You are on page 1of 10

A.

KONSEP-KONSEP DASAR SEJARAH


a. Konsep Perubahan dan Kesinambungan
Ilmu sejarah mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Masa lampau memiliki
pengertian yang sangat luas, bisa berarti satu abad yang lalu, puluhan tahun yang lalu, sebulan yang
lalu, sehari yang lalu atau sedetik yang lalu, bahkan waktu sekarang ketika sedang membaca tulisan ini
akan menjadi masa lampau. Kita harus menyadari bahwa rangkaian peristiwa sejarah sejak adanya
manusia sampai sekarang adalah peristiwa yang berkelanjutan atau berkesinambungan (continuity).
Roeslan Abdul Ghani mengatakan bahwa ilmu sejarah ibarat penglihatan terhadap tiga dimensi,
yaitu pertama, penglihatan ke masa silam, kedua ke masa sekarang dan ketiga ke masa depan (to study
history is to study the past to built the future).
Dengan demikian, mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah akan selalu terkait dengan “waktu’ (time)
yang terus bergerak dari masa sebelumnya ke masa-masa berikutnya serta melahirkan peristiwa-
peristiwa yang baru yang saling terkait sehingga perjalanan sejarah tidak pernah berhenti (stagnan).
Ilmu sejarah juga mengenal adanya konsep ”perubahan” (change) kehidupan sejak adanya manusia
sampai sekarang yang berlangsung secara lambat (evolusi) ataupun berlangsung dengan cepat
(revolusi).
b. Konsep kronologi dan Periodisasi
Kronologi, berarti sesuai dengan urutan waktu Peristiwa sejarah akan selalu berlangsung dengan
urutan waktu sehingga peristiwa-peristiwa sejarah tidak terjadi secara melompat-lompat urutan
waktunya, atau bahkan berbalik urutan waktunya (anakronis). Oleh karena itu, dalam mempelajari
sejarah agar kita mendapat pemahaman yangbaik harus memperhatikan urutan-urutan kejadiannya
(kronologis).
Selain kronologi dalam sejarah dikenal juga istilah kronik, yaitu merupakan kisah atau catatan sejarah
yang diceritakan pada berdasarkan urutan waktu. Contoh : kronik China catatan perjalanan Fa-Hien dan
perjalanan I-tsing.
Periodisasi adalah pembagian atau pembabakan peristiwa-peristiwa masa lampau yangs sangat panjang
menjadi beberapa zaman. Pada hakikatnya, istilah periodisasi dalam ilmu sejarah tidak ada, namun ada
tujuan dari periodisasi sejarah, yaitu :
1.Memudahkan Mempelajari Sejarah
Peristiwa-peristiwa masa lampau yang demikian panjang dan banyak dikelompokkan, disederhanakan,
dan diringkas menjadi beberapa periode sehingga memudahkan memahami sejarah.
2.Memahami Peristiwa-peristiwa Sejarah Secara Kronologis
Periode-periode sejarah tersebut harus disusun secara kronologis agar memudahkan pembaca
memahami kronologi sejarah yang panjang saling berkaitan.

B. KONSEP-KONSEP DASAR GEOGRAFI


Dalam Definisi Geografi dari Seminar dan Lokakarya Pertemuan Ilmiah Tahunan Ahli Geografi
di Semarang pada tahun 1988 ditegaskan bahwa, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan
dan perbedaan gejala geografi dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam
konteks keruangan. Menilik kepada definisi tersebut sangat jelas bahwa obyek utama dari ilmu
geografi adalah konteks keruangan.
Obyek Studi Geografi
Obyek Ilmu Geografi secara luas terbagi atas dua bagian, yakni:
1.Objek Material
Objek material geografi adalah sasaran atau isi kajian geografi. Objek material yang umum dan
luas adalah geosfer (lapisan bumi), yang meliputi:
• Litosfer (lapisan keras),
Merupakan lapisan luar dari bumi kita. Lapisan ini disebut kerak bumi dalam ilmu
geologi.
• Atmosfer (lapisan udara),
Terutama adalah lapisan atmosfer bawah yang
• Hidrosfer (lapisan air),
Berupa lautan, danau, sungai dan air tanah.
• Biosfer (lapisan tempat hidup),
Terdiri atas hewan, tumbuhan.
• Pedosfer (lapisan tanah),
Merupakan lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan, baik pelapukan fisik,
organik, maupun kimia.

2.Objek Formal
Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek,
• Aspek Keruangan,
Geografi mempelajari suatu wilayah antara lain dari segi “nilai” suatu tempat dari
berbagai kepentingan.
• Aspek Kelingkungan,
Geografi mempelajari suatu tempat dalam kaitan dengan keadaan suatu tempat dan
komponen-komponen di dalamnya dalam satu kesatuan wilayah.
• Aspek Kewilayahan,
Geografi mempelajari kesamaan dan perbedaan wilayah serta wilayah dengan ciri-ciri
khas.
• Aspek Waktu
Geografi mempelajari perkembangan wilayah berdasarkan periodeperiode waktu atau
perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.

Ruang Lingkup Geografi


Ruang lingkup ilmu geografi secara umum meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun
gejala sosial, serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Ruang lingkup studi ilmu geografi
yaitu:
1. Kajian terhadap wilayah (regional);
2. Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari
keanekaragaman wilayah;
3. Persebaran dan kaitan antara penduduk (manusia) dengan aspek-aspek keruangan dan usaha
manusia untuk memanfaatkannya

Konsep Esensial Geografi


Para Ahli Geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI) dalam Pertemuan
Ilmiah Tahunan tahun 1988 menghasilkan sepuluh konsep esensial geografi, yaitu:
1. Konsep Lokasi
Konsep lokasi menjadi ciri khusus ilmu pengetahuan geografi. Secara pokok konsep
lokasi dibedakan menjadi Lokasi Absolut dan Lokasi Relatif
2. Konsep Jarak
Jarak berkaitan erat dengan lokasi dan perhitungan keuntungan berkaitan antar lokasi.
3. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan berhubungan dengan kemudahan interaksi dan caranya antar lokasi
4. Konsep Morfologi
Morfologi merupakan perwujudan bentuk daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan
atau penurunan wilayah seperti erosi dan pengendapan atau sedimentasi.
5. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi atau pemusatan adalah kecenderungan persebaran penduduk yang bersifat
mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan bersifat menguntungkan, karena
kesamaan gejala ataupun faktor-faktor umum yang menguntungkan.
6. Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan suatu fenomena di muka bumi bersifat relatif, artinya nilai kegunaan itu
tidak sama, tergantung dari kebutuhan penduduk yang bersangkutan.
7. Konsep Pola
Geografi mempelajari pola-pola, bentuk, dan persebaran fenomena di permukaan bumi.
8. Konsep Deferensiasi Areal
Wilayah pada hakikatnya adalah suatu perpaduan antara berbagai unsur, baik unsur
lingkungan alam ataupun kehidupan.
9. Konsep Interaksi/ Interdependensi
Interaksi adalah kegiatan saling memengaruhi daya, objek, atau tempat yang satu dengan
tempat lainnya.
10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan adalah derajat keterkaitan persebaran suatu
fenomena dengan fenomena lain di suatu tempat atau ruang.
C. KONSEP-KONSEP DASAR SOSIOLOGI
Ada beberapa konsep yangdiuraikan dalam sosiologi yaitu masyarakat, individu, hubungan dan
fakta sosial. Untuk itu, akan dijelaskan konsep-konsep tersebut satu persatu.

1. Masyarakat

Menurut Peter L. Berger, defenisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan
manusia yang luas sifatnya. Oleh karena itu, Berger mendefenisikan juga masyarakat sebagai
“yang menunjukkan pada suatu sistem interaksi, atau tindakan yang terjadi paling kurang antara
dua orang yang saling mempengaruhi perilakunya”

2. Individu

Individu menunjuk pada subjek yang melakukan sesuatu, memiliki pikiran, kehendak, memiliki
kebebasan, memberim arti pada sesuatu, mampu menilai tindakan dna hasil tindakannya.
Intinya, individu merupakan subjek yang bertindak (actor).

3. Hubungan Individu dan Masyarakat

Pengertian hubungan disini berarti bahwa kedua kenyataan, yaitu subjektif dan objektif saling
menentukan, yang satu tidakm ada tanpa yang lain.

4. Fakta Sosial

Fakta sosial bias juga disebut fenomena sosial atau realitas sosial yang merupakan suatu
kekuatan yang menekan individu dari luar, memaksanya untuk berbuat sesuai dengan fakta
sosial.

D. KONSEP-KONSEP DASAR ANTROPOLOGI

a)Konsep evolusi sosial universal H. Spencer


Konsep Spencer mengenai proses evolusi universal yaitu seluruh alam itu, baik yang berwujud
nonorganis, organis, maupun superorganis berevolusi karena di dorong oleh kekuatan mutlak yang disebut
evolusi universal. Gambaran menyeluruh tentang evolusi universal dari umat manusia, menunjukkan bahwa
dalam garis besaarnya Spencer melihat perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari tiap bangsa di dunia
itu telah atau akan melalui tingkat-tingkat evolusi yang sama. Namun ia tak mengabaikan bahwa secara
khusus tiap bagian masyarakat atau sub-sub kebudayaan bisa mengalami proses.
Spencer pernah mengajukan suatu konsep mengenai proses evolusi pada umumnya. Menurutnya,
seperti dalam proses evolusi biologi di mana jenis-jenis makhluk yang bisa hidup lanngsung itu adalah
jenis-jenis yang paling cocok dengan persyaratan lingkungannya alamnya, maka dalam evolusi sosial
aturan-aturan hidup manusia serta hukum yang dapat dipaksakan tahan dalam masyarakat, adalah hukum
yang melindungi kebutuhan para warga masyarakat yang paling cocok dengan persyaratan masyarakat di
mana mereka hidup, yaitu kebutuhan masyarakat yang paling berkuasa, yang paling pandai, dan yang paling
mampu. Pandangan ini adalah pandangan Spencer mengenai “survival of the fittest”, yaitu daya tahan dari
jenis atau individu yang mempunyai ciri-ciri yang paling cocok dengan lingkungannya.

b)Konsep kulturkreis dan kulturschicht dari Graebner


F. Graebner mendapat ide untuk menggunakan suatu cara baru untuk menyusun benda-benda kebudayaan di
museum. Benda-benda itu biasanya disusun menurut asalnya, tetapi Graebner mencoba untuk menyusunnya
berdasarkan persamaan dari unsur-unsur tersebut. Sekumpulan tempat di mana ditemukan benda yang sama
sifatnya itu oleh Graebner disebut satu Kulturkreis.
Metode klasifikasi unsur-unsur kebudayaan dari berbagai tempat di muka bumi ke dalam berbagai
kulturkreise itu berjalan sebagai berikut :
Seorang peneliti mula-mula harus melihat di tempat-tempat mana di muka bumi terdapat unsur-unsur
kebudayaan yang sama.

c)Konsep daerah kebudayaan dari Wissler


Konsep Culture Area Wissler merupakan pembagian dari kebudayaan-kebudayaan Indian di
Amerika ke dalam daerah-daerah yang merupakan kesatuan mengenai corak kebudayaan-kebudayaan di
dalamnya. Konsep Culture Area dikembangkan karena kebutuhan Wissler untuk mengklasifikasikan benda-
benda dari kebudayaan-kebudayaan suku bangsa Indian yang tinggal terpencar di Benua Amerika Utara ke
dalam golongan-golongan tertentu guna pameran di museum.
Satu Culture Area menggolongkan berpuluh-puluh kebudayaan yang masing-masing berbeda ke dalam satu
golongan, berdasarkan atas persamaan dari sejumlah ciri yang mencolok dalam kebudayaan-kebudayaan
tersebut. Ciri-ciri itu tidak hanya berupa unsur kebendaan, seperti alat-alat berburu, alat-alat bertani, senjata,
ornamen, bentuk dan gaya pakaian, bentuk tempat kediaman dan sebagainya, tetapi juga unsur-unsur yang
lebih abstrak, seperti unsur-unsur sistem organisasi sosial, dasar-dasar mata pencaharian hidup, sistem
perekonomian, upacara keagamaan, dan sebagainya.

d)Konsep azas klasifikasi elementer dari Levi-Strauss


Secara universal manusia dalam akal pikirannya merasakan dirinya berhubungan dengan hal-hal
tertentu dalam alam semesta sekelilingnya, atau dengan manusia-manusia tertentu dalam lingkungan sosial-
budayanya, yaitu ia merasa dirinya ber-ototeman (dalam bahasa Ojibwa berarti “dia adalah kerabat pria
saya”) dengan hal-hal itu. Dalam hubungan itu manusia mengklasifikasikan lingkungan alam serta sosial
budayanya ke dalam kategori-kategori yang elementer.
Metode Levi-Strauss untuk menganalisa gejala-gejala sosial yang menurut pengertiannya berakar dalam
cara-cara berpikir elementer dari akal manusia untuk menggolongkan diri sendiri atau kelompok sendiri
dengan lingkungan alam atau lingkungan sekitarnya. Selain itu, pendirian Levi-Strauss mengenai cara-cara
logika elementer dari akal manusia itu untuk mengklaskan alam semesta dan masyarakat sekitarnya ke
dalam beberapa kategori dasar.
Usaha Levi-Strauss dalam menganalisa sistem-sistem kekerabatan dan mitologi, ia tidak bermaksud
mencari azas-azas universal dari proses-proses berpikir simbolik yang menyebabkan sistem kekerabatan di
dunia hidup dan berjalan biasanya. Dalam analisa Levi-Strauss mengenai sistem kekerabatan, ia mengaitkan
sistem-sistem kekerabatan itu dengan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Adapun analisanya
mengenai mitologi azas-azas dan prosses-proses berpikir bersahaja dan azas-azas simbolisme yang
diabstraksi itu, bersifat benar-benar abstrak dan universal, dan tidak terikat kepada kompleks mitologi dari
masyarakat atau kebudayaan yang bersangkutan.
E.KONSEP-KONSEP DASAR EKONOMI
A. Persoalan Dasar Ekonomi

Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya-upaya/kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan guna mencapai kemakmuran. Ilmu ekonomi muncul karena adanya problema/permasalah
ekonomi. Problema/masalah ekonomi tersut adalah adanya kebutuhan manusia yang tidak terbatas
sedangkan alat pemenuhan kebutuhan sangat terbatas. Jika kebutuhan manusia yang tidak terbatas
tersebut sudah dapat terpenuhi dengan alat pemuas yang tersedia, maka terciptalah kemakmuran.

Keadaan timpang antara kebutuhah manusia yang tidak terbatas dihadapkan pada sarana atau alat yang
terbatas dinamakan kelangkaan [Scarcity]

Persoalan ekonomi meliputi:

1. Barang apa yang akan diproduksi dan berapa banyak [what]?

2. Bagaimana cara memproduksi [How]?

3. Untuk siapa barang-barang diproduksi [for whom]?


F. KONSEP-KONSEP DASAR DARI ILMU POLITIK
Ilmu politik memiliki beberapa konsep. Konsep-konsep ini merupakan hal-hal yang ingin
dicapai dalam politik. Pada paper ini akan dibahas tentang konsep-konsep tersebut, sumber kekuasaan,
serta perbedaan antara kekuasaan dan kewenangan, dengan beberapa sumber seperti buku dan internet.
Berikut pembahasannya secara ringkas.

1. Power (Kekuasaan)
Power sering diartikan sebagai kekuasaan. Sering juga diartikan sebagai kemampuan yang
dimiliki oleh suatu pihak yang digunakan untuk memengaruhi pihak lain, untuk mencapai apa yang
diinginkan oleh pemegang kekuasaan. Max Weber dalam bukunya Wirtschaft und Gesselshaft
menyatakan, kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan
kemauan sendiri meskipun mengalami perlawanan. Pernyataan ini menjadi rujukan banyak ahli, seperti
yang dinyatakan Harold D. Laswell dan A. Kaplan,” Kekuasaan adalah suatu hubungan dimana
seseorang atau kelompok dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain kearah tujuan
pihak pertama.”

2. Authority (Kewenangan)
Kewenangan (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Kewenangan biasanya
dihubungkan dengan kekuasaan. Penggunaan kewenangan secara bijaksana merupakan faktor kritis
bagi efektevitas organisasi.

3. Influence (Pengaruh)
Norman Barry, seorang ahli, menyatakan bahwa pengaruh adala suatu tipe kekuasaan, yang jika
seorang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak
demikian, sekalipun ancaman sanksi terbuka bukan merupakan motivasi pendorongnya. Dengan
demikian, dapat dikatakan pengaruh tidak bersifat terikat untuk mencapai sebuah tujuan.

Pengaruh biasanya bukan faktor satu-satunya yang menentukan tindakan pelakunya, dan masih
bersaing dengan faktor lainnya. Bagi pelaku masih ada faktor lain yang menentukannya bertindak.
Walaupun pengaruh sering kurang efektif dibandingkan kekuasaan, pengaruh lebih unggul karena
terkadang ia memiliki unsur psikologis dan menyentuh hati, dan karena itu sering berhasil.

4. Persuasion (Ajakan)

Persuasi adalah kemampuan untuk mengajak orang lain agar mengubah sikap dengan
argumentasi, untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan orang yang mengajak. Dalam politik,
persuasi diperlukan untuk memperoleh dukungan. Persuasi disini dilakukan untuk ikut serta dalam
suatu komunitas dan mencapai tujuan komunitas tersebut. Persuasi bersifat tidak memaksa dan tidak
mengharuskan ikut serta, tapi lebih kepada gagasan untuk melakukan sesuatu. Gagasan ini dinyatakan
dalam argumen untuk memengaruhi orang atau kelompok lain.

5. Coercion (Paksaan)

Paksaan merupakan cara yang mengharuskan seseorang atau kelompok untuk mematuhi suatu
keputusan. Peragaan kekuasaan atau ancaman berupa paksaan yang dilakukan seseorang atau kelompok
terhadap pihak lain agar bersikap dan berperilaku sesuai dengan kehendak atau keinginan pemilik
kekuasaan.Dalam masyarakat yang bersifat homogen ada konsensus nasional yang kuat untuk
mencapai tujuan-tujuan bersama. Paksaan tidak selalu memengaruhi dan tidak tampak. Dengan
demikian, di negara demokratis tetap disadari bahwa paksaan hendaknya digunakan seminimal
mungkin dan hanya digunakan untuk meyakinkan suatu pihak.

6. Acquiescence (Perjanjian)

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana satu pihak membuat janji kepada pihak lain untuk
melaksanakan satu hal. Oleh karena itu, perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang
melakukan perjanjian. Perjanjian dilaksanakan dalam bentuk lisan atau tulisan. Acquiescence diartikan
sebagai perjanjian yang disetujui tanpa protes.

B. Sumber-sumber Kekuasaan

Seorang yang memiliki sesuatu, tentu mempunyai sumber darimana ia mendapatkan sesuatu
tersebut. Demikian halnya dengan kekuasaan. Kekuasaan datang dari berbagai sumber, diantaranya
kedudukan, kekayaan, dan kepercayaan. Seorang atasan dapat memerintahkan bawahannya agar
melakukan sesuatu. Jika bawahan melanggar perintah atasan, maka bawahan bisa dikenai sanksi.

Seseorang yang memiliki kekayaan dapat memiliki kekuasaan. Misalnya seorang konglomerat dapat
menguasai suatu pihak yang didanainya. Kepercayaan atau agama juga merupakan sumber kekuasaan.
Misalnya di Indonesia, alim ulama banyak dituruti dan dipatuhi masyarakat. Alim ulama bertindak
sebagai pemimpin informal umat, maka ia perlu diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan
di tempat umatnya.

wilayah kekuasaan (domain of power) menjelaskan siapa-siapa saja yang dikuasai oleh orang
atau kelompok yang berkuasa, jadi menunjuk pada pelaku organisasi, atau kolektivitas yang kena
kekuasaan. Misalnya seorang direktur memiliki kekuasaan di perusahaannya, baik itu di pusat ataupun
di cabang-cabangnya.

Dalam suatu hubungan kekuasaan(power relationship) selalu ada pihak yang lebih kuat daripada pihak
lain. Hal ini menyebabkan hubungan tidak seimbang(asimetris), dan ketergantungan satu pihak dengan
pihak lain. Semakin timpang hubungan ini, maka makin kuat ketergantungannya. Hal ini disebut
hegemoni, dominasi, atau penundukan oleh pemikir abad 20.

C. Perbedaan Power (Kekuasaan) dan Authority (Kewenangan)

Dalam pembahasan sebelumnya dinyatakan bahwa kewenangan berhubungan dengan kekuasaan, tapi
dari segi lain, ada perbedaan mendasar antara keduanya. Salah satunya, kewenangan adalah kekuasaan
secara formal yang diberikan oleh organisasi, sedangkan kekuasaan berada diluar formalitas. .
kewenangan adalah kekuasaan namun kekuasaan tidak terlalu berupa kewenangan.
Kewenangan merupakan kekuasaan yang memiliki keabsahan ( legitimate power ), sedangkan
kekuasaan tidak selalu memiliki keabsahan.
Kewenangan merupakan hak berkuasa yang di tetapkan dalam struktur organisasi sosial guna
melaksanakan kebijakan yang di perlukan.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan merupakan konsep yang paling
banyak dibahas dalam ilmu politik, selain konsep lainnya. Kekuasaan berasal dari beberapa sumber,
misalnya kekayaan, kedudukan, dan kepercayaan. Kekuasaan dan kewenangan adalah konsep yang
berhubungan, tetapi keduanya berbeda. Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang diberikan oleh
organisasi, sedangkan kekuasaan berada diluar formalitas.
G. KONSEP KONSEP DASAR PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi sosial:erupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang
dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan
manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang
pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang
pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.

Sedangkan latar belakang timbulnya psikologi sosial, banyak beberapa tokoh berpendapat,
semisal, Gabriel Tarde mengatakan, pokok-pokok teori psikologi sosial berpangkal pada proses imitasi
sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar manusia. Bedah lagi dengan Gustave Le Bon, bahwa pada
manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlaianan
sifatnya.

sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu
sendiri karena memang dalam keadaan terpendam. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang
berpendapat dalam buku yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan psikologi sosial.

Pada tahun 1950 dan 1960 psikologi sosial tumbuh secara aktif dan program gelar dalam psikologi
dimulai disebagaian besar universitas
Dasar mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi –potensi manusia, dimana potensi ini
mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat. Potensi-
potensi tersebut antara lain:

1. kemampuan menggunakan bahasa


2. adanya sikap etik
3. hidup dalam 3 dimensi (dulu, sekarang, akan datang )

Ketiga pokok di atas biasa disebut sebagai syarat human minimum. Dengan demikian yang tidak
memenuhi human minimum dengan sendirinya sukar digolongkan sebagai masyarakat. Obyek manusia
mempelajari psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosial / gejala-gejala sosial. Sedangkan metode
sosial antara lain : a. Metode Eksperimen, b. Metode survey, c. Metode Observasi, d. Metode
diagnostik – psychis, e. Metode Sosiometri.

Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara psikologi sosial dengan
ilmu-ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya : Ilmu hukum, Ekonomi, sejarah, dan
yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak psikologi sosial dalam sistematik psikologi
termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang
menyelidiki dan yang mempelajari segi-segi kekhususan dari hal-hal yang bersifat umum dipelajari
dalam lapangan psikologi khusus. Sedangkan kedudukan psiklogi sosial didalam lapangan psikologi
termasuk dalam psikologi teoritis, sedangkan psikologi sosial tergolong dalam psikologi teoritis.

Mengenai psikologi sosial terdapat pertentangan faham diantara beberapa tokoh ilmu jiwa sosial yang
dalam garis besarnya dapat dikelompokan menjadi dua aliran yakni, aliran subyektifisme yang
menyatakan bahwa individulah yang membentuk masyrakat dalam segala tingkah lakunya. Dan aliran
kedua adalah, obyektivisme yang merupkan kebalikan dari aliran subyektivisme, bahwa masyarakatlah
yang menentukan individu.

Selain dua aliran di atas, masih ada aliran yang membicarakan masalah hubungan antara individu
dengan masyarakat diantaranya adalah aliran historis dan cultural personality.

You might also like