You are on page 1of 7

Makalah

Pembenihan Ikan Air Payau

“ Pemijahan Ikan Bandeng “

Di Susun

Oleh :

Arwis.U.Gaib
Fujiana Nursyamsiah
Haris Sudrajat
Meti Kamilah Taher
Rezky Fajar
Sopi Fitria

BUDIDAYA PERAIRAN

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN


PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK)
PERTANIAN CIANJUR

JOINT PROGRAM POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2008
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benih bandeng (nener) merupakan salah satu sarana produksi yang utama dalam
usaha budidaya bandeng di tambak. Perkembangan Teknologi budidaya bandeng di
tambak dirasakan sangat lambat dibandingkan dengan usaha budidaya udang. Faktor
ketersediaan benih merupakan salah satu kendala dalam menigkatkan teknologi budidaya
bandeng. Selama ini benih ikan bandeng yang digunakan untuk pembesaran ikan bandeng
itu sendiri masih mengandalkan dari alam.Sedangkan produksi nener alam belum mampu
untuk mencukupi kebutuhan budidaya bandeng yang terus berkembang, oleh karena itu
peranan usaha pembenihan bandeng dalam upaya untuk mengatasi masalah kekurangan
nener tersebut menjadi sangat penting. Tanpa mengabaikan arti penting dalam pelestarian
alam, pengembangan wilayah, penyediaan dukungan terhadap pembangunan perikanan
khususnya dan pembangunan nasional umumnya, kegiatan pembenihan bandeng di
hatchery harus diarahkan untuk tidak menjadi penyaing bagi kegiatan penangkapan nener
di alam. Diharapkan produksi benih nener di hatchery diarahkan untuk mengimbangi
selisih antara permintaan yang terus meningkat dan pasok penangkapan di alam yang
diduga akan menurun. Pembenihan ikan bandeng belum begitu banyak dikenal oleh
orang, disebabkan ikan bandeng merupakan ikan yang berhabitat dilaut dan cara
pembudidayaannya masih jarang. Walaupun hanya sebagian orang sudah tahu cara
pembenihannya.

1.2 Tujuan

Adapun tujuannya dibuat makalah ini, adalah sebagai berikut :

 Agar mahasiswa dapat mengetahui siklus hidup dari ikan bandeng.


 Agar mahasiswa dapat mengetahui teknik pemijahan ikan bandeng.
 Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang ikan bandeng.
 Agar mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan ini dilapangan / dunia industry
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan bandeng merupakan salah satu komoditas dari perairan payau. Ikan bandeng
( Chanos chanos ) sejenis ikan laut dari familias Chanidae, ordo Malacopterygii. Di
Sulawesi selatan dikenal sebagai ikan bolu . Badannya langsing berbentuk torpedo
dengan sirip ekor yang bercabang, berwarna putih keperak-perakkan. Sepintas mirip ikan
salem. Tetapi dagingnya tidak berwarna merah, melainkan putih susu, sampai diberbagai
Negara berbahasa inggris dikenal sebagai milkfish. Cirri utamanya adalah sirip dubur
jauh dibelakang sirip punggung, sirrip ekor panjang bercagak dengan keeping sebelah
atas lebih panjang. Cirri umum yang mudah dikenal : tubuh memanjang agak pipih, mata
ditutupi lapisan lemak, pangkal sirip punggung dan dubur ditutupi sisik sikloid lunak
warna hitam kehijau-hijauan dan keperak-perakkan. Dibagian sisi ada sisik tambahan
yang besar pada pangkal sirip dada dan sirip perut.

Bandeng jantan, warna sisik tubuh cerah, dan mengkilap keperak-perakkan, juga
memiliki 2 lubang kecil dibagian anus yang tampak jelas pada jantan dewasa. Bandeng
betina dapat dikenali dari perutnya yang agak buncit, dan terdapat 3 buah lubang dibagian
anus yang tampak jelas pada betina dewasa. Dialam, biasanya bandeng jantan lebih
banyak ditemukan, mencapai 60-70 % jumlah populasi dibandingkan bandeng betina.

Dilaut panjang badannya dapat mencapai 1 meter, tetapi dalam tambak ia tidak
dapat melebihi ukuran 50 cm. selain karena factor ruang, juga karena memang sengaja
dipungut sebelum menjadi dewasa benar. Jenis bandeng ini tersebar mulai dari pantai
Afrika Timur sampai ke kepulauan Tuamotu, sebelah timur Tahiti, dan dari Jepang
selatan sampai Australia utara.
BAB III

PEMBAHASAN

Pemijahan Bandeng

Setelah induk ikan bandeng telah matang gonad. Tahap selanjutnya yaitu
pemijahan induk ikan bandeng. Pemijahan ikan bandeng secara alami terjadi didaerah
pantai yang jernih dengan kedalaman 40-50 meter, dan ombak yang sedikit beriak karena
sifat telurnya yang melayang. Bandeng memijah pada tengah malam sampai menjelang
pagi. Pemijahan bandeng berlangsung parsial, yaitu telur matang dikeluarkan sedangkan
yang belum matang terus berkembang didalam tubuh untuk pemijan berikutnya. Dalam
setahun, 1 ekor induk bandeng dapat memijah lebih dari satu kali. Pemijahan alami
berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil yang tersebar disekitar gosong karang atau
perairan yang jernih dan dangkal disekitar pulau pada bulan maret, mei, dan September
sampai januari. Jumlah telur yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan berkisar antara
300.000-1.000.000 butir telur. Indicator banndeng memijah adalah bandeng jantan dan
bandeng betina berenang beriringan dengan posisi jantan dibelakang betina. Pemijahan
lebih sering terjadi pada pasang rendah dan fase bulan seperempat.

Sedangkan Pemijahan buatan dapat dilakukan melalui rangsangan hormonal.


Hormone yang diberikan dapat berbentuk cair atau padat. Hormone bentuk padat
diberikan setiap bulan, sedangkan hormone bentuk cair diberikan pada saat induk jantan
dan betina sudah matang gonad. Induk bandeng akan memijah setelah 2 – 15 kali
implantasi tergantung pada tingkat kematangan gonad. Pemijahan induk betina yang
mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang mengandung
sperma tingkat 3 dapat dipercepat dengan menyuntuikan hormone LHRH-a pada dosis
30 – 50 mikro gram/kg berat tubuh atau dengan hormone HCG pada dosis 5000-10.000
IU/kg berat tubuh.
Pemijahan terjadi di dalam tangki yang berbentuk bulat terbuat dari serat kaca
atau beton dengan kisaran volume 10 – 20 ton, dan dalam 1,5 – 3 meter. Kepadatan induk
sebaiknya 1 ekor induk/ 2-4 meter3. tangki sebaiknya ditutup dengan jarring dan
hindarkan dari kilasan cahaya pada malam hari untuk mencegah induk meloncat keluar
tangki. Pemijahan terjadi pada malam hari. Induk jantan mengeluarkan sperma dan induk
betina mengeluarkan telur, sehingga pembuahan terjadi secara eksternal. telur yang telah
dibuahi mengapung dipermukaan dan terbawa arus air ke pipa pembuangan. Oleh karena
itu, kolektor sudah harus dipasang diujung pembuangan sebelum pemijahan berlangsung.

Telur bandeng yang dibuahi berwarna transparan mengapung pada salinitas > 30
‰, sedangkan yang tidak dibuahi akan tenggelam dan berwarna putih keruh. Karena itu,
untuk memudahkan pengumpulan telur, pada bak pemijahan dirancang system
pembuangan air permukaan. Selama inkubasi, telur harus cukup diaerasi hingga
mencapai tingkat embrio. Sesaat sebelum telur dipindahkan aerasi dihentikan. Setelah
telur dipanen, dilakukan desinfeksi dalam larutan 10 ppm formalin selama 10-15 menit
untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau parasit. Selanjutnya, telur yang mengapung
pada salinitas 35 ppt dipindahkan secara hati-hati kedalam bak pemeliharaan larva.
Kepadatan telur yang ideal adalah 20-30 butir.
Pemanenan Telur

Panen dan Distribusi Telur. Dengan memanfaatkan arus air dalam tangki
pemijahan, telur yang telah dibuahi dapat dikumpulkan dalam bak penampungan telur
berukuran 1x5,5x0,5 m yang dilengkapi saringan berukuran 40x40x50 cm, biasa disebut
egg collector, yang ditempatkan di bawah ujung luar saluran pembuangan. Pemanenan
telur dari bak penampungan dapat dilakukan dengan menggunakan plankton net
berukuran mata 200-300 mikron dengan cara diserok. Telur yang terambil dipindahkan
ke dalam akuarium volume 30-100 liter, diareasi selama 15-30 menit dan didesinfeksi
dengan formalin 40 % pada dosis 10 ppm selama 10-15 menit sebelum diseleksi. Sortasi
telur dilakukan dengan cara meningkatkan salinitas air sampai 40 ppt dan menghentikan
aerasi. Telur yang baik terapung atau melayang dan yang tidak baik mengendap.
Persentasi telur yang baik untuk pemeliharaan selanjutnya harus lebih dari 50 %. Kalau
persentasi yang baik kurang dari 50 %, sebaiknya telur dibuang. Telur yang baik hasil
sortasi dipindahkan kedalam pemeliharaan larva atau dipersiapkan untuk didistribusikan
ke konsumen yang memerlukan dan masih berada pada jarak yang dapat dijangkau
sebelum telur menetas ( ± 12 jam).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
 Dialam,Pemijahan ikan bandeng berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil
yang tersebar disekitar gosong karang atau perairan yang jernih dan dangkal
disekitar pulau pada bulan maret, mei, dan September sampai januari. Sedangkan
pemijahan buatan dapat dilakukan didalam tangki yang berbentuk bulat.
 Dialam, pengeluaran telur terjadi secara parsial ( bertahap ), sedangkan pada
pemijahan buatan telur dan sperma langsung dikeluarkan secara bersamaan, tetapi
pada wadah yang berbeda, dan pembuahan terjadi secara eksternal.
 Jumlah telur yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan berkisar antara 300.000-
1.000.000 butir telur
 Induk bandeng akan memijah setelah 2 – 15 kali implantasi tergantung pada
tingkat kematangan gonad
 Pemanenan telur dari bak penampungan dapat dilakukan dengan menggunakan
plankton net berukuran mata 200-300 mikron dengan cara diserok
 Telur yang baik terapung atau melayang dan yang tidak baik mengendap.
Persentasi telur yang baik untuk pemeliharaan selanjutnya harus lebih dari 50 %.
 Setelah telur dipanen, dilakukan desinfeksi dalam larutan 10 ppm formalin
selama 10-15 menit untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau parasit.

4.2 Saran
Dalam pemijahan ikan bandeng, hal yang harus diperhatikan adalah media sebagai
tempat pemijahan itu harus disesuaikan dengan habitat aslinya seperti dialam,dan
juga diharapkan dengan adanya pemijahan secara buatan dapat manjadi salah satu
upaya dalam mengatasi ketersediaan ikan bandeng yang pada habitat aslinya yaitu
dialam agar tetap terjaga atau tidak punah.

You might also like