You are on page 1of 21

Kepada:

1. Kepala SPI
2. Pemimpin Wilayah Utama/Madya/Muda
3. Jeneral Manajer/Setingkat
4. Pemimpin Cabang
Perum Pegadaian
di
SELURUH INDONESIA

SURAT EDARAN
Nomor : 87 /SDM.300323/2010

TENTANG
AMANDEMEN/ PERUBAHAN TERHADAP PERATURAN CUTI PEGAWAI
NOMOR: 3871/SDM.300322/2010 TANGGAL 09 JUNI 2010

Memperhatikan ketentuan Pasal 53 dan Pasal 54 Peraturan Direksi Nomor:


3871/SDM.300323/2010 tanggal 09 Juni 2010 tentang Cuti Pegawai (selanjutnya disebut Peraturan
Cuti), bersama ini disampaikan Amandemen/Perubahan sebagai berikut:

1. Mengubah Pasal 1 angka 11 sampai dengan angka 15, dan menyisipkan 2 (dua) angka diantara
angka 13 dan angka 14 yang dijadikan angka 13a dan 13b, menjadi sebagai berikut:
11. Penghasilan adalah meliputi Upah Pokok ditambah Tunjangan Tetap ditambah Tunjangan
Tidak Tetap, dan ditambah Pendapatan Non Upah (PNU), yang sebelum diberlakukannya
sistem remunerasi yang baru, dalam peraturan ini ditetapkan sebagai berikut:
a. Upah Pokok adalah Gaji Pokok, Tunjangan Isteri/Suami, Tunjangan Anak, dan
Tunjangan Beras;
b. Tunjangan Tetap adalah Tunjangan Jabatan/Fungsional Keahlian, dan Tunjangan
Perusahaan yang telah dikalikan indeks merit dan indeks zona tanpa pengurangan
potongan absen;
c. Tunjangan Tidak Tetap adalah Tunjangan Transport;
d. Pendapatan Non Upah (PNU) adalah Bantuan Telepon, Air dan Listrik (TAL),
Tunjangan Sewa Rumah Jabatan, dan Lumpsun BBM.
12. Tunjangan Cuti adalah sejumlah uang yang dibayarkan kepada Pegawai yang mengajukan
dan/atau melaksanakan cuti, khusus untuk Cuti Tahunan dan Cuti Besar.
13. Masa Kerja adalah jangka waktu bekerja aktif di Perusahaan secara terus-menerus atau tidak
terputus untuk dijadikan dasar perhitungan timbulnya hak cuti, terhitung sejak adanya
hubungan kerja, yaitu sejak diangkat sebagai Pegawai atau sejak diangkat sebagai Calon
Pegawai (jika Pegawai yang bersangkutan dalam proses penerimaannya di Perusahaan
terlebih dahulu melalui masa calon pegawai), termasuk jangka waktu bekerja diperbantukan
atau dipekerjakan di anak perusahaan atau badan hukum terafiliasi (pengertian anak
perusahaan dan badan hukum terafiliasi menyesuaikan dengan yang diatur dalam Peraturan
Direksi tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja yang berlaku).
13a. Tahun Takwim adalah perhitungan 1 (satu) tahun yang dimulai dari tanggal 01 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember.
13b. Peraturan Lama adalah Keputusan Direksi Nomor: 4189/SDM.200322/2005 tanggal 20
Desember 2005 tentang Peraturan Cuti Pegawai beserta dengan seluruh perubahan dan
pengaturan teknisnya.
14. Unit Kerja adalah tempat dimana Pegawai melaksanakan tugas sesuai dengan Peraturan
Direksi tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja yang berlaku.
15. Pimpinan Unit Kerja adalah pejabat yang memimpin suatu unit kerja.

Perum Pegadaian – Kantor Pusat


Jl. Kramat Raya 162, Jakarta -10430, Kotak Pos 1090, Jakarta 10010
Tel. (021) 315-5550 (hunting) Fax. (021)324-967, 391-4221
2. Mengubah Pasal 4 menjadi sebagai berikut:
Pasal 4
Jenis Cuti
Jenis Cuti bagi Pegawai terdiri atas:
a. Cuti Tahunan, yaitu sebagaimana yang diatur dalam Pasal 79 ayat (2) huruf c UU No.13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
b. Cuti Besar, yaitu Istirahat Panjang sebagaimana yang diatur dalam Pasal 79 ayat (2) huruf d
UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Kep.Men.Nakertrans.RI. Nomor:Kep-
51/IV/ 2004 tanggal 8 April 2004 tentang Istirahat Panjang Pada Perusahaan Tertentu;
c. Cuti Sakit, yaitu tidak menjalankan pekerjaan, dengan tetap dibayarkan upah, karena sakit
berdasarkan keterangan dokter, sebagaimana diatur dalam Pasal 93 ayat (2) huruf a dan ayat
(3) UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
d. Cuti Bersalin, yaitu istirahat sebelum saat dan setelah melahirkan anak, sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 82 ayat (1) UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
e. Cuti Gugur Kandungan, yaitu istirahat bagi pegawai perempuan yang mengalami
keguguran kandungan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 82 ayat (2) UU No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan;
f. Cuti Haid, yaitu tidak wajib bekerja, dengan tetap dibayarkan upah bagi pegawai perempuan
karena merasakan sakit di hari pertama dan kedua pada waktu haid, sebagaimana diatur
dalam Pasal 81 dan Pasal 93 ayat (2) huruf b UU No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
g. Cuti Karena Alasan Penting, yaitu tidak menjalankan pekerjaan dengan tetap dibayarkan
upah, karena alasan-alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (4) UU No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan;
h. Cuti Menjalankan Ibadah, yaitu tidak menjalankan pekerjaan dengan tetap dibayarkan
upah, karena pegawai menjalankan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya, sebagaimana
diatur dalam Pasal 6 ayat (4) PP No.8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah dan Pasal 93
ayat (2) huruf e UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
i. Cuti Bersama, yaitu pelaksanaan cuti secara bersamaan pada waktu menjelang/setelah Hari
Libur Nasional, sebagaimana diatur oleh Keputusan Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja
dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara;
j. Cuti Di Luar Tanggungan Perusahaan, yaitu tidak melaksanakan pekerjaan tanpa
mendapatkan penghasilan dan fasilitas lainnya dari Perusahaan serta tidak diperhitungkan
sebagai masa kerja;
k. Cuti Masa Persiapan Pensiun, yaitu tidak melaksanakan pekerjaan, yang diberikan kepada
Pegawai yang akan memasuki masa pensiun paling lama 2 (dua) tahun sebelum efektif
berakhir hubungan kerja karena memasuki usia pensiun, dengan tetap mendapatkan
penghasilan sesuai ketentuan yang berlaku.
l. Cuti Karena Pindah, yaitu tidak melaksanakan pekerjaaan karena melakukan perjalanan
pindah berdasarkan perintah Perusahaan, dengan tetap memperoleh penghasilan sesuai
ketentuan yang berlaku.

3. Mengubah Pasal 6 angka 5 dan angka 6 menjadi sebagai berikut:


5. Manajer SDM di Kantor Wilayah untuk Cuti Sakit yang tidak lebih dari 3 (tiga) hari kerja dan
Cuti Tahunan bagi Pegawai di Kantor Wilayah.
6. Pemimpin Cabang untuk Cuti Sakit yang tidak lebih dari 3 (tiga) hari kerja dan Cuti Tahunan
bagi Pegawai di Kantor Cabang.

2
4. Mengubah Pasal 7 menjadi sebagai berikut:
Pasal 7
Persyaratan Umum dan Tunjangan Cuti Tahunan
(1) Pegawai yang telah memiliki masa kerja 12 (dua belas) bulan, berhak memperoleh Cuti
Tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja setiap tahunnya.
(2) Pegawai yang mengajukan Cuti Tahunan mendapatkan Tunjangan Cuti Tahunan, yang
dibayarkan 1 (satu) kali dalam setahun, sebesar 1 (satu) x (Upah Pokok + Tunjangan Tetap),
dengan dasar perhitungan pada posisi tanggal Pegawai tersebut mengajukan Cuti Tahunan.
(3) Jika Pegawai yang mengajukan Cuti Tahunan, kemudian pelaksanaan Cuti Tahunan-nya
ditangguhkan/ditunda oleh Pejabat yang berwenang, maka Tunjangan Cuti Tahunan-nya
harus tetap dibayarkan.
(4) Hak Cuti Tahunan untuk yang pertama kali bagi Pegawai yang baru terikat hubungan kerja
dengan Perusahaan (baru diangkat), maka hak Cuti Tahunan-nya timbul sejak hari ke-1 (satu)
setelah terlewatinya masa kerja 12 (dua belas) bulan, dengan jumlah hak Cuti Tahunan
selama 12 (dua belas) hari kerja, sedangkan Tunjangan Cuti Tahunan-nya dibayarkan secara
proporsional, dengan rumus:
ά
x (Upah Pokok + Tunjangan Tetap)
12
ά= Jumlah masa kerja dalam bulan dari sejak timbulnya hak Cuti Tahunan sampai dengan 1 (satu)
hari sebelum tanggal 01 Januari tahun berikutnya
(5) Hak cuti tahunan untuk yang selanjutnya, bagi Pegawai yang telah melewati masa
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dihitung dan dimulai per awal tahun takwim.
(6) Bagi Pegawai yang dalam tahun berjalan putus hubungan kerjanya dengan perusahaan, maka
hak Cuti Tahunan-nya tetap diberikan selama 12 (dua belas) hari kerja, sedangkan Tunjangan
Cuti Tahunan-nya diberikan secara proporsional, dengan memperhatikan ketentuan mengenai
Uang Penggantian Hak atas Cuti Tahunan.
(7) Jika Pegawai telah terlanjur mendapatkan Tunjangan Cuti Tahunan secara penuh, dan
kemudian ternyata dalam tahun berjalan Pegawai tersebut putus hubungan kerjanya dengan
Perusahaan (bukan karena meninggal dunia), padahal seharusnya Pegawai tersebut hanya
berhak mendapatkan Tunjangan Cuti Tahunan secara proporsional sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), maka kelebihan pembayaran atas Tunjangan Cuti Tahunan tersebut
diperhitungkan dari Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang Penggantian Hak,
Uang Pisah, dan/atau uang kompensasi PHK lainnya.
(8) Cuti Tahunan harus diajukan dan dijalankan sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari kerja, untuk
setiap pengajuan dan pengambilannya, kecuali untuk pengajuan dan pengambilan sisa Cuti
Tahunan yang kurang dari 3 (tiga) hari.
(9) Dalam 1 (satu) bulan hanya diperkenankan mengajukan dan menjalankan 1 (satu) kali Cuti
Tahunan.
(10) Pegawai yang sedang menjalankan cuti yang lainnya tidak dapat mengajukan Cuti Tahunan.
(11) Sisa Cuti Tahunan tidak diperkenankan bersaldo minus, jika terdapat Pegawai yang
mengajukan dan menjalankan Cuti Tahunan melebihi sisa hak Cuti Tahunan-nya, maka
kelebihan hari Cuti Tahunan tersebut dianggap sebagai hari dimana Pegawai tidak masuk
bekerja secara tidak sah dan diberlakukan pengurangan penghasilan sesuai ketentuan yang
berlaku.
(12) Sisa Cuti Tahunan secara otomatis beralih ke tahun takwim berikutnya, dengan jumlah
maksimum 6 (enam) hari kerja.
(13) Ketentuan ayat (12) dikecualikan jika sisa Cuti Tahunan melebihi 6 (enam) hari kerja yang
disebabkan oleh:
a. Pegawai tidak dapat menjalankan Cuti Tahunan karena diperintahkan secara tertulis oleh
Pejabat yang berwenang;
b. Pegawai mengikuti Diklat yang tidak memungkinkan baginya untuk menjalankan Cuti
Tahunan;
c. Pelaksanaan Cuti Tahunan disela oleh Pejabat yang berwenang, dan sampai melewati
tahun takwim berikutnya, Pegawai yang bersangkutan tidak dapat menjalankan Cuti
Tahunan, sehingga mengakibatkan sisa Cuti Tahunan-nya melebihi 6 (enam) hari kerja;
dan/atau
d. Pegawai menjalani pe-non aktifan dan/atau skorsing yang melewati tahun takwim
berikutnya, sehingga mengakibatkan sisa Cuti Tahunan-nya melebihi 6 (enam) hari
kerja.
(14) Batas maksimum Cuti Tahunan di tahun berjalan setelah diakumulasikan dengan sisa Cuti
Tahunan tahun sebelumnya, berdasarkan hal sebagaimana dimaksud pada ayat (13) huruf a

3
sampai dengan huruf d adalah sebanyak 24 (dua puluh empat) hari kerja, meskipun terdapat
Cuti Bersama yang mengurangi Cuti Tahunan di tahun tersebut.
(15) Dalam hal Pejabat yang berwenang memberikan ijin Cuti Tahunan bermaksud
memerintahkan penundaan pelaksanaan Cuti Tahunan atau menyela Cuti Tahunan Pegawai,
maka hal tersebut harus dituangkan secara tertulis, dan dilarang menyampaikannya secara
lisan atau menggunakan media lain selain dokumen tercetak.
(16) Pelanggaran atas ketentuan ayat (15) merupakan pelanggaran terhadap Pasal 77 Peraturan
Disiplin Pegawai.

5. Mengubah ayat (2) dan menambahkan 2 (dua) ayat pada Pasal 9 yang dijadikan ayat (4) dan ayat
(5) sebagai berikut:
(2) Penangguhan dan/atau penyelaan Cuti Tahunan dapat dilakukan oleh Pejabat yang berwenang
paling banyak 2 (dua) kali untuk waktu masing-masing paling lama 1 (satu) bulan tanpa dapat
diperpanjang, dengan dinyatakan secara tertulis.
(4) Penangguhan dan/atau penyelaan Cuti Tahunan tidak diperkenankan jika mengakibatkan
dalam 1 (satu) tahun takwim seorang Pegawai tidak pernah melaksanakan Cuti Tahunan sama
sekali.
(5) Dalam 1 (satu) tahun takwim seorang Pegawai harus dapat melaksanakan Cuti Tahunan
paling sedikit 3 (tiga) hari kerja.

6. Mengubah Pasal 11 sampai dengan Pasal 13 menjadi sebagai berikut :


Pasal 11
Gugurnya Hak Cuti Tahunan dan Tunjangan Cuti Tahunan
(1) Pegawai yang sampai melewati tahun takwim tidak mengajukan Cuti Tahunan beserta
Tunjangan Cuti Tahunan-nya, padahal terdapat kesempatan baginya, maka hak Cuti Tahunan
berserta Tunjangan Cuti Tahunan-nya di tahun yang bersangkutan menjadi gugur, dan
berlaku hak Cuti Tahunan beserta Tunjangan Cuti Tahunan di tahun berikutnya.
(2) Pegawai yang menjalankan Cuti Sakit sampai dengan melewati tahun takwim, dan pada
waktu sebelum menjalankan Cuti Sakit, Pegawai tersebut belum mengajukan Cuti Tahunan
beserta dengan Tunjangan Cuti Tahunan-nya, maka hak Cuti Tahunan dan Tunjangan Cuti
Tahunan-nya menjadi gugur, dan berlaku hak Cuti Tahunan beserta Tunjangan Cuti Tahunan
di tahun berikutnya.

Pasal 12
Hak Cuti Tahunan dan Tunjangan Cuti Tahunan Untuk Pegawai
Yang Di-Non Aktikan dan Yang Diskorsing
(1) Pegawai yang menjalani pe-non aktifan dan/atau skorsing tidak dapat mengajukan Cuti
Tahunan.
(2) Jika Pegawai menjalani pe-non aktifan dan/atau skorsing sampai dengan melewati tahun
takwim, dan pada waktu sebelum di-non aktfikan dan/atau diskorsing Pegawai tersebut belum
mengajukan Cuti Tahunan beserta dengan Tunjangan Cuti Tahunan-nya, maka berlaku
ketentuan:
a. Sisa Cuti Tahunan beralih secara otomatis ke tahun berikutnya, dengan memperhatikan
ketentuan Pasal 7 ayat (14);
b. Tunjangan Cuti Tahunan dinyatakan gugur;

Pasal 13
Uang Penggantian Hak Atas Cuti Tahunan Beserta Tunjangan Cuti Tahunan-nya
(1) Jika dalam tahun berjalan Pegawai putus hubungan kerjanya dengan Perusahaan, dan terdapat
sisa Cuti Tahunan yang belum dijalankan, maka sisa Cuti Tahunan tersebut diganti dengan
uang dengan rumusan sebagai berikut:
Upah Pokok + Tunjangan Tetap
x β
25
β = Jumlah hari sisa Cuti Tahunan yang belum dijalankan.
(2) Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 7 ayat (6), jika Pegawai yang dalam tahun berjalan
putus hubungan kerjanya dengan Perusahaan, maka Tunjangan Cuti Tahunan-nya diberikan
secara proporsional dengan rumusan sebagai berikut:
ά x Tunjangan Cuti Tahunan
12
ά = Jumlah masa kerja dalam bulan dari sejak tanggal 01 Januari tahun yang bersangkutan sampai dengan 1 (satu)
hari sebelum tanggal efektif putus hubungan kerja dengan perusahaan, dengan pembulatan ke atas.

4
7. Mengubah Pasal 14 sampai dengan Pasal 18 menjadi sebagai berikut :
Pasal 14
Persyaratan Umum dan Tunjangan Cuti Besar
(1) Cuti Besar diberikan kepada Pegawai dengan maksud memberikan kesempatan beristirahat
untuk kesegaran jasmani dan rohani atau untuk keperluan lain.
(2) Hak Cuti Besar timbul jika pegawai telah mencapai Masa Kerja selama 6 (enam) tahun, dan
berlaku untuk setiap kelipatan 6 (enam) tahun dari sejak timbulnya hak Cuti Besar yang
pertama kali.
(3) Setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disebut
Periode, yang dalam setiap Periode diberikan hak Cuti Besar selama 2 (dua) bulan dengan
waktu pelaksanaan pada bulan ke-1 atau paling lambat bulan ke-12 di tahun ke-7 dan/atau di
tahun ke-8.
(4) Hak Cuti Besar diberikan selama 2 (dua) bulan untuk setiap Periode dengan pilihan
pelaksanaan:
a. Dilaksanakan 2 (dua) bulan sekaligus di tahun ke-7 dengan rentang waktu dimulainya
pelaksanaan yaitu pada bulan ke-1 sampai dengan paling lambat pada bulan ke-12 sejak
timbulnya hak Cuti Besar; atau
b. Dilaksanakan 2 (dua) bulan sekaligus di tahun ke-8 dengan rentang waktu dimulainya
pelaksanaan yaitu pada bulan ke-1 sampai dengan paling lambat pada bulan ke-12 sejak
timbulnya hak Cuti Besar di tahun ke-8; atau
c. Dilaksanakan 1 (satu) bulan di tahun ke-7, dan 1 (satu) bulan di tahun ke-8 dengan
rentang waktu dimulainya pelaksanaan yaitu masing-masing pada bulan ke-1 sampai
dengan paling lambat pada bulan ke-12 sejak timbulnya hak Cuti Besar di tahun ke-7
dan di tahun ke-8 tersebut.
(5) Pilihan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib dicantumkan secara tegas
dalam form pengajuan Cuti Besar, dengan ketentuan:
a. Untuk pilihan pelaksanaan sebagai dimaksud pada ayat (4) huruf a dan huruf b:
1. dalam form pengajuan Cuti Besar wajib dicantumkan tanggal, bulan, dan tahun
mulai pelaksanaan dan berakhirnya Cuti Besar;
2. terhadap pilihan sebagaimana tersebut angka 1 tidak dapat diubah di kemudian hari
dengan alasan apa pun;
b. Untuk pilihan pelaksanaan sebagai dimaksud pada ayat (4) huruf c:
1. dalam form pengajuan Cuti Besar wajib dicantumkan tanggal, bulan, dan tahun
mulai pelaksanaan dan berakhirnya Cuti Besar di tahun ke-7;
2. sedangkan untuk Cuti Besar di tahun ke-8, tanggal, bulan, dan tahun-nya ditentukan
ketika mengajukan form pengajuan Cuti Besar di tahun ke-8;
3. terhadap pilihan sebagaimana tersebut angka 1 dan angka 2 tidak dapat diubah di
kemudian hari dengan alasan apa pun;
(6) Pengertian form pengajuan Cuti Besar sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan dalam
ketentuan-ketentuan yang selanjutnya, adalah:
a. Form pengajuan untuk melaksanakan hak Cuti Besar secara keseluruhan dalam suatu
Periode;
b. Form pengajuan untuk melepaskan hak Cuti Besar secara keseluruhan dalam suatu
Periode; atau
c. Form pengajuan untuk melaksanakan sebagian dan melepaskan sebagian hak Cuti Besar
dalam suatu Periode.
(7) Pelaksanaan Cuti Besar yang sekaligus 2 (dua) bulan di tahun ke-7 atau di tahun ke-8, wajib
dilaksanakan secara bersambung dan tidak boleh terputus.
(8) Apabila selama menjalankan Cuti Besar terdapat hari Cuti Bersama, maka perhitungan
jumlah hari Cuti Besar di dalamnya sudah termasuk Cuti Bersama.
(9) Selama melaksanakan Cuti Besar, kepada Pegawai dibayarkan Penghasilan penuh kecuali
Tunjangan Tidak Tetap.
(10) Dalam setiap Periode, jika Pegawai mengajukan dan melaksanakan Cuti Besar selama 2 (dua)
bulan sesuai ketentuan ayat (4) huruf a, huruf b, atau huruf c, berhak atas Tunjangan Cuti
Besar sebesar: 0,25 x (Upah Pokok + Tunjangan Tetap), dengan komponen perhitungan di
posisi bulan pada saat pengajuan Cuti Besar yang pertama kali di Periode tersebut.
(11) Bagi Pegawai yang melaksanakan Cuti Besar, maka dalam pelaksanaannya tidak dapat dicicil
(misalnya: 1 (satu) minggu menjalankan cuti besar, kemudian 1 (satu) minggu masuk kerja
dan seterusnya).

5
(12) Hak Cuti Tahunan dan Tunjangan Cuti Tahunan masih tetap ada pada suatu tahun yang di
dalamnya terdapat hak Cuti Besar, dengan ketentuan:
a. pelaksanaan Cuti Besar wajib berselang 1 (satu) bulan atau lebih dari pelaksanaan Cuti
Tahunan, dan berlaku sebaliknya
b. jika setelah berselang 1 (satu) bulan Pegawai berakhir hubungan kerjanya sehingga
mengakibatkan hak Cuti Besar atau hak Cuti Tahunan menjadi tidak dapat dilaksanakan,
maka akan diperhitungkan sebagai Uang Penggantian Hak;
c. Uang Penggantian Hak sebagaimana dimaksud pada huruf b berupa penggantian hari
cuti yang tidak dapat dijalankan ditambah dengan tunjangan cuti yang seharusnya
diterima, dengan ketentuan:
1. untuk Uang Penggantian Hak atas hari dan tunjangan Cuti Tahunan, sesuai
ketentuan Pasal 13;
2. untuk Uang Penggantian Hak atas hari Cuti Besar, dengan rumus:

Upah Pokok + Tunjangan Tetap


x β
25
β= Jumlah hari Cuti Besar yang belum dijalankan.
3. untuk Uang Penggantian Hak atas tunjangan Cuti Besar, diberikan Tunjangan Cuti
Besar yang seharusnya diterima, dengan dasar perhitungan di posisi bulan terakhir
sebelum putus hubungan kerja.
(13) Pegawai yang berakhir hubungan kerja-nya dengan Perusahaan tetapi masih mempunyai hak
Cuti Besar beserta tunjangan-nya yang belum gugur, maka hak Cuti Besar beserta tunjangan-
nya tersebut diperhitungkan sebagai Uang Penggantian Hak dengan rumusan sebagaimana
tersebut pada ayat (12) huruf c angka 2 dan angka 3.
(14) Pegawai yang sedang menjalankan cuti yang lain tidak dapat mengajukan Cuti Besar,
sehingga tidak berhak atas Tunjangan Cuti Besar.

Pasal 15
Melaksanakan Dan/Atau Melepaskan Hak Cuti Besar
(1) Pegawai yang memiliki hak Cuti Besar pada suatu Periode dapat memilih untuk:
a. Melaksanakan seluruh hak Cuti Besar selama 2 (dua) bulan dengan pilihan pelaksanaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) huruf a sampai dengan huruf c, dengan
mendapatkan 1 x Tunjangan Cuti Besar.
b. Melepaskan seluruh hak Cuti Besar yang selama 2 (dua) bulan tersebut, dan melakukan
pekerjaan sebagaimana biasa, dengan mendapatkan:
1. Kompensasi penggantian hak 2 (dua) bulan Cuti Besar yang tidak dijalankan,
sebesar 2 (dua) x (Upah Pokok + Tunjangan Tetap + TAL), dengan dasar
perhitungan di posisi bulan pertama hak Cuti Besar di tahun ke-7;
2. 1,25 x Tunjangan Cuti Besar; dan
3. 2 (dua) bulan Penghasilan atas pekerjaan yang dilakukan sebagaimana biasa pada
bulan yang bersangkutan.
c. Melaksanakan hak Cuti Besar selama 1 (satu) bulan, di tahun ke-7 atau di tahun ke-8,
dan melepaskan hak Cuti Besar yang 1 (satu) bulan, dengan mendapatkan:
1. Kompensasi penggantian hak 1 (satu) bulan Cuti Besar yang tidak dijalankan,
sebesar 1 (satu) x (Upah Pokok + Tunjangan Tetap + TAL), dengan dasar
perhitungan di posisi bulan pertama hak Cuti Besar di tahun ke-7 atau di tahun ke-8
(tergantung hak Cuti Besar di tahun keberapa yang dilepaskan);
2. 1,125 x Tunjangan Cuti Besar; dan
3. 1 (satu) bulan Penghasilan atas pekerjaan yang dilakukan sebagaimana biasa pada
bulan yang bersangkutan.
(2) Pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicantumkan secara tegas dalam form
pengajuan Cuti Besar, dengan ketentuan:
a. Untuk pilihan pelaksanaan sebagai dimaksud pada ayat (1) huruf a berlaku ketentuan
Pasal 14 ayat (5).
b. Untuk pilihan pelaksanaan sebagai dimaksud pada ayat (1) huruf b:
1. dalam form pengajuan Cuti Besar wajib dicantumkan secara tegas mengenai
pelepasan hak Cuti Besar secara keluruhan dalam suatu Periode;
2. pilihan sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak dapat diubah di kemudian hari
dengan alasan apapun.
c. Untuk pilihan pelaksanaan sebagai dimaksud pada ayat (1) huruf c:
1. dalam form pengajuan Cuti Besar wajib dicantumkan secara tegas mengenai hak
Cuti Besar di tahun ke berapa yang akan dilepaskan;
2. jika hak Cuti Besar yang akan dilepaskan berada di tahun ke-8, maka di dalam form
pengajuan Cuti Besar wajib dicantumkan tanggal, bulan, dan tahun mulai
pelaksanaan dan berakhirnya Cuti Besar di tahun ke-7 yang akan dilaksanakan;

6
3. jika hak Cuti Besar yang akan dilepaskan berada di tahun ke-7, maka penentuan
tanggal, bulan, dan tahun dimulainya pelaksanaan dan berakhirnya Cuti Besar di
tahun ke-8 dicantumkan ketika pengajuan Cuti Besar di tahun ke-8;
4. terhadap pilihan yang sudah diajukan sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai
dengan angka 3, di kemudian hari tidak dapat diubah dengan alasan apapun.
(3) Kompensasi penggantian hak Cuti Besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak sama
dengan Uang Penggantian Hak dalam hal kompensasi PHK.
(4) Jika Pejabat yang berwenang memberikan izin Cuti Besar bermaksud untuk memerintahkan
Pegawai agar melepaskan hak Cuti Besar-nya, maka hal tersebut harus dituangkan dalam
perintah tertulis melalui dokumen tercetak.
(5) Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (4) merupakan pelanggaran terhadap Pasal 77 Peraturan
Disiplin Pegawai.
(6) Segala bentuk Surat Pernyataan dari Pegawai untuk melepaskan hak Cuti Besar-nya tanpa
didukung perintah tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan tidak berlaku, dan
Pegawai harus melaksanakan hak Cuti Besar-nya tanpa dapat dilepaskan.

Pasal 16
Rentang Waktu Mengajukan Hak Cuti Besar
(1) Jika setelah melewati 12 (dua belas) bulan dari sejak hari pertama timbulnya hak Cuti Besar
di tahun ke-7 Pegawai tidak mengajukan Cuti Besar, maka hak Cuti Besar pada tahun ke-7
secara otomatis beralih ke tahun ke-8.
(2) Paling lambat 12 (dua belas) bulan dari sejak hari pertama timbulnya hak Cuti Besar pada
tahun ke-8, Pegawai harus sudah melaksanakan/melepaskan Cuti Besar.
(3) Jika setelah melewati rentang waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) Pegawai masih belum melaksanakan/melepaskan Cuti Besar, maka hak Cuti Besar pada
Periode tersebut gugur (hangus) dan kehilangan hak atas Tunjangan Cuti Besar dan/atau hal
sebagaimana tersebut dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b.
(4) Ketentuan ayat (1) sampai dengan ayat (3) berlaku pula untuk Cuti Besar yang tidak
dilaksanakan karena ditangguhkan atau disela oleh Pejabat yang berwenang, tanpa
menghilangkan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) atau hak yang timbul
sehubungan ketentuan mengenai kompensasi sebagai akibat rentang waktu pelaksanaan Cuti
Besar yang terlewati karena penangguhan atau penyelaan Cuti Besar.

Pasal 17
Penangguhan Cuti Besar
(1) Cuti Besar dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh Pejabat yang berwenang secara tertulis
melalui dokumen tercetak berdasarkan alasan-alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1), dengan tidak menunda pembayaran Tunjangan Cuti Besar.
(2) Jika Cuti Besar yang ditangguhkan adalah hak pada tahun ke-7, maka hak Cuti Besar tersebut
baru dapat dilaksanakan 6 (bulan) sejak ditangguhkan dengan memperhatikan rentang waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2).
(3) Jika Cuti Besar yang ditangguhkan adalah hak pada tahun ke-8, termasuk hak Cuti Besar
tahun ke-7 yang ditangguhkan sebagaimana tersebut pada ayat (2), maka hak Cuti Besar
tersebut harus sudah dapat dilaksanakan sebelum 6 (enam) bulan terlewatinya bulan ke-12 di
tahun ke-8.
(4) Penangguhan Cuti Besar hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali oleh Pejabat yang berwenang
secara tertulis, untuk waktu paling lama 6 (enam) bulan dan tidak dapat diperpanjang.
(5) Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (1) dan/atau ayat (4) merupakan pelanggaran terhadap
Pasal 77 Peraturan Disiplin Pegawai.
(6) Segala bentuk Surat Pernyataan dari Pegawai untuk menangguhkan pelaksanaan hak Cuti
Besar-nya tanpa didukung perintah tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan
tidak berlaku, dan Pegawai harus melaksanakan hak Cuti Besar-nya tanpa dapat
ditangguhkan.

Pasal 18
Penyelaan Cuti Besar
(1) Pegawai yang sedang melaksanakan Cuti Besar dapat dipanggil secara tertulis untuk bekerja
kembali oleh Pejabat yang berwenang berdasarkan alasan-alasan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 9 ayat (1).
(2) Cuti Besar dapat disela jika Pegawai telah melaksanakan Cuti Besar sekurang-kurangnya 3
(tiga) hari.
(3) Sisa Cuti Besar yang disela, pelaksanaannya dilakukan pada kesempatan lain tanpa harus
memperbarui permohonan Cuti Besar, dengan ketentuan tidak melewati waktu 6 (enam)
bulan sejak berakhirnya bulan ke-12 di tahun ke-8.

7
(4) Jika Pegawai tidak memiliki kesempatan untuk melaksanakan sisa Cuti Besar yang disela
karena disebabkan berakhirnya hubungan kerja dengan Perusahaan, maka sisa Cuti Besar
tersebut diperhitungkan sebagai Uang Penggantian Hak.
(5) Jika setelah terlewatinya waktu 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pegawai
masih belum mendapatkan ijin untuk melanjutkan pelaksanaan Cuti Besar, maka Pegawai
dianggap telah diperintahkan untuk melepaskan hak sisa Cuti Besar yang disela, sehingga
untuk setiap 1 (satu) bulan Cuti Besar yang disela berhak mendapatkan:
a. penggantian hak sisa Cuti Besar yang tidak dijalankan dengan rumus:
ά
x γ
β
ά= Jumlah hari Cuti Besar yang disela.
β= Jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan pada saat seharusnya dilaksanakan Cuti Besar,
sesuai yang tercantum dalam Surat Izin Cuti Besar
γ= Upah Pokok + Tunjangan Tetap + TAL diposisi bulan pada saat seharusnya dilaksanakan Cuti
Besar, sesuai yang tercantum dalam Surat Izin Cuti Besar
b. kekurangan Tunjangan Cuti Besar sebesar: 0,125 x Tunjangan Cuti Besar, dengan
dasar perhitungan berupa komponen Tunjangan Cuti Besar yang sudah dibayarkan
sebelumnya.
(6) Apabila dapat dibuktikan bahwa ketika dipanggil pegawai sedang menjalankan Cuti Besar di
luar kota dimana ia bekerja sebagaimana tercantum dalam surat permohonan Cuti Besar,
maka kepadanya diberikan biaya perjalanan dinas yang diperhitungkan dari alamat tersebut.
(7) Jika Pejabat yang berwenang memberikan izin Cuti Besar bermaksud untuk menyela
pelaksanaan hak Cuti Besar Pegawai, maka hal tersebut harus dituangkan dalam perintah
tertulis melalui dokumen tercetak.
(8) Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (7) merupakan pelanggaran terhadap Pasal 77 Peraturan
Disiplin Pegawai.
(9) Segala bentuk Surat Pernyataan dari Pegawai yang berisi penyelaan hak Cuti Besar-nya tanpa
didukung perintah tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dinyatakan tidak berlaku, dan
Pegawai harus melaksanakan hak Cuti Besar-nya tanpa dapat disela.

8. Menambahkan 9 (sembilan) ketentuan baru diantara Pasal 18 dan Pasal 19, yang dijadikan Pasal
18A, sampai dengan Pasal 18I sebagai berikut:
Pasal 18A
Aturan ke-1 Peralihan Cuti Besar
(1) Pegawai yang memenuhi kriteria sebagai berikut secara kumulatif:
a. belum berhak atas kompensasi Cuti Besar untuk masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun
berdasarkan Peraturan Lama;
b. sudah berhak atas kompensasi Cuti Besar untuk masa kerja 18 (delapan belas) tahun
berdasarkan Peraturan Lama;
c. belum mengambil kompensasi Cuti Besar berdasarkan Peraturan Lama;
d. belum pernah melaksanakan Cuti Besar; dan
e. belum pernah mengambil Tunjangan Cuti Besar berdasarkan Peraturan Lama;
maka terhadap 2 (dua) Periode yang tidak dilaksanakan dinyatakan gugur, dengan
mendapatkan kompensasi sebesar 0,5 x Upah Pokok di posisi bulan pada saat Amandemen
Peraturan ini diberlakukan.
(2) Untuk 1 (satu) Periode yang terakhir dapat diajukan sesuai ketentuan Pasal 15 ayat (1) dengan
mengingat ketentuan Pasal 16.
(3) Hak Cuti Besar selanjutnya timbul berdasarkan kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

Pasal 18B
Aturan ke-2 Peralihan Cuti Besar
(1) Pegawai yang memenuhi kriteria sebagai berikut secara kumulatif:
a. sudah berhak atas kompensasi Cuti Besar untuk masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun
berdasarkan Peraturan Lama;
b. belum mengambil kompensasi Cuti Besar berdasarkan Peraturan Lama
c. belum pernah melaksanakan Cuti Besar; dan
d. belum pernah mengambil Tunjangan Cuti Besar berdasarkan Peraturan Lama,
maka terhadap 3 (tiga) Periode yang tidak dilaksanakan dinyatakan gugur, dengan
mendapatkan kompensasi sebesar 0,75 x Upah Pokok di posisi bulan pada saat Amandemen
Peraturan ini diberlakukan.

8
(2) Untuk 1 (satu) Periode yang terakhir dapat diajukan sesuai ketentuan Pasal 15 ayat (1) dengan
mengingat ketentuan Pasal 16.
(3) Hak Cuti Besar selanjutnya timbul berdasarkan kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

Pasal 18C
Aturan ke-3 Peralihan Cuti Besar
(1) Pegawai yang memenuhi kriteria sebagai berikut secara kumulatif:
a. pernah mengambil kompensasi Hak Cuti Besar berdasarkan Peraturan Lama, untuk
kompensasi masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau 24 (dua puluh empat) tahun; dan
b. dari sejak tanggal mengambil kompensasi tersebut sampai dengan diberlakukannya
Amandemen Peraturan ini belum pernah melaksanakan Cuti Besar;
maka hak Cuti Besar-nya timbul berdasarkan kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun dengan
mengingat ketentuan Pasal 16.
(2) Jika berdasarkan perhitungan kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun terdapat Periode yang
gugur karena mengingat ketentuan rentang waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
maka untuk setiap Periode yang gugur tersebut diberikan:
a. 0,25 x Upah Pokok di posisi bulan pada saat Peraturan ini diberlakukan, ditambah
dengan
b. 0,5 x Tunjangan Cuti Besar dengan dasar perhitungan pada bulan saat Peraturan ini
diberlakukan.
(3) Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku jika dihitung hak Cuti Besar berikutnya
berdasarkan kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun Pegawai berada pada posisi sudah pensiun
atau dalam posisi berhak Cuti Masa Persiapan Pensiun, dan kepada Pegawai tersebut sejak
diberlakukannya Amandemen Peraturan ini diberikan kesempatan untuk mengajukan Cuti
Besar sesuai ketentuan Pasal 15 ayat (1).

Pasal 18D
Aturan Ke-4 Peralihan Cuti Besar
(1) Pegawai yang memenuhi kriteria sebagai berikut secara kumulatif:
a. pernah mengambil Kompensasi Cuti Besar berdasarkan Peraturan Lama, untuk masa
kerja 18 (delapan belas) tahun atau 24 (dua puluh empat) tahun; dan
b. dari sejak tanggal mengambil kompensasi tersebut sampai dengan diberlakukannya
Amandemen Peraturan ini pernah melaksanakan Cuti Besar;
maka hak Cuti Besar berikutnya timbul berdasarkan kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun
dengan mengingat ketentuan Pasal 16.
(2) Jika berdasarkan perhitungan kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun, dan dihitung dari sejak
tanggal mengambil Kompensasi Cuti Besar berdasarkan Peraturan Lama terdapat Periode
yang gugur karena mengingat ketentuan Pasal 16, maka untuk setiap Periode yang gugur
tersebut diganti dengan:
a. 0,25 x Upah Pokok di posisi bulan pada saat Amandemen Peraturan ini diberlakukan,
ditambah dengan
b. 0,5 x Tunjangan Cuti Besar dengan dasar perhitungan di posisi bulan pada saat
Amandemen Peraturan ini diberlakukan.
(3) Jika berdasarkan perhitungan kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun, jarak waktu antara hari
terakhir pelaksanaan Cuti Besar yang terakhir dengan hari pertama timbulnya hak Cuti Besar
di tahun ke-7 tidak kurang dari 36 (tiga puluh enam) bulan, maka hak Cuti Besar berikutnya
tersebut dapat diajukan sesuai ketentuan Pasal 15 ayat (1).
(4) Jika berdasarkan perhitungan kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun, jarak waktu antara hari
terakhir pelaksanaan Cuti Besar yang terakhir dengan hari pertama timbulnya hak Cuti Besar
di tahun ke-7 kurang dari 36 (tiga puluh enam) bulan, maka hak Cuti Besar berikutnya
tersebut harus dilepaskan, dengan mendapatkan:
a. Kompensasi sebesar: 2 x (Upah Pokok + Tunj.Tetap + TAL); dan
b. 0,5 x Tunjangan Cuti Besar.
(5) Ketentuan ayat (3) dan ayat (4) tidak berlaku jika ketika dihitung berdasarkan kelipatan masa
kerja 6 (enam) tahun, hak Cuti Besar yang berikutnya bagi Pegawai berada pada posisi sudah
pensiun atau dalam posisi berhak Cuti Masa Persiapan Pensiun, sehingga kepada Pegawai
tersebut sejak diberlakukannya Amandemen Peraturan ini diperbolehkan untuk mengajukan
Cuti Besar sesuai ketentuan Pasal 15 ayat (1).

9
Pasal 18E
Aturan Ke-5 Peralihan Cuti Besar
(1) Pegawai yang memenuhi kriteria sebagai berikut secara kumulatif:
a. tidak termasuk ke dalam kategori yang berhak atas Kompensasi Cuti Besar berdasarkan
Peraturan Lama, untuk masa kerja 18 tahun atau 24 tahun;
b. belum pernah melaksanakan Cuti Besar; dan
c. belum pernah mengambil Tunjangan Cuti Besar;
maka hak Cuti Besar berikutnya bagi Pegawai tersebut dihitung berdasarkan kelipatan masa
kerja 6 (enam) tahun dengan mengingat ketentuan Pasal 16.
(2) Jika berdasarkan keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat Periode yang gugur,
maka untuk setiap Periode yang gugur tersebut diberikan kompensasi berupa:
a. 0,25 x Upah Pokok di posisi bulan pada saat Amandemen Peraturan ini diberlakukan,
ditambah dengan
b. 0,5 x Tunjangan Cuti Besar dengan dasar perhitungan posisi bulan pada saat
Amandemen Peraturan ini diberlakukan.

Pasal 18F
Aturan Ke-6 Peralihan Cuti Besar
(1) Pegawai yang memenuhi kriteria sebagai berikut secara kumulatif:
a. tidak termasuk ke dalam kategori yang berhak atas Kompensasi Cuti Besar berdasarkan
Peraturan Lama;
b. pernah melaksanakan Cuti Besar termasuk mengambil Tunjangan Cuti Besar-nya;
maka hak Cuti Besar berikutnya dihitung berdasarkan kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun
dengan mengingat ketentuan Pasal 16.
(2) Jika berdasarkan perhitungan kelipatan 6 (enam) tahun masa kerja, terdapat Periode yang
gugur karena ketentuan Pasal 16, maka untuk setiap Periode yang gugur tersebut diganti
dengan:
a. 0,25 x Upah Pokok di posisi bulan pada saat Amandemen Peraturan ini diberlakukan,
ditambah dengan
b. 0,5 x Tunjangan Cuti Besar dengan dasar perhitungan posisi bulan pada saat
Amandemen Peraturan ini diberlakukan.
(3) Terhadap Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan Pasal 18D ayat (3)
dan ayat (4).

Pasal 18G
Aturan Ke-7 Peralihan Cuti Besar
(1) Pegawai yang memenuhi kriteria sebagai berikut secara kumulatif:
a. pernah mengajukan Cuti Besar dan telah mengambil Tunjangan Cuti Besar-nya; dan
b. tidak melaksanakan Cuti Besar-nya tersebut sama sekali, karena
diperintahkan/ditangguhkan oleh Pejabat yang berwenang secara tertulis;
maka hak Cuti Besar berikutnya bagi Pegawai tersebut dihitung berdasarkan kelipatan masa
kerja 6 (enam) tahun dengan memperhatikan ketentuan Pasal 16
(2) Sisa hak Cuti Besar yang belum dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) wajib
dilepaskan, dan untuk setiap 1 (satu) bulan Cuti Besar yang tidak dilaksanakan tersebut
diganti dengan: 1 x (Upah Pokok + Tunjangan Tetap + TAL) pada posisi bulan dimana
Pegawai yang bersangkutan mengambil Tunjangan Cuti Besar.
(3) Jika Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak melaksanakan Cuti Besar-nya bukan
karena diperintahkan/ditangguhkan oleh Pejabat yang berwenang berdasarkan perintah
tertulis, maka hak Cuti Besar yang belum dijalankan tersebut dinyatakan gugur.

10
Pasal 18H
Aturan Ke-8 Peralihan Cuti Besar
(1) Pegawai yang memenuhi kriteria sebagai berikut secara kumulatif:
a. pernah mengajukan Cuti Besar dan telah mengambil Tunjangan Cuti Besar-nya; dan
b. tidak melaksanakan sebagian Cuti Besar-nya karena disela Pejabat yang berwenang
dengan terdapat bukti tertulisnya;
maka hak Cuti Besar berikutnya dihitung berdasarkan kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun
dengan memperhatikan ketentuan Pasal 16
(2) Sisa Cuti Besar yang belum dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilepaskan dengan memperoleh hak sebagaimana ketentuan Pasal 18 ayat (5) huruf a, dengan
dasar perhitungan posisi bulan dimana Pegawai yang bersangkutan mengambil Tunjangan
Cuti Besar
(3) Jika Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak melaksanakan sebagian Cuti Besar-
nya bukan karena disela Pejabat yang berwenang berdasarkan perintah tertulis, maka sisa
Cuti Besar yang belum dijalankan tersebut dinyatakan gugur.

Pasal 18I
Ketentuan Cuti Besar Pasca Peralihan
(1) Setelah pasca peralihan Cuti Besar sebagaimana diatur dalam Pasal 18A sampai dengan Pasal
18H, tidak berlaku lagi ketentuan kompensasi Cuti Besar untuk masa kerja 18 (delapan belas)
tahun dan 24 (dua puluh empat) tahun.
(2) Ketentuan mengenai Cuti Besar selanjutnya mengacu kepada Pasal 14 sampai dengan Pasal
18.

9. Mengubah Pasal 20 menjadi sebagai berikut:


Pasal 20
Cuti Sakit Keterangan Dokter
(1) Yang dimaksud dengan Cuti Sakit Keterangan Dokter adalah tidak dapat melakukan
pekerjaan karena sakit, yang perawatannya tidak menjalani rawat inap, termasuk rawat jalan
tingkat lanjutan pasca rawat inap, berdasarkan surat keterangan dokter.
(2) Cuti Sakit selama 3 (tiga) hari atau lebih diberikan atas dasar permohonan tertulis, dan untuk
Cuti Sakit kurang dari 3 (tiga) hari diberikan atas dasar pemberitahuan dari Pegawai yang
bersangkutan.
(3) Permohonan atau pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada
Pimpinan Unit Kerja dengan melampirkan asli surat keterangan dokter.
(4) Dalam 1 (satu) tahun takwim, hanya diberikan toleransi untuk diberikan Cuti Sakit
Keterangan Dokter secara akumulatif selama 24 (dua puluh empat) hari kerja, secara
berselang maupun berturut-turut.
(5) Jika setelah mencapai waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Pegawai masih
memerlukan Cuti Sakit Keterangan Dokter, maka:
a. Dokter yang memeriksa dan melakukan perawatan harus dokter yang ditunjuk oleh
Perusahaan;
b. Pegawai harus dapat membuktikan keabsahan surat keterangan dokter yang ditunjukkan,
dengan diantaranya memperlihatkan salinan medical record dan/atau resume diagnosa
dokter, serta salinan resep obat yang bersangkutan;
c. Perusahaan dapat memerintahkan agar kepada Pegawai melakukan pemeriksaan dan
pengobatan kesehatan ke rumah sakit atau dokter yang ditunjuk oleh Perusahaan, guna
penyembuhan secara komprehensif agar tidak selalu mengalami sakit di kemudian hari;
dan/atau
d. Perusahaan dapat melakukan penelitian dan penelusuran mengenai keabsaham surat
keterangan dokter yang ditunjukan oleh Pegawai.
(6) Jika Pegawai tidak dapat membuktikan keabsahan surat keterangan dokter sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf b, dan/atau berdasarkan hasil sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) huruf c dan/atau huruf d, diketahui bahwa surat keterangan dokter yang ditunjukan
Pegawai diragukan keabsahannya, maka dilakukan pengurangan penghasilan sesuai ketentuan
yang berlaku, serta diproses sesuai Peraturan Disiplin Pegawai.

10. Mencabut ketentuan Pasal 22 mengenai Cuti Sakit Rawat Jalan Tingkat Lanjutan.

11
11. Mengubah ketentuan Pasal 24 ayat (2) menjadi sebagai berikut:

(2) Pegawai yang menjalani Cuti Sakit Rawat Inap penghasilannya diatur sebagai berikut:
a. 4 (empat) bulan pertama Tunjangan Tetap-nya dibayar 100% (seratus perseratus);
b. 4 (empat) bulan kedua Tunjangan Tetap-nya dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus);
c. 4 (empat) bulan ketiga Tunjangan Tetap-nya dibayar 50% (lima puluh perseratus);
d. 4 (empat) bulan selanjutnya Tunjangan Tetap-nya dibayar 25% (dua puluh lima
perseratus).

12. Mengubah ketentuan Pasal 28 menjadi sebagai beriktu:


Pasal 28
Cuti Bersalin
(1) Cuti Bersalin diberikan kepada Pegawai yang melahirkan selama 90 (sembilan puluh) hari,
dengan tetap berhak atas Cuti Tahunan.
(2) Cuti Bersalin dilaksanakan 30 (tiga puluh) hari sebelum melahirkan dan 60 (enam puluh) hari
setelah melahirkan.
(3) Selama menjalankan Cuti Bersalin Penghasilan dibayarkan penuh, kecuali Tunjangan Tidak
Tetap.
(4) Cuti Bersalin tidak membatasi jumlah kelahiran anak, tetapi dapat membatasi pemberian
bantuan persalinan (jika ada).
(5) Pegawai yang menjalankan Cuti Bersalin wajib melaporkan tanggal kelahiran anak kepada
pimpinan unit kerja.

13. Mengubah ketentuan Pasal 29 menjadi sebagai berikut:


Pasal 29
Cuti Gugur Kandungan
(1) Pegawai yang mengalami gugur kandungan berhak istirahat tidak masuk kerja selama 1 (satu)
bulan dan 15 (lima belas) hari atau sesuai surat keterangan dokter kandungan/bidan, dengan
tetap berhak atas Cuti Tahunan.
(2) Selama menjalankan Cuti Bersalin Penghasilan dibayarkan penuh, kecuali Tunjangan Tidak
Tetap.

14. Mengubah ketentuan Pasal 31 ayat (2) menjadi sebagai berikut:


(2) Cuti Haid diberikan selama 2 (dua) hari kerja.

15. Mengubah ketentuan Pasal 33 ayat (2) menjadi sebagai berikut:


(2) Lamanya waktu tidak bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sesuai dengan
waktu pelaksanaan ibadah yang secara resmi ditetapkan oleh Departemen Agama RI,
ditambah dengan:
a. 7 (tujuh) hari sebelum pemberangkatan dari tempat kediaman; dan
b. 7 (tujuh) hari setelah pendaratan tiba di tanah air;
dengan ketentuan jumlah keseluruhannya tidak lebih dari 3 (tiga) bulan.

16. Menambahkan 1 (satu) ketentuan baru setelah Pasal 34 ayat (3), yang dijadikan ayat (4) sebagai
berikut:
(4) Pegawai wajib melaksanakan Cuti Bersama yang berkaitan dengan Hari Raya Keagamaan yang utama
sesuai dengan keyakinan yang dianutnya.

17. Mengubah ketentuan Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) menjadi sebagai berikut:
Pasal 37
Berakhirnya Masa Cuti Di Luar Tanggungan Perusahaan
(1) Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum berakhirnya Cuti Di Luar Tanggungan Perusahaan,
Pegawai harus melapor kepada Pejabat yang berwenang.
(2) Setelah selesai menjalankan Cuti Di Luar Tanggungan Perusahaan, Pegawai harus sudah
masuk kerja, dan jika tidak masuk kerja maka berlaku ketentuan mengenai mangkir.

12
18. Mengubah ketentuan Pasal 39 menjadi sebagai berikut:
Pasal 39
Penghasilan Selama Cuti Masa Persiapan Pensiun
(1) Selama menjalankan Cuti Masa Persiapan Pensiun, Penghasilan dibayarkan penuh (kecuali
Tunjangan Tidak Tetap) termasuk Jasa Produksi, THR, dan Biaya Pembelian Pakaian Kerja.
(2) Khusus untuk PNU yang berupa Lumpsum BBM, disesuaikan dengan ketentuan mengenai
pemegang kendaraan dinas.

19. Mengubah ketentuan Pasal 41 ayat (2) menjadi sebagai berikut:


(2) Pegawai Tidak Tetap berhak atas seluruh hak cuti sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
ini, kecuali Cuti Besar dan Cuti Di Luar Tanggungan Perusahaan.

20. Mencabut ketentuan Pasal 47 mengenai Penggantian Hak Cuti Dengan Uang..
21. Penjelasan atas Amandemen Peraturan Cuti Pegawai ini sebagaimana terlampir sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
22. Amandemen/Perubahan Peraturan Cuti Pegawai ini berlaku sejak tanggal 01 Oktober 2010,
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direksi Nomor: 3871/SDM.300323/2010
tanggal 09 Juni 2010 tentang Cuti Pegawai.

Demikian disampaikan untuk diketahui dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Tembusan:
1. Yth.Anggota Direksi Perum Pegadaian;
2. DPP dan DPD Serikat Pekerja Pegadaian.

13
Lampiran II
Surat Edaran Direksi Perum Pegadaian
Nomor : 87/S DM.300323/2010
Tanggal : 25 Oktober 2010

………………..,……………..…………….……………1)

Perihal : Permohonan cuti .. . . . . . . . . 2) Kepada,


Yth. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3)
Melalui
Yth. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4)
di
……………….……………………….

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : .........................................
Nik : .........................................
Jabatan : .........................................
Unit Kerja : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5)

Dengan ini mengajukan permohonan : 6}


I. Cuti . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
a. Selama : ......... .......
b. Terhitung mulai tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .s.d . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
II. Cuti Besar, selama 2 (dua) bulan, sbb :
1. Dengan Pilihan : 2 (dua) Bulan dilaksanakan/dijalankan
a. Dilaksanakan/dijalankan pada tahun ke-7
terhitung Mulai tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . s.d . . . . . . . . . . .. . . . . .
b. Dilaksanakan/dijalankan pada tahun ke-8
terhitung Mulai tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . s.d . . . . . . . . . . .. . . . . .
Catatan :
Di isi ketika mengajukan form pengajuan cuti besar di
tahun ke-8 (di isi kemudian pada saat akan melaksanakan
cuti besar ditahun ke-8)
2. Dengan Pilihan : 2 (dua) Bulan dilepaskan/tidak dijalankan
3. Dengan Pilihan : 1 (satu) Bulan dilaksanakan dan 1 (satu) Bulan di lepaskan
a. 1 (satu) bulan dilaksanakan/dijalankan
terhitung Mulai tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . s.d . . . . . . . . . . .. . . . . .
b. 1 (satu) bulan dilepaskan/tdk dijalankan
Karena . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . , Selama
menjalankan cuti alamat saya di . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .8) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Telepon . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . 9). . . . . . . . . . . . . . . . . .

Demikian permohonan cuti ini saya buat untuk dapat dipertimbangkan sebagaimana mestinya.
Hormat Saya

Catatan:
mohon untuk dibayarkan biaya (................................)
cuti tahunan/cuti besar saya……11) Nik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Catatan Pejabat Atasan Catatan Pertimbangan


Dari Atasan Langsung Atasan Langsung
.................................. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10)

(................................) (................................)
Nik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Nik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

14
Lampiran III
Surat Edaran Direksi Perum Pegadaian
Nomor : 87/S DM.300323/2010
Tanggal : 25 Oktober 2010

SURAT IZIN CUTI ………………….. 1)


NOMOR : /SDM. ….…../………/20….

Diberikan ijin cuti ……………………………………….2), kepada pegawai Perum Pegadaian :

Nama :.........................................
Nik :.........................................
Jabatan :.........................................
Unit Kerja : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3)

Selama ……… (…………….……………) ………………………………...……………………….,


terhitung mulai tanggal ….……………………………….…….sampai dengan tanggal
……………….……………………., dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Sebelum menjalankan cuti wajib menyerahkan pekerjaannya kepada atasan langsungnya atau
pejabat lain yang ditunjuk.

2. Selesai menjalankan cuti wajib melaporkan diri kepada atasan langsung dan bekerja kembali
sebagaimana mestinya.

3. Hak-hak pegawai selama menjalankan cuti diberikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Demikian surat ijin cuti besar ini diberikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………., …………………………………..
4)

……………………………………………. 5)

(. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
..................
Tembusan :
a. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6)
b. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7)
c. Pertinggal

15
Lampiran IV - A
Surat Edaran Direksi Perum Pegadaian
Nomor : 87/S DM.300323/2010
Tanggal : 25 Oktober 2010

SURAT IZIN CUTI BESAR


(Hak cuti besar seluruhnya dilaksanakan)
NOMOR : /SDM. ……./………/20…..

Diberikan cuti besar, kepada pegawai Perum Pegadaian :

Nama :.........................................
Nik :.........................................
Jabatan :.........................................
Unit Kerja : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3)

Selama ……. (…………..….) Bulan, periode ………….……….………….……… s.d


………………...……………………, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Sebelum menjalankan cuti besar wajib menyerahkan pekerjaannya kepada atasan langsungnya
atau pejabat lain yang ditunjuk.
2. Selesai menjalankan cuti besar wajib melaporkan diri kepada atasan langsung dan bekerja kembali
sebagaimana mestinya.
3. Selama menjalankan cuti besar berhak menerima gaji/penghasilan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Selama menjalankan cuti besar berhak atas biaya cuti besar yaitu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
5. Hak cuti besar berikutnya akan timbul pada tanggal ……………

Demikian surat ijin cuti besar ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………., …………………………………..
4)

……………………………………………. 5)

(. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
..................
Tembusan :
a. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6)
b. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7)
c. Pertinggal

16
Lampiran IV - B
Surat Edaran Direksi Perum Pegadaian
Nomor : 87/S DM.300323/2010
Tanggal : 25 Oktober 2010

SURAT IZIN CUTI BESAR


(Hak cuti besar Tidak dilaksanakan/di lepas)
NOMOR : /SDM. …………/………/20….

Diberikan Pelepasan/menjual Hak cuti besar, kepada pegawai Perum Pegadaian :

Nama :.........................................
Nik :.........................................
Jabatan :.........................................
Unit Kerja : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3)

Terhitung mulai tanggal pelepasan/menjual hak cuti besar yaitu tanggal


…………….………..…..……… dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Dengan dilepasnya hak cuti besar tersebut maka wajib melaksanakan pekerjaannya sebagaimana
mestinya.

2. Berhak atas biaya cuti besar yaitu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Hak cuti besar berikutnya akan timbul pada tanggal ……………

Demikian surat ijin cuti besar ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………., …………………………………..
4)

……………………………………………. 5)

(. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
..................

Tembusan :
a. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6)
b. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7)
c. Pertinggal

17
Lampiran IV - C
Surat Edaran Direksi Perum Pegadaian
Nomor : 87/S DM.300323/2010
Tanggal : 25 Oktober 2010

SURAT IZIN CUTI BESAR


(Hak cuti besar Sebagian dilaksanakan)
NOMOR : /SDM. ………./…….…/20…..

Diberikan cuti besar, kepada pegawai Perum Pegadaian :

Nama :.........................................
Nik :.........................................
Jabatan :.........................................
Unit Kerja : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3)

Selama 1 (satu) bulan periode : …………………………………………….… s.d …….…….…………


………………..
dan untuk 1 (satu) bulan sisa hak cuti tidak dilaksanakan (melaksanakan tugas seperti biasanya),
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Selama menjalankan cuti besar wajib menyerahkan pekerjaannya kepada atasan langsungnya atau
pejabat lain yang ditunjuk.
2. Selesai menjalankan cuti besar wajib melaporkan diri kepada atasan langsung dan bekerja kembali
sebagaimana mestinya.
3. Selama menjalankan cuti besar berhak menerima gaji/penghasilan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Selama menjalankan cuti besar berhak atas biaya cuti besar yaitu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
5. Hak cuti besar berikutnya akan timbul pada tanggal ……………

Demikian surat ijin cuti besar ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………., …………………………………..
4)

……………………………………………. 5)

(. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
..................
Tembusan :
a. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6)
b. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7)
c. Pertinggal

18
Lampiran V
Surat Edaran Direksi Perum Pegadaian
Nomor : 87/S DM.300323/2010
Tanggal : 25 Oktober 2010

PETUNJUK PENGISIAN
FORM PERMOHONAN CUTI

1) Diisi tempat dan tanggal permohonan cuti dibuat.


2) Diisi jenis cuti yang diajukan
3) Diisi jabatan Pejabat yang memberikan/menandatangani izin cuti yang diajukan
4) Diisi jabatan Atasan Langsung pegawai yang mengajukan cuti.
5) Diisi Unit Kerja pegawai yang mengajukan cuti (Cabang/Bagian/setingkat dan Kanwil/
Divisi/setingkat)
6) Diisi jenis cuti yang diajukan. Untuk cuti tahunan ditambah informasi untuk tahun berapa cuti
diajukan, untuk cuti bersalin ditambah informasi untuk persalinan anak keberapa.
7) Hanya Untuk :
a. Cuti besar diisi :’karena saya telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus menerus”
b. Cuti sakit dan cuti karena alasan penting diisi : alasan diambilnya cuti.
c. Cuti di luar tanggungan perusahaan diisi : disamping alasan diambilnya cuti, ditambah dengan
pernyataan :’dan saya bersedia menerima segala akibat yang timbul mengenai hak-hak dan status
kepegawaian saya selama dan setelah diambilnya cuti di luar tanggungan perusahaan”
8) Dan 9) Diisi alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi selama menjalankan cuti.
10) Diisi disetujui, ditangguhkan atau tidak disetujuinya cuti yang diajukan.
11) Diisi apabila biaya cuti belum diambil/dibayarkan dan dikehendaki untuk dibayarkan.

PETUNJUK PENGISIAN
SURAT IJIN CUTI

1) Diisi jenis cuti yang diberikan izin.


2) Diisi jenis cuti yang diberikan izin, untuk cuti tahunan ditambah hak “cuti tahun ……..” (tahun
berjalan).
3) Diisi Unit Kerja pegawai yang diberikan izin cuti (Cabang/Bagian/setingkat dan Kanwil/
Divisi/setingkat).
4) Diisi tempat dan tanggal surat izin cuti dibuat.
5) Diisi jabatan Pejabat yang memberikan atau menandatangani surat izin cuti.
6) Diisi jabatan atasan langsung dari Pegawai yang diberikan izin cuti.
7) Diisi Manajer Keuangan/JM Tresuri (untuk cuti yang sudah dibayar biaya cutinya atau tidak ada
biaya cutinya tidak perlu dibuat tembusannya).

19
Lampiran VI
Surat Edaran Direksi Perum Pegadaian
Nomor : 87/S DM.300323/2010
Tanggal : 25 Oktober 2010

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PEGADAIAN


Nomor : /SDM…………/20…..

TENTANG
IZIN CUTI DI LUAR TANGGUNGAN PERUSAHAAN

DIREKSI PERUM PEGADAIAN

Membaca : Surat permohonan Saudara …………..…………………….. NIK :


……………….. tanggal ………………………………. perihal permohonan cuti
di luar tanggungan Perusahaan.

Menimbang : Bahwa cuti yang diajukan adalah hak dan telah memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam Peraturan cuti Pegawai dan oleh karena itu dapat diberikan

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum
(PERUM) Pegadaian;
2. Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor.Kep-74/MBU/2008 tanggal 28
April 2008 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi
Perum Pegadaian;
3. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perum Pegadaian Nomor
3905/SDM.400324/2009 dengan Serikat Pekerja Pegadaian Nomor : 014/DPP-
SP/IV/2009 tanggal 1 April 2009;
4. Peraturan Direksi Perum Pegadaian Nomor : 3871/SDM.300322/2010 tanggal
09 Juni 2010 tentang Cuti Pegawai.
5. Surat Edaran No…….. Tanggal…. Tentang……

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : Memberikan izin Cuti di Luar Tanggungan Perusahaan kepada :
a. N a m a :............................
b. NIK :............................
c. Pangkat / gol :............................
d. Jabatan :............................
e. Unit Kerja :............................
f. Masa kerja gol. Pd. Tgl. : ………………..20…, …….. tahun ..….. bulan
g. Gaji Pokok : Rp . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
h. Masa kerja gol. Untuk kenaikan
Gaji berkala berikutnya : ……… (…….) tahun ……. (………. ) bulan

Selama …. (………. ) tahun, terhitung mulai tanggal ……….. 20…….. sampai


dengan tanggal ………………… 20…..

Perum Pegadaian – Kantor Pusat


Jl. Kramat Raya 162, Jakarta -10430, Kotak Pos 1090, Jakarta 10010 20
Tel. (021) 315-5550 (hunting) Fax. (021)324-967, 391-4221
KEDUA : Selama menjalankan Cuti di Luar Tanggungan Perusahaan yang bersangkutan
tidak berhak menerima penghasilan dan fasilitas lainnya dari perusahaan.

KETIGA : Jangka waktu Cuti di Luar Tanggungan Perusahaan tidak diperhitungkan sebagai
masa kerja di Perusahaan

KEEMPAT : Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum berakhirnya cuti diluar tanggungan
perusahaan yang bersangkutan diwajibkan melaporkan diri dan melapor secara
tertulis kepada kepala unit kerjanya melalui atasan langsungnya.

KELIMA : Apabila tidak melaporkan diri secara lisan dan secara tertulis tepat pada waktunya
tanpa alasan yang syah/dapat dipertanggungjawabkan, yang bersangkutan dapat
diberhentikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

KEENAM : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada :


1. Kepala SPI Perum Pegadaian di Jakarta
2. Jeneral Manajer Setingkat di kantor Pusat PERUM Pegadaian
3. Pemimpin Wilayah Perum Pegadaian Kanwil ……………. di ………………
4. Manajer Keuangan Perum Pegadaian Kanwil …….……… di ………………

PETIKAN Keputusan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada Tanggal :
______________________________

Direksi,

SUMANTO HADI
Direktur Umum dan SDM

21

You might also like