Professional Documents
Culture Documents
PAPER
DEFINISI DAN HIRARKI BELAJAR
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar tentu saja
tidak
bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan
prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertinda secara tepat. Oleh karenanya
seorang guru perlu mempelajari teori dan prinsip-prinsip belajar sehingga dapat
membimbing aktivitas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Psikologi pendidikan merupakan suatu ilmu yang meneliti
serta mempelajari tentang prilaku atau aktivitas-aktivitas, dan prilaku serta
aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup (Walgito, 2004:10).
Dari bahasan diatas terlihat bahwa adanya kaitan yang sangat kuat antara
psikologi pendidikan dengan teori serta tindakan belajar. Karena itu, tidak
mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa
lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata
lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan
yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
tindakan belajar.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang
senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi
pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut
untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya,
dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar
terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif, sehingga
secara langsung pendidik berfungsi menyampaikan informasi pengetahuan
sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan
mengingat keseluruhan informasi itu.
URAIAN MATERI
PENGERTIAN
1. Belajar
Bentuk-Bentuk Belajar
Gage (1984) dalam Wilis Dahar (1988:15) mengemukakan, bahwa ada
lima bentuk belajar, yaitu: Belajar Responden, Belajar Kontinguitas, Belajar
Operant, Belajar Observasional, Belajar Konitif.
a. Belajar Responden
Salah satu bentuk dari belajar disebut belajar responden. Dalam belajar
seperti ini, suatru respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah
dikenal. Beberapa contoh belajar responden adalah hasil-hasil penelitian
yang dilakukan oleh ahli psikologi Rusia yang terkenal Ivan P. Pavlov.
b. Belajar Kontinguitas
Asosiasi (contiguous) sederhana antara stimulus dan suatu respon dapat
menghasilkan suatu perubahan dalam prilaku. Kekuatan belajar
kontinguitas sederhana dapat dilihat bila seseorang memberikan respon
terhadap pernyataan-pernyataan yang belum lengkap.
c. Belajar Operant
Belajar sebagai akibat reinforcementmerupakan bentuk belajar lain yang
banyak diterapkan dalam teknologi modifikasi prilaku. Bentuk belajar ini
disebut terkondisi operant, sebab prilaku yang di inginkan timbul secara
spontan, tanpa dikeluarkan secara instinktif oleh stimulus apapun, waktu
organisma “beroperasi” terhadap lingkungan.
d. Belajar Observasional
Konsep belajar observasional memperlihatkan, bahwa orang dapat belajar
dengan mengamati orang lain melakukan apa yang akan dipelajai.
e. Belajar Konitif
Dalam belajar kognitif mengatakan bahwa proses-proses kognitif yang
terjadi selama belajar, proses-proses ini menyangkut “insight”, atau
berfikir dan “reasoning”, atau menggunakan logika deduktif dan induktif.
a. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek
yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin
kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai
respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara
Stimulus- Respons.
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-
teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya,
Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks
otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang
timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif
individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang
dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui
peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini
juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian
reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan
perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh
karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak.
a. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu
menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu
figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti
ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar
belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi
kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
b. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik
waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai
satu bentuk tertentu.
b. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara
lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis
adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan
behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang
nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan
behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang
penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
c. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau
suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek
atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti :
sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip
ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang
tertentu.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi
yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan peserta didik.
- Berlatih, - Menyediakan
9. Mengekalkan dan mempraktikkan kesempatan yang
mengembangkan apa yang telah luas bagi siswa
pengetahuan dan diperolehnya untuk memanfaatkan
kemahiran siswa (kognitif, afektif, berbagai pengetahuan,
psikomotorik) dalam sikap, dan keterampilan
situasi yang baru tersebut dalam
situasi yang berbeda
(praktikum, unjuk kerja,
project, simulasi, dll)
Dimyati & Mudjiono. (2009), Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta