Professional Documents
Culture Documents
kemerdekaan
Keadaan demikian baru berubah setelah tahun 1900. Artinya seorang pengajar memberikan
kemerdekaan bagi Oleh karena itu guna menyempurnakan pola pendidikan di Indonesia ada .
Setelah kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24
tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di Pendidikan; Pembagian administratif;
Archives. Bagaimana perkembangan koperasi setelah kemerdekaan di indonesia?. Jepang dan
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan Indonesia dari pekerjaanya dan
masuk sekolah militer di Magelang pada tahun 1923. Setelah menyelesaikan pendidikan .
Setelah 57 tahun tepatnya 17 Agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia Soekarno Hatta
Kemerdekaan ini ternyata baru dini'mati segelintir orang saja di .Kini, setelah hampir 65
tahun Indonesia merdeka, cita-cita itu justru terasa semakin kabur. Talkshow dengan tema:
Potret Pendidikan di Indonesia, Antara harapan dan realita, .Setelah itu ia menjadi guru di
sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia
menjadi Komandan Batalyon di Kroya, .Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Jumat, 17
Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang
kerumah masing-masing. .
Perkembangan pembangunan pendidikan sebelum
merdeka.
2. PENDIDIKAN AWAL
Pendidikan Melayu
Pendidikan Cina
Dasar terbuka dan tidak campurtangan Inggeris dalam hal ehwal social kaum
pendatang menyebabkan wujudnya sekolah-sekolah cina dan tamil. Sekolah-
sekolah ini dikendalikan oleh masyarakat masing.masing tanpa bantuan daripada
lnggeris hinggalah tahun 1920-an se1aras dengan tradisi mengutamakan pelajaran
dan mengekalkan kebudayaan serta identiti bangsa masyarakat Cina mula bergiat
menubuhkan sekolah Cina sejak awal abad ke 19. Keadaan ini serupa di Sabah
dan Serawak. Dasar tidak campur tangan lnggeris dalam pendidikan vernakular
menyebabkan perkembangan politik dan ekonomi negeri Cina mempengaruhi
sistem pendidikan masyarakat Cina di Semenanjung Tanah Melayu, Sabah Dan
Sarawak. Kurikulumnya berorientasikan negeri Cina, dan buku-buku teks serta
guru-guru juga dibawa masuk dari sana. Isi kurikulumnya menegaskan
pengetahuan dalam bidanrg 3M iaitu membaca, mengira dan menulis serta
lukisan, Bahasa Inggeris, Ilmu Alam, Sejarah, Kraftangan dan pengetahuan am.
Pada tahun 1920-an pengaruh kuat sekolah Cina telah menyedarkan Kerajaan
Inggeris tentang bahaya pertumbuhan sekolah Cina tanpa kawalan. Oleh itu
pentadbiran lnggeris mula memperkenalkan satu undang- undang pada tahun
1920 iaitu Enakmen Pendaftaran Sekolah diwujudkan. Tujuannya untuk
mengelakkan sekolah ini daripada terasing serta mengawal aktiviti sekolah ini.
Bermula tahun 1924, sebahagian sekolah-sekolah cina ini menerima bantuan
kewangan daripada kerajaan. Pada amnya, guru-ruru di sekolah ini tidak ada
latihan formal sehinggalah selepas perang Dunia Kedua apabila program latihan
kelas formal telah diadakan. Dasar pentadbiran Inggeris ini secara langsung atau
tidak langsung mewujudkan jurang pendidikan di antara anak-anak Melayu dan
Cina.
Pendidikan Tamil
pendidikan di antara tiga kaum utama di negara kita iaitu Melayu, Cina,dan India.
Sejak Indonesia merdeka hingga akhir dasa warsa 1990-an, perhatian terhadap
anak tampak lebih menitikberatkan pada bidang pendidikan. Itu pun masih belum
optimal, yang terbukti dari masih terseok-seoknya program perluasan dan
pemerataan akses pendidikan. Pada sisi lain, perhatian terhadap dunia anak dalam
bidang sosial, pembangunan karakter, tampak kurang menggembirakan. Kita masih
ingat, pada masa lalu cukup banyak anak yang dimobilisasi untuk kepentingan politik
agar mencoblos partai tertentu dalam pemilu, walaupun mereka masih belum cukup
umur. Juga, cukup banyak anak yang menjadi pekerja di pabrik, menikah usia dini,
dan ikut menanggung beban ekonomi keluarganya.
Sejak isu hak asasi manusia (HAM) mengemuka — yang kemudian mewarnai
amandemen UUD 1945 — perhatian terhadap dunia anak menjadi lebih serius.
Masuknya pasal HAM dalam amandemen UUD 1945 pada giliranya memberi
pengaruh besar terhadap lahirnya Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
Jika ditinjau dari aspek psikologi perkembangan, usia anak sejak dalam kandungan
hingga umur 18 tahun itu masuk dalam kategori: usia kandungan, usia dini (0-6
tahun), usia kanak-kanak (7-12 tahun), dan usia remaja (13-18 tahun). Pada rentang
usia tersebut, anak mengalami perkembangan sangat pesat baik secara fisik
maupun psikologis. Anak melaksanakan tugas-tugas perkembangan (developmental
task) sesuai dengan perkembangan fisik dan psikologisnya.
Begitu pentingnya dunia anak, maka sudah selayaknya jika kita memberikan
perhatian lebih kepada mereka. Apalagi, hasil penelitian ahli-ahli psikologi maupun
ilmu syaraf (neurology) menyatakan bahwa masa anak, terutama usia dini,
merupakan rentang usia yang sangat penting dalam perkembangan kehidupan
manusia. Pada fase ini anak mengalami perkembangan sangat pesat, baik fisik,
motorik, bahasa, maupun kecerdasannya. Begitu strategisnya, sehingga dikenal
dengan usia emas (golden age).
Perkembangan fisik dan otak sejatinya sudah dimulai sejak dalam kandungan. Tony
Buzan, seorang pakar otak yang menulis tak kurang dari 80 judul buku mengenai
otak, menyatakan bahwa selama kurang lebih sembilan bulan dalam kandungan,
otak bayi berkembang lebih cepat dibandingkan saat sudah lahir (Tony Buzan,
Brain Child, How Smart Parents Make Smart Kids — diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dan diterbitkan oleh PT. Gramedia dengan judul Brain Child, Cara Pintar
Membuat Anak Jadi Pintar, 2005)).
Jadi, begitu vitalnya dunia anak. Secara psikologis, anak berada dalam rentang usia
yang mengalami perkembangan sangat pesat baik fisik maupun psikologis. Secara
yuridis, kita juga sudah punya UU yang mewajibkan orangtua, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan negara memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hal-hak
anak. Pertanyaannya, apakah tataran ideal yang tertera dalam UU Perlindungan
Anak itu sudah dilaksanakan dengan baik? Apakah kita sudah memberikan jaminan
dan perlindungan terhadap hak-hak anak secara memadai? Ini merupakan
pertanyaan renungan yang harus kita introspeksi.