni 15-19 tahun.
Sementara itu, ada beberapa aturan main yang berpotensi menyebabkan infleksibilitas pasar
kerja. Misalnya, peraturan yang berkaitan dengan perlindungan di tempat kerja, menyangkut
pemutusan hubungan kerja (PHK), dan yang berkaitan dengan upah minimum.