You are on page 1of 12

MAKALAH

Upacara Ngaben

oleh :

Nama : I Made Sudarmono

NIM : ACA 110 023

Prodi : Pendidikan Matematika

Jenjaang : Strata 1 ( S-1 )

Semester : ( I )satu

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Hindu

Kaharingan

KEMENTRIAN NASIONAL
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
( UNPAR )

2010
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puja dan puji saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang widhi Wasa atas Asung

Kertawaranugraha- Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah ini untuk mata kuliah Pendidikan

Agama Hindu Kaharingan dengan judul Upacara Ngaben.

Ngaben adalah upacara yadnya yang dilakukan kepada para leluhur Karena adanya kaitan

atau hubungan antara Tri Rna dan Panca Yadnya. Tri Rna merupakan tiga hutang yang harus dibayar

yaitu meliputi hutang kepada para Dewa ( Dewa Rna ), hutang kepada para Rsi (Rsi Rna ) dan hutang

kepada para Leluhur ( pitra Rna ). Sedangkan Panca Yadnya merupakan lima korban suci yang

dipersembahkan berdasarkan tulus dan ikhlas yaitu meliputi korban suci kepada para Dewa ( Dewa

Yadnya ), korban suci kepada para Rsi ( Rsi Yadnya ), korban suci kepada para Leluhur ( Pitra

Yadnya ), korban suci kepada manusia itu sendiri ( Manusia Yadnya ), dan korban suci kepada para

Roh Halus ( Butha Yadnya ). Dari sekilas pengertian dan bagian-bagiannya ada keterkaitan yaitu pada

PitraRna dan Pitra Yadnya. Karena adanya keterkaitan, maka keduanya dilakukan dengan cara yang

sama yaitu dengan upacara Ngaben.

Demikian pengantar dari saya, semoga dapat menambah wawasan tentang Upacara Ngaben.

Akhir kata saya mengucapkan parama santhi.

Om santhi, santhi, santhi om

Palangka Raya, Oktober 2010

Penulis

I Made Sudarmono

ACA 110 023

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar isi iii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 1

1.3 Rumusan masalah 1

1.4 Batasan masalah 2

1.5 Metode Penulisan 2

Bab II pembahasan

A. Proses Ngaben 3

B. Penjelasan Ngaben 7

Bab III penutup

3.1 Simpulan 9

3.2 Saran 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ngaben merupakan yadnya kepada roh leluhur yang dilakukan secara tulus. Dalam

proses upacara Ngaben ini dibagi menjadi tiga tingkatan,yaitu utama, madya,dan nista.

Utama yaitu dalam prosesi pelaksanaannya tidak ada waktu atau hari yang dipercepat. Madya

yaitu dalam pelakanaan ada waktu atau hari yang dipercepat sesuai kondisi yang ada dan

karena faktor jarak peserta Ngaben dari tempat pelaksanaannya. Sedangkan Nista, yaitu

pelaksanaannya dilakukan setelah orang itu meninggal dan prosesi pelaksanaannya tidak

seperti Utama dan Madya.

1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana proses Upacara Ngaben.

b. Untuk mengetahui adat istiadat dari umat hindu dari Bali.

1.3 .Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah proses Upacara Ngaben dari awal hingga akhir ?

b. Mengapa umat Hindu harus melaksanakan Ngaben ?

1
1.4 Batasan Masalah

Agar tidak terjadinya perluasan masalah pada makalah in, maka saya membatasi

masalah yang akan dibahas dalam makalah ini pada :

a. Proses Upacara Ngaben.

b. Penjelasan tujuan Ngaben.

1.5 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, saya menggunakan metode observasi, yaitu

berdasarkan pengalaman yang terjadi dan pernah dialami di daerah Desa Basarang Jaya, Kec.

Basarang, Kab. Kapuas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Ngaben

Ngaben pada umumnya dilakukan secara berkelompok. Hal ini dikarenakan faktor

biaya yang diperlukan. Adapun proses Ngaben dari awal hingga akhir yaitu :

a. Pembuatan Taring

Taring Adalah pembuatan sejenis tenda yang atapnya terbuat dari daun kelapa yang

dianyan sedemakian rupa. Biasanya pembuatan taring dilakukan satu bulan sebelum hari

pelaksanaannya. Dalam pembuatan taring melibatkan seluruh sekaa atau anggota banjar yang

yang melaksanaan ngaben.

b. Ngayah

Ngayah adalah pembuatan banten, alat-alat, bahan-bahan untuk upacara secara gotong

royong yang dilakukan oleh perwakilan dari keluarga peserta ngaben. Ngayah dilakukan

setelah pembuatan taring dan dibantu oleh tukang ( ahli pembuatan banten ). Ngayah

biasanya diwakilkan oleh laki-laki ataupun perempuan tergantung kesepakatan panitia

ngaben dan peserta.

3
c. Pembuatan Wadah, simbol berbentuk hewan sesuai soroh (marga), dan Balai

Pemujuan

 Pembuatan Wadah

Wadah merupakan tempat yang dibuat seperti pagoda. Tingkatan wadah yang dibuat

tergantung kasta. Untuk kasta Brahmana biasanya tingkatan ( tumpang ) manimal Sembilan,

kasta ksatria dan waisya biasanya hanya tingkatan ( tumpang ) tujuh, dan kasta sudra

biasanya hanya maksimal tingkatan ( tumpang ) lima. Wadah dibuat sedemikian rupa, dihias,

dan yang terpenting wadah tidak boleh diganggu oleh makhluk halus atau sejenisnya. Wadah

berfungsi untuk tempat membawa semua sawe ( tulang-tulang ) sebelum dibakar. Dalam

banjar atau kelompok ngaben cukup hanya satu dalam pembuatan wadah.

 Pembuatan simbol berupa hewan

Ada beberapa jenis bentuk hewan yang digunakan dalam upacara ngaben yaitu singe

bare ( singa bersayap ), lembu ( sapi ), dan gajah mina ( ikan berkepala gajah ). Setia marga

berbeda simbol hewannya dengan marga yang lain. Dalam pembuatan simbol hewan ini,

memerlukan biaya minimal 1 juta rupiah. Kemudian dihias sedemikian rupa dengan ukiran –

ukiran bahkan ditambah lampu natal. Dari banyak simbol hewan, akan dipilih salah satu

untuk nantinya pada hari pelaksanaanya digunakan sebagai pengencek wadah. Biasanya yang

digunakan adalah bentuk singa bare ( singa bersayap )yang memenuhi criteria sebagai

berikut, yaitu terlihat seram/galak, dan kecil/ceper. Pada saat wadah diarak, maka hewan

pengencek akan berada di depan yang nantinya mulai mengencek ( mengejek ). Dimana saat

wadah maju, maka hewan ini diarak mundur, dan sebaliknya.

4
 Pembuatan balai pemujuaan

Balai pemujuan digunakan sebagai tempat simbol hewan tersebut. Biaya untuk

pembuatannya menghabiskan sekitar lebih 2 juta rupiah. Tapi jika ingin yang lebih bagus

maka biaya yang dikeluarkan lebih 5 juta rupiah. Pembuatan balai memerlukan waktu yang

lama. Balai pemujuan dibuat oleh masing-masing anggota ngaben.

d. Upacara nyuang pecara

Upacara ini dilaksanakan dua hari sebelum hari pelaksanaan ngaben. Biasanya diikuti

oleh anggota keluarga yang diabenkan. Upacara ini diiringi oleh baleganjur. Baleganjur

adalah gong yang dimainkan oleh sekaa gong atau anggota pemain gong banjar yang menjadi

penyelenggara. Dalam upacara ini mengarak sepasang kekasih yang sering disebut kaki

( kakek ) brayut dan dadong ( nenek ) brayut.

e. Pembongkaran kuburan

Pembongkaran kuburan dilakukan tiga hari sebelum hari pelaksanaanya.

Pembongkaran kuburan dilakukan secara masal dan mengambil tulang-tulang tanpa tersisa

sedikitpun. Pembongkaran kuburan biasanya dilakukan jika mengikuti ngaben di dalam

daerah, tetapi jika mengikuti ngaben di luar daerah cukup melakukan mungkah. Mungkah

adalah cukup membawa tanah kuburan ke daerah tempat ngaben dan hanya merusak kuburan

serta mencabut nisan kuburan.

Setelah semua tulang selesai diambil,kemudian dibawa dan disimpan di tempat yang

telah dibuat dekat dengan tempat wadah. Pada saat itu, pembawa tulang disambut dengan

tari baris tombak.

5
f. Hari Pembakaran atau Puncak Pelaksanaan Ngaben

Pada hari ini,semua sawe atau tulang disimpan pada wadah. Semua balai balai

pemujuan dan simbol hewan dibawa terlebih dahulu ke tempat pembakaran. Sebelum wadah

diarak, disambut dengan tari baris untuk menandakan bahwa wadah siap diarak.

Biasanya wadah mulai diarak dengan diputar selama tiga kali putaran,kemudian

diarak maju mundur sesuai simbol hewan pengencek. Selama wadah diarak dan dibawa

ketempat pembakaran, ada dua anak kecil yang sebelumnya sudah ditunjuk menjadi

pengubus wadah. Pengubus wadah merupakan penolak atau mengusir makhluk halus yang

ingin mengganggu. Selain pengubus wadah, ada beberapa orang-orang suci atau pinandita

yang berada di atas wadah.

Setelah wadah sampai di tempat pembakaran dan wadah selesai diarak, maka kedua

anak kecil sebagai pengubus dibawa turun dari atas wadah dan diantar pulang ke rumah

masing-masing dengan cara digendong. Hal ini dikarenakan anak kecil tadi merupakan

musuh dari makhluk halus. Bila kedua anak ini berjalan turun tanpa digendong,maka akan

berakibat fatal terhadap umur anak-anak ini. Kemudian semua sawe atau tulang diturunkan

dari wadah dan dibawa ke balai pemujuan yang sudah ada simbol hewan. Setelah semua

sawe berada di balai pemujuan masing-masing,maka wadah dan balai pemujuan beserta

simbol hewan dibakar.

Setelah api mulai padam, maka anggota keluarga mencari tulang-tulang yang masinh

utuh kemudian diulek secara bergilir sampai menjadi halus kemudian disimpan dalam kelapa

kuning ( kelapa gading ) dan dibungkus kain kafan. Setelah pembakaran, maka semua abu

tulang dibawa ke pura segara/segare. Pura ini adalah pura yang disebut pura lautan, sungai,

dan pantai.

6
g. Upacara Ngerorasen ( dua belas hari pembakaran )

Upacara Ngerorasen adalah upacara setelah dua belas hari pembakaran. Upacara ini

akan disambut dengan tari topeng sidakarye. Yang artinya bahwa upacara ngaben sudah

selesai. Upacara ini bisa dilaksanakan tiga hari setelah pembakaran, tidak harus pas dua belas

hari. Hal ini karena faktor jarak kediaman peserta ngaben dan tempat pelaksanaannya yang

jauh, misalnya antar kota.

h. Upacara nuntun

Upacara ini biasanya dilakukun di Bali. Upacara ini bertujuan untuk menebus roh

leluhur yang masih tertahan di dunia roh. Ada dua belas pura tempat menebus roh, yaitu pura

besakih, pura goa lawah, tegal penangsaran, dan yang lainnya. Kemudian abu tulang di

larutkan di segare ( pantai ). Setelah upacara ini, sisa abu tulang di semayamkan di pura rong

dua.

7
B. Penjelasan Ngaben

Ngaben dilaksanakan bertujuan untuk mengembalikan jasmani dan rohani ke asalnya.

Mengembalikan ke tanah dengan dikubur, mengembalikan ke api dengan dibakar,

mengembalikan ke udara atau angin melalui asap pembakaran, mengembalikan menjadi sinar

matahari, dan mengembalikan ke air melalui menghanyutkan abu. Semua hal itu berkaitan

dengan panca mahabutha dan panca tan matra.

Sedangkan roh dikembalikan ke asalnya dengan melalui penebusan di masing-masing pura di

Bali yang melambangkan alam bwah loka atau alam pitare atau alam roh.

Penebusan yang paling penting yaitu di pura besakih, pura goa lawah, dan di tegal

penangsaran. Karena jika pada masa hidup di dunia melakukan banyak dosa, maka roh akan

tertahan di tiga tempat itu. Tegal penangsaran merupakan tempat yang melambangkan dunia

neraka yang terdapat sebuah jembatan terbuat dari sebuah kayu bilamana salah melangkah,

maka akan tercebur ke kawah yang berisi minyak mendidih. Jembatan ini disebut titi ugal-

agil. Karena jembatan itu goyang-goyang, maka disebutlah ugal-agil.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Jadi, Ngaben adalah upacara sakral bagi umat hindu. Yang mana merupakan suatu

pembayaran salah satu hutang kepada para leluhur dengan melaksanakan Ngaben. Serta

dalam Ngaben harus menyiapkan dana minimal tiga puluh juta rupiah.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini dan atas pertimbangan dosen pengajar, semoga nantinya

bisa mengunjungi atau menyaksikan prosesi upacara Ngaben ini.

You might also like