Professional Documents
Culture Documents
Bismillahirrahmanirrahim
rahmat dan karunia-Nya jualah kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul
“Akhlak Dalam Keluarga” tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu tercurah
keharibaan junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan
kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses pembuiatan makalah ini,
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena tak ada
gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Kata Pengantar……………………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………….....… ii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………….……………………….. 1
B. RUMUS MASALAH…………………………………………..
C. TUJUAN………………………………………………………..
BAB II
A. PENGERTIAN…………………………………………………. … 3
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………….
A. KESIMPULAN ……………………………………………………..
B. SARAN……………………………………………………………
Daftar Pustaka……………………………………………………… 6
BAB I
PENDAHULUAN
dan bernegara di dalam negeri dan isu-isu mutakhir dari luar negeri yang dapat mempengaruhi
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi
dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang pendidikan.
Adanya peraturan penundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap paradigma
pengembangan kurikulum pendidikan dasar dan menengah antara lain pembaharuan dan
divensifikasi kurikulum, serta pembagian kewenangan pengembangan kurikulum.
Perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang datang begitu cepat
telah menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian segera dan serius.
Kondisi masa sekarang dan kecenderungan di masa yang akan datang perlu dipersiapkan
generasi muda termasuk peserta didik yang memiliki kompetensi yang multidimensional.
Kurikulum yang dibutuhkan di masa depan adalah kurikulum yang mampu memberikan
ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan. Oleh karena itu kurikulum secara berkelanjutan
kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan
demokratis, persatuan dan kesatuan, kepastian hukum, kehidupan beragama dan ketahanan
budaya, pembangunan daerah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, serta
pengelolaan lingkungan.
Kurikukulum Berbasis Kompetensi ini sebenarnya memiliki justifikasi didaktis pedagogis yang
kuat untuk menggantikan Kurikulum 1994, karena pendidikan dengan kurikulum 1994 ternyata
tidak melahirkan unjuk kerja siswa secara bermakna. Siswa banyak tahu informasi, tetapi tidak
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
some selection and organization of content; it either implies or manifests certain patterns of
learning and teaching, whether because the objectives demand them or because the content
Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba di atas menekankan pada tujuan suatu
statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi, implikasi dalam pola
pembelajaran dan adanya evaluasi. Sementara Unruh dan Unruh (1984) mengemukakan bahwa
“curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with
purposes, with what is to be learned, and with the result of instruction”. Ini berarti bahwa
mencakup rencana yang berhubungan dengan tujuan, dengan apa yang harus dipelajari, dan
Olivia (1997) mengatakan bahwa we may think of the curriculum as a program, a plan,
content, and learning experiences, whereas we may characterize instruction as methods, the
teaching act, implementation, and presentation. Olivia termasuk orang yang setuju dengan
pemisahan antara kurikulum dengan pengajaran dan merumuskan kurikulum sebagai a plan or
program for all the experiences that the learner encounters under the direction of the school.
Pendapat yang sedikit berbeda tentang kurikulum dikemukakan oleh Marsh (1997), dia
Senada dengan Marsh, Schubert (1986) mengatakan the interpretation that teachers give to
subject matter and the classroom atmosphere constitutes the curriculum that students actually
experience.
Pengertian tersebut diperlukan ketika proses pengembangan kurikulum sudah menetapkan apa
yang ingin dikembangkan, model apa yang seharusnya digunakan dan bagaimana suatu dokumen
harus dikembangkan. Kebanyakan dari pengertian itu berorientasi pada kurikulum sebagai upaya
untuk mengembangkan diri peserta didik, pengembangan disiplin ilmu, atau kurikulum untuk
Selanjutnya Dool (1993) memperkuat pendapatnya tentang kurikulum yang ada sekarang dengan
mengatakan:
”Education and curriculum have borrowed some concepts from the stable, nonechange concept –
for example, children following the pattern of their parents, IQ as discovering and quantifying an
innate potentiality. However, for the most part modernist curriculum thought have adopted the
closed version, one where – trough focusing – knowledge is transmitted, transferred. This is, I
believe, what our best contemporary schooling is all about. Transmission frames our teaching-
learning process”.
Dengan transfer dan transmisi maka kurikulum menjadi suatu focus pendidikan yang
ingin mengembangkan pada diri peserta didik apa yang sudah terjadi dan berkembang di
masyarakat. Kurikulum tidak menempatkan peserta didik sebagai subjek yang mempersiapkan
dirinya bagi kehidupan masa dating tetapi harus mengikuti berbagai hal yang dianggap berguna
Dalam konteks ini maka disiplin ilmu memiliki posisi sentral yang menonjol dalam kurikulum.
Kurikulum, dan pendidikan, haruslah mentransfer berbagai disiplin ilmu sehingga peserta didik
kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbununyi:
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa
kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan
- perkembangan ilmu
- agama;
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang
menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama,
ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah
memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan
menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang
pendidikan.
2001/2002 dibeberapa sekolah SD, SMP, dan SMA yang ditunjuk oleh pemerintah dan atau atas
inisiatif sekolah sendiri yang disebut mini piloting KBK di bawah koordinasi direktorat
SMP/SMA dan pusat kurikulum.
Legalitas formal pelaksanaan KBK pada tingkat pendidikan dasar dan menengah belum ada
karena tidak ada Permendiknas yang mengatur tentang hal itu. Meskipun demikian landasan
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Otonomi Daerah bidang pendidikan dan
kebudayaan yaitu : pemerintah memiliki wewenang menetapkan: standar kompetensi siswa dan
warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional
Undang-undang No. 2 tahun 1989 Sistem Pendidikan Nasional dan kemudian diganti dengan UU
RI No. 20 tahun 2003 pada Bab X pasal 36 ayat: Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
Kurikulum pada semua enjag dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik Kurikulum disusun sesuai
dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia… dan pada
pasal 38 ayat 91) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah
ditetapkan oleh pemerintah. Sebelum membahas lebih jauh tentang KBK terlebih dahulu perlu
dijelaskan pengertian dari kompetensi dan kurikulum berbasis kompetensi itu sendiri.
1. Pengertian Kompetensi
Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memungkinkan untuk melaksanakan satu cara
efektif.
Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence
integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and
Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan
ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan
dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.
keseluruhan tentang pembelajaran aktif (active learning) dimana guru membantu siswa untuk
belajar bagaimana belajar dari pada hanya mempelajari isi (learn how to learn rather than just
cover content).
Lebih jauh Christine Gilbert sebagai chief inspector Ofsted pada dokumen visi 2020 dari Ofsted
menyebutkan bahwa:
“Learning how to learn half a dozen times, as it describes the imperatives for developing the
21st-century curriculum. In the last decade, it seems that we have established the notion that an
appreciation of the ‘how’ students learn is at least as important as ‘what’ they learn. The
National Strategies at primary and secondary level are promoting learning competencies and the
mantra for Every Child Matters includes enjoyment and engagement with learning as a key
outcome”
kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar
yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini berorientasi pada: (1) hasil
dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman
belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan
kebutuhannya.
Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap perencanaan, terutama
kompetensi dapat menjawab tantangan yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau
mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan pendekatan kompetensi dalam
menjawab tantangan, serta jangkauan validitas pendekatan tersebut ke masa depan. Harus diingat
bahwa kompetensi bersifat terus berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia
Kurikulum berbasis kompetensi memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar pada
keterampilari, sikap, dan tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu
matapelajaran. Cakupan standar kompetensi standar isi (content standard) dan standar
kompetensi, adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai dan dapat
diperagakan oleh siswa pada masing-masing standar kompetensi. Materi pokok atau materi
pembelajaran, yaitu pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, isi, proses,
keterampilam, serta konteks keilmuan suatu mata pelajaran. Sedangkan indikator pencapaian
dimaksudkan adalah kemampuan-kemampuan yang lebih spesifik yang dapat dijadikan sebagai
dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum berbasis
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
kemampuan, lingkungan, sumber daya, norma, integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja,
klasikal
unsure edukasi
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan tamatan yang
kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat
integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional. Dengan kurikulum
yang dernikian dapat memudahkan guru dalam penyajian pengalaman belajar yang sejalan
dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal,
yaitu: belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar menjadi diri sendiri, dan belajar hidup
dalam kebersamaan.
Perbedaan mendasar antara Kurikulum 1994 dengan KBK seperti tertera dalam buku
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah (Anonim, Depdiknas 2003) terletak pada penguasaan
kompetensi, yakni merupakan gabungan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten. Sedangkan
kurikulum 1994 meskipun telah menggabungkan ketiga ranah tersebut, tetapi ketiganya belum
nampak dilakukan secara bersama-sama dan menjadi kebiasaan berpikir dan bertindak, apalagi
kebiasaan yang dilakukan secara konsisten. Jadi perbedaan utama keduanya adalah penekanan
pada kompetensi dan latihan kompetensi yang dilakukan secara terus menerus, serta pembiasaan
Berikut ini beberapa persamaan dan perbedaan KBK dan kurikulum 1994 berdasarkan kajian
PERSAMAAN
3. Konsep-konsep dan materi pokok (esensial) pada setiap mata pelajaran untuk mencapai
kompetensi
5. Alokasi waktu setiap jam pelajaran tetap 45 menit untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK
PERBEDAAN
8. Silabus disusun oleh daerah dan atau sekolah sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya adalah :
- Sentralistik\
potensinya.
D. Komponen Utama Kurikulum Berbasis Kompetensi
komponen dasar yaitu: Kurikulum dan Hasil Belajar, Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar
Mengajar, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah, secara skematis dapat dilihat dari
Memuat perencanaan pengembangan peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan
sejak lahir sampai dengan usia 18 tahun. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi,
hasil belajar, dan indikator dari Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal (TK & RA) sampai
dengan kelas XII. KHB membrikan suatu rentang kompetensi dan hasil belajar siswa yang
bermanfaat bagi guru pendidikan pradasar (TK & RA) sampai kelas XII SMA untuk menentukan
apa yang harus dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya mereka dievaluasi, dan bagaimana
pembelajaran disusun. KHB dibagi menjadi satu (1) rumpun pengembangan TK dan RA dan
11(sebelas) rumpun pelajaran yang terdiri dari Pendidikan Asgama, Kewarganegaraan, Bahasa
Indoenesia, Matematika, sains, Ilmu Sosial, Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya, Kesenian,
Memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu dengan kegiatan belajar
mengajar di kelas (berbasis kelas) dengan mengumpulkan kerja siswa (fortofolio), hasil karya
(produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis. Penilaian ini
mengidentifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, dan memuat pernyataan yang jelas
tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis yang mengelola
Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk
meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan pembentukan jaringan
kelemahan pada Kurikulum 1994. KBK menitikberatkan pada kompetensi yang harus dicapai
siswa. Misalnya, standar kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat
pembelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa pada hakikatnya belajar berkomunikasi dan belajar
bukan pada kemampuan menguasai ilmu kebahasaan. Akan tetapi, ilmu bahasa dipelajari untuk
mendukung keterampilan berkomunikasi. Kegiatan belajar pun dikembalikan pada konsep bahwa
siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna
jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya “mengetahuainya”. Pembelajaran
yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat”, tetapi
gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan nyata untuk jangka
panjang.
Berdasarkan kajian teoretik dan pengalaman lapangan, sebenarnya KBK merupakan salah
satu kurikulum yang memberikan konstribusi besar terhadap pengembangan potensi peserta
dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra seoptimal
mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan
demikian, siswa dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan
3. Guru diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan
4. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran
konten.
Kelemahan yang ada lebih banyak pada penerapan KBK di setiap jenjang pendidikan, hal
2. Kualitas guru, hal ini didasarkan pada statistik, 60% guru SD, 40% guru SLTP, 43%
SMA, 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing.
Selain itu 17,2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang
studinya. Kualitas SDM kita adalah urutan 109 dari 179 negara berdasarkan Human
Development Index.
3. Sarana dan pra sarana pendukung pembelajaran yang belum merata di setiap sekolah,
4. Kebijakan pemerintah yang setengah hati, karena KBK dilaksanakan dengan uji coba
di beberapa sekolah mulai tahun pelajaran 2001/2002 tetapi tidak ada payung hukum
1. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator
sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi
PENUTUP
A. Kesimpulan
perbaikan mutu pendidikan di Indoensia, mengingat dalam KBK berorientasi pada pemberian
ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan dengan kata lain bagaimana aplikasi materi
Penekanan pembelajaran yang berpusat pada siswa memungkinkan dapat mengeksplorasi potensi
siswa secara optimal sehingga tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang
Sisdiknas dapat terelaisasi. Namun demikian dalam implementasi KBK di lapangan masih
banyak kendala/kelemahan sehingga KBK yang dimulai tahun 2001 dan diterapkan secara
meluas tahun 2004 (sehingga dikenal dengan kurikulum 2004) berhenti di tengah jalan dan
Secara umum KBK mengandung empat komponen dasar yaitu Kurikulum Hasil Belajar,
Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar Mengajar, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Sekolah mempunyai dimensi yang sangat strategis dalam proses pembelajar yang berorientasi
pada konstruktivisme.
B. Saran
Karena pendapat dari masing-masing individu berfariasi maka penulis berharap saran
KBK ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara , 2007. hlm 16.
Dr. S. Nasution, M.A, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara, 2006. hlm 2.
Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara , 2007. hlm 18.
www.ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smk/01.ppt