Professional Documents
Culture Documents
KIMIA
In Curriculum, Guru, Media Ajar, Pendidikan, T I K on 13 March 2010 at 3:22 am
Mutu pendididikan IPA, berkaitan dengan banyak faktor antara lain kompetensi guru, efektivitas
proses pembelajaran, ketersediaan fasilitas pendidikan serta tingkat motivasi belajar siswanya.
Namun pada kenyataannya dalam dunia pendidikan memperlihatkan bahwa pembelajaran pada
umumnya bersifat ekspositoris, verbalistik dan cenderung hanya menggunakan papan tulis, kurang
upaya untuk melakukan demonstrasi, eksperimen dan bentuk peragaan lainnya dalam pembelajaran
(Firman,H., 2000). Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan untuk membentuk sikap yang
positif pada diri siswa terhadap kimia yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut
karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan kimia dalam
menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapannya dalam teknologi. Salah satu materi pokok
yang banyak kaitannya dengan kemampuan kimia dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dalam
silabus kimia adalah Sifat Koligatif Larutan danElektrokimia. Kedua materi tersebut merupakan
konsep yang selalu ada dalam kurikulum ilmu kimia. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari
sifat koligatif larutan dan konsep elektrokimia karena kedua materi tersebut bersifat
abstrak(Baharudin, 2000). Disamping itu pembelajaran kedua materi tersebut yang dilakukan selama
ini lebih banyak menggunakan metode ceramah dimana dengan materi yang cukup abstrak,
umumnya menjadi beban bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif model pembelajaran
yang dapat meminimalkan beban hafalan dan lebih meningkatkan minat belajar pada siswa, yaitu
dengan cara pemanfaatan media komputasi. Sehingga dengan melakukan pembelajaran dengan
pemanfaatan media komputasi ini, siswa diharapkan dapat lebih mudah memahami materi sifat
koligatif larutan dan konsep elektrokimia.
Peserta belajar dengan kemampuan yang bervariasi adalah umum dijumpai pada suatu proses
pembelajaran. Kemampuan yang bervariasi dapat berupa perbedaan kesanggupan, keterampilan,
intelegensi, potensi dan pengetahuan awal dalam mengikuti proses belajar. Kemampuan peserta
yang bervariasi pada suatu pembelajaran ditunjukkan oleh hasil belajar yang bervariasi.
Salah satu penyebab kegagalan siswa dalam proses pembelajaran adalah karena siswa tidak pernah
dirangsang untuk mencari, menemukan, dan mengeksplorasi sehingga siswa dapat belajar tidak
hanya di sekolah namun juga dapat menggunakan alam semesta, lingkungan dan teknologi yang ada
di sekitarnya.
Pemanfaatan media komputasi ini pada dasarnya merupakan suatu cara pembelajaran yang bertujuan
untuk menarik minat belajar siswa dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa melalui pengamatan
terhadap materi yang ditampilkan melalui gambar-gambar slide pada layar LCD sehingga siswa
dapat terlatih untuk mengeluarkan pendapat berdasarkan pengamatan mereka pada layar LCD.
Dimana menurut Henderleiter, J dan Pringle, DL (1999), dari pengamatan langsung inilah siswa
dapat menggali sendiri suatu konsep yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran dan bahkan lebih
dari itu, yaitu menimbulkan suatu sikap yang positif terhadap sains (ilmu pengetahuan) disamping
tumbuhnya jiwa kooperatif serta tanggung jawab pada diri siswa, dan dengan demikian hasil belajar
siswa-pun akan meningkat.
Masalah yang diidentifikasi pada bagian pendahuluan adalah menemukan strategi pembelajaran
untuk memecahkan permasalahan yang dapat meningkatkan atau mengembangkan minat dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran kimia pada umumnya dan pembelajaran materi Sifat-sifat Koligatif
dan Elektrokimia pada umumnya, termasuk siswa yang lamban. Namun tentunya masih memerlukan
penjajakan dan pembuktian dalam praktek, serta kemungkinan penyempurnaan strategi dan taktik
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Oleh karena itu diperlukan hasil dari suatu
penelitian berbentuk tindakan menjalankan skenario pembelajaran kimia dengan pemanfaatan media
komputasi.
Maka rumusan masalah yang diajukan adalah : Bagaimana penerapan strategi pembelajaran kimia
dengan pemanfaatan media komputasi dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, khususnya
pada pokok bahasan Sifat-sifat Koligatif Larutan dan Konsep Elektrokimia pada siswa Kelas XII-
IPA MAN 1 Samarinda.
2. Pemecahan Masalah
a. Pada penelitian tindakan kelas ini akan digunakan Strategi Pembelajaran Kognitif Aktif :
Dimana pada proses pembelajaran kimia yang dilakukan akan digunakan media komputasi tentang
Ilustrasi Sifat-sifat Koligatif Larutan dan Konsep Elektrokimia. Selama proses pembelajaran
berlangsung, siswa diharapkan dapat terlibat aktif dalam membangun pemikirannya sendiri tentang
materi yang disampaikan melalui pengamatan langsung terhadap tampilan-tampilan slide pada layar
LCD
Siswa diajak terlibat aktif pada saat guru menyampaikan pembelajaran dengan media
komputasi.
Siswa akan membangun pemikiran pada dirinya sendiri tentang konsep materi yang
disampaikan melalui ilustrasi tampilan slide pada layar LCD.
Siswa diajak berdiskusi.
Mengambil kesimpulan.
c. Indikator Keberhasilan dari tindakan yang dilakukan adalah :
Siswa mampu belajar aktif dan memposisikan dirinya dengan baik dan tepat dimana ia telah
mempunyai bekal pengetahuan sendiri dan penguasaan tertentu terhadap suatu konsep (bukan
hanya bersumber pada guru).
Kemampuan siswa untuk mendefinisikan, mendeskripsikan dan menggambarkan ilustrasi
dari konsep materi yang telah disampaikan.
Kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam mendiskripsikan dan memecahkan masalah.
E. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah :
Menarik minat siswa terhadap pembelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Dapat mengeksplorasi pemikiran dan mendiskripsikan suatu konsep materi berdasarkan hasil
pengamatan ilustrasi slide pada layar LCD.
Siswa dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Untuk Guru
Diperoleh output pembelajaran (dalam hal ini siswa) yang bukan hanya sebagai penerima
ilmu, tetapi juga sebagai pencari ilmu sehingga dapat menguasai konsep ilmu yang hendak
dicapai dengan mudah dan terekam lama dalam memorinya.
Sebagai salah satu informasi bagi guru tentang salah satu strategi pembelajaran yang
dilakukan dengan pemanfaatan media komputasi dalam meningkatkan minat belajar siswa
terhadap pembelajaran kimia.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM (M.Nur, 2001) dikemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana
praktik pembelajaran itu dilakukan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di ruang
kelas dan dikenal juga dengan nama Classroom Action Research, dimana idenya pertama kali
dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun 1946.
Sedangkan menurut Stephen Kemmis (1983), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom
Action Research adalah suatu penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh
peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik pendidik yang mereka lakukan sendiri (b)
pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut dan (c) situasi ditempat praktik itu
dilaksanakan.
Pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berarti
partisipasi guru bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,
bersikapkritis dan mengadakan justifikasi. Jadi, pembelajaran adalah suatu bentuk belajar sendiri.
Komputasi sebenarnya dapat diartikan sebagai cara untuk menemukan pemecahan masalah dari data
input dengan menggunakan suatu algoritma. Sedangkan kimia komputasi adalah cabang kimia yang
menggunakan hasil kimia teori yang diterjemahkan ke dalam program komputer untuk menghitung
sifat-sifat molekul dan perubahannya maupun melakukan simulasi terhadap sistem-sistem besar
(makromolekul seperti protein atau sistem banyak molekul seperti gas, cairan, padatan, dan kristal
cair), dan menerapkan program tersebut pada sistem kimia nyata. Contoh sifat-sifat molekul yang
dihitung antara lain struktur (yaitu letak atom-atom penyusunnya), energi dan selisish energi, muatan,
momen dipol, kereaktifan, frekuensi getaran dan besaran spektroskopi lainnya. Simulasi terhadap
makromolekul (seperti protein dan asam nukleat) dan sistem besar bisa mencakup kajian konformasi
molekul dan perubahannya (mis.proses denaturasi protein), perubahan fasa, serta peramalan sifat-
sifat makroskopik (seperti kalor jenis) berdasarkan perilaku di tingkat atom dan molekul.
Istilah kimia komputasi kadang-kadang digunakan juga untuk bidang-bidang tumpang tindih antara
ilmu komputer dan kimia (Wikipedia).
3. Sifat-Sifat Koligatif Larutan
3.1. Konsentrasi Larutan
Salah satu cara menyatakan konsentrasi larutan adalah kemolaran (M). Kemolaran menyatakan
jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Satuan kemolaran adalah mol/L, dengan rumusan :
M = n/V
Pada pembahasan sifat koligatif, digunakan dua jenis konsentrasi yang lain yaitu :
a. Kemolalan (m)
Menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Jadi kemolalalan dinyatakan dalam
mol/kg dengan rumusan : m = n/p, dimana m = kemolalan; n = jumlah mol zat terlarut dan p = massa
pelarut (dalam kg). Dan jika dinyatakan dalam gram : m = n x 1000/p.
Contoh soal : Berapa kemolalan larutan yang dibuat dengan mencampurkan 3 gr urea dalam 200 gr
air ?
= 0,05 mol
Molalitas = n/p
= 0,05/0,2
= 0,25 mol.kg-1
b. Fraksi Mol (X)
Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut atau pelarut terhadap jumlah mol
larutan. Jika mol zat pelarut adalah nA dan jumlah mol zat terlarut adalah nB, maka fraksi mol pelarut
dan zat terlarut adalah :
XA = nA XB = nB
nA + nB nA + nB
dimana : XA + XB = 1
3.2. Pengertian sifat koligatif larutan non elektrolit (hukum Raoult) dan larutan elektrolit.
Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut,
melainkan hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Istilah koligatif berasal dari
bahasa Latin yang berarti kolega atau kelompok. Sifat koligatif meliputi penurunan tekanan uap
(ΔP), kenaikan titik didih (ΔTb), penurunan titik beku (ΔTb) dan tekanan osmotik (π). Contohnya :
Larutan 0,1 mol urea dalam 1 kg air mempunyai penurunan titik beku yang sama dengan larutan 0,1
mol glukosa dalam 1 kg air. Tetapi larutan 0,1 mol urea dalam 1 kg air mempunyai penurunan titik
beku yang berbeda dengan larutan 0,2 mol urea dalam 1 kg air.
Zat terlarut dengan jumlah mol yang sama tidak selalu menghasilkan jumlah partikel yang sama di
dalam larutan. Adakalanya beberapa molekul atau partikel zat terlarut mengelompok, sehingga
jumlah partikel menjadi lebih sedikit dari yang diperkirakan. Di lain pihak, khususnya untuk larutan
elektrolit, jumlah partikel di dalam larutan akan lebih banyak karena zat elektrolit terurai menjadi
ion-ion. Jadi, sifat koligatif larutan elektrolit akan berbeda dengan sifat koligatif larutan
nonelektrolit, meski jumlah mol zat terlarutnya sama.
4. Elektrokimia
4.1. Sel Volta
Salah satu aplikasi dari prinsip-prinsip reaksi redoks adalah sel-sel elektrokimia, yaitu sel-sel tempat
energi kimia diubah menjadi energi listrik atau sebaliknya. Ada 2 macam sel elektrokimia, yaitu
sebagai berikut :
(1) Sel Volta (sel Galvani), yang dikembangkan oleh Alessandro Volta dan Luigi Galvani dari
Italia. Dalam sel volta, reaksi redoks akan menghasilkan arus listrik. Dengan perkataan lain, energi
kimia diubah menjadi energi listrik. Contoh sel volta adalah sel baterai dan sel aki.
(2) Sel Elektrolisis, dikembangkan oleh Sir Humphry Davy dan Michael Faraday dari Inggris.
Dalam sel elektrolisis, arus listrik akan menghasilkan reaksi redoks. Jadi, energi listrik diubah
menjadi energi kimia. Contoh sel elektrolisis adalah penyepuhan logam dan penguraian air menjadi
gas H2 dan gas O2.
Pada reaksi redoks berikut : Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)
Seng bertindak sebagai anoda (mengalami oksidasi) dan tembaga bertindak sebagai katoda
(mengalami reduksi). Perpindahan elektron dari anoda ke katoda dapat kita manfaatkan sebagai
sumber arus listrik, dengan merancang suatu sel volta (sel galvani), yaitu sebagai berikut :
Mula-mula disediakan 2 wadah yang masing-masing disebut setengah sel. Dalam satu wadah,
sebatang logam seng(anoda) kita celupkan pada larutan garam Zn 2+, misalnya Zn(NO3)2. Dalam
wadah lain, sebatang logam tembaga (katoda) dicelupkan pada larutan garam Zn 2+,, misalnya
Zn(NO3)2. Dalam wadah lain, sebatang logam tembaga (katoda) kita celupkan pada larutan garam
Cu2+, misalnya Cu(NO3)2. Kemudian logam seng dan logam tembaga dihubungkan oleh suatu
rangkaian kawat yang dilengkapi switch dan voltmeter(untuk mengukur tegangan). Adapun larutan
Zn2+ dan larutan Cu2+dihubungkan oleh suatu “jembatan garam”, yaitu tabung berbentuk huruf U
yang berisi NaNO3 atau KCl dalam gelatin.
Selanjutnya akan telihat bahwa seng (anoda) secara spontan mengalami oksidasi menjadi Zn 2+ yang
masuk ke dalam larutan. Elektron yang dilepaskan mengalir melalui rangkaian kawat menuju
tembaga(katoda). Pada permukaan tembaga, terjadi reduksi : elektron yang terlepas akan ditangkap
oleh Cu2+ dari larutan, sehingga terbentuk endapan tembaga. Jadi, lama-kelamaan anoda makin tipis
karena melarut, sedangkan katoda makin tebal karena menerima endapan. Jadi, lama-kelamaan anoda
makin tipis karena melarut, sedangkan katoda makin tebal karena menerima endapan.
Perpindahan elektron dari anoda ke katoda menyebabkan larutan di anoda bermuatan positif(karena
bertambahnya Zn2+) dan larutan di katoda bermuatan negatif (karena berkurangnya Cu 2+).
Seandainya tidak ada jembatan garam, aliran elektron melalui kawat akan terhenti, sebab larutan di
anoda menolak kedatangan Zn2+ dan larutan di katoda menahan kepergian Cu 2+. Untuk menjaga
kenetralan larutan, jembatan garam mensuplai ion-ion. Jika jembatan garam itu berisi NaNO 3, ion
Na+ akan menuju ke katoda untuk menetralkan muatan negatif, dan ion NO 3- menuju ke anoda untuk
menetralkan muatan positif. Dengan bantuan jembatan garam, kedua larutan senantiasa netral,
sehingga aliran elektron dari anoda ke katoda tetap lancar.
Aliran elektron ini menimbulkan arus listrik yang dapat kita gunakan untuk berbagai keperluan.Jika
semua logam seng telah melarut atau ion Cu 2+ sudah mengendap semua, maka dalam bahasa sehari-
hari kita katakan bahwa sel volta ”baterainya sudah habis” dan harus diganti dengan sel volta yang
baru.
H. METODE PENELITIAN
a. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MAN 1 Samarinda Kalimantan Timur dengan
melibatkan dua pengamat ( guru kimia dan kepala sekolah) di sekolah tersebut.
b. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari pencapaian kompetensi yang harus
dikuasai siswa, yaitu :
1. Penjajakan
Dilakukan melalui serangkaian tes yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal
yang dimiliki oleh siswa dan mengeksplorasi masalah-masalah yang dihadapi siswa yang
dihubungkan dengan kompetensi yang ingin dicapai.
1. Skenario Tindakan
Dalam penelitian ini, skenario tindakan berlangsung dalam 2 siklus yaitu :
Siklus Pertama
Tahap-tahap tindakan yang dilakukan pada siklus pertama ini adalah :
Peneliti bersama-sama dengan pengamat (guru mitra) menggali permasalahan dan kesulitan yang
dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran kimia (Sifat-sifat
Koligatif Larutan dan Elektrokimia). Dan selanjutnya dilakukan diskusi diantara para peneliti
tentang hasil kerja siswa awal untuk menentukan rancangan tindakan-tindakan terhadap
permasalahan tersebut.
Memandu PBM
Penyampaian Materi
Mendeskripsikan dan
Diskusi
Siklus pertama dilaksanakan selama 3 jam pelajaran atau 3 x 45 menit, dengan rincian sebagai
berikut :
b. Jam kedua (45 menit), salah satu peneliti (guru mitra) menyampaikan materi sifat-sifat koligatif
larutan dengan media komputasi.
c. Jam ketiga (45 menit), dengan bimbingan guru siswa diajak berdiskusi untuk mengeksplorasi
pemikirannya tentang pengamatan terhadap materi yang ditampilkan pada LCD, sehingga terjadi
transfer ilmu secara tidak langsung dari guru kepada siswa.
(4) Monitoring
Tindakan monitoring ini dilakukan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung, dengan
menggunakan teknik pengamatan dan pencatatan yang meliputi kejadian, perubahan tingkah laku
laku, cara, dan teknik pendokumentasian terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di dalam kelas.
Data hasil monitoring yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kolaboratif antara peneliti dengan
guru, yang bertujuan untuk mengetahui apakah skenario yang kita siapkan dan lakukan telah
mencapai tujuan seperti pada kompetensi-kompetensi yang ada. Sehingga berdasarkan analisis
tersebut, maka peneliti dapat melakukan refleksi dimana kelemahan ataupun kelebihan pada siklus
pertama dapat diidentifikasi dan dapat diminimalisasi pada siklus selanjutnya.
Siklus Kedua
Siklus kedua ini dilaksanakan dengan berpegang pada hasil analisis dari kegiatan di siklus pertama,
yaitu dari bagaimana hasil dan kekurangan langkah dari siklus pertama di atas, akibat serta
perubahan apa saja yang harus dilakukan pada siklus kedua ini. Dengan demikian, tahap-tahap
tindakan pada siklus kedua juga sama dengan tahap pada siklus pertama, hanya saja materi yang
disampaikan berbeda, yaitu tentang elektrokimia.
Pada siklus kedua ini, siswa akan diajak untuk menjelaskan dan mendeskripsikan tampilan slide yang
disajikan berdasarkan pengamatan dan pemikirannya (eksplorasi pengetahuan siswa). Sedangkan
pada akhir proses pembelajaran, siswa juga diharuskan untuk mengerjakan tes seperti pada siklus
ketiga.
1. Persiapan
2. Pelaksanaan Siklus I
a. Skenario Tindakan
Interpretasi
3. Pelaksanaan Siklus II
a. Skenario Tindakan
Interpretasi
4. Penyusunan Laporan
1. Honorarium
(1 x 5 x Rp 100.000,-) Rp 500.000,-
b. Anggota Peneliti
(2 x 5 x Rp 75.000,-) Rp 750.000,-
TOTAL Rp 10.750.000,-
L. DAFTAR PUSTAKA
Amy L.Cox and James R.Cox. August 2002. Determining Oxidation-Reduction on a Simple
Number Line. Journal of Chemical Education. Volume 79 No.8.
Baharudin. 2000. Analisis Kesulitan Siswa pada Pokok Bahasan Reaksi Reduksi-Oksidasi. Thesis
pada Program Pasca Sarjana UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
File://F:/Komp/Kimia Komputasi.htm. [Online]. (10 Januari 2008)
Firman, H. 2000. Beberapa Pokok Pikiran tentang Pembelajaran Kimia di SLTA. Makalah pada
diskusi Guru Kimia Aliyah Jawa Barat. BPG Bandung. [Online].
Tersedia : http://www.harryfirman.com. (15 Januari 2005)
Henderleiter, J. and Pringle, D.L. January 1999. Effects of Context-Based Laboratory Experiments
on Attitudes of Analytical Chemistry Students. Journal of Chemical Education. Volume 76 No. 1.
Mohamad Nur,.2001,.Penelitian Tindakan Kelas,. Departemen PendidikanNasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Pusat Kurikulum Depdiknas. 2003. Model Pembelajaran pada Kurikulum Berbasis Kompetensi.
[Online]. Tersedia : http://www.puskur.go.id. (31 Juli 2006)