Professional Documents
Culture Documents
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas
Anti Lithiasis Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill) Pada Tikus
Putih Jantan” adalah karya sendiri di bawah pengarahan komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tujuan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
UJI AKTIVITAS ANTI LITHIASIS EKSTRAK ETANOL
DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill)
PADA TIKUS PUTIH JANTAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
NRP : B04051929
Disetujui
Dr. Hj. Ietje Wientarsih, M. Sc, Apt Rini Madyastuti P, S.Si, Apt
NIP. 19530211 198503 2 002 NIP. 19780608 200604 2 001
Diketahui
Tanggal lulus :
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik penelitian dan
penulisan skripsi yang berjudul ”Uji Aktivitas Anti Lithiasis Ekstrak Etanol Daun
Alpukat (Persea americana Mill) pada Tikus Putih Jantan” yang merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan, dan dukungan baik moral, spiritual maupun materi dari
pihak-pihak dibalik kehidupan dan pembentukan jati diri sang penulis. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang begitu dalam kepada:
1. Keluargaku tersayang, Papah, Mamah dan Mbak Ratna yang tiada
hentinya memberikan doa dan dukungan seumur hidup kepada penulis.
2. Dr. Dra. Hj. Ietje Wientarsih, M.Sc, Apt dan Rini Madyastuti Purnomo,
S.Si, Apt sebagai pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan
bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Drh. Sri Murtini, M.Si sebagai pembimbing akademik yang telah
membantu penulis selama menjalankan masa studi di FKH IPB.
4. Segenap staf dan keluarga besar IPB pada umumnya dan FKH pada
khususnya, serta Mas Wawan foto copy yang selalu setia menemani.
5. Guru TK, SD, SMP, SMU, Bimbel dan Guru Ngaji yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat tanpa tanda jasa.
6. Afu dan Mencit, teman satu penelitian dan teman-teman FKH 42 “
GOBLET” yang telah bersama-sama berjuang dalam menempuh studi
di FKH IPB, tidak lupa teman-teman terdekat di luar kampus.
7. Amir, Izul, Karo, teman-teman satu kontrakan yang telah berjuang
bersama-sama dalam menyelesaikan pendidikan di IPB dan melewati
suka duka dalam mengarungi bahtera kehidupan.
8. Venty Oktovani S, ITP 42 sebagai tujuan hidup yang selalu memberikan
inspirasi dan kebahagiaan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu saran dan kritik tetap penulis harapkan untuk menjadikan
tulisan ini lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun sebagai tambahan
informasi untuk memperkaya ilmu di kemudian hari.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alpukat ........................................................................................................ 4
2.2 Hewan Percobaan ........................................................................................ 6
2.3 Ginjal ........................................................................................................... 8
2.4 Batu ginjal ................................................................................................... 9
2.5 Etilen glikol ............................................................................................... 12
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 14
3.3 Determinasi dan Pengumpulan Daun Alpukat .......................................... 14
3.4 Pembuatan Serbuk / Simplisia Daun Alpukat ........................................... 14
3.5 Pembuatan ekstrak etanol Daun Alpukat .................................................. 15
3.5 Pengujian aktivitas penghambatan batu ginjal .......................................... 15
3.6 Analisis sampel ......................................................................................... 16
3.6.1 Preparasi sampel............................................................................... 16
3.6.2 Analisis Kalsium .............................................................................. 16
3.6.3 Analisis Fosfor ................................................................................. 17
3.7 Teknik analisis data ................................................................................... 18
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
misalnya sitrat, faktor keasaman urin (pH) serta infeksi. Jenis batu yang sering
terdapat dalam ginjal ada empat, yaitu kalsium oksalat (70-75 %), strufit (20 %),
asam urat (5 %) dan sistin (1 %). Biasanya batu kalsium oksalat dan asam urat
akan terbentuk karena makanan dan minuman yang banyak mengandung kalsium
oksalat dan purin, sedangkan batu strufit sering terjadi karena ada infeksi di ginjal.
Batu sistin akan terjadi bila ada gangguan metabolisme (Coe 2003).
Pemeriksaan batu ginjal dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain
ultrasound, CT-scans, X-ray dan urin tampung 24 jam untuk memastikan jenis
batu penyebab dan bagaimana strategi terapinya (Stockham dan Scott 2008).
Terapi batu ginjal dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, penggunaan
obat-obatan seperti diuretik, kalium sitrat dan operasi. Pengangkatan batu ginjal
dengan cara operasi memiliki resiko yang cukup tinggi selain mengeluarkan biaya
yang mahal, masyarakat enggan untuk melakukan operasi karena takut akan
trauma pasca operasi yang berkepanjangan. Batu ginjal tidak dapat larut hanya
dengan mengatur asupan makanan dan minuman obat tertentu. Obat-obatan yang
digunakan hanya akan mencegah agar batu tersebut tidak bertambah besar dan
membantu pengeluaran batu ginjal secara spontan. Untuk itu dapat dipilih obat-
obatan yang dapat menurunkan kadar kalsium dalam urin dan meningkatkan
frekuensi buang air kecil (diuresis). Salah satu obat yang sering digunakan dalam
pengobatan batu ginjal adalah preparat diuretikum. Diuretik umumnya digunakan
pada pengobatan hipertensi dan gangguan lain yang berhubungan dengan
pengeluaran cairan dan natrium dari tubuh.
Pohon alpukat selama ini dikenal hanya buahnya saja yang biasa
dikonsumsi masyarakat. Ternyata daun alpukat merupakan salah satu bahan alami
yang bisa digunakan sebagai obat tradisional. Daun ini secara empiris telah
digunakan sebagai diuretik, analgesik, anti radang, hipertensi, hipoglikemia, diare,
sakit tenggorokan dan perdarahan (Brai et al. 2007). Namun penelitian tentang
daun alpukat sendiri masih jarang dilakukan. Penelitian ini difokuskan pada
aktivitas anti lithiasis dari tanaman tersebut untuk melihat sejauh mana daya
hambat ekstrak etanol daun alpukat terhadap pembentukan batu ginjal.
3
2.1 Alpukat
Taksonomi alpukat menurut Prihatman (2000):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana Mill
Tanaman ini merupakan pohon buah kecil yang telah banyak dikenal,
berasal dari Amerika Tengah, saat ini dapat ditemukan di semua negara beriklim
panas. Tanaman ini dibudidayakan dari biji di daerah pegunungan rendah. Buah
yang berwarna hijau pada umumnya berat rata-rata tidak lebih dari 200 gram.
Buah yang sudah matang kalau digerakan terdengar suara biji, kemudian buah
dibiarkan beberapa hari agar menjadi lunak. Buah ini hampir tidak berasa karena
hampir tidak memiliki kandungan gula, tetapi daging buah yang praktis tidak
berserat dan berwarna hijau dapat menghasilkan bubur (Moes) (Heyne K 1987).
5
swellings), menstruasi tidak teratur dan biji dapat digunakan untuk sakit gigi dan
kencing manis. Daun mempunyai aktivitas antibakteri dan menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus strain A dan B. Staphylococcus albus,
Pseudomonas sp; Proteus sp; Escherichea coli dan Bacillus subtilis (Prihatman
2000).
Penggunaan biasanya pada buah alpukat untuk dikonsumsi sedangkan
daun dan biji alpukat dirasa kurang aman karena mengandung toksik.
Aktivitasnya antara lain sebagai anti penuaan, anti bakteri, anti radang, antiseptik,
astringensia, COX-2 Inhibitor, deobstruksi usus, diuretik, emolien, ekspektoran,
hematonik, hepatoproteksi, hipertensi, hipokolesterolemia, laksatif, anti parasit,
rodentisida, rubefasiensia. Indikasinya untuk alopesia, Alzheimer disease, anemia,
arthrosis, atherosclerosis, perdarahan, kalkuli, kanker, flu, batuk, ketombe,
penyakit kulit, diabetes, diare, disentri, enterosis, demam, frigid, kembung, asam
urat, sakit kepala, hematom, hepatosis, impoten, infeksi, malaria, neuralgi,
pulmonosis, rematik, skabies, gigitan ular, sakit tenggorokan, nyeri sendi, sakit
gigi, hingga memperlancar menstruasi. Kontraindikasi, interaksi dan efek
sampingnya belum ditemukan. Daun alpukat mengandung dopamin dan
minyaknya mengandung methyl chavicol. Ingesti dari daun, ranting atau keduanya
menyebabkan mastitis pada sapi, kuda, kelinci dan kambing. Di samping itu dosis
tinggi sangat fatal pada kambing. Daun alpukat yang terendam di kolam dapat
membunuh ikan di dalamnya. Dikatakan buah alpukat mentah itu beracun, burung
kenari mati setelah memakan buah yang matang. Dua jenis getah yang berasal dari
kulit buah, memiliki sifat racun bagi marmut melalui suntikan secara subkutan
dan peritonial. LD50 ekstrak daun alpukat lebih besar dari 8828 mg/kg secara
intraperitonial dan lebih besar dari 12500 mg/kg secara oral pada tikus percobaan
sedangkan LD50 ekstrak buah lebih besar dari 12500 mg/kg secara oral (Duke et
al. 2002).
Tikus putih mempunyai 3 galur yang umum dikenal yaitu, galur Sprague-
Dawley, galur Winstar dan galur Long-Evans. Galur Sprague-Dawley yang umum
digunakan untuk penelitian, mempunyai ciri berwarna putih albino, berkepala
kecil dan ekornya lebih panjang dari badannya (Malole et al. 1989).
Penelitian dalam bidang toksikologi dan farmakologi memerlukan
serangkaian percobaan terhadap hewan percobaan untuk mengetahui tingkat
toksisitas dan keamanan obat untuk manusia. Penggunaan berbagai tingkat dosis
obat terhadap hewan percobaan dilakukan untuk mendapatkan dosis terbesar yang
tidak menimbulkan efek merugikan atau dosis yang sangat besar yang dapat
menimbulkan kelainan jaringan atau efek toksik yang jelas. Waktu observasi akan
jauh lebih pendek bila kita menggunakan dosis yang lebih besar, sehingga akan
mengurangi biaya pemeriksaan. Pada waktu tertentu sebagian hewan percobaan
perlu dibunuh untuk mengetahui pengaruh obat terhadap organ. Pemeriksaan
kimia darah, urin dan tinja dilakukan untuk mengetahui kelainan yang timbul
(Darmansjah 1995).
2.3 Ginjal
Ginjal adalah organ tubuh yang berperan utama dalam memelihara
keseimbangan cairan serta elektrolit dan mengatur tekanan darah (Hartono 1992).
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat yang bersifat toksik
adalah ginjal. Hal ini berkaitan dengan fungsi ginjal yang tercermin pada sistem
pembuluh darah kompleks. Peran utama ginjal adalah ekskresi sebagian besar
hasil akhir metabolisme tubuh melalui urin dan mengatur konsentrasi unsur-unsur
yang terdapat dalam cairan tubuh (Guyton 1994). Selain itu ginjal berfungsi
memetakan toksikan pada filtrat, membawa toksikan melalui sel tubulus dan
mengaktifkan senyawa racun tertentu, menyebabkan ginjal sebagai organ sasaran
utama dari efek toksik (Lu 1995).
Sebuah ginjal dengan potongan melintang memberi gambaran dua daerah
yang cukup jelas. Daerah perifer yang beraspek gelap disebut korteks (cortex) dan
selebihnya yang agak cerah disebut medula (medulla), berbentuk piramid terbalik
(Hartono 1992). Unit terkecil dari ginjal adalah nefron, yang terdiri dari
glomerolus, kapsula Bowman dan tubulus renalis. Nefron memiliki fungsi dasar
membersihkan atau menjernihkan plasma darah dari substansi yang tidak
9
diinginkan oleh tubuh. Biasanya substansi tersebut berasal dari hasil metabolisme
seperti urea, kreatinin, asam urat dan ion-ion natrium, kalium, klorida serta ion-
ion hidrogen dalam jumlah yang berlebihan (Guyton 1994). Proses filtrasi terjadi
di glomerulus dan substansi dengan ukuran kecil sampai sedang dapat melewati
dinding kapilernya. Substansi yang besar seperti protein plasma tidak dapat
melewati dinding kapiler sehingga tidak terfiltrasi. Substansi darah yang dapat
terfiltrasi antara lain natrium, kalium, klorida, fosfor anorganik, glukosa, kreatinin
dan asam urat (Strukie 1976).
Ginjal dalam tubuh berfungsi sebagai filter untuk membersihkan darah
atau cairan lainnya. Fungsi ini bertujuan agar bahan-bahan kimia yang terkandung
dalam darah atau cairan tubuh lainnya tidak terbawa kembali oleh darah dan
beredar ke seluruh tubuh. Sebagian kotoran hasil penyaringan ini akan
dikeluarkan melalui ginjal bersama urin. Namun sebagian lagi mungkin tertinggal
dan mengendap menjadi batu ginjal. Apabila endapan ini tidak dikeluarkan, maka
akan menetap di ginjal atau berpindah ke kantung kemih. Cairan yang menyerupai
plasma difiltrasi melalui dinding kapiler glomerolus ke tubulus renalis di ginjal.
Dalam perjalanannya sepanjang tubulus ginjal, isi cairan filtrat akan berkurang
dan susunannya berubah akibat proses reabsorbsi tubulus dan proses sekresi
tubulus untuk membentuk urin yang akan disalurkan ke dalam pelvis renalis. Air
serta elektrolit dan metabolit penting lainnya akan diserap kembali. Dari pelvis
renalis, urin dialirkan ke dalam kandung kemih untuk kemudian dikeluarkan
melalui proses berkemih (Ganong 1995).
besar seperti batu yang mengisi pelvis ginjal dan kantung kemih. Batu tersebut
bisa padat, lunak, berwarna putih, kekuningan, halus, kasar, bulat atau persegi
(Smith dan Jones 1962).
Hewan herbivora sering ditemukan batu yang didominasi bentukan silikat
dan sangat sedikit ditemukan bentukan fosfat, karbonat, kalsium oksalat,
amonium dan magnesium. Bentukan batu ginjal sangat dipengaruhi makanan yang
dikonsumsi. Tanaman yang tumbuh di daerah gersang banyak ditemukan unsur
silika. Pada daerah lain ditemukan derivat xanthine dilaporkan sebagai penyebab
kalkuli pada domba. Pada karnivora dan omnivora urolith yang ditemukan pun
berbeda. Kalkuli yang ditemukan mirip dengan yang ada pada manusia,
dikarenakan karakteristik urin yang asam kontras dengan karakteristik urin pada
herbivora yang lebih alkalis. Batuan kalsium oksalat sangat keras, berwarna putih
kekuningan dan berduri. Biasa ditemukan satuan di kantung kemih dan ukuran
diameternya mencapai beberapa sentimeter. Kalkuli asam urat sebagian besar
terdiri atas amonium (dari dekomposisi urea) dan sodium urat. Biasa ditemukan
pada anjing ras dalmatian yang mengekskresikan banyak asam urat pada urinnya.
Kalkuli fosfat seperti kalkuli pada herbivora, berwarna putih dan lebih rapuh
seperti kapur. Batuan sistin lebih kecil, bentuknya lebih bervariasi dan tidak
umum, jarang ditemukan (Smith dan Jones 1962).
Kejadian urolithiasis selama 15 tahun di Royal Veterinary College,
Copenhagen ditemukan kalkuli 0,6 % dari keseluruhan penyakit anjing. Sebagian
besar berupa magnesium-amonium fosfat, kalsium oksalat, batuan asam urat dan
sistin. Banyak pendapat, yang menyebabkan kalkuli karena infeksi saluran kemih
dan kekurangan vitamin A. Beberapa kasus menyebutkan pembentukan kalkuli
karena kristalisasi dari suatu partikel yang akan menjadi inti dari batuan. Inti
batuan bisa berupa leukosit yang mati, sel epitel yang runtuh, atau gumpalan
fibrin (Smith dan Jones 1962).
Pemeriksaan urolith secara reaksi kimia untuk mendeteksi adanya kation
dan anion memiliki kelemahan sehingga tidak dipakai. Pemeriksaan ini tidak
menunjukan data kuantitas, tidak menyediakan jumlah relatif antar unsur
pembentuk batuan, kehilangan beberapa jumlah ion secara signifikan, tidak bisa
mendeteksi silika dan sistin, beberapa komponen sering menunjukan positif palsu
11
dan batu ginjal campuran tidak bisa diklasifikasikan. Batu ginjal jenis dan
komposisinya bermacam-macam seperti yang terlihat pada Tabel 1. Pemeriksaan
tersebut telah digantikan dengan pemeriksaan secara fisik, yaitu dengan
kristalografi optikal, X-ray dan yang jarang dilakukan seperti microprobe
electron, scanning electron microscopy (SEM) dan mikroskop inframerah
(Stockham dan Scott 2008).
Metabolisme dari etilen glikol terdiri dari empat tahap, berawal dari
perombakan senyawa tersebut di hati (Gambar 3). Tahap pertama etilen glikol
13
maka simplisia kering diserbukan dan diayak dengan ayakan nomor 20 sehingga
didapat serbuk daun alpukat, disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat
(Ditjen POM 2000).
350
325
300 N
Bobot badan (gram)
K
275
P1
250 P2
225
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (hari)
Gambar 4 Bobot Badan Harian. N: Normal, K: Kontrol negatif, P1: Perlakuan 1
dosis 100 mg/kg, P2: Perlakuan 2 dosis 300 mg/kg
1.20
1.07
1.10
1.12 0.97
1.00
0.86
Bobot (gram)
0.50
0.40
N K P1 P2
Kelompok
Gambar 5 Bobot Ginjal dan Rasio. N: Normal, K: Kontrol negatif, P1: Perlakuan
1 dosis 100 mg/kg, P2: Perlakuan 2 dosis 300 mg/kg
Walaupun rataan bobot ginjal (BG) dan ratio bobot ginjal per 200 gram
bobot badan tikus menunjukan hal yang tidak berbeda nyata antar kelompok (p >
0,05) tetapi P1 cenderung menunjukan penurunan BG mencapai 19 %
dibandingkan K yang lebih tinggi jumlahnya (Gambar 5) mengingat besarnya
ginjal tikus yang menderita nefrotoksik tidak akan melebihi 2 kalinya besar ginjal
normal. Sekilas terlihat BG kelompok normal (N) lebih tinggi dari kelompok
induksi (K) tetapi dengan perhitungan rasio BG/200 gram BB menunjukan N
21
0.160
0.139
0.140
0.120
0.100
0.080 0.075
0.067
0.060 Kalsium
0.060
0.040
0.020
0.000
N K P1 P2
penghambat batu ginjal lainnya adalah asam sitrat yang dapat memecah kristal
dengan mengikat kalsium. Dengan perhitungan sungguh-sungguh yang
mempertimbangkan kecepatan pertumbuhan kristal dan kecepatan arus cairan di
tubulus memberi kesan bahwa satu kristal menjadi tidak cukup besar untuk
menahan atau mengobstruksi lumen tubulus. Lebih jauh lagi ini membuktikan
bahwa kristal CaOx dapat dicegah perlekatannya dengan permukaan dari sel epitel
di ginjal (Atmani et al. 2004).
Komposisi kimia daun alpukat mengandung saponin, alkaloida, flavonoid,
polifenol, quersetin, gula alkohol persit, vitamin A, B, C dan E (Prihatman 2000).
Flavonoid merupakan unsur mikro yang terkandung dalam hampir semua varietas
tanaman. Pada tanaman tersebut flavonoid berfungsi sebagai pigmen warna buah
atau daun, pengusir serangga dan molekul pemberi isyarat. Polifenol dan quersetin
termasuk ke dalamnya. Quersetin merupakan antioksidan yang kuat, mampu
mencegah peroksidasi lemak (Sampson et al. 2002). Fungsi dalam tubuh dari
flavonoid menunjukan adanya aktivitas anti bakteri, anti peradangan, anti alergi,
anti mutagenik, anti viral, anti neoplasma, anti trombus dan vasodilatasi. Potensi
aktivitas antioksidan dari flavonoid adalah kemampuannya dalam mengumpulkan
radikal bebas seperti hidroksil, anion superoksida dan radikal peroksidasi lemak
yang mungkin merupakan fungsi terpenting dari flavonoid (Painter 2000).
Oksalat dapat mencegah proliferasi sel epitel tubulus renalis melalui
peningkatan reaksi oksidatif sel yang memproduksi radikal bebas yang dapat
menyebabkan kerusakan sel tersebut (Han et al. 2004). Selain memiliki
kandungan flavonoid yang tinggi, ekstrak etanol daun alpukat memiliki
kandungan vitamin E yang juga merupakan antioksidan yang kuat dan bisa
mencegah perlekatan CaOx pada membran sel epitel tubulus di ginjal dengan
menghambat kerusakan sel akibat hiperoksaluria peroksidatif pada permukaan
membran tubulus renalis (peroksidasi lemak) (Touhami et al. 2007). Khasiat
antioksidan yang dimiliki ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill)
mampu mencegah perlekatan kristal CaOx dan rangkaian proses selanjutnya
dalam pembentukan batu ginjal.
Kalsium yang terdepo di ginjal dalam bentuk CaOx menyebabkan
hipokalsemia karena kalsium tersebut tidak dapat direabsorpsi kembali melalui
24
1.000
0.872
0.900
0.800
0.700
0.600 0.540 0.568
0.512
0.500 Fosfor
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
N K P1 P2
dengan dosis 300 mg/kg (P2) yang hanya menurunkan kadar fosfor dengan selisih
0,028 di atas kontrol normal (N).
Efek dari pemberian EG adalah menurunkan kadar kalsium dan fosfor
tulang, plasma kalsium, ekskresi fosfor dan asam sitrat serta meningkatkan plasma
fosfor dan ekskresi kalsium. Peningkatan kadar fosfor disebabkan karena
gangguan fungsi ginjal akibat nefrotoksik yang tidak mampu mengekskresikan
fosfor sehingga terjadi peningkatan kadar fosfor dalam darah (Rajagopal et al.
2004) terlihat pada kelompok tikus yang diinduksi etilen glikol (K). Dalam darah
fosfor dikenal dengan fosfat (H2PO4- dan HPO42-). Hiperfosfatemia menyebabkan
gejala metabolik asidosis oleh karena ion H+ meningkat bersamaan dengan
peningkatan fosfat (HPO42- + H+ → H2PO4-). Metabolik asidosis pada umumnya
menginduksi hiperfosfaturia (Vander et al. 1990). Pencegahan nefrotoksik oleh
ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill) mengembalikan fungsi ginjal
dalam mengatur homeostasis mineral dalam tubuh.
26
5.1 Kesimpulan
Data hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian ekstrak etanol
Persea americana Mill pada tikus percobaan dengan etilen glikol yang
menginduksi nefrolithiasis, mengurangi dan mencegah perkembangan dari
pembentukan batuan di ginjal, mendukung pengobatan herbal yang ada di
masyarakat berkenaan dengan aktivitas anti lithiasis tanaman tersebut. Mekanisme
dibalik efek yang ditunjukan berkaitan dengan efek diuresis yang ditingkatkan,
aktivitas antioksidan dan menurunkan konsentrasi faktor pembentuk kalkuli dalam
saluran kemih.
5.2 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dan studi klinik untuk menjelaskan teori
dari unsur-unsur kimia pokok yang terkandung di dalam ekstrak dan
mekanismenya terhadap aktivitas farmakologi dalam upaya pengembangan obat
herbal menjadi obat herbal terstandar hingga mencapai taraf fitofarmaka.
27
DAFTAR PUSTAKA
Han HJ, Lim MJ, Lee YJ. 2004. Oxalate inhibits renal proximal tubule cell
proliferation via oxidative stress, p38 MAPK/JNK, and cPLA2 signaling
pathways. AJP-Renal Physiology, 287:1058-1066.
Hartono R. 1992. Histologi Veteriner. Edisi 3. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hlm 392-444.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II. Jakarta : Yayasan Sarana
Wana Jaya.
Last W. 2007. The calcium-phosphorus ratio. http://www.health-science-
spirit.com/calcium.html [4 September 2009]
Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar. Terjemahan Edi Nugroho. Jakarta : UI Press.
Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Pengantar Hewan-Hewan Percobaan di
Laboratorium. Bogor : Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.
Mattjik A, Sumetajaya M. 2000. Perencanaan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor : IPB Press.
Painter, FM. 2000. Antioxidant flavonoids: structure, function and clinical usage.
Alternative Medicine Review, 1(2):103-111.
Prihatman K. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan.
Jakarta : BAPPENAS.
Rajagopal G, Venkatesan K, Ranganathan P, Ramakrishnan S. 1977. Calcium and
phosphorus metabolism in ethylene glycol toxicity in rats. Toxicology
and Applied Pharmacology, Vol. 39(3): 543-547
Reitz LL, Smith WH, Plumlee MP. 1960. A simple wet oxidation procedure for
biological materials. Analytical chemistry, Vol. 32: 1728.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi keenam.
Terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB.
Sampson L, Rimm E, Hollman PC, de Vries JHM, Katan MB. Flavonol and
flavone intakes in US health professionals. 2002. Journal of The American
Dietetic Association, 102(10):1414-1420.
Smith HA, Jones T C. 1962. Veterinary Pathology. 2nd Ed. Texas: Lea & Febiger.
Subahagio, Rahman I, Ibnusahni, Sutarjo, Sulaksono ME. 1997. Pengaruh faktor
keturunan dan lingkungan terhadap sifat-sifat biologis terlihat pada hewan
percobaan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Badan
Pengembangan Kesehatan, Vol. VII No.1.
Suzanne N. 1998. Food Analysis. 2nd Ed. West Lafayette. Indian : Purdue
University.
Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamental of Veterinary Clinical Pathology.
2nd Ed. Iowa : Blackwell Publishing.
29
Strukie PDB. 1976. Kidney, Exterenal Salt Exretion and Urine. In: Avian
Physiology. 3rd Ed. New York: Heidebeg, Springer-Verlag.
Touhami M, Laroubi A, Elhabazi K, Loubna F, Zrara I, Eljahiri Y, Oussama A,
Grases F, Chait A. 2007. Lemon juice has protective activity in a rat
urolithiasis model. Pubmed Central, 7:18.
Vander AJ, Sherman JH, Luciano DS. 1990. Human Physiology: The Mechanisms
of Body Function. 5th Ed. New York : McGraw-Hill Inc.
Wijaya S, Darsono FL. 2005. Uji daya anti kalkuli perasan buah ketimun
(Cucumis sativus) terhadap tikus putih jantan dengan metode kalkuli.
Majalah Farmasi Indonesia, 16 (3): 173-176.
30
ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
P Groups 0.413928 3 0.137976 10.65508 0.000526
Within
Groups 0.19424 15 0.012949
Total 0.608168 18
Between
Ca Groups 0.019792 3 0.006597 3.748003 0.034324
Within
Groups 0.026403 15 0.00176
Total 0.046195 18
Sum of Mean
Bobot Badan Squares df Square F Sig.
Between
Groups 8313.425 2 4156.713 10.30792 0.000472
Within
Groups 10887.86 27 403.2541
Total 19201.29 29
31
Duncan
P
perlakuan N Subset for alpha = .05
1 2
3 5 0.512
1 4 0.54
4 5 0.568
2 5 0.872
Sig. 0.485588731 1
Ca
perlakuan N Subset for alpha = .05
1 2
3 5 0.06028
4 5 0.06674
1 4 0.074575
2 5 0.13912
Sig. 0.627920849 1
Bobot Badan
perlakuan N Subset for alpha = .05
1 2 3
3 10 238.44
4 10 253.7203
2 10 278.82
1 10 313.87
Sig. 0.064025 1 1