You are on page 1of 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk menegakkan suatu diagnosis agar perawatan dapat dilakukan, maka kita harus
melakukan beberapa tahapan prosedur pemeriksaan prostodontik. Riwayat pasien
mencakup semua informasi yang berhubungan dengan alasan tanpa pasien meminta
perawatan, disertai denan info personal, info yang relevan hasil riwayat medis dan dental.
Diagnosis ditentukan setelah merangkum semua informasi yang didapat dari pemeriksaan
utama dan penunjan. Klinisi harus menentukan etiologi utamadari ketidaknyamanan
pasien.
Pemeriksaan klinis merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat dan mencari tanda-tanda langsung dari tubuh atu pun mulut pasien. Pemeriksaan
ini berupa pemeriksaan intraoral dan ekstraoral. Pemeriksan penunjang dapat dilakukan
dengan evaluasi radiograf. Evaluasi ini penting dalam melakukan perawatan
prostodontik.
Jenis perwatan dapat ditentukan dan dilaksanakan apabila semua tahapan
pemeriksaan dapat dilakukan dengan baik dan benar.1

1.2 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Apa akibat dari gigi yang hilang dan tidak segera diganti?
2. Apa pengaruh penyakit sistemik terhadap perawatan prostodontik?
3. Apa saja faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan rencana perawatan
prostodontik?
4. Apa saja karakteristik pasien?
5. Jelaskan klasifikasi kehilangan gigi menurut Kennedy?
6. Apa saja prosedur pemeriksaan prosdodontik?
7. Bagaimana format rekam medik?
8. Bagaimana cara menegakkan diagnosis prostodontik?
9. Apa saja diagnosis bandingnya?
10. Bagaimana cara menentukan prognosis?
11. Bagaimana menentukan rencana perawatan?
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Akibat Gigi Hilang Tidak Diganti


1. Migrasi dan rotasi gigi
Hilangnya kesinambungan pada gigi dapat menyebabkan pergeseran /miring/
berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi normalnya untuk
menerima beban yang terjadi saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan
intraselular struktur periodontal. Gigi miring sulit dibersihkan sehingga aktivitas
karies meningkat.

2. Erupsi berlebihan
Bila gigi sudah tidak memilki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih.
Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila
terjadi tanpa pertumbuhan alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami
kemunduran sehingga gigi mulai ekstrusi. Bila disertai pertumbuhan tulang alveolar
berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita akan
dibuatkan gigi tiruan penuh.

3. penurunan efisiensi kunyah


Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang belakang akan
merasakan betapa efisiensi kunyah nya menurun.

4. Gangguan pada TMJ


Kebiasaan mengumyah yang buruk, penutupan berlebih (over clossure), hubungan
rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada
struktur rahang.

5. Beban berlebih pada jaringan pendukung


Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih ada
akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan berlebih.
Hal ini mengakibatkan terjadinya kerusakan membran periodontaldan lamakelamaan
menyebabkan gigi semakin goyang.

6. Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan bicara ,
karena gigi khususnya bagian anterior termasuk bagian fungsi fonetik.

7. Memburuknya penampilan
Menjadi buruknya penampilan karena hilangnya gig anterior akan mengurangi
daya tarik wajah seseorang.

8. Terganggunya Kebersihan mulut


Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan tetangganya
demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya.adanya ruang interproksimal tidak
3

wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi makanan. OH terganggu dan
mudah terjadinya akumulasi plak serta indeks karies meningkat.

9. Atrisi
Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi masih menerima beban
kunyah, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi ini
berwujud pada gigi tadi yang berupa atrisi.

10. Efek terhadap jaringan lunak mulut


Bila ada gigi yang hilang, ruang yang akan ditinggalkannya akan ditempati
jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama hal ini akan menyebabkan
kesukaran adaptasi terhadap gigi tiruan. Karena terdesaknya kembali jaringan lunak
tadi dari tempat yang ditempati protesa.2

2.2 Pengaruh Penyakit Sistemik Terhadap Perawatan prostodontik

1. Arteriosclerosis
Secara klinis penyakit ini dapat terjadi dalam banyak cara (angina
pectoris, infark jantung, hipertensi, dan gagal jantung kongestive). Pada pasien
dengan penyakit ini sering berkurangnya keahlian motorik dan bisa terjadi
kebingungan dan pikiran kosong sehingga sukar untuk dirawat. Arterial hipertensi
sering dirawat dengan obat anti hipertensi yang efek sampinganya dapat
mengurangi laju saliva. Pasien penyakit symptomatik arteriosclerotik vascular,
perawatan prostodontik tidak boleh tanpa adanya konsultasi terlebih dahulu
dengan dokter umum.

2. Endocarditis
Penyakit ini biasanya disebabkan oleh dua kondisi predisposisi:
a. suatu peningkatan kerusakan kardiak
b. penurunan daya immunocompeten
Pada pasien ini harus diberikan antibiotik profilaksis yang dikombinasikan
dengan intervensi yang dapat menimbulkan bakteremia sebagai suatu pencegahan
(pengoptimalan OH).

3. Respiratory Disorder
Sebagai contoh, asma atau bronchitis secara khusus memilki pernapasan yang
hiperaktive, sesak napas, dyspenea dan batuk. Pasien i ni harus selalu dirawat
dengan posisi duduk yang tegak pada dental chair. Hal ini penting bagi pasien
agar terhindar dari semprotan air dan partikel girborne seperti resin komposit saat
penempatan gigi tiruan penuh.

4. Diabetes melitus
Tanda klinis manifestasi oralnya adalah:
- mulut kering, sering haus
- lidah merah dan terasa nyeri
4

- bau nafas seperti bau keton


- gigi geligi goyang atau lepas
- luka sulit sembuh
- resorpsi cepat, gigi tiruan cepat longgar, sehingga harus sering dikontrol.
Terkadang pasien harus dikonsultasikan terlebih dahulu ke spesialis penyakit
dalam. Pada saat melakukan perawatan, beberapa hal yang harus dihindari :
- hindari trauma
- desain jangan dibuat paradental, tetapi gingival karena gigi geligi tidak kuat.

5. Arthritis
Kebanyakan pasien seperti ini mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin atau
corticosteroid dalam jangka waktu yang lama dan dapat mempengaruhi perawatan
gigi akibat efek sampingnya. Pasien dengan infeksi oral harus dilakukan proteksi
untuk melawan bakteremia dan timbulnya infeksi sekunder dengan dilakukannya
terapi antibiotik profilaksis. Dokter gigi harus mengkonsultasikan pasienya pada
dokter umum untuk menentukan kebutuhan antibiotiknya.5

2.3 Faktor pertimbangan Dalam Rencana Perawatan

1. Faktor Personal
Yang perlu diperhatikan pada pasien :
- keinginan atau ketidakpuasan terhadap protesa
- kesehatan dan pola hidup pasien
- kondisi dan kesehatan jaringan oral dan perioral
- tidak adekuatnya protesa yang digunakan.
Selain itu, faktor personal yang perlu dipertimbangkan adalah:
- faktor sosial ekonomi
memperhatikan biaya pembuatan dan pemeliharaan
- faktor umur
restorasi protesa dapat direkonstruksi pada pasien dengan semua umur.
- faktor pengalaman
faktor pengalaman hidup sehari-hari dapat mengubah rencana terbaik untuk
perawatan dan sering tidak bisa dihindari, seperti :
pekerjaan
profesi
status sosial
lingkungan

2. Faktor Fisik
- Tulang
Faktor klinis yang berhubungan dengan resorpsi tulang bervariasi. Kategori
menurut Atwood adalah :
a. faktor anatomi
ukuran, bentuk dan densitas ridge
karakteristik dan ketebalan mukosa penutup
5

hubungan ridge
jumlah dan kedalaman alveolar
b. faktor metabolik
segala faktor nutrisi, hormonal dan metabolik lainnya yang mempengaruhi
aktivitas relative selular pembentuk tulang (osteoblas) dan peresorpsi tulang
(osteoklas).
c. faktor fungsional
frekuensi, intensitas, durasi, serta direksi pengalikasian tekanan pada tulang
yang mempengaruhi densitas (resorpsi dan deposisi) pada tulang.
d. faktor protesa
banyaknya teknik, material, prinsip, konsep, dan praktek termasuk ke faktor
protesa.
- Faktor kontrol
Tiga hal yang termasuk ke bagian faktor kontrol adalah :
a. genetik
b. sistemik
c. lokal
yang termasuk bagian ini yaitu :
faktor biomekanika
faktor neurotropik
vascular
enzim dan PH
potensial bioelektrik
tekanan udara
suhu(temperatur)
persarafan
reflek neuromuscular

- Faktor prostetik
Perkembangan dan pemeliharaan prosesus alveolar secara langsung berkaitan
dengan erupsi dan hadirnya gigi geligi. Dua konsep yang diperhatikan
mengenai hilangnya residual bone yang tidak dapat dihindari:
Satu pendapat bahwa saat gigi hilang akan adanya variasi perkembangan
hialngnya residual bone. Satu pendapat lainnya mengatakan bahwa hilangnya
resdual bone belum tentu akibat hilangnya gigi geligi.

- Gigi
Harus dievaluasi secara seksama terlebih dahulu:
Jumlah gigi
Lokasi gigi di dalam lengkung
Posisi individual gigi
Mobilitas dan vitalitas
Rasio mahkota akar
Ukuran dan bentuk akar
Kerentanan adanya karies
Keterlibatan patologis
6

Kondisi bidang oklusal gigi yang tersisa


Morfologi yang mempengaruhi perawatan dan tipe protesa yang digunakan.

- Jaringan Lunak
Karakteristik dan respon perlu dipertimbangkan untuk retensi, persepsi,
stabilitas dari protesa yang akan digunakan. Sedangkan pola sensori pada
jaringan pendukung khususnya penting dalam pemakaian gigi tiruan.4

2.4 Karakteristik Pasien

1. Pasien Filosofikal
Sikap ini merupakan sikap yang paling baik untuk pemasangan gigi tiruan.
Karakteristiknya :
a. rasional
b. bijaksana
c. tenang
d. motivasi terjadi secara umum seperti keinginannya memakai gigi tiruan untuk
memelihara kesehatan dan menunjukkan merasa memilki gigi yang perlu diganti.
e. prosedur dapat diterima.

2. Pasien Exacting
Tipe ini memeliki semua sifat baik pada pasien filosofikal. Namun dia
memerlukan perhatian yang lebih ekstra, usaha dan kesabaran pada sebagian
dokter gigi. Mereka sukar menerima pendapat atau nasehat, bahkan ingin turut
mengatur perawatan. Tidak mustahil pula ia meminta suatu jaminam tertulis.
Prognosis bisa baik bila tendensi ingin sempurna dan sikap krisisnya sepada
dengan kecerdasannya.

3. Pasien histeris
Karakteristiknya:
a. Gugup
b. Emosional
c. Tidak memperhatikan kesehatan mulutnya sendiri
d. Tidak stabil
e. Hipersensitivitas
Prognosis terkadang tidak baik dan profesional tambahan diperlukan selama
perawatan. Pasien seperti ini harus dibuat sadar atas masalahnya.

4. Pasien Indifferent (biasa saja)


Karakteristik pasien ini :
a. tidak peduli dengan penampilannya sendiri
b. tidak merasakan pentingnya masalh komunikasi
c. tidak ulet
d. tidak mau merepotkan dirinya sendiri dalam pemakaian protesa
e. kurang menghargai upaya dokter gigi yang merawatnya.
7

f. Dietnya buruk
g. Prognosis tidak baik, kecuali bila ada penerimaan dan instruksi kepadanya
berhasil, prognosisnya akan baik.4

2.5 Klasifikasi Kehilangan Gigi Kennedy

1. Kelas I Kennedy

Terkarakteristik melalui area edentulous ridge bilateral yang terlokasi pada


posterior dari gigi-gigi yang tersisa.
2. Kelas II Kennedy
Unilateral edentulous ridge pada bagian posterior.
3. Kelas III Kennedy
Unilateral edentulous ridge yang berada diantara gigi asli anterior dan posterior.
4. Kelas V Kennedy:
Kehilangan gigi pada bagian anterior, dimana daerah edentulous ridge berada di
antara gigi-gigi di daerah anterior.

Untuk memudahkan aplikasinya, Applegate membuat 8 ketentuan


a. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan.
b. Bila M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak masuk dalam klasifikasi.
c. Bila M3 masih ada dan akan digunakan sebagai gigi peahan, maka akan
dimasukkan ke dalam klasifikasi.
d. Bila M2 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak dimasukkan ke dalam
klasifikasi.
e. Bagian tidak bergigi paling posterior selalu menentukan kelas utama dalam
klasifikasi Kennedy.
f. Daerah tak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi, masuk
ke dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya.
g. Luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilanh tidak dipersoalkan, yang
dipersoalkan adalah jumlah tambahan daerah (ruang) tidak bergigi.
h. Tidak ada modifikasi Kelas IV Kennedy.1

2.6 Format Rekam Medik

Format rekam medik terdiri dari:


1. data pasien
2. Anamnesis
Status umum dan khusus
3. Pemeriksaan Klinik
a. pemeriksaan ekstra oral
8

b. pemeriksaan intraoral
4. Sikap Mental
5. Kumpulan data utama
Data- data penting pasien yang perlu diketahui dan dipertimbangkan untuk dapat
membuat rencana perawatan, desain, dll.
6. Diagnosis
a. bentuk kasus kerusakan atau kehilangan gigi…
b. memerlukan rehabilitasi dengan pembuatan gigi tiruan…
c. Diagnosis tambahan
struktur yang berhubungan dengan pembuatan…
7. Rencana perawatan
8. Desain

2.7 Prosedur Pemeriksaan Prostodontik

1. Pemeriksaan Utama
a. Pemeriksaan subjektif
Anamnsesis yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan tanya jawab. Cara
ini umumnya dilakukan untuk mencari riwayat penyakit dan data pribadi
pasien dan keluarga.
Beberapa hal yang ditanyai dalam anamnesis antara lain:
1. daftar pribadi
(nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,dll)
2. Data kesehatan umum
- Penyakit sistemik, misalnya hipertensi diabetes mellitus.
- obat yang digunakan.
- kebiasaan pasien untuk mengontrol kesehatannya.
3. Data jenis kesehatan gigi mulut
- jenis penyakit yang ada atau sedang diderita
- riwayat hilangnya gigi
- Kebiasaan jelek,misalnya mengunyah satu sisi atau bruksism
- Apakah pernah memakai gigi tiruan, jika pernah bagaimana keluhan-
keluhan gigi tiruan yang lama.
- frekuensi kunjungan ke dokter gigi
9

- keinginan khusus tentang gigi tiruannya.


- perawatan yang ada atau yang sedang diterimanya.

b. Pemerisaan objektif
Terbagi dua:
1. Pemeriksaan ekstraoral
2. Pemeriksaan intraoral

Pada pemeriksaan objektif ini pemeriksaan dapat dilakukan dengan :


a. Melihat
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Sonde
e. Termis
f. Roentgen foto

Pemeriksaan ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral meliputi pemeriksaan terhadap:
1. Bentuk muka/wajah
a. Dilihat dari arah depan:
-Oval/ovoid
-Persegi/square
-Lonjong/tapering

b. Dilihat dari arah samping


10

-cembung
-lurus
-cekung

2. Bentuk bibir
- Panjang, pendek
- Normal
- Tebal,tipis
- Flabby
3. Sendi Rahang
- Menggeletuk
- Krepitasi
- Sakit

Pemeriksaan intraoral

Pemeriksaan intraoral meliputi pemeriksaan terhadap gigi, antara lain:


1. Gigi yang hilang
2. Keadaan gigi yang tinggal:
- Gigi yang mudah terkena karies
- Banyaknya tambalan pada gigi
- Mobilitas gigi
- Elongasi
- Malposisi
- Atrisi
Jika dijumpai adanya kelainan gigi yang mengganggu pada pembuatan gigi tiruan,
maka sebaiknya gigi-gigi tersebut dicabut.
11

3. Oklusi: diperhatikan hubungan oklusi gigi atas dengan gigi bawah yang ada,
apakah hubungan Angle Kelas I, II, III.
4. Adanya overclosedocclusion pada gigi depan dapat disebabkan antara lain karena:
- Erupsi yang tidak teratur.
- Kehilangan gigi posterior dalam waktu yang lama.
- Atrisi gigi geligi
Overclosed occlusion dapat menyebabkan:
1. Angular cheilosis
2. Disfungsi TMJ
3. Spasme otot kunyah

5. Warna gigi
Warna gigi pasien harus dicatat sewaktu akan membuat gigi tiruan sebagian
lepasan, terutama pada pembuatan gigi tiruan di daerah anterior untuk kepentingan
estetis.

6. Oral Hygiene
- adanya karang gigi
- adanya akar gigi tertinggal
- adanya gigi yang karies
- adanya peradangan pada jaringan lunak, misalnya gingivitis.

7. Resesi gingival
Terutama pada gigi tiruan sebagian lepasan yang dilihat untuk gigi penyangga
dari gigi tiruan tersebut.

- Pemeriksaan terhadap mukosa/ jaringan lunak yang menutupi tulang


alveolar,seperti:
1. Inflamasi
12

2. Keras/ lunak.

- Pemeriksaan terhadap bentuk tulang alveolar; bentuk U atau V, datar, sempit, luas

- Pemeriksaan ruang antar rahang


1. Besar , dapat disebabkan karena pencabutan yang terlalu lama.
2. Kecil, dapat disebabkan karena elongasi
3. Cukup, minimal jaraknya 5 mm

- Pemeriksaan torus:
1. Pada palatum, disebut torus paltina
2. Pada mandibula disebut torus mandibula
Torus ini bila mengganggu pada pembuatan gigi tiruan harus dibuang.

- Pemeriksaan jaringan pendukung gigi


Pemeriksaan terhadap frenulum, apakah perlekatannya tinggi atau rendah sampai
puncak tulang alveolar.3

2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiograf
Berfungsi sebagai informasi tambahan bagi pemeriksan klinis. Dapat diketahui
adanya:
1. Kualitas tulang pendukungdari gigi penyangga
13

2. Gigi yang terpendam, sisa-sisa akar


3. Kista
4. Kelainan periapikal
5. Resorpsi tulang
6. Sklerosis

Pemeriksaan Laboratorium
1. Penyakit tulang
Tingkat kalsium dan fofsor dalam serum darah dan urin dan serum enzim
da alkalin fosfat melibatkan penyakit tulang.
a. Normal kalsium dalam darah 8,9-10,1 mg/dl dan diseimbangkan oleh
beberapa faktor. Hormon paratiroid (PTH) mempengaruhi keseimbangan
kalsium dalam ginjal, tulang, intestinal, dan kelenjar laktasid mammary.
Jika sirkulasi PTH secara abnormal tinggi, maka resiko terhadap
osteoporosis.

c. Normal Fosfor dalam darah 2,5-2,4 mg/dl. Tingginya fosfor diasosiasikan


dengan hiperparatyroidisme dan juga bisa dikaitkan dengan penyebab
kanker.

2. Hematology
Pemeriksaan ini berfungsi untuk:
- kapisitas daya angkut oksigen
- identifikasi elemen selular
- analisis mekanisme pembekuan darah
penjelasan beberapa komponen dalam darah:
a. Hemoglobin
Normal laki-laki 14-17 g/dl
Normal perempuan 12-15 g/dl
b. Hematokrit
14

Normal laki-laki 42-54 %


Normal perempuan 38-46 %
c. Eritrosit
Normal laki-laki 4,5-6,2 million/mm3
Normal perempuan 4,2-5,4 million/mm3
d. leukosit
normal 4100-10900/mm3
e. glukosa dalam darah
normal 70-100mmg/dl (puasa)
jika terjadi peningktan maka terjadi DM atau penyakit lever kronik

3. Urinalisis
Yang dianalisis :
a. warna
normal urin berwarna kuning bersih. Jika berwarna merah, coklat, atau
hitam menunjukkan adanya konsistensi darah pada beberapa tahap
fisiologis abnormal pada urine.
b. PH
Normal PH 4,8-8,0

c. Gravity spesifik
normal 1003-1026. kapasitas fungsional ginjal ditentukan oleh
kemampuannya untuk mecairkan atau konsentrasi urin.

Temuan mikroskopik :
a. gula
normalnya tidak ada gula dalam urin. Jika ada maka pasien menderita
DM.
b. Keton
15

Memproduksi metabolisme lemak. Ada dalam urin pasien yang menderita


busung lapar, dehidrasi, atau acidosis saat mengalami DM.
c. Protein
` tidak biasa terdapat dalam urin, tapi normal ada pada saat sedang hamil.

4. Pemeriksaan dan tes lainnya


a. Tes serology
Untuk konfirmasi penyakit kelamin, seperti sifilis.
b. Tes patch (kulit)
Biasanya digunakan untuk mengetahui atau membuktikan adanya alergi
dalam pemakaian basis material. Kontak lokal dermatitis biasanya terjadi
antara 24-48 jam setelah aplikasi material.4

2.8 Rencana Perawatan

Ada dua tahapan dalam rencana perawatan:


1. Pre gigi tiruan
a. oral surgery
b. konservasi gigi
c. periodontology
d. oral medicine
e. ortodontik
f. restorasi gigi
g. penyakit umum
h. pembersihan mulut

2. Pembuatan gigi tiruan


a. Pembuatan sendok cetak perseorangan dan border molding
b. Penentuan dimensi vertikal dan relasi sentrik
c. Penyusunan gigi
d. Mencoba gigi tiruan
e. Kontrol setelah pemasangan
f. Cek oklusi dan artikulasi

2.9 Diagnosis Banding


1. Removable partial denture
Panjang rentang (span)
16

- rentang posterior lebih panjang daripada gigi


- rentang anterior lebih panjang daripada 4 gigi insisivus
- caninus + dua atau lebih gigi yang berdekatan.

Pertimbangan rentang(span)
- tidak ada gigi abutment di bagian distal
- multiple/bilateral edentoulus space

Jajaran gigi Abutment


- ujung abutment dapat ditoleransi

Kondisi gigi abutment


- mahkota klinis pendek
- gigi abutment tidak cukup

Oklusi
- lebih penyesuaian ketidakteraturan jaringan alami gigi yang sehat

Kondisi periodontal
- dapat menggunakan alternatif (gigi abutment) sekunder ketika abutment
primer lemah.

Bentuk rigid
- kehilangan banyak jaringan pada residual ridge

Gambaran Umum
- mulut kering resiko buruk RPD
- keterbatasan ekonomi
- OH dapat diterima
- Bersedia Recall
- Perawatan sederhana
- Usia tua
- Penyakit sistemik
- Lebih menyesuaikan terhadap gigi geligi transisi edentoulus

3. Fixed Partial Denture


Panjang span
- posterior span = dua atau lebih
- Insisivus = empat atau lebih

Pertimbangan span
- biasanya memilki gigi abutment distal tetapi dapat juga menggunakan
pontik cantilever
17

Jajaran abutment
- kurang dari 25 derajat inklinasi dapat disesuaikan dengan modifikasi
preparasi

kondisi abutment
- baik jika gigi abutment memerlukan mahkota
- gigi nonvital dapat digunakan jika struktur akar gigi cukup

oklusi
- beban baik (besar,arah,frekuensi, durasi)

kondisi periodontal
- tulang alveolar pendukung baik
- rasio mahkota akar 1:1 atau lebih
- morfologi akar baik
- tidak ada mobilitas
- memberikan stabilitas yang rigid

bentuk rigid
- resorpsi moderat
- tidak ada kerusakan jaringan lunak

Gambaran Umum
- mulut kering, resiko karies RPD
- diskoordinasi otot
- mandibular tori
- Lesi jaringan lunak palatal
- Lidah besar
- Sikap tidak baik terhadap RPD
- Pasien tidak dapat mengatasi penuaan kehilangan gigi
- Kemampuan dokter gigi.6

2.10 Prognosis
Prognosis merupakan estimasi perjalan penyakityang mungkin terjadi.
Prognosis ditentukan pada kunjungan ke dua, setelah semua informasi di
dapatdan dikumpulkan pada kunjungan pertama.
Faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan prognosis :
1. Faktor general :
a. laju karies
b. pemahaman pasen dalam kontrol plak
c. kemampuan fisik dalam menjaga OH sendiri
18

d. Kondisi sistemik
e. Keadaan otot (hipertrofi atau tidak)

2. faktor lokal
a. overlap gigi anterior berpengaruh pada distribusi beban gigi
b. mobilitas gigi individual
c. angulasi akr
d. morfologi akar
e. rasio mahkota akar
f. dan variable lainnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diagnosis kasus
Diagnosis ditentukan setelah merangkum semua informasi yang didapat dari
pemeriksaan utama dan penunjan. Klinisi harus menentukan etiologi utamadari
ketidaknyamanan pasien tersebut. Dari kasus ditemukan :
19

Nama : Ibu Nurbaiti


Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 64 tahun
Anamnesa :
OS mengeluh ingin dibuatkan gigi tiruan untuk menggantikan gigi geliginya yang sudah
lama hilang dan tidak diganti. Os menginginkan gigi tiruan yang bisa dipakai mengunyah
dapat memperbaiki penampilannya. OS punya DM yang terkontrol.

Pemeriksaan Ekstra oral :


a. Profil wajah cekung
b. Kulit keriput
c. Sudut mulut turun

Pemeriksaan ekstra oral:


a. kalkulus (+)
b. OH sedang
c. Palatum dalam
d. Ruang retromylohyoid dangkal

Psikologi pasien tipe exacting atau kritis. Untuk menghadapinya, sikap dokter gigi harus
menunjukkan bahwa ia mampu merawat dengan cermat dan tepat.

Diagnosis
Kehilangan gigi klasifikasi Kennedy kelas II (rahang atas) dan kelas II modifikasi 2
(rahang bawah).

DAFTAR PUSTAKA

1. Phoenix,Rodney D.2002.Clinical Removable Partial Prosthodontics. Third


edition. Quintessence Publishing Co,Inc.

2. Gunadi, Haryanto A. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan.
Jilid II. Hipokrates.
20

3. Bolender, Zarb. Prosthodontic Treatment for Edentelous Patient. Twelfth


Edition.Elsevier.

4. Laney, R William. Diagnosis and treatment in prosthodontics. 1983.


Philadelphia: Lea & Febiger.

5. Budzt, Ejvind. Diagnosis and treatment Prostodontics for the elderly.


1999. Switzerland : Quintessence Publishing Co, Inc.

6. Shillingburg T, Hebberg. Fundamental of Fixed Prosthodontics. Third Edition.


1997. Quintessence Publishing Co,Inc.

You might also like