You are on page 1of 17

Umpan Balik Dalam Proses Komunikasi

Umpan Balik Dalam Proses Komunikasi Wilbur Schramm yang dikutip dan diterjemahkan oleh
Onong Uchjana Effendi dalam bukunya ‘Dimensi-dimensi Komunikasi’ menyatakan bahwa :
“komunikasi akan berhasil, apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan frame of
reference – yakni pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) – yang
diperoleh komunikan”. Selanjutnya menurut Schramm bahwa bidang pengalaman (field of
experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman
komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar.
Sebaliknya bila pengalaman komunikan berlainan, akan terdapat kesukaran untuk mengerti satu
sama lain. Dengan demikian apabila dalan proses komunikasi dimana komunikator berusaha
memahami dan menyesuaikan diri dengan frame of reference dan field of experience dari
komunikan yang pada gilirannya komunikan akan berusaha memaknai pesan dari komunikator
tersebut, sehingga akan muncul tanggapan dari komunikan terhadap komunikator yang
dinamakan umpan balik/ feedback. Umpan balik sangat penting sekali karena dengan umpan
balik ini kita dapat menilai proses komunikasi itu telah berhasil dalam arti membuahkan suatu
efek. Umpan balik tidak menunjukkan setiap perilaku, melainkan menunjukkan pertautan
(relationship) antara perilaku komunikator, tanggapan komunikan tersebut dan efek tanggapan
komunikan tersebut kepada perilaku komunikator selanjutnya. Dengan demikian umpan balik
berifat langsung dan tidak langsung. Umpan balik langsung (immediate feedback) terjadi dalam
Komunikasi Interpersonal dan dalam komunikasi kelompok kecil yang komunikator dapat
melihat dan mendengar komunikan secara langsung. Umpan balik tertunda (delayed feedback)
terjadi dalam berbagai jenis situasi komunikasi, tetapi lebih sering terjadi pada komunikasi
massa. Dilain segi umpan balik tertunda dalam komunikasi massa bersifat selektif, dan
komunikator hanya memperoleh wawasan mengenai bagaimana sebagian kecil dari
komunikannya merasakan tentang pesan yang disampaikannya , juga umpan balik tertunda
biasanya datang agak lambat.
Menurut Dickson yang dikutip oleh Roger B. Ellis, Robert J. Gates, dan Neil Kenworthy
Dalam buku “Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan” membedakan bahwa ada dua jenis
umpan balik, yaitu :
Umpan balik intrinsik adalah bagian integral dari setiap interaksi. Informasi akan tersedia
dari orang lain yang terlibat selama suatu interaksi yang menunjukkan respons mereka terhadap
intervensi tertentu. Belajar memperhatikan umpan balik selama interaksi dan kemudian
berespons sesuai dengannya adalah suatu unsur yang penting dari komunikasi yang efektif.

Umpan balik ekstrinsik Adalah informasi eksplisit yang disediakan oleh orang lain yang secara
langsung berhubungan dengan interaksi atau dengan kata lain adalah tambahan pada interaksi
yang sebenarnya. Roger B. Ellis, Robert J. Gates, dan Neil Kenworthy menyataakan umpan balik
komunikan membantu hal-hal berikut :
Memajukan kesadaran diri melalui asimilasi informasi tentang bagaimana seseorang
dilihat oleh orang lain menambah pilihan. Lebih banyak informasi menyediakan sudut pandang
baru dan pilihan-pilihan yang lain. penguatan. Umpan balik yang positif cenderung
mempersering dilakukannya perilaku yang produktif. dukungan dan motivasi. Budaya kerja yang
menggunakan umpan balik cenderung menyebabkan pekerja merasa lebih dihargai.

Adapun prinsip-prinsip memberi umpan balik menurut Roger B. Ellis, Robert J. Gates, dan Neil
Kenworthy adalah :Bersifat spesifik. Sebuah pernyataan yang jelas tentang apa yang tepatnya
diamati akan lebih berguna daripada sebuah generalisasi yang luas. Seimbang. Kalau
mengangkat aspek kekuatan perlu juga memasukkan aspek-aspek yang perlu
diperbaiki/diperhatikan sebagai aspek kukurangannya. Tawarkan alternatif yang mungkin.
Berikan komentar usulan tentang bagaimana hal-hal dapat dilakukan dengan cara yang berbeda.
Hindari nasehat yang dogmatis. Lebih menyoroti perilaku dan bukan karakteristik pribadi,
karena perilaku dapat diubah sedang karakteristik pribadi tidak dapat diubah. Jika ada sesuatu
tugas, tetaplah berada dalam batasannya. Dengan kata lain jika diperlukan umpan balik yang
spesifik, inilah yang perlu dikomentari. Pikirkan tentang apa yang dikatakan oleh umpan balik
anda tentang diri anda. Sedangkan prinsip-prinsip menerima umpan balik menurut Roger B.
Ellis, Robert J. Gates, dan Neil Kenworthy adalah : Mempunyai pikiran yang terbuka. Hindari
sikap mempertahankan diri atau argumentative dan jangan menolak umpan balik.

Mintalah klarifikasi. dengarkan, pertimbangkan, dan putuskan apa yang akan anda lakukan
sesuai dengan yang dinyatakan dalam umpan balik tersebut. Memberi umpan balik kepada orang
lain merupakan keterampilan komunikasi tersendiri. Umpan balik dapat diberikan secara
konstruktif atau secara destruktif. Umpan balik yang konstruksif menghasilkan keempat hal
tersebut di atas. Sedangkan umpan balik destruktif membuat penerimanya merasa negatif dan
tidak jelas bagaimana memperbaiki hal tersebut.

KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU

1. Pengelompokan Ilmu dan Perkembangan Ilmu Komunikasi

Para ahli sudah lama mempermasalahkan apakah komunikasi itu ilmu atau hanya sekedar
pengetahuan? Dalam buku H. Endang Saifuddin Anshari, M.A. yang berjudul Ilmu, Filsafat dan
Agama membagi ilmu menjadi tiga kelompok, sama dengan pengelompokan yang dilakukan
Stuart Chase dalam bukunya The proper study of Mankind yakni ilmu alam (natural science),
ilmu kemasyarakatan (social science) dan humaniora (humanities studies). Dalam buku tersebut
“publistik dan jurnalistik digolongkan dalam ilmu kemasyarakatan (social science). Dari
pengelompokan ilmu yang dilakukan oleh Prof. Harsojo ia mengutip pendapat Robert Bierstedt
dalam bukunya The social Order yang menyusun ilmu murni yang erat hubungannya dengan
ilmu terapan seperti: fisika dengan bangun karya, jurisprudence dengan hukum, sejarah dengan
jurnalistik dan lain-lain.

Dari pengelompokan tadi publistik dan jurnalistik (istilah lain ilmu komunikasi) digolongkan
pada ilmu sosial dan ilmu terapan. Karena termasuk ilmu murni dan terapan maka ilmu
komunikasi bersifat interdisipliner atau multidisipliner. Bierstedt menganggap jurnalistik sebagai
ilmu terapan karena pada masanya journalism di amerika serikat sudah berkembang menjadi
ilmu bukan pengetahuan lagi. Hal ini berkat jasa Joseph Pulitzer, seorang tokoh pers kenamaan
di amerika serikat yang mendambakan didirikannya “school of journalism” pada tahun 1903.
Gagasan ini ditanggapi oleh Charles Eliot (Rektor Harvard University) dan Nicholas Murray
Butler (Rektor Columbia University) karena jurnalistik tidak hanya mempelajari tentang
persuratkabaran akan tetapi juga media lainnya seperti menyiarkan produk-produk siaran
lainnya. Maka journalism berkembang menjadi mass communication.
Mass communication ternyata dianggap bukan merupakan proses komunikasi yang menyeluruh.
Penelitian yang dilakukan para ahli dan cendekiawan menunjukkan bahwa gejala sosial yang
diakibatkan media massa tidak berlangsung satu tahap melainkan banyak tahap. Pengambilan
keputusan banyak dilakukan atas dasar hasil komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok
sebagai kelanjutan dari komunikasi massa. Oleh karena itu, di Amerika muncul communication
science atau dinamakan juga communicology yaitu ilmu yang mempelajari gejala sosial sebagai
akibat proses komunikasi massa, kelompok dan antarpersona. Pada tahun 1940-an muncul
seorang sarjana bernama Carl I. Hovland yang mengemukakan definisi ilmu komunikasi.
Hovland mengartikan ilmu komunikasi sebagai proses dimana seorang individu (komunikator)
menyampaikan stimuli atau rangsangan (biasanya dalam lambang kata-kata) untuk merubah
tingkah laku orang lain (komunikan). Tahun 1967 Keith Brooks menerbitkan buku The
Communicative Arts and Science of Speech yang mengetengahkan pembahasan communicology
secara luas. Dari pendapat Brooks communicology atau ilmu komunikasi merupakan integrasi
prinsip-prinsip komunikasi yang diketengahkan para cendekiawan berbagai disiplin akademik.
Communicology juga merupakan program yang luas mencakup kepentingan-kepentingan atau
teknik-teknik setiap disiplin akademik. Menurut Joseph A. Devito communicology adalah ilmu
komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara manusia. Istilah komunikasi digunakan
untuk menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda yaitu proses komunikasi, pesan yang
dikomunikasikan dan studi mengenai proses komunikasi. Komunikasi didefinisikan oleh Devito
sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan
menerima pesan, yang mendapat distorsi dari gangguan-gangguan, dalam suatu konteks, yang
menimbulkan efek dan kesempatan untuk arus balik.

Department of Communication university of Hawaii dalam penerbitan yang dikeluarkan secara


khusus menyatakan komunikasi sebagai ilmu sosial. Dan ditegaskan bahwa bidang studi ilmu
sosial mencakup tiga kriteria yaitu bidang studi didasarkan atas teori, analisis kuantitatif atau
empiris dan mempunyai tradisi yang diakui. Dalam penerbitannya department of communication
university of Hawaii juga memberikan contoh-contoh untuk membuktikan komunikasi sebagai
ilmu sosial. Atas dasar itu, diberikan mata kuliah-mata kuliah mengenai asas, teori, struktur dan
perkembangan strategi komunikasi kepada mahasiswa untuk tujuan-tujuan sosial selanjutnya.
Demikianlah beberapa hal yang menunjukkan komunikasi adalah ilmu dan jelaslah pula bahwa
mass communication merupakan salah satu bidang saja dari sekian banyak bidang yang
dipelajari dan diteliti oleh ilmu komunikasi.

B. Pengertian dan Proses Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communication dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama dalam makna. Artinya jika dua orang terlibat
dalam komunikasi missal dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi selama ada
kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan
belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum
tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Percakapan akan dikatakan komunikatif
apabila selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan. Pengertian komunikasi tadi minimal harus mengandung kesamaan makna antara
dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena komunikasi tidak hanya informatif, yakni
agar orang lain mengerti tetapi juga persuasif yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu
paham, melakukan suatu perbuatan dan lain-lain.

Di antara para ahli itu ialah Carl I. Hovland. Ia mengungkapkan ilmu komunikasi adalah upaya
yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap. Devinisi tadi menunjukkan bahwa yang dijadikam objek studi
bukan hanya penyampian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public
opinion) dan sikap public (public attitude) yang memerankan peranan penting dalam kehidupan
sosial dan politik. Bahkan definisinya secara khusus ia mengungkapkan bahwa komunikasi ialah
proses mengubah perilaku orang lain. Dalam karya Harold Lasswel The structure and Function
of Communication in Society ia menjelaskan bahwa cara yang untuk mengetahui komunikasi
dengan cara menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect. Paradigma Lasswel tadi menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai
jawaban dari pertanyaan tadi, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, efek. Jadi
berdasarkan paradigma Lasswel tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Ke lima unsur
tadi oleh Lasswel dijadikan sebagai objek ilmiah yaitu control analysis (studi tentang
komunikator), media analysis (penelitian tentang pers, radio, televise dan lain-lain), content
analysis (penyelidikan mengenai pesan), audience analysis (studi tentang komunikan) dan effect
analysis (penelitian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan komunikasi).

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang kepada orang lain. Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain
yang muncul dari benaknya. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan
menggunakan perasaan terebut. Sebaliknya komunikasi tidak akan terjadi jika sewaktu
menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. Pikiran bersama perasaan yang akan
disampaikan kepasa orang lain itu oleh Walter Lippman dinamakan Picture in our head dan oleh
Walter Hagemann disebut Bewustseinsinhalte.

2. Proses Komunikasi

Dibagi menjadi dua tahap yaitu secara primer dan sekunder.

a. Proses Komunikasi secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan
lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan
komunikator kepada komunikan. Bahasa paling banyak digunakan oleh seseorang kepada orang
lain sebagai media untuk menerjemahkan pikirannya. Berkat bahasa kita dapat mempelajari ilmu
pengetahuan dan dapat memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Kial (gesture) juga dapat menerjemahkan pikiran seseorang dengan gerakan tubuhnya. Akan
tetapi hanya hal tertentu saja yang dapat disampaikan. Sama halnya dengan isyarat dengan
menggunakan alat seperti bedug, sirene dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna
tertentu. Kedua lambang itu terbatas dalam menyampaikan pikiran kepada orang lain. Gambar
merupakan lambang yang paling banyak digunakan dibandingkan kial, isyarat dan warna dalam
menerjemahkan pikiran, tapi tidak melebihi bahasa. Akan tetapi, komunikasi akan berjalan
efektif jika semua lambang dipadukan. seperti komunikasi yang menggunakan bahasa yang
disertai gambar-gambar berwarna. Dengan demikian pesan yang akan disampaikan kepada
komunikan terdiri atas isi dan lambang.

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa.
Namun, tidak semua orang pandai mencari kata-kata. Kata-kata mengandung dua jenis
pengertian, yakni pengertian denotatif dan konotatif. Pengertian denotatif adalah yang
mengandung arti sebagaimana tercantum dalam kamus. Sedangkan konotatif adalah yang
mengandung pengertian emosional atau penilaian tertentu. Contohnya seperti kata anjing. Dalam
pengertian denotative anjing ialah hewan berkaki empat, berbulu dan memiliki daya cium yang
tajam. Sementara menurut pengertian konotatif, anjing bagi seorang kiai merupakan najis. Itulah
yang menunjukkan betapa pentingnya bahasa dalam sebuah proses komunikasi.

Bagaimana berlangsungnya proses komunikasi yang terdiri atas proses rohaniah komunikator
dan komunikan dengan bahasa sebagai media?

Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan atau dengan kata lain
proses membuat sebuah pesan bagi komunikator dan komunikan. Komunikator sebagai penyandi
harus dapat memformulasikan pikirannya dan komunikan sebagai pengawa-sandi dapat
menerjemahlan kata bermakna yang pernah diketahui dalam pengalamannya masing-masing.

Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi dalam karyanya Communication Research in the
United States, menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan
komunikator cocok dengan pengalaman yang pernah diperoleh komunikan. Menurutnya bidang
pengalaman merupakan faktor yang penting dalam komunikasi.

Dalam proses komunikasi antarpersona yang melibatkan dua orang dalam situasi interaksi,
komunikator menyandi suatu pesan lalu menyampaikannya kepada komunikan dan komunikan
mengawasandi pesan tersebut. Sampai di situ komunikator menjadi encoder dan komunikan
menjadi decoder. Karena komunikasi antarpersona itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan
memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan komunikator menjadi decoder. Tanggapan
dari komunikan kepada komunikator atau sebaliknya dinamakan umpan balik atau arus balik
(feedback). Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi. Umpan
balik bisa bersifat positif dan negative. Umpan balik positif adalah tanggapan komunikan yang
menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan lancer. Sebaliknya, umpan balik
negative adalah tanggapan yang tidak menyenangkan yang dapat menghambat komunikasi.

Umpan balik dapat disampaikan oleh komunikan secara verbal dan nonverbal. Umpan balik
verbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata. Umpan balik nonverbal
adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan bukan dengan kata-kata. Umpan balik yang
disampaikan tadi adalah umpan balik yang disampaikan oleh komunikan atau yang timbul dari
luar diri komunikator. Oleh karena itu, umpan balik jenis ini disebut umpan balik eksternal
(external feedback). Ada juga umpan balik yang timbul dari diri kita sendiri yang disebut umpan
balik internal (internal feedback).

Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga jika
komunikasinya bersifat negatif ia bisa segera mengubah gaya komunikasinya. Dalam
komunikasi antarpersona karena situasinya tatap muka (face-to-face communication) tanggapan
komunikan dapat segera diketahui. Umpan balik ini bersifat langsung dan dinamakan umpan
balik seketika (immediate feedback). Komunikasi kelompok, baik kelompok kecil maupun
kelompok besar juga bersifat tatap muka, maka umpan balik berlangsung seketika. Beda dengan
komunikasi bermedia yang umpan baliknya tertunda (delayed feedback). Komunikator
mengetahui tanggapan komunikan setelah komunikasi selesai. Itulah proses komunikasi secara
primer yang berlangsung secara tatap muka.

b. Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau
jumlahnya banyak. Surat, telepon, televisi dan banyak lagi adalah media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi.

Pada umumnya di kalangan masyarakat, media komunikasi itu adalah media kedua. Jarang sekali
orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai
lambang (symbol) beserta isi (content) yang dibawanya menjadi totalitas pesan (message) yang
tampak tak dapat dipisahkan. Tampaknya seolah-olah orang tak mungkin berkomunikasi tanpa
bahasa, tetapi orang mungkin berkomunikasi tanpa surat, telepon atau televise dan sebagainya.

Kebanyakan media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan
komunikasi dengan bahasa. Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan
kebudayaannya, komunikasi bermedia (mediated communication) mengalami kemajuan pula
dengan memadukan komunikasi berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan
warna.

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi disebabkan ooleh
efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, atau televise misalnya, merupakan media
yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Akan tetapi, oleh para
ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam
menyebarkan pesan-pesan yan bersifat informatif.

Umpan balik dalam komunikasi bermedia, terutama media masa, biasanya dinamakan umpan
balik tertunda (delayed feedback), karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada
komunikator memerlukan tenggang waktu. Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan
sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam
menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus
memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan.

Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan
bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. Dengan demikian, proses komunikasi secara
sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (massmedia)
dan media nirmassa atau media nonmassa (non-mass media). Media massa, misalnya surat kabar,
radio, televisi dan sebagainya memiliki ciri-ciri, antara lain massif (massive) atau missal
(massal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relative amat banyak. Sedangkan media
nirmassa seperti surat telepon dan sebagainya tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang
yang relatif sedikit.

Unsur-unsur dalam proses komunikasi:


• Sender: komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.
• Encoding: penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.
• Message: pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan komunikator.
• Media: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.
• Decoding: pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang
yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
• Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
• Response: tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.
• Feedback: umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan
kepada komunikator.
• Noise: gangguan tak terencana yang tejadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya
pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator
kepadanya.

Model komunikasi di atas menegaskan faktor-faktor kunci dalam komunikasi efektif.


Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang
diinginkannya.

Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses
pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang
harus dikenal oleh komunikan. Dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti
kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator
dengan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, komunikasi tidak akan gagal.

3. Komunikasi Massa

a. Ciri-ciri Komunikasi Massa

komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya
merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Hal ini
berbeda dengan pendapat ahli psikologi sosial yang menyatakan bahwa komunkasi massa tidak
selalu dengan menggunakan media massa. Menurut mereka pidato dihadapan sejumlah orang
banyak di sebuah lapangan itu dapat dikatakan komunikasi massa.
Para ahli komunikasi membatasi pengertian komunikasi massa pada komunikasi dengan
menggunakan media massa, misalnya surat kabar, majalah, radio, televise dan lain-lain. Karena
yang dibahas di sini adalah menurut pendapat ahli komunikasi.

Sering dijumpai istilah mass communications (pakai s) selain mass communication (tanpa s).
Arti mass communication (pakai s) sama dengan mass media atau dalam bahasa Indonesianya
media massa. Sedangkan yang dimaksud dengan mass communication (tanpa s) adalah
prosesnya, yakni proses komunikasi melalui media massa. Media massa dalam cakupan
pengertian komunikasi massa itu adalah surat kabar, televise, radio dan lain-lain. Jadi media
massa merupakan produk teknologi modern yang selalu berkembang menuju kesempurnaan. Hal
tersebut pelu dijelaskan oleh para cendekiawan. Ada yang mengatakan bahwa selain media
massa modern terdapat media massa tradisional, di antaranya teater rakyat, juru dongeng
keliling, dan juru pantun. Menurut para ahli komunikasi umumnya, juru dongeng dan juru pantun
adalah jelas komunikator, dan medianya adalah bahasa.

Bagaimana peliknya komunikasi massa, Werner I. Severin dan James W. Tankard, Jr. dalam
bukunya, Communication Theories, Origins, Methods, Uses, mengatakan sebagai berikut :

(komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah
keterampilan dalam keterampilan bahwa ia meliput teknik-teknik fundamental tertentu yang
dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televise, mengoperasikan tape recorder, atau
mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-
tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televise, mengembangkan tata letak yang
estesis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah
berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang
bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan untuk
membuat berbagai hal menjadi lebih baik). Dalam pada itu Joseph A. Devito dalam bukunya ,
Communicology : An Introductionto the study of Communication, yang juga namanya telah
disinggung di muka. Menampilkan definisinya mengenai komunikasi massa dengan lebih tegas,
yakni sebagai berikut :
(pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukan kepada massa, kepada khalayak
yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemancar yang audio dan atau visual).

Maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat
komponennya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

• Komunikasi massa berlangsung satu arah.

Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikasi kepada komunikator. Dengan lain
perkataan, wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya
terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu. Yang dimaksud dengan “tidak mengetahui”
dalam keterangan diatas ialah tidak mengetahui pada waktu proses komunikasi itu berlangsung.
Oleh karena itu arus balik seperti itu dinamakan arus balik tertunda.

Sebagai konsekuensi dari komunikasi seperti itu, komunikator pada komunikasi massa
melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian rupa sehingga pesan yang diberikan kepada
komunikator harus komunikatif. Dengan demikian pesan komunikasi selain harus jelas dapat
dibaca dan jelas dapat didengar, juga dapat dipahami maknanya secara tidak bertentangan
dengan kebudayaan komunikan yang menjadi sasaran komunikasi.

• Komunikator pada komunikasi massa melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau
organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga atau dalam bahasa asing disebut
institutionalized communicator atau organized communicator.

Komunikator pada komunikasi massa, misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televise –
karena media yang dipergunakannya adalah suatu lembaga – dalam memperluaskan pesan
komunikasinya bertindak atas nama lembaga. Ia tidak mempunyai kebebasan individual.
Ungkapan seperti kebebasan mengemukakan pendapat (freedom of expression atau freedomof
opinion) merupakan kebebasan terbatasi (restricted freedom).
Sebagai konsekuensi dari sifat komunikator yang melembaga itu, peranannya dalam proses
komunikasi ditunjang oleh orang-orang lain.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, komunikator pada komunikasi massa dinamakan juga
komunikator kolektif (collective communicator) karena tersebarnya pesan komunikasi massa
merupakan hasil kerja sama sejumlah kerabat kerja.

• Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disampaikan media massa bersifat umum (public) karena ditunjukkan kepada umum
dan mengenai kepentingan umum. Hal itulah yang antara lain membedakan antara media massa
dengan media nirmassa. Surat, telepon, surat kabar kampus, radio telegrapi atau radio citizen
band. Merupakan media nirmassa karena ditunjukan kepada sekelompok orang tertentu.

Dari keterangan di atas jelas bahwa surat kabar seperti kompas, majalah seperti tempo, radio
seperti RRI, dan televisi seperti TVRI adalah media massa karena ditunjukan kepada masyarakat
umum.

Media massa tidak akan menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut kepentingan umum.
Media massa akan menyiarkan berita mengenai seorang mentri yang meresmikan sebuah proyek
pembangunan, tetapi tidak akan menyiarkan berita seorang menteri yang melaksanakan khitanan
putranya. Kekecualian bagi seorang kepala Negara. Media masa kadang-kadang memberitakan
perihal seorang kepala Negara yang merayakan ulang tahunnya, Menikahkan putrinya.
Pemberitaan seperti itu dalam istilah jurnalistik termasuk human interest yang oleh media masa
sering dianggap menarik untuk diketahui rakyat mengenai kehidupan orang yang berkedudukan
paling tinggi itu.

• Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri lain dari media masa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan
(simultancity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah
yang merupakan ciri paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Oleh karena
itulah pada umumnya yang termasuk kedalam media massa adalah surat kabar, majalah, radio,
televisi, dan film yang mengandung ciri keserempakan tersebut.
Radio dan televisi karena merupakan media massa elektronik, tidak diragukan lagi
keserempakannya ketika khalayak mendengarkan radio dan menyaksikan tayangan televisi.

Film memiliki ciri keserempakan jelas tampak ketika ia yang dibuat dalam ratusan kopi diputar
di gedung-gedung bioskop dimana secara serempak ditonton oleh ribuan pengunjung:

• Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Dalam keberadaannya secara terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal
dan tidak memiliki kontak pribadi. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan
seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu
khalayak menghendaki agar keinginannya dipenuhi. Satu-satunya cara untuk dapat mendekati
keinginan seluruh keinginan khalayak ialah dengan mengeleompokan mereka menurut jenis
kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain berdasarkan perbedaan
sebagaimana dikemukakan di atas.

Pengelompokkan tersebut telah dilaksanakan oleh berbagai media massa dengan mengadakan
rubric atau acara tertentu. Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas maka sejumlah rubric
atau acara diperuntukkan bagi kelompok tertentu sebagai sasarannya, atau dapat disingkat
kelompok sasaran (target group) di samping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau yang
disebut khalayak sasaran (target audience)

1. b. Fungsi komunikasi massa

Harold D. Lasswel menampilkan pendapatnya mengenai fungsi komunikasi itu di masyarakat


menunjukkan tiga fungsi :

Pengamatan terhadap lingkungan (the surveillance of the environment) penyingkapan ancaman


dan kesempatan yang mempengaruhi nilai dimasyarakat dan bagian-bagian unsure di dalamnya.

Korelasi unsure-unsur di masyarakat ketika menanggapi lingkungan (correlation of the


components of society in making a response to the environment).
Penyebaran warisan sosial (transmission of the social inheritance) disini berperan para pendidik ,
baik dalam kehidupan rumah tangganya maupun di sekolah. Yang meneruskan warisan social
kepada keturunan berikutnya.

Mengenai fungsi komunikasi itu, dalam buku aneka suara, satu dunia (Many voice, one world)
dengan Mac Bridge sebagai editornya, diterangkan dengan cukup gambling. Maka fungsinya
dalam tiap system sosial adalah sebagai berikut :

Informasi : pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan
pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas.

Sosialisasi : (pemasyarakatan) penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang


bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif.

Motivasi : menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang.

Perdebatan dan diskusi : menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat masalah public.

Pendidikan : pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual.

Memajukan kebudayaan : penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan memperluas


horizon seseorang.

Hiburan : penyebarluasan sinyal, symbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesenian,
kesusastraan, music, komedi, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan.

Intergrasi : menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan memperoleh


berbagai pesan yang diperlukan mereka.

Untuk memperoleh ketegasan dan kejelasan mengenai fungsi komunikasi massa, kita dapat
menyimak pendapat Yoseph R. Dominick, mahaguru universitas Georgia, Athenas Amerika
serikat, dalam bukunya the dynamistic of mass communication. Dia berpendapat bahwa untuk
menganalisis hal itu perlu paling tidak dengan dua tahap yang berbeda. Pertama, kita dapat
menggunakan perspektif seorang sosiolog dan meneropongnya melalui lensa lebar seraya
mempertimbangkan fungsi-fungsi yang ditunjukkan oleh media massa bagi keseluruhan
masyarakat yang disebut makroanalisis. Kedua, atau sebaliknya kita dapat melihatnya melalui
lensa close-up kepada khalayak secara perseorangan dan meminta kepadanya agar memberikan
laporann mengenai bagaimana mereka menggunakan media massa dan ini dinamakan
mikroanalisis.

Pengawasan (surveillance)

Fungsi pertama komunikasi menurut Joseph R.Dominick adalah untuk pengawasan dan fungsi
pengawasan tersebut dibagi menjadi dua macam, yaitu :

- Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)

Pengawasan semacam ini jika media memberikan informasi kepada kita seperti ancaman taufan,
letusan gunung berapi, kondisi ekonomi yang mengalami depresi,

- Pengawasan instrumental (instrumental surveillance)

Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari,
seperti berita filem yang dipertunjukan di bioskop setempat, harga barang kebutuhan di pasar,
dan lain-lain adalah contoh pengawasan instrumental.

- Interprestasi (interpretation)

Yang erat kaitannya dengan fungsi pengawasan adalah fungsi interpretasi. Media massa tidak
hanya menyajikan fakta dan data. Tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu
peristiwa tertentu. Sebagai contoh dalam surat kabar adalah tajuk rencana dan komentar radio
atau televise siaran.

Hubungan (linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang
tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Banyak contoh mengenai hal
itu, missal kegiatan periklanan yang menghubungkan dengan produk-produk penjual.

Fungsi hubungan yang dimiliki media massa ditu sangat berpengaruh sehingga dijuluki “public
making”.

Sosialisasi

Sosialisasi merupakan kegiatan transmisi nilai-nilai yang mengacu kepada cara-cara di mana
seseorang mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok, media massa memberitakan
penggambaran masyarakat. Dengan mendengarkan, membaca dan menyaksikan maka seseroang
mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.

Hiburan (entertainment)

Salah satu fungsi media massa adalah menghibur. Mengenai hal ini memang jelas tampak pada
televise, film, dan rekaman suara. Bagi surat kabar rublik hiburan selalu ada apakah itu cerita
pendek, cerita panjang, atau cerita bergambar.

Demikian fungsi-fungsi komunikasi massa menurut beberapa pakar kenamaan. Jelas kiranya
bahwa pernyataan mengenai fungsi komunikasi di masyarakat akan sejajar dengan pernyataan
mengenai bagaimana fungsi media pada taraf individual.

You might also like