You are on page 1of 9

TEORI-TEORI POLITIK

TEORI KETERGANTUNGAN

Dependency theory atau yang dikenal dengan teori ketergantungan, kelompok yang
mengkhususkan penelitiannya pada hubungan anatara negara Dunia pertama dan negara Dunia
ketiga. Teori ketergantungan pertama kali muncul sebagai reaksi terhadap teori liberal
perdaganngan bebas ditahun 1950, yang diajukan oleh Rail Prebisch, dam penelitiannya dengan
Komisi Ekonomi Amerika Latin (ECLA) yang mengemukaan bahwa kekayaan negara – negara
miskin bertepatan dengan peningkatan kekayaan bangsa kaya. Sedangkan tahun 1960-an dirintis
oleh Paul Baran, yang kemudian di sususl oleh Andre Gunder Frank.

Kelompok ini berpendapat bahwa imperialisme masih ada bersebarangan dengan konsep
lenin tentang imprealisme. Mereka berpendapat imperealisme masih hidup, tetapi dalam bentuk
lain yaitu dominasi ekonomi dari negara-negara kaya terhadap negara-negara yang kurang maju
(underdeveloped). Negar-negara maju memeng telah melepakan negara jajahannya, tetapi tetep
mengendalikan (mengontrol) ekonominya.

Pembangunan yang dilakukan negara-negara yang kurang maju, atau Dunia Ketiga,
hampir selalu berkaiatn erat dengan kepentingan pihak Barat.

 Pertama, negara-negara miskin atau negara bekas jajahan dapat menyediakan


sumbrdaya manusia dan sumber daya alam. Ini dapat menguntungkan karena negara
maju dapat memberlakukan gaji atau apah yang kecil bagi tenaga kerjannya, sewa
tanan yang rendah, dan bahan baku yang murah.
 Kedua, negara-negara miskin menyediakan akses pasar untuk negara-negara maju,
sedangkan produkdi ekspor sering ditentukan oleh negara maju. Eksploitasi ini
menyebabkan negara kurang maju mengalami kemiskinan terus-menerus karena
pengaruh starategi ekonomi dan politik dari negara maju, dan kemiskinan
mencerminkan ketergantungan itu.
 Ketiga. Negara-negara kaya secara aktif mengebadikan keadaan keadaan
ketergantungan dengan berbagai cara. Dari segi, ekonomi, media kontrol, politik,
perbankan, dan keungan,pendidikan,budaya, olahraga.

Yang paling ekstrem adalah pemikiran pelolpor teori ketergantungan, Andre Gender
Frank (tahun 1960-an) yang berpendapat bahwa penyelesaian masalah itu hanyalah melaluai
revolusi sosisal secara global. Sementara penulis lain seperti Henrique Cardoso (1979)
menganggap bahwa pembangunanyang independen ada kemungkinan terjadi, sehingga revolusi
sosial tidak mutlak harus terjadi. Namun yang lebihnpenting lagi dari ini bisa dilihat dari
mambumbungnya utang dan kesenjangan sosial-ekonomi dari pembangunan dibanyak negara
Dunia Ketiga.

TEORI FUNGSIONALISME

Dalam fungsionalisme, politik dipandang sebgai kegiatan merumuskan dan melaksanakan


kebijakan umum. Menyimpang dari pandangan kelembagaan diatas, dewasa ini para ilmuan
politik memandang politik dari kaca mata fungsional. Menurut mereka, politik merupakan
kegiatan para elit politik dalam membuat daan melaksanakan kebijakan umum.
Diantara ilmuan politik yang memngunakan kacara fungsional dalam mempelajari gejala politik
ialah David Easton dan Harold Lasswell. Easton merumuskan politik sebagai The authoritative
allocation of values for a society atau alokasi nilai0nilai secara otoriatif, berdasran kewenangan,
dan jarena itu mengeikat untuk suatumasyarakat. Sementara itu, Lasswell menyimpulkan proses
politik sebagai masalah Who gets what, when, how, atau masalah siapa mendapat apa, kapan,
dan bagaimana.

Kelemahan pandangan fungsionalisme ialah menempatkan pemerintah sebagai sarana dan


wasit terhadap persaingan di antara berbagai kekuatan politik untuk mendapatkan nilai-nilai yang
terbanyak dari kebijakan umum. Fungsionalisme mengabaikan kenyataan bahwa pemerintah juga
memiliki kepentingan sendiri, baik berupa kepentingan yang melekat pada lembaga pemerintah
maupun kepentingan para elit yang memegang jabatan. Fungsionalisme cenderung melihat nilai-
nilai secara instrumental bukan sebagai tujuan seperti yang dikankan pandangan klasik. Selain
itu fungsionalisme menganggap politik secara ideal seharuanya menyangkut kebaikan bersama.
TEORI KONSERVATISME

Konservatisme adalah sebuah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai


tradisional. Istilah ini bersal dari bahasa Latin, consevare,melestarikan,menjaga, memelihara,
mengamalkan”.atau bisa dikatakan konservatisme adalah ideologi yang cenderung kepada
amalan tradisi atau turun temurun. Seorang yang berfikiran konservatif suka supaya suatu
amalan itu tidak berubah.Pada dasarnya, seseorang yang berfikiran konservatif berpegang kepada
konsep, sekiranya sesuatu perkara itu masih elok, ia tidak perlu ditukar. Sesuatu perkara itu
hanya ditukar sekiranya perlu.Ini adalah berlawan dengan fikiran reformasi atau pembaharuan.
Kaum konservatif berusaha melestarikan status quo, namun ada beberapa yang berusaha kembali
kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo ante.

Mekipun konservatisme adalah suatu pemikiran politik, sejak awal konservatisme


mengandung banyak alur yang kemudian dapat diberi label konservatif. Baru pada Masa
Penalaran, dan masa reaksi terhadap peristiwa-peristiwa di sekitar Revolusi Perancis pada 1789,
konservatisme mulai muncul sebagai suatu sikap atau alur pemikiran yang khas. Namun baru
ketika polemic Edmund Burke muncul – Reflections on the Revolution in France- konservatif
memperoleh penyeluran pandangan-pandangan yang paliang berpengaruh.

Tradisi konservatif klasik ini sering menekankan bahwa konservatif tidak mempunyai
idiologi, dalam pengertian program dengan suatu bentuk rancangan umum. Burke
mengembangkan gagasan-gagasan ini sebagai reaksi terhadap gagasan tentang suatu masyarakat
yang dipimpin oleh nalar abatrak. Meskipun ia tidak tidak memgunakan istilah ini, ia
mengantisipasi kritik terhadap modernisme, sebuah istilah yang digunakan pada akhir abad ke-19
oleh tokoh konservatif keagamaan Belanda Abraham Kuyper. Burke merasa tergangu oleh
pencerahan dan sebaliknya mengenjurkan nilai tradisi.

Setelah Perang Dunia II, partai konservatif membuat konsensi-konsensi bagi kebijakan-
kebijakan sosialis kaum kiri. Kompromi ini adalah suatau langkah pragmatis untuk memperoleh
kembali kekuasaan, tetapi juga sebagai akibat dari kesuksesan awal dari perencanaan sentral dan
kepemilikan negara yang menciptakan suatu persetujuan umun lintas partai.
Namun demikian, pada tahun 1980-an, dibawah pimpinan Margaret Thatcher, dan pengaruh Sir
Keith Joseph, partai ini kembali ke gagasan ekonomi liberal klasik dan swastanisas, banyak dari
perusaan negara di berlakukan.

Warisan Thacher bersifat campuran. Banyak yang beranggapan bahwa ia menghancurkan


konsensus tradisional dan filosofi partai, dan dengan memberlakukan hal itu, menciptakan suatu
situasi di mana public tidak benar-benar tahu nilai-nilai apa yang dipegang oleh Partai. Kini
Partai konservatif sibk memcoba mencari jati dirinya kembali.

TEORI KLASIK

Aristoteles mengemukakan, pandangan klasik melihatpolitik sebagai suatu asosiasi warga


negara yang berfungsi membicarakan dan menyelengarakan hal ihwal yang menyangkut
kebaikan bersama seluruh anggota masyarakat. Filosofi ini membedakan urusan-urusan yang
menyengkut kebaikan bersama atau kepentingan publik dengan urusan –urusan yang
menyangkut kebaikan kepentingan individu atu kelompok masyarakat atau swasta. Selain itu
menurutnya urusan-urusan yang menyangkut kebaikan bersama memiliki nilai moral yang lebih
tinggi daripada urusan-urusan yang menyangkut kepentingan swsta.

Konsep politik menurut pandanga klasik itu tampak sangan kabur atau tidak tergambar
jelas. Ketidakjelasan ini akan menghadapkan kita kepada kesukaran dalam menentukan patokan
kepentinga umum yang disetujui bersama masyarakat. Namun satu hal yang patut mendapatkan
perhatian dari pandangan klasik berupa penekanan yang diberikan pada “apa yang seharusnya”,
dicapai demi kebaikan bersama seluruh warga negara polis dan “dengan cara apa sebaiknya”
tujuan-tujuan itu dicapai. Dengan kata lain, pandangan klasik lebih menekankan aspek filosofis
idea dan etik daripada aspek politik.

Dalam pengertian politik terkandung tujuan dan etik masyarakat yang jelas. Berpolitik
ialah membicarakan dan merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapi dan ikud serta dalam
upaya mengejar tujuan bersama. Barangkali aspek filosofis ini yang merupakan kelebihan, dan
karena itu menjadi ciri khas pandanga klasik. Dalam hal ini, aspek filosofis lebih ditekankan
daripada aspek politik. Oleh karena itu, metode kajian yang digunakan bukan empirisme,
melainkan metode spekulatif-normatif.
TEORI FASISME

Mussolini dan Hitler adalah penganut fasisme. Fasisme merupakan sebuah paham politik
yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Dalam paham fasisme, nasionalisme
sangat terlihat fanatik dan juga otoriter sangat tercermin. Sedangkan menurut istilah kata fasisme
diambil dari bahasa Italia, Fascio diambil dari bahasa Latin, fascis yang berarti seikat tangkai-
tangkai kayu. Ikatan kayu ini di tengahnya ada kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi di
bawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol dari kekuasaan pejabat pemerintah.
Dalam perkembangannya, pada abad ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito
Mussulini. Sementara itu di Jerman, juga muncul sebuah paham yangh masih bisa di hubungkan
dengan fasisme, yaitu Nazisme pimpinan Adolf Hitler. Perbedaan antara Nazisme dengan
Fasisme ialah karena yang ditekankan idak hanya nasionalisme saja, tetapi rasialisme dan
rasisme yang sangat kuat. Karena kuatnya nasionalisme sampai mereka membantai bangsa-
bangsa lain yang dianggap lebih rendah.

TEORI KEKUASAAN

Dalam pandangn ini politik dipandang sebagai kegiatan mencari dan mempertahankan
kekuasaan dalam masyarakat. oleh karena itu, ilmu politik dirumuskan sebagai ilmu yang
mempelajari hakikat, kedudukan, dan penggunaan kekuasaan dimanapun kekuasaan itu di
temukan.

Robson mengatakan ilmu politik dipandang sebagai ilmu yanga memusatkan perhatian
pada perjuangan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasan.,
mempengaruhi pihak lain, ataupun menentang pelaksanaan kekuasaan.
Konsep politik sebagai perjuangan mencari dan mempertahankan kekuasaan juga memiliki
sejumlah kelemahan.

Pertama, konseptualisasi tersebut tidak membedakan kekuasaan yang beraspek politik.


Misalnya kemampuan para kiai atau pendeta utuk mempengaruhi jemaah agar melaksanakan
ajaran agama tidaklah beraspek politik. Hal itu karena tidakberkaitan dengan pemerintah selaku
pemegang kewenagan yang mendistribusikan nilai-nilai, melainkan menyangkut lingkungan
masyarakat yang lebih terbatas. Namun, apabila konseptualisasi di atas diikuti maka kemampuan
para pemimpin agama untuk mempengaruhi cara berfikir dan prilaku anggota jemaah, termasuk
dalam kategori kegiatan politik.

Kedua, kekuasaaan hannya salah satu konsep dalam ilmu politik. Selain kekuasaan, ilmu
politik masih memiliki konsep-konsep yang lain, seperti kewenangan, legitimasi, konflik,
konsensus, kebijakan umum, integrasi politik, dan idiologi. Jadi, politik sebagai kegiatan mencari
dan mempertahankan kekuasaaaan merupakan konseptualisasi yang terlalu luas dan kurang
tajam, walaupun demikian harus dicatat konsep kekuasaan pokitikmerupakan salah satu konsep
yang tak terpisahkan dari ilmu politik.

TEORI NEOLIBERALISME

Neoliberalisme atau juga yang dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal yang mengacu
pada filosofi ekonomi-politik yang mengurangi atau menolak campur tangan pemerintahan
dalam ekonomi domestik. Paham ini memfokuskan pada metode pasar bebas, yang sedikit
pembatasan terhadap perilaku bisnis dan hak-hak pribadi. Dalam kebijakan luar negeri,
neolibaralisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politisi,
menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan atau invervensi militer. Pembukaan pasar
merujuk pada pasar bebas.

Neoliberalisme secara umum berkaitan dengan tekanan politik multilateral, melalui


berbagai kartel pengelolaan perdagangan seperti WTO dan Bank Dunia. Ini mengakibatkan
berkurangnya wewenang pemerintahan sampai titik minimum. Neoliberalisme melalui ekonomi
pasar bebas berhasil menekan intervensipemerintah, dan melangkah sukses dalam pertumbuhan
ekonomi keseluruhan. Untuk meningkatkan efisien koeporasi, neoliberalisme berusaha keras
untuk menolak atau mengurangi kebijakan hak-hak buruh seperti upah minimum, dan hak-hak
daya tawar kolektif lainnya.

Neoliberalisme bertolakbelakang dengan sosialisme, proteksionisme, dan


environmentalisme. Secara domestik, ini tidak langsung berlawanan secara prinsip dengan
proteksionisme, tetapi terkadang menggunakan ini sebagai alat tawar untuk membujuk negara
laian untuk membuka pasarnya. Neoliberalisme sering menjadi rintangan bagi perdagangan adil
dan gerakan lainnya yanga mendukung hak-hak buruh dan keadilan sosial yang seharusnya
menjadi prioritas terbesar dalam hubungan internasional dan ekonomi.

MARXISME-LENINISM

Marxisme-leninsm ialah idiologi komunis yang terdiri dari teoriMarxisme, yang di buat
oleh Karl Mark dan Friedrich Engles, di kombinasikan dengan teori Leninism, yang di
kembangkan dari ajaran revolusioner Rusia, Vladimir Lenin, yang muncul sebagai
kecenderungan utama di kalangan Pihak Komunis pada tahun 1920 karena diadopsi sebagai
idiologi dasar komunis internasional selama era Stalin dan sejak itu hampir semua pihak
komunis yang modern dan idiologi yang telah diikuti baik sendiri atau di kombinasikan dengan
ajaran pemimpin komunis lainnya. Namun dalam berbagai konteks berbeda politik kelompok
telah digunakan istilah Marxisme-leninism untuk menjelaskan idiologie yang di klaim mereka
untuk ditegakkan. Misalnya tendensi utama :

Trotskyists yang mengikuti ideologi baris = Marx-Engles - Lenin - Trotsky Stalinists.


Pengikut ini berbeda ideologi stream yang mana hampir semua berlawanan dengan ideologi
Marxisme-Leninism yang lain dan mengikuti berbagai interperatations dari Marxisme-Leninism
dan ajaran komunis yang berbeda angka tetapi semua menjunjung tinggi dan memiliki
penegakan Marxisme-Leninism sebagai bagian dari landasan dasar mereka dan hampir semua
kebijakan dan mempertimbangkan ideologi mereka menjadi interperatation dari Marxisme-
Leninism yang dijalankan melalui masing-masing pemimpin.

TEORI KELEMBAGAAN

Dalam teori kelembagan memandang politik sebai hal yang berkaitan dengan
penyelengaran negara. Dalam hal ini, Max Weber merumuskan negara sebagai komunitas
menusia yang secara sukses memonopoli penggunaan paksaan fisik yang sah dalam wilayah
tertentu. Negara dipandang sebagai suatu sumber utama hak untuk menggunakan paksaan fisik
yang saha. Oleh karena itu, politik bagi Weber merupakan pesainagn untuk membagi kekuasan
atau persaingan untuk mempengaruhi pembagian kekuasaan antarnegara maupun antarkelompok
di dalam suatu negara. Menurutnya, negara merupakan suatu struktur administrasi atau
organisasi yang kongkret, dan dia membatasi pengertian negara semata-mata sebagai paksaan
fisik yang digunakan untuk memaksakan ketaatan.

Sebelum Perang Dunia Kedua, sarjana-sarjana ilmu polik mengidentifikasikan politik


sebagaistudy mengenai negara. Dalam hal ini. Ada pelbgai kepustakaan yang berjudul
“Pengantar Ilmu Politik” yang diawali dengan pernyaataan, ilmu politik bermula dan berakhir
dengan negara. Atas dasar itu, ada buku yang di tulis oleh empat sarjana politik di Amerika
Serikat. Mereka merumuskan ilmu politik sebagai sebagai ilmu yang mempelajari modern
national state, its institutions, laws, and processes.

Akan tetapi, pada tahun 1980-an sejumlah ilmuwan politik Amerika Serikat kembali
menjadikan negara sebagi fokus kajian. Mereka memandang negara tidak lagi sekedar arena
persaingan kepentingandi antara berbagai kepentingan dalam masyarakat, tetapi juga sebagai
lembaga yang memiliki otonomi dan memiliki kemampuan. Negara dilihat sebagi lembaga yang
memiliki kepentingan yang berbedadari berbagai kepentinagn yang bertentangan dalam
masyarakat. pandangan ini di sebut juga sebagai statist perspective.

TEORI KONFLIK

Menurut pandangan ini, kegiatan untuk mempengaruhi proses perumusaan dan


pelaksanaan kebijakan umum tiada lain sebagai upaya untuk mendapatkan dan atau
mempertahankan nilai-nilai. Dalam memperjuangakan upaya itu sering kali terjadi perbedaan
pendapat, perdebatan, persaingan, bahkan pertentangan yang bersifat fisik diantara berbagai
pihak. Dalam hal ini antara pihak yang berupaya keras mendapatkan nilai-nilai dan mereka yang
berupaya keras untuk mempertahankan apa yang selama ini telah mereka dapatkan, antara pihak
yang sama-sama berupaya keras untuk mendapatkan nilai-nilai yang sama dan pihak yang sama-
sama mempertahankan nilai-nilai yang selama ini mereka kuasai.

Perbedaan pendapat, perdebatan, persaingan, bahkan pertentangan dan perebutandalam


upaya mendapatkan dan atau mempertahankan nilai-nilai disebut konflik. Oleh karena itu,
menurut pandangan konflik, pada dasarnya politik adalah konflik. Pandangan ini ada benarnya
sebab konflik merupakan gejala yang serba hadir dalam masyarakat, termasuk dalam proses
politik. Selain itu konflik merupakan gejala yang melekat dalam setiap proses politik. Kelemahan
dari pandangan politik ialah :

Pertama, konseptualisasi ini ialah konflik tidak semua bedimensi politik sebaba selain
konflik politik terdapat pula konflik pribadi, konflik ekonomi, konflik agama,yang tidak selalu di
selesaikan melaluai proses politik.

Kedua, konseptualisasi ini tidak sepenuhnya tepat. Hal itu disebabkan selain konflik,
konsensus, kerja sama dan integrasi juga terjadi dalam hampir semua proses politik. Perbedaan
pendapat , perdebatan, persaingan, dan pertentangan untuk mendapatkan dan atau
mempertahankan nilai-nilai itu justru diselesaikan melamui proses dialog sehingga sampai pada
suatu konsensus maupun diselesaikan lewat kesepakatan dalam bentuk keputusan politik yang
merupakan pembagian dan penjatahan hilai-nilai. Oleh karena itu, keputusan politik merupakan
upaya penyelesaian politik.

You might also like