Professional Documents
Culture Documents
Semantik atau makna merupakan salah satu bidang linguistik yang paling
sulit diterangkan. Semantik berasal dari „semantics‟ (Inggris) yang berasal pula dari
„sema‟ atau „samaino‟ atau „semeion‟ (Yunani Kuno) berarti tanda (mark atau sign)
dan simbol (symbols) – sehingga dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna serta
pemaknaannya (Yusuf, 1994; 86), atau oleh pakar bahasa disebut “ilmu bahasa yang
mempelajari makna” dan merupakan bagian dari tiga tataran ilmu bahasa; meliputi
(Djajasudarma, 1999; 1). Dengan demikian semantik adalah satu cabang ilmu
bahasa yang menekankan pengertian atas makna dari kata-kata dimana satu kata
bisa mempunyai beberapa makna hal mana dipengaruhi oleh sintaksis dan konteks
Pateda, 2001: 96) mengemukakan tujuh jenis makna yakni : (i) makna emotif
(emotive meaning); (ii) makna kognitif (kognitive meaning) atau makna deskriptif
piktorial (pictorial meaning); (v) makna kamus (dictionary meaning); (vi) makna
samping (fringe meaning); (vii) dan makna inti (core meaning). Bloomfield (dalam
Sementara itu Larson mengemukakan dua jenis makna ditinjau dari segi
asalnya, yakni makna primer dan makna sekunder. Makna primer ialah makna
yang muncul di dalam pikiran kita jika kita mendengar kata tersebut diucapkan
secara terpisah; tidak dalam konteks (Simatupang, 2000; 45). Makna ini oleh pakar
lain disebut juga makna referensial atau makna kamus atau makna denotatif.
Misalnya kata „tangan‟, jika kita menjumpai kata tersebut, yang terlintas dalam
konteksnya. Makna ini disebut juga makna konotatif. Makna ini muncul pada saat
digunakan bersama kata lain. Misalnya, tangan hampa (bare hands). Simatupang
(2000; 46) menyebutkan bahwa dengan adanya makna primer dan sekunder dalam
bahasa mengharuskan penerjemah untuk memeriksa terlebih dulu apakah suatu kata
Selain kedua makna ini ada pula yang disebut makna figuratif. Makna
figuratif (figurative meaning) disebut juga makna kiasan, biasanya ditemukan pada
penerjemahkan teks-teks karya sastra. Makna ini dapat diketegorikan pula sebagai
gaya bahasa dalam menulis/mengarang, dan dapat digolongkan dalam beberapa jenis
a. Idiom (Idioms) atau Ungkapan, yaitu kata-kata yang tidak bisa dimengerti dan
Contoh dalam ungkapan : „To kicked the bucket‟, tidak boleh diartikan
atau ungkapan tertentu yang dianggap kasar atau dianggap dapat menyinggung
kata „mati‟. Dalam kalimat bahasa Inggris-nya : „Your daughter‟s eyes are
closed‟ sebagai pengganti dari „Your daughter is dead‟. Makna jenis ini sering
Selain makna-makna tersebut di atas, ada pula makna yang ditinjau dari segi
hubungannya dengan kata lain seperti makna leksikal, gramatikal, kontekstual, dan
tekstual. Istilah-istilah makna ini sering muncul pada Metode Penerjemahan. Oleh
a. Makna Leksikal dalam terjemahan disebut juga sebagai makna kamus atau
makna referensial atau makna primer.. Makna leksikal tidak akan diketahui
sebelum padanannya berada dalam suatu kalimat. Misalnya „run‟ selain berarti
berlari atau melarikan diri juga bisa berarti berlaku, meluncur, menyala,
4
mengalir, menuang, menjadi dan sebagainya. Jadi makna leksikal dari run akan
lebih besar; misalnya hubungan antara kata dengan kata lain dalam frase atau
klausa (Kridalaksana, 2001:132). Jadi bisa dikatakan makna ini kebalikan dari
makna leksikal yang lepas dari konteksnya. „Run‟ dalam kalimat Bill Gates now
kerja.
dimana ujaran itu dipakai (Kridalaksana, 2001:133). Dengan kata lain makna
kontekstual ialah makna suatu kata yang dikaitkan dengan penggunaan situasi
selamanya „Selamat Pagi‟. Jika ucapan ini dituturkan oleh seorang pimpinan
yang sedang marah kepada bawahannya yang datang sangat telat menghadiri
rapat penting, maka harus diartikan „Selamat Siang!‟ (sebagai sindiran) bahkan
jika pimpinan itu mengucapkannya sambil menunjuk ke arah pintu maka artinya
„Silahkan Keluar!‟.
d. Makna Tekstual ialah makna yang berkaitan dengan isi suatu teks atau wacana.
Makna ini dapat diketahui setelah seseorang membaca teks secara keseluruhan.
5
Makna tekstual lebih berhubungan dengan bahasa tertulis. Perbedaan bidang atau
subjek terjemahan menimbulkan makna suatu kata berbeda meski tertulis sama.
(genetics) the process whereby genetic information coded in messenger RNA directs
the formation of a specific protein at a ribosome in the cytoplasm
(mathematics) a transformation in which the origin the the coordinate system is moved
to another position but the direction of each axis remains the same
(kinematics) Motion in which all the points of the moving body have at any instant the
same velocity and direction of motion – opposed to rotation.
therefore to be defined in terms of the degree to which the receptors of the message
in the receptor language respond to it subtantially the same manner as the receptors
masalah umum seperti pengambilan keputusan, kata yang tidak terdapat dalam
atau pelajar yang setingkat adalah kelemahan mereka untuk mengenal pola kalimat
1
Webnox Corp. 2004. Meaning of Translation. http://www.hyperdictionary.com/dictionary/translation. p.1
6
bahasa Inggris. Untuk mengenal pola kalimat tersebut kita bisa mempelajarinya dari
Tatabahasa perlu dikuasai oleh penerjemah agar teks yang dihasilkan dari satu
bahasa ke bahasa lain atau pemindahan makna‟ perlu mengikuti kaedah-kaedah
bahasa itu sendiri. Dalam pemindahan makna pada metode penerjemahan tidak
langsung, penerjemah harus menggunakan pola-pola kalimat yang telah ada
karena tiap-tiap bahasa mempunyai sintaksis, keistimewaan dan aturan-aturan
tertentu.
Selain tatabahasa, makna kata juga perlu mendapat perhatian karena makna
sebuah kosa kata bisa berbeda apabila digunakan dalam konteks atau suasana
berbeda pula. Makna suatu kata tidak hanya dipengaruhi oleh posisinya dalam
kalimat tetapi juga oleh bidang ilmu yang menggunakan kata itu. Dari segi makna
a. One-to-one-correspondence
berkolerasi satu atau dengan kata lain satu kata memiliki hanya satu arti harfiah
saja. Misalnya dog, machine, knife dan lain-lain. Meski „Dog‟ hanya memiliki
2
Abd. Hakim Yassi. 1998. Seputar Kendala Dalam Menerjemahkan. Fak. Sastra – UNHAS.
Makalah dipresentasikan dalam Pelatihan Penerjemahan Perhimpunan Mahasiswa Sastra Inggris
(PERISAI) di UNHAS pada 25-26 April 1998.
7
satu makna, yakni „anjing‟, namun karena adanya perbedaan kultural antara
Eropa (Barat) dan Indonesia maka dog atau anjing ini berbeda pemaknaannya. Di
yang tidak selalu tercermin di dalam kamus (Simatupang: 2000; 129) seperti kata
dog tersebut.
b. One-to-many-correspondence
Satu kata dalam BSu memiliki lebih dari satu arti/makna pada BSa.
Misalnya „rice‟ dalam bahasa Indonesia bisa berarti beras, nasi, padi, gabah dan
salah satu paper berjudul “52 Words for „You‟ in Indonesian”. Ditulis oleh
c. One-to-part-correspondence
Kata dalam BSu bermakna sebahagian saja pada BSa. Misalnya, „witch‟ hanya
Indonesia tukang sihir (witch) bagi pria dan wanita [nenek sihir], sedangkan
dalam kultur bahasa Inggris tidak terdapat [padanan bagi] penyihir laki-laki.
3
George Quinn. 2004. On Translating Indonesia. http://www.anu.edu.au./asianstudies/on_tran_indon.html p.3
8
d. One-to-nil-correspondence
Kata dalam BSu tidak mempunyai makna dalam BSa. Penerjemah bisa saja
memberi definisi lain atau menerangkan kata-kata tersebut atau bahkan tidak
melakukan perubahan sama sekali. Contoh : Leo AFI sedang makan coto.
4
Peter Salim. 2001. Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesian Dictionary. Jakarta: MEP. Hal.
1177