Professional Documents
Culture Documents
Ijarah
Pengertian secara bahasa : “Menjual manfaat / kegunaan”. Sedangkan secara istilah : “Akad
untuk mendapatkan manfaat dengan pembayaran”.
“Dan jika mereka telah menyusukan buat kamu, maka berilah upah kepada mereka“. (At-
Tholak : 6).
“Salah satu dari keduanya berkata : Wahai ayahku, sewalah dia, sesungguhnya orang
yang terbaik yang kau sewa adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (Al-Qoshos: 26)
“Berilah upah buruh sebelum kering keringatnya“. (H.R. Abu Ya’la, Ibnu Majah, Tabrani
dan Tirmidzi).
Pada prinsipnya terdapat kesepakatan di kalangan para sahabat sebelum kedatangan beberapa
orang seperti Hasan Basri dan Abu Bakar al-Ashom, Ibnu Kisan, Ismail bin Aliyah, Qosyani dan
Nahroni. Ijarah ini dibolehkan karena manusia memerlukan akad semacam ini dalam kehidupan
muamalah mereka.
Rukun Ijaroh
Semua barang yang dapat dinikmati manfaatnya tanpa mengurangi substansi barang
tersebut, maka barang tersebut dapat disewakan.
Semua barang yang pemanfaatannya dilakukan sedikit demi sedikit tetapi tidak
mengurangi substansi barang itu seperti susu pada unta dan air dalam sumur dapat juga
disewakan.
Uang dari emas atau perak dan tidak dapat disewakan karena barang-barang ini setelah
dikonsumsi menjadi hilang atau habis.
Syarat Ijaroh :
Salah satu pihak meninggal dunia (Hanafi); jika barang yang disewakan itu berupa hewan
maka kematiannya mengakhiri akad ijaroh (Jumhur).
Kedua pihak membatalkan akad dengan iqolah.
Barang yang disewakan hancur atau rusak.
Masa berlakunya akad telah selesai.
Sumber :
1. Al Jawi, Shiddiq. Kerjasama Bisnis (Syirkah) Dalam Islam. Majalah Al Waie 57 2. An Nabhani,
Taqiyuddin. 1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif . Surabaya: Risalah Gusti.3. Abu Bakr Jabr Al
Jazairi, Ensiklopedia Muslim, Minhajul Muslim, Penerbit Buku Islam Kaffah, Edisi Revisi, 2005.