Professional Documents
Culture Documents
[Akhlak]
Oleh:
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang bejudul “Ahklak” secara baik sesuai dengan waktu yang
telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, tugas yang di kerjakan dapat tercatat dengan rapi
dan dapat kita pelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan
proses belajar kita terutama dalam bidang Agama Islam.
Bersama ini saya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama kepada Ibu Darul
Nurjanah sebagai dosen mata kuliah bahasa indonesia yang telah memberikan
banyak saran, petunjuk dorongan serta bimbingan dalam melaksanakan tugas ini,
juga teman – teman lainnya. Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan
bimbingan yang lurus dari Alloh SWT.
Dalam penyusunan tugas makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena
itu segala kritik dan saran sangat saya harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan
tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita
dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Pembatasan Permasalahan
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan
tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini kami membatasi masalah
hanya pada pengertian,pengaplikasian akhlak dan macam – macam akhlak.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas pembuatan makalah
tentang Agama Islam sehingga mendapatkan nilai yang sempurna.
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkahlaku, perangai,
tabi’at. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian
akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan
diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut
akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak
mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya
apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya kikir, zalim,
dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada sumber
nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul.
Di samping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa
Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk
yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar
dalam menentukan baik dan buruknya
suatu perbuatan. Misalnya berpakaian minim di pantai Kuta Bali itu biasa saja,dianggap
tidak melanggar norma karena budaya itu diterima masyarakat.
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang
menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika dibandingkan dengan moral,
maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau
khusus dan etika bersifat umum.
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan
atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat
istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat jika masyarakat menganggap
suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar
nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal
dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam
jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang
menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi
dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah
telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain
akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan
berdasarkan aqidah.
Allah adalah Dzat yang menciptakan, yang mengatur, dan yang memiliki alam
semesta ini. Dia tidak butuh terhadap sesuatu apa pun. Dia jugalah yang memberi rizki dan
segala macam kenikmatan kepada makhluk-Nya. Maka sudah seharusnya bagi seorang
hamba untuk beribadah hanya kepada Allah dan tidak mencampurinya dengan kesyirikian
sedikit pun. Itulah hak Allah yang paling besar yang harus ditunaikan oleh hamba-hamba-
Nya, sebagaimana dalam hadits Rasulullah :
Dari shahabat Mu’adz bin Jabal ia berkata: “Suatu hari aku dibonceng nabi di atas
keledai, beliau berkata kepadaku: “Wahai Mu’adz! Tahukah kamu apa hak Allah atas
hamba-Nya dan apa hak hamba atas Allah?” Aku pun berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang
lebihtahu.” Maka beliau pun berkata: “Hak Allah atas hamba-Nya adalah agar mereka
beribadahhanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Sedangkan hak hamba atas Allah adalah Dia tidak akan mengadzab orang yang tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
"Sungguh jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan terhapuslah amalanmu dan
kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az Zumar: 65)
Berhati-hatilah dari perbuatan riya', karena hal itu bisa menggugurkan nilai
ibadahmu.Berusahalah untuk selalu mengikhlaskan niat hanya untuk Allah dan berdo'alah
kepada-Nya agar engkau dijauhkan dari perbuatan syirik kepada Allah . Karena barangsiapa
yang berbuat syirik, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik itu selama dia belum bertaubat
kepada-Nya.Di antara do'a yang diajarkan oleh Rasulullah adalah:
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik dan aku mengetahuinya, dan aku
memohon ampun kepada-Mu dari apa-apa yang tidak aku ketahui."
Sebagai seorang muslim yang baik, sudah seharusnya bersyukur atas nikmat-nikmat
yang telah Allah berikan, dan bersabar tatkala tertimpa musibah. Tidaklah Allah
menetapkan sesuatu, kecuali ada hikmah yang baik di balik itu semua. Itulah sifat seorang
mu'min sebagaimana yang disabdakan Rasulullah dalam haditsnya.
erhadap nikm
"Dan te mat Rabbmmu hendakla ah kamu me enyebutnya.." (Adh Dhuuha: 11)
Bersyukkur kepada Allah pun juga bisa dilakukan deengan perbu uatan, sepe
erti banyak
beribad
dah kepada Allah dan sebagainya a.
Adapunn bersyukurr kepada maanusia bisa dilakukan dengan
d lisa
an seperti
menguccapkan Jazzakumullahu u khairan attau dengan perbuatan, yaitu dengan berusah ha
memba alas kebaikaannya.Allah
h akan me enambah nikmat
n bagi orang yang mau be ersyukur
kepadaa-Nya dan mengancam m orang-orrang yang mengingka ari nikmat-N
Nya. Sebag gaimana
dalam firman-Nya:
f
"Jika ka
alian bersyu
ukur pasti akkan Aku tammbah (nikm
mat tersebut)) untuk kalia
an. Dan jika
a kalian
mengingka ari (nikmat te
ersebut), se
esungguhnyya adzab-Kuu sangat ke eras." (Ibrah
him: 7)
Sabar itu ada tiga maccam: sabar dalam men njalankan ke pada Allah , sabar
etaatan kep
dalam meninggalk
m kan larangann Allah , dan sabar dalam mengha adapi taqdirr Allah .
Allah te
elah menjannjikan paha
ala yang bessar dan tidaak terbatas bagi
b orang yang
besabaar. Allah pun telah men
nyebutkan tentang
t bar ini di 90 (sembilan p
sab puluh) temppat di
dalam Al
A Qur'an. Di
D antaranya a ada tiga ayat
a yang menyatakan
m bahwa sabbar termasuk
'Azmull Umur, yakkni perkara yang
y sanga at dianjurkan dan ditekankan oleh Allah
Oleh karena itulah, hendaknya kita selalu berupaya untuk bersabar dengan ketiga
macam sabar yang telah kita ketahui itu.
Seorang muslim yang baik adalah yang selalu melihat dan mengkoreksi dirinya.
Ketikadia melihat dirinya telah berbuat kesalahan atau dosa maka dia pun dengan segera
bertaubat dan meminta ampun kepada Allah . Begitulah perintah Nabi kepada umatnya
sebagaimana dalam hadits:
Dari shahabat Al Aghor bin Yasar Al Muzani ia berkata: “Rasulullah bersabda: “Wahai
kaum muslimin! bertaubatlah kalian kepada Allah dan minta ampunlah kepada-Nya. Karena
sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dan minta ampun kepada-Nya seratus kali dalam
sehari.” (HR. Muslim)
Atas dasar itulah maka sudah sepantasnya bagi kita semua untuk bertaubat kepada
Allah dengan sebenar-benarnya taubat (Taubatan Nashuha) dan meminta ampun kepada-
Nya setiap waktu sebagaimana yang Allah perintahkan dalam Al Qur'an3.
Adapun syarat-syarat bertaubat adalah menyesali perbuatan salah yang dilakukan,
meninggalkan perbuatan itu, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Dan Allah
Maha menerima taubat hamba-hamba-Nya.
a. Mencintainya
Dari shahabat Abu Hurairah ia berkata: “Rasulullah bersabda: “Seluruh umatku akan
masuk jannah kecuali orang yang enggan.” Dikatakan kepada Rasulullah : “Siapakahorang
yang enggan tersebut wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: ”Barangsiapa yang
mentaatiku akan masuk jannah dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku berarti dia telah
enggan.” (HR. Al Bukhari)
Makna shalawat Allah kepada Rasulullah adalah pujian Allah kepada beliau di
hadapan para Malaikat-Nya. Sehingga makna bershalawat kepada Nabi adalah berdo'a
kepada Allah agar Dia memberikan pujian-Nya kepada Nabi Muhammad di hadapan
para Malaikat-Nya.Beliau memerintahkan kepada umatnya untuk banyak bershalawat
kepadanya dan hal itu merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah .
Nabi bersabda:
Dari shahabat Al Husain bin ‘Ali , ia berkata: "Bersabda Rasulullah : “Orang yang bakhil
adalah orang yang disebutkan namaku di sisinya namun dia tidak bershalawat kepadaku.”
(HR. At Tirmidzi dan Ahmad)
Hal ini disebabkan karena keridhaan kedua orang tua merupakan sebab datangnya
keridhaan Allah dan perilaku/sikap durhaka terhadap orang tua bisa menyebabkan
kemurkaan Allah terhadap hamba tersebut, sebagaimana disebutkan di dalam hadits:
Dari shahabat Abdullah bin 'Amr , ia berkata: "Rasulullah bersabda: “Ridha Allah ada
pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang
tua.” (HR. Al Bukhari dalam kitab Al Adabul Mufrod dan At Tirmidzi)
b. Tidak mendurhakainya
Durhaka kepada orang tua merupakan bagian dari dosa besar yang paling besar.
Bagaimana seorang anak tega mendurhakai kedua orang tuanya padahal merekalah yang
memeliharanya sejak lahir, menjaganya, mendidiknya, menyayanginya dan mencintainya?
Dari shahabat Abu Bakrah ia berkata: “Suatu hari kami bersama Rasulullah , kemudian
beliau bersabda: ”Perhatikanlah! Aku akan mengabarkan kepada kalian tentang dosa besar
yang paling besar (beliau mengatakannya tiga kali), yaitu: syirik kepada Allah, durhaka
kepada orang tua, persaksian palsu atau perkataan dusta.” (HR. Muslim)
Ada kalanya perbuatan durhaka kepada orang tua dilakukan tanpa disadari yaitu
mencela orang tua. Bagaimana mungkin seseorang mencela kedua orang tuanya?
Pertanyaan ini langsung dijawab oleh Rasulullah dalam sebuah sabdanya, sebagaimana
dalam hadits:
Dari shahabat 'Abdullah bin 'Amr bin Al ‘Ash , bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela kedua orang tuanya.” Para shahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah mungkin seseorang itu mencela kedua orang tuanya?”
Rasulullah menjawab: “Mungkin saja, yaitu bila seseorang mencela ayah orang lain
Jadi yang dimaksud dengan mencela kedua orang tua adalah mencela orang tua
orang lain yang menyebabkan orang tersebut mencela kedua orang tuanya, maka
perbuatan tersebut menjadi sebab dicelanya orang tuanya.
Agama Islam telah mengatur cara bergaul dengan sesama muslim, baik ketika
belajar,bekerja, berdakwah, maupun aktivitas yang lainnya. Kaum muslimin itu bersaudara,
maka tidaklah pantas bagi seorang muslim untuk menyakiti saudaranya baik dengan
perbuatan ataupun dengan perkataan yang menyakitkan. Allah telah berfirman:
Hendaklah kamu tolong-menolong dalam kebaikan, dan jika kamu melihat aib pada
dirisaudaramu janganlah mencela dan merendahkannya, atau menzhaliminya dan
mengambil harta miliknya, karena hal itu adalah perbuatan yang tercela yang telah
diharamkan di dalam agama kita sebagaimana dalam hadits:
Dari shahabat Abu Hurairah ia berkata: Bersabda Rasulullah : “Orang muslim terhadap
muslim yang lainnya adalah bersaudara, maka dia tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh
mencelanya, dan tidak boleh merendahkannya. Takwa itu tempatnya di sini (Rasulullah
menunjuk ke dadanya tiga kali), cukup seseorang dikatakan berbuat kejelekan dengan
sekedar merendahkan kehormatan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap
muslim yang lainnya haram darah, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
Setiap orang membutuhkan bantuan orang lain, dan orang yang paling dekat dengan
kita adalah tetangga, maka merekalah orang yang pertama kali akan membantu ketika kita
memerlukan bantuan. Agama Islam telah mengajarkan pemeluknya untuk saling hidup
berdampingan dengan damai, saling menghormati, tolong-menolong dan menasehati dalam
kebaikan.
Di antara akhlak yang baik terhadap tetangga yang harus kita tunaikan antara lain:
memuliakannya, mengucapkan salam ketika bertemu, menengoknya ketika sakit,
mengunjunginya, dan membantunya.Rasulullah telah memperingatkan umatnya dengan
peringatan yang keras untuk tidak mengganggu, menyakiti, serta menzhalimi tetangga,
sehingga mengakibatkan mereka tidak merasa aman dari gangguan saudaranya,
sebagaimana disebutkan di dalam hadits:
Dari shahabat Abu Hurairah , bahwasanya Rasulullah bersabda: "Tidak akan masuk
Jannah orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Muslim)
Di antara perbuatan yang bisa mengganggu tetangga antara lain: berbuat gaduh,
mengotori rumah atau pekarangannya, menzhaliminya dan menghinanya.
Dari shahabat Anas bin Malik , ia berkata: Rasulullah bersabda: “Bukan dari golongan
kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati yang lebih tua.”
(HR.At Tirmidzi dan Abu Dawud)
Di antara cara menyayangi orang yang lebih muda adalah dengan mendahulukan
kepentingan mereka, mengajarinya dengan hal-hal yang baik, tidak mengganggunya, dan
berlemah lembut terhadap mereka. Adapun cara menghormati orang yang lebih tua di
antaranya dengan memuliakan mereka, tidak berkata dengan perkataan yang kasar, berlaku
sopan, tawadhu’ dan tidak sombong di hadapan mereka.
E. AKHLAK YANG MU
ULIA
a. Menjaga Lisan
L dan Bertutur
B Ka
ata Yang Ba
aik
Allah mem
merintahkan kepada kita
a untuk berrtutur kata yang
y baik se
ebagaimana
a
dalam firman-Nya:
f
Bila kam
mu belum bisa
b berkata
a yang baik, maka diam
mlah. Demikkianlah petu
unjuk
Rasululllah kepada
a kita dalam
m sebuah saabdanya:
“Barang
gsiapa yangg beriman kepada
k Allah
h dan hari akhir,
a maka katakanlah
h yang baik atau
diamlah
h.” (HR. Al Bukhari,
B M
Muslim, dari shahabat Abu
A Huraira ah )
Allah ju
uga memerintahkan ke
epada kita untuk
u menja
auhi perkata
aan kotor
sebagaaimana firma
an-Nya:
“Dan jauhila
ah perkataa
an kotor.” (A
Al Hajj: 30)
Allah akan n membalass setiap ucaapan hamba a-Nya di akhhirat kelak. Barangsiap
pa
yang be
ertutur kata dengan ba aik, akan dib
balas denga
an kebaikann pula. Baraangsiapa yaang
mengattakan perka ataan jelek, akan dibala
as dengan kejelekan
k pula.
Salah satu
s sifat se
eorang musllim yang baaik adalah dia bisa men
njaga lisann nya dari
Dari shahabat Abu Musa Al Asy‘ari , ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah
: “Wahai Rasulullah, siapakah orang Islam yang paling utama?” Rasulullah menjawab:
“Seorang muslim yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya.”
(Muttafaqun ‘Alaihi)
Tidakkah kamu bercita-cita menjadi seorang muslim yang paling utama? Tentunya
kamu menginginkannya bukan? Maka dari itu jagalah lisanmu dari ucapan-ucapan buruk
karena orang yang bisa menjaga lisannya akan dijamin untuk masuk Al Jannah.12
Rasulullah pernah bersabda (artinya): “Dan sesungguhnya orang yang paling aku
benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah orang yang banyak
bicara, suka mengobrol, dan bermulut besar.”Jagalah lisanmu, semoga Allah memasukkan
kita semuanya ke dalam Jannah-Nya.
b. Menyebarkan Salam
Seorang muslim dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara. Maka sudah
sepantasnya untuk saling mencintai satu dengan yang lainnya, karena Allah menjadikan
diantara syarat sempurnanya iman seseorang adalah dengan mencintai saudaranya
sesamamuslim.Di antara sebab agar kita saling mencintai adalah dengan mengucapkan
salam ketika bertemu. Sebagaimana dalam hadits:
Dari shahabat Abu Hurairah ia berkata: “ Rasulullah bersabda (artinya): “Kalian tidak
akan masuk jannah sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian
saling mencintai. Maukah aku beritahukan sesuatu yang jika kalian melakukannya kalian
akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
Maka sebagai penuntut ilmu sudah sepatutnya bagimu untuk bersemangat dalam
menyebarkan salam, baik kepada orang yang kamu kenal ataupun yang tidak kamu kenal,
baik di rumah ataupun di jalan.Di antara ucapan salam yang diajarkan Rasulullah:
Seorang muslim yang mempunyai sifat malu akan berusaha menjaga dirinya dari
hal-hal yang bisa menjatuhkan muru’ah (harga dirinya), seperti menjauhi kemaksiatan atau
perbuatan yang bisa mendatangkan celaan dari orang lain. Rasulullah telah mengabarkan
bahwa malu itu merupakan bagian dari keimanan, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
Dari shahabat 'Abdullah bin 'Umar , ia berkata: Bersabda Rasulullah : “Malu itu
termasuk bagian dari iman.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Sifat malu seorang hamba terhadap Allah menjadikan dia selalu berhati-hati dalam
beramal sehingga tidak sampai terjatuh ke dalam perbuatan maksiat. Sifat malu terhadap
manusia akan menjaga seseorang dari perbuatan-perbuatan rendah yang tidak selayaknya
dilakukan. Misalnya seorang thalibul ‘ilmi akan selalu berusaha berakhlak sebagaimana
akhlaknya thalibul ‘ilmi. Dia akan merasa malu bila orang di sekitarnya melihat dirinya
melakukan perbuatan yang tidak baik, seperti banyak bermain atau memakai pakaian yang
kotor dan berbau.Tapi bukan merupakan malu yang terpuji jika kamu malu untuk melakukan
kebaikan.Bahkan itu sifat malu yang tercela yang harus dihindari.
Allah adalah Dzat Yang Maha Indah dan mencintai keindahan15, dan Allah telah
menjadikan sifat Ar rifq (lemah lembut) sebagai perhiasan bagi kaum muslimin, yang dengan
kelembutan tersebut menjadi sebab munculnya rasa kasih sayang dan saling mencintai.
a. Sifat Sombong
“Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim, dari
shahabat 'Abdullah bin Mas'ud)
Sifat sombong walaupun sedikit dapat menjadi penghalang seseorang untuk masuk
Al Jannah16. Dan Allah telah menyediakan tempat bagi orang-orang yang sombong di An
Naar.Memang, An Naar banyak dihuni oleh orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri
Allah dengan keadilan-Nya memberikan karunia kepada siapa saja dari hamba-
Nya yang Dia kehendaki. Tidak seorang pun yang bisa menghalangi pemberian Allah
kepada hamba-Nya. Maka tidaklah pantas bagi seorang muslim untuk timbul sifat hasad
dalam hatinya, yaitu mengharapkan hilangnya nikmat yang ada pada saudaranya. Misalnya
ketika ada seseorang mendapatkan nilai yang baik dalam ujian, dia merasa iri dan
mengharapkan hilangnya kepandaian yang ada pada temannya tersebut.
Hasad bukanlah sifat seorang muslim yang baik. Bahkan hasad adalah sifat orang
Yahudi.
c. Perkataan Dusta
d. Mencela
Mencela orang lain apalagi terhadap sesama muslim merupakan perbuatan yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya . Sama saja apakah bentuk celaan itu berupa
mengumpat, mengolok-olok, mencaci maki, atau menghina dan merendahkan orang lain.
Tidaklah pantas seorang muslim mencela saudaranya karena hal itu
merupakan kefasikan. Rasulullah telah bersabda: “Mengumpat seorang muslim
adalah suatu kefasikan.” (HR. Muslim)
e. Ghibah
Ghibah adalah membicarakan aib dan kekurangan yang ada pada seorang muslim
yang ia tidak ada di hadapannya. Tentunya tidak ada seorang pun yang senang bila aibnya
sampai diketahui oleh orang lain. Rasulullah menjelaskan tentang makna ghibah
sebagaimana dalam hadits berikut:
Seorang yang berbuat ghibah itu seperti orang yang memakan daging saudaranya
sendiri yang telah mati.Tentunya kamu merasa jijik, bukan?
Ghibah adalah perbuatan kotor yang seandainya dimasukkan ke dalam lautan,
niscaya akan terkotorilah air laut itu semuanya.23
Akhirnya dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral,
susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang
dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama
menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram
sehingga sejahtera batiniah dan lahiriyah.
Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika
penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila
berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang
digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur'an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih
banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan
moral dan susila bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk,
sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral dan
susila berasala dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui
sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak
berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan Hadis.
Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia sedangkan akhlak berasal
dari Tuhan.
http://wizanies.blogspot.com
http://dewon.wordpress.com/janji-matahari/