You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN PBF


Menurut SK Mentri Kesehatan no: 243/MENKES/SK/V/1990 tentang
PBF sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan kefarmasian dewasa ini, maka
ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan no:918/MENKES/PER/X/1993 bahwa
PBF adalah badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi yang
memiliki izin mengadakan penyimpanan dan menyalurkan perbekalan farmasi
dalam jumlah besar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.2 SYARAT-SYARAT MENDIRIKAN PBF


Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendirikan suatu PBF adalah
sebagai berikut:
1) Harus ada izin dari Menteri Kesehatan RI
2) Dilakukan oleh badan hukum berbentuk perseroan terbatas,
koperasi,atau perusahaan modal asing yang telah memiliki izin usaha
industri farmasi Indonesia dengan perusahaan nasional.
3) Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP)
4) Memiliki apoteker penanggung jawab (AP).
5) Anggota direksi tidak pernah terlibat pelanggaran ketentuan
perundang-undangan yang berlaku di bidang farmasi.

1.3 TUGAS DAN FUNGSI PBF


1.3.1 Tugas PBF yaitu:
a) Tempat menyediakan dan menyimpan perbekalan farmasi yang
meliputi obat, bahan obat, dan alat kesehatan.
b) Sebagai sarana yang mendistribusikan perbekalan farmasi ke sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi : apotek, rumah sakit,
toko obat berizin dan sarana pelayanan kesehatan masyarakat lain serta
PBF lainnya.

1
c) Membuat laporan dengan lengkap setiap pengadaan, penyimpanan,
penyaluran, perbekalan farmasi sehingga dapat
dipertanggungjawabkan setiap dilakukan pemeriksaan.
Untuk toko obat berizin, pendistribusian obat hanya pada obat-obatan
golongan obat bebas dan obat bebas terbatas, sedangkan untuk apotek, rumah
sakit dan PBF lain melakukan pendistribusian obat bebas, obat bebas terbatas,
obat keras dan obat keras tertentu.

1.3.2 Fungsi PBF antara lain:


a) Sebagai sarana distribusi farmasi bagi industri-industri farmasi.
b) Sebagai saluran distribusi obat-obatan yang bekerja aktif ke seluruh
tanah air secara merata dan teratur guna mempermudah pelayanan
kesehatan.
c) Untuk membantu pemerintah dalam mencapai tingkat kesempurnaan
penyediaan obat-obatan untuk pelayanan kesehatan.
d) Sebagai penyalur tunggal obat-obatan golongan narkotik dimana PBF
khusus, yang melakukannya adalah PT. Kimia Farma.
e) Sebagai aset atau kekayaan nasional dan lapangan kerja.

1.4 PEMBERIAN IZIN PBF


1.4.1 Tata cara pemberian PBF
Izin usaha PBF diberikan oleh MENKES. Menteri Kesehatan akan
melimpahkan wewenangnya tersebut kepada Badan POM untuk memberikan izin
usahanya yang berlaku untuk wilayah seluruh Indonesia. Khusus pendiri PBF
cabang provinsi wajib melaporkan kepada kantor Dinas Kesehatan Provinsi
dengan tembusan kepada balai besar POM.

Tata cara pemberian izin PBF adalah sebagai berikut:


a) Melakukan permohonan izin usaha kepada Badan POM dengan
tembusan dinas kesehatan setempat.

2
b) Permohonan izin usaha diajukan setelah PBF siap untuk melakukan
kegiatan.
c) Selambat-lambatnya setelah enam hari dinas kesehatan akan
menugaskan balai POM setempat untuk melakukan pemeriksaan
terhadap kesiapan PBF dalam melakukan kegiatan.
d) Selambat-lambatnya enam hari setelah penugasan balai POM untuk
melakukan pemeriksaan balai POM akan melaporkan hasil
pemeriksaannya kepada dinas kesehatan.
e) Selambat-lambatnya enam hari setelah penugasan balai POM dinas
kesehatan akan melaporkan kepada Badan POM.
f) Dalam jangka waktu dua belas hari setelah diterimanya hasil laporan
oleh Badan POM akan mengeluarkan izin usaha PBF yang telah
memenuhi syarat.

1.4.2 PENCABUTAN IZIN USAHA PBF


Badan POM akan melakukan pencabutan izin usaha PBF apabila PBF
yang bersangkutan:
a) Tidak memperkerjakan apoteker/tenaga teknis kefarmasian
penanggung jawab yang memiliki Surat Izin Kerja.
b) Tidak aktif lagi dalam penyaluran obat selama satu tahun
c) Tidak lagi memenuhi persyaratan usaha sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan.
d) Tidak lagi menyampaikan informasi PBF tiga kali berturut-turut.
e) Tidak memenuhi ketentuan tata cara penyaluran perbekalan farmasi
sebagaimana yang ditetapkan.

1.4.3 PERINGATAN DAN PEMBEKUAN IZIN USAHA


Sebelum melakukan pencabutan izin usaha PBF, Balai Besar POM akan
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut terhadap PBF yang bersangkutan
dengan mengeluarkan:

3
a) Peringatan secara tertulis kepada PBF yang bersangkutan sebanyak
tiga kali berturut-turut dalam waktu masing-masing 2 bulan.
b) Pembekuan izin usaha yang bersangkutan untuk jangka waktu enam
bulan sejak dikeluarkannya penetapan pebekuan kegiatan usaha PBF
yang bersangkutan.

Telah membuktikan memenuhi seluruh syarat sesuai ketentuan pembekuan


atau pencabutan izin usaha PBF berlaku juga untuk seluruh cabang PBF di
Indonesia. Peringatan dan pembekuan izin usaha tidak berlaku untuk PBF yang
sudah tidak aktif lagi selama satu tahun sehingga untuk PBF yang sudah tidak
aktif lagi akan dilakukan pencabutan izin usaha terhadap PBF tersebut.

1.5 TATA CARA PENYALURAN PERBEKALAN FARMASI


Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya PBF juga diberikan larangan
oleh pemerintah yaitu:
a) PBF dilarang menjual obat-obatan secara eceran.
b) PBF dilarang menyimpan dan menyalurkan obat-obatan golongan
narkotika tanpa izin khusus.
c) PBF tidak boleh melayani resep dokter.
d) PBF dilarang membungkus atau mengemas kembali dengan merubah
bungkus asli dari pabrik kecuali PBF bersangkutan mempunyai
laboratorium.
e) Pedagang Besar Farmasi hanya boleh menyalurkan obat keras kepada
apotek, PBF lain, instansi yang diizinkan oleh Menteri Kesehatan.

1.6 LAPORAN PEDAGANG BESAR FARMASI


Selama menjalankan kegiatannya PBF wajib memberikan laporan secara
rutin dan berkala kepada pihak yang berwenang diantaranya:
a) PBF dan setiap cabangnya wajib menyampaikan laporan secara
berkala setiap tiga bulan, mengenai kegiatannya yang meliputi jumlah

4
penerimaan dan penyaluran masing-masing jenis obat-obatan kepada
badan POM dengan tembusan kepala dinas setempat.
b) PBF yang menyalurkan narkotika dan psikotropika wajib
menyampaikan laporan penerimaan dan penyalurannnya sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku disamping laporan berkala.

1.7 SYARAT KETENAGAKERJAAN PBF


1) PBF harus memiliki seorang apoteker atau tenaga teknis kefarmasian
yang memiliki surat izin kerja (SIK) sebagai penanggung jawab teknis
penyimpanan surat penyaluran obat dan alat kesehatan.
2) Memiliki seorang apoteker yang memiliki surat izin kerja (SIK)
sebagai penaggung jawab.
3) Untuk ketenagakerjaan umum di PBF minimal tamatan SLTA atau
yang sederajat.
4) Masing-masing tenaga kerja harus bekerja sesuai dengan keahlian,
kemampuan, dan keterampilan di bidangnya masing-masing.

1.8 SARANA DAN PRASARANA PBF


1) PBF merupakan suatu sarana yang berbentuk badan hukum dengan
maksud terdapat kepastian usaha serta kemudahan pengawasan yang
berfungsi mengadakan, menyimpan dan menyalurkan perbekalan
farmasi.
2) Prasarana PBF meliputi perbekalan farmasi berupa obat, bahan obat
dan alat kesehatan yang dijual dalam jumlah besar pada sarana
pelayanan masyarakat atau PBF lainnya.

5
BAB II
PEDAGANG BESAR FARMASI

2.1 Struktur Organisasi

Direktur

Pimpinan

Penanggung Acc & Distribution Gudang Salesman


jawab teknis Adm
(AA) Supervisor

Ass. Bagian
Kasir Pembukuan Kepala Penyaluran
Gudang

Penyusunan struktur organisasi dapat mempengaruhi kelancaran dan


perkembangan suatu perusahaan, sehingga mengorganisir struktur
organisasi merupakan langkah pertama yang harus dilaksanakan oleh setiap
manejer. Dengan adanya organisasi yang teratur, tepat dan efisien serta sesuai
dengan kebutuhan perusahaan maka hasil yang diharapkan dapat tercapai apabila
struktur organisasi serta tenaga kerja yang ada didalamnya dapat bekerja sama
dengan baik.

Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara


bagian komponen dan posisi dalam suatu perusahaan. Dengan demikian
organisasi merupakan serangkaian aktivitas yang meliputi :
 Penyusunan bentuk dan pola usaha bersama

 Pembagian pekerjaan yang dijalankan guna menyelenggarakan


rencana kepada petugas-petugas tertentu
 Menetapkan hubungan kerja seluruh perintah dari tanggung jawab
diantara mereka.

6
 menetapkan cara-cara keorganisasian.

Struktur organisasi memberikan stabilitas dan kontinuitas yang


memungkinkan organisasi mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan untuk koordinasi hubungan dengan lingkungannya. Adapun
struktur organisasi yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
1. Spesialisasi aktivitas
Merupakan unsur yang mengacu pada spesifikasi tugas-tugas perorangan
dan kelompok kerja di seluruh organisasi.
2. Standarisasi aktivitas
Suatu prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin kelayakan
aktivitasnya.
3. Koordinasi Kerja

Prosedur yang mengintegrasikan fungsi-fungsi subunit dalam organisasi

4. Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan

Pada struktur yang sentralisasi pengambilan keputusan mengacu pada satu


pimpinan puncak sedangkan pada desentralisasi dengan
pengambilan keputusan dibagi antar menejer yang lebih rendah
tingkatnya.
5. Ukuran unit kedua mengacu pada jumlah pegawai dalam suatu kelompok

Sebelum membahas struktur organisasi PBF dalam bentuk badan hukum


perseroan terbatas, akan dilihat secara umum unsur-unsur dari organisasi tersebut
adalah
1) Adanya dua orang atau lebih.

2) Adanya maksud untuk bekerja sama.

3) Adanya pengaturan hubungan dan proses pembagian kerja.

4) Adanya tujuan yang hendak dicapai.

Jadi organisasi pada suatu perusahaan merupakan faktor yang menentukan

7
dalam kegiatan perusahaan. Terutama dalam melakukan tugas yang dibebankan,
pendelegasian kekuasaan di dalam perusahaan dan pengaturan hubungan
antar anggota yang terlibat dalam organisasi, guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Dalam suatu perusahaan struktur organisasi yang baik adalah
struktur organisasi yang sehat dan efisien. Struktur organisasi yang sehat adalah
tiap satuan organisasi yang ada dapat menjalankan peranannya dengan
tertib. Struktur organisasi yang efisien berarti dalam menjalankan
peranannya masing-masing satuan organisasi dapat mencapai perbandingan
terbaik antara usaha dan hasil kerja, menurut pola hubungan serta lalu lintas
wewenang dan tanggung jawab.

1. Direktur

Merupakan pimpinan tertinggi pada perusahaan, dan untuk saat ini tugas
direktur dilimpahkan kepada usaha, bagian ini mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :

a. Menyusun dan membuat target pasar

b. Memimpin tim penjualan yang terdiri dari sales supervisor dan


salesman
c. Menganalisa pasar serta mengontrol hasil penjualan

d. Memberi informasi mengenai kebijaksanaan perusahaan kepada


bawahan.
e. Membantu tingkat atau jumlah pembelian.

2. Sales Supervisor

Sales supervisor merupakan bagian dari aktivitas pemasaran


langsung yang terdiri dari pemasaran produk untuk dalam dan luar kota
yang mempunyai tugas sebagai berikut :

8
a. Menggantikan kedudukan atau wewenang direktur bila tidak tepat

b. Mengontrol kegiatan salesman


c. Mengadakan transaksi kepada langganan.

3. Accountant Administrasi Supervior

Pada bagian accountant administrator supervisor ini diberi tugas


dan wewenang sebagai berikut :
a. Membuat perjanjian dengan langganan tentang transaksi yang
dilakukan
b. Menyetujui atau membatalkan order yang diminta oleh langganan
sesuai dengan ketentuan perusahaan
c. Membuat laporan penjualan baik tunai maupun kredit.

d. Melakukan pengontrolan data, terutama nota kredit yang telah


jatuh tempo maupun yang belum.
e. Mengirimkan segala laporan baik dari bagian gudang, keuangan
dan kepada atasan.

4. Salesman

Salesman adalah tenaga kerja langsung terjun ke pasar untuk


mengamati dan sekaligus melayani pasar. Tugas dan wewenangnya adalah
sebagai berikut :

a. Melayani pemesanan barang-barang yang dibutuhkan dan yang


diminta oleh pelanggan.
b. Mencatat semua pesanan yang dibutuhkan setiap pelanggan.
c. Melakukan penagihan piutang dari barang-barang yang telah dijual
kepada pelanggan sebelumnya
d. Memberikan umpan balik (feed back) atas gejala yang tepat dari
pasar kepada perusahaan.

9
5. Pembukuan

Bagian ini mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Menerima dan memenuhi order dari para pelanggan.

b. Mencatat transaksi penjualan dan penerimaan.

c. Mempersiapkan laporan penjualan harian untuk disampaikan


kepada accounting and administrator supervisor.

6. Distribution

Bagian ini memiliki tugas dan wewenang untuk membuat dan memberikan
laporan distribusi obat kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Balai
Pengawasan Obat dan Makan Kota Propinsi. Disamping itu bagian ini juga
bertanggung jawab langsung pada kuasa usaha dan membuat laporan
tentang pengembalian obat-obat yang telah expired date.

7. Kasir

Kasir mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Penerimaan pembayaran atas tagihan yang telah dilakukan oleh para


salesman sesuai faktur
b. Mempersiapkan sejumlah uang yang harus disetor ke rekening
giro pada bank.
c. Melakukan pembayaran-pembayaran yang sehubungan dengan
transaksi dari perusahaan.
d. Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran kas untuk disampaikan
kepada accounting and administrator supervisor.
a. Membuat rencana penerimaan tagihan atau piutang perusahaan
untuk bulan mendatang.

10
8. Gudang

Bagian gudang mempunyai tugas dan kew ajiban mengontrol,


mengeluarkan serta memasukkan obat-obat dari dan ke gudang.

9. Driver

Bagian ini mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut

a. Mengantarkan salesman untuk melayani pesanan yang dibutuhkan


pelanggan
b. Mengangkut barang-barang dari gudang ke daerah pemasaran.

2.2 TUGAS DAN PERAN TTK DI PBF


Aktivitas perusahaan menentukan besar kecilnya pendapatan
dari perusahaan tersebut. PBF kegiatan utama adalah memasarkan obat-obatan
yang diproduksi oleh berbagai pabrik. Daerah pemasaran dari perusahaan
adalah kota dan daerah di luar Kota. Obat-obatan yang dipasarkan adalah
berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan mitra termasuk obat-obat yang
memiliki label K (obat keras).

Sasaran pemasaran dari PBF adalah dokter-dokter yang ada di daerah


sasaran maupun di luar daerah sasaran, apotek-apotek baik yang
lingkungan rumah sakit maupun tidak dalam lingkungan rumah sakit, serta
toko-toko obat. Selain obat-obatan, PBF juga memasarkan berbagai jenis
jamu atau obat tradisional, alat-alat kesehatan serta bahan-bahan kimia.
Dengan demikian berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada pemasaran obat-
obatan saja tetapi juga memasarkan produk-produk kesehatan lainnya.

2.2.1 Pengadaan dan Pemesanan

Pengadaan obat-obat dilakukan berdasarkan jumlah persedian yang ada di


gudang melalui kartu stok. Jika ada barang yang akan habis maka segera
dilakukan pemesanan barang ke pabrik. Pemesanan barang dilakukan oleh tenaga

11
teknis kefarmasian dan di setujui oleh pimpinan dengan mengirimkan surat
pesanan langsung kepada pabrik yang bersangkutan melalui faximile. Selanjutnya
pabrik akan mengirimkan barang sesuai dengan pesanan yang disertai faktur
pengiriman barang dari pabrik.

2.2.2 Penerimaan barang


Dalam hal ini dilakukan adalah pengecekan barang – barang yang datang
dari pabrik mengenai jumlah barang, keadaan barang, dan kecocokkan dengan
faktur. Barang yang telah masuk dicek, diperiksa, disimpan,dan disusun rapi
dalam gudang, sesuai dengan letaknya.
Apabila terjadi kekurangan untuk kekeliruan dari pengirim barang
tersebut, tenaga teknis kefarmasian harus segera mengkorfirmasikan kepada
pabrik. Pengecekan yang dilakukan mencakup cek fisik yaitu kemasan, keadaan
obat, jumlah obat, dan tanggal exp. date.

2.2.3 Pergudangan

Barang yang telah diterima oleh PBF dicek kembali oleh tenaga teknis
kefarmasian penanggung jawab.

2.2.4 Penyimpanan

Barang yang masuk dan telah diperiksa, disimpan dan disusun dengan rapi
pada rak-rak penyimpanan berdasarkan:

1. Penyimpanan dikelompokan berdasarkan pabrik yang


memproduksinya

2. Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan abjad

3. Penyusunan dilakukan dengan sistem FIFO (First in First out), dimana


barang yang pertama masuk akan keluar lebih dahulu.

4. Untuk obat-obat berbentuk syrup disusun di bagian bawah rak untuk


memudahkan pengambilan dan antisipasi bila sirup tersebut jatuh atau

12
pecah tidak akan membasahi obat lain.

5. Untuk obat golongan OKT disimpan dalam lemari khusus.

6. Untuk obat berbentuk injeksi, suppossitoria dan obat yang higroskopis


disimpan dalam lemari pendingin.

2.2.5 Penanganan Obat Kadaluarsa


Langkah – langakah penanganan obat kadaluarsa sebagai berikut :
 Obat yang mendekati kadaluarsa dipisahkan dari obat yang belum
mendekati kadaluarsa.
 Setelah dipisahkan, obat dikirimkan ke pabrik untuk mendapatkan
penggantian dengan menyatakan surat pengembalian barang.
 Obat yang telah dikirim biasanya diganti oleh pabrik , biasanya dengan
barang sejenis atau barang yang lain dengan harga yang sesuai ataupun
dengan uang .
 Pengembalian obat kadalursa ditentukan berdasarkan peraturan yang
telah ditetapkan oleh pabriknya masing – masing.
 Untuk produk jamu tidak mematok pada kadaluarsa, artinya jika
mendekati waktu kadaluarsa ataupun lewat batas kadalursa akan tetap
dapat dikembalikan .

2.3 Pendistribusian
PBF melakukan kegiatannya dalam bidang pendistribusian.
Pendistribusian obat-obat dan alat kesehatan ini dilaksanakan kepada :
a. Toko obat.
b. Apotek .
c. Rumah sakit , Puskesmas .
d. Dokter yang mempunyai SIMO (surat izin menyimpan obat).
e. PBF lain .

13
Jenis – jenis obat yang diperdagangkan di PBF antara lain :
a. Obat bebas .
b. Obat bebas terbatas .
c. Obat keras (Daftar G).
d. Obat psikotropika (OKT) .
e. Alat – alat kesehatan .
f. Jamu .
Penyaluran obat-obatan dilakukan dengan mencari orderan yang dilakukan
berdasarkan oleh salesman-salesman PBF. Penyaluran dapat juga dilakukan
berdasarkan pesanan dari suatu pelayanan kesehatan atau PBF lain kepada
salesman PBF order.
Barang yang akan didistribusian oleh salesman terlebih dahulu dibuatkan
fakturnya lalu diserahkan kepada kepala gudang atau asistennya akan
mengambilan barang sesuai yang tertera di faktur. Selanjutnya barang berseta
faktur akan diantarkan langsung ke sarana pelayanan kesehatan yang memesan
barang tersebut .

2.3.1 Alur pendistribusian:


a. Obat bebas dan obat tradisional

Apotek

Instalasi RS

PBF Konsumen

PBF lain

Toko obat
berizin

14
b. Obat daftar G

Apotik

PBF Instalasi RS Konsumen

PBF lain

c. Alat kesehatan

Apotik

Pabrik Alkes PBAK Instalasi RS Konsumen

PBF lain

2.3.2 Pengadaan barang


Pengadaan barang dilakukan dengan membuat pesanan atau PO (purcising
order) kepada pabrik untuk periode tertentu . Misalnya satu pesanan untuk satu
bulan penjualan, ini dilakukan PBF yang letaknya dekat PBF order.
Perlengkapan pengadaan barang adalah :
a. Estimasi pesanan barang, sebelum membuat pesanan barang harus
membuat perkiraan pemesanan barang gunanya menentukan seberapa
banyak kita menjual . Dan menentukan jumlah stock bulan berikutnya
dan juga untuk menghindari terjadinya penumpukan barang.
b. Surat pesanan (purcusing order).
Surat ini dibuat setelah berdasarkan estimasi pesanan yang sudah
disetujui oleh semua pihak (team penjualan, marketing, bag.

15
Keuangan, agen gudang dan pimpinan), surat pesanan ini dibagi atas
tiga macam:
 Surat pesanan obat keras tertentu (OKT), surat ini berisikan nama
dan jumlah pesanan obat OKT periode tertentu . surat ini terdiri
dari 5 lembaran yang dibedakan dalam berbagai warna :
 Lembaran 1 putih ditujukan kepada pabrik (produsen)
 Lembaran 2 merah ditujukan kepada dinas pengawasan
narkoba.
 Lembaran 3 kuning ditujukan kepada depertemen kesehatan
 Lembaran 4 biru ditujukan kepada balai POM.
 Lembaran 5 hijau ditujukan kepada apotek yang memesan
 Surat pesanan obat precursor, ini berisikan obat golongan
precursor (jumlah dan nama obatnya). Obat prekursor adalah obat
yang bisa salah gunakan, kegunaanya dari yang seharusnya.
Contohnya formalin ,lacoldin (PT. Lapi),efedrin Hcl (PT. Kimia
Farma), Quantidex tab (PT. Ifars), Lapifed (PT. Lapi).
 Surat pesanan obat bebas dan obat keras, ini berisikan nama
dan jumlah obat bebas dan obat keras untuk periode tertentu,surat
pesan obat bebas dan obat keras dapat digabungkan.
Perbedaan dari surat pesanan di atas adalah:
 Jenis surat pesanan.
 Lembaran surat pesanan.
 Untuk golongan psikotropika dan prekursor surat
pesanannya dibuat terpisah sementara surat pesanan obat keras
bisa digabung dengan surat pesanan obat bebas.

2.3.3 Penjualan barang


Penjualan adalah proses pemasarkan obat-obatan yang telah ada di gudang
konsumen (rumah sakit, apotek, toko obat, PBF lain) dengan menyatakan faktur
penjualan.dalam alur penjualan ini ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi:

16
 PBF hanya boleh menjualan obat bebas kepada toko obat yang ada
izin.
 PBF hanya boleh menjual obat bebas, obat keras, dan obat keras
tertenu kepada apotek, rumah sakit dan PBF lain.
 PBF hanya boleh menjual obat keras tertentu kepada apotek, rumah
sakit, PBF lain harus ada surat pesanan terlebih dahulu.
 Pada barang kampas hanya boleh untuk obat bebas dan tidak
dibolehkan obat daftar G.

2.3.4 Penarikan Kembali


Proses ini dilakukan untuk suatu nomor batch atau satu kode produksi
tertentu yang dinyatakan tidak layak untuk dikomsumsi. Contohnya setelah balai
POM melakukan pengamatan untuk produk Quantidex tab ditemukan ketidak
cocokan dengan keadaan fisiknya, maka balai POM memberi surat kepada pabrik
untuk menarik Quantidex tab dari pasaran melalui distributor-distributor yang
memesan produk Quantidex tersebut.
Dari distributor akan mengirim surat kepada para pelanggannya seperti
toko obat, apotek, rumah sakit dll.

2.3.5 Pemusnahan Obat


Pada PBF PT. Kumala Melur tidak melakukan pemusnahan obat karena
obat-obat yang rusak dan kadaluarsa dikirimkan ke pabrik untuk dimusnahkan
langsung disana. Pemusnahan obat dilakukan dengan menggunakan alat khusus
dengan membuat berita acaranya dan dihadiri oleh balai POM, aparat kepolisian,
dan pemerintah.

2.3.6 Pengiriman Barang


Yaitu proses pengiriman barang kepada konsumen yang memesan barang
tersebut. Pengiriman barang ini dilakukan dengan menyertakan barang kepada
konsumen dengan tanda tangan dan stempel dari yang memesan barang tersebut.

17
2.3.7 Pelaporan
Setiap pemasukan dan pengeluaran obat-obatan harus dibuat laporannya
oleh tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab. Laporan tersebut terdiri dari :
a. Laporan distribusi obat daftar G.
b. Laporan distribusi obat Psikotropika.

2.4 PELAPORAN
2.4.1 Laporan Obat Daftar G
 Laporan ini berisikan data logistik obat yang mencakup pengeluaran
dan pemasukan obat golongan daftar G selama kurun waktu 3 bulan.
 Dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi Riau, kepada
Kepala Balai POM yang terletak di Jl.Diponegoro no.10 Pekanbaru,
terakhir sebagai arsip PBF di Pekanbaru.
 Data logistik ini diiringi dengan surat pengantar, yang berisikan data
PBF dan diterangkan periode laporan tersebut.
 Laporan ini dikirimkan setiap 3 bulan sekali.

2.4.2 Laporan Obat Pisikotropika


 Laporan ini berisikan data keluar masuknya obat golongan
psikotropika dari dan ke PBF selama 1 bulan.
 Laporan ini ditujukan kepada direktorat jendral bina kefarmasian
dan alkes
 Dengan tembusan kepada :
-Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Riau
-Kepala Balai Besar POM Pekanbaru
-Sebagai arsip.
 Laporan ini disertakan dengan:
-Copy faktur penjualan PBF yang telah dibubuhi tanda tangan dan
stempel penerima (apotek, RS, PBF lain)

18
-Copy surat pesanan barang dari outlet yang ditanda tangani
penanggung jawab apotek/rumah sakit (harus apoteker),
penanggung jawab PBF (apoteker/tenaga teknis kefarmasian).

19
BAB III
KESIMPULAN

 PBF ialah suatu badan hukum berbentuk perseroan terbatas dan koperasi
yang memiliki badan besar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
 Izin usaha PBF, diberikan oleh Menteri Kesehatan dalam hal ini Menteri
Kesehatan melimpahkan wewenang pemberian izin usaha PBF berlaku
untuk seterusnya selama PBF yang bersangkutan masih aktif melakukan
kegiatan usahanya jika ada cabang dibuat izin baru.
 Tenaga teknis kefarmasian di PBF mempunyai tugas dan fungsi sebagai
berikut:
1. Bertanggung jawab atas pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat dan alat kesehatan.
2. Menyusun obat-obatan dan alat kesehatan yang ada di gudang dengan
dibantu oleh asisten gudang.
3. Membuat laporan distribusi obat setiap bulan dan setiap triwulan
menyangkut penerimaan serta penyalura kepada balai POM.
4. Membuat surat pengembalian obat-obatan yang telah kadaluarsa ke
pabrik.
5. Menyiapkan faktur penjualan obat-obatan dan alat kesehatan beserta
foto copy surat pesanan dan instalasi kesehatan yang untuk informasi
untuk Balai POM.
 Peran tenaga teknis kefarmasian dalam PBF sangat penting karena
memerlukan ketelitian, keterampilan dan kejujuran di samping
pengetahuan yang diperoleh di lembaga atau instansi pendidikan terkait
yang harus diterapkan dan dikembangkan untuk bertanggung jawab di
PBF. Bahwa seorang tenaga teknis kefarmasian mempunyai peran dan
tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan tugas serta ikut
membantu pemerintah dalam melayani pendistribusian, perbekalan
farmasi ke tempat pelayanan kesehatan.

20

You might also like