You are on page 1of 18

Partisipasi Pemuda Dalam Mengisi Pembangunan Nasional

dalam rancangan Undang Undang tentang kepemudaan, defisi pemuda menunjuk kepada
orang yang berusia 18 sd. 35 tahun. Tentu penetapan margin usia ini lebih dahulu telah
melampaui kajian akademis untuk mendapatkan rumusan yang tepat bagi kondisi
demografi kepemudaan di tanah air.

Berdasarkan data Susenas 2006, jumlah pemuda Indonesia tahun 2006 mencapai 80,8
juta jiwa atau 36,4 persen dari total penduduk yang terdiri dari 40,1 juta pemuda laki-laki
dan 40,7 juta pemuda perempuan. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, tampak
bahwa pemuda yang tinggal di pedesaan jumlahnya lebih banyak daripada pemuda yang
tinggal di perkotaan (43,4 juta berbanding 37,4 juta).

Dengan jumlah yang amat besar, maka peran strategis pemuda dalam pembangunan
nasional sangatlah penting artinya dan telah dibuktikan didalam berbagai peran pemuda
seiring dengan perjalanan dan denyut jantung kehidupan suatu bangsa. Oleh sebab itulah
diskusi mengenai peran pemuda dalam berbagai sisi kehidupannya tidak akan pernah
habis dan tidak pernah mati termasuk yang sedang kita bicarakan didalam seminar kali
ini.

Menangani pemuda ibarat memegang sabun, tidak boleh terlalu kuat karena bisa
mencolot keluar dan tidak boleh terlalu lembek karena bisa tergelincir jatuh. Menangani
pemuda ibarat memelihara singa, bila kita pandai membujuk, ia akan tunduk dan patuh
kepada kita, namun bila sebaliknya, maka ia akan menyerang kita sendiri.

Peranan pemuda dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia memang bersifat dominan
dan monumental. Di era pra-kemerdekaan maupun di era kemerdekaan, pemuda selalu
tampil dengan jiwa kepeloporan, kejuangan, dan patriotismenya dalam mengusung
perubahan dan pembaharuan. Karya-karya monumental pemuda itu dapat ditelusuri
melalui peristiwa bersejarah antara lain; Boedi Oetomo (20 Mei 1908) yang kemudian
diperingati sebagai Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda(28 Oktober 1928),
Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945), transisi politik 1966, dan Gerakan
Reformasi 1998.

Peristiwa lahirnya Boedi Oetomo 1908 menjadi bukti bahwa pemuda Indonesia memiliki
inisiatif untuk mengubah peradaban bangsanya. Ketika itu, menyaksikan metoda
perjuangan kemerdekaan yang masih mengandalkan sentimen kedaerahan
(etnosentrisme), pemuda berinisiatif untuk mengubah strategi perjuangan kemerdekaan
dalam konteks peradaban yang lebih maju, yakni dengan memasuki fase perjuangan
berbasis kesadaran kebangsaan (nasionalisme), untuk menggantikan semangat
kedaerahan yang bersifat sporadis dan berdimensi sempit.

Pada peristiwa Sumpah Pemuda 1928, pemuda kembali menunjukkan perannya sebagai
pengubah peradaban bangsa. Sumpah Pemuda merupakan fase terpenting yang
dicetuskan pemuda dalam prosesi kelahiran nation-state Indonesia. Secara prinsip,
Sumpah Pemuda merupakan kesepakatan sosial (social agreement) dari segenap
komponen rakyat demi melahirkan entitas “Indonesia”. Halmana disusul oleh
kesepakatan politik Para Pendiri Bangsa berupa Proklamasi Kemerdekaan 1945 yang
melahirkan negara Indonesia merdeka yang berbasiskan pada platform dasar: NKRI,
Pancasila, dan UUD 1945 yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

Di setiap babak sejarah bangsa ini, pemuda selalu berusaha mempertahankan idealisme
kejuangan dan militansi gerakannya. Seusai kemerdekaan, pemuda secara konsisten tetap
berikhtiar dan berperan dalam menentukan hitam-putihnya masa depan negeri ini. Di era
pembangunan yang ditandai oleh beberapa kali pergantian rezim kekuasaan, pemuda

1
menunjukkan bargaining position yang kuat, termasuk ketika Indonesia memasuki era
transisi demokrasi bernama gerakan reformasi. Sejarah pergerakan nasional telah
membuktikan bahwa pemuda memiliki posisi dan peran strategis dalam mengubah
peradaban bangsanya.

Ketika menerima mandat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004
yang lalu, Menpora Adhyaksa Dault langsung menempuh langkah-langkah mendasar
untuk mengakselerasi pembangunan kepemudaan dan keolahragaan di Indonesia.
Menpora memandang bahwa pemuda dan olahraga merupakan dua pilar bangsa yang
amat penting untuk menguatkan pembentukan karakter bangsa (nation and character
building). Inilah sesungguhnya pandangan dasar atau basis kebijakan Menpora yang
selanjutnya harus diderivasikan dan dikonkritkan melalui program kerja dan kegiatan
Kemenegpora.

Basis kebijakan pemerintah berasas pada Tiga Agenda Pokok Pemerintahan SBY-JK
yakni menciptakan Indonesia yang aman dan damai; menciptakan Indonesia yang adil
dan demokratis; dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Berpedomankan tiga agenda pokok tersebut, program pembangunan kepemudaan dan


keolahragaan dirumuskan, dijalankan, dan dievaluasi demi menopang pembangunan
nasional yang bermuara pada tercapainya kesejahteraan rakyat.

Dalam kapasitas sebagai regulator, Pemerintah melalui Kemennegpora telah menempuh


sejumlah kebijakan mendasar guna mengakselerasi pembangunan kepemudaan dan
keolahragaan. Bersama dengan DPR, Kemennegpora telah melahirkan UU Sistem
Keolahragaan Nasional (UU/3/2005). Saat ini, Kemennegpora sedang berkonsentrasi
mempersiapkan lahirnya undang-undang kepemudaan. Dalam hubungan ini, telah
dirampungkan Naskah Akademis sekaligus materi RUU Kepemudaan, dan telah pula
disosialisasikan ke segenap stakeholders. Selain itu, materi RUU Kepemudaan telah
diharmonisasikan dengan berbagai instansi terkait dan segenap stakeholders kepemudaan.

Pergeseran paradigma pemuda sebagai social category dilakukan mengingat potensi


kualitatif dan kuantitatif dari pemuda yang bersifat strategis. Kiranya dimaknai bahwa
positioning pemuda dalam konfigurasi kehidupan bangsa bersentuhan langsung dengan
masa depan bangsa itu sendiri. Oleh karena itu, dari perspektif pemuda sebagai social
category, pemuda mesti terus mengalami pemberdayaan (empowering), baik dengan
ditopang oleh regulasi pemerintah, maupun oleh kemampuan pemuda untuk mandiri.

Adapun paradigma pemuda sebagai social category dapat dimaknai dari tiga perspektif,
yakni: Pertama, perspektif filosofis; bahwa pemuda sebagaimana kodrat manusia adalah
makhluk sosial (homo socius) yang memiliki peran eksistensial dengan beragam dimensi
antara lain dimensi sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Artinya, secara kodrati pemuda
mesti menjalankan peran eksistensialnya sebagai makhluk sosial.

Kedua, perspektif historis; pasca gerakan reformasi 1998, terjadi pergeseran paradigma di
semua lini publik. Di masa lalu, pemuda cenderung diposisikan sebagai komoditas politik
sehingga mengakibatkan bargaining position pemuda menjadi amat lemah. Halmana
mengakibatkan kurang terapresiasinya pemuda yang berada di luar area kelompok elite.
Pergeseran paradigma pemuda sebagai social category dimaksudkan untuk memposisikan
pemuda sebagai aset strategis bangsa.

Ketiga, perspektif kompetensi; bahwa pemuda merupakan segmen warga negara yang
memiliki aneka kompetensi yang dapat memberikan kemaslahatan bagi bangsa dan
negara. Paradigma pemuda sebagai social category sesungguhnya hendak menegaskan
bahwa apresiasi terhadap \pemuda melingkupi seluruh lapis profesi pemuda termasuk

2
yang memilih politik sebagai domain praksis profesionalnya. Artinya, para pemuda yang
memipemuda itu tapi justru hendak menegaskan bahwa hak-hak politik merupakan
bagian yang tidak terpisahkan (inherent) dari eksistensi pemuda sebagai social category.

Mengingat peran strategis pemuda, serta selaras dengan basis kebijakan Menpora, maka
sudah saatnya diperlukan keberadaan payung hukum yang bersifat permanen dalam
konteks pembangunan kepemudaan. Dengan begitu, pemuda memperoleh jaminan dari
negara atas hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Dalam hubungan ini, Kemenegpora saat ini sedang mempersiapkan kelahiran undang-
undang kepemudaan yang kini sudah dalam wujud RUU Kepemudaan, dan telah
disosialisasikan kepada segenap pemangku kepentingan (stakeholders).

1. Masalah kepemudaan.
Sebelum mengelaborasi mengenai partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional,
sejenak kita simak permasalahan yang melingkupi pemuda antara lain:
a. Misorientasi pemuda dalam menatap masa depan yang cenderung melihat politik
sebagai panglima; akibatnya pemuda berlomba-lomba merebut kekuasaan
dibidang politik, bukan dibidang ekonomi;
b. Rendahnya akses dan kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan;
c. Rendahnya minat membaca di kalangan pemuda yaitu sekitar 37,5 persen;
d. Rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pemuda yaitu sekitar 65,9
persen;
e. Belum serasinya kebijakan kepemudaan di tingkat nasional dan daerah;
f. Tingginya tingkat pengangguran terbuka pemuda yang mencapai sekitar 19,5
persen;
g. Maraknya masalah-masalah sosial di kalangan pemuda, seperti kriminalitas,
premanisme, narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA), dan HIV.
h. Ancaman harga diri bagi pemuda akibat adanya terorisme;
i. Penyaluran aspirasi yang cenderung destruktif.

2. Diagnosa mempercepat partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional

Dengan memahami permasalahan pemuda, maka diagnosa atas permasalahan itu


akan dilakukan secara lebih tepat, yang pada gilirannya akan memacu partisipasi
pemuda dalam pembangunan nasional. Sehubungan dengan ini, Pemerintah, dalam
hal ini Kemennegpora meletakkan prioritas pembangunan kepemudaan pada aspek:
a. Nation and Character Building (pembangunan watak manusia Indonesia)
b. Peningkatan kapasitas dan daya saing pemuda
Guna mendorong partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional, maka
pemerintah meletakkan paradigma pembangunan kepemudaan sebagai berikut:

a. Mengutamakan Pemuda Sebagai Kategori Sosial (Social Category) dari pada


Kategori Politik (Political Category)

b. Menghindarkan tiga langkah traumatis dalam pembangunan kepemudaan yakni:


1) Pembinaan
2) Pengawasan
3) Pengaturan

c. Melakukan reformasi pembangunan kepemudaan dengan melaksanakan tiga


langkah pembangunan kepemudaan, yakni:

1) Pemberdayaan
Upaya yang dilakukan secara sistematis guna membangkitkan potensi
pemuda agar berkemampuan untuk berperan serta dalam pembangunan.
Memposisikan pemuda sebagai potensi dan kader yang harus
dikembangkan. (Memperjelas mana terigu, mana roti).
2) Pengembangan

3
Pengembangan pemuda yaitu upaya sistematis yang dilakukan untuk
menumbuhkembangkan potensi kepemimpinan, kewirausahaan dan
kepeloporan pemuda.

3) Perlindungan
Upaya sistematis yang dilakukan dalam rangka menjaga dan menolong
pemuda terutama dalam menghadapi hal-hal sebagai berikut :
a) Demoralisasi
b) Degradasi Nasionalisme
c) Penetrasi paham non Pancasilais
d) Pengaruh Destruktif seperti Narkoba dan HIV/AIDS,
e) Perlindungan terhadap proses regenerasi, serta
f) Perlindungan terhadap hak dan kewajiban pemuda.

3. Sepuluh kegiatan prioritas pembangunan kepemudaan

Guna memotivasi pemuda untuk membangkitkan peranannya dalam pembangunan


nasional, maka pemerintah menetapkan 10 kegiatan prioritas khusus dalam bidang
pemberdayaan pemuda.
a. Menyelesaikan dan mensosialisasi UU tentang kepemudaan
b. Meningkatkan keserasian kebijakan pemuda;
c. Menyelenggarakan pertukaran pemuda antar negara;
d. Menyelenggarakan Pendidikan Bela Negara dan Jambore Pemuda Indonesia;
e. Mengembangkan wawasan dan kreativitas pemuda;
f. Mengembangkan Sentra Pemberdayaan Pemuda;
g. Meningkatkan Kapasitas IPTEK dan IMTAK Pemuda;
h. Memperluaskan Pilot Project Pengembangan Rumah Olah Mental Pemuda
Indonesia (ROMPI);
i. Meningkatkan Pengelolaan Lembaga Kepemudaan;
j. Mengembangkan Sistim Informasi Lembaga Kepemudaan

4. Peran strategis yang harus di lakukan oleh pemuda dalam pembangunan nasional.

Peran strategis sebagai upaya yang harus dilakukan oleh para pemuda dalam
mengakselerasi pembangunan nasional adalah mendorong terciptanya :
· Iklim Kondusif
· Harmonisasi
· Good Governance

a. Iklim Kondusif

Iklim kondusif sangat diperlukan dalam mencapai kesejahteraan. Kesejahteraan


sangat ditentukan oleh seberapa besar kehidupan perekonomian itu bisa berjalan.
Sementara nafas dari kegiatan perekonomian ialah berlangsungnya investasi
dalam segala bentuk manivestasinya. Dengan berjalannya dunia investasi maka
berdampak kepada semakin terbukanya lapangan pekerjaan. Dengan terbukanya
lapangan perkerjaan tentu saja upaya mempertahankan hidup akan dilakukan
dengan cara yang benar, sehingga para pemuda dapat terhindar dari perbuatan
yang tidak benar seperti : mencuri; merampok (skala besar maupun kecil);
mencopet; memeras; pungli; mengoplos minyak; menyelundup; dagang narkoba;
dagang ABG; berjudi; korupsi/menyalahgunakan jabatan; dan lain sejenisnya.
Sebaliknya bila iklim tidak kondusif, maka dunia investasi tidak akan dapat
berjalan dengan baik, sehingga lapangan pekerjaan tertutup dan orang dalam
mempertahankan hidupnya akan menggunakan cara-cara yang tidak benar.

b. Harmonisasi.

4
Sumber-sumber konflik yang sering terjadi didalam masyarakat majemuk
biasanya berasal dari persentuhan antara orang yang memiliki kesamaan ciri
dengan kelompok lain yang berbeda latar belakangnya seperti; agama, etnis,
pandangan politik, kelompok kepentingan atau organisasi serta perbedaan lainnya.

Indonesia adalah suatu bangsa yang masyarakatnya sangat majemuk. Oleh sebab
itu upaya untuk memelihara harmonisasi sangat penting artinya agar masyarakat
dalam berbagai posisi dan lapisannya dapat hidup berdampingan secara damai.
Tentu saja keadaan ini juga berkaitan erat dengan iklim kondusif itu. Oleh
karenanya forum-forum yang dapat mengakomodir kemajukan seperti Forum
Komunikasi Antar Pemuda Agama, Forum komunikasi Lintas Adat, Forum
Komunikasi Lintas Pemuda, sangat penting artinya sebagai kawasan penyangga
bila terjadi ancaman terhadap terusiknya suasana harmonis itu. Disinilah para
pemuda dapat memainkan perannya sebagai garda terdepan untuk bisa menjaga
suasana harmonis itu terutama dilingkungan pergaulannya sendiri (peer group
nya). Konflik-konflik yang mungkin muncul karena disebabkan adanya persoalan
dikalangan pemuda, segera dapat diatasi dengan mengefektifkan peran
komunikasi lintas pemuda, sehingga masalah yang kecil tidak sampai melebar dan
menyebakan terjadi konflik horizontal antar sesama pemuda.

c. Good Governance.

Sepuluh prinsip Tata Pemerintahan yang baik yang selama ini telah menjadi
pedoman bagi penyelenggaraan tata pemerintahan di Indonesia ialah : (1)
Partisipasi, (2) Penegakan Hukum, (3) Transparansi, (4) Kesetaraan, (5) Daya
Tanggap, (6) Wawasan ke Depan, (7) Akuntabilitas, (8) Pengawasan, (9) Efisiensi
& Efektifitas, dan (10) Profesionalisme. Sepuluh prinsip ini sejalan dengan
perkembangan penyelenggaran sistem pemerintahan di Indonesia yang merubah
asas sentralisasi menjadi desentralisasi yang dikenal dengan otonomi daerah.

Salah satu tujuan pemberian otonomi adalah untuk meningkatkan kualitas


pelayanan masyarakat. Untuk itu pemerintah daerah dituntut memahami secara
lebih baik kebutuhan masyarakat yang terdiri dari berbagai lapisan. Pemerintah
daerah harus melibatkan seluruh unsur masyarakat dalam proses pembangunan.
Tata-pemerintahan di daerah harus diselenggarakan secara partisipatif.
Penyelenggaraan pemerintahan yang eksklusif hanya melibatkan unsur
pemerintah dan/atau legislatif akan membuat masyarakat tidak peduli pada
pembangunan. Hal ini lebih lanjut akan menyebabkan keberlanjutan
pembangunan menjadi sangat rapuh dan rentan.

Partisipasi masyarakat dapat terwujud seiring dengan tumbuhnya rasa percaya


masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan di daerah. Rasa percaya ini
akan tumbuh apabila masyarakat memperoleh pelayanan dan kesempatan yang
setara (equal). Tidak boleh ada perlakuan yang didasari atas dasar perbedaan pria-
wanita, kaya-miskin, kesukuan dan agama. Pembedaan perlakuan atas dasar
apapun dapat menumbuhkan kecemburuan dan mendorong terjadinya konflik
sosial di masyarakat.

Guna terlaksananya prinsip-prinsip Good Governance dalam penyelenggaraan


pemerintahan, para pemuda dapat memainkan perannya baik secara partisipatif
yang terlibat langsung didalam penyelenggaraan pemerintahan maupun dengan
menggiatkan upaya-upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan.

Dengan posisi dan peran historisnya, pemuda memiliki potensi strategis untuk
berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Melalui persebaran potensi dan
kualitas pemuda yang merata di berbagai lini pengabdian sosial, para pemuda

5
diharapkan mampu memosisikan dirinya sebagai kader-kader bangsa yang tangguh
dalam meneruskan perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan. Kita berharap,
pemuda mampu membentuk dirinya sebagai pemimpin bangsa di masa depan, dan
mampu menggapai masa depan Indonesia yang lebih bermartabat, di bawah payung
NKRI yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.

PERAN SERTA GENERASI MUDA


DALAM PEMBANGUNAN DI DAERAH

A. Pengantar
Peran generasi muda atau pemuda dalam konteks perjuangan dan pembangunan dalam
kancah sejarah kebangsaan Indonesia sangatlah dominan dan memegang peranan sentral,
baik perjuangan yang dilakukan secara fisik maupun diplomasi, perjuangan melalui
organisasi sosial dan politik serta melalui kegiatan-kegiatan intelektual. Masa revolusi
fisik dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan adalah ladang bagi tumbuh
suburnya heroisme pemuda atau generasi muda yang melahirkan semangat patriotisme
dan nasionalisme. Pemuda atau generasi muda yang hidup dalam nuansa dan suasana
pergolakan kemerdekaan dan perjuangan akan cenderung memiliki kreativitas tinggi dan
keunggulan untuk melakukan perubahan atas berbagai kerumitan dan masalah yang
dihadapi, akan tetapi bagi para pemuda atau generasi muda yang hidup dalam nuansa
nyaman, aman dan tentram seperti kondisi sekarang, cenderung apatis, tidak banyak
berbuat dan hanya berusaha mempertahankan situasi yang ada tanpa usaha dan kerja
keras melakukan perubahan yang lebih baik dan produktif atau bahkan cenderung tidak
kreatif sama sekali.
Generasi muda memiliki posisi yang penting dan strategis karena menjadi poros bagi
punah atau tidaknya sebuah negara, Benjamine Fine dalam bukunya 1.000.000
Deliquents, mengatakan "a generation who will one day become our national leader".
Generasi muda adalah pelurus dan pewaris bangsa dan negara ini, baik buruknya bangsa
kedepan tergantung kepada bagaimana generasi mudanya, apakah generasi mudanya
memiliki kepribadian yang kokoh, memiliki semangat nasionalisme dan karakter yang
kuat untuk membangun bangsa dan negaranya (nation and character), apakah generasi
mudanya memilki dan menguasai pengetahuan dan tekhnologi untuk bersaing dengan
bangsa lain dalam tataran global dan tergantung pula kepada apakah generasi mudanya
berfikir positif untuk berkreasi yang akan melahirkan karya - karya nyata yang
monumental dan membawa pengaruh dan perubahan yang besar bagi kemajuan bangsa
dan negaranya.

B. Generasi muda adalah orang yang membuat sejarah

(People Makes History)


Peran dan perjuangan pemuda Indonesia dirintis dan dimulai dari berdirinya Indische
Vereeniging atau Perhimpunan Hindia yang kemudian menjadi Perhimpunan Indonesia
pada tahun 1908. Organisasi pemuda, pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda
ini kemudian menerbitkan Koran Indonesia Merdeka. Dalam terbitannya yang pertama
koran ini menyatakan tentang kemauan besar bangsa Indonesia untuk merebut kembali
hak-hak dan menetapkan kedudukan atau keyakinan di tengah-tengah dunia, yaitu sebuah
Indonesia yang merdeka. Selanjutnya semangat nasionalisme dan patriotisme tersebut
mulai merambah ke Indonesia dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20
Mei 1908 yang kemudian diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional, kemudian
berdiri pula Organisasi Sarikat Islam (SI) pada tanggal 10 September 1912. Semangat
nasionalisme dan patriotisme tersebut kemudian dipertegas dengan Sumpah Pemuda yang
merupakan sumpah setia para pemuda pada saat Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia
dalam Kongres Pemuda II yang dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 yaitu tentang
pengakuan generasi muda indonesia untuk bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia,
berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia dan menjunjung Bahasa Persatuan yaitu Bahasa
Indonesia. Sebelumnya pada rapat pertama, Sabtu, tanggal 27 Oktober 1928, di Gedung
Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng).
Dalam sambutannya, ketua PPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat
memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara kemudian
dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan
dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia

6
yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan. Militansi dan peran
pemuda selanjutnya terlihat menjelang proklamasi kemerdekaan yaitu dalam Peristiwa
Rengas Dengklok berupa "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain
Adam Malik dan Chaerul Saleh dari Menteng 31 terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa
ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 WIB. Soekarno dan Hatta dibawa
atau lebih tepatnya diamankan ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak
agar mempercepat proklamasi, sampai kemudian terjadinya kesepakatan antara golongan
tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Akhmad Subardjo dengan golongan
muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan. Pada saat mempertahankan
kemerdekaan dari agresi militer Belanda peran pemuda yang tergabung dalam API,
barisan pemuda pelopor dan laskar laskar perlawanan rakyat sangat jelas sekali. Peristiwa
10 November Surabaya, Bandung Lautan Api, adalah bukti pengorbanan pemuda atau
generasi muda bagi bangsa dan negara.

C. Memaknai peristiwa sejarah sebagai sumber edukasi dan inspirasi

Experience is the best teacher. Jadi terminologi "belajar dari sejarah" bukahlah hal yang
sepele, justru sebaliknya lewat sejarah itulah identitas seorang warga negara diperkokoh.
Mengambil makna edukasi dan inspirasi dari peristiwa-peristiwa sejarah besar (great
historical events) di atas tidak sebatas diperingati dalam upacara seremonial sambil
mengenang jasa para pemuda Indonesia. Lebih jauh para pemuda atau generasi muda saat
ini haruslah mengambil makna mendalam dan menemukan inspirasi dan edukasi atas
peristiwa bersejarah itu. Sejarah akan terus berulang untuk masa dan pelaku sejarah yang
berbeda. Pemuda atau generasi muda saat ini mempunyai potensi besar mengulang
sejarah yang lebih besar dan monumental. Perjuangan merintis kemerdekaan, Proklamasi
kemerdekaan, satunya Indonesia sebagai sebuah nation atau bangsa, bukanlah sekedar
ikrar, tetapi harus jauh merayapi setiap nurani generasi muda dan rakyat Indonesia untuk
kemudian melahirkan gerakan yang nyata bagi perwujudan untuk mencapai tujuan negara
yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Masa untuk
mencapai tujuan negara telah beberapa tahapan dilalui, mulai dari masa orde lama, orde
baru bahkan sekarang bangsa Indonesia memasuki era reformasi.
Sejak bergulirnya reformasi di Indonesia dimulai pada pertengahan Bulan Mei tahun
1998 yang ditandai dengan adanya pergantian rezim orde baru dengan orde reformasi,
belum banyak terjadi perubahan-perubahan mendasar dan menyeluruh di segala aspek
dan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Orde reformasi yang menggantikan orde
baru dan diharapkan dapat membawa perubahan besar atau lompatan besar menuju
Indonesia Baru untuk menggantikan Indonesia Lama (Orde Baru) yang dipandang
sebagai masa yang penuh dengan kekurangan (deficiencies) dan berbagai macam
penyakit sosial (social ills), tampaknya masih jauh dari harapan. Masa-masa sulit diawal
reformasi yang dijalankan tampaknya belum mampu untuk mewujudkan Indonesia Baru
yang diharapkan. Masa-masa awal reformasi justru penuh dengan situasi yang penuh
dengan ketidakpastian, tidak dihormatinya hukum dan keadilan (law and order). Harapan
dan tuntutan masyarakat terutama kalangan pemuda dan mahasiswa yang dikenal dengan
agenda reformasi hingga saat ini hampir dikatakan tidak berjalan atau dapat dikatakan
berjalan di tempat. Perubahan yang terjadi tampak dirasakan hanya pada bidang
demokrasi, yang dalam prakteknya malah cenderung kepada demokrasi keterlaluan dan
berlebihan (too much democracy). Pada level bangsa (nation) kita jauh dari ketentraman
(in order), malah cenderung tidak aman (dis order). Penyakit masyarakat (social ills) dan
ketidakpastian hukum cenderung meningkat kemudian harga diri bangsa dimata dunia
saat ini malah semakin terpuruk dan ada kecenderungan, bangsa ini hampir kehilangan
kebanggaan dan identitas (jatidiri) sebagai bangsa Indonesia (having no pride as
Indonesian). Bangsa seolah-olah saling menyalahkan dan membuka aib sendiri, bagaikan
membuka kotak pandora (pandora box). Kemudian tak dapat dinafikan, bahwa
kemiskinan dan pengangguran meningkat, investasi dan pertumbuhan ekonomi menurun
ditengah dominasi asing, kekerasan dan kesemrawutan berbagai kota, berbagai bencana
melanda, ditingkahi lakon elit politik yang jauh dari harapan rakyat. Permasalahan-
permasalahan bangsa semakin rumit dan semakin tidak beradab, amuk masa, tawuran,
kerusuhan sosial dan konflik horizontal di daerah menjadi pemandangan yang
mencengangkan. Berbagai konflik kepentingan antara pusat dan daerahpun ikut
meramaikan kondisi bangsa dan cenderung ke arah disintegrasi bangsa. Kemudian lebih
menyedihkan lagi bangsa semakin diperparah dengan berbagai bencana dan musibah di

7
berbagai pelosok penjuru nusantara serta ancaman akan kehilangan generasi (lost
generation) akibat penyalahgunaan narkoba. Seharusnya disaat kita sedang memulai
pembangunan Indonesia baru yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang drastis,
cepat dan berjangka panjang di bidang politik diperlukan semangat kecintaan kepada
bangsa, kebersamaan dan persaudaraan yang dapat menumbuhkan harapan-harapan
pencerahan bagi bangsa untuk membangun Indonesia baru atau Indonesia yang lebih
baik, maka dimanakah para pemuda atau generasi muda mengambil peran dalam situasi
bangsa seperti ini.

D. Peran serta generasi muda dalam pembangunan


Disaat kondisi bangsa seperti saat ini peranan pemuda atau generasi muda sebagai pilar,
penggerak dan pengawal jalannya reformasi dan pembangunan sangat diharapkan.
Dengan organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dan generasi muda dapat
memainkan peran yang lebih besar untuk mengawal jalannya reformasi dan
pembangunan. Permasalahan yang dihadapi saat ini justru banyak generasi muda atau
pemuda yang mengalami disorientasi, dislokasi dan terlibat pada kepentingan politik
praktis. Seharusnya melalui generasi muda atau pemuda terlahir inspirasi untuk
mengatasi berbagai kondisi dan permasalahan yang yang ada. Pemuda atau generasi
muda yang mendominasi populasi penduduk Indonesia saat ini mesti mengambil peran
sentral dalam berbagai bidang untuk kemajuan antara lain:

1. Saatnya pemuda menempatkan diri sebagai agen sekaligus pemimpin perubahan.


Pemuda harus meletakkan cita-cita dan masa depan bangsa pada cita cita
perjuangannya. Pemuda atau generasi muda yang relatif bersih dari berbagai
kepentingan harus menjadi asset yang potensial dan mahal untuk kejayaan dimasa
depan. Saatnya pemuda memimpin perubahan. Pemuda atau generasi muda yang
tergabung dalam berbagai Organisasi Kemasyarakatan Pemuda memiliki
prasyarat awal untuk memimpin perubahan. Mereka memahami dengan baik
kondisi daerahnya dari berbagai sudut pandang. Kemudian proses kaderisasi
formal dan informal dalam organisasi serta interaksi kuat dengan berbagai lapisan
sosial termasuk dengan elit penguasa akan menjadi pengalaman (experience) dan
ilmu berharga untuk mengusung perubahan.
2. Pemuda harus bersatu dalam kepentingan yang sama (common interest) untuk
suatu kemajuan dan perubahan. Tidak ada yang bisa menghalangi perubahan yang
diusung oleh kekuatan generasi muda atau pemuda, sepanjang moral dan
semangat juang tidak luntur. Namun bersatunya pemuda dalam satu perjuangan
bukanlah persoalan mudah. Dibutuhkan syarat minimal agar pemuda dapat
berkumpul dalam satu kepentingan. Pertama, syarat dasar moral perjuangan harus
terpenuhi, yakni terbebas dari kepentingan pribadi dan perilaku moral
kepentingan suatu kelompok. Kedua, kesamaan agenda perjuangan secara umum
Ketiga, terlepasnya unsur-unsur primordialisme dalam perjuangan bersama,
sesuatu yang sensitive dalam kebersamaan.
3. Mengembalikan semangat nasionalisme dan patriotisme dikalangan generasi
muda atau pemuda akan mengangkat moral perjuangan pemuda atau generasi
muda. Nasionalisme adalah kunci integritas suatu negara atau bangsa. Visi
reformasi seperti pemberantasan KKN, amandeman konstitusi, otonomi daerah,
budaya demokrasi yang wajar dan egaliter seharusnya juga dapat memacu dan
memicu semangat pemuda atau generasi muda untuk memulai setting agenda
perubahan.
4. Menguatkan semangat nasionalisme tanpa harus meninggalkan jatidiri daerah.
Semangat kebangsaan diperlukan sebagai identitas dan kebanggaan, sementara
jatidiri daerah akan menguatkan komitmen untuk membangun dan
mengembangkan daerah. Keduanya diperlukan agar anak bangsa tidak tercerabut
dari akar budaya dan sejarahnya.
5. Perlunya kesepahaman bagi pemuda atau generasi muda dalam melaksanakan
agenda-agenda Pembangunan. Energi pemuda yang bersatu cukup untuk
mendorong terwujudnya perubahan. Sesuai karakter pemuda yang memiliki
kekuatan (fisik), kecerdasan (fikir), dan ketinggian moral, serta kecepatan belajar
atas berbagai peristiwa yang dapat mendukung akselerasi perubahan.
6. Pemuda menjadi aktor untuk terwujudnya demokrasi politik dan ekonomi yang
sebenarnya. Tidak dapat dihindari bahwa politik dan ekonomi masih menjadi
bidang eksklusif bagi sebagian orang termasuk generasi muda. Pemuda harus

8
menyadari , bahwa sumber daya (resource) negeri ini sebagai aset yang harus
dipertahankan, tidak terjebak dalam konspirasi ekonomi kapitalis.
7. Secara khusus peranan pemuda di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
seharusnya lebih berorientasi kepada upaya membangun kualitas sumber daya
manusia dan upaya menjaga kualitas sumber daya alam Bangka Belitung agar
tetap dapat mempunyai daya dukung bagi pembangunan Bangka Belitung
dasawarsa kedepan dan untuk persiapan bagi generasi mendatang. Sebagai suatu
propinsi yang baru menginjak usia delapan tahun banyak hal yang harus
diperbuat, diperjuangkan dan ditingkatkan agar propinsi ini dapat sejajar serta
dapat mengejar ketertinggalan dengan propinsi lainnya di Indonesia. Issue aktual
tentang kerusakan lingkungan di Bangka Belitung hendaknya menjadi perhatian
serius dan utama mengingat eksploitasi terhadap biji timah yang sudah dimulai
sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1710, kemudian
dilanjutkan oleh bangsa asing kulit putih yaitu bangsa Inggris tahun 1812 dan
bangsa Belanda sejak tahun 1814 hingga kemerdekaan, kemudian dilanjutkan
eksploitasinya oleh perusahaan Timah milik negara dan sekarang malah
dieksploitasi secara bebas dan besar-besaran oleh rakyat tanpa memperhatikan
aturan-aturan dan kelestarian lingkungan, akan berakibat pada kerusakan dan
kehancuran. Dalam posisi inilah harusnya pemuda atau genersi muda dapat
berperan menghentikan kerusakan dan mengajukan alternatif solusi yang cerdas
bagi penyelesaiannya dan terutama sekali solusi terbaik bagi penghidupan rakyat
pasca timah. Saat ini suara, pemikiran dan tindakan nyata dari generasi muda atau
pemuda, mahasiswa, akademisi atau dari golongan elite terpelajar nyaris tak
terdengar, sebetulnya banyak kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah yang perlu dikritisi secara arif.

8. Pemuda atau generasi muda harus dapat memainkan perannya sebagai kelompok
penekan atau pressure group agar kebijakan-kebijakan strategis daerah memang harus
betul-betul mengakar bagi kepentingan dan kemashlatan umat.
Terakhir Diperbaharui : Sabtu, 30 Januari 2010 20:45

PERAN GENERASI MUDA BAGI BANGSANYA

Secara definitif seseorang dianggap pemuda jika dari sisi usia adalah dalam bentangan
usia 10-24 tahun. Di sisi lain, seseorang bisa saja dianggap muda jika yang bersangkutan
memiliki semangat sebagaimana kaum muda. Bisa jadi usianya tua kira-kira 40 tahunan
akan tetapi masih berjiwa muda.

Generasi muda adalah the leader of tomorrow. Makanya di tangan kaum mudalah nasib
sebuah bangsa dipertaruhkan. Jika kaum mudanya memiliki semangat dan kemampuan
untuk membangun bangsa dan negaranya, maka sesungguhnya semuanya itu akan
kembali kepadanya. Hasil pembangunan dalam aspek apapun sebenarnya adalah untuk
kepentingan dirinya dan masyarakatnya.

Para generasi pendahulu telah menghasilkan karya besar bagi bangsa ini. Kemerdekaan
bangsa merupakan karya monumental yang luar biasa yang dihasilkan oleh para founding
fathers negeri ini, yang tidak lain adalah para pemuda. Kemerdekaan bangsa ini bukan
dihasilkan melalui warisan para penjajah, namun dihasilkan melalui tercecernya keringat
dan darah, semangat dan aktivitas, retorika dan diplomasi yang dilakukan oleh para
pendahulu.

Peran pemuda dalam sejarah negara dan bangsa Indonesia pertama kali dapat dilihat dari
kebangkitan bangsa tahun 1908 atau tepatnya ketika berdiri Boedi Oetomo tanggal 20
Mei 1908. Melalui proses kebangkitan bangsa ini, maka para pemuda telah
menggelorakan semangat agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak terserak-
serak dalam arti wilayah, suku, ras, agama dan sebagainya akan tetapi telah memiliki
kesadaran berorganisasi sebagai persyaratan untuk kebangkitan nasional. Mereka dikenal
sebagai generasi 08.

Salah satu tonggak lain, persatuan dan kesatuan bangsa sebenarnya ketika terjadi Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini berarti bahwa pemuda telah memiliki peran

9
yang sangat signifikan dalam proses pembentukan negara kesatuan Republik Indonesia.
Melalui Sumpah Pemuda: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indonesia merupakan
titik awal bagi proses pembentukan negara bangsa yang kemudian dikenal sebagai negara
dan bangsa Indonesia. Kongres para pemuda di tahun tersebut tentunya tidak bisa
dibayangkan seperti rapat umum di zaman sekarang. Rapat Umum para pemuda kala itu
tentu berada di bawah bayang-bayang kekuasaan kaum kolonialis, sehingga akan terdapat
banyak kesulitan yang dihadapi. Meskipun begitu, para pemuda dengan sangat antusias
dan semangat akhirnya dapat mencetuskan gagasan mengenai Indonesia pasca
penjajahan, Indonesia merdeka. Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai generasi
tahun 28.

Generasi muda kemudian juga berhasil menorehkan tinta emas bagi perjalanan bangsa ini
ketika di tahun 1945 kembali mereka merenda dan mengimplementasikan gagasan
mengenai satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa dalam bentuk kemerdekaan bangsa,
yang teks proklamasinya dibacakan oleh Ir. Soekarno tepat jam 10 tanggal 17 Agustus
1945. Melalui proklamasi kemerdekaan ini, maka bangsa Indonesia yang selama ini
tidak memiliki kedaulatan yang terfragmentasi dalam kerajaan-kerajaan, maka menyatu
menjadi satu yaitu bangsa Indonesia. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang sering
dikumandangkan pada waktu upacara merupakan simbol dan substansi dari menyatunya
segenap elemen bangsa Indonesia. Mereka dikenal sebagai generasi 45.

Ketika terjadi krisis kekuasaan akibat gerakan makar yang dilakukan oleh PKI di tahun
1966, maka pemuda juga bangkit melakukan perlawanan. Para aktivis organisasi
kemahasiswaan, seperti IMM, HMI, GMNI, PMII, , PMKRI, GMKI dan segenap elemen
mahasiswa melakukan tiga tuntutan rakyat (Tritura) yang sangat dikenang, yaitu:
Bubarkan PKI, Bersihkan pemerintahan dari unsur-unsur PKI dan Turunkan harga.
Tritura ini menjadi salah satu power pressure bagi pemerintahan Orde Lama untuk
melakukan berbagai perubahan sehingga memunculkan Orde Baru yang kemudian
berkuasa dalam puluhan tahun. Mereka dikenal sebagai generasi 66.

Kekuasaan Orde Baru yang tiranic, gigantic and powerfull ternyata juga tidak mampu
menghadang kekuatan mahasiswa yang di tahun 1998 melakukan berbagai aksi untuk
menurunkan Jenderal Besar Soeharto dari panggung kekuasaan. Melalui gerakan people
power akhirnya kekuasaan otoriter Soeharto pun harus berakhir. Gerakan mahasiswa
yang terjadi saat itu sungguh sekali lagi membuktikan bahwa mahasiswa memiliki
kekuatan untuk melakukan perubahan sosial. Melalui gerakan mahasiswa tersebut maka
muncullah Orde reformasi yang berlangsung sekarang. Mereka dikenal sebagai generasi
98.

Mencermati terhadap gerakan para pemuda ini, maka kiranya tidak salah jika kemudian
para pemuda dapat menjadi agent of social change, baik dalam skala nasional maupun
lokal. Gerakan para pemuda dalam kiprahnya ini juga memberikan catatan bahwa ada
siklus 20 tahunan, di mana para pemuda memainkan peranan signifikan dalam kehidupan
bangsa dan negara.

10
DARUSYABAB ( Peran pemuda dalam Islam )

Seorang ulama berkata : “Sesungguhnya tampilnya islam karena tampilnya umat,


tampilnya umat karena tampilnya pemuda, dan tampilnya pemuda karena kebaikan
akhlaq”

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” ( QS
: Ar-Ruum 30 : 54 )

Pemuda adalah generasi penerus bangsa, tidak jarang juga kita mendengar kalau
majunya suatu bangsa itu karena pemudanya dan hancurnya suatu bangsa itu juga
karena pemuda. Karena ditangan pemudalah estafet kepemimpinan berikutnya akan
di limpahkan. Apalagi di zaman yang akhir ini setelah berakhirnya khilafah
islamiyyah, umat islam menjadi terpecah belah, jika kita sebagai generasi
penerus Rasulullah tidak membekali diri dengan ilmu dan akhlaq mulia, maka apa
yang akan terjadi dimasa yang akan datang, dengan pemudanya yang hanya
memikirkan diri sendiri. Kebanyakan orang berpikir saat masih muda mereka hanya
menganggap tugas mereka adalah sekolah, bekerja dan menikah.Tapi apakah
sesimple itu dalam memandang dan menjalani hidup tanpa memikirkan apa yang
sedang terjadi pada lingkungan sekitar, krisis moral, krisis ekonomi, dan
berbagai krisis multidimensial yang melanda bangsa kita, terutama lagi kita
sebagai umat islam khususnya generasi penerus Rasulullah akan duduk dan
sebagai penonton?, jangan pernah kita mengatakan kalau kita generasi rabbani
sedang kita hanya duduk-duduk, diam, menonton, dan menikmati kondisi tanpa mau
peduli. Sudah saatnya kita bangkit, bersatu dan meneruskan lagi perjuangan
Rasulullah untuk menegakkan syariat-syariat islam di muka bumi ini, dan bukan
mementingkan dan saling mendahulukan pendapat pribadi. Terus apakah tugas kita
sebagai pemuda?

Tugas kita sebagai pemuda adalah :

1. sebagai cadangan
karena generasi muda adalah generasi pengganti yang tua jadi kita sebagai
generasi muda harus meningkatkan qualitas Ruhiah kita dengan membekali diri
sebanyak mungkin agar bisa mendidik generasi berikutnya.
2. sebagai akhir perubah/pembaharu
saat kita melihat kondisi lingkungan kita yang menyimpang, kita sebagai
pemuda harus bisa melakukan perubahan atas kondisi tersebut dengan keberanian.
Seorang pemuda itu harus mempunyai idealisme tinggi, punya keberanian dan
berani melakukan perubahan dimulai dari diri, keluarga dan masyarakat.
3. sebagai da’i
ungkapan “kita adalah da’i sebelum apapun” kenapa karena semenjak kita lahir
kita sudah punya kewajiban untuk menjadi da’i dan setiap manusia adalah
pemimpin/khalifah.

Kenapa tugas dan beban diatas harus diserahkan kepada pemuda ?


karena :
a. Pemuda mempunyai kekuatan inisiatif tinggi
seorang pemuda punya semangat dan inisiatif tinggi untuk mencetuskan gagasan
atau ide. Sebagai contoh ketika Rasulullah berusia 17 tahun ada perseteruan
antar 2 kabilah besar di kota Makkah yaitu untuk memindahkan batu hajar aswad
yang akan mengakibatkan peperangan jika tidak segera ditangani, lalu Rasul
berinisiatif untuk membentangkan sorbannya dan menaruh batu tersebut diatas
sorban itu dan kedua kabilah akhirnya bisa mengangkat bersama-sama yang
akhirnya kedua kabilah itu bisa bersatu.
b. Pemuda memiliki kekuatan untuk bergerak ( kekuatan gerak ).
Sudah menjadi karakter seorang pemuda jika melihat sesuatu mereka ingin
segera melakukan reaksi saat melihat sesuatu yang dirasa tidak sewajarnya.
c. Pemuda memiliki kekuatan Fikriyah.

11
Pemuda banyak mempunyai ide dan cetusan gagasan. Seperti kisah Ashabul Kahfi
karena mereka merasa terancam dinegaranya yang mempunyai penguasa yang kejam,
akhirnya mereka melakukan perubahan pada masyarakat dengan masuk kedalam goa
dan dengan kekuasaan allah mereka ditidurkan Allah selama 309 tahun. Dan kisah
nabi Yusuf yang dipenjara oleh istri sang raja, tapi karena kecerdasannya nabi
Yusuf bisa menterjemahkan arti mimpi sang raja yang karenanya beliau diangkat
sebagai bendaharawan negara.

Dan bila ditinjau dari segi orangtua kenapa tugas –tugas diatas dibebankan
pada pemuda dan bukan orangtua karena orang tua tidak punya kekuatan gerak,
sedang orangtua hanya mempunyai kekuatan konsepsi dan lebih berperan di
belakang layar karena kondisinya tersebut, tetapi tidak hanya itu sikap
kebijaksanaan orangtuapun tak kalah pentingnya dibutuhkan oleh pemuda yang
lebih cenderung mempunyai gejolak yang tinggi dengan darah mudanya yang tidak
jarang sering berkesan grusa-grusu dalam mengambil tindakan, disinilah peran
orangtua dibutuhkan.

Adapun bentuk karakter pemuda yang idealnya harus dimiliki adalah :


1. Taat kepada Allah dan Rasul
2. Jihad sebagai jalan yang ditempuh dengan jihad fisabilillah
bentuk jihad bermacam-macam :
a. dengan ilmu yaitu bisa dengan mengisi majelis taklim
b. dengan harta yaitu dengan mengeluarkan zakat, infaq dan shodaqoh
c. dengan tenaga yaitu membantu secara fisik dalam kegiatan dakwah
islamiyah.
3. Sangat merindukan syahid
Syahid adalah cita-cita tertinggi seorang pemuda, seperti Khalid bin Walid
yang seorang panglima perang tetapi tidak mendapatkan mati syahid seperti yang
diimpikan, beliau meninggal diatas kasur.
4. Sabar dan Ridho terhadap ujian
Seorang pemuda harus ridho dan sabar saat mendapat dan menghadapi ujian.
5. Ikhlas dalam beramal
karena seorang pemuda mempunyai sifat selalu bergerak, saat mereka bergerak
mereka juga harus bergerak ikhlas karena Allah atau dengan kata lain memiliki
sifat ikhlas karena Allah.
6. Takut pada ancaman Allah.
Meskipun seorang pemuda itu pemberani tetapi mereka juga harus takut kepada
Allah. Sebagaimana nabi Ibrahim yang berani menyatakan kebenaran kepada
orangtuanya, dan setelah dewasa berani melawan raja Namrudz yang angkuh, merasa
menghidup dan mematikan manusia, yang semua sikap perlawanan tersebut
mengakibatkan Ibrahim dibakar hidup-hidup.
7. Selalu bertaubat dan memohon ampun kepada Allah.
Karakter pemuda yang punya ego besar dan ingin menang sendiri membuat kita
harus selalu bertaubat karena kita juga tidak lepas dari kesalahan.
8. Selalu melaksanakan/ mau melaksanakan qiyamul lail
Pemuda masih mempunyai kekuatan dengan kesehatan fisik nya untuk bisa bangun
tengah malam seperti Rasulullah yang selalu menyegerakan untuk tidur diawal
malam untuk melaksanakan qiyamul lail.
9. Zuhud pada dunia
Zuhud bukan berarti miskin, tapi menilai segala sesuatu pada dirikita bukan
berdasarkan dunia.

Semoga uraian diatas bisa menjadi motivasi buat kita para generasi muda,
wahai para pemuda janganlah engkau hanya diam termangu dan terlena oleh
indahnya masa muda, yang memang hanya datang sekali, mari isi masa muda kita
dengan terus berjuang, berpegang dan menguatkan tali Allah, bersatu saling
bergenggam menjadi mujahid dan mujahidah tangguh generasi penerus Rasulullah
dengan menjadikan syahid tujuan kita.wallahu a’lam bishowab (none160107:15.15)

12
Kapanlagi.com - Peran pemuda di era reformasi semestinya optimal di semua bidang
kehidupan masyarakat karena wadah mereka berhimpun baik di Ormas maupun partai
politik di era Orde Baru selalu mendengungkan visi dan misi mengembangkan demkrasi,
namun keika Orde Baru tumbang kalangan pemuda justru terjebak pragmatisme politik
sesaat.
Demikian pemikira yang mencuat dalam diskusi "Menakar Nasionaliema Pemuda" yang
diselenggarakan Forum Komunikasi Massa (FKM) di Gedung DPR/MPR Jakarta, Rabu
(17/05).
Diskusi menghadirkan mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, Direktur Program The
Indonesia Instittute Dr Cecep Effendy dan Asisten Deputi Pendidikan Menpora Erlangga
Masdiana.
Akbar Tandjung menjelaskan, peran pemuda di era reformasi diharapkan meliputi semua
bidang, baik politik, ekonomi, hukum, budaya dan mendorong demokratisasi. Partai
politik dan Ormas kepemudaan harus menunjukkan kepeloporan yang kuat di berbaai
bidang.
Namun peran pemuda di era reformasi justru terjebak pada pragmatisme kepentingan
politik. Orentasi memperebutkan jabatan-jabatan politik begitu kuat, dibanding
kepeloporan di bidang ekonomi, hukum dan budaya. Begitu juga penanaman nilai-nilai
demokrasi dan akuntabilitas publik belum tampak dilakukan pemuda.
Kalangan pemuda masih berwacana mengenai wacana-wacana praktis dan kepentingan
pragmatis sesaat. Orentasinya belum diarahkan untuk kepentingan jangka panjang.
"Dari sisi perpektif politik, mereka belum mampu perjuangkan idealisme seperti yang
didengungkan sebelum reformasi," katanya.
Akbar mengatakan, ketika reformasi yang membawa perubahan, pemuda justru terkejut
menghadapi perkembangan. Ini membuktikan bahwa wacana-wacana yang
dikembangkan belum diarahkan untuk kepentingan jangka penjang.
Erlangga Masdiana memperkuat analisis Akbar Tandjung dan lebih banyak mengulas
penyebab atau akar persoalan rendahnya kepeloporan pemuda di era reformasi. Kalangan
pemuda berada di simpang jalan dan gamang menghadapi perubahan di era globalisasi.
Di sisi lain, partai politik dan Ormas yang selama era Orde Baru mendengungkan
demokratisasi menempatkan pemuda sebagai aset politik.
"Untuk bidang politik, pemuda memang sudah tampak berperan. Tetapi bagaimana
dengan bidang lain," katanya.
Slogan demokratisasi dan perubahan yang didengungkan di era Orde Baru tidak
diimbangi dengan kesiapan menghadapi perubahan. Mereka pun terjebak kepentingan
pragmatisme.
Mereka kemudian gamang memilih identitas dan kehilangan arah (anomin). Mereka
terjebak dalam posisi yang sulit, yaitu tidak menganut nilai-nilai lama, tetapi gamang
untuk menjalankan budaya baru.
"Mereka menghadapi situasi yang anomali," katanya.
Hal sebagai akibat kemiskinan massal dan kemiskinan struktural atau pemiskinan massal
dan pemiskinan struktural.
Di sisi lain, faktor kepemimpinan di kalangan pemuda juga berpengaruh atas posisi
kegamangan itu. Jaringan kepemimpinan yang mereka hadapi mengakar ke atas, tetapi
untuk kepentigan politik. Akibatnya, akan sulit memunculkan nasionalisme baru.
Untuk menumbuhkan nasionalisme baru, Erlangga menyarankan agar dikembangkan lagi
sejarah kebangsaan, regulasi yang jelas adanya UU Kepemudaan) dan kemampuan
merespons bangsa ke depan.
Dengan nasionalisme baru, kata Erlangga, pemuda diharapkan bisa berperan seperti yang
disampaikan sosiolos Peter L Berger, yaitu mengupas topeng-topeng kepalsuan di
masyarakat.
"Bangsa ini membutuhkan pemuda-pemuda yang mampu membuka topeng-topeng
kepalsuan," katanya.
Cecep Syaifuddin menjelaskan, tidak identitas baru ditunjukkan bangsa ini yang
dipelopori pemuda di era reformasi. Pemuda-pemuda India dan Malaysia bisa
menunjukkan identitas kepeloporan di tengah perubahan global.
Selain pemuda, parpol-parpol juga gagal merealisasikan visi dan misi menghadapi
perubahan. Apabila di era Orde Baru, visi dan misi mereka adalah demokratisasi, tetapi
parpol pun gagal menunjukkan identitas kebangsaan di era perubahan.
Pemuda dan parpol pun gagal mewujudkan nasionalisme baru dan kehilangan orentasi.
Harapan mewujudkan nasionalisme baru sebenarnya masih ada, yaitu mengobarkan
semangat nasonalisme melalui media massa yang berkembang bebas di era reformasi.

13
Tetapi media juga tidak menjalankan peran yang baik, sebaliknya justru menumbuhkan
budaya pragmatisme.
Berita-berita yang ditampilkan lebih pada perwujudan sebagai bangsa yang kehilangan
identitas. Berita mengenai keikutsertaan pelajar dan mahasiswa dalam Olimpiade Fisika
atau Matematika bukan merupakan berita penting, sebaliknya berita yang menunjukan
bangsa ini kehilangan identitas justru menjadi sajian dari sebagian besar segmen berita.
(*/lpk)

Revitalisasi Peran Pemuda dan Kepemimpinan Dalam Negara

Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Ungkapan ini begitu masyhur dan telah
menjadi nyata. Selain itu juga adanya sebuah pernyataan bahwa masa depan terletak di
genggaman para pemuda. Artinya, baik buruknya suatu umat di masa datang di tentukan
oleh baik buruknya pemuda di masa kini. Ungkapan tersebutlah yang menjadi barometer
dan standarisasi dalam pembinaan dan mendidik generasi muda untuk melanjutkan
estafet perjuangan.
Pemuda merupakan pilar kebangkitan umat. Dalam setiap kebangkitan, pemuda
merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-
panjinya.
Dengan demikian, maka sungguh banyak kewajiban pemuda, tanggung jawab, dan
semakin berlipat, hak-hak umat yang harus ditunaikan oleh para pemuda. Pemuda
dituntut untuk berfikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju
untuk menjadi penyelamat dan hendaknya mampu menunaikan hak-hak umat dengan
baik. Dengan kata lain, pemuda sesungguhnya dituntut untuk mendidik dirinya menjadi
pemuda yang memiliki jiwa-jiwa pemimpin.
Ada dua hal yang menonjol pada diri pemuda dalam sebuah gerakan. Pertama,
kedudukannya sebagai basis operasional dan kedua, perannya dalam proses kaderisasi.
Kekuatan dan kesemangatan membuat pemuda menjadi sangat cocok bagi peran
operasional yang membutuhkan energi besar. Sedangkan kepolosannya memudahkan
para penggerak untuk menanamkan nilai-nilai yang akan memotivasi aktivitas gerakan.
Potensi kepemudaan ini sangat dihargai disemua lini kehidupan terlebih menurut islam.
Arahan bagi para pemuda untuk menyalurkan potensinya kepada kebaikan yang sejati.
Kebaikan yang akan membuat mereka jaya di dunia dan juga di akhirat. Berhamba hanya
kepada Allah, Berjuang hanya untuk kejayaan Islam, bekerja keras hanya untuk
menegakkan kebenaran yang sejati. Inilah jalan hidup pemuda muslim yang berharga.
Pemimpin
Pemimpin dalam satu negara, ibarat kepala bagi tubuh. Inilah yang menentukan seluruh
tujuan dan disini pula tempat berkumpulnya segala macam informasi. Pemimpin bertugas
memikirkan, dan mengkaji setiap masalah yang dihadapi oleh apa yang telah ia pimpin.
Pemimpin juga merupakan lambang kekuatan, persatuan, keutuhan dan disiplin shaff.
Seorang bijak pernah mengatakan :
“Pemimpin yang baik adalah yang mampu membantu memecahkan kesulitan mereka
yang dipimpin serta mempersiapkan calon atau kader pemimpin yang nanti akan
menggantikannya.”
Disinilah pemimpin diharapkan mampu melakuakan perubahan baik bagi dirinya maupun
orang lain dan yang dipimpinnya menuju kearah kebaikan.
Kepemimpinan Pemuda Pada Masa Kecemerlangan Islam dan Masa Abad ke 20
Berbagai kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar peristiwa yang telah lalu banyak
dipengaruhi oleh mereka yang tergolong pemuda. Hampir seluruh gerakan di dunia, sejak
zaman purba hingga zaman satelit ini, pemuda memiliki peran yang cukup signifikan.
Bahkan ketika Islam mencetuskan gerakan dakwahnya belasan abad yang silam.
Kepemimpinan itu telah ada dari zaman Rasulullah SAW hingga kini.
Sebagai salah satu acuan pada zaman tabi’ut tabi’in. Umar bin Abdul Aziz adalah salah
satu contoh sosok pemuda yang berhasil dalam memimpin di masanya.
Telah diriwayatkan bahwa sosok Umar bin Abdul Aziz menghadirkan pribadi yang
sungguh luarbiasa. Hal itu dapat terlihat dari kesucian jiwanya dan keagungan jejak
hidupnya. Walaupun Umar bin Abdul Aziz tidak hidup pada masa diturunkannya wahyu
namun ia mencoba mamindahkan masa wahyu itu kepada masanya, yaitu masa-masa
yang penuh dengan kegelapan, penindasan dan diwarnai oleh fanatisme yang membabi
buta.

14
Pada masa itu, Umar bin Abdul Aziz mampu merubah tradisi Daulat Bani Umayyah yang
rendah yang telah berlalu selama 60 tahun, menjadi masa pemerintahan yang indah, baik,
adil, dan sejahtera yang mirip dengan masa Rasulullah SAW.
Dalam hal tersebut yang ia habiskan hanya memakan waktu dua tahun lima bulan dan
beberapa hari saja. Keistimewaan dirinya inilah membuat Umar bin Abdul Aziz dan
sejarah perjuangannya lebih mirip legenda daripada fakta.
Umar bin Abdul Aziz menerima kekuasaan sebagai khalifah dikala ia masih muda. Saat
itu usianya belum mencapai 35 tahun. Suasana yang ditemui Umar bin Abdul Aziz
diawal kekhalifahannya telah memaksanya untuk menumpahkan perhatiannya yang lebih
besar terhadap hak-hak manusia.
Sedangkan di awal abad ke-20 yang lalu, di negeri Mesir muncul seorang tokoh muda
yang sangat terkenal sampai sekarang. Beliau adalah Hasan Al Banna. Hasan Al Banna
tidak saja menjadi sosok pemimpin bagi para pengikutnya saat itu, namun ia adalah sosok
pemimpin yang muncul dan tampil dalam situasi dan kondisi yang tidak mendukung,
iklim yang tidak pas. Bahkan ia muncul di zaman kegelapan yang sangat pekat, di
tengah-tengah masyarakat yang terkena kelumpuhan berfikir, ruhani yang kosong,
‘athifah (empati, simpati, dan emosi) yang dingin, kemauan yang lemah, tekad yang
lentur, semangat yang rapuh, badan yang loyo, kehidupan yang labil, akhlak yang rusak,
ketundukan kepada kekuatan, dan keputusasaan untuk melakukan perbaikan.
Kejeniusan Hasan Al Banna tampak jelas dalam kecintaannya kepada islam, Integritas
kepemimpinannya sepenuhnya untuk dakwah dengan segala bakat, potensi, dan tulisan-
tulisannya. Hasan Al Banna memiliki pengaruh yang sangat besar di kalangan kader-
kadernya terbukti gerakan dakwah yang dirintisnya hingga kini konsepnya merata hampir
diseluruh dunia.
Beliau adalah pembangun generasi, murabbi rakyat dan pemilik madrasah ilmiyah
fikriyah khuluqiyah. Hal ini telah mempengaruhi kecendrungan semua orang yang
berkontak dengannya, baik dari kalangan pelajar atau aktivis, dalam cita rasa mereka,
metodologi berfikir mereka, gaya penjelasan mereka. Pengaruh ini masih dapat kita
rasakan hingga kini.
Peran pemimpin-pemimpin tersebutlah yang layak direvitalisasi kembali dengan baik dan
benar khususnya bagi kaum muda, karena merekalah yang akan menjadi teladan konkrit
bagi masyarakat kontemporer dalam mewujudkan manhaj al hayyah yang shahih.

Perubahan Sebagai Agenda Umat

Setiap manusia, setiap kita, dan setiap umat memiliki kecenderungan untuk meraih
sebuah kemenangan. Dan kemenangan itulah merupakan suatu agenda besar yang
dimiliki oleh umat.
Upaya dalam meraih kemenangan itu hendaknya dilakukan dengan terus menerus dan
tidak boleh berhenti meski telah memperolehnya. Dalam meraih sebuah kemenangan
tersebut hendaknya setiap orang melakukan perubahan. Perubahan yang dikehendaki,
bukan sekedar merubah nama atau bentuk lahir suatu masyarakat, namun merubah suatu
realita baru termasuk di dalamnya prinsip-prinsip ber-aqidah, pemikiran, moral, hukum,
budaya, yang mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia. Perubahan yang kita cita-
citakan dan idamkan bersama haruslah diraih secara bersama-sama dan dengan semangat
yang sama pula. Hal ini dapat tercermin melalui masyarakat substantif..

Kekuatan dan Peran Pemuda Terhadap Perubahan

Perubahan yang diinginkan bersama adalah perubahan yang komprehensif dan substantif,
meliputi seluruh bidang kehidupan dan sisi normatif bagi seluruh umat. Bukan sekedar
perubahan yang sifatnya parsial dan hanya menjadi solusi sesaat, yang pada akhirnya
akan kembali melahirkan masalah-masalah baru. Untuk itulah sangat dibutuhkannya
peran pemuda yang bersungguh-sungguh dalam melakukan perubahan.
Ada kontribusi lain yang bisa diberikan kepada Islam dan umat ini, yaitu tenaga dan amal
nyata yang dilakukan oleh para pemuda. Seorang mukmin dalam perspektif Al Qur’an
digambarkan sebagai manusia yang dinamis, progresif dan produktif. Dia senantiasa
memiliki daya juang dan daya dobrak dalam menebarkan nilai-nilai kebenaran yang telah
diyakininya. Begitu juga memiliki prinsip istiqomah dalam amanah yang telah
dipikulnya. Bekerja adalah budayanya, berkorban adalah nalurinya dan fitrahnya adalah
keberanian.

15
Selalu tegar dan tidak pernah gentar dalam menebarkan nilai kebenaran dan kebaikan.
Beramal dan bergerak juga merupakan indikator kebaikan hidup bagi seorang pemuda
islam. Karena semua yang bergerak dan beramal akan mendatangkan kemashlahatan dan
kebaikan.

“Sungguh fitrah ini bisa sukses apabila ada umat yangkuat, keikhlasan yang penuh
di jalannya, hamasah yang membara dan adanya persiapan yang melahirkan
tadhhiat (pengorbanan) dan amal untuk merealisasikannya. Dan hampir-hampir
empat pilar ini (iman, ikhlas, hamasah dan amal) merupakan karakteristik bagi
para pemuda. Karena dasar keimanan adalah hati yang cerdas, dasar keikhlasan
adalah nurani yang suci, dasar hamasah adalah syu’ur yang kuat dan dasar amal
adalah ‘azm menggelora.”( Hasan Al Banna)

Oleh karenanya, seorang pemuda tidak boleh berpangku tangan tanpa ada partisipasi
dalam mewujudkan agenda perubahan umat. Tuntutan bagi para pemuda untuk bergerak
dikarenakan bahwa pemuda adalah sosok yang memiliki jiwa intelektualitas. Sebagai
entitas masyarakat, pemuda juga berusaha kritis terhadap kondisi masyarakatnya dan
berusaha mengungkapkan realitas dan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat, dan
menyampaikan langsung kepada para penguasa dan mampu mengambil kebijakan. Pada
akhirnya pemuda menjadi tumpuan bagi rakyat untuk terus menyuarakan perubahan.

Harapan, Peluang dan Tantangan Kepemimpinan Pemuda

Sebuah proses perubahan sangat dipengaruhi oleh pemimpin. Terlebih lagi dalam struktur
dan budaya sosial yang paternalistik. Untuk dapat mewujudkan masyarakat yang beradab,
bangsa ini harus memiliki pemimpin yang amanah, mau bekerja keras, dan mampu
mengarahkan serta menggerakkan massanya untuk bersama berjuang mencapai cita-cita
perjuangannya. Hal inilah yang menjadi harapan bagi seluruh masyarakat dan para
pemuda.

Kalau dilihat di negara Indonesia, para foundhing fathers telah menetapkan, bahwa
perubahan yang harus terjadi adalah terwujudnya kemerdekaan, kebersamaan, ketuhanan
yang Maha Esa, krmanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kedaulatan
rakyat, dan yang terakhir adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
sebagaimana termaktub dalam konstitusi negara kita. Sebuah cita-cita besar dari sebuah
perubahan.

Berbagai rezim telah dilalui, namun perubahan yang diinginkan oleh seluruh umat
khususnya rakyat Indonesia belum dapat diwujudkan. Keinginan mendapatkan perubahan
tetap terus bersemayam di dalam dada rakyat Indonesia hingga kini. Mereka masih terus
menuntut, bergerak, berjuang dan melawan hingga tercapainya perubahan menuju
kehidupan yang lebih baik bagi rakyat Indonesia.

Hal itulah yang menjadi salah satu tantangan bagi para pemuda sebagai pemimpin masa
depan. Adapun hal lain yang menjadi tantangan bagi para pemuda dalam melakukan
perubahan adalah terkotorinya kepribadian Islam oleh beberapa golongan yang
melumpuhkan sendi kekuatannya.

Kepemimpinan untuk saat ini masih menjadi sebuah masalah yang harus terus diasah dan
ditingkatkan kualitasnya. Apalagi itu akan menjadi sangat urgen ketika kita
mengharapkan kokohnya kepemimpinan yang bisa menampilkan moral dan akhlaq
Islami. Kepemimpinan masih menjadi masalah krusial yang kemudian mengakibatkan
negeri ini mengalami krisis multidimensi yang parah. Wallahu a’lam

PEMUDA ”ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN”

Pemuda dalam wacana umum adalah sebagai generasi penerus bangsa. Eksistensi dan
keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara sangat ditentukan oleh sikap dan
prilaku generasi muda dalam menatap masa depan bangsa dan negara. Pemuda adalah
sebagai agen perubahan, dan sejarah bangsa-bangsa sudah membuktikan hal ini. Dalam
sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda sangat berperan dalam mewujudkan
Indonesia Merdeka. Tahapan-tahapan perjuangan Kemerdekaan Indonesia diperankan

16
oleh pemuda. Jaman pencoba dengan berdirinya Organisasi Budi Utomo yang didirikan
oleh pemuda terdidik dibawah pimpinan Dr. Sutomo. Budi Utomo merupakan cikal bakal
dari berdirinya organisasi modern di Indonesia. Jaman pergerakan merupakan jaman
pergerakan merupakan jaman kesadaran bagi bagi pemuda akan pentingnya persatuan
dan kesatuan dalam mewujudkan Indonesia yang merdeka, dengan bersatunya organisasi
pemuda kedaerahan seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatra dan lainnya yang
kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 mendeklarasikan Sumpah Pemuda melalui
Kongres Pemuda Indonesia yang Ke-2. Jaman Pendobrak perjungan yang dilakukan
melalui jalur diplomasi dan perjuangan bersenjata, yang kemudian menghasilkan
Proklamasi 17 Agustus 1945, dan Indonesia sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.

Perjuangan mewujudkan Indonesia Merdeka tidak hanya dilakukan oleh pemuda di


Indonesia akan tetapi juga oleh para mahasiswa Indonesia yang berada di luar negeri
khususnya di Negeri Belanda melalui organisasi mahasiswa Perhimpunan Indonesia
(Indische Verenejing) yang dipimpin oleh Mohammad Hatta.

Dengan melihat sejarah perjuangan bangsa yang dipelopori oleh generasi muda, bahwa
perjuangan tidak hanya dilakukan secara individu, akan tetapi perjuangan pemuda juga
dilakukan secara terorganisir, sehingga terwujudnya Indonesia yang merdeka dan
berdaulat. Sudah tentu sejarah perjungan pemuda pada era merebut kemerdekaan
merupakan tolok ukur bagi perjuangan pemuda dalam mengisi kemerdekaan. Dan
pemuda Indonesia sudah sepantasnya dapat diberdayakan, serta berperan aktif dalam
mengisi kemerdekaan.

Pemberdayaan Generasi Muda

Pemuda pada masa yang akan datang tidak hanya merupakan obyek dari proses
pembangunan di era global, akan tetapi juga sebagai subyek dan juga bertanggung jawab
terhadap proses pelaksanaan dari pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan.
Untuk itu hendaknya generasi muda dapat berdaya dalam menghadapi situasi dan kondisi
internal maupun eksternal generasi muda. Pemberdayaan generasi muda memerlukan
perhatian dari seluruh lapisan masyarakat. Pemberdayaan secara individu maupun
maupun organisi pemuda perlu ditingkatkan. Pemberdayaan generasi muda dapat
dilaksanakan secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan, agar mendapatkan kualitas
generasi muda yang mampu berkompetisi dalam berbagai bidang. Pemuda hendaknya
mampu mengorganisir diri dalam sebuah organisasi, agar pemberdayaan pemuda dapat
dilaksanakan tepat pada sasaran yang dicapai.

Pemberdayaan pemuda melalui organisasi pemuda mampu merubah pola pikir yang lebih
terbuka dan demokratis, melalui organisasi pemuda dapat mengembangkan jiwa
kepemimpinannya, dan melalui organisasi pemuda dapat menciptakan wahana kreativitas
dan aktivitas bagi kalangan pemuda.

Hal yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan pemberdayaan generasi muda
adalah : sumberdaya manusia generasi muda yang memadai, pengorganisasian yang
sistemik, dan dukungan dana dari berbagai unsur, utamanya pemerintah, sehingga
organisasi dan sumberdaya manusia pemuda dapat berkembang

Dengan semakin berdayanya generasi muda dalam berbagai sektor kehidupan, dan
mampu mengembangkan ketrampilan yang diberikan melalui pemerintah maupun
organisasi masyarakat lainnya,

Peran Pemuda di Era Global

Pemuda yang sering kali dinyatakan sebagai generasi penerus pembangunan bangsa,
sudah berkewajiban berperan aktif dalam proses pembangunan dan ikut serta dalam
menjaga eksistensi bangsa dan negara. Peran pemuda dapat ditunjukkan lewat kompetisi
dalam bidang ilmu pengetahuan, disamping dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

Peran pemuda dapat juga ditunjukkan dalam kemampuan menguasai teknologi informasi
di era global dan dapat ditransformasikan kepada masyarakat secara luas. Sehingga

17
sebagian besar generasi muda mampu menguasai teknologi informasi yang sangat
dibutuhkan dalam melaksanakan proses pembangunan di masa depan.

Pemuda berperan dalam kelangsungan kepemimpinan di tingkat nasional dan lokal,


dengan dedikasi dan kemampuan yang dimiliki sehingga keberlangsungan kemimpinan
nasional dan lokal dapat berlangsung dengan baik melalui kaderisasi kepemimpinan yang
ada pada generasi muda. Secara rata-rata pemuda sudah memiliki kemampuan dalam
mengembangkan bakat kepemimpinannya, melalui organisasi kepemudaan yang
menerapkan kaderisasi dengan baik. Dan generasi muda adalah aset bagi kepemimpinan
madepan.

Pemuda juga dapat berperan dalam dunia pendidikan, mengingat masih banyak generasi
muda yang belum mendapatkan pendidikan yang memadai. Peran pemuda dapat
disampaikan dalam bentuk kritik kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
agar anggaran pendidikan dapat ditingkatkan mencapai 20% dari APBN maupun APBD.
Karena pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga negara untuk mendapatkan
pendidikan yang layak. Disamping itu pula pemuda diharapkan dapat menciptakan
pendidikan alternatif sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga buta aksara
dikalangan generasi muda dapat di kurangi, jika memungkinkan ditiadakan.

18

You might also like