You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

Mata kuliah : Anatomi fisiologi Manusia

Tes Ketajaman Pendengaran

OLEH :

KELOMPOK IV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN

I. JUDUL PERCOBAAN : TES KETAJAMAN PENDENGARAN

II. TUJUAN PERCOBAAN :


• Mengetahui anatomi dari telinga.
• Mengetahui fungsi dari telinga sebagai alat pendengaran.
• Mengetahui metode untuk menguji ketajaman pendengaran.
• Mengetahui fungsi telinga sebagai alat keseimbangan.
• Mengetahui proses dari mendengar.

III. TINJAUAN TEORITIS :

TELINGA (INDERA PENDENGARAN)

Indra pendengar (auditory aparatus) merupakan salah satu alat panca indra yang terdiri
dari tiga bagian yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam.
Telinga bagian luar teridiri dari; pinna(daun telinga) dan meatus auditory eksterna. Telinga
bagian tengah merupakan rongga timpani yang berisi tiga tulang pendengaran yaitu malleus,
inkus dan stapes. Sementara telinga bagian dalam terdapat labirin oseus yang didalamnya
terdapat cairan endolimf dan labirin membran yang diidalamnya terdapat cairan perilimf.
Kedua cairan tersebut berperan sebagai media penghantar agar terjadi proses mendengar dan
untuk keseimbangan.
Aktivitas mendengar terjadi karena adanya potensial aksi yang diterima oleh pusat
pendengaran pada otak. Potensial aksi ini di awali pada sel rambut dan kemudian akan
menjalar ke serabut saraf pada saraf kranial ke VIII. Aktivitas sensori sel rambut bergantung
pada kekuatan getaran cairan koklea dan struktur membran basilaris.
Berdasarkan sumber penyebabnya, gangguan pendengaran atau tuli dapat dibagi
menjaid dua kategori yaitu tuli saraf dan tuli hantar(konduksi). Tuli saraf terjadi karena
adanya kerusakan saraf yang terdapat pada koklea dan tidak dapat dipulihkan. Sementara itu
tuli hantar terjadi karena adanya kerusakan pada gendang telinga ataupun tulang-tulang
pendengaran dan dapat dipulihkan melalui proses-proses pembedahan ataupun dengan
menggunakan alat bantu dengar. (Tim Dosen. 2010)
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran
dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara
mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli
otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan
pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh
sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in
otorhinolaringology-head and neck nursing). (Nursecerdas.2010)

ANATOMI TELINGA
Secara Umum Telinga Manusia menjadi tiga bagian yaitu:
1) Telinga bagian luar (Auris eksterna)
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus,
dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana
timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata.
Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali
lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan
gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan
meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat
dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan
menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga
lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga
medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir
pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula
seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme
pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen
nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
(Helmut Leohard.1998)

2) Telinga Bagian Tengah (Auris Media)


Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan
kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani
terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini
sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga
tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi
udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu
hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang
memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela
oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara.
Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang
agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga
tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan
telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat
kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba
berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah
dengan tekanan atmosfer. (H. syaifuddin. 1997)

3) Telinga Bagian dalam (Auris Interna)


Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII
(nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari
komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint.
Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu
sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir
reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua
setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ
Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa
terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan
serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas
utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin
membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang
sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga
dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu.
(Setiadi.2008)
IV. ALAT DAN BAHAN :
a. ALAT :
No Nama Alat Jumlah
1. Garputala 1 buah
2. Penggaris 1 buah
3. Jam Tangan 1 buah

b. BAHAN :
No Nama Bahan Jumlah
1. Probandus 1 orang

V. PROSEDUR KERJA :
Tes ketajaman pendengaran menggunakan arloji/jam tangan
1. Meminta probandus duduk diatas kursi dan menyumbat telinga kiri dengan
kapas/headset.
2. Dengan posisi kepala tegak dan mata terpejam, pegang jam tangan pada sisi
telinga kiri. Kemudian menggerakkan secara perlahan jam tangan menjahui telinga
sampai suara tidak terdengar lagi.
3. Mengukur dan mencatat jarak antara telinga dan jam tangan.
4. Secara perlahan menggerakkan jam tangan mendekati telinga sampai terdengar
kembali suara. Megukur dan mencatat jarak antara telinga dan jam tangan. Mengulangi
percobaan sampai tiga kali dan menghitung nilai rata-ratanya.
5. Melakukan hak yang sama untuk telinga kanan (disumbat kapas atau headset).
6. Membandingkan percobaan antara telinga kiri dan kanan.

Tes ketajaman pendengaran menggunakan garpu tala


1. Menurut Rinne
a. Memukul ujung garpu tala dengan pangkal telapak tangan dan meletakkan
gagang garpu tala pada tonjolan mastoid probandus.
b. Ketika suara tidak terdengar lagi (memberi isyarat), meletakkan ujung garpu
tala dekat lubang telinga probandus. Kemudian menanyakan apakah getaran suara
garpu tala terdengar kembali. Jika suara terdengar kembali maka probandus tidak
mengalami gangguan pendengaran (+).
c. Melakukan percobaan dengan cara berbeda yaitu dengan meletakkan ujung
garpu tala di dekat lubang telinga probandus. Ketikas suara tidak terdengar lagi,
kemudian meletakkan gagang garpu tala ke tonjolan mastoid. Jika suara tidak
terdengar maka probandus mengalami gangguan pendengaran (-).
d. Ulangi prosedur diatas dengan mengunakan telinga yang berbeda.

2. Menurut webber
a. Memukul ujung garpu tala dengan pangkal telapak tangan dan meletakkan gagang
garpu tala di tengah kening probandus.
b. Penguji menanyakan apakah suara terdengar sama keras antara telinga kana dengan
telinga kiri, tidak terdengar sama sekali ataupun salah satu telinga terdengar lebih
keras dari telinga lainnya.
c. Mencatat hasil percobaan.
VI. HASIL PERCOBAAN / REAKSI :
Data hasil percobaan menggunakan arloji
Telinga Kanan Telinga Kiri
Percobaan
Mendekati Menjahui Mendekati Menjahui
I 2,0 cm 3,0 cm 3,0 cm 3,5 cm
II 2,1 cm 2,5 cm 3,2 cm 3,5 cm
III 1,7 cm 3,5 cm 2,7 cm 4,0 cm

Telinga kanan
2,0 + 2,1 +1,7
Mendekati : = 1,9 cm
3
3,0 + 2,5 + 3,5
Menjahui : = 3cm
3
Telinga kiri
3,0 + 3,2 + 2,7
Mendekati : = 2,96 cm
3
3,5 + 3,5 + 4,0
Menjahui : = 3,66 cm
3

Pembahasan
► Pada percobaan ini yang menjadi probandus adalah Umi Lestari, dari percobaan ini
ketajaman pendengaran telinga kanan lebih baik dibanding telinga kiri, hal ini terlihat dari
rata-rata percobaan. Pada percobaan dari dekat ke jauh, jarak antara arloji ke telinga di
dapatkan rata-rata 3 cm untuk telinga kanan. Untuk telinga kiri, rata-rata jaraknya adalah
3,66 cm. Jaraknya lebih jauh dibanding telinga kanan. Untuk jarak dari jauh ke dekat,
begitu juga untuk telinga kanan pada jarak 1,9 cm dan telinga kiri 2,96 cm.

Data hasil percobaan menggunakan garpu tala


1. Menurut Rinne
Percobaan I : Suara garpu tala masih terdengar di lubang telinga probanus.
Percobaan II : Suara garpu tala masih terdengar saat diletakkan di tonjolan mastoid
probandus.
Dari kedua percobaan yang dilakukan dengan metode Rinne maka dapat disimpulkan bahwa
probandus tidak mengalami gangguan pendengaran.

2. Menurut Webber
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data bahwa probandus tidak dapat mendengar suara
garpu tala sama sekali, hanya saja probandus merasakan getaran garpu tala di keningnya. Hal
ini dipengaruhi oleh suasana ruangan yang kurang tenang saat melakukan percobaan

Perbandingan Ketiga Metode yang Digunakan


a. Menurut Webber
Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu
tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan
pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi probandus. Probandus ditanya apakah suara
terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran
normal akan mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara
terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilangan pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis
media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi
akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila
terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran
unilateral.
b. Menurut Rinne
Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang
mastoid (kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu
tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra).
Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengarkan suara, menunjukkan bahwa konduksi
udara berlangsung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif,
konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang
temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui
mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural
memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun
keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan
lemah.

Struktur Anatomi Telinga Manusia


Keterangan :
1. Daun telinnga (pinna)
2. Liang Telinga
3. Membran Timpani
4. Malleus
5. Inkus
6. Stapes
7. Saluran Eutasceus
8. Saraf Pendengaran
9. Vestibulum
10. Koklea
11. Kanalis Semiklaris
12.Saraf Facial
1 Anatomi Telinga Luar

2. Anatomi Telinga Tengah


3. Anatomi Telinga dalam

Mekanisme Mendengar
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga.
Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur
koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum.
Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah
menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam
saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut
sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial
dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan
impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
Telinga Sebagai Alat Keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah
lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang ada
dalamutrikulusclansakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan disebut ampula yang berisi
reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus.
Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di
dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung
gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran semisirkular (saluran setengah
lingkaran)pekaterhadapgerakankepala.
Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf
yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran natrium
karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan
impuls yang akan dikirim ke otak.

Kotoran Telinga
Kotoran telinga atau dalam bahasa kedokteran disebut serumen, diproduksi oleh
kelenjar yang terdapat dalam kulit yang melapisi liang telinga. Fungsi utama serumen adalah
untuk melindungi telinga dari kerusakan dan infeksi. Secara normal, serumen akan
menumpuk dalam liang telinga lalu mengering dan keluar melalui lubang telinga sambil
membawa bahan bahan yang tertangkap olehnya seperti debu dan partikel kecil lainnya.
Kotoran telinga akan melapisi kulit liang telinga sehingga menjaga kulit ini kedap air. Terlalu
rajin membersihkan kotoran telinga akan membuat liang telinga kering, gatal dan mudah
terinfeksi.
Serumen sendiri bentuknya bermacam macam. Ada yang cair, lembek dan keras.
Warnanya pun bervariasi terggantung komposisi yang terkandung di dalamnya. Selain hasil
produksi kelenjar, serumen juga mengandung sel sel kulit yang telah mati, kuman yang secara
normal hidup di dalam liang telinga serta air.
Pada keadaan normal, liang telinga mempunyai mekanisme pembersihan sendiri. Kulit
pada liang telinga terbentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan kotoran telinga bergerak
dari dalam ke udara luar. Akan menjadi masalah jika mekanisme ini terganggu sehingga
kotoran telinga menumpuk dan mengeras menutupi liang telinga.

Kehilangan Pendengaran
Ada dua jenis kehilangan pendengaran.
Kehilangan konduktif
Biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan
telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara
efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
Kehilangan sensoris
Melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi
dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga
kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami
kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun
konduksi tulang. Kehilangan suara fung¬sional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak
berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi
biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.

Penyakit / gangguan telinga


Otalgia
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya
(nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka
kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif.

Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan
dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan nyeri
telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat ser ndi temporomandibularis. Diperkirakan bahwa
lebih c 50% pasien yang mengeluh otalgia tidak ditemukan pnyakit telinganya.

Impaksi serumen
Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam jumlah dan
warna yang bervaria Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang kadang dapat
mengalami infaeksi, menyebabkan rasa penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan
perdengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna populasi geriatrik sebagai penyebab
defisit pendengar Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan bata korek api, jepit
rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma terhadap kulit dapat mengakibatkan infek
atau kerusakan gendang telinga.
Otitis eksterna
Infeksi, utamanya bakteri atau jamur, merupakan masalah yang paling sering pada
telinga. Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termasuk air dalam kanalis
auditorius eksternus (telinga perenang), trauma kulit kanalis memungkinkan masuknya
organisme ke jaringan, dan kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan kelainan endokrin.
Kanalis telinga normal steril pada beberapa orang; sedang lainnya mengandung Staphylo-
coccus albus dan/atau organisme lain seperti difteroid. Patogen otitis eksterna yang paling
sering adalah Staphy-lococcus aureus dan spesies Pseudomonas. Jamur yang paling sering
dapat terisolasi dari telinga normal maupun yang terinfeksi adalah Aspergillus. Otitis eksterna
sering disebabkan oleh dermatosis seperti psoriasis, ekzema, atau dermatitis sebore. Bahkan
reaksi alergi terhadap semprot rambut, cat rambut, dan losion pengeriting rambut permanen
dapat mengakibatkan dermatitis, yang akan hilang bila bahan penyebabnya dihilangkan.

Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar.
perikondritis bisa terjadi akibat:
- cedera
- gigitan serangga
- pemecahan bisul dengan sengaja.
Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya
(perikondrium). kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago,
menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk
telinga. meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya
menyebabkan gejala-gejala yang ringan.
untuk membuang nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke
kartilago. untuk infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral, sedangkan untuk
infeksi yang lebih berat diberikan dalam bentuk suntikan. pemilihan antibiotik berdasarkan
beratnya infeksi dan bakteri penyebabnya.

Eksim
Eksim pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga luar dan
saluran telinga, yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, pengelupasan kulit, kulit yang
pecah-pecah serta keluarnya cairan dari telinga.
Keadaan ini bisa menyebabkan infeksi pada telinga luar dan saluran telinga.
dioleskan larutan yang mengandung alumunium asetat (larutan burow). untuk mengatasi
gatal-gatal dan peradangan bisa diberikan krim atau salep corticosteroid. jika daerah yang
terkena mengalami infeksi, bisa diberikan salep atau obat tetes antibiotik.

Cedera
Cedera pada telinga luar (misalnya pukulan tumpul) bisa menyebabkan memar
diantara kartilago dan perikondrium. jika terjadi penimbunan darah di daerah tersebut, maka
akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa berwarna ungu kemerahan.
darah yang tertimbun ini (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago
sehingga terjadi perubahan bentuk telinga. kelainan bentuk ini disebut telinga bunga kol, yang
sering ditemukan pada pegulat dan petinju.
Untuk membuang hematoma, biasanya digunakan alat penghisap dan penghisapan
dilakukan sampai hematoma betul-betul sudah tidak ada lagi (biasanya selama 3-7 hari).
dengan pengobatan, kulit dan perikondrium akan kembali ke posisi normal sehingga darah
bisa kembali mencapai kartilago.
Jika terjadi robekan pada telinga, maka dilakukan penjahitan dan pembidaian pada
kartilagonya.pukulan yang kuat pada rahang bisa menyebabkan patah tulang di sekitar saluran
telinga dan merubah bentuk saluran telinga dan seringkali terjadi penyempitan. perbaikan
bentuk bisa dilakukan melalui pembedahan.

Tumor
Tumor pada telinga bisa bersifat jinak atau ganas (kanker).
Tumor yang jinak bisa tumbuh di saluran telinga, menyebabkan penyumbatan dan
penimbunan kotoran telinga serta ketulian.
# contoh dari tumor jinak pada saluran telinga adalah: kista sebasea (kantong kecil yang terisi
sekresi dari kulit)
# osteoma (tumor tulang)
# keloid (pertumbuhan dari jaringan ikat yang berlebihan setelah terjadinya cedera).
Seruminoma (kanker pada sel-sel yang menghasilkan serumen) bisa tumbuh pada
sepertia saluran telinga luar dan bisa menyebar. untuk mengatasinya dilakukan pembedahan
untuk mengangkat kanker dan jaringan di sekitarnya. kanker sel basal dan kanker sel
skuamosa seringkali tumbuh di pada telinga luar setelah pemaparan sinar matahari yang lama
dan berulang-ulang. pada stadium dini, bisa diatasi dengan pengangkatan kanker atau terapi
penyinaran. pada stadium lanjut, mungkin perlu dilakukan pengangkatan daerah telinga luar
yang lebih luas.
Jika kanker telah menyusup ke kartilago, dilakukan pembedahan. kanker sel basal dan
sel skuamosa juga bisa tumbuh di dalam atau menyebar ke saluran telinga. keadaan ini diatasi
dengan pembedahan untuk mengangkat kanker dan jaringan di sekitarnya yang diikuti dengan
terapi penyinaran.

VII. KESIMPULAN :
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
• Daun telinga (aurikula) berguna untuk menampung gelombang suara datang
dari luar masuk ke dalam telinga.
• Pada liang telinga terdapat rambut yang berfungsi menyaring udara yang
masuk, kelenjar sebasea dan kelenjar kelenjar keringat yang menghasilkan sekret-sekret
berbentuk serum.
• Rongga didalam tulang temporalis terdapat tiga buah tulang pendengaran yaitu
maleus, inkus dan stapes yang melekat pada dalam membran timpani dan bagian dasar
tulang stapes.
• Aktivitas mendengar terjadi karena adanya potensial aksi yang diterima oleh
pusat pendengaran pada otak. Potensial aksi ini diawali pada sel rambut dan kemudian
akan menjalar ke serabut saraf pada saraf kranial keVIII.
• Koklea berbetuk seperti rumah siput pada koklea ini ada tiga pintu yang
menghubungkan koklea dengan vestibulum, kavium timpani.
• Test menggunakan webber kurang efektif dilakukan karena probandus tidak
mendengar suara sama sekali, hanya merasakan getaran dari garpu tala.
• Berdasarkan sumber penyebabnya, gangguan pendengaran atau tuli dapat
dibagi menjaid dua kategori yaitu tuli saraf dan tuli hantar(konduksi). Tuli saraf terjadi
karena adanya kerusakan saraf yang terdapat pada koklea dan tidak dapat dipulihkan.
Sementara itu tuli hantar terjadi karena adanya kerusakan pada gendang telinga ataupun
tulang-tulang pendengaran dan dapat dipulihkan melalui proses-proses pembedahan
ataupun dengan menggunakan alat bantu dengar.

VIII. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS :

IX. DAFTAR PUSTAKA


Leohard, Helmut. 1998. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC.

Nursecerdas. 2010. Anatomi Fisiologi Telinga. http://nursecerdas.blogspot.com/


2010/05/anatomi-fisiologi-telinga.html.

Setiadi. 2008. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta : Gramedia.

Syaifuddin, H. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC.

Tim Dosen. 2010. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Medan : UNIMED.

You might also like