You are on page 1of 3

KEAMANAN NASIONAL DAN MINYAK DUNIA: PENDOMINASIAN AS

TERHADAP MINYAK
Oleh: RB. Firmansyah Pasca Pratama
Minyak merupakan salah satu sumberdaya alam yang paling dicari akhir-akhir ini,
meskipun bukan baru-baru ini saja, namun telah terjadi sejak lebih dari satu abad lalu
sebelum Perang Dunia I. Rata-rata kebutuhan akan minyak sebelum Perang Dunia I
diperlukan dan digunakan pada angkatan bersenjata khususnya angkatan laut untuk negara-
negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis. Di luar itu minyak juga digunakan
untuk angkatan-angkatan bersenjata lainnya seperti tank, pesawat terbang, dll.
Mengenai kepemilikan dan dominasi penggunaan minyak pada saat itu seperti yang
dketahui telah dikuasai oleh negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia I seperti Inggris
dan Amerika Serikat. Dua poros kekuatan terbesar tersebut menguasai minyak di belahan
dunia yang berbeda, Inggris menguasai di wilayah teluk sedangkan Amerika Serikat
menguasai di region Carribean. Bahkan Amerika Serikat sendiri sampai dapat
mengembangkan perusahaan minyak miliknya sendiri (Painter, 1992: 184).
Dalam artikel David S. Painter (1992: 185) terdapat penjelasan mengenai fenomena
yang dijelaskan secara kronologis dari tahun setelah Perang Dunia I. Pada waktu tersebut
minyak hanya digunakan pada kalangan militer namun diluar itu minyak hanya digunakan
sebagai energi nomor dua atau bahan bakar sekunder. Di sini untuk pertama kali Inggris
mengadakan kerjasama dengan dunia Timur Tengah yaitu di bagian Persia dengan Iran
sebagai mitra kerjanya dan dibentuklah APOC. Selain di daerah Persia tersebut Inggris juga
dapat mengakses minyak pada TPC karena pada saat tersebut dikuasai ole Dinasti Ottoman.
Namun kerjasama dengan Iran tidak berjalan selamanya. Terbukti dpada tahun 1932
pemimpin Iran saat itu Reza khan membatalkan untuk mengambil alih APOC.
Pada waktu Perang Dunia I berakhir, untuk menghindari krisis minyak bagi semua
negara yang bertikai, semua negara yang mengikuti Perang Dunia I sudah melakukan langkah
antisipatif, Inggris yang mengincar Irak tidak dapat melakukan apa-apa karena Irak berada
dalam pengawasan Liga Bangsa-Bangsa. Namun sementara itu, Inggris menganggap
perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang berencana mengembangkan sumber minyak di
Irak tersebut akan semakin memperlancar hubungan dan komunikasi terhadap India. Sampai-
sampai karena melihat prspek yang cerah dengan Amerika Serikat, membuat Inggris
membiarkan Amerika Serikat masuk ke Bahrein dan Kuwait di mana sebelumnya Inggris
tidak akan mengabulkan perjanjian apapun tanpa persetujuan Inggris.
Di samping itu, Inggris juga mencar sumber cadangan minyak sampai daerah
Meksiko di mana pada waktu itu Meksiko menjadi negara terbesar dalam ekspor minyak.
Namun karena Revolusi Meksiko, produksi minyak Meksiko turun drastis dan membuat
Inggirs harus mencari sumber cadangan minyak lain di Venezuela, di mana pada akhirnya
Venezuela menjadi negara yang menyukupi setengah dari kebutuhan minyak Inggris.
Sejak minyak bumi (petroleum) ditemukan oleh Kolonel Edwin L. Drake pada tahun
1859 di negara bagian Pensylvania, peran minyak bumi seketika menggeser batubara yang
menjadi sumber energi utama. Pada tahun 1930an ketika Amerika Serikat telah dapat
mensuplai minyak sendiri, para pembuat kebijakan Amerika Serikat melihat bahwa akses
kepada miyak asing lebih sebagai isu komersial daripada isu militer. Di sini kemudian
didapati bahwa di Texas yang dinilai memiliki setengah dari produksi negara memiliki
keuntungan tersendiri bagi Amerika Serikat (www.politik.kompasiana.com, diakses tanggal
26 Oktober 2010).
Seperti yang telah dijelaskan pada Perang Dunia I dan II Amerika Serikat masih dapat
mencukupi minyaknya sendiri yang yang cadangannya terdapat di Meksiko dan Venezuela.
Para pembuat kebijakan menilai bahwa cadangan domestik Amerika Serikat tersebut tidak
akan cukup jika dibagi-bagikan kepada negara lain, oleh karena itu pemerintah Amerika
Serikat mencari cadangan lain di belahan dunia lain dan pada akhirnya Timur Tengahlah
yang menjadi tujuan mereka selanjutnya. Ternyata cadangan minyak terbesar di Timur
Tengah terdapat di Arab Saudi (www.akhirzaman.info, diakses tanggal 26 Oktober 2010).
Akhirnya pemerintah Amerika Serikat membuat berbagai rencana agar mendapatkan
cadangan minyak di Arab Saudi tersebut. Bnayak strategi-strategi yang digunakan Amerika
Serikat dengan membuat perusahaan minyak negara yang akan mengakuisisi cadangan-
cadangan minyak di sana. Meskipun dengan mendirikan ARAMCO, dinilai oleh Amerika
Serikat belum cukup aman, terutama menyangkut stabilitas keamanan Arab Saudi dalam
waktu yang lama. Karena itulah pada akhirnya diadakan pertemuan antara pemimpin Arab
Saudi saat itu King Abdul Aziz dan Presiden Roosevelt untuk membahas permasalahan itu.
Namun terdapat kejadian yang tidak terduga, karena tragedi serangan Israel ke
Palestina pada Perang Yom Ki puur pada saat itu membuat banyak negara Timur Tengah
yang tergabung dalam OPEC untuk mendesak Amerika Serikat untuk menekan Israel.
Seketika itupula harga minyak dunia meningkat hingga empat kali lipat. Amerika Serikat
tidak hanya tinggal diam melihat itu semua. Amerika Serikat bahkan berencana menyerang
Arab Saudi pada waktu itu, namun tidak sampai Amerika Serikat menyerang Arab Saudi,
embargo yang ditujukan kepada Amerika Serikat dan sebagian negara Eropa dihentikan pada
Maret 1974.
Kecanduan terhadap minyak betul-betul menguasai seluk beluk negara Amerika
Serikat. Setelah kesuksesan Roosevelt dalam mengamankan pasokan minyak dari Timur
Tengah tersebut, pemimpin Amerika Serikat selanjutnya, seperti Truman, Eisenhower,
Nixon and Carter, sangat bernafsu untuk terus mendominasi kawasan Teluk Persia itu demi
menjaga pasokan minyaknya. Bahkan Presiden Jimmy Carter pada tahun 1980 menyatakan
bahwa AS hendak menggunakan kekuatan militer untuk melindungi pasokan minyak dari
Timur Tengah. Ia lalu membentuk RDJTF (Rapid Deployment Joint Task Force). Pada
zaman Presiden Ronald Reagen, penerus Presiden Jimmy Carter, mengubah RDJTF menjadi
Central Commands yang berfokus melindungai aliran minyak dari Timur Tengah ke AS.
Implementasi perintah (command) tersebut terlihat pada Perang Teluk, dalam menghentikan
tentara Irak yang menduduki Kuwait (www.politik.kompasiana.com, diakses tanggal 26
Oktober 2010).
Kemudian terdapat sebuah perntanyaan, apakah ketergantungan Amerika Serikat
terhadap minyak di Timur Tengah dapat diakhiri? Mengingat hal-hal buruk yang telah terjadi
seperti embargo minyak kepada Amerika Serikat tahun 1973 lambat laun dapat
melumpuhkan perekonomian Amerika Serikat secara bertahap. Dalam artikel yang ditulis
oleh David S. Painter (1992) mengatakan bahwa sangatlah sulit membuat Amerika Serikat
lepas dari keterganutngan tersebut mengingat konsumsi Amerika Serikat terhadap minyak
sangat besar, dan cadangan minyak di teluk Carribean sudah mencapai batasnya dikarenakan
Perang Dunia I dan II.

DAFTAR PUSTAKA
Painter, David S. 1992. “International Oil and National Security”, dalam Raymon Vernon dan
Ethan B. Kapstein (ed.), Defense and Dependence in a Global Economy,
Washington D.C. : Congressional Quarterly Inc, pp. 183-206.

Dira, Cas. 2010. Minyak dan AS. Dalam http://politik.kompasiana.com/2010/09/22/minyak-


dan-as/ [online]. Diakses tanggal 26 Oktober 2010.

Livingstone, David. N.d. Petrodolar. Dalam


http://www.akhirzaman.info/menukonspirasi/depopulasi/makanan-dan-
minuman/207-petro-dolar.html. diakses tanggal 26 Oktober 2010.

You might also like