You are on page 1of 22

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya jualah kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul

“Akhlak Dalam Keluarga” tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu tercurah

keharibaan junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan

pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya

kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses pembuiatan makalah ini,

baik moril maupun materi.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena tak ada

gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran

demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Banda Aceh , 25 juni 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Kata Pengantar……………………………………………………………… i

Daftar Isi……………………………………………………………….....… ii

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI…………………………..… 1

BAB I

PENDAHULUAN ……………………………….……………………….. 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH……………………………

B. RUMUS MASALAH…………………………………………..

C. TUJUAN………………………………………………………..

BAB II

PEMBAHASAN …………………………………….......... ……… ……… 2

A. PENGERTIAN…………………………………………………. … 3

B. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI……………….……… 4

C. PERBANDINGAN KBK DENGAN KURIKULUM 1994 ………… 4

D. Komponen Utama Kurikulum Berbasis Kompetensi ………………… 5

E. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi … …… 5

BAB III

PENUTUP…………………………………………………………………….

A. KESIMPULAN ……………………………………………………..
B. SARAN……………………………………………………………

Daftar Pustaka……………………………………………………… 6

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. berbangsa,

dan bernegara di dalam negeri dan isu-isu mutakhir dari luar negeri yang dapat mempengaruhi

kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi

dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang pendidikan.

Beberapa hal yang melatarbelakangi penyusunan kurikulum baru antara lain:

Adanya peraturan penundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap paradigma

pengembangan kurikulum pendidikan dasar dan menengah antara lain pembaharuan dan
divensifikasi kurikulum, serta pembagian kewenangan pengembangan kurikulum.

Perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang datang begitu cepat

telah menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian segera dan serius.

Kondisi masa sekarang dan kecenderungan di masa yang akan datang perlu dipersiapkan

generasi muda termasuk peserta didik yang memiliki kompetensi yang multidimensional.

Pengembangan kurikulum harus dapat mengantisipasi persoalan-persoal-an yang mempunyai

kemungkinan besar sudah dan/atau akan terjadi.

Kurikulum yang dibutuhkan di masa depan adalah kurikulum yang mampu memberikan

keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan,

ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan. Oleh karena itu kurikulum secara berkelanjutan

disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Penyempurnaan

kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan

demokratis, persatuan dan kesatuan, kepastian hukum, kehidupan beragama dan ketahanan

budaya, pembangunan daerah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, serta

pengelolaan lingkungan.

Kurikukulum Berbasis Kompetensi ini sebenarnya memiliki justifikasi didaktis pedagogis yang

kuat untuk menggantikan Kurikulum 1994, karena pendidikan dengan kurikulum 1994 ternyata

tidak melahirkan unjuk kerja siswa secara bermakna. Siswa banyak tahu informasi, tetapi tidak

bermakna bagi kehidupannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas tentang kurikulum berbasis kompetensi, munculah

beberapa permasalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan kurikulum berbasis kompetensi?


2. Apa bedanya dengan kurikulum sebelumnya?

3. Apakah kelebihan dan kekurangan KBK?

C. Tujuan

1.Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kerikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

2. Mengetahui beda antara KBK dengan kurikulum sebelumnya.

3. Mengetahui kelebihan daqn kekurangan KBK.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Hilda Taba (1962) mengemukakan bahwa:

“A curriculum usually contains a statement of aims and of specific objectives; it indicates

some selection and organization of content; it either implies or manifests certain patterns of

learning and teaching, whether because the objectives demand them or because the content

organization requires them. Finally, it includes a program of evaluation of the outcomes”

Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba di atas menekankan pada tujuan suatu

statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi, implikasi dalam pola

pembelajaran dan adanya evaluasi. Sementara Unruh dan Unruh (1984) mengemukakan bahwa

“curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with
purposes, with what is to be learned, and with the result of instruction”. Ini berarti bahwa

kurikulum merupakan suatu rencana untuk keberhasilan pembelajaran yang di dalamnya

mencakup rencana yang berhubungan dengan tujuan, dengan apa yang harus dipelajari, dan

dengan hasil dari pembelajaran.

Olivia (1997) mengatakan bahwa we may think of the curriculum as a program, a plan,

content, and learning experiences, whereas we may characterize instruction as methods, the

teaching act, implementation, and presentation. Olivia termasuk orang yang setuju dengan

pemisahan antara kurikulum dengan pengajaran dan merumuskan kurikulum sebagai a plan or

program for all the experiences that the learner encounters under the direction of the school.

Pendapat yang sedikit berbeda tentang kurikulum dikemukakan oleh Marsh (1997), dia

mengemukakan bahwa kurikulum merupakan suatu hubungan antara perencanaan-perencanaan

dengan pengalaman-pengalaman yang seorang siswa lengkapi di bawah bimbingan sekolah.

Senada dengan Marsh, Schubert (1986) mengatakan the interpretation that teachers give to

subject matter and the classroom atmosphere constitutes the curriculum that students actually

experience.

Pengertian di atas menggambarkan definisi kurikulum dalam arti teknis pendidikan.

Pengertian tersebut diperlukan ketika proses pengembangan kurikulum sudah menetapkan apa

yang ingin dikembangkan, model apa yang seharusnya digunakan dan bagaimana suatu dokumen

harus dikembangkan. Kebanyakan dari pengertian itu berorientasi pada kurikulum sebagai upaya

untuk mengembangkan diri peserta didik, pengembangan disiplin ilmu, atau kurikulum untuk

mempersiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan tertentu

Selanjutnya Dool (1993) memperkuat pendapatnya tentang kurikulum yang ada sekarang dengan
mengatakan:

”Education and curriculum have borrowed some concepts from the stable, nonechange concept –

for example, children following the pattern of their parents, IQ as discovering and quantifying an

innate potentiality. However, for the most part modernist curriculum thought have adopted the

closed version, one where – trough focusing – knowledge is transmitted, transferred. This is, I

believe, what our best contemporary schooling is all about. Transmission frames our teaching-

learning process”.

Dengan transfer dan transmisi maka kurikulum menjadi suatu focus pendidikan yang

ingin mengembangkan pada diri peserta didik apa yang sudah terjadi dan berkembang di

masyarakat. Kurikulum tidak menempatkan peserta didik sebagai subjek yang mempersiapkan

dirinya bagi kehidupan masa dating tetapi harus mengikuti berbagai hal yang dianggap berguna

berdasarkan apa yang dialami oleh orang tua mereka.

Dalam konteks ini maka disiplin ilmu memiliki posisi sentral yang menonjol dalam kurikulum.

Kurikulum, dan pendidikan, haruslah mentransfer berbagai disiplin ilmu sehingga peserta didik

menjadi warga masyarakat yang dihormati.

Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam implementasi

kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang No.

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbununyi:

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa
kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia dengan memperhatikan:

- peningkatan iman dan takwa;

- peningkatan akhlak mulia;

- peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

- keragaman potensi daerah dan lingkungan;

- tuntutan pembangunan daerah dan nasional; - tuntutan dunia kerja;

- perkembangan ilmu

- pengetahuan, teknologi, dan seni;

- agama;

- persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang

menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama,

ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah

memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan

menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang

pendidikan.

B. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum berbasis kompetensi mulai diterapkan di Indonesia pada tahun pelajaran

2001/2002 dibeberapa sekolah SD, SMP, dan SMA yang ditunjuk oleh pemerintah dan atau atas

inisiatif sekolah sendiri yang disebut mini piloting KBK di bawah koordinasi direktorat
SMP/SMA dan pusat kurikulum.

Legalitas formal pelaksanaan KBK pada tingkat pendidikan dasar dan menengah belum ada

karena tidak ada Permendiknas yang mengatur tentang hal itu. Meskipun demikian landasan

hukum untuk penyelenggaraan KBK bisa mengacu pada:

Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Otonomi Daerah bidang pendidikan dan

kebudayaan yaitu : pemerintah memiliki wewenang menetapkan: standar kompetensi siswa dan

warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional

serta pedoman pelaksanaannya, dan standar materi pelajaran pokok.

Undang-undang No. 2 tahun 1989 Sistem Pendidikan Nasional dan kemudian diganti dengan UU

RI No. 20 tahun 2003 pada Bab X pasal 36 ayat: Pengembangan kurikulum dilakukan dengan

mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,

Kurikulum pada semua enjag dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi

sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik Kurikulum disusun sesuai

dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia… dan pada

pasal 38 ayat 91) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah

ditetapkan oleh pemerintah. Sebelum membahas lebih jauh tentang KBK terlebih dahulu perlu

dijelaskan pengertian dari kompetensi dan kurikulum berbasis kompetensi itu sendiri.

1. Pengertian Kompetensi

Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi

mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang

dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan

tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”.


Association K.U. Leuven mendefinisikan bahwa kompetensi adalah peingintegrasian dari

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memungkinkan untuk melaksanakan satu cara

efektif.

Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu:

Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence

integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and

skills and is acquired through work experience and learning by doing

Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan

satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-

ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan

dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.

2. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi

Eve Krakow (2005) mengemukakan bahwa pengajaran berbasis kompetensi adalah

keseluruhan tentang pembelajaran aktif (active learning) dimana guru membantu siswa untuk

belajar bagaimana belajar dari pada hanya mempelajari isi (learn how to learn rather than just

cover content).

Lebih jauh Christine Gilbert sebagai chief inspector Ofsted pada dokumen visi 2020 dari Ofsted

menyebutkan bahwa:

“Learning how to learn half a dozen times, as it describes the imperatives for developing the

21st-century curriculum. In the last decade, it seems that we have established the notion that an

appreciation of the ‘how’ students learn is at least as important as ‘what’ they learn. The

National Strategies at primary and secondary level are promoting learning competencies and the
mantra for Every Child Matters includes enjoyment and engagement with learning as a key

outcome”

Pendapat di atas menekankan bahwa pengembangan kurikulum di abad ke-21 lebih

ditekankan pada bagaimana mengembangkan suatu konsep “learning how to learning”.

Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002) mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis

kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar

yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya

pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini berorientasi pada: (1) hasil

dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman

belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan

kebutuhannya.

Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap perencanaan, terutama

dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan pendekatan,

kompetensi dapat menjawab tantangan yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau

mengadopsi pemikiran kurikulum berbasis kompetensi maka pengembang kurikulum harus

mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan pendekatan kompetensi dalam

menjawab tantangan, serta jangkauan validitas pendekatan tersebut ke masa depan. Harus diingat

bahwa kompetensi bersifat terus berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia

profesi maupun dunia ilmu (Suyanto, 2005)

Kurikulum berbasis kompetensi memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar pada

setiap mata pelajaran. Standar kompetensi diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,

keterampilari, sikap, dan tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu
matapelajaran. Cakupan standar kompetensi standar isi (content standard) dan standar

penampilan (performance standard). Kompetensi dasar, merupakan jabaran dari standar

kompetensi, adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai dan dapat

diperagakan oleh siswa pada masing-masing standar kompetensi. Materi pokok atau materi

pembelajaran, yaitu pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, isi, proses,

keterampilam, serta konteks keilmuan suatu mata pelajaran. Sedangkan indikator pencapaian

dimaksudkan adalah kemampuan-kemampuan yang lebih spesifik yang dapat dijadikan sebagai

ukuran untuk menilai ketuntasan belajar.

Dari definisi-definisi di atas kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada

mengeksplorasi kemampuan/potensi peserta didik secara optimal, mengkonstruk apa yang

dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum berbasis

kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta didik agar memiliki pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak

sehingga proses penyampaiannya harus bersifat kontekstual dengan mempertimbangkan faktor

kemampuan, lingkungan, sumber daya, norma, integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja,

dengan kata lain KBK berorientasi pada pendekatan konstruktivisme.

Ciri-ciri KBK, yaitu:

a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun

klasikal

b. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman

c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi


d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain yang memenuhi

unsure edukasi

e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau pencapaian

suatu kompetensi.

Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan tamatan yang

kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat

memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun

integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional. Dengan kurikulum

yang dernikian dapat memudahkan guru dalam penyajian pengalaman belajar yang sejalan

dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal,

yaitu: belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar menjadi diri sendiri, dan belajar hidup

dalam kebersamaan.

C. Perbandingan KBK dengan kurikulum 1994

Perbedaan mendasar antara Kurikulum 1994 dengan KBK seperti tertera dalam buku

Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah (Anonim, Depdiknas 2003) terletak pada penguasaan

kompetensi, yakni merupakan gabungan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten. Sedangkan

kurikulum 1994 meskipun telah menggabungkan ketiga ranah tersebut, tetapi ketiganya belum

nampak dilakukan secara bersama-sama dan menjadi kebiasaan berpikir dan bertindak, apalagi

kebiasaan yang dilakukan secara konsisten. Jadi perbedaan utama keduanya adalah penekanan
pada kompetensi dan latihan kompetensi yang dilakukan secara terus menerus, serta pembiasaan

dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut ini beberapa persamaan dan perbedaan KBK dan kurikulum 1994 berdasarkan kajian

pustaka dan pengalaman di lapangan:

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kurikulum 1994\

PERSAMAAN

1. pendidikan dasar 9 tahun

2. Penekanan pada kemampuan Membaca, Menulis, dan Berhitung

3. Konsep-konsep dan materi pokok (esensial) pada setiap mata pelajaran untuk mencapai

kompetensi

4. Adanya muatan local

5. Alokasi waktu setiap jam pelajaran tetap 45 menit untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK

PERBEDAAN

1. Pemberdayaan sekolah dan daerah

2. Memuat Standar Kompetensi

3. Kegiatan pembiasaan perilaku terintegrasi dan terprogram

4. Pengenalan mata pelajaran TIK


5. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

6. Pendekatan tematik di kelas I dan II SD/MI untuk memperhatikan kelompok usia

7. Kesinambungan pemeringkatan kompetensi bahan kajian dari kelas I sampai kelas XI

8. Silabus disusun oleh daerah dan atau sekolah sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya adalah :

- Sentralistik\

- Tidak memuat standar kompetensi

- Tidak ada kegiatan pembiasaan perilaku terintegrasi dan terprogram

- belum ada mata pelajaran TIK

- Meskipun sudah disarankan untuk melakukan PBK, kenyataannya masih

didominasi penilaian pilihan ganda

- Pendekatan tematik di kelas I dan II SD/MI hanya disarankan

- Tidak ada kesinambungan pemeringkatan kompetensi bahan kajian dari kelas

I sampai kelas XII

- Memberikan peluang pada guru/sekolah/daerah untuk mengembangkan

potensinya.
D. Komponen Utama Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat

komponen dasar yaitu: Kurikulum dan Hasil Belajar, Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar

Mengajar, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah, secara skematis dapat dilihat dari

gambar di bawah ini:

1. Kurikulum dan Hasil Belajar

2. Penilaian Berbasis Kelas

3. Kurikulum Berbasis Kompetensi

4. Kegiatan Belajar Mengajar

5. Peng. Kurikulum Berbasis Sekolah

1. Kurikulum Hasil Belajar (KHB)

Memuat perencanaan pengembangan peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan

sejak lahir sampai dengan usia 18 tahun. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi,

hasil belajar, dan indikator dari Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal (TK & RA) sampai

dengan kelas XII. KHB membrikan suatu rentang kompetensi dan hasil belajar siswa yang

bermanfaat bagi guru pendidikan pradasar (TK & RA) sampai kelas XII SMA untuk menentukan

apa yang harus dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya mereka dievaluasi, dan bagaimana

pembelajaran disusun. KHB dibagi menjadi satu (1) rumpun pengembangan TK dan RA dan

11(sebelas) rumpun pelajaran yang terdiri dari Pendidikan Asgama, Kewarganegaraan, Bahasa

Indoenesia, Matematika, sains, Ilmu Sosial, Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya, Kesenian,

dan Pendidikan Jasmani. Keterampilan, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.


2. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

Memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan

konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu dengan kegiatan belajar

mengajar di kelas (berbasis kelas) dengan mengumpulkan kerja siswa (fortofolio), hasil karya

(produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis. Penilaian ini

mengidentifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, dan memuat pernyataan yang jelas

tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.

3. Kegiatan Belajar Mengajar

Memuat gagasan-gagasan pokoktentang pembelajaran dan pengajaran untuk mencapai

kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis yang mengelola

pembelajaran agar tidak mekanistik

4. Pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah

Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk

meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan pembentukan jaringan

kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum (antara lain silabus), pembinaan profesional

tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem infoermasi kurikulum.

E. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikembangkan dengan tujuan memperbaiki

kelemahan pada Kurikulum 1994. KBK menitikberatkan pada kompetensi yang harus dicapai

siswa. Misalnya, standar kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat
pembelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa pada hakikatnya belajar berkomunikasi dan belajar

menghargai manusia serta nilai-nilai kemanusiaannya. Dengan demikian, pembelajaran bahasa

Indonesia diarahkan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi dan menghargai nilai-nilai,

bukan pada kemampuan menguasai ilmu kebahasaan. Akan tetapi, ilmu bahasa dipelajari untuk

mendukung keterampilan berkomunikasi. Kegiatan belajar pun dikembalikan pada konsep bahwa

siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna

jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya “mengetahuainya”. Pembelajaran

yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat”, tetapi

gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan nyata untuk jangka

panjang.

Berdasarkan kajian teoretik dan pengalaman lapangan, sebenarnya KBK merupakan salah

satu kurikulum yang memberikan konstribusi besar terhadap pengembangan potensi peserta

didik secara optimal berdasarkan prinsip-prinsip konstruktivisme asal implementasinya benar.

Beberapa kelebihan KBK antara lain:

1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi siswa pada setiap aspek mata pelajaran dan

bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri

2. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Siswa

dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra seoptimal

mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan

demikian, siswa dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan

mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan

memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat diperoleh melalui


kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan

menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan,

berbicara, membaca, dan menulis.

3. Guru diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan

kondisi di sekolah/daerah masing-masing

4. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran

memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik.

5. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi

kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada

konten.

Disamping kelebihan, kurikulum berbasis kompetensi juga terdapat kelemahan.

Kelemahan yang ada lebih banyak pada penerapan KBK di setiap jenjang pendidikan, hal

ini disebabkan beberapa permasalahan antara lain:

1. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum

sebelumnya yang lebih pada teacher oriented

2. Kualitas guru, hal ini didasarkan pada statistik, 60% guru SD, 40% guru SLTP, 43%

SMA, 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing.

Selain itu 17,2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang

studinya. Kualitas SDM kita adalah urutan 109 dari 179 negara berdasarkan Human

Development Index.
3. Sarana dan pra sarana pendukung pembelajaran yang belum merata di setiap sekolah,

sehingga KBK tidak bisa diimplementasikan secara komprehensif.

4. Kebijakan pemerintah yang setengah hati, karena KBK dilaksanakan dengan uji coba

di beberapa sekolah mulai tahun pelajaran 2001/2002 tetapi tidak ada payung hukum

tentang pelaksanaan tersebut.

Di samping kelemahan dalam kebijakan dan implementasi KBK juga memiliki

kelamahan dari sisi isi kurikulum, antara lain:

1. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator

sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi

peserta didik dan lingkungan.

2. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar

kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang

pembelajaran secara berkelanjutan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan kurikulum 1994 ke Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebenarnya bertujuan

perbaikan mutu pendidikan di Indoensia, mengingat dalam KBK berorientasi pada pemberian

keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan,

ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan dengan kata lain bagaimana aplikasi materi

pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Penekanan pembelajaran yang berpusat pada siswa memungkinkan dapat mengeksplorasi potensi

siswa secara optimal sehingga tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang

Sisdiknas dapat terelaisasi. Namun demikian dalam implementasi KBK di lapangan masih

banyak kendala/kelemahan sehingga KBK yang dimulai tahun 2001 dan diterapkan secara

meluas tahun 2004 (sehingga dikenal dengan kurikulum 2004) berhenti di tengah jalan dan

diganti dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Secara umum KBK mengandung empat komponen dasar yaitu Kurikulum Hasil Belajar,

Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar Mengajar, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis

Sekolah mempunyai dimensi yang sangat strategis dalam proses pembelajar yang berorientasi

pada konstruktivisme.
B. Saran

Karena pendapat dari masing-masing individu berfariasi maka penulis berharap saran

memngenai pembahasan Kurikulum Berbasi Kompetensi ini demi kesempurnaan pembahsan

KBK ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara , 2007. hlm 16.

Dr. S. Nasution, M.A, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara, 2006. hlm 2.

Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara , 2007. hlm 18.

www.ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smk/01.ppt

You might also like