Professional Documents
Culture Documents
untuk lebih aktif, kreatif serta inovatif dalam menyampaikan materi pembelajaran baik
pembelajaran yang ditunjukkan dengan hasil belajar yang memenuhi standar kompetensi
bentuk angka-angka dimana setiap siswa harus memenuhi standar angka tersebut.
Batas angka tersebut akan menjadi batas minimal yang harus dicapai siswa. Dengan
adanya batas minimal tersebut akan dapat diperoleh data mengenai persentase data
siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan siswa yang belum
(KKM) tidak berdasarkan analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta langkah-
langkah penetapan, oleh karena itu perlu ada kegiatan pada awal tahun pelajaran yang
dapat memberikan informasi kepada guru yang dijadikan pedoman dalam penetapan
Panjang?
b. Tindakan yang dilakukan melalui dua siklus, siklus I terdiri dari : Perencanaan,
disiapkan siklus II .
3. Tujuan Penelitian
Panjang.
4. Manfaat Penelitian
(KKM).
besarnya jumlah peserta didik yang melampui batas ketuntasan minimal, tidak
pembelajaran. Acuan Kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik
penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan
ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan.
Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah
peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan Kriteria
penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau
hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan
sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100
mencapai minimal 75. Satuan Pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan
dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan
perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh
peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria Ketuntasan Minimal harus
dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi
1). Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai
kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat
2). Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian
yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan
melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus
sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang
tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses
4). Merupakan kontrak pedagodik antara pendidik dengan peserta didik dan antara
merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik,
pendidik. Orang tua dapat membantu dengan membrikan motivasi dan dukungan
5). Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata
dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu
tersebut;
semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun
pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar ( LHB
(6). Indikator merupakan acuan / rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran.
(1). Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata Pelajaran dengan
mata pelajaran :
(2). Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran
melakukan penilaian;
KKM pada setiap indikator pada KD, SK dari mata pelajaran ditetapkan
(1). Kompleksitas ( S )
D1 : Sarana Prasarana,
D2 : Ketersediaan tenaga,
D5 : Manajemen Sekolah,
(3) .Intake
KKM indikator pada KD, SK dalam mata pelajaran adalah jumlah poin
mutu pendidikan. Hal ini dapat dijelaskan karena banyak faktor yang dapat
proses belajar mengajar serta sistem penilaian. Meskipun demikian, faktor guru
mengajar yang bermutu. Tanpa mengabaikan peran faktor-faktor lain, guru dapat
mutu pendidikan.
yang dimilikinya ke dalam tindakan mengajar yang nyata. Upaya profesional guru
tersebut ditunjukkan oleh kegiatannya baik dalam mengajar maupun dalam menambah
menunjukkan intensitas waktu yang digunakan oleh seorang guru untuk melaksanakan
tugas-tugas guru, karena konsepsi waktu belajar ( time on task ) yang diukur dalam belajar
siswa secara perorangan, telah ditemukan sebagai salah satu prediktor terbaik dari mutu
yang dipersiapkan untuk mengajar suatu mata pelajaran dianggap bermutu jika guru
tersebut mengajar mata pelajaran yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, maka
kesesuaian guru mengajar dengan mata pelajaran yang dialaminya di LPTK merupakan
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh ketiga aspek tersebut seperti
belajar di dalam sekolah, luar sekolah, tempat bekerja, sewaktu bekerja, melalui
bidang sejenis ( pendidikan ) untuk menghasilkan karya nyata ( Badudu, 1988 : 403 ).
secara umum diartikan sebagai proses pemerolehan keterampilan dan pengetahuan yang
terjadi di luar sistem persekolahan, yang sifatnya lebih heterogen dan kurang terbakukan
dan tidak berkaitan dengan lainnya, karena memiliki tujuan yang berbeda.
Dalam banyak bidang pelatihan ( Workshop ), hal tersebut memang sangat sulit
untuk tidak mengatakannya mustahil ( dilakukan validasi dan evaluasi ). Bidang yang
dimaksud misalnya manajemen atau pelatihan hubungan manusia sifatnya. Dalam hal ini,
semua bentuk pelatihan ( Workshop ) tidak dapat memperlihatkan hasil yang objektif.
Pelatihan umumnya mempunyai masalah mengenai prestasi penatar dalam mengajar, yaitu
masalah evaluasi dan validasi kelangsungannya. Jika pelajaran telah diajarkan dengan
baik dan penatar belajar pelajaran tersebut sesuai dengan ukuran penatarnya maka
efektifitas pelatihan sudah dianggap valid. Penilaiannya juga dilakukan langsung, karena
jika si penatar selalu menjawab enam untuk soal tiga kali maka ia selalu benar.
keefektifan dalam tugas-tugas mereka sekarang dan masa yang akan datang melalui
sesuai ( Dahana and Bhatnagar, 1980 : 672 ). Pelatihan pada dasarnya berkenaan dengan
persiapan pesertanya menuju arah tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan
organisasi tempat ia bekerja serta sekaligus memperbaiki unjuk kerja, sedang pendidikan
berkenaan dengan membukakan dunia bagi peserta didik untuk memilih minat, gaya hidup
kariernya.
6. METODE PENLITIAN
Minimal melalui Workshop di SMP Negeri 2 Rantau Panjang. Tindakan yang akan
Kriteria Ketuntasan Minimal. Jenis penelitian tindakan yang dipilih adalah jenis
emansipatori. Jenis emansipatori ini dianggap paling tepat karena penelitian ini
dilakukan untuk mengatasi permasalah pada wilayah kerja penliti sendiri berdasarkan
pengalaman sehari-hari. Dengan kata lain, berdasarkan hasil observasi, repleksi diri,
model Kemmis yang terdiri atas empat langkah, yakni : perencanaan, pelaksanaan,
abservasi dan repleksi.Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, dan langkah-
langkah setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan repleksi.
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru-guru SMP Negeri 2 Rantau
Panjang yang berjumlah 10 orang, yang semuanya merupakan guru tetap atau Pegawai
Penelitian dilakukan pada guru SMP Negeri 2 Rantau Panjang Tahun Pelajaran
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan
dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2010, mulai dari persiapan sampai dengan
pelaporan.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus masing-masing siklus terdiri atas :
Siklus I
1 . Perencanaan
b. Menyusun Instrumen.
sebagainya.
2. Pelaksanaan
a . Hari pertama
b . Hari kedua
- Revisi
3. Observasi
c. Kehadiran guru.
d. Kesiapan Laptop.
e. Hasil sementara
- Kualitas KKM.
- Respon guru.
Keterangan
S = Siap
TS = Tidak Siap
H = Hadir
TH = Tidak Hadir
dukung, dan intake. KKM dibuat per-indikator, kemudian KD, SK, dan terakhir mata
pelajaran. Hasil penetapan KKM oleh guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah.
peserta didik, orang tua, dan Dinas Pendidikan. KKM dicantumkan dalam L H B dengan
kriteria :
Kurang = < 56
4. Refleksi
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan digunakan norma / kriteria sebagai berikut:
c. Penetapan KKM KD, rata-rata dari indikator yang terdapat pada KD.
e. Penetapan KKM mata pelajaran rata-rata dari SK yang terdapat pada mata
pelajaran.
Indikator Keberhasilan :
- Kesiapan bahan = 85 %
- Kehadiran = 90 %
- Kesiapan Laptop = 60 %
telah ditetapkan, berarti tindakan dianggap belum berhasil. Oleh karena itu perlu
Sikulus II
Pada dasarnya siklus II memiliki prosedur yang sama dengan siklus I, hanya
saja diadakan perbaikan pada hal-hal yang dilihat ada kelemahan serta
guru dalam penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan analisis hasil
refleksi dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas peserta yang dalam hal ini
guru dalam kegiatan Workshop di SMP Negeri 2 Rantau panjang Tahun Pelajaran
Minimal (KKM) yaitu pada siklus pertama 50% dan kemudian pada siklus II 80%,
artinya 80% guru telah efektif dalam menyusun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
A. Kesimpulan :
1. Peranan kepala sekolah dalam pembinan sangat dibutuhkan dalam memotivasi guru
untuk meningkatkan kinerjanya terlihat pada hasil penelitian siklus I sampai dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari siklus 1 dan II yang disebabkan adanya
penetapan KKM pada siklus 1 masih lemah, namun setelah siklus II semua guru yang
B. Saran :
1. Peran kepala sekolah dalam melakukan pembinaan guru di sekoalah secara kontinue
2. Agar KKM yang telah ditetapkan oleh guru menjadi acuan dalam pembelajaran di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Muin, Abdul. 2008. Analisis Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/31084558.pdf. Diakses pada
Agustus 2010.
---------------------- 2007 , Permen No. 16 tentang Standar Kualifukasi dan kompetensi guru.
Suharsini, 2007, Penelitian Tindakan Sekolah, Makalah pada Bimbingan dan teknik KTI
bagi Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah, Direktorat PMPTK Departemen
Pendidikan Nasional.