Professional Documents
Culture Documents
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan
merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar
pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula
bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual
identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi,
yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut
praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi
sehingga kita kenal istilah studi pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga
dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan.
Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan
(makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan,
pengajaran dan atau latihan).
Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka
memahami pendidikan.
Ada berbagai jenis landasan pendidikan, berdasarkan sumber perolehannya kita dapat
mengidentifikasi jenis landasan pendidikan menjadi:
Berbagai asumsi pendidikan yang telah dipilih dan diadopsi oleh seseorang tenaga
kependidikan akan berfungsi memberikan dasar rujukan konseptual dalam rangka
praktek pendidikan dan atau studi pendidikan yang dilaksanakannya. Dengan kata
lain, fungsi landasan pendidikan adalah sebagai dasar pijakan atau titik tolak praktek
pendidikan dan atau studi pendidikan.
Jadi, filsafat adalah hasil usaha manusia dengan kekuatan akal budinya untuk
memahani secara radikal, integral dan universal tentang hakikat sarwa yang
ada (hakekat Tuhan, alam dan hakekat manusia), serta sikap manusia
termasuk sebagai konsekwensinya dari pemahamannya tersebut (Anshari,
19984: 12), dan manusia tentu mempersoalkan dirinya sendiri, bahkan boleh
dikatakan ia adalah teka-teki bagai dirinya sendiri, siapakah sebenarnya “aku”
ini ? (Salam, 1988:12)
Kalau demikian maka jelaslah bahwa hal ini memerlukan perenungan yang
mendalam dan meng-asas pada usaha akal dan pekerjaan pikiran manusia.
Karenanya filsafat-lah yang bertugas untuk mencari jawaban dengan cara
ilmiah, obyektif, memberikan pertanggungjawaban dengan berdasarkan pada
akal budi manusia. Karenanya filsafat itu timbul dari kodrat manusia.
PEMBAHASAN
Sebagai manusia yang dibekali akal untuk berpikir dan mencari ilmu pengetahuan.
Makin banyak manusia tahu, makin banyak pertanyaan timbul, tentang dia sendiri,
tentang nasibnya, tentang kebebasannya dan kemungkinan-kemungkinannya. Sikap
ini sudah menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan
sistematis dibagi atas banyak jenis ilmu. Namun, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, sejumlah pertanyaan masih tetap terbuka dan sama aktualnya seperti
pada ribuan tahun yang lalu.
Selanjutnya mengenai arti kata filsafat itu sendiri : Kata “Filsafat” berasal dari
bahasa Yunani dan berarti “cinta-akan hikmat” atau “cinta akan ilmu
pengetahuan”. Seseorang “filsafat” adalah seorang “pecinta” , “pencari”
(“philos”). Hikmat atau pengetahuan (“sophia”). Kata “philosophos” diciptakan
untuk menekankan sesuatu. Pemikir-pemikir Yunani Pythagoras (582-496)
dan Plato (428-348). (Harri Hamersma, 1992 : 10)
ASAL FILSAFAT
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk “berfilsafat”: keheranan, kesangsian
dan kesedaran keterbatasan. (Harri Hamersma, 1992 : 11)
Pandangan Socrates yang terpenting adalah pada diri setiap manusia terdapat
jawaban mengenai beberapa persoalan dalam dunia nyata. Hanya saja dari
kebanyakan manusia tidak menyadari bahwa dalam dirinya terdapat jawaban dari
berbagai persoalan yang dihadapinya. Karena itu, diperlukan orang lain yang
membantu atau ikut mendorong menggunakan ide-ide atau jawaban yang masih
terpendam itu. Dan untuk diperlukan metode tanya jawab yang disebut metode
sokratis (socratis mothod) yang akan menimbulkan pengertian yang disebut
maieutics (menarik keluar seperti bidan).
Plato adalah murid setia Socrates. Ia menyatakan bahwa dunia kejiwaan berisi ide-
ide yang berdiri sendiri dan terlepas dari pangalaman-pengalaman hidup sehari-hari.
pada orang dewasa dan intelektual, orang dapat membedakan antara jiwa dan
badan, namun pada anak-anak jiwa masih tercampur dengan badan belum dapat
dipisahkan ide dari benda-benda konkret. Jiwa yang berisi ide-ide ini oleh Plato diberi
nama Psyche yang terdiri dari tiga bagian (trichotomi), yaitu:
Psyche yang terdiri dari tiga bagian berhubungan dengan pembagian kelas dalam
masyarakat. Dalam bukunya Republik, Plato mengatakan bahwa masyarakat terbagi
atas tiga kelas, yaitu :
Aristoteles adalah murid Plato yang terkenal dengan pemikiran yang berbeda
dengan gurunya. Ia berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang berbentuk kejiwaan
(form) harus menempati wujud tertentu (matter). Wujud ini pada hakikatnya
merupakan ekspresi dari jiwa. Hanya Tuhanlah yang tak terwujud, Tuhan adalah
From saja, tanpa matter. Dengan pandangannya ini Aritoteles sering disebut
penganut empirisme ia juga disebut sebagai Bapak Psikologi karena berpendapat
bahwa segala sesuatu harus tertitik tolak dari satu realita, yaitu matter dan
pengalaman empiris merupakan sumber utama dari pengetahuan. (Abdul Rahmat
Shaleh-Muhbib Abdul Wahab, 2004 : 10)
Ontologi
Ontologi sering diidentikkan dengan metafisika yang juga disebut dengan Proto-
filsafat atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasannya adalah
Hakekat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab dan akibat, realita, prima atau Tuhan
dengan segala sifatnya, malaikat, relasi atau segala sesuatu yang ada dibumi
dengan tenaga-tenaga yang di langit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala dan
surga.
Untuk mengetahui relitas semesta ini di dalam ruang lingkup ontologi secara
jelas, disini dibedakan antara metafisika dengan kosmologi:
Ontologi, secara etimologi yang berarti di balik atau dibelakang fisika, maka
yang diselidiki adalah hakekat realita menjangkau sesuatu dibalik realita
karena metafisika ingin mengerti sedalam-dalamnya.
Kosmologi tentang realita. Kosmos yakni tentang keseluruhan sistem
semesta raya dan kosmologi terbatas pada realita yang lebih nyata dalam arti
alam fisika yang material dalam memperkaya kepribadian manusia di dunia
tidaklah di alam raya dan isinya. Dalam arti sebagai pangalaman sehari-hari
akan tetapi suatu yang luas, realita fisi spiritual yang tetap dinamis.
Epistemologi
Epistemologi pertama kali dipakai oleh J.F. Ferier di abad 19 di dalam Institut of
metaphisics (1854). Pencipta sesungguhnya adalah Plato sebab beliau telah
berusaha membahas pertanyan dasar, seperti apakah panca indra dapat
memberikan pengetahuan, dapatkah akal menyediakan pengetahuan.
Kau tak dapat mempermainkan saya, karena saya tahu siapa yang
mempermainkan dan yang tidak mempermainkan.
Aksiologi
Moral Conduct, tindakan moral; bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika.
Socio-political Life, kehidupan sosial-politik, bidang ini melahirkan ilmu filsafat sosio-
politik (Syam, 1986:34-36).
Nilai dan implikasi aksiologi ialah menguji dan mengintegrasikan semua nilai
tersebut di dalam kehidupan manusia dan membinanya di dalam kepribadian
manusia. Kerena untuk mengatakan sesuatu itu bernilai baik, bukanlah suatu
yang mudah. Apa lagi menilai dalam arti yang mendalam untuk membina
dalam kepribadian ideal. Berikut ini beberapa contoh yang dapat kita
pergunakan untuk menilai seseorang itu baik, yaitu:
Baiklah, Bu. Saya akan selalu baik dan taat kepada ibu !
Ilmu yang mempelajari tentang hakekat mansia disebut Antropologi Filsafat. Hakikat
berarti adanya berbicara menganai apa manusia itu, ada empat aliran yang
dikemukakan yaitu: Aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme, aliran
eksistensialisme.
Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada, itu hanyalah zat materi,
alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka dari itu
manusia adalah zat atau materi.
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada didunia ini ialah ruh,
juga hakekat manusia adalah ruh, adapun zat itu adalah manifestasi dari pada ruh di
atas dunia ini. Fiche mengemukakan bahwa segala sesuatu yang lain (selain ruh)
yang rupanya ada dan hidup hanyalah suatu jenis perumpamaan, peubahan atau
penjelmaan dari ruh (Gazalba, 1992: 288). Dasar pikiran aliran ini ialah bahwa ruh itu
lebih berharga, lebih tinggi nilainya daripada meteri. Hal ini mereka buktikan dalam
kehidupan sehari-hari, yang mana betapapun kita mencintai seseorang jika ruhnya
pisah dengan badannya, maka materi/jasadnya tidak ada artinya.
Dengan demikian aliran ini menganggap ruh itu ialah hakikat, sedangkan
badan ialah penjelmaan atau bayangan.
Aliran Dualisme
Aliran ini menggangap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri dari dua subtansi,
yaitu jasmani dan rohani. Keduanya subtansi ini masing-masing merupakan unsur
asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak bersal dari ruh
dan tidak bersal dari badan. Perwujudannya manusia tidak serba dua, jasad dan ruh.
Antara badan dan ruh terjadi sebab akibat yang mana keduanya saling
mempengaruhi.
Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafatr modern berpikir tentang hakikat manusia merupakan eksistensi atau
perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakikat manusia itu, yaitu apa
yang menguasai manusia secara menyeluruh. Di sini manusia dipandang tidak dari
sudut serba zat atau serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi
memandangnya dari segi eksistensi itu sendiri didunia ini.
Manusia dan masyarakat merupakan realitas yang saling memajukan & saling
memperkembangkan.
Manusia pada dasarnya memiliki dimensi kesosialan.