You are on page 1of 18

ASKEB TETANUS 

NEONATORUM
TETANUS NEONATORUM

PENGERTIAN
TETANUS NEONATORUM adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun yang menyerang sistem saraf pusat).

PENYEBAB
Tetanus Neonatorum merupakan penyebab radang yang sering dijumpai pada BBLR
bukan karena trauma kelahiran atau afiksia tetapi disebabkan oleh infeksi mana neonatal
antara lain:
1. Infeksi melalui tali pusat
2. Akibat pemotongan tali pusat yang kurang steril
3. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program
4. Pertolongan persalinan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
Clostridium tetani terdapat di tanah, dan traktus digestivus manusia dan hewan. Kuman
ini dapat membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang biak dalam luka yang
kotor atau jaringan nekrotik yang mempunyai suasana anaerob.

INSIDEN
Angka kematian kasus (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi pada kasus Tetanus
Neonatorum yang tidak dirawat, angka mendekati 100%. Angka kematian kasus Tetanus
Neonatorum yang dirawat di rumah sakit di Indonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 –
55%.

MASA INKUBASI
Tetanus Neonatorum ini terjadi selama 5-14 hari. Pada umumnya Tetanus Neonatorum
ini lebih cepat dan penyakit berlangsung lebih berat daripada Tetanus pada anak.
PATOFISIOLOGI
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama
pada nukleus motorik kematian disebabkan oleh Asfiksia akibat spasmus laring pada
kejang yang lama. Selain itu, dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat
pernapasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah Pnemunia Aspirasi dan
Sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian
Tetanus Neonatorum di Indonesia.
Pada bayi, penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan
tali pusat dengan alat tidak steril. Selain itu infeksi dapat juga melalui pemakaian obat
(dermatol), bubuk daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat.

PENANGANAN
Penanganan secara umum pada Tetanus Neonatorum:
1. Mengatasi kejang
a) Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan, penderita/bayi ditempatkan di
kamar yang tenang dengan sedikit sinar mengingat penderita sangat peka akan suara dan
cahaya.
b) Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan
largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian
dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan
bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x
2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus.
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas. Pemasangan spatel
bila lidah tergigit
3. Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di telinga
4. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi ATS dengan dosis 10.000 satuan
setiap hari selama 2 hari berturut-turut dengan IM, kalau per infuse diberikan ATS
20.000 UI sekaligus.
5. Pemberian antibiotic
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin 200.000 UI setiap hari dan diteruskan
sampai 3 hari sesudah panas turun atau ampisilin 100 mg/kgBB per hari dibagi dalam 4
dosis secara intravena selama 10 hari.
6. Perawatan yang adekuat, meliputi:
a) Kebutuhan oksigen
b) Makanan (harus hati-hati dengan memakai pipa yang dibuat dari polietilen atau karet)
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kalau pemberian makanan peros tidak mungkin
maka diberikan makanan dan cairan intravena. Cairan intravena berupa larutan glukosa
5% : NaCI fisiologik 4:1 selama 48-70 jam sesuai dengan kebutuhan, sedangkan untuk
selanjutnya untuk memasukkan obat.
Bila sakit penderita lebih dari 24 jam atau sering terjadi kejang atau apnue, berikan
larutan glukosa 10% : natrium bikarbonat 4:1 (sebaiknya jenis cairan disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan analisa gas darah) bila setelah 72 jam belum mungkin diberikan
minuman per oral, maka melalui cairan infus perlu ditambahkan protein dan kalium.
d) Tali pusat dirawat dengan kasa bersih dan kering

DIAGNOSA/MASALAH DAN PENANGANAN


Diagnosa atau masalah terjadinya Tetanus Neonatorum:
1. Terjadinya Gangguan Fungsi Pernapasan
Pada masalah ini dapat disebabkan kuman yang menyerang otot-otot pernapasan
sehingga otot pernapasan tidak berfungsi. Adanya spasme mulut dan tenggorokan
sehingga mengganggu jalan nafas.
 Intervensinya yang dapat dilakukan:
a) Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi
b) Berikan oksigan 1-2 liter/menit. Jika sedang terjadi kejang karena sianosis bertambah
berat O2 diberikan lebih tinggi dapat sampai 4 liter/menit (jika kejang berhenti turunkan
lagi)
c) Bila terjadi kejang, pasang sudip lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan
juga memudahkan penghisapan lendir bila ada, lebih baik dipasang guedel (selama masih
banyak kejang guedel atau sudip lidah dipasang terus)
d) Sering isap lendir yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat
apnea dan sewaktu-waktu terlihat lendir pada mulut bayi
e) Observasi tanda vital secara kontinu setiap ½ jam dan catat secara cermat, pasien
Tetanus Neonatorum karena mendapatkan anti Konvulsan terus kemungkinan sewaktu-
waktu dapat terjadi apnea
f) Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat (pasang selubung tempat
tidur/kain di sekeliling tempat tidur karena selama payah bayi sering dalam keadaan
telanjang, maksudnya agar memudahkan pengawasan pernapasannya). Bila bayi
kedinginan juga dapat menyebabkan apnea
2. Pemenuhan Nutrisi atau Cairan
Akibat bayi tidak mau menetek dan untuk memenuhi kebutuhan makanannya perlu diberi
infus dengan cairan glukosa 10%. Tetapi karena bayi juga sering sianosis maka cairan
ditambahkan natrikus 11/2% dengan perbandingan 4:1.
3. Kurangnya Pengetahuan Orang Tua
Pada orang tua pasien yang bayinya menderita Tetanus perlu diberikan penjelasan bahwa
bayinya menderita sakit berat atau bahaya maka memerlukan tindakan dan pengobatan
khusus. Selain itu, yang perlu dijelaskan ialah bila ibunya hamil lagi agar minta suntikan
pencegahan tetanus.

DAFTAR PUSTAKA

Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. PELAYANAN KESEHATAN MATERIAL DAN


NEONATAL. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Ngastiyah. 1997. PERAWATAN ANAK SAKIT. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Hidayat, Azis Alimul. 2005. PENGANTAR ILMU KEPERAWATAN ANAK I. Salemba


Medika : Jakarta.

Wiknyosastro, Gulandi Hanifa. 2005. ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina Pustaka


Sarwino Prawirohardjo : Jakarta.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. SANTI


DENGAN TETANUS NEONATORUM
DI BKIA KASIH BUNDA KARANGTALUN TULUNGAGUNG

I. PENGUMPULAN DATA BESAR


Pengkajian dilakukan pada hari Selasa, 16 September 2008 pukul 10.00 WIB di BKIA
Kasih Bunda Karangtalun Tulungagung.
1.1. Biodata
1.1.1. Klien
Tempat : By. Ny. Santi
Tempat tanggal lahir : Tulungagung, 11 September 2008
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : I
1.1.2. Orang Tua
Nama : Tn. Rudi / Ny. Santi
Umur : 27 tahun / 24 tahun
Agama : Islam / Islam
Ibu Pendidikan : SMA / SMP
Pekerjaan : Wiraswasta / Ibu rumah tangga
Alamat : Ds. Sambijajar

1.2. Keluhan Utama


Ibu mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu bayinya rewel sulit untuk minum ASI dan
mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan sering kejang-kejang.

1.3. Riwayat Kesehatan yang Lalu


1.3.1. Riwayat Antenatal
 Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya/ANC kebidan 2x dan ke polindes 2x jadi
sleama kehamilan ibu melakukan ANC sebanyak 4x.
 Mendapatkan imunisasi TT lengkap
 Obat-obatan yang pernah diminum Fe, Kalk, Vit C, Vit B6, Vit B1
 Keluhan selama kehamilan
- TM I Mual muntah pada pagi hari
- TM II Tidak ada keluhan
- TM III Sering kencing
 Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman maupun obat-obatan
 Ibu mengatakan tidak ada penyakit menular
Example : Hepatitis, AIDS, PMS
 Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun
Example : DM, Hipertensi
 Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menahun
Example : TBC, Asma
 UK : 40 Minggu
 Selama hamil ibu tidak ada pantangan terhadap makanan, minuman maupun obat-
obatan serta tidak pernah minum jamu-jamuan
1.3.2. Riwayat Intranatal
 Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 11 September 2008 pukul 01.00 WIB. Sifat
adekuat, kontraksi 5x dalam 10 menit, sudah mengeluarkan lendir yang bercampur darah,
ketuban sudah pecah, bayi lahir tanggal 11 September 2008 pada pukul 08.00 ditolong
oleh bidan. Persalinan berlangsung secara spontan pervaginan. Jenis kelamin laki-laki,
berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar dada 34 cm. Selama persalinan
tidak ada kesulitan, tidak ada kelainan, tidak ada cacat bawaan pada bayi, placenta lahir
pada pukul 08.20 WIB dengan cara spontan pada saat lahir bayi menangis kuat, urine
keluar secara spontan pada saat persalinan.
 Lama persalinan
- Kala I = 8 jam
- Kala II = 1 jam
- Kala III = 20 menit
- Kala IV = 2 jam
Obat yang diberikan adalah aksitosin 10 unit.
Untuk bayi: hepatitis B 1 mg.
1.3.3. Riwayat Neonatal
- Bayi lahir secara : Spontan pervaginan
- Apgar score : 7-8
- Berat badan : 3500 gram
- Panjang badan : 50 cm
- Lingkar dada : 34 cm
- Lingkar kepala : 34 cm
- Makanan : ASI saja
- Perawatan selama bayi : Ibu dan keluarga
1.3.4. Riwayat Nifas
Ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, tidak ada pantangan makanan/minuman tertentu.
1.3.5. Riwayat Tumbuh Kembang
Bayi lahir dengan berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar dada 34 cm,
lingkar kepala 34 cm, reflek suching bertambah, reflek rooting bertambah, reflek muro
bertambah, reflek grip bertambah, reflek planter bertambah.
1.3.6. Riwayat Imunisasi/Status Kesehatan Terakhir
Imunisasi bayi baru lahir :  Hepatitis B
 Polio I

1.4. Pola Kegiatan Sehari-hari


1.4.1. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit : Sesering mungkin minimal 2 jam sekali
- Selama sakit : Minum ASI tiap 5 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering
menangis
1.4.2. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit
BAB 3-4x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada
pus/darah
BAK 6-8x sehari warna jernih, tidak ada darah atau pus
- Selama sakit
BAB 2-3x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada
pus/darah
BAK 4-6x sehari warna kuning keruh, tidak ada pus atau darah
1.4.3. Pola Istirahat
- Sebelum sakit  siang dan malam ± 10 jam
- Selama sakit  siang dan malam ± 12 jam
1.4.4. Personal Hygiene
- Sebelum sakit  Mandi = 2x sehari
Ganti baju = 2x sehari
Ganti popok = 12-15x sehari
Perawatan tali pusat dilakukan oleh nenek bayi
Sebelum sakit = belum pernah diganti
- Selama sakit  Mandi = 2x sehari
Ganti baju = 2x sehari
Ganti popok = 12-15x sehari
Perawatan tali pusat selama sakit diganti 1x sehari
1.4.5. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan petugas kesehatan terjalin dengan baik.

1.5. Tanda-tanda Vital


Nadi = 154x/menit
Respirasi = 40x/menit
Suhu = 37,5oC

1.6. Pemeriksaan Fisik


1.6.1. Kepala
Simetris, kulit kepala bersih, tidak ada lesi/luka, tidak ada benjolan.
1.6.2. Mata
Simetris, konjungtiva merah muda, palpebra tidak oedema, sklera putih.
1.6.3. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada sebret, terdapat pernafasan cuping hidung.
1.6.4. Mulut
Bibir  Simetris, tidak ada sumbing, tidak sariawan, warna pucat, tidak ada luka, tidak
cellosis, sering mecucu
Lidah  Bersih, warna merah jambu, tidak glositis
Gusi  Warna merah jambu, sehat, tidak gingiuitis
1.6.5. Telinga
Simetris, tidak orap, bersih, tidak ada serumen.
1.6.6. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis dan kelenjar limfe, leher
kaku.

1.6.7. Dada
Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar jelas, tidak ada Ronchi/Weezhing
dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
1.6.8. Abdomen
Simetris, tali pusat basah dan berbau, ada tanda-tanda infeksi (merah), dinding abdomen
terasa keras.
1.6.9. Anogenetalia
Testis sudah turun diskrotum, bersih, tidak ada kelainan pada genetika dan teraba lubang
anus.
1.6.10. Ekstrimitas Atas dan Bawah
Kanan dan kiri simetris, tidak adema, tidak ada lesi/luka, tidak ada gangguan pergerakan,
kadang kejang-kejang.
1.6.11. Punggung
Simetris, tidak ada lesi/luka, bersih.

1.7. Pemeriksaan Reflek


a. Suching : +
b. Routing : +
c. Moro : +
d. Plantar : +
e. Graps : +

1.8. Status Gizi


a. Sebelum sakit
PB = 3500 gr
PB = 50 cm
LD = 34 cm
LK = 34 cm
b. Selama sakit
PB = 3500 gr
PB = 50 cm
LD = 34 cm
LK = 34 cm

Kesimpulan:
- Bayi anak Ny. Anjar dengan tetanus neonatorum dengan ciri-ciri : rewel, sulit untuk
minum ASI, mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan kejang-kejang.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


DATA DASAR DIAGNOSA/MASALAH
S : Ibu mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu bayinya rewel, sulit untuk minum ASI
dan mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan sering kejang-kejang
Diagnosa:
Tetanus Neonatorum
O : TTV
N : 154x/menit
S : 40x/menit
R : 37oC
Pemeriksaan Fisik:
- Bibir sering mecucu
- Abdomen terasa keras
- Bayi rewel dan tidak mau menetek
- Ektermitas atas dan ektermitas bawah kadang kejang-kejang
- Abdomen pada tali pusat basah dan baru, merah

S : Ibu mengatakan bayinya sejak 2 hari yang lalu rewel dan tidak mau menetek. Ibu
mengatakan selama sakit anaknya minum ASI tiap 5 jam sekali Masalah:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
O : Status gizi
Selama sakit : Berat badan turun 3500 gram menjadi 3300 gram

S : Ibu mengatakan tidak mengganti balutan tali pusat bayinya setiap hari meskipun
balutannya basah dan diganti satu kali ketika tali pusat mengeluarkan bau Gangguan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene
O : Tali pusat basah dan berbau, terdapat tanda-tanda infeksi yaitu merah pada tali pusat
dan daerah di sekitarnya

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Tetanus Neonatorum

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN SEGERA


- Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
- Merujuk

Diagnosa/Masalah Tujuan/Kriteria Keberhasilan Intervensi


Diagnosa:
Tetanus Neonatorum Tujuan:
Tetanus yang dialami oleh klien sembuh

Kriteria Hasil:
 Tand-tanda infeksi (merah) hilang
 Tali pusat bersih dan kering
 Kejang yang dialami oleh klien berkurang
 Terpenuhinya kebutuhan nutrisi oleh klien 1. Bina hubungan saling percaya antara
keluarga dan petugas kesehatan.
Rasional:
Dengan hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga memudahkan untuk
melakukan tindakan medis.
2. Anjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat yang tenang dengan
pencahayaan yang kurang.
Rasional:
Dengan merawat bayi di tempat yang tenang dengan pencahayaan yang kurang dapat
mengurangi kejang pada bayi karena rangsangan suara dan cahaya dan menimbulkan
kejang.
3. Anjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi.
Rasional:
Tali pusat yang basah menjadi tempat masuknya mikroorganisme sehingga menimbulkan
infeksi.
4. Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI setiap hari secara rutin.
Rasional:
Bayi memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya dan dengan terpenuhinya nutrisi
dapat membantu daya tahan tubuh bayi menghadapi penyakitnya.

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal Dilakukan pada tanggal
1. Membina hubungan saling percaya antara klien dan anggota keluarga
2. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat/ruangan yang terang
dengan pencahayaan yang kurang untuk mengurangi kejang pada bayi
3. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi untuk
mempercepat proses penyembuhan
4. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI agar tercukupinya kebutuhan
nutrisi bayi 1. S : Ibu mengatakan ia mengerti tentang kondisi bayinya sekarang dan ibu
mau melaksanakan semua nasihat-nasihat yang diberikan oleh bidan
O :  Bayi kelihatan lebih tenang
 Kejang yang terjadi sudah berkurang 1x dalam sehari
 Tanda infeksi sudah mulai menghilang
A : Masalah teratasi sebagian
P : 1. Anjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene bayinya terutama
perawatan tali pusat
2. Anjurkan kepada ibu untuk datang 2 hari lagi atau sewaktu-waktu bila bayinya
bertambah parah

Diagnosa/Masalah Tujuan/Kriteria Keberhasilan Intervensi


Masalah:
Gangguan personal hygiene Tujuan:
Personal hygiene pada bayi terpenuhi

Kriteria Keberhasilan:
 Tali pusat tidak bau, dan merah
 Tali pusat tidak mengalami infeksi
 Tali pusat kering dan bersih 1. Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali
pusat dengan baik dan benar.
Rasional:
Hal ini dapat mencegah terjadinya infeksi tali pusat.
2. Anjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun.
Rasional:TETANUS NEONATORUM

PENGERTIAN
TETANUS NEONATORUM adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun yang menyerang sistem saraf pusat).

PENYEBAB
Tetanus Neonatorum merupakan penyebab radang yang sering dijumpai pada BBLR
bukan karena trauma kelahiran atau afiksia tetapi disebabkan oleh infeksi mana neonatal
antara lain:
1. Infeksi melalui tali pusat
2. Akibat pemotongan tali pusat yang kurang steril
3. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program
4. Pertolongan persalinan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
Clostridium tetani terdapat di tanah, dan traktus digestivus manusia dan hewan. Kuman
ini dapat membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang biak dalam luka yang
kotor atau jaringan nekrotik yang mempunyai suasana anaerob.
INSIDEN
Angka kematian kasus (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi pada kasus Tetanus
Neonatorum yang tidak dirawat, angka mendekati 100%. Angka kematian kasus Tetanus
Neonatorum yang dirawat di rumah sakit di Indonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 –
55%.

MASA INKUBASI
Tetanus Neonatorum ini terjadi selama 5-14 hari. Pada umumnya Tetanus Neonatorum
ini lebih cepat dan penyakit berlangsung lebih berat daripada Tetanus pada anak.
PATOFISIOLOGI
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama
pada nukleus motorik kematian disebabkan oleh Asfiksia akibat spasmus laring pada
kejang yang lama. Selain itu, dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat
pernapasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah Pnemunia Aspirasi dan
Sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian
Tetanus Neonatorum di Indonesia.
Pada bayi, penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan
tali pusat dengan alat tidak steril. Selain itu infeksi dapat juga melalui pemakaian obat
(dermatol), bubuk daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat.

PENANGANAN
Penanganan secara umum pada Tetanus Neonatorum:
1. Mengatasi kejang
a) Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan, penderita/bayi ditempatkan di
kamar yang tenang dengan sedikit sinar mengingat penderita sangat peka akan suara dan
cahaya.
b) Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan
largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian
dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan
bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x
2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus.
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas. Pemasangan spatel
bila lidah tergigit
3. Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di telinga
4. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi ATS dengan dosis 10.000 satuan
setiap hari selama 2 hari berturut-turut dengan IM, kalau per infuse diberikan ATS
20.000 UI sekaligus.
5. Pemberian antibiotic
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin 200.000 UI setiap hari dan diteruskan
sampai 3 hari sesudah panas turun atau ampisilin 100 mg/kgBB per hari dibagi dalam 4
dosis secara intravena selama 10 hari.
6. Perawatan yang adekuat, meliputi:
a) Kebutuhan oksigen
b) Makanan (harus hati-hati dengan memakai pipa yang dibuat dari polietilen atau karet)
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kalau pemberian makanan peros tidak mungkin
maka diberikan makanan dan cairan intravena. Cairan intravena berupa larutan glukosa
5% : NaCI fisiologik 4:1 selama 48-70 jam sesuai dengan kebutuhan, sedangkan untuk
selanjutnya untuk memasukkan obat.
Bila sakit penderita lebih dari 24 jam atau sering terjadi kejang atau apnue, berikan
larutan glukosa 10% : natrium bikarbonat 4:1 (sebaiknya jenis cairan disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan analisa gas darah) bila setelah 72 jam belum mungkin diberikan
minuman per oral, maka melalui cairan infus perlu ditambahkan protein dan kalium.
d) Tali pusat dirawat dengan kasa bersih dan kering

DIAGNOSA/MASALAH DAN PENANGANAN


Diagnosa atau masalah terjadinya Tetanus Neonatorum:
1. Terjadinya Gangguan Fungsi Pernapasan
Pada masalah ini dapat disebabkan kuman yang menyerang otot-otot pernapasan
sehingga otot pernapasan tidak berfungsi. Adanya spasme mulut dan tenggorokan
sehingga mengganggu jalan nafas.
 Intervensinya yang dapat dilakukan:
a) Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi
b) Berikan oksigan 1-2 liter/menit. Jika sedang terjadi kejang karena sianosis bertambah
berat O2 diberikan lebih tinggi dapat sampai 4 liter/menit (jika kejang berhenti turunkan
lagi)
c) Bila terjadi kejang, pasang sudip lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan
juga memudahkan penghisapan lendir bila ada, lebih baik dipasang guedel (selama masih
banyak kejang guedel atau sudip lidah dipasang terus)
d) Sering isap lendir yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat
apnea dan sewaktu-waktu terlihat lendir pada mulut bayi
e) Observasi tanda vital secara kontinu setiap ½ jam dan catat secara cermat, pasien
Tetanus Neonatorum karena mendapatkan anti Konvulsan terus kemungkinan sewaktu-
waktu dapat terjadi apnea
f) Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat (pasang selubung tempat
tidur/kain di sekeliling tempat tidur karena selama payah bayi sering dalam keadaan
telanjang, maksudnya agar memudahkan pengawasan pernapasannya). Bila bayi
kedinginan juga dapat menyebabkan apnea
2. Pemenuhan Nutrisi atau Cairan
Akibat bayi tidak mau menetek dan untuk memenuhi kebutuhan makanannya perlu diberi
infus dengan cairan glukosa 10%. Tetapi karena bayi juga sering sianosis maka cairan
ditambahkan natrikus 11/2% dengan perbandingan 4:1.
3. Kurangnya Pengetahuan Orang Tua
Pada orang tua pasien yang bayinya menderita Tetanus perlu diberikan penjelasan bahwa
bayinya menderita sakit berat atau bahaya maka memerlukan tindakan dan pengobatan
khusus. Selain itu, yang perlu dijelaskan ialah bila ibunya hamil lagi agar minta suntikan
pencegahan tetanus.

DAFTAR PUSTAKA

Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. PELAYANAN KESEHATAN MATERIAL DAN


NEONATAL. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Ngastiyah. 1997. PERAWATAN ANAK SAKIT. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Hidayat, Azis Alimul. 2005. PENGANTAR ILMU KEPERAWATAN ANAK I. Salemba


Medika : Jakarta.

Wiknyosastro, Gulandi Hanifa. 2005. ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina Pustaka


Sarwino Prawirohardjo : Jakarta.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. SANTI


DENGAN TETANUS NEONATORUM
DI BKIA KASIH BUNDA KARANGTALUN TULUNGAGUNG

I. PENGUMPULAN DATA BESAR


Pengkajian dilakukan pada hari Selasa, 16 September 2008 pukul 10.00 WIB di BKIA
Kasih Bunda Karangtalun Tulungagung.
1.1. Biodata
1.1.1. Klien
Tempat : By. Ny. Santi
Tempat tanggal lahir : Tulungagung, 11 September 2008
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : I
1.1.2. Orang Tua
Nama : Tn. Rudi / Ny. Santi
Umur : 27 tahun / 24 tahun
Agama : Islam / Islam
Ibu Pendidikan : SMA / SMP
Pekerjaan : Wiraswasta / Ibu rumah tangga
Alamat : Ds. Sambijajar

1.2. Keluhan Utama


Ibu mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu bayinya rewel sulit untuk minum ASI dan
mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan sering kejang-kejang.

1.3. Riwayat Kesehatan yang Lalu


1.3.1. Riwayat Antenatal
 Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya/ANC kebidan 2x dan ke polindes 2x jadi
sleama kehamilan ibu melakukan ANC sebanyak 4x.
 Mendapatkan imunisasi TT lengkap
 Obat-obatan yang pernah diminum Fe, Kalk, Vit C, Vit B6, Vit B1
 Keluhan selama kehamilan
- TM I Mual muntah pada pagi hari
- TM II Tidak ada keluhan
- TM III Sering kencing
 Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman maupun obat-obatan
 Ibu mengatakan tidak ada penyakit menular
Example : Hepatitis, AIDS, PMS
 Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun
Example : DM, Hipertensi
 Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menahun
Example : TBC, Asma
 UK : 40 Minggu
 Selama hamil ibu tidak ada pantangan terhadap makanan, minuman maupun obat-
obatan serta tidak pernah minum jamu-jamuan
1.3.2. Riwayat Intranatal
 Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 11 September 2008 pukul 01.00 WIB. Sifat
adekuat, kontraksi 5x dalam 10 menit, sudah mengeluarkan lendir yang bercampur darah,
ketuban sudah pecah, bayi lahir tanggal 11 September 2008 pada pukul 08.00 ditolong
oleh bidan. Persalinan berlangsung secara spontan pervaginan. Jenis kelamin laki-laki,
berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar dada 34 cm. Selama persalinan
tidak ada kesulitan, tidak ada kelainan, tidak ada cacat bawaan pada bayi, placenta lahir
pada pukul 08.20 WIB dengan cara spontan pada saat lahir bayi menangis kuat, urine
keluar secara spontan pada saat persalinan.
 Lama persalinan
- Kala I = 8 jam
- Kala II = 1 jam
- Kala III = 20 menit
- Kala IV = 2 jam
Obat yang diberikan adalah aksitosin 10 unit.
Untuk bayi: hepatitis B 1 mg.
1.3.3. Riwayat Neonatal
- Bayi lahir secara : Spontan pervaginan
- Apgar score : 7-8
- Berat badan : 3500 gram
- Panjang badan : 50 cm
- Lingkar dada : 34 cm
- Lingkar kepala : 34 cm
- Makanan : ASI saja
- Perawatan selama bayi : Ibu dan keluarga
1.3.4. Riwayat Nifas
Ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, tidak ada pantangan makanan/minuman tertentu.
1.3.5. Riwayat Tumbuh Kembang
Bayi lahir dengan berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar dada 34 cm,
lingkar kepala 34 cm, reflek suching bertambah, reflek rooting bertambah, reflek muro
bertambah, reflek grip bertambah, reflek planter bertambah.
1.3.6. Riwayat Imunisasi/Status Kesehatan Terakhir
Imunisasi bayi baru lahir :  Hepatitis B
 Polio I

1.4. Pola Kegiatan Sehari-hari


1.4.1. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit : Sesering mungkin minimal 2 jam sekali
- Selama sakit : Minum ASI tiap 5 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering
menangis
1.4.2. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit
BAB 3-4x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada
pus/darah
BAK 6-8x sehari warna jernih, tidak ada darah atau pus
- Selama sakit
BAB 2-3x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada
pus/darah
BAK 4-6x sehari warna kuning keruh, tidak ada pus atau darah
1.4.3. Pola Istirahat
- Sebelum sakit  siang dan malam ± 10 jam
- Selama sakit  siang dan malam ± 12 jam
1.4.4. Personal Hygiene
- Sebelum sakit  Mandi = 2x sehari
Ganti baju = 2x sehari
Ganti popok = 12-15x sehari
Perawatan tali pusat dilakukan oleh nenek bayi
Sebelum sakit = belum pernah diganti
- Selama sakit  Mandi = 2x sehari
Ganti baju = 2x sehari
Ganti popok = 12-15x sehari
Perawatan tali pusat selama sakit diganti 1x sehari
1.4.5. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan petugas kesehatan terjalin dengan baik.

1.5. Tanda-tanda Vital


Nadi = 154x/menit
Respirasi = 40x/menit
Suhu = 37,5oC

1.6. Pemeriksaan Fisik


1.6.1. Kepala
Simetris, kulit kepala bersih, tidak ada lesi/luka, tidak ada benjolan.
1.6.2. Mata
Simetris, konjungtiva merah muda, palpebra tidak oedema, sklera putih.
1.6.3. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada sebret, terdapat pernafasan cuping hidung.
1.6.4. Mulut
Bibir  Simetris, tidak ada sumbing, tidak sariawan, warna pucat, tidak ada luka, tidak
cellosis, sering mecucu
Lidah  Bersih, warna merah jambu, tidak glositis
Gusi  Warna merah jambu, sehat, tidak gingiuitis
1.6.5. Telinga
Simetris, tidak orap, bersih, tidak ada serumen.
1.6.6. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis dan kelenjar limfe, leher
kaku.

1.6.7. Dada
Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar jelas, tidak ada Ronchi/Weezhing
dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
1.6.8. Abdomen
Simetris, tali pusat basah dan berbau, ada tanda-tanda infeksi (merah), dinding abdomen
terasa keras.
1.6.9. Anogenetalia
Testis sudah turun diskrotum, bersih, tidak ada kelainan pada genetika dan teraba lubang
anus.
1.6.10. Ekstrimitas Atas dan Bawah
Kanan dan kiri simetris, tidak adema, tidak ada lesi/luka, tidak ada gangguan pergerakan,
kadang kejang-kejang.
1.6.11. Punggung
Simetris, tidak ada lesi/luka, bersih.

1.7. Pemeriksaan Reflek


a. Suching : +
b. Routing : +
c. Moro : +
d. Plantar : +
e. Graps : +

1.8. Status Gizi


a. Sebelum sakit
PB = 3500 gr
PB = 50 cm
LD = 34 cm
LK = 34 cm
b. Selama sakit
PB = 3500 gr
PB = 50 cm
LD = 34 cm
LK = 34 cm

Kesimpulan:
- Bayi anak Ny. Anjar dengan tetanus neonatorum dengan ciri-ciri : rewel, sulit untuk
minum ASI, mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan kejang-kejang.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


DATA DASAR DIAGNOSA/MASALAH
S : Ibu mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu bayinya rewel, sulit untuk minum ASI
dan mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan sering kejang-kejang
Diagnosa:
Tetanus Neonatorum
O : TTV
N : 154x/menit
S : 40x/menit
R : 37oC
Pemeriksaan Fisik:
- Bibir sering mecucu
- Abdomen terasa keras
- Bayi rewel dan tidak mau menetek
- Ektermitas atas dan ektermitas bawah kadang kejang-kejang
- Abdomen pada tali pusat basah dan baru, merah

S : Ibu mengatakan bayinya sejak 2 hari yang lalu rewel dan tidak mau menetek. Ibu
mengatakan selama sakit anaknya minum ASI tiap 5 jam sekali Masalah:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
O : Status gizi
Selama sakit : Berat badan turun 3500 gram menjadi 3300 gram

S : Ibu mengatakan tidak mengganti balutan tali pusat bayinya setiap hari meskipun
balutannya basah dan diganti satu kali ketika tali pusat mengeluarkan bau Gangguan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene
O : Tali pusat basah dan berbau, terdapat tanda-tanda infeksi yaitu merah pada tali pusat
dan daerah di sekitarnya

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Tetanus Neonatorum

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN SEGERA


- Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
- Merujuk

Diagnosa/Masalah Tujuan/Kriteria Keberhasilan Intervensi


Diagnosa:
Tetanus Neonatorum Tujuan:
Tetanus yang dialami oleh klien sembuh

Kriteria Hasil:
 Tand-tanda infeksi (merah) hilang
 Tali pusat bersih dan kering
 Kejang yang dialami oleh klien berkurang
 Terpenuhinya kebutuhan nutrisi oleh klien 1. Bina hubungan saling percaya antara
keluarga dan petugas kesehatan.
Rasional:
Dengan hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga memudahkan untuk
melakukan tindakan medis.
2. Anjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat yang tenang dengan
pencahayaan yang kurang.
Rasional:
Dengan merawat bayi di tempat yang tenang dengan pencahayaan yang kurang dapat
mengurangi kejang pada bayi karena rangsangan suara dan cahaya dan menimbulkan
kejang.
3. Anjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi.
Rasional:
Tali pusat yang basah menjadi tempat masuknya mikroorganisme sehingga menimbulkan
infeksi.
4. Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI setiap hari secara rutin.
Rasional:
Bayi memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya dan dengan terpenuhinya nutrisi
dapat membantu daya tahan tubuh bayi menghadapi penyakitnya.

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal Dilakukan pada tanggal
1. Membina hubungan saling percaya antara klien dan anggota keluarga
2. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat/ruangan yang terang
dengan pencahayaan yang kurang untuk mengurangi kejang pada bayi
3. Menganjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi untuk
mempercepat proses penyembuhan
4. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI agar tercukupinya kebutuhan
nutrisi bayi 1. S : Ibu mengatakan ia mengerti tentang kondisi bayinya sekarang dan ibu
mau melaksanakan semua nasihat-nasihat yang diberikan oleh bidan
O :  Bayi kelihatan lebih tenang
 Kejang yang terjadi sudah berkurang 1x dalam sehari
 Tanda infeksi sudah mulai menghilang
A : Masalah teratasi sebagian
P : 1. Anjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene bayinya terutama
perawatan tali pusat
2. Anjurkan kepada ibu untuk datang 2 hari lagi atau sewaktu-waktu bila bayinya
bertambah parah

Diagnosa/Masalah Tujuan/Kriteria Keberhasilan Intervensi


Masalah:
Gangguan personal hygiene Tujuan:
Personal hygiene pada bayi terpenuhi

Kriteria Keberhasilan:
 Tali pusat tidak bau, dan merah
 Tali pusat tidak mengalami infeksi
 Tali pusat kering dan bersih 1. Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali
pusat dengan baik dan benar.
Rasional:
Hal ini dapat mencegah terjadinya infeksi tali pusat.
2. Anjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun.
Rasional:
Hal ini dapat membuat tali pusat bayi berbau.
3. Anjurkan pada ibu untuk mengganti balutan tali pusat apabila kotor dan basah.
Rasional:
Hal ini dapat membantu mempercepat proses pengeringan tali pusat.

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada hari Dilakukan pada hari
1. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat dengan baik dan benar
yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Menganjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun
yaitu dapat memebuat tali pusat bau dan basah
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengganti balutan tali pusat jika kotor dan basah yaitu
untuk mempercepat proses pengeringan tali pusat S : Ibu mengatakan bahwa ia mengerti
tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan dan mau untuk melaksanakannya
O :  Ibu nampak mengerti
 Ibu bisa mengulangi penjelasan yang diberikan oleh bidan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Anjurkan pada ibu untuk datang 3 hari lagi/bila sewaktu-waktu ada
komplikasi/kelainan

Hal ini dapat membuat tali pusat bayi berbau.


3. Anjurkan pada ibu untuk mengganti balutan tali pusat apabila kotor dan basah.
Rasional:
Hal ini dapat membantu mempercepat proses pengeringan tali pusat.

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada hari Dilakukan pada hari
1. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat dengan baik dan benar
yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Menganjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun
yaitu dapat memebuat tali pusat bau dan basah
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengganti balutan tali pusat jika kotor dan basah yaitu
untuk mempercepat proses pengeringan tali pusat S : Ibu mengatakan bahwa ia mengerti
tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan dan mau untuk melaksanakannya
O :  Ibu nampak mengerti
 Ibu bisa mengulangi penjelasan yang diberikan oleh bidan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Anjurkan pada ibu untuk datang 3 hari lagi/bila sewaktu-waktu ada
komplikasi/kelainan

You might also like