You are on page 1of 18

Pembaharuan dalam islam

Dari Muhammad Bin Abdul Wahab Hingga Keislaman di Arab

Makalah
Di Ajukan Sebagai Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Studi Islam

Disusun Oleh :
Kelompok 2 (TI 3 A)
Sadry Saputra 108091000010

M Rangga Permana 108091000015

Farham Walid 108091000016

Ajeng Aulia 109091000107

Mezan el- Khaeri K 109091000128

Amanda Firmansyah N 109091000143

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009

1
BAB I
PENDAHULUAN

Dengan berlalunya pemerintahan Khulafaurrasyidin, berarti berlalu pula pemerintahan


yang paling salih dalam sejarah islam, dan secara serius telah merosot pula kerohanian islam.
Tidak disangsikan lagi bahwa kemajuan materi tetap terus berjalan dan batas batas Negara
islam semakin membengkak ke semua arah membawakan daerah kekuasaan baru ke dalam
pangkuannya. Akan tetapi semangat yang menuntun tindakan khalifah yang salih telah hilang,
semangat rohani telah berubah menjadi semangat mencapai kemajuan duniawi semata.
Muncullah kekuasaan Bani Umayyah yang memberikan pukulan yang mematikan kepada
kekuasaan salih yang demokratik sebagaimana zaman Khalifah ar-Rasyidun.
Berturut turut lahir monarki yang kejam dan kepala Negara diangkat berdasarkan
keturunan dengan nama khalifah Bani Umayyah. Di dalam kerajaan in Baitul Mal
(Pembendaharaan Negara) berada dibawah kekuasaan penguasa, mereka mengguanakan
dengan seenaknya saja untuk pencapaian tujuan yang keji, atau untuk menunjang kebesaran
serta kemewahan. Banyak Muslimin yang tewas dalam pertempuran melawan Bani Umayyah.
Karenanya, sampai sampai orang suci basrah, Hasan Basri menyatakan syukur kepada Allah
karena orang orang islam telah bebas dari “momok” penguasa seperti Yazid Ibnu Ziyat dan
pimpinannya Hallaj bin Yusuf, salah satu sorang tiran yang tersebar yang pernah ada.
Keluarga Abbasiah menggantikan Bani Umayah. Dinasti pengganti ini memperoleh
kebesaran dan kejayaan yang belum pernah ada di muka bumi. Tidak disangsikan lagi mereka
itu bertanggung jawab atas kemajuan ilmu pengetahuan, budaya, dan kesenian yang tiada
taranya pada abad pertengahan. Tetapi mereka banyak terpengaruh oleh kebudayaan Rusia
yang menyusup dalam segala lapisan kehidupan metropolis Abbasiah di Baghdad. Pengenalan
kebudayaan Rusia kepada orang orang Arab menimbulkan banyak efek negatif, termasuk
pengaruh misk platonic yang melakukan pemujaan orang orang suci serta makamnya.
Kehidupan duniawi yang dinamis beserta pengabdian rohani seperti diajarkan dan
dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan para sahabatnya yang mulia, telah
digantikan dengan pesimisme dan spritualisme negatif dari para sufi yang menekankan
segalanya untuk akhirat. Pencemaran atas semangat jiwa islam telah mencapai tingkat paling
parah di beberapa Negara islam. Segala macam kebatilan dan takhayul yang dipraktekkan
kaum Hindu diikuti orang orang islam. Kaisar Mongol Akbar yang buta huruf, yang disebut
sebut sebagai “Akbar yang Agung” oleh sejarawan nonIslam telah mengambil banyak ritual
dan praktek-praktek Hindu di negaranya, serta memperkenalkan agama baru “Deen e Elahi”
dengan pengikut beberapa orang saja. Untunglah agama itu mati sendiri setelah pendirinya
meninggal dunia.
2
Arabia, tempat kelahiran islam, jatuh merana ke dalam keadaan yang terabaikan sejak
jatuhnya Kerajaan Abbassiah. Orang orang arab terpecah belah karena perselisihan dan
persaingan di antara suku mengalami kemunduran baik di bidang rohani maupun di bidang
material. Di dalam suasana menyedihkan itu, lahirlah seorang “Muhammad Ibnu Abdul
Wahab”.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1Biografi Muhammad bin Abdul Wahab

3
Nama lengkap beliau adalah Muhammad ibnu Abdul Wahhab bin Sulaiman. Lahir pada
tahun 1115 H di kota kecil Uyaynah di daerah Najd (Arab Saudi sekarang), 70 Km disebelah
Barat Daya Riyadh, ibukota kerajaan Saudi Arabia.
Dia juga dilahirkan ke dalam cabang Tamim Shinan suku Bani.Beliau terlahir dari
keluarga yang sangat terhormat dan terpelajar, di mana ayah dan kakeknya merupakan ulama
yang sangat terkenal, disegani dan banyak mempunyai pengalaman dalam mengajar, menulis
dan memberikan keputusan.
Pendidikan Abdul Wahhab dimulai dari ayahnya sendiri, dalam usia 10 tahun dia sudah
dapat menghafal al-Qur’an. Abdul Wahhab adalah seorang anak yang cukup cerdas, dia telah
berlajar buku-buku tafsir, hadis dan fiqh. Di antara para pemikir idolanya adalah Ibnu
Taymiyah dan muridnya Allamah Ibnu al-Qayyim, sehingga dia gemar membaca karangan
ibnu taymiyah. Ketika dewasa dia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan
dimanfaatkan pula olehnya untuk menimba ilmu dari ulama yang ada disana. Setelah dari
Makkah, dia meneruskan ke Madinah, Iraq dan Bashrah.1
Ibn Abdul-Wahhab adalah seorang mubaligh yang telah menikahi lebih dari 20 wanita
(tidak lebih dari 4 pada waktu bersamaan) dan mempunyai 18 orang anak. Sebelum menjadi
seorang mubaligh, Ibn Abdul-Wahhab secara ekstensif mengadakan perjalanan untuk
keperluan bisnis, pelesiran, dan memperdalam agama ke Hijaz, Mesir, Siria, Irak, Iran, dan
India.

2.2 Lahirnya Ajaran Wahabi


Wahhabisme atau ajaran Wahabi diambil dari nama pendirinya, Muhammad Ibn Abdul-
Wahhab Sebelum menjadi seorang mubaligh, Ibn Abdul-Wahhab secara ekstensif mengadakan
perjalanan untuk keperluan bisnis, pelesiran, dan memperdalam agama ke Hijaz, Mesir, Siria,
Irak, Iran, dan India. Walaupun Ibn Abdul-Wahhab dianggap sebagai Bapak Wahabisme,
namun aktualnya Kerajaan Inggris-lah yang membidani kelahirannya dengan gagasan-gagasan
Wahabisme dan merekayasa Ibn Abdul-Wahhab sebagai Imam dan Pendiri Wahabisme, untuk
tujuan menghancurkan Islam dari dalam dan meruntuhkan Daulah Utsmaniyyah yang
berpusat di Turki. Seluk-beluk dan rincian tentang konspirasi Inggris dengan Ibn Abdul-
Wahhab ini dapat Anda temukan di dalam memoar Mr. Hempher : “Confessions of a British Spy”
3] Selagi di Basra, Iraq, Ibn Abdul-Wahhab muda jatuh dalam pengaruh dan kendali seorang
mata-mata Inggris yang dipanggil dengan nama Hempher yang sedang menyamar, salah
seorang mata-mata yang dikirim London untuk negeri-negeri Muslim (di Timur Tengah)
dengan tujuan menggoyang Kekhalifahan Utsmaniyyah dan menciptakan konflik di antara
sesama kaum Muslim.
1
http://almakmun.com/?p=158 akses tanggal 10oktober 2009 pukul 19.43.
4
Hempher pura-pura menjadi seorang Muslim, dan memakai nama Muhammad, dan
dengan cara yang licik, ia melakukan pendekatan dan persahabatan dengan Ibn Abdul-Wahhab
dalam waktu yang relatif lama.
Hempher, yang memberikan Ibn Abdul-Wahhab uang dan hadiah-hadiah lainnya,
mencuci-otak Ibn Abdul-Wahhab dengan meyakinkannya bahwa : Orang-orang Islam mesti
dibunuh, karena mereka telah melakukan penyimpangan yang berbahaya , mereka – kaum
Muslim – telah keluar dari prinsip-prinsip Islam yang mendasar, mereka semua telah
melakukan perbuatan-perbuatan bid’ah dan syirik.
Hempher juga membuat-buat sebuah mimpi liar (wild dream) dan mengatakan bahwa dia
bermimpi Nabi Muhammad Saw mencium kening (di antara kedua mata) Ibn Abdul-Wahhab,
dan mengatakan kepada Ibn Abdul-Wahhab, bahwa dia akan jadi orang besar, dan meminta
kepadanya untuk menjadi orang yang dapat menyelamatkan Islam dari berbagai bid’ah dan
takhayul.
Setelah mendengar mimpi liar Hempher, Ibn Abdul-Wahhab menjadi tinggi hati dan
menjadi terobsesi, merasa bertanggung jawab untuk melahirkan suatu aliran baru di dalam
Islam yang bertujuan memurnikan dan mereformasi Islam.
Di dalam memoarnya, Hempher menggambarkan Ibn Abdul-Wahhab sebagai orang
yang berjiwa sangat tidak stabil, sangat kasar, berakhlak bejat , selalu gelisah, congkak, dan
dungu. Mata-mata Inggris ini, yang memandang Ibn Abdul-Wahhab sebagai seorang yang
bertipikal bebal juga mengatur pernikahan mut’ah bagi Ibn Abdul Wahhab dengan dua wanita
Inggris yang juga mata-mata yang sedang menyamar.
Wanita pertama adalah seorang wanita beragama Kristen dengan panggilan Safiyya.
Wanita ini tinggal bersama Ibn Abdul Wahhab di Basra. Wanita satunya lagi adalah seorang
wanita Yahudi yang punya nama panggilan Asiya. Mereka menikah di Shiraz, Iran. 2

2.3Kerajaan Saudi Arabia- Wahabi


Dr. Abdullah Mohammad Sindi. Di dalam sebuah artikelnya yang berjudul : Britain and
the Rise of Wahhabism and the House of Saud menyajikan tinjauan ulang tentang sejarah
Wahabisme, peran Pemerintah Inggris di dalam perkembangannya, dan hubungannya dengan
peran keluarga kerajaan Saudi. “Salah satu sekte Islam yang paling kaku dan paling reaksioner
saat ini adalah Wahabi,” demikian tulis Dr. Abdullah Mohammad Sindi dalam pembukaan
artikelnya tersebut. Dan kita tahu bahwa Wahabi adalah ajaran resmi Kerajaaan Saudi Arabia,
tambahnya Wahabisme dan keluarga Kerajaan Saudi telah menjadi satu kesatuan yang tak
terpisahkan sejak kelahiran keduanya.

2
http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid=70371253976&topic=8839 akses tanggal 10oktober 2009 pukul 21.43.
5
Wahabisme-lah yang telah menciptakan kerajaan Saudi, dan sebaliknya keluarga Saudi
membalas jasa itu dengan menyebarkan paham Wahabi ke seluruh penjuru dunia. One could
not have existed without the other – Sesuatu tidak dapat terwujud tanpa bantuan sesuatu yang
lainnya.
Wahhabisme memberi legitimasi bagi Istana Saud, dan Istana Saud memberi
perlindungan dan mempromosikan Wahabisme ke seluruh penjuru dunia. Keduanya tak
terpisahkan, karena keduanya saling mendukung satu dengan yang lain dan kelangsungan
hidup keduanya bergantung padanya. Tidak seperti negeri-negeri Muslim lainnya, Wahabisme
memperlakukan perempuan sebagai warga kelas tiga, membatasi hak-hak mereka seperti :
menyetir mobil, bahkan pada dekade lalu membatasi pendidikan mereka. Juga tidak seperti di
negeri-negeri Muslim lainnya, Wahabisme :
a. Melarang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
b. Melarang kebebasan berpolitik dan secara konstan mewajibkan rakyat untuk patuh secara
mutlak kepada pemimpin-pemimpin mereka.
c. Melarang mendirikan bioskop sama sekali.
d. Menerapkan hukum Islam hanya atas rakyat jelata, dan membebaskan hukum atas kaum
bangsawan, kecuali karena alasan politis.
e. Mengizinkan perbudakan sampai tahun ’60-an.
f. Mereka juga menyebarkan mata-mata atau agen rahasia yang selama 24 jam memonitor demi
mencegah munculnya gerakan anti-kerajaan.
Wahabisme juga sangat tidak toleran terhadap paham Islam lainnya, seperti terhadap
Syi’ah dan Sufisme (Tasawuf). Wahabisme juga menumbuhkan rasialisme Arab pada pengikut
mereka. Tentu saja rasialisme bertentangan dengan konsep Ummah Wahidah di dalam Islam.
Wahhabisme juga memproklamirkan bahwa hanya dia saja-lah ajaran yang paling benar dari
semua ajaran-ajaran Islam yang ada, dan siapapun yang menentang Wahabisme dianggap telah
melakukan bid’ah dan kafir.
Setelah kembali ke Najd dari perjalanannya, Ibn Abdul-Wahhab mulai “berdakwah”
dengan gagasan-gagasan liarnya di Uyayna. Bagaimana pun, karena “dakwah”-nya yang keras
dan kaku, dia diusir dari tempat kelahirannya. Dia kemudian pergi berdakwah di dekat
Dir’iyyah, di mana sahabat karibnya, Hempher dan beberapa mata-mata Inggris lainnya yang
berada dalam penyamaran ikut bergabung dengannya.
Dia juga tanpa ampun membunuh seorang pezina penduduk setempat di hadapan orang
banyak dengan cara yang sangat brutal, menghajar kepala pezina dengan batu besar. Padahal,
hukum Islam tidak mengajarkan hal seperti itu, beberapa hadis menunjukkan cukup dengan

http://buntetpesantren.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=100 akses tanggal 10oktober 2009 pukul 19.35.

6
batu-batu kecil. Para ulama Islam (Ahlus Sunnah) tidak membenarkan tindakan Ibn Abdul-
Wahhab yang sangat berlebihan seperti itu.
Walaupun banyak orang yang menentang ajaran Ibn Abdul-Wahhab yang keras dan
kaku serta tindakan-tindakannya, termasuk ayah kandungnya sendiri dan saudaranya
Sulaiman Ibn Abdul-Wahhab, keduanya adalah orang-orang yang benar-benar memahami
ajaran Islam, dengan uang, mata-mata Inggris telah berhasil membujuk Syeikh Dir’iyyah,
Muhammad Saud untuk mendukung Ibn Abdul-Wahhab.
Pada 1744, al-Saud menggabungkan kekuatan dengan Ibn Abdul-Wahhab dengan
membangun sebuah aliansi politik, agama dan perkawinan. Dengan aliansi ini, antara keluarga
Saud dan Ibn Abdul-Wahhab, yang hingga saat ini masih eksis, Wahhabisme sebagai sebuah
“agama” dan gerakan politik telah lahir.
Dengan penggabungan ini setiap kepala keluarga al-Saud beranggapan bahwa mereka
menduduki posisi Imam Wahhabi (pemimpin agama), sementara itu setiap kepala keluarga
Wahhabi memperoleh wewenang untuk mengontrol ketat setiap penafsiran agama .
Mereka adalah orang-orang bodoh, yang melakukan kekerasan, menumpahkan darah,
dan teror untuk menyebarkan paham Wahabi (Wahhabism) di Jazirah Arab. Sebagai hasil
aliansi Saudi-Wahhabi pada 1774, sebuah kekuatan angkatan perang kecil yang terdiri dari
orang-orang Arab Badui terbentuk melalui bantuan para mata-mata Inggris yang melengkapi
mereka dengan uang dan persenjataan.
Sampai pada waktunya, angkatan perang ini pun berkembang menjadi sebuah ancaman
besar yang pada akhirnya melakukan teror di seluruh Jazirah Arab sampai ke Damaskus
(Suriah), dan menjadi penyebab munculnya Fitnah Terburuk di dalam Sejarah Islam
(Pembantaian atas Orang-orang Sipil dalam jumlah yang besar).
Dengan cara ini, angkatan perang ini dengan kejam telah mampu menaklukkan hampir
seluruh Jazirah Arab untuk menciptakan Negara Saudi-Wahhabi yang pertama. Sebagai
contoh, untuk memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai syirik dan bid’ah yang
dilakukan oleh kaum Muslim, Saudi-Wahhabi telah mengejutkan seluruh dunia Islam pada
1801, dengan tindakan brutal menghancurkan dan menodai kesucian makam Imam Husein bin
Ali (cucu Nabi Muhammad Saw) di Karbala, Irak. Mereka juga tanpa ampun membantai lebih
dari 4.000 orang di Karbala dan merampok lebih dari 4.000 unta yang mereka bawa sebagai
harta rampasan.3
Sekali lagi, pada 1810, mereka, kaum Wahabi dengan kejam membunuh penduduk tak
berdosa di sepanjang Jazirah Arab. Mereka menggasak dan menjarah banyak kafilah peziarah
dan sebagian besar di kota-kota Hijaz, termasuk 2 kota suci Makkah dan Madinah.
3
http://forum.brawijaya.ac.id/index.php?action=vthread&forum=6&topic=2262&page=122 akses tanggal 10oktober 2009
pukul 19.12.
7
Di Makkah, mereka membubarkan para peziarah, dan di Madinah, mereka menyerang
dan menodai Masjid Nabawi, membongkar makam Nabi, dan menjual serta membagi-bagikan
peninggalan bersejarah dan permata-permata yang mahal. Para teroris Saudi-Wahhabi ini telah
melakukan tindak kejahatan yang menimbulkan kemarahan kaum Muslim di seluruh dunia,
termasuk Kekhalifahan Utsmaniyyah di Istanbul.
Sebagai penguasa yang bertanggung jawab atas keamanan Jazirah Arab dan penjaga
masjid-masjid suci Islam, Khalifah Mahmud II memerintahkan sebuah angkatan perang Mesir
dikirim ke Jazirah Arab untuk menghukum klan Saudi-Wahhabi. Pada 1818, angkatan perang
Mesir yang dipimpin Ibrahim Pasha (putra penguasa Mesir) menghancurkan Saudi-Wahhabi
dan meratakan dengan tanah ibu kota Dir’iyyah.
Imam kaum Wahhabi saat itu, Abdullah al-Saud dan 2 pengikutnya dikirim ke Istanbul
dengan dirantai dan di hadapan orang banyak, mereka dihukum pancung. Sisa klan Saudi-
Wahhabi ditangkap di Mesir.4

2.4 Pergerakan Tauhid Muhammad bin Abdul Wahab

Berita tentang kejayaan Tuan Syeikh dalam memurnikan masyarakat Uyainah dan
penerapan hukum rejam kepada orang yang berzina, sudah tersebar luas di kalangan
masyarakat Uyainah maupun di luar Uyainah. Masyarakat Uyainah dan sekelilingnya menilai
gerakan Tuan Syeikh Ibnu 'Abdul Wahab ini sebagai suatu perkara yang mendatangkan
kebaikan. Namun, beberapa kalangan tertentu menilai pergerakan Tuan Syeikh itu sebagai
suatu perkara yang negatif dan boleh membahayakan kedudukan mereka. Memang, hal
seumpama ini terdapat di mana-mana dan bila-bila masa saja, apatah lagi pergerakan
keagamaan yang sangat sensitif seperti halnya untuk mengislamkan masyarakat Islam yang
sudah kembali ke jahiliyah ini, iaitu, dengan cara mengembalikan mereka kepada aqidah
salafiyah seperti di zaman Nabi, para sahabat dan para tabi'in dahulu.
Di antara yang beranggapan sangsi seperti itu adalah Amir (pihak berkuasa) wilayah al-
Ihsa' (suku Badwi) dengan para pengikut-pengikutnya dari Bani Khalid Sulaiman bin Ari'ar al-
Khalidi. Mereka adalah suku Badwi yang terkenal berhati keras, suka merampas, merompak
dan membunuh. Pihak berkuasa al-Ihsa' khuatir kalau pergerakan Syeikh Muhammad tidak
dipatahkan secepat mungkin, sudah pasti wilayah kekuasaannya nanti akan direbut oleh
pergerakan tersebut. Padahal Amir ini sangat takut dijatuhkan hukum Islam seperti yang telah
diperlakukan di negeri Uyainah. Dan tentunya yang lebih ditakutinya lagi ialah kehilangan
kedudukannya sebagai Amir (ketua) suku Badwi. Maka Amir Badwi ini menulis sepucuk surat
4
http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/22/latar-belakang-berdirinya-kerajaan-saudi-arabia-dan-paham-wahabi-
bag-i/ akses tanggal 10oktober 2009 pukul 19.14.

8
kepada Amir Uyainah yang isinya mengancam pihak berkuasa Uyainah. Adapun isi ancaman
tersebut ialah:
"Apabila Amir Uthman tetap membiarkan dan mengizinkan Syeikh Muhammad terus
berdakwah dan bertempat tinggal di wilayahnya, serta tidak mau membunuh Syeikh
Muhammad, maka semua cukai dan ufti wilayah Badwi yang selama ini dibayar kepada Amir
Uthman akan diputuskan (ketika itu wilayah Badwi tertakluk di bawak kekuasaan
pemerintahan Uyainah)."
Jadi, Amir Uthman dipaksa untuk memilih dua pilihan, membunuh Tuan Syeikh atau
suku Badwi itu menghentikan pembayaran ufti.
Ancaman ini amat mempengaruhi fikiran Amir Uthman, kerana ufti dari wilayah Badwi
sangat besar ertinya baginya. Adapun cukai yang mereka terima adalah terdiri dari emas tulin.
Didesak oleh tuntutan tersebut, terpaksalah Amir Uyainah memanggil Syeikh
Muhammad untuk diajak berunding bagaimanakah mencari jalan keluar dari ancaman
tersebut. Soalnya, dari pihak Amir Uthman tidak pernah sedikit pun terfikir untuk mengusir
Tuan Syeikh dari Uyainah, apatah lagi untuk membunuhnya. Tetapi, sebaliknya dari pihaknya
juga tidak terdaya menangkis serangan pihak suku Badwi itu. Maka, Amir Uthman meminta
kepada Tuan Syeikh Muhammad supaya dalam hal ini demi keselamatan bersama dan untuk
menghindari dari terjadinya pertumpahan darah, sebaik-baiknya Tuan Syeikh bersedia
mengalah untuk meninggalkan negeri Uyainah. Tuan Syeikh menjawab seperti berikut:
"Tuan Amir! Sebenarnya apa yang aku sampaikan dari dakwahku, tidak lain adalah
DINULLAH (agama Allah), dalam rangka melaksanakan kandungan LA ILAHA ILLALLAH -
Tiada Tuhan melainkan Allah, Muhammad Rasulullah. Maka barangsiapa berpegang teguh
pada agama dan membantu pengembangannya dengan ikhlas dan yakin, pasti Allah akan
menghulurkan bantuan dan pertolonganNya kepada orang itu, dan Allah akan membantunya
untuk dapat menguasai negeri-negeri musuhnya. Saya berharap kepada Tuan Amir supaya
bersabar dan tetap berpegang terhadap pegangan kita bersama dulu, untuk sama-sama
berjuang demi tegaknya kembali Dinullah di negeri ini. Mohon sekali lagi Tuan Amir
menerima ajakan ini. Mudah-mudahan Allah akan memberi pertolongan kepada Tuan dan
menjaga Tuan dari ancaman Badwi itu, begitu juga dengan musuh-musuh Tuan yang lainnya.
Dan Allah akan memberi kekuatan kepada Tuan untuk melawan mereka agar Tuan dapat
mengambil alih daerah Badwi untuk sepenuhnya menjadi daerah Uyainah di bawah kekuasaan
Tuan."
Setelah bertukar fikiran di antara Tuan Syeikh dan Amir Uthman, tampaknya pihak
Amir tetap pada pendiriannya, iaitu mengharapkan agar Tuan Syeikh meninggalkan Uyainah
secepat mungkin.

9
Dalam bukunya yang berjudul Al-Imam Muhammad bin 'Abdul Wahab, Wada' Watahu
Wasiratuhu, Syeikh Muhammad bin 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz, beliau berkata:
"Demi menghindari pertumpahan darah, dan kerana tidak ada lagi pilihan lain, di
samping beberapa pertimbangan lainnya maka terpaksalah Tuan Syeikh meninggalkan negeri
Uyainah menuju negeri Dar'iyah dengan menempuh perjalanan secara berjalan kaki seorang
diri tanpa ditemani oleh sesiapa pun. Beliau meninggalkan negeri Uyainah pada waktu
dinihari, dan sampai ke negeri Dar'iyah pada waktu malam hari." (Ibnu Baz, Syeikh 'Abdul
'Aziz bin 'Abdullah, m.s 22)
Tetapi ada juga tulisan lainnya yang mengatakan bahwa:
Pada mulanya Tuan Syeikh Muhammad mendapat sokongan penuh dari pemerintah
negeri Uyainah Amir Uthman bin Mu'ammar, namun setelah api pergerakan dinyalakan,
pemerintah tempatan mengundurkan diri dari percaturan pergerakan kerana alasan politik
(besar kemungkinan takut dipecat dari jabatannya sebagai Amir Uyainah oleh pihak
atasannya). Dengan demikian, tinggallah Syeikh Muhammad dengan beberapa orang
sahabatnya yang setia untuk meneruskan missinya. Dan beberapa hari kemudian, Syeikh
Muhammad diusir keluar dari negeri itu oleh pemerintahnya.
Bersamaan dengan itu, pihak berkuasa telah merencanakan pembunuhan ke atas diri
Tuan Syeikh di dalam perjalanannya, namun Allah mempunyai rencana sendiri untuk
menyelamatkan Tuan Syeikh dari usaha pembunuhan, wamakaru wamakarallalu wallahu
khairul makirin. Mereka mempunyai rencana dan Allah mempunyai rencanaNya juga, dan
Allah sebaik-baik pembuat rencana. Sehingga Tuan Syeikh Muhammad bin 'Abdul Wahab
selamat di perjalanannya sampai ke negeri tujuannya, iaitu negeri Dar'iyah.
Syeikh akhirnya diterima di Dar’iyah oleh penguasa negeri Amir Ibnu Saud tersebut
yang menganggap bahawa Syeikh bias membawa dakwah islam yang baik di Dar’iyah
Demikianlah seorang Amir (penguasa) tunggal negeri Dar'iyah, yang bukan hanya sekadar
membela dakwahnya saja, tetapi juga sekaligus membela darahnya bagaikan saudara kandung
sendiri, yang bererti di antara Amir dan Tuan Syeikh sudah bersumpah setia sehidup semati,
senasib dan seperuntungan, dalam menegakkan hukum Allah dan RasulNya di persada tanah
Dar'iyah.
Ternyata apa yang diikrarkan oleh Amir Ibnu Saud itu benar-benar ditepatinya. Ia
bersama Tuan Syeikh seiring sejalan, bahu membahu dalam menegakkan kalimah Allah, dan
berjuang di jalanNya. Sehingga cita-cita dan perjuangan mereka disampaikan Allah dengan
penuh kemenangan yang gilang-gemilang.
Sejak hijrahnya Tuan Syeikh ke negeri Dar'iyah, kemudian melancarkan dakwahnya di
sana, maka berduyun-duyunlah masyarakat luar Dar'iyah yang datang dari penjuru Jazirah

10
Arab. Di antara lain dari Uyainah, Urgah, Manfuhah, Riyadh dan negeri-negeri jiran yang lain,
menuju Dar'iyah untuk menetap dan bertempat tinggal di negeri hijrah ini, sehingga negeri
Dar'iyah penuh sesak dengan kaum muhajirin dari seluruh pelusuk tanah Arab.
Nama Tuan Syeikh Muhammad bin 'Abdul Wahab dengan ajaran-ajarannya itu sudah
begitu popular di kalangan masyarakat, baik di dalam negeri Dar'iyah maupun di luar
negerinya, sehingga ramai para penuntut ilmu datang berbondong-bondong, baik secara
perseorangan maupun secara berkumpulan ke negeri Dar'iyah.
Maka menetaplah Tuan Syeikh di negeri Hijrah ini dengan penuh kebesaran,
kehormatan dan ketenteraman serta mendapat sokongan dan kecintaan dari semua pihak. 5

2.5 Pemikiran Muhammad bin abdul wahab (Salafiyyah)


Salafiyyah itu adalah suatu pergerakan pembaharuan di bidang agama, khususnya di
bidang ketauhidan. Tujuannya ialah untuk memurnikan kembali ketauhidan yang telah
tercemar oleh pelbagai macam bid'ah dan khurafat yang membawa kepada kemusyrikan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Syeikh Muhammad bin 'Abdul Wahab telah
menempuh berbagai macam cara. Kadangkala lembut dan kadangkala kasar, sesuai dengan
sifat orang yang dihadapinya. Beliau mendapat tentangan dan perlawanan dari kumpulan
yang tidak menyenanginya kerana sikapnya yang tegas dan tidak berganjak, sehingga lawan-
lawannya membuat tuduhan-tuduhan ataupun pelbagai fitnah terhadap dirinya dan pengikut-
pengikutnya. Musuh-musuhnya pernah menuduh bahwa Syeikh Muhammad bin 'Abdul
Wahab telah melarang para pengikutnya membaca kitab fiqh, tafsir dan hadith. Malahan ada
yang lebih kejam lagi, iaitu menuduh Syeikh Muhammad telah membakar beberapa kitab
tersebut, serta memperbolehkan mentafsirkan al-Qur'an menurut kehendak hawa nafsu sendiri.
Apa yang dituduh dan difitnah terhadap Syeikh Ibnu 'Abdul Wahab itu, telah dijawab
dengan tegas oleh seorang pengarang terkenal, iaitu al-Allamah Syeikh Muhammad Basyir as-
Sahsawani, dalam bukunya yang berjudul Shiyanah al-Insan di halaman 473 seperti berikut:
"Sebenarnya perihal tuduhan tersebut telah dijawab sendiri oleh Syeikh Ibnu 'Abdul
Wahab sendiri dalam suatu risalah yang ditulisnya dan dialamatkan kepada 'Abdullah bin
Suhaim dalam berbagai masalah yang diperselisihkan itu. Di antaranya beliau menulis bahwa
semua itu adalah bohong dan kata-kata dusta belaka, seperti dia dituduh membatalkan kitab-
kitab mazhab, dan dia mendakwakan dirinya sebagai mujtahid, bukan muqallid."
Kemudian dalam sebuah risalah yang dikirimnya kepada 'Abdurrahman bin 'Abdullah,
Muhammad bin 'Abdul Wahab berkata:

5
http://www.scribd.com/doc/13256306/Biographie-Muhammad-Bin-Abdul-Wahhab akses tanggal 10oktober 2009 pukul
19.41.
11
"Aqidah dan agama yang aku anut, ialah mazhab ahli sunnah wal jamaah, sebagai
tuntunan yang dipegang oleh para Imam Muslimin, seperti Imam-imam Mazhab empat dan
pengikut-pengikutnya sampai hari kiamat. Aku hanyalah suka menjelaskan kepada orang-
orang tentang pemurnian agama dan aku larang mereka berdoa (mohon syafaat) pada orang
yang hidup atau orang mati daripada orang-orang soleh dan lainnya."
'Abdullah bin Muhammad bin 'Abdul Wahab, menulis dalam risalahnya sebagai
ringkasan dari beberapa hasil karya ayahnya, Syeikh Ibnu 'Abdul Wahab, seperti berikut:
"bahwa mazhab kami dalam usuluddin (tauhid) adalah mazhab ahlus sunnah wal
jamaah, dan cara (sistem) pemahaman kami adalah mengikuti cara Ulama salaf. Sedangkan
dalam hal masalah furu' (fiqh) kami cenderung mengikuti mazhab Ahmad bin Hanbal
rahimaullah. Kami tidak pernah mengingkari (melarang) seseorang bermazhab dengan salah
satu daripada mazhab yang empat. Dan kami tidak mempersetujui seseorang bermazhab
kepada mazhab yang luar dari mazhab empat, seprti mazhab Rafidhah, Zaidiyah, Imamiyah
dan lain-lain lagi. Kami tidak membenarkan mereka mengikuti mazhab-mazhab yang batil.
Malah kami memaksa mereka supaya bertaqlid (ikut) kepada salah satu dari mazhab empat
tersebut. Kami tidak pernah sama sekali mengaku bahwa kami sudah sampai ke tingkat
mujtahid mutlaq, juga tidak seorang pun di antara para pengikut kami yang berani
mendakwakan dirinya dengan demikian. Hanya ada beberapa masalah yang kalau kami lihat
di sana ada nas yang jelas, baik dari Qur'an maupun Sunnah, dan setelah kami periksa dengan
teliti tidak ada yang menasakhkannya, atau yang mentaskhsiskannya atau yang menentangnya,
lebih kuat daripadanya, serta dipegangi pula oleh salah seorang Imam empat, maka kami
mengambilnya dan kami meninggalkan mazhab yang kami anut, seperti dalam masalah
warisan yang menyangkut dengan datuk dan saudara lelaki; Dalam hal ini kami berpendirian
mendahulukan datuk, meskipun menyalahi mazhab kami (Hambali)."
Tentangan maupun permusuhan yang menghalang dakwahnya, muncul dalam dua
bentuk:
1. Permusuhan atau tentangan atas nama ilmiyah dan agama,
2. Atas nama politik yang berselubung agama.
Bagi yang terakhir, mereka memperalatkan golongan ulama tertentu, demi mendukung
kumpulan mereka untuk memusuhi dakwah Wahabiyah.
Mereka menuduh dan memfitnah Tuan Syeikh sebagai orang yang sesat lagi
menyesatkan, sebagai kaum khawarij, sebagai orang yang ingkar terhadap ijma' ulama dan
pelbagai macam tuduhan buruk lainnya.

12
Namun Tuan Syeikh menghadapi semuanya itu dengan semangat tinggi, dengan tenang,
sabar dan beliau tetap melancarkan dakwah bil lisan dan bil hal, tanpa mempedulikan celaan
orang yang mencelanya,
Pada hakikatnya ada tiga golongan musuh-musuh dakwah beliau:
1. Golongan ulama khurafat, yang mana mereka melihat yang haq (benar) itu batil dan
yang batil itu haq. Mereka menganggap bahwa mendirikan bangunan di atas kuburan
lalu dijadikan sebagai masjid untuk bersembahyang dan berdoa di sana dan
mempersekutukan Allah dengan penghuni kubur, meminta bantuan dan meminta
syafaat padanya, semua itu adalah agama dan ibadah. Dan jika ada orang-orang yang
melarang mereka dari perbuatan jahiliyah yang telah menjadi adat tradisi nenek
moyangnya, mereka menganggap bahwa orang itu membenci auliya' dan orang-orang
soleh, yang bererti musuh mereka yang harus segera diperangi.
2. Golongan ulama taksub, yang mana mereka tidak banyak tahu tentang hakikat Tuan
Syeikh Muhammad bin 'Abdul Wahab dan hakikat ajarannya. Mereka hanya taqlid
belaka dan percaya saja terhadap berita-berita negatif mengenai Tuan Syeikh yang
disampaikan oleh kumpulan pertama di atas sehingga mereka terjebak dalam perangkap
asabiyah yang sempit tanpa mendapat kesempatan untuk melepaskan diri dari belitan
ketaksubannya. Lalu menganggap Tuan Syeikh dan para pengikutnya seperti yang
diberitakan, iaitu; anti auliya' dan memusuhi orang-orang soleh serta mengingkari
karamah mereka.
3. Mereka mencaci-maki Tuan Syeikh habis-habisan dan beliau dituduh sebagai murtad.
4. Golongan yang takut kehilangan pangkat dan jabatan, pengaruh dan kedudukan. Maka
golongan ini memusuhi beliau supaya dakwah Islamiyah yang dilancarkan oleh Tuan
Syeikh yang berpandukan kepada aqidah Salafiyah murni gagal kerana ditelan oleh
suasana hingar-bingarnya penentang beliau.
Demikianlah tiga jenis musuh yang lahir di tengah-tengah nyalanya api gerakan yang
digerakkan oleh Tuan Syeikh dari Najd ini, yang mana akhirnya terjadilah perang perdebatan
dan polemik yang berkepanjangan di antara Tuan Syeikh di satu pihak dan lawannya di pihak
yang lain. Tuan Syeikh menulis surat-surat dakwahnya kepada mereka, dan mereka
menjawabnya. Demikianlah seterusnya.6

2.4.Pengaruh Muhammad bin Abdul Wahhab


Pengaruh Muhammad bin abdul wahab dapat dilihat dari Dasar-Dasar Da’wahnya.
Seruan da'wah Muhammad bin Abdul Wahab adalah berdasarkan pada manhâj Islam yang
benar sesuai kaedah-kaedah serta prinsip-prinsip agama. Yang paling menonjol ialah upaya
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Abdul_Wahhab akses tanggal 10oktober 2009 pukul 19.59.
13
untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata dan kesetiaan untuk selalu mentaati
Allah serta Rasulullah SAW. Ia sangat antusias dalam melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menanamkan Tauhid secara mendalam dan membasmi syirik serta berbagai macam
bid'ah.
2. Menegakkan kewajiban-kewajiban agama dan syi'ar-syi'arnya, seperti shalat, jihad dan
amar ma'ruf nahi mungkar.
3. Mewujudkan keadilan di bidang hukum dan lainnya.
4. Mendirikan masyarakat Islam yang berdasarkan tauhid, sunah, persatuan, kemuliaan,
perdamaian dan keadilan.
Semua ini berhasil terwujud di negara-negara yang terjangkau atau yang telah
terpengaruh oleh da'wah dan seruannya. Gambaran tersebut nampak jelas di wilayah-wilayah
yang berada di bawah kekuasaan pemerintah Arab Saudi sebagai pengibar bendera gerakan
reformasi pada tiga abad periode. Setiap negara yang terjangkau oleh gerakan ini akan kental
dengan warna tauhid, iman, sunnah Nabi, perdamaian dan kesejahteraan. Hal ini demi
mewujudkan apa yang telah dijanjikan oleh Allah di dalam firmanNya yang artinya,
"Sesungguhnya Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar maha kuat lagi maha perkasa, yaitu orang-orang yang jika
kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf, dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala urusan" (QS. Al-Hajj:40-41).
Da’wah yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahab mempunyai banyak
kesitimewaan, diantaranya adalah :
1. Perilaku yang Jernih
Sesungguhnya perilaku Muhammad bin Abdul Wahab telah tercermin di dalam pribadi,
ilmu, sikap agama, akhlak, dan pergaulannya terhadap orang-orang yang mendukung
maupun yang menentangnya.
2. Sumber Yang Bersih
Sumber ilmu, adab, dan akhlak yang diterima oleh Muhammad bin Abdul Wahab adalah
sumber-sumber yang syar'i, fitrâh, kuat, dan murni. Hal ini merupakan cerminan dari al-
Qur'an, sunnah Nabi, dan jejak peninggalan para salaf al-shâlih yang lepas dari falsafah dan
tasawuf, kesenangan nafsu, dan kerancuan-kerancuan dalam lingkungan keluarga.
3. Manhâj Yang Baik
Dalam menjabarkan ketetapan agama kepada para pengikut dan orang-orang menentangnya
adalah manhaj Syar'i yang salaf, murni, bersih dari kotoran-kotoran, asli, kokoh, terang,

14
realistis, yang berpedoman pada al-Qur'an dan sunnah, serta patut untuk mendirikan sebuah
masyarakat Islami.
4. Berorientasi pada Manhâj Salaf al-Shâlih
Da'wah Islam Muhammad bin Abdul Wahab dalam segala sesuatu menggunakan manhâj
salaf al-shâlih. Itulah yang membuat manhâj-nya memiliki ciri khas tersendiri, yakni murni,
realiatis, mantap dan meyakinkan
Hasilnya ia sanggup menegakkan syi'ar dan dasar-dasar agama sangat sempurna, yang
meliputi masalah tauhid, shalat, jihad, amar ma'ruf nahi mungkar, penegak hukum,
keadilan, keamanan, tampilnya keutamaan-keutamaan dan tersembunyinya kerendahan-
kerendahan. Agama dan ilmu menjadi sangat marak di setiap negara yang terjangkau oleh
seruan da'wahnya yang ada di Kerajaan Arab Saudi.

5. Penuh Semangat dan Berwawasan Luas


Hal lain yang membuat manhâj Muhammad bin Abdul Wahab menjadi istimewa ialah
semangat dan keyakinannya yang sangat tinggi dalam menegakkan kalimat Allah, membela
agama, menyebarkan Sunnah Nabi dan mengobati penyakit-penyakit yang diderita oleh
ummat berupa berbagai macam bid'ah, kemungkaran, kebodohan, perpecahan, kedzaliman
dan keterbelakangan Semangat yang tinggi dan wawasan luas dalam hal teori dan praktek
yang dimilikinya nampak jelas dari banyak hal. Diantaranya adalah:
a. Perhatiannya yang fokus terhadap masalah-masalah yang utama, seperti masalah tauhid
dan kewajiban-kewajiban agama, dengan tidak mengenyampingkan masalah-masalah
yang lainnya.
b. Kesiapannya sejak dini untuk menghadapi berbagai rintangan, ditambah wawasan yang
luas dan kemampuan memiliki antipasi yang peka untuk menghadapi segala sesuatu
yang akan terjadi.
6. Kemampuan dan Kesuksesan
Berkat Muhammad bin Abdul Wahab, Allah berkenan menolong agama dan memuliakan
sunnah Nabi. Ia baru meningal dunia setelah sempat menyaksikan buah da'wahnya yang ia
rintis dengan susah payah, yakni dengan berkibarnya bendera sunnah dan berdirinya negeri
tauhid pada zaman pemerintahan Imam Abdul Aziz bin Muhamad dan Putranya, Sa'ud.
Bendera tersebut terus berkibar melambangkan kejayaan, kemenangan, kewibawaan,
kekuasaan, dan kedamaian. Hal itu dilihat sebagai dominasi agama dan tenggelamnya
berbagai macam bid'ah. Dan, kebanyakan gerakan-gerakan Islam sekarang ini merupakan
kelanjutan yang alami dari gerakan Salafiyah di jazirah Arab. 7
7
http://www.jurnalstidnatsir.co.cc/2009/06/muhammad-bin-abdul-wahab-dan.html akses tanggal 10oktober 2009
pukul 19.59.
15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demikianlah Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab dengan Ajaran wahabiyah yang

diproklamirkannya, muncul sebagai bentuk kekhawatiran akan merosotnya akhlaq umat islam

saat itu, dan ketertinggalan peradaban islam dari peradaban barat dalam dakwah dan jihadnya

telah memanfaatkan lisan, pena serta pedangnya seperti yang dilakukan oleh Rasulullah

Shalallahu 'alaihi wassalam sendiri, di waktu baginda mengajak kaum Quraisy kepada agama

Islam pada waktu dahulu. Yang demikian itu telah dilakukan terus menerus oleh Syeikh

Muhammad selama lebih kurang 48 tahun tanpa berhenti, yaitu dari tahun 1158 Hinggalah

akhir hayatnya pada tahun 1206 H.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Atang Abd,Drs,Ma. dan Dr. Jaih Mubarok. 2004. Metodologi Studi Islam. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya

Nasution, Harun. Prof. Dr.1996. Pembaharuan dalam islam: sejarah pemikiran dan gerakan.
Jakarta: PT Bulan Bintang

Ahmad, Jamil. 2003. Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka Firdaus

http://media.isnet.org/islam/Etc/Wahab.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Abdul_Wahhab

http://almakmun.com/?p=158 akses tanggal 10oktober 2009 pukul 19.43.

http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid=70371253976&topic=8839

http://buntetpesantren.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=100

http://forum.brawijaya.ac.id/index.php?action=vthread&forum=6&topic=2262&page=122
http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/22/latar-belakang-berdirinya-kerajaan-saudi-arabia-dan-
paham-wahabi-bag-i/

http://www.scribd.com/doc/13256306/Biographie-Muhammad-Bin-Abdul-Wahhab
http://www.jurnalstidnatsir.co.cc/2009/06/muhammad-bin-abdul-wahab-dan.html

17
18

You might also like