Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghadapai tantangan perubahan dalam segala aspek lingkungan kehidupan,
setiap organisasi baik pemerintah, publik maupun bisnis, perlu menyesuaikan diri dengan
perubahan itu agar tetap bertahan dan berkembang.
Untuk dapat bertahan dan berkembang, perlu didukung oleh tenaga kerja yang
terdidik dan terlatih dengan baik dan menguasai informasi ( wel eduacated, wel trained,
and well informed) sehingga mampu bergerak ke depan dalam era perubahan ini.
Sejalan dengan gerakan masyarakat informasi (information society) dan masyarakat
berpengetahuan (knowledge society) dan masyarakat berpengetahuan (knowledge
society), maka organisasipun perlu menguasai informasi mengenai lingkungan secara
lebih komprehensif dan merupakan organisasi yang menguasai pengetahuan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan.
Organisasi akan memerlukan lebih banyak tenaga kerja berpengetahuan
(knowledge work), tidak hanya tingkatan eksekutif saja melainkan juga para aggota atau
karyawannya.
B. Permasalahan
Sebagai permasalahan pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana kompetensi mendukung kinerja (performance)
2. Bagaimana Task Analysis.
BAB II
PEMBAHASAN
Karateristik Prestasi
Prilaku
Pribadi Kerja
• Motif Keterampilan
• Perangai
• Konsep diri
• Pengetahuan
Model : alir sebab-akibat
Kompetensi selalu mengandung maksud dan tujuan yang merupakan dorongan motif
yang menyebabkan timbulnya tindakan mencapai skala hasil. Jadi perilaku tanpa
tujuan tidak dapat didefenisiskan sebagai kompetensi.
3. Acuan kriteria
Acuankriteria adalah kompetensi paling kritis yang dapat membedakan kompetensi
dengan kinerja tinggi atau rata-rata.
Kriteria yang digunakan dalam kompetensi adalah:
3.1 Kinerja soperior, yaitu secara statistik sebagai standard deviasi diatas kinerja
rata-rata.
3.2 Kinerja efektif, yaitu tingkat minimal yang dapat diterima dalam pekerjaan
Kompetensi dapat dibagi menjadi 2 kategori:
1. Kompetensi dasar, yaitu karateristik esensial seperti pengetahuan dan
keterampilan dasar yang dimiliki agar dapat melaksanakan pekerjaan.
2. Kompetensi pembeda, yaitu faktor-faktor yang membedakan individu dengan
kinerja tinggi dan kinerja rendah.
Kompetensi yang mengacu pada dimensi prilaku yang mendukung kinerja yang
disebut kompetensi prilaku. Selanjutnya Amstrong (1999) membagi kompetensi menjadi
tiga jenjang:
1. Kompetensi inti, kompetensi yang diterapkan pada organisasi secara
keseluruhan.
2. Kompetensi generik, yaitu kompetensi dalam kelompok jabatan yang sama.
3. Kompetensi spesifik, yaitu kompetensi yang unik untuk fungsi dan aktifitas
tertentu.
Kompetensi menuntut seorang karyawan memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta karateristik pribadi yang mendukung pekerjaan dengan kinerja unggul. Pengukuran
hasil kerja atau kinerja (performance) haruslah memenuhi kompetensi dan standar
tertentu. Kompetensi dan standar adalah dua konsep yang saling berkaitan satu sama lain.
Standar dihubungkan denagn kualifikasi seseorang dalam pekerjaan dan proses.
Pengukuran digunakan untuk mencocokan antara kinerja (performance) individu dengan
standar.
B. Task Aalysis
Kegiatan menganalisis kinerja mengikuti seperangkat prosedur ataulangkah yang
disarankan diikuti secara rinci untuk mendapatkan dan memaksimalkan hasil dari analisis
kinerja yaitu dengan task analisis dan job description.
Job description adalah struktur bangunan pekerjaan yang disusun sedemikian rupa
sehingga sehingga pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dengan cara yang efesien dan
efektif. Job description merupakan suatu bangunan yang menunjukkan bagian-bagian dari
suatu pekerjaan. Job description biasanya diistilahkan dengan”pekerjaan, task (tugas),
kegiatan dan langkah kegiatan”. Dari istilah-istilah tersebut suatu ”pekerjaan” mungkin
dapat dipecah menjadi beberapa ”tugas”, tugas dipecah lagi menjadi beberapa ”tugas”,
tugas dipecah lagi menjadi beberpa ”kegiatan” dan setiap kegiatan mungkin terdiri dari
beberapa langkah kegiatan. Maka kegiatan menganalisi kinerja mengikuti seperangkat
prosedur untuk mendapatkan dan memaksimalkan hasil dari analisis suatu kinerja yaitu
mencakup identifikasi standard kerja, identifikasi kinerja, indetifikasi masalah kerja,
identifikasi bukti-bukti masalah, identifikasi penyebab timbulnya masalah, dan
identifikasi solusi terhadap masalah..
1. Indentifikasi Standar Kinerja.
”Standar Kinerja” adalah kinerja yang ideal yang dihasilakn oleh setiap organisasi
dan aparatur. ”Kinerja” biasanya bersifat aktual, jadi hampir sama dengan ”tujuan
kinerja” dan ”desain pekerjaan”.
Suatu masalah kerja biasanya timbul apabila standar kerja yang ingin dicapai
ternyata tidak tercapai. Sebagai contoh kita mengingkan agar semua pegawai datang
kekantor tepat waktu. Bila ada pegawai yang terlambat apalagi dengan jumlah yang
banyak maka timbullah berbagai masalah kerja. Apa yang (ingin dicapai inilah yang
dikatakan ”standar” pada tingkat organisasi, standar adalah misi, tujuan, sasaran, atau
target organisasi atau aparatur. Pada tingkat implementasi kerja standar adalah prosedur
baku, aturan-aturan atau petunjuk kerja yang dilaksanakan. Pada aparatur, standar adalah
ukuran patokan kualitas kerja. Tanpa standar kita tidak pernah mengetahui apakah
masalah atau sekedar manifestasi kekhawatiran. Untuk mempermudah proses
identidfikasi standar kerja, kita perlu mengetahui sumber informasi yang menjadi acuan
dan sumber patokan sebagai referensi sesuai kebutuhan.
Contoh sebuah job description
Pekerjaan : Mekanik
Kegiatan : Mencek busi, mencek platina.
Langkah : Melepas busi, mencek busi danl ain-lain.
Kadang kala, job description hanya berbentuk suatu prosedur kerja yang dilengkapi
oleh spesifikasi kerja.
2. Identifikasi Kinerja
“Masalah kerja” dalam analisis kinerja selalu didefenisikan sebagai
selisih/kesenjangan antara suatu standar yang ideal sebagai patokan dengan apa yang
sebenarnya terjadi. Masalah kinerja juga biasa didefenisikan sebagai “:gap” antara
standar kerja dan kondisi yang sebenarnya. Untuk mengetahui apakah standar kerja telah
dicapai dan bagaimana kondisi saat ini, perlu disimak dua pertanyaa: apakah yang telah
kita capai saat ini? Dan dari mana kita mengetahui apa yang kita capai saat ini? Jawaban
terhadap kedua pertanyaan inilah yang menjadi identifikasi kinerja.
Solusi Training
Solusi training diterapkan apabila masalah yang dihadapi berhubungan langsung
dengan kemampuan pekerja. Beberapa macam training, yaitu
- Information Processing (seminar, briefing, belajar mandiri)
- On the job training (berlatih sambil bekerja, bekerja sambil berlatih)
- Simulasi (pelatih dalam konteks kerja buatan yang dibuat semirip
mungkin dengan konteks kerja sesungguhnya)
Selain itu training bersifat terpusat (semua trainee ditempatkan disatu pusat) atau
tersebar (trainee di tempat-tempat yang tersebar sesuai dengan materi, kepangkatan,
tujuan pelatihan dan sebagainya.
Masalah : Pengetahuan pegawai tentang job description tidak memadai
Rekomendasi solusi : Diadakan training pegawai dengan spesialisasi
1. Jenis pelatihan : Simulasi
2. Sifat Pelatihan : Tersebar
3. Strategi : Ceramah, diskusi, studi kasus
4. Waktu : 10 hari kerja dalam 2 tahap
5. Tempat : Pusdiklat
Solusi Non Training
Masalah : Proses produksi terlalu lambat
Rekomendasi solusi : 1. Mengkaji ulang job description
2. Mengevaluasi standar kerja
3. Mengkaji ulang keterampilan pekerja
Contoh diatas adalah gambaran umum rekomendasi solusi non training. Dalam
kenyataannya solusi yang diajukan tersebut harus bersifat rinci dalam segala aspeknya.
Task berasal dari seluruh proses system analysis dimana (1) overall product atau outcome
diidentifikasi di dalam mission objective dan performance requitment, (2) basic function
yang diperlukan untuk menyelesaikan mission diidentifikasi (mission profile), dan (3)
setiap basic (atau top-level) function dianalisa untuk menetukan syarat-syarat
subfunctions dari tingkat yang lebih rendah (lower-order subfunction). Akhirnya, setiap
function dan subfunction yang diidentifikasikan dapat dipecah kedalam bagian-bagian
atau units of performance requitments tingkat terendah dan yang terakhir untuk
menyelesaikan setiap function dan subfunction. Hubungan task analysis dengan mission
analysis dan function analysis merupakan rantai yang kait mengkait.
Task analysis merupakan analisa dari level yang terbawah yang menunjukkan apa yang
harus dilakukan untuk melaksanakan functiondan tingkat yang lebih tinggi. Apabila
analisa secara mendetail ada pada task level dan semua performance requitment
diidentifikasi untuk setiap task, maka educational planner sebenarnya telah untuk
pertamakalinya menentukan semua ”whats” untuk pemecahan masalah dengan sukses.
Karena itu task analysis memberikan suatu deretan lengkap dari apa yang harus dilakukan
pada tingkat pengertian tentang persyaratan yang sebenarnya bagi pelaksana rencana.