You are on page 1of 25

Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani jagung
September 29th, 2009

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha tani jagung (Studi
kasus petani jagung di Kel. Panreng Kec. Baranti Kab.Sidrap) dibimbing Oleh Zulkifli
dan Amal Said.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi


yang diterapkan petani dalam usahatani jagung, 2) keuntungan yang diperoleh petani
dalam usahatani jagung.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Panreng Kecamatan Baranti kabupaten Sidrap.


Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai bulan maret sampai bulan mei
2007.

Data diperoleh dari 30 orang petani jagung yang dipilih dengan metode acak secara
sederhana (random sampling). Data diolah dan dianalisis dengan Fungsi produksi Cobb-
Douglass, R/C Ratio, Biaya Per Unit.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa skala ekonomi penggunaan faktor produksi yaitu
lahan, benih dan pupuk phonska pada usahatani jagung berada dalam keadaan increasing
return to scale dengan jumlah koefisien elastisitasnya 1,002.

Usahatani jagung yang diusahakan petani responden menguntungkan, dengan nilai R/C
Ratio 2,53 (R/C > 1) dan keuntungan per kilogram jagung rata-rata Rp. 967,87

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai
peranan strategis dalam pemulihan ekonomi nasional. Peranan strategis tersebut
khususnya adalah dalam penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri,
peningkatan eksport dan devisa Negara, penyediaan kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha, peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat.
Prioritas pembangunan pertanian dewasa ini adalah melestarikan swasembada pangan,
peningkatan ekspor non migas dan mengurangi pengeluaran devisa yang sekaligus
memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan petani serta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Olehnya itu pengembangan wilayah pedesaan merupakan salah
satu tujuan utama pembangunan pertanian maka sangat diharapkan perkembangan
agribisnis daerah yang berdaya saing sesuai dengan keunggulan komparatif masing-
masing daerah, berkelanjutan, berkeadilan dan demokrasi.
Salah satu komoditi tanaman pangan yang dapat mengambil peran dalam pembangunan
sektor pertanian adalah komoditi jagung. Di Indonesia Jagung merupakan komoditas
pangan kedua setelah padi dan sumber kalori atau makanan pengganti beras disamping
itu juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun
ketahun sejalan dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan
industri pakan ternak sehingga perlu upaya peningkatan produksi melalui sumber daya
manusia dan sumber daya alam, ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi.
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait
dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga bisa
diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan
ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat
menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah
ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan
benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih
tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak.
Secara nasional perkembangan produksi jagung dalam kurun waktu 1999-2005
cenderung mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2001 mengalami penurunan
namun pada tahun berikutnya kembali meningkat. Sebagai gambaran capaian produksi,
luas panen serta produktivitas secara nasional dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi serta Produktivitas Jagung Tahun 1999-
2005 di Indonesia
No Tahun Luas Panen (Ha) Produksi
(Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
1. 1999 3.456.357 9.204.036 2,66
2. 2000 3.500.318 9.676.899 2,76
3. 2001 3.285.866 9.347.192 2,84
4. 2002 3.109.448 9.585.277 3,08
5. 2003 3.358.511 10.886.442 3,24
6. 2004 3.356.914 11.225.243 3,34
7. 2005 3.625.987 12.523.894 3,45
Sumber : Departemen Pertanian Jakarta, 2007.
Sementara itu perkembangan komoditi jagung di Sulawesi Selatan pada tahun 2006 telah
mencapai 696.084 ton dengan luas panen 206.387 Ha dan produktivitas 3,37 ton/Ha yang
tersebar di beberapa Kabupaten. Dan diperkirakan pada tahun 2007 produksi jagung akan
mencapai sekitar 750.000 ton (Anonim, 2007).
Sidenreng Rappang merupakan salah satu Kabupaten sentra pengembangan komoditi
padi dalam konsep perwilayahan komoditas yang lebih dikenal dengan nama
Bosowasipilu (Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang dan Luwu) seharusnya mengambil
peran dalam pemenuhan jagung baik pada tingkat lokal, regional, maupun nasional.
Disamping itu daerah inipun sangat berpotensi untuk mengembangkan komoditi jagung
karena memiliki permintaan pasar lokal yang cukup tinggi terutama pemenuhan pakan
ternak ayam ras di daerah ini. Sebagai gambaran capaian produksi jagung dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.

Tabel 2. Data Produksi Jagung di Kabupaten Sidrap Tahun 2000-2005.


No Tahun Produksi (ton)
1 2000 1.757,0
2 2001 3.009,1
3 2002 1.667,8
4 2003 6.309,3
5 2004 4.167,7
6 2005 12.792,9
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2007.
Untuk itu pemerintah Kabupaten Sidrap telah mengembangkan komoditi jagung di
Kecamatan Baranti khususnya Kelurahan Panreng berbasis agribisnis yaitu penyediaan
sarana produksi seperti benih, pupuk dan perbaikan sistem budidaya serta peningkatan
kelembagaan kelompok tani.
Adapun jenis benih yang digunakan oleh petani di Kelurahan Panreng adalah jenis
Hibrida Bisi-2, dimana benih tersebut dapat diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman
Pangan setempat atau toko-toko tani. Selain itu petani menggunakan pupuk Phonska yang
dapat diperoleh di pasar tradisional atau toko-toko tani.
Akan tetapi tersedianya sarana atau faktor produksi belum berarti produktivitas yang
diperoleh petani akan tinggi, namun bagaimana petani melakukan usahanya secara
efisien. Karena pentingnya komoditi jagung, maka akan dilakukan penelitian mengenai
analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan faktor-faktor produksi tersebut.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama sudah
mencapai komposisi optimal terhadap total produk usahatani jagung ?
2. Berapa keuntungan yang diperoleh petani dalam usahatani jagung ?

I.3. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang diterapkan petani dalam usahatani
jagung
2. Keuntungan yang diperoleh petani dalam usahatani jagung
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi dalam pengelolaan usahatani jagung untuk memanfaatkan
faktor-faktor produksi yang dapat memberikan hasil yang optimal
2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Konsep Efisiensi
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani
atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya.
Dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau
output yang melebihi masukan atau input (Soekartawi, 2006).
Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-
kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi ang demikian akan
terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM)
untuk suatu input sama dengan harga input atau dapat dituliskan:
NPMXi = Pxi atau
NPMXi = 1
Pxi
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Dalam banyak kenyataan NPMXi tidak selalu sama dengan Pxi. Yang sering terjadi
adalah sebagai berikut :
a. (NPMXi/PXi) > 1 artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai efisien
input X perlu ditambah.
b. (NPMXi/PXi) < 1 artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai efisien
input X perlu dikurangi (Soekartawi, 2003).
Soekartawi (2001) mengemukakan bahwa Prinsip optimalisasi penggunaan faktor
produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut
seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien ini dapat
digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : 1) efisiensi teknis. 2) efisiensi alokatif (efisiensi
harga).
3) efisiensi ekonomi.
Kondisi efisiensi harga yang sering dipakai sebagai patokan yaitu bagaimana mengatur
penggunaan faktor produksi sedemikian rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input
sama dengan harga faktor produksi atau input tersebut (Soekartawi, 2001).
Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau
faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum. Dikatakan efisiensi
harga atau efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor
produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian
tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga
(Soekartawi, 2001).
II.2. Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung
Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor
produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-
baiknya. Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan
mengkoordinasikan, penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin
sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006).
Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah
semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan
menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan
korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi
yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan
dan tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting.
Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan
fungsi produksi atau faktor relationship.
1. Lahan Pertanaman
Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu
tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar. Faktor produksi
tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa
yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya ( Mubyarto, 1995).
Rukmana (1997), Pengolahan tanah secara sempurna sangat diperlukan agar dapat
memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberantas gulma dan hama dalam tanah,
memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mendorong aktivitas mikroorganisme tanah serta
membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Penyiapan lahan untuk tanaman jagung dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa olah
tanah (TOT) atau disebut zero tillage, pengolahan tanah minimum (minimum tillage) dan
pengolahan tanah maksimum (maximum tillage) (Rukmana, 1997).
Zulkifli (2005), mengemukakan bahwa jagung hibrida tidak membutuhkan persyaratan
tanah yang terlalu kompleks karena tanaman ini dapat tumbuh disemua macam tanah
asalkan tanah tersebut subur, gembur, dan kaya akan bahan organik. Di tanah berat
dengan kandungan liat tinggi, jagung masih bisa ditanam dengan pertumbuhan yang
normal asalkan tata air (drainase) dan tata udara tanahnya baik. Pada kondisi seperti ini
tanah harus sering diolah dalam masa pertumbuhan dan saluran air dibuat diantara
barisan selalu diperbaiki. Air yang berlebihan dengan membentuk genangan air akan
mengakibatkan benih busuk, tanaman kekurangan udara sehingga pertumbuhannya tidak
normal.
2. Modal (sarana produksi)
Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam
yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang
dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin
sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap
didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis
dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relative
pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi, 2003).
Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut,
misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan,
atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.
Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :
1.) Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya modal
yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang dipakai.
2.) Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga
menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.
3.) Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani
(Soekartawi,2003).
Rukmana (1997), mengemukakan bahwa benih yang bermutu tinggi yang berasal dari
varietas unggul merupakan salah satu faktor penentu untuk memperoleh kepastian hasil
usahatani jagung. Berbagai benih varietas unggul jagung dapat dengan mudah diperoleh
ditoko-toko sarana produksi pertanian. Benih jagung tersebut sudah dikemas dalam
kantong plastik dan berlabel sertifikat sehingga petani tinggal menggunakannya. Namun
kadang benih jagung diproduksi sendiri oleh petani.
Biji jagung yang akan dijadikan benih diproses melalui tahap-tahap pengeringan,
pemipilan, pengeringan ulang dan pengemasan sesuai dengan kaidah tata laksana
pembenihan. Syarat benih jagung yang baik adalah: 1) daya tumbuh minimum 80%. 2)
tidak keropos dan berlubang. 3) bebas dari hama dan penyakit 4) murni atau bebas dari
campuran varietas lain. 5) berwarna seragam sesuai dengan warna asli suatu varietas. 6)
ukuran biji seragam (Rukmana, 1997).
Menurut Marsono dan Sigit (2005), Pupuk sangat bermanfaat dalam menyediakan unsur
hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia ditanah untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Pemberian pupuk organik,
terutama dapat memperbaiki struktur tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk
udara dan air. Selain menyediakan unsur hara, pemupukan juga membantu mencegah
kehilangan unsur hara yang cepat hilang seperti N, P, K yang mudah hilang oleh
penguapan. Manfaat lain dari pupuk yaitu memperbaiki kemasaman tanah. Tanah yang
masam dapat ditingkatkan pHnya menjadi pH optimum dengan pemberian kapur dan
pupuk organik.
Pupuk phonska merupakan pupuk majemuk yang mengandung nitrogen, phosfor dan
kalium. Menurut Pinus (1994), pupuk phonska digunakan untuk pertumbuhan akar
tanaman muda, membantu asimilasi dan pernapasan serta mempercepat pembungaan,
pemasakan biji dan buah. Dosis pupuk phonska pada tanaman jagung yaitu 50-100
kilogram per hektar.
3. Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari
tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula
diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja
adalah :
1.) Tersedianya tenaga kerja
Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja
yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga
jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak
dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah
tenaga kerja.
2.) Kualitas tenaga kerja
Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian atau bukan,
selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan sejumlah
tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu, dan ini tersedianya adalah
dalam jumlah yang terbatas. Bila masalah kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan,
maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi
canggih tidak dioperasikan karena belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai
klasifikasi untuk mengoperasikan alat tersebut.
3.) Jenis kelamin
Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi
pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu
seperti mengolah tanah, dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.
4.) Tenaga kerja musiman
pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman dan
pengangguran tenaga kerja musiman. Bila terjadi pengangguran semacam ini, maka
konsekuensinya juga terjadi migrasi atau urbanisasi musiman (Soekartawi, 2003).
Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri. Tenaga
kerja keluarga ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara
keseluruhan dan tidak perlu dinilai dengan uang tetapi terkadang juga membutuhkan
tenaga kerja tambahan misalnya dalam penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan
ternak maupun tenaga kerja langsung sehingga besar kecilnya upah tenaga kerja
ditentukan oleh jenis kelamin. Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upah tenaga kerja ternak umumnya lebih
tinggi daripada upah tenaga kerja manusia ( Mubyarto, 1995).
Soekartawi (2003), Umur tenaga kerja di pedesaan juga sering menjadi penentu besar
kecilnya upah. Mereka yang tergolong dibawah usia dewasa akan menerima upah yang
juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang dewasa. Oleh karena itu
penilaian terhadap upah perlu distandarisasi menjadi hari kerja orang (HKO) atau hari
kerja setara pria (HKSP). Lama waktu bekerja juga menentukan besar kecilnya tenaga
kerja makin lama jam kerja, makin tinggi upah yang mereka terima dan begitu pula
sebaliknya.
Tenaga kerja bukan manusia seperti mesin dan ternak juga menentukan basar kecilnya
upah tenaga kerja. Nilai tenaga kerja traktor mini akan lebih tinggi bila dibandingkan
dengan nilai tenaga kerja orang, karena kemampuan traktor tersebut dalam mengolah
tanah yang relatif lebih tinggi. Begitu pula halnya tenaga kerja ternak, nilainya lebih
tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja traktor karena kemampuan yang lebih
tinggi daripada tenaga kerja tersebut (Soekartawi, 2003).
4. Manajemen
Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan serta
mengevalusi suatu proses produksi. Karena proses produksi ini melibatkan sejumlah
orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana
mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses produksi
(Soekartawi, 2003).
Faktor manajemen dipengaruhi oleh: 1) tingkat pendidikan
2) Pengalaman berusahatani 3) skala usaha. 4) besar kecilnya kredit dan 5) macam
komoditas.
Menurut Entang dalam Tahir Marzuki (2005), perencanaan usahatani akan menolong
keluarga tani di pedesaan. Diantaranya pertama, mendidik para petani agar mampu
berpikir dalam menciptakan suatu gagasan yang dapat menguntungkan usahataninya.
Kedua, mendidik para petani agar mampu mangambil sikap atau suatu keputusan yang
tegas dan tepat serta harus didasarkan pada pertimbangan yang ada. Ketiga, membantu
petani dalam memperincikan secara jelas kebutuhan sarana produksi yang diperlukan
seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan. Keempat, membantu petani dalam
mendapatkan kredit utang yang akan dipinjamnya sekaligus juga dengan cara-cara
pengembaliannya. Kelima, membantu dalam meramalkan jumlah produksi dan
pendapatan yang diharapkan.
Soekartawi (2005) Perencanaan input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan
mengidentifikasi input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis,
jumlah dan mutu atau spesifikasinya. Setelah itu maka disusun rencana dan sistem
pengadaannya dua hal mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem
pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli.
Pengorganisasian mengenai sumberdaya berupa input-input dan sarana produksi yang
akan digunakan akan sangat berguna bagi pencapaian efisiensi usaha dan waktu.
Pengorganisasian tersebut terutama menyangkut bagaimana mengalokasikan berbagai
input dan fasilitas yang akan digunakan dalam proses produksi sehingga proses produksi
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pencapaian efektivitas dalam pengorganisasian
menekankan pada penempatan fasilitas dan input-input secara tepat dalam suatu
rangkaian proses, baik dari segi jumlah maupun mutu dan kapasitas. Dilain pihak,
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
pencapaian efisiensi dalam pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi lebih
mengarah kepada optimasi penggunaan berbagai sumberdaya tersebut sehingga dapat
dihasilkan output maksimum dengan biaya minimum. Dalam usahatani pengorganisasian
input-input dan fasilitas produksi menjadi penentu dalam pencapaian optimalitas alokasi
sumber-sumber produksi (Soekartawi, 2005).
Pengawasan dalam usaha produksi pertanian meliputi pengawasan anggaran, proses,
masukan, jadwal kerja yang merupakan upaya untuk memperoleh hasil maksimal dari
usaha produksi. Sedangkan evaluasi dilakukan secara berkala mulai saat perencanaan
sampai akhir usaha tersebut berlangsung, sehingga jika terjadi penyimpangan dari
rencana yang dianggap dapat merugikan maka segera dilakukan pengendalian
(Soekartawi, 2005).
Pengawasan pada suatu usahatani meliputi pengawasan terhadap penggunaan faktor
produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan persediaan modal untuk membiayai usaha
pertanian. Dengan pengawasan yang baik terhadap penggunaan faktor-faktor produksi
dapat menentukan efisien tidaknya suatu usahatani. Seringkali dijumpai makin luas lahan
yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisien lahan tersebut. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya untuk melakukan
tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang disebabkan lemahnya
pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi bibit, pupuk, obat-obatan dan
terbatasnya persediaan modal untuk pembiayaan usaha pertanian dalam skala tersebut.
Sebaliknya pada luas lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap faktor produksi
semakin baik, sebab diperlukan modal yang tidak terlalu besar sehingga usaha pertanian
seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil cenderung
menghasilkan usaha yang tidak efisien pula (Soekartawi, 1999).
Selanjutnya dikemukakan bahwa Pengendalian dalam usaha produksi pertanian berfungsi
untuk menjamin agar proses produksi berjalan pada rel yang telah direncanakan. Dalam
usahatani misalnya pengendalian dapat dilakukan pada masalah kelebihan penggunaan
tenaga manusia, penggunaan air, kelebihan biaya pada suatu tahap proses produksi dan
lain-lain.
Faktor produksi tersebut berpengaruh pada biaya produksi sedangkan keduanya akan
mempengaruhi penerimaan usahatani. Penerimaan usahatani akan terkait dengan jumlah
produk yang dihasilkan dengan harga komoditas. Salah satu yang menentukan komoditas
adalah jumlah permintaan dan penawaran harga produk dan faktor produksi yang sering
mengalami perubahan akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diterima.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas usaha, tingkat
produksi, pilihan kombinasi usaha dan juga intensitas pengusahaan tanaman (Hernanto,
1991).
Pengaruh penggunaan faktor produksi dapat dinyatakan dalam tiga alternatif sebagai
berikut :
1.) Decreasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi
melebihi proporsi pertambahan produksi
2.) Constant return to scale artinya bahwa penambahan faktor produksi akan proporsional
dengan penambahan produksi yang diperoleh
3.) Increasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi
akan menghasilkan pertambahan produksi yang lebih besar (Soekartawi,2000).
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Keuntungan usahatani dapat dianalisis dengan menggunakan analisis R/C ratio untuk
mengetahui apakah usahatani tersebut menguntungkan atau tidak dan analisis fungsi
keuntungan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh, analisis biaya per unit
untuk mengetahui keuntungan setiap unitnya (kg) (Kartasapoetra, 2001).
Menurut Soekartawi (1999), bahwa dalam melakukan usaha pertanian seorang pengusaha
atau petani dapat memaksimumkan keuntungan dengan “Profit Maximization dan Cost
Minimization”. Profit maximization adalah mengalokasikan input seefisien mungkin
untuk memperoleh output yang maksimal, sedangkan cost minimization adalah
menekankan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang lebih
besar. Kedua pendekatan tersebut merupakan hubungan antara input dan output produksi
yang tidak lain adalah fungsi produksi. Dimana pertambahan output yang diinginkan
dapat ditempuh dengan menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.
Begitu pula halnya dengan input yang digunakan dalam usahatani jagung penambahan
input produksi jagung akan memberikan tambahan output usahatani jagung. Akan tetapi
penambahan input tersebut tidak selamanya memberikan tambahan produk. Ada saat
dimana penambahan input produksi jagung akan menurunkan produksi jagung yang
dihasilkan. Untuk itu alokasi sumberdaya yang tepat sangat penting dalam mencapai
keberhasilan usahatani jagung.

II.3. Jagung (Zea mays L)


Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim. Susunan tubuh tanaman jagung
terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan
daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna. Pada umumnya biji jagung
tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah
antara 8-20 baris biji. Dimana biji jagung terdiri dari tiga bagian utama yaitu kulit biji,
endosperm dan embrio (Rukmana,1997).
Selanjutnya dikemukakan bahwa tanaman jagung berumah satu yaitu bunga jantan
terbentuk pada ujung batang dan bunga betina terletak dibagian tengah batang pada salah
satu ketiak daun. Tanaman jagung bersifat protandry yaitu bunga jantan matang lebih
dahulu 1-2 hari daripada bunga betina. Letak bunga jantan dan bunga betina secara
terpisah, sehingga penyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silang.
Karakteristik umur tanaman jagung dapat dibedakan menjadi tiga kelompok varietas
yaitu : 1) varietas berumur pendek adalah umur panennya berkisar antara 70-80 hari
setelah tanam.2) varietas berumur sedang yaitu umur panennya berkisar antara 80-110
hari setelah tanam.3) varietas berumur panjang yaitu umur panennya lebih dari 110 hari
setelah tanam. Warna biji jagung amat bervariasi, tergantung pada jenis atau varietasnya.
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Pada dasarnya warna biji jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu biji
kuning, biji putih dan biji sempurna (Rukmana, 1997).
Keunggulan benih jagung hibrida antara lain tahan terhadap jenis penyakit tertentu, masa
panennya lebih cepat, dan kualitas serta kuantitasnya produksinya lebih baik. Bahkan,
ada jagung hibrida yang bias mengeluarkan tongkol jagung kembar sehingga hasil
panennya berlipat ganda. Sayangnya, benih jagung hibrida hanya bisa ditanam satu
musim tanam karena turunannya sudah tidak lagi memiliki sifat unggul dari sang induk
(Redaksi Agromedia, 2007).
Sejak munculnya benih jagung hibrida, makin banyak varietas-varietas jagung yang
diciptakan dengan berbagai macam keunggulan. Keadaan tersebut memudahkan para
petani untuk memilih varietas jagung yang akan ditanam. Penanaman tersebut
disesuaikan dengan kondisi lingkungan lahan tanam yang ada (Redaksi Agromedia,
2007).
Saat ini, selain untuk konsumsi manusia, jagung juga dimanfaatkan sebagai makanan
ternak unggas seperti ayam, bebek, burung, dan ternak sapi, domba, serta babi. Bahkan di
Negara-negara maju, sari pati jagung diolah menjadi gula rendah kalori dan ampasnya
dip roses kembali untuk menghasilkan alcohol dan monosodium glutamate (Redaksi
Agromedia, 2007).
II.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian maka disusun hipotesis sebagai
berikut :
1. Faktor produksi lahan, tenaga kerja, benih dan pupuk phonska yang digunakan secara
bersama-sama dalam usahatani jagung belum efisien.
2. Usahatani jagung yang dilaksanakan petani menguntungkan.
III. METODE PENELITIAN
III.1. Waktu Dan Tempat
Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan yaitu bulan Maret sampai bulan Mei 2007.
Lokasi penelitian di Kelurahan Panreng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng
Rappang.
III.2. Penentuan Petani Responden
Responden yang akan diambil adalah petani yang berusahatani jagung. Penentuan petani
responden dalam penelitian ini dilakukan secara acak sederhana (random sampling) yaitu
dari 119 orang petani jagung, dipilih 30 orang petani yang dianggap dapat mewakili
petani yang mengusahakan jagung.
III.3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
petani melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait
dengan penelitian ini yaitu kantor kelurahan Panreng, BPS kab.Sidrap.
III.4. Analisis Data
Data primer dikumpulkan melalui kuisioner yang telah dibuat terlebih dahulu dan
memuat seluruh pertanyaan yang dibutuhkan berdasarkan data yang diinginkan. Data
yang dikumpulkan di klasifikasi, ditabulasi, dan diolah sesuai dengan alat analisis yang
dipakai yaitu
1. Analisis fungsi produksi Cobb Douglass
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Analisis fungsi cobb Douglas digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor
produksi. Analisis fungsi cobb Douglass:
Y = ax1b1 x2b2 … xibi… xnbn eu
untuk memudahkan pendugaan dinyatakan dengan mengubah bentuk linier berganda
setelah melogaritmakan persamaan-persamaan tersebut
Log Y = log a + b1 log x1 + b2 log x2 + … + b4 log x4. + u
Dimana setelah dilogaritmakan hasilnya sebagai berikut :
Y = ax1b1 x2b2 x3b3 x4b4 eu
Keterangan :
Y = Produk jagung
X1 = Luas pertanaman jagung (are)
X2 = Tenaga kerja (HKSP)
X3 = Penggunaan benih (kg)
X4 = Penggunaan pupuk phonska (kg)
u = kesalahan
e = Logaritma natural ( e = 2.718 )
a.b = Besaran yang akan diduga

Setelah diperoleh koefisien regresi, maka dilakukan uji F untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas (xi) secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas (Y). uji T
untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel tidak bebas. Elastisitas penggunaan
faktor produksi diketahui dari besarnya nilai bi. Pengaruh penggunaan faktor produksi
diketahui dengan menggunakan koefisien elastisitas masing-masing variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas yaitu ?bi, dengan kriteria penilaian :
1.) Jika ?bi > 1, skala ekonomi usahatani jagung increasing return to scale
2.) Jika ?bi =1, skala ekonomi usahatani jagung constant return to scale
3.) Jika ?bi <1, skala ekonomi usahatani jagung decreasing return to scale
Efisiensi penggunaan faktor produksi dapat dihitung dengan menggunakan efisiensi
harga yaitu nilai produk marginal input (NPMXi) sama dengan harga input (PXi). Rumus
perhitungan efisiensi harga berdasarkan penggunaan teknik fungsi produksi Cobb-
Douglass adalah :
bi . Y . Py = PXi
Xi

NPMXi = PXi

Dimana :
bi = elastisitas produksi
Y = output rata-rata
X = input rata-rata
Py = harga output rata-rata
PXi = harga input rata-rata

Dengan kriteria penilaian :

Jika NPMXi/PXi = 1 penggunaan faktor produksi efisien


Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
NPMXi/PXi > 1 penggunaan faktor produksi belum efisien
NPMXi/PXi < 1 penggunaan faktor produksi tidak efisien

2. Analisis R/C Ratio dan Fungsi Keuntungan


Analisis R/C Ratio digunakan untuk mengetahui apakah petani dalam mengusahakan
pertanaman jagung menguntungkan atau merugikan
R/C Ratio = TR/TC
Dimana : TR : Total Revenue (Rp)
TC : Total Cost (Rp)

Jika : R/C Ratio > 1, maka usahatani jagung menguntungkan


R/C Ratio = 1, maka usahatani jagung impas
R/C Ratio < 1, maka usahatani jagung merugikan
Selanjutnya untuk mengetahui berapa besar keuntungan yang diperoleh petani pada
usahatani jagung dengan menggunakan rumus Fungsi Keuntungan :
? = TR – TC
Dimana : ? : Keuntungan (Rp)/musim/Ha
TR : Total Revenue (Rp)/musim/Ha
TC : Total Cost (Rp) /musim/Ha

3. Analisis Biaya Per Unit


Untuk mengetahui keuntungan setiap unit (kilogram) usahatani jagung digunakan rumus:
Biaya/Unit = TC
Q

Dimana, TC : Total Cost (Total Biaya)


Q : Kuantitas Produk

III.5. Konsep Operasional


Untuk memudahkan pengambilan data, diwujudkan dalam konsep operasional sebagai
berikut :
1. Efisiensi adalah upaya penggunaan faktor-faktor produksi yaitu lahan, benih jagung,
pupuk phonska, dan tenaga kerja sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi jagung
yang sebesar-besarnya.
2. Usahatani jagung adalah kegiatan petani dalam mengusahakan produk jagung dengan
memanfaatkan faktor produksi dan sarana produksi.
3. Petani jagung adalah petani yang memproduksi jagung untuk memenuhi kebutuhan
pasar.
4. Luas lahan pertanaman jagung (X1) adalah ukuran areal yang ditanami jagung yang
dinyatakan dalam hektar.
5. Benih jagung (X3) adalah biji tanaman jagung yang akan ditanam untuk menghasilkan
jagung yang dinyatakan dalam kilogram, selama satu kali musim tanam.
6. Pupuk adalah bahan organik maupun an-organik yang diberikan pada tanaman jagung
untuk menambah unsur hara yang dinyatakan dalam kilogram yaitu pupuk phonska (X4)
selama satu kali musim tanam
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
7. Tenaga kerja (X2) adalah orang yang dipergunakan pada pengelolaan usahatani jagung
dalam satuan HKSP, selama satu kali musim tanam.
8. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah penggunaannya mempengaruhi produksi
yang diperoleh seperti benih dan pupuk phonska.
9. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah penggunaannya tidak mempengaruhi besarnya
produksi jagung, misalnya pajak lahan, penyusutan alat yang dinyatakan dalam rupiah.
10. Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi jagung
berlangsung yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap yang dinyatakan dalam
rupiah.
11. Produksi jagung (Y) adalah jumlah fisik yang diperoleh sebagai hasil panen yang
dinyatakan dalam kilogram, selama satu kali musim tanam
12. Penerimaan total adalah hasil perkalian antara jumlah produksi jagung yang diperoleh
dengan harga penjualan jagung selama satu kali produksi yang dinyatakan dalam rupiah.
13. Pendapatan bersih adalah nilai penerimaan setelah dikurangi dengan biaya total yang
dikeluarkan selama proses produksi jagung yang dinyatakan dengan rupiah, selama satu
kali musim tanam.

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH


IV.1. Letak Geografis
Kelurahan Panreng berada dalam wilayah Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap Propinsi
Sulawesi Selatan. Secara geografis Kelurahan Panreng mempunyai batas-batas wilayah
pemerintahan sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Rappang
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Manisa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Benteng
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Maccorawalie
Luas wilayah Kelurahan Panreng adalah kurang lebih 249,6 Ha yang terdiri dari dua
lingkungan yaitu Panreng Rijang dan Panreng Lautang. Keseluruhan wilayah dapat
ditempuh dengan menggunakan roda dua dan roda empat.
IV.2. Keadaan Iklim dan Topografi
Keberhasilan usahatani pada umumnya dipengaruhi oleh keadaan iklim. Iklim adalah
keadaan cuaca yang meliputi daerah yang luas dan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama. Untuk menentukan tipe iklim di Kelurahan Panreng, digunakan curah hujan selama
lima tahun terakhir yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidrap. Adapun
data curah hujan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penentuan tipe iklim didasarkan pada klasifikasi menurut Schmidt Fergusson dengan
rumus sebagai berikut :
Q = Rata-rata bulan kering (Bk)

Berdasarkan nilai Q yang diperoleh dari rumus tersebut, maka Schmidt Fergusson
membagi tipe iklim sebagai berikut :
- Tipe A, jika 0,0 ? Q < 14,3 sangat basah
- Tipe B, jika 14,3 ? Q < 33,3 basah
- Tipe C, jika 33,3 ? Q < 66,7 agak basah
- Tipe D, jika 66,7 ? Q < 100 sedang
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
- Tipe E, jika 100 ? Q < 167 agak kering
- Tipe F, jika 167 ? Q < 300 kering
- Tipe G, jika 300 ? Q < 700 sangat kering
- Tipe H, jika Q ? 700 luar biasa kering
Untuk menentukan bulan kering dan bulan basah digunakan klasifikasi menurut Mohr,
yaitu:
- curah hujan kurang dari 60 mm/ bulan adalah bulan kering (Bk)
- curah 60 – 100/ bulan adalah bulan lembab (Bl)
- curah hujan lebih dari 100 mm/ bulan adalah bulan basah (Bb)
Adapun rata-rata bulan kering dan bulan basah di Kelurahan Panreng dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Rata-rata Bulan Kering (BK), Bulan Lembab (BL) dan Bulan Basah (BB) di
Kecamatan baranti, Kabupaten Sidrap, 2007.
Tipe Bulan Tahun Rata-rata
2002 2003 2004 2005 2006
BK 4 1 4 4 4 3,4
BL 1 4 2 4 2 2,6
BB 7 7 6 4 6 6
Sumber: BPS Kab. Sidrap, 2007.

Pada Tabel 3, terlihat bahwa rata-rata bulan kering (BK) adalah 3,4 mm dan rata-rata
bulan basah (BB) adalah 6 mm, sehingga nilai Q adalah :
Q = 3,4

= 56,67%

Dengan melihat hasil perhitungan diatas, maka dapat ditentukan bahwa tipe iklim di
kelurahan Panreng tergolong tipe iklim C atau beriklim agak basah.
IV.3. Pola Penggunaan Lahan

Lahan merupakan komponen dari lingkungan sebagai tempat berpijak dan melaksanakan
berbagai aktivitas hidup dari manusia dan mahluk hidup lain. Lahan yang ada di
Kelurahan Panreng digunakan untuk berbagai jenis pola penggunaan. Adapun pola
penggunaan lahan di Kelurahan Panreng dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penggunaan Lahan di Kelurahan Panreng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap,


2007.
No Penggunaan lahan Luas (Ha) Persentase(%)
1 Pemukiman 90,50 36,33
2 Pekarangan 12,50 5,02
3 Perkantoran 0,10 0,04
4 Sawah 100 40,14
5 Prasarana Umum 46 18,47
Jumlah 249,1 100
Sumber: Kantor Kelurahan Panreng, 2007.
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Pada Tabel 4, terlihat bahwa penggunaan lahan terbesar adalah sawah yakni 100 Ha
(40,06), kemudian pemukiman seluas 90,50 Ha (36,26%) dan yang paling kecil adalah
perkantoran 0,10 Ha (0,04%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pola penggunaan lahan
di kelurahan Panreng sebagian besar digunakan untuk bidang pertanian. Ini didukung
oleh keadaan iklim di Kelurahan Panreng yang agak basah sehingga memungkinkan
untuk bertani, khususnya tanaman padi dan jagung.
IV.4. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan salah satu modal atau aset bagi suksesnya kegiatan pembangunan.
Peranan yang dilakukan oleh penduduk akan dapat menentukan perkembangan wilayah
pada suatu daerah, baik yang bersifat regional maupun yang bersifat nasional. Keadaan
penduduk yang terdapat pada suatu daerah dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya
jumlah penduduk menurut kelompok umur, tingkat pendidikan dan jenis mata
pencaharian.

1. Penduduk Menurut Kelompok Umur


Jumlah penduduk di Kelurahan Panreng sebanyak 2.998 jiwa, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kelurahan Panreng Kecamatan Baranti
Kabupaten Sidrap, 2007.
No Umur Jumlah Persentase
(tahun) (jiwa) (%)
1 0 – 4 408 13,61
2 5 – 9 401 13,38
3 10 – 14 372 12,41
4 15 – 19 279 9,31
5 20 – 24 230 7,67
6 25 – 29 258 8,61
7 30 – 34 226 7,54
8 35 – 39 217 7,24
9 40 – 44 196 6,54
10 45 – 49 154 5,14
11 50 – 54 131 4,37
12 55 – 59 68 2,27
13 > 59 58 1,93
Jumlah 2.998 100
Sumber: Kantor Lurah Panreng, 2007.
Pada Tabel 5 terlihat bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah pada kelompok umur 0 –
4 tahun yaitu sebanyak 408 jiwa (13,61%) dan yang terkecil pada kelompok umur lebih
59 tahun yaitu sebanyak 58 jiwa (1,93%).
2. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai tingkat
kemajuan suatu daerah. Makin tinggi pendidikan penduduk, makin muda menerima
informasi dan menyerap inovasi. Adapun tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan
Panreng dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Panreng
Kecamatan Baranti, Kab.Sidrap, 2007.
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
No tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
(jiwa) (%)
1 Buta huruf/tidak sekolah 17 0,57
2 Belum sekolah 494 16,48
3 Tidak tamat SD 185 6,17
4 Tamat SD/sederajat 905 30,18
5 SLTP/sederajat 620 20,68
6 SLTA/sederajat 723 24,12
7 Perguruan Tinggi 54 1,8
Jumlah 2.998 100
Sumber: Kantor Lurah Panreng, 2007.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada umumnya penduduk kelurahan Panreng pernah
mengikuti pendidikan formal. Pendidikan formal yang terbanyak adalah sekolah dasar
(SD) sebanyak 905 jiwa (30,18%) dan yang paling sedikit adalah buta huruf yakni 17
jiwa (0,57%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian penduduk di kelurahan Panreng
berpendidikan.
3. Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian
Penduduk di Kelurahan Panreng melakukan berbagai jenis mata pencahariannya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Panreng Kecamatan


Baranti Kabupaten Sidrap, 2007.
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Persentase
(jiwa) (%)
1 Buruh 47 5,48
2 Pegawai negeri 54 6,29
3 Pengrajin 7 0,82
4 Pedagang 30 3,5
5 Penjahit 15 1,75
6 Tukang batu 23 2,68
7 Tukang kayu 35 4,08
8 Peternak 42 4,89
9 Montir 8 0,93
10 Sopir 16 1,86
11 TNI 3 0,35
12 Pengusaha 10 1,17
13 Petani 568 66,2
Jumlah 858 100
Sumber: Kantor Lurah Panreng, 2007.
Pada Tabel 7 terlihat bahwa pada umumnya penduduk Kelurahan Panreng bermata
pencaharian sebagai petani yaitu 568 jiwa (66,20%). Sedangkan jumlah penduduk yang
bermata pencaharian sebagai TNI adalah merupakan yang paling sedikit yaitu sebesar 3
jiwa (0,35%). Hal tersebut didukung oleh pola penggunaan lahan di kelurahan Panreng,
dimana penggunaan lahan untuk bertani adalah yang paling luas 100 Ha (40,06%).
IV.5. Sarana dan Prasarana
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Di Kelurahan Panreng tersedia sarana dan prasarana yakni antara lain bidang pertanian,
kesehatan, pemerintahan, peribadatan, dan perhubungan. Untuk lebih jelasnya sarana dan
prasarana tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Panreng Kecamatan Baranti Kabupaten
Sidrap, 2007.
No Sarana dan Prasarana Jumlah
(satuan)
1 Prasarana Pemerintahan:
kantor kelurahan 1 buah
2 Prasarana peribadatan :
Mesjid 5 buah
Mushollah 2 buah
3 Prasarana Pendidikan :
Sekolah TK 2 buah
SD Negeri 3 buah
SD Inpres 1 buah
SLTP Negeri 1 buah
4 Prasarana kesehatan :
poliklinik/balai pengobatan 1 unit
Posyandu 4 unit
5 Prasarana Olahraga :
Tennis meja 8 buah
Lapangan volley 5 buah
Bulutangkis 1 buah
6 Prasarana air bersih :
sumur pompa 285 unit
sumur gali 200 unit
7 Prasarana transportasi :
angkutan umum 15 buah
Ojek 50 buah
8 Prasarana ekonomi :
Koperasi 1 buah
warung makan 1 buah
Bengkel 8 buah
Percetakan 3 buah
Pasar 1 buah
Sumber: kantor Kelurahan Panreng, 2007.

Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa prasarana dan sarana ekonomi di kelurahan


panreng cukup memadai untuk menunjang kelancaran aktivitas masyarakat di kelurahan
Panreng. Begitu juga dengan sarana di bidang transportasi terutama karena dapat
memperlancar hubungan masyarakat di kelurahan Panreng baik di dalam maupun keluar.
Selain itu, dapat memperlancar pengangkutan atau pemasaran hasil usahatani ke pasar
atau keluar daerah kelurahan Panreng.
V. Hasil Dan Pembahasan
V.1. Identitas Petani Responden
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Identitas petani responden ditunjukkan pada Tabel 9 yang meliputi umur, pengalaman
berusahatani dan jumlah tanggungan keluarga.
Tabel 9. Kisaran dan Rata-Rata Umur, Pengalaman Usahatani dan Jumlah Tanggungan
Keluarga Petani Responden di Kelurahan Panreng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap,
2007.
No Uraian satuan Kisaran Rata-rata

1 Umur tahun 30 – 60 44,43


2 Pengalaman
berusahatani tahun 9 – 40 23,1
berusahatani jagung tahun 2 – 4 3,17
3. Jumlah tanggungan keluarga orang 3 – 6 4,03
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2005.
Pada Tabel 9 terlihat bahwa umur petani responden rata-rata 44,43 tahun. Pengalaman
berusahatani secara umum rata-rata 23,1 tahun sedangkan pengalaman berusahatani
jagung 3,17 tahun dengan jumlah tanggungan keluarga rata-rata 4 orang.
1. Umur Petani
Umur petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan petani
dalam pengelolaan usahataninya. Hal ini apabila ditinjau menurut kemampuan fisik untuk
mengetahui umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Petani Responden Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Panreng
Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap, 2007.
No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase(%)
1 30 – 40 14 46,67
2 41 – 50 5 16,67
3 51 – 60 11 36,66
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2007.
Pada Tabel 10. menunjukkan bahwa tingkat petani responden 30 -40 tahun berjumlah 14
orang atau 46,67% yang merupakan jumlah tertinggi menyusul tingkat umur 51 – 60
tahun berjumlah 11 atau 36,66 % dan yang paling kecil jumlahnya adalah tingkat umur
41 – 50 berjumlah 5 atau 16,67 %. Oleh karena usia produktif yang mendominasi
responden, sehingga dapat dijadikan sebagai kekuatan dalam pengembangan komoditi
jagung di masa-masa mendatang.
2. Pendidikan Petani
Tingkat pendidikan seorang petani turut memberikan pengaruh terhadap pengelolaan
usahatani. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani diharapkan semakin mudah proses
adopsi, inovasi-inovasi baru baik dalam implementasi teknik budidaya yang baik,
penanganan pasca panen maupun terhadap informasi-informasi yang berkembang
berkaitan dengan usahataninya. 30 orang petani responden di kelurahan Panreng
memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar atau sederajat.

3. Pengalaman berusahatani
Pengalaman petani dalam menjalankan usahataninya merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilannya. Semakin lama petani bekerja pada kegiatan
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
tersebut semakin banyak pengalaman yang diperolehnya yang diharapkan akan lebih
menguasai dan lebih terampil dalam teknik budidaya, teknologi pasca panen serta
penguasaan teknologi lainnya yang berkaitan dengan usahataninya. Gambaran mengenai
pengalaman petani jagung dilokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 11. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani di Kelurahan
Panreng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap, 2007.
No. Pengalaman
Berusahatani (tahun) Non Jagung Jagung
Jumlah (orang) Persentase(%) Jumlah (orang) Persentase(%)
1 < 5 0 0 30 100
2 5 – 14 5 16,67 0 0
3 15 – 30 18 60 0 0
4 > 30 7 23,33 0 0
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2007.
Berdasarkan Tabel 11 tersebut diatas menunjukkan bahwa pengalaman petani jagung
masih relatif rendah. Pengalaman kurang dari 5 tahun memperlihatkan angka tertinggi
yaitu 30 orang atau 100%. Sungguhpun demikian, dengan pengalaman yang relatif
rendah petani responden pada umumnya memahami teknik budidaya komoditi jagung.
Pengalaman berusahatani ini cukup memadai dan dapat dijadikan sebagai penunjang
dalam pengembangan komoditi jagung di kelurahan Panreng.
4. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga responden terdiri dari petani itu sendiri, istri, anak dan
anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan petani. Jumlah anggota keluarga
petani akan berpengaruh bagi petani dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
petani dalam hal usahataninya, karena anggota keluarga petani dapat merupakan sumber
tenaga kerja dalam kegiatan usahatani jagung terutama anggota keluarga yang produktif.
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah petani responden berdasarkan jumlah tanggungan
keluarga petani jagung dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 12.Jumlah Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kelurahan
Panreng Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap, 2007.
Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Responden Persentase
(orang) (orang) (%)
3 – 4 21 70
5 – 6 9 30
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah di Olah, 2005.
Berdasarkan Tabel 12 tersebut diatas menunjukkan bahwa jumlah anggota petani yang
terbanyak adalah 3 sampai 4 orang adalah 21 orang atau 70 %. Jumlah tanggungan
keluarga pada umumnya dapat dijadikan sumber tenaga kerja dalam usahatani jagung.
Dengan demikian kebutuhan akan tenaga kerja dapat dipenuhi dalam keluarga, sehingga
secara tidak langsung mengurangi pengeluaran tunai dalam proses usahatani.
V.2. Keadaan Usahatani Petani Responden
Kegiatan usahatani petani responden dilakukan diatas lahan sawah yang tergolong sempit
yakni kurang dari 1 Ha dengan luas lahan yang bervariasi antara 0,15 – 0,90 Ha. Adapun
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
lahan yang dikelola oleh petani responden adalah merupakan lahan milik sendiri dengan
rata-rata luas lahan o,42 Ha.
Pengolahan usahatani menggunakan peralatan mulai pada saat pengolahan tanah/lahan,
pemeliharaan dan penyiraman sampai saat panen dan pembersihan lahan.
Nilai penyusutan alat tergolong dalam biaya tetap, yaitu biaya yang penggunaannya tidak
habis dalam satu masa produksi. Jenis rata-rata nilai penyusutan alat dari petani
responden dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 13. Jenis dan Nilai Penyusutan Rata-rata Peralatan Usahatani Petani Responden di
Kel. Panreng Kec. Baranti Kab.Sidrap, 2007.
No Jenis Alat Nilai Penyusutan Alat Persentase
(Rp) (%)
1 Cangkul 7.556,39 2,04
2 Pompa Air 354.166,67 95,63
3 Sekop 3.573,74 0,96
4 Parang 5.040,28 1,37
Jumlah 370.336,68 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2007.
Pada Tabel 13. menunjukkan bahwa jumlah rata-rata dari nilai penyusustan alat yang
digunakan petani dalam usahataninya adalah Rp.370.336,68. nilai penyusutan terbesar
pada pompa air. Alat ini digunakan untuk menyiram tanaman.
Salah satu faktor produksi yang penting dalam pengelolaan usahatani adalah penggunaan
tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani petani responden adalah
tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja tersebut terdiri dari pria, wanita dan anak-
anak. Dimana tenaga kerja pria dalam satu hari dinyatakan dalam 1 HKSP (hari kerja
setara pria), tenaga kerja wanita dinyatakan dalam 0,7 HKSP dan tenaga kerja anak-anak
dinyatakan dalam 0,5 HKSP (Soekartawi, 2003).
Upah tenaga kerja dalam keluarga diperoleh dari hasil perkalian antara upah minimum
regional (UMR) dengan jumlah HKSP. Upah minimum regional di propinsi sulawesi
selatan adalah Rp.15000/hari. Jenis pekerjaan sebagai rangkaian dalam memproduksi
jagung. Jumlah HKSP dan upah tenaga kerja rata-rata dari usahatani petani responden
untuk jagung dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Jenis Pekerjaan, Jumlah HKSP dan Nilai Upah Rata-Rata Usahatani Jagung
Petani Responden di Kelurahan Panreng, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, 2007.
No. Jenis Pekerjaan Jumlah HKSP Nilai Upah (Rp) Persentase (%)
1 Penyiapan lahan 6,5 97.500,- 16,36
2 Penanaman 4,26 64.000,- 10,74
3 Penyiangan 6,06 91.000,- 15,27
4 Pemupukan 5,03 75.500,- 12,67
5 Pemanenan 8,41 126.250,- 21,18
6 Pengeringan 2,23 33.500,- 5,62
7 Pemipilan 7,21 108.250,- 18,16
jumlah 39,7 596.000,- 100
Sumber: data Primer Setelah diolah, 2007.
Pada Tabel 14 terlihat bahwa para petani responden dalam proses produksi jagung
menggunakan tenaga kerja dalam keluarga rata-rata 39,7 HKSP dengan nilai upah Rp.
596.000,-.
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
V.3. Biaya,Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung Petani Responden
Komponen biaya usahatani jagung meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Penerimaan
adalah hasil kali jumlah produksi dengan harga komoditas, sedangkan pendapatan bersih
berasal dari selisih antara penerimaan dan biaya produksi.
1. Biaya Usahatani jagung
Biaya produksi jagung adalah biaya yang dikeluarkan petani responden jagung selama
proses produksi sehingga menjadi produk jagung. Biaya ini meliputi biaya tetap (fixed
cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya
tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya tetap dalam usahatani jagung ini meliputi
pajak lahan, penyusutan alat dan upah tenaga kerja dalam keluarga.
Biaya variabel adalah biaya yang penggunaannya sangat tergantung pada skala produksi
dan habis dalam satu masa produksi. Biaya variabel dari usahatani meliputi biaya untuk
bibit dan pupuk. Biaya usahatani jagung dari petani responden dapat dilihat pada Tabel
15.

Tabel 15. Jenis Biaya dan Nilai Biaya Rata-Rata Jagung Petani Responden di Kel.
Panreng Kec. Baranti Kab. Sidrap, 2007.
No. Jenis Biaya Nilai Biaya (Rp)
1 Biaya variabel
Bibit 117.200,-
pupuk phonska 248.154,84
Total biaya variabel (1) 365.354,84
2 Biaya tetap
penyusutan alat 370.336,68
pajak lahan 6.328,33
upah tenaga kerja dalam keluarga 596.000,-
total biaya tetap (2) 972.665,01
3 Biaya Total (1+2) 1.338.019,85
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2007.
Pada Tabel 15 terlihat bahwa besarnya biaya variabel adalah Rp.365.354,84 dan biaya
tetap sebesar Rp.972.665,01 sehingga diperoleh biaya total yang dikeluarkan petani
responden rata-rata Rp. 1.338.019,85.
2. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung
Biaya usahatani jagung sebesar Rp. 1.338.019,85 sedangkan penerimaan dari usahatani
jagung petani responden sebesar Rp. 3.386.666,67 seperti yang disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Nilai Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Rata-Rata dari usahatani Jagung
Petani Responden di Kel.Panreng Kec.Baranti Kab.Sidrap, 2007.
No. Uraian Nilai (Rp)
1 Penerimaan 3.386.666,67
2 biaya total 1.338.019,85
3 pendapatan bersih (1-2) 2.048.646,82
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2007.
Pada Tabel 16 dapat diketahui bahwa pendapatan bersih dari usahatani jagung diperoleh
petani responden adalah Rp. 2. 048.646,82.
V.4. Keuntungan Usahatani Jagung Petani Responden
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Keuntungan usahatani jagung dapat diketahui dengan analisis R/C ratio dan fungsi
keuntungan, keuntungan per unit dianalisis dengan analisis biaya per unit.
1. Analisis R/C Ratio
Untuk mengetahui apakah usahatani jagung petani responden menguntungkan atau tidak
digunakan analisis R/C Ratio dengan hasil :
R/C Ratio = Total Revenue
Total Cost

= 3.386.666,67
1.338.019,85

= 2,53

Nilai R/C Ratio dari usahatani jagung adalah 2,53 berdasarkan kriterianya nilai R/C Ratio
> 1 berarti suatu usahatani menguntungkan. Nilai tersebut memberikan arti bahwa setiap
pengeluaran sebesar 1 rupiah akan memberikan penerimaan sebesar 2,53 rupiah. Dengan
demikian usahatani jagung petani responden layak untuk dikembangkan.
2. Analisis biaya per unit
Analisis biaya per unit digunakan untuk mengetahui keuntungan setiap kilogram produk
jagung dengan membandingkan harga jual dan biaya produksi dari setiap kilogram
jagung. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil :

Biaya/unit= Biaya Total (Total cost)


Kuantitas produk

= 1.338.019,85
2.116,67 kg

= 632,13/kg

Keuntungan = 1600 – 632,13

= 967,87/kg

Dengan demikian untuk memproduksi 1 kg jagung dikeluarkan biaya sebesar


Rp.632,13/kg sehingga dari hasil penjualan diperoleh keuntungan sebesar Rp.967,87/kg.
V.5. Analisis Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung Petani Responden

Melalui analisis fungsi produksi Cobb-Douglass pada usahatani jagung petani responden,
dapat diketahui pengaruh panggunaan faktor-faktor produksi, skala ekonomi usaha, dan
efisiensi penggunaan faktor produksi.
1. Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi
Pengaruh penggunaan faktor produksi pada usahatani jagung dapat diketahui melalui
analisis fungsi produksi cobb douglass. Dengan analisis fungsi produksi ini, melalui nilai
koefisien regresi (elastisitas) dapat diketahui seberapa besar pengaruh input atau faktor
produksi yang diberikan terhadap jumlah produk yang dihasilkan.
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui nilai koefisien regresi (bi) atau nilai
elastisitas dari masing-masing faktor produksi seperti pada Tabel 17. dan berdasarkan
nilai elastisitas tersebut dapat pula dilihat skala ekonomi produksi jagung petani
responden.
Tabel 17. Nilai Koefisien Regresi dan Rata-Rata dari Masing-masing Faktor Produksi
Usahatani Jagung Petani Responden di Kel.Panreng Kec. Baranti Kab.Sidrap, 2007.
Faktor Produksi (Xi) Koefisien Regresi (bi) Rata-Rata T.hitung
Luas lahan (x1) 0,801 -0,42 5,98
Tenaga kerja (x2) -0,034 1,56 -0,72
Benih (x3) 0,018 0,71 0,27
Pupuk phonska (x4) 0,217 1,85 2,21
Jumlah 1,002 3,7 7,74
Sumber: Data primer setelah diolah,2007.
Koefisien korelasi (R) = 0,98
Koefisien determinasi (R2) = 0,96
Keterangan :
F hitung = 7156,522
t tabel (0.05,30) = 1,70
Dari Tabel 16, diperoleh persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass yaitu : Y = 3,252
X10,801 . X2-0,034 . X30,018. X40,217
Selanjutnya diperoleh koefisien determinasi (R2) = 0,96 yang berarti koefisien
determinasi 96 persen. Keberadaan variabel tidak bebas (Y) dijelaskan oleh variabel
bebas secara bersama-sama dan selebihnya yaitu empat persen dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak termasuk dalam variabel pengamatan. Hubungan antara variabel bebas
dan variabel tidak bebas dapat diketahui melalui koefisien korelasi (R) yang bernilai 0,98
yang berarti memiliki hubungan yang kuat.
2. Skala Ekonomi Usaha (Return to scale)
Return to scale perlu untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti
tersebut mengikuti kaidah increasing, constant, atau decreasing return to scale. Jumlah
besaran elastisitas b1 adalah lebih besar dari nol dan lebih kecil dari nol serta sama
dengan satu.
Diketahui jumlah besaran elastisitas b1 =1,002 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari
satu. Dengan demikian elastisitas penggunaan faktor produksi berada dalam posisi
increasing return to scale. Artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi akan
menghasilkan pertambahan produksi yang lebih besar atau penambahan satu unit faktor
produksi akan memberikan tambahan produk lebih besar dari 1,002 kilogram jagung.
Sedangkan hasil uji F yang menjelaskan hubungan antara produk dan faktor produksi
secara bersama-sama diperoleh F hitung = 7156,522 sedangkan F tabel pada taraf 5
persen sebesar 2,76 dan F tabel pada taraf 1 persen sebesar 4,18 artinya faktor produksi
mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap produk yang diperoleh, karena F hitung
lebih besar dari F tabel.
Pengaruh masing-masing faktor produksi dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Luas Lahan
Berdasarkan hasil uji t pada taraf kepercayaan 95 persen menunjukkan bahwa
penggunaan luas lahan mempunyai pengaruh yang nyata, karena t hitung lebih besar dari
t tabel (5,98 > 1,70). Besaran elastisitasnya (b1) menunjukkan bahwa penambahan satu
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
are luas lahan dapat memberikan tambahan produk jagung sebesar 0.801 kilogram.
Dengan demikian luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi jagung.
b. Tenaga Kerja
Hasil uji t menunjukkan bahwa tenaga kerja dalam keluarga berpengaruh tidak nyata
karena t hitung lebih kecil dari t tabel pada taraf kepercayaan 95 persen yaitu -0,72 <
1,70. Besaran elastisitasnya (b2) menunjukkan bahwa penambahan tenaga kerja setiap
satu HKSP dapat menurunkan produksi sebesar 0.03 kilogram.
c. Benih
Hasil uji t pada taraf kepercayaan 95 persen menunjukkan pengaruh penggunaan benih
yang tidak nyata yaitu 0,27 < 1,70 (t hitung < t tabel). Besaran elastisitasnya (b3)
menunjukkan bahwa penambahan satu kilogram benih jagung dengan luas lahan 0,42 Ha
akan memberikan tambahan produksi sebesar 0.01 kilogram. Dengan demikian
penggunaan bibit berpengaruh positif terhadap produksi jagung.
d. Penggunaan pupuk phonska
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel pada taraf
kepercayaan 95 persen yaitu 2,21 > 1,70. Artinya penggunaan pupuk phonska
berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Besaran elastisitasnya (b4) menunjukkan
bahwa penambahan 1 kilogram pupuk phonska akan memberikan tambahan produksi
sebesar 0,217 kilogram jagung dengan luasan lahan 0,42 Ha. Dengan demikian
penggunaan pupuk phonska berpengaruh positif terhadap produksi jagung.
3. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi
Efisiensi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk
mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi penggunaan faktor produksi
dapat dihitung dengan menggunakan efisiensi harga yaitu nilai produk marginal input
(NPMXi) sama dengan harga input (PXi) (Soekartawi, 1999).
Dengan kriteria penilaian :

Jika NPMXi/PXi = 1 penggunaan faktor produksi efisien


NPMXi/PXi > 1 penggunaan faktor produksi belum efisien
NPMXi/PXi < 1 penggunaan faktor produksi tidak efisien
Tabel 18. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Jagung di Kel.Panreng
Kec.Baranti Kab.Sidrap,2007.
Faktor Produksi NPMXi/PXi Keterangan
Luas lahan (x1) 10,11 belum efisien
Tenaga kerja (x2) -1,19 tidak efisien
Penggunaan benih (X3) 0,52 tidak efisien
Penggunaan pupuk phonska (x4) 5,73 belum efisien
Sumber : data primer setelah diolah, 2007.
Berdasarkan Tabel 18, diketahui bahwa rasio antara nilai produk marginal dari faktor
produksi luas lahan adalah lebih besar dari satu (10,11). Hal itu menunjukkan bahwa
secara ekonomis alokasi faktor produksi belum efisien. Dengan demikian jel;aslah bahwa
jika saja masih dapat dilakukan penambahan alokasi penggunaan luas lahan garapan
usahatani, maka petani di kelurahan panreng masih akan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar lagi.
Rasio antara NPM dari faktor produksi tenaga kerja dengan harga per HKSP-nya adalah
lebih kecil dari satu (-1,19) itu berarti tidak efisien karena tenaga kerja yang digunakan
Tanggal 07/11/2010

http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/analisis-efisiensi-penggunaan.htm
telah melebihi optimum. Dengan demikian usaha untuk meningkatkan keuntungan para
petani di kelurahan Panreng hanya dapat dilakukan dengan jalan mengurangi
pengalokasian faktor produksi tenaga kerja.
Rasio antara NPM dari faktor produksi benih jagung kurang dari satu (0,52) hai ini
berarti faktor produksi benih jagung tidak efisien. Karena benih yang digunakan telah
melebihi optimum, untuk itu usaha untuk meningkatkan keuntungan para petani dapat
dilakukan dengan mengurangi benih jagung yang digunakan.
Rasio antara NPM dari faktor produksi pupuk phonska lebih besar dari satu (5,73).
Berarti penggunaan pupuk phonska masih belum efisien. Dengan demikian usaha untuk
meningkatkan keuntungan para petani di kelurahan Panreng dapat dilakukan dengan
menambah penggunaan pupuk phonska untuk memperoleh efisiensi.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


VI.I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap petani responden yang mengelola usahatani jagung
di Kelurahan Panreng, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: :
1. Usahatani jagung yang diusahakan petani di Kelurahan Panreng Kecamatan Baranti
Kabupaten Sidrap menguntungkan.
2. Skala ekonomi untuk usaha rumah tangga dalam faktor produksi; lahan, tenaga kerja
benih dan pupuk phonska pada usahatani jagung berada dalam keadaan increasing return
to scale.
3. Penggunaan faktor-faktor produksi yang belum efisien adalah luas lahan dan pupuk
phonska, sedangkan yang tidak efisien dari tenaga kerja dan penggunaan benih.
VI.II. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh,maka:
1. Disarankan kepada petani yang mengusahakan jagung agar dapat mengurangi
penggunaan faktor produksi yang tidak efisien, sehingga upaya peningkatan produksi dan
pendapatannya dapat dioptimalkan.
2. Rekomendasi penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
penyuluhan bagi PPL kepada petani yang ada di wilayah kerjanya masing-masing.

You might also like