Professional Documents
Culture Documents
TEORI KETERGANTUNGAN
Dependency theory atau yang dikenal dengan teori ketergantungan, kelompok yang
mengkhususkan penelitiannya pada hubungan anatara negara Dunia pertama dan negara Dunia
ketiga. Teori ketergantungan pertama kali muncul sebagai reaksi terhadap teori liberal
perdaganngan bebas ditahun 1950, yang diajukan oleh Rail Prebisch, dam penelitiannya dengan
Komisi Ekonomi Amerika Latin (ECLA) yang mengemukaan bahwa kekayaan negara – negara
miskin bertepatan dengan peningkatan kekayaan bangsa kaya. Sedangkan tahun 1960-an dirintis
oleh Paul Baran, yang kemudian di sususl oleh Andre Gunder Frank.
Kelompok ini berpendapat bahwa imperialisme masih ada bersebarangan dengan konsep
lenin tentang imprealisme. Mereka berpendapat imperealisme masih hidup, tetapi dalam bentuk
lain yaitu dominasi ekonomi dari negara-negara kaya terhadap negara-negara yang kurang maju
(underdeveloped). Negar-negara maju memeng telah melepakan negara jajahannya, tetapi tetep
mengendalikan (mengontrol) ekonominya.
Pembangunan yang dilakukan negara-negara yang kurang maju, atau Dunia Ketiga,
hampir selalu berkaiatn erat dengan kepentingan pihak Barat.
Yang paling ekstrem adalah pemikiran pelolpor teori ketergantungan, Andre Gender
Frank (tahun 1960-an) yang berpendapat bahwa penyelesaian masalah itu hanyalah melaluai
revolusi sosisal secara global. Sementara penulis lain seperti Henrique Cardoso (1979)
menganggap bahwa pembangunanyang independen ada kemungkinan terjadi, sehingga revolusi
sosial tidak mutlak harus terjadi. Namun yang lebihnpenting lagi dari ini bisa dilihat dari
mambumbungnya utang dan kesenjangan sosial-ekonomi dari pembangunan dibanyak negara
Dunia Ketiga.
TEORI FUNGSIONALISME
Tradisi konservatif klasik ini sering menekankan bahwa konservatif tidak mempunyai
idiologi, dalam pengertian program dengan suatu bentuk rancangan umum. Burke
mengembangkan gagasan-gagasan ini sebagai reaksi terhadap gagasan tentang suatu masyarakat
yang dipimpin oleh nalar abatrak. Meskipun ia tidak tidak memgunakan istilah ini, ia
mengantisipasi kritik terhadap modernisme, sebuah istilah yang digunakan pada akhir abad ke-19
oleh tokoh konservatif keagamaan Belanda Abraham Kuyper. Burke merasa tergangu oleh
pencerahan dan sebaliknya mengenjurkan nilai tradisi.
Setelah Perang Dunia II, partai konservatif membuat konsensi-konsensi bagi kebijakan-
kebijakan sosialis kaum kiri. Kompromi ini adalah suatau langkah pragmatis untuk memperoleh
kembali kekuasaan, tetapi juga sebagai akibat dari kesuksesan awal dari perencanaan sentral dan
kepemilikan negara yang menciptakan suatu persetujuan umun lintas partai.
Namun demikian, pada tahun 1980-an, dibawah pimpinan Margaret Thatcher, dan pengaruh Sir
Keith Joseph, partai ini kembali ke gagasan ekonomi liberal klasik dan swastanisas, banyak dari
perusaan negara di berlakukan.
TEORI KLASIK
Konsep politik menurut pandanga klasik itu tampak sangan kabur atau tidak tergambar
jelas. Ketidakjelasan ini akan menghadapkan kita kepada kesukaran dalam menentukan patokan
kepentinga umum yang disetujui bersama masyarakat. Namun satu hal yang patut mendapatkan
perhatian dari pandangan klasik berupa penekanan yang diberikan pada “apa yang seharusnya”,
dicapai demi kebaikan bersama seluruh warga negara polis dan “dengan cara apa sebaiknya”
tujuan-tujuan itu dicapai. Dengan kata lain, pandangan klasik lebih menekankan aspek filosofis
idea dan etik daripada aspek politik.
Dalam pengertian politik terkandung tujuan dan etik masyarakat yang jelas. Berpolitik
ialah membicarakan dan merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapi dan ikud serta dalam
upaya mengejar tujuan bersama. Barangkali aspek filosofis ini yang merupakan kelebihan, dan
karena itu menjadi ciri khas pandanga klasik. Dalam hal ini, aspek filosofis lebih ditekankan
daripada aspek politik. Oleh karena itu, metode kajian yang digunakan bukan empirisme,
melainkan metode spekulatif-normatif.
TEORI FASISME
Mussolini dan Hitler adalah penganut fasisme. Fasisme merupakan sebuah paham politik
yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Dalam paham fasisme, nasionalisme
sangat terlihat fanatik dan juga otoriter sangat tercermin. Sedangkan menurut istilah kata fasisme
diambil dari bahasa Italia, Fascio diambil dari bahasa Latin, fascis yang berarti seikat tangkai-
tangkai kayu. Ikatan kayu ini di tengahnya ada kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi di
bawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol dari kekuasaan pejabat pemerintah.
Dalam perkembangannya, pada abad ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito
Mussulini. Sementara itu di Jerman, juga muncul sebuah paham yangh masih bisa di hubungkan
dengan fasisme, yaitu Nazisme pimpinan Adolf Hitler. Perbedaan antara Nazisme dengan
Fasisme ialah karena yang ditekankan idak hanya nasionalisme saja, tetapi rasialisme dan
rasisme yang sangat kuat. Karena kuatnya nasionalisme sampai mereka membantai bangsa-
bangsa lain yang dianggap lebih rendah.
TEORI KEKUASAAN
Dalam pandangn ini politik dipandang sebagai kegiatan mencari dan mempertahankan
kekuasaan dalam masyarakat. oleh karena itu, ilmu politik dirumuskan sebagai ilmu yang
mempelajari hakikat, kedudukan, dan penggunaan kekuasaan dimanapun kekuasaan itu di
temukan.
Robson mengatakan ilmu politik dipandang sebagai ilmu yanga memusatkan perhatian
pada perjuangan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasan.,
mempengaruhi pihak lain, ataupun menentang pelaksanaan kekuasaan.
Konsep politik sebagai perjuangan mencari dan mempertahankan kekuasaan juga memiliki
sejumlah kelemahan.
Kedua, kekuasaaan hannya salah satu konsep dalam ilmu politik. Selain kekuasaan, ilmu
politik masih memiliki konsep-konsep yang lain, seperti kewenangan, legitimasi, konflik,
konsensus, kebijakan umum, integrasi politik, dan idiologi. Jadi, politik sebagai kegiatan mencari
dan mempertahankan kekuasaaaan merupakan konseptualisasi yang terlalu luas dan kurang
tajam, walaupun demikian harus dicatat konsep kekuasaan pokitikmerupakan salah satu konsep
yang tak terpisahkan dari ilmu politik.
TEORI NEOLIBERALISME
Neoliberalisme atau juga yang dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal yang mengacu
pada filosofi ekonomi-politik yang mengurangi atau menolak campur tangan pemerintahan
dalam ekonomi domestik. Paham ini memfokuskan pada metode pasar bebas, yang sedikit
pembatasan terhadap perilaku bisnis dan hak-hak pribadi. Dalam kebijakan luar negeri,
neolibaralisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politisi,
menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan atau invervensi militer. Pembukaan pasar
merujuk pada pasar bebas.
MARXISME-LENINISM
Marxisme-leninsm ialah idiologi komunis yang terdiri dari teoriMarxisme, yang di buat
oleh Karl Mark dan Friedrich Engles, di kombinasikan dengan teori Leninism, yang di
kembangkan dari ajaran revolusioner Rusia, Vladimir Lenin, yang muncul sebagai
kecenderungan utama di kalangan Pihak Komunis pada tahun 1920 karena diadopsi sebagai
idiologi dasar komunis internasional selama era Stalin dan sejak itu hampir semua pihak
komunis yang modern dan idiologi yang telah diikuti baik sendiri atau di kombinasikan dengan
ajaran pemimpin komunis lainnya. Namun dalam berbagai konteks berbeda politik kelompok
telah digunakan istilah Marxisme-leninism untuk menjelaskan idiologie yang di klaim mereka
untuk ditegakkan. Misalnya tendensi utama :
TEORI KELEMBAGAAN
Dalam teori kelembagan memandang politik sebai hal yang berkaitan dengan
penyelengaran negara. Dalam hal ini, Max Weber merumuskan negara sebagai komunitas
menusia yang secara sukses memonopoli penggunaan paksaan fisik yang sah dalam wilayah
tertentu. Negara dipandang sebagai suatu sumber utama hak untuk menggunakan paksaan fisik
yang saha. Oleh karena itu, politik bagi Weber merupakan pesainagn untuk membagi kekuasan
atau persaingan untuk mempengaruhi pembagian kekuasaan antarnegara maupun antarkelompok
di dalam suatu negara. Menurutnya, negara merupakan suatu struktur administrasi atau
organisasi yang kongkret, dan dia membatasi pengertian negara semata-mata sebagai paksaan
fisik yang digunakan untuk memaksakan ketaatan.
Akan tetapi, pada tahun 1980-an sejumlah ilmuwan politik Amerika Serikat kembali
menjadikan negara sebagi fokus kajian. Mereka memandang negara tidak lagi sekedar arena
persaingan kepentingandi antara berbagai kepentingan dalam masyarakat, tetapi juga sebagai
lembaga yang memiliki otonomi dan memiliki kemampuan. Negara dilihat sebagi lembaga yang
memiliki kepentingan yang berbedadari berbagai kepentinagn yang bertentangan dalam
masyarakat. pandangan ini di sebut juga sebagai statist perspective.
TEORI KONFLIK
Pertama, konseptualisasi ini ialah konflik tidak semua bedimensi politik sebaba selain
konflik politik terdapat pula konflik pribadi, konflik ekonomi, konflik agama,yang tidak selalu di
selesaikan melaluai proses politik.
Kedua, konseptualisasi ini tidak sepenuhnya tepat. Hal itu disebabkan selain konflik,
konsensus, kerja sama dan integrasi juga terjadi dalam hampir semua proses politik. Perbedaan
pendapat , perdebatan, persaingan, dan pertentangan untuk mendapatkan dan atau
mempertahankan nilai-nilai itu justru diselesaikan melamui proses dialog sehingga sampai pada
suatu konsensus maupun diselesaikan lewat kesepakatan dalam bentuk keputusan politik yang
merupakan pembagian dan penjatahan hilai-nilai. Oleh karena itu, keputusan politik merupakan
upaya penyelesaian politik.