You are on page 1of 66

Membuat majalah sekolah? ”Ah susah!

” Begitu pernyataan yang sering diutarakan siswa


ketika ditanya masalah pembuatan majalah sekolah. Sebenarnya ada cara yang relatif
mudah untuk membuat majalah sekolah. Bagaimana?

JAWABAN ”Ah susah!” dari para siswa itu tidak bisa disalahkan. Gurunya pun belum
tentu bisa membuat majalah sekolah. Ini dapat dipahami, karena tidak ada mata pelajaran
secara khusus mengenai pembuatan majalah sekolah.
Hal ini kontras dengan sekolah di Amerika Serikat, yang mana penulis pernah
mengunjunginya beberapa waktu yang lalu. Semuanya mempunyai majalah sekolah yang
dibuat sendiri. Di sana juga ada mata pelajaran jurnalistik, bahkan ada kelas khusus
jurnalistik.

Tidak hanya tulis-menulis yang diajarkan, tetapi juga pembuatan buletin atau majalah.
Hal ini tentu didukung dengan sarana-prasarana untuk menunjang mata pelajaran
jurnalistik di sekolah.

Last but not least! Tiada kata terlambat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia,
termasuk dalam pembuatan majalah sekolah. Dalam 10 tahun terakhir ini, banyak sekolah
yang menyadari arti penting majalah sekolah. Bahkan untuk meningkatkan kualitas
majalah sekolah, dibukalah ekstrakulikuler (ekskul) jurnalistik di sekolah, juga digelar
berbagai pelatihan jurnalistik dengan menggandeng praktisi pers.

Meski tidak berupa mata pelajaran jurnalistik secara khusus, setidaknya dengan ekskul
jurnalistik ini bisa mengejar ketertinggalannya dari negara maju. Banyak sekali manfaat
ekskul jurnalistik. Hery Nugroho (2006) mengatakan ada empat hal, yakni a) sebagai
media penyaluran bakat siswa dalam bidang penulisan, b) penyaluran minat dalam bidang
yang sama, b) membantu anak memahami dan mempraktikkan teori-teori dalam pelajaran
bahasa, dan d) melatih anak tampil lebih berani dan kritis terhadap berbagai kondisi.

Dengan adanya ekskul jurnalistik, diharapankan dapat menelurkan produknya: majalah


sekolah. Karenanya, sekolah yang mempunyai ekskul jurnalistik akan lebih mudah
membuat majalah sekolah daripada sekolah yang tidak mempunyai ekskul tersebut.
Secara teori, sekolah yang mempunyai ekskul jurnalistik sudah siap dengan infrastruktur
dalam pembuatan majalah sekolah.

Sebenarnya sekolah yang tidak mempunyai ekskul jurnalistik tidak berarti harus menutup
pintu untuk memiliki majalah sekolah. Sebab secara substansi juga diajarkan dalam setiap
mata pelajaran, baik bahasa Indonesia, bahasa Jawa, maupun bahasa Inggris. Yang
terpenting, adakah kemauan sekolah untuk membuatnya. Tentunya kemauan ini tidak
hanya dari guru bahasa Indonesia saja, tetapi harus didukung berbagai komponen
sekolah, mulai dari kepala sekolah, seluruh guru, karyawan, komite sekolah, orang tua
siswa, dan siswa itu sendiri.

Merasakan Manfaat
Dukungan ini dapat dengan cepat diperoleh kalau masing-masing pihak mengetahui dan
merasakan manfaat adanya majalah sekolah. Menurut Mulyoto (2007), ada tujuh manfaat
adanya majalah sekolah. Pertama, sebagai media penyalur potensi menulis. Siswa dapat
menyalurkan bakat serta minat menulis. Banyak sekali penulis terkenal memulai belajar
menulis sejak bangku sekolah. Pendek kata, majalah sekolah dapat berfungsi sebagai
kawah ”candradimuka” bagi calon-calon penulis masa depan.

Kedua, penyalur aspirasi. Seringkali banyak siswa ketika mempunyai masalah hanya
diungkapkan dengan coretan di atas meja, atau di dinding sekolah. Pengungkapan
perasaan seperti ini jelas merugikan sekolah, karena akan terkesan kumuh dan kotor.
Daripada seperti itu, lebih baik siswa mengungkapkan perasaannya dengan tulisan, baik
berupa gambar, cerpen, artikel, atau puisi yang nantinya akan dimuat di majalah sekolah.

Ketiga, media komunikasi. Tulisan yang dimuat —baik dari siswa, guru atau karyawan—
akan dibaca seluruh keluarga besar sekolah. Hal ini secara tidak langsung akan terjadi
komunikasi antarpembaca. Keempat, media pembelajaran berbasis baca-tulis. Belajar
tidak cukup dengan hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat, dan menghafalkan.
Tetapi juga mau membaca masalah-masalah di sekitarnya dan menuangkan dalam bentuk
tulisan. Keberadaan majalah sekolah memberi ruang kepada siswa untuk
mempublikasikan idenya.

Kelima, media belajar organisasi. Dalam pembuatan majalah sekolah diperlukan


pengelola majalah, mulai dari pemimpin redaksi, sekretaris, bendahara, redaktur,
wartawan, fotografer, dan lain-lain. Secara langsung, siswa belajar bagaimana membagi
pekerjaan untuk membuat majalah sekolah.

Keenam, penyemai demokrasi. Dengan adanya majalah sekolah, siswa bisa menuliskan
uneg-unegnya dalam bentuk tulisan. Uneg-uneg bisa berbentuk masukan untuk perbaikan
sekolah. Sehingga siswa dapat merasakan pengalaman nyata tentang bagaimana
menyampaikan pikiran dalam sistem yang demokratis, dengan cara yang bermartabat.

Ketujuh, media promosi. Tulisan yang ada dalam majalah sekolah sekaligus dapat
diketahui orang lain. Selagi majalah itu masih ada, sampai kapan pun orang lain akan
dapat membacanya. Dengan kata lain, penerbitan majalah sekaligus bisa menjadi media
promosi sekolah tersebut.

Ya, ketujuh manfaat itu sangat bermanfaat. Atau dalam bahasa penulis (Hery Nugroho,
2008), kemanfaatanya sama seperti pohon kelapa. Mulai dari akar sampai batangnya
bermannfaat. Setelah mengetahui manfaat dan bersepakat untuk membuat majalah
sekolah, langkah berikutnya adalah action (pembuatan majalah sekolah).

Cara Praktis
Menurut pengalaman penulis selaku pembimbing, pembuatan majalah sekolah dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Yang pertama, masa persiapan. Pengelola
majalah menyiapkan penerbitan majalah sekolah, yakni membuat proposal. Proposal
hendaknya dibuat dan dibahas oleh seluruh pengelola. Mulai dari soal nama majalah,
visi-misi, rencana rubrikasi, jumlah halaman, hingga rencana pemasukan dan pengeluaran
dalam pembuatannya.
Kedua, masa penulisan dan pengeditan. Penulisan naskah bisa berasal dari siswa, guru,
dan karyawan. Untuk memfokuskan isi, sebaiknya dilakukan rapat redaksi terlebih dulu.
Jangan lupa, dalam redaksi itu harus ada kesepakatan bersama kapan batas akhir (dead
line) pengumpulan naskah.

Setelah semua tulisan masuk ke meja redaksi, langkah berikutnya adalah menyeleksi
naskah layak muat dan mengeditnya. Editing dilakukan oleh editor, dan tugas itu bisa
dilakukan oleh guru bahasa, khususnya bahasa Indonesia.
Ketiga, lay out. Pada masa ini, naskah yang telah dimuat ditata (lay out). Kalau pengelola
majalah bisa me-lay out sendiri, itu lebih baik. Kalau tidak, minta bantuan orang lain
yang ahli. Meski yang me-layout orang lain, alangkah baiknya ada salah seorang redaksi
yang ikut mendampingi, untuk memudahkan lay outer manata sesuai dengan keinginan
redaksi.

Hasil lay out bisa diprint, untuk diedit ulang. Mungkin ada yang masih salah, kurang foto,
atau yang lain. Langkah ini bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan isi majalah.
Keempat, pracetak. Pada masa ini, pembuatan majalah 75 persen hampir jadi. Ibarat foto,
tinggal membuat filmnya. Dalam tahap ini, pengelola dihadapkan pilihan apakah
menggunakan film atau kalkir. Film pun ada dua pilihan: separasi atau hitam putih.

Pilihan ini tergantung dari kemampuan pengelola majalah sekolah. Kalau ingin bagus,
bisa berbentuk film yang separasi. Tetapi kalau dananya minim, bisa menggunakan
kalkir. Dalam pengamatan penulis, banyak pengelola majalah sekolah menggunakan film
separasi untuk cover, sedangkan halaman isi menggunakan kalkir. Hal ini ditempuh
dengan pertimbangan penghematan pengeluaran dana dan kualitasnya tidak begitu jelek.

Kelima, pencetakan. Ini adalah tahapan terakhir, dan sangat menentukan kualitas cetak
majalah. Karenanya, redaksi harus hati-hati memilih percetakan yang betul-betul
berpengalaman. Selain itu, perlu diperjelas waktu selesai pencetakan. Jangan sampai
waktunya meleset dari keinginan pengelola.

Setelah kelima hal itu dilakukan, bukan berarti pekerjaan pengelola majalah selesai. Ada
hal yang tidak kalah penting, yakni membagi majalah ke tangan pembaca. Bagaimana,
mudah bukan membuat majalah sekolah? Selamat mencoba! ***

Hery Nugroho, S.Pd.I


Guru SMP Negeri 7 Semarang, juara III Sayembara Penulisan Buku Pengayaan Tingkat
Nasional Tahun 2008 yang diselenggarakan Pusat Perbukuan Depdiknas, Pengurus
Agupena Jawa Tengah.

Tags:

Sumber: Cara Mudah Membuat Majalah Sekolah » Agupena Jawa Tengah


http://agupenajateng.net/2009/07/05/cara-mudah-membuat-majalah-
sekolah/#ixzz14PfNYJd5
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Share Alike
Category:Other
"CARA MEMBUAT MAJALAH SEKOLAH"

YUP, Kamu dan teman-temanmu sudah ngebet mo bikin majalah atau buletin sekolah.
Sebenarnya Majalah dan Buletin itu memiliki perbedaan lho but any bus way tuk JOB
DESCRIPTION kita standartkan saja ok’s. Cari Bocoran informasi dana dari Pembina
majalah sekolah. Berdasar informasi tersebut, kamu dapat memprediksi majalah
sekolahmu nanti kayak apa. Hal yang penting untuk dipersiapkan sekarang adalah
menyusun kepengurusan beserta tanggung jawabnya alias tugas-tugasnya (penting nich:
berdasarkan pengalaman penulis ini adalah pondasi awal yang harus dibentuk dengan
sebaik mungkin), trus setelah itu membuat proposal.
Tugas-Tugas Pasukan
Sebelum berangkat ke medan tempur bikin majalah sekolah, kamu perlu nyiapin pasukan.
Pasukan majalah sekolah kudu dirancang sedemikian rupa sehingga formasinya bagus
agar misi bikin majalah sekolah ini berhasil dengan baik.
Nah, ini dia formasi pasukan masel(majalah sekolah) beserta tugas-tugasnya, semoga ini
bisa membantu. Ini nih perinciannya:

Pemimpin Umum
Biasanya kepala sekolah.

Pembina
Biasanya guru bahasa Indonesia atau orang yang mengerti jurnalistik .

Pemimpin Redaksi
Pemimpin redaksi bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja
keredaksian sehari-hari. Ia harus mengawasi isi seluruh rubrik majalah sekolah yang
dipimpinnya. Ia yang harus mengkoordinasi seluruh anggota tim majalah sekolah serta
mengatur agar setiap kegiatan masing-masing anggota timnya berjalan selaras saling
melengkapi. Ia juga yang kudu berkonsolidkasi dengan Pembina tentang kebutuhan atau
kesulitan dalam penerbitan masel.

Redaksi
Yang dipimpin pemimpin redaksi tentu adalah tim redaksi. Namanya tim, tentu
anggotanya enggak Cuma satu orang. Betapa berat beban bikin majalah sekolah jika yang
menggarap Cuma 1 redaksi. Bagusnya, 1 anggota tim redaksi majalah sekolah Cuma
bertanggung jawab terhadap 1 atau 2 rubrik. Lebih dari itu bisa mengganggu kewajiban
belajar pelajaran sekolah.
Intinya, redaksi bertanggung jawab terhadap penyediaan naskah. Naskah harus ia
sediakan entah dengan menulisnya sendiri atau menyeleksi dari kiriman siswa-siswa lain.
Jika menyeleksi dari kiriman siswa, ia juga diharuskan menyuntingnya agar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan redaksi.
Melihat kerja redaksi di atas, seorang redaksi hendaklah tahu -minimal punya rasa ingin
tahu- bagaimana mengkomunikasikan ide dalam bahasa tulis yang mudah dimengerti. Ia
juga harus punya rasa ingin tahu tentang bagaimana menggunakan bahasa yang baik dan
benar, termasuk masalah tata tulis.
Sebenarnya, termasuk dalam redaksi ini adalah reporter dan desainer grafis. Agar lebih
jelas, deskripsi tugas 2 kru terakhir ini dijabarkan tersendiri.

Tim Reporter
Ada yang berpendapat reporter merupakan bawahan redaksi. Dalam jurnalisme umum
atau surat kabar bisa saja begitu. Tapi dalam jurnalisme sekolah, agak repot
‘membawahkan’ reporter. Lebih enaknya reporter itu ya bagian dari redaksi.
Lalu ngapain reporter ‘dibedakan’ dengan redaksi?
Kerja reporter lebih terfokus pada liputan berita, ia bertanggung jawab mencari,
melaporkan atau meliput peristiwa atau pendapat penting sesuai dengan visi misi majalah
sekolah. Reporter lebih banyak bekerja di lapangan. Walaupun demikian, ia hendaknya
menyerahkan hasil liputan dalam bentuk artikel liputan yang sudah bagus alias siap
tampil di majalah. Rubrik-rubrik di mana para reporter bertanggung jawab adalah liputan
kegiatan sekolah, wawancara, liputan kegiatan luar sekolah, dan semacamnya.
Apakah tim reporter harus dibuat secara khusus?
Bisa ya bisa tidak. Dalam praktiknya, ada rubrik yang kurang membutuhkan peliputan.
Misal, rubric iptek, agama, opini, kiat, dan sebagainya. Seorang redaktur bisa
membuatnya tanpa angkat kaki dari sekolah. Ia bisa memperoleh sumber penulisan rubric
semacam di atas dari buku atau browsing internet. Ada juga rubrik yang butuh banget
sama peliputan: misal laporan kegiatan sekolah atau wawancara tokoh tertentu. Ada juga
rubric yang kudu digarap bersama, antara reporter dan redaksi non-liputan, missal:
bahasan utama atau tema utama.
Dengan ilustrasi kerja yang demikian, baiknya, tim reporter dibuat secara khusus agar
kerja mereka lebih fokus. Deskripsi tugas mereka adalah meliput suatu berita dan
mengemasnya sampai siap tampil di majalah. Untuk kerja reporter, hendaknya dipilih kru
redaksi yang berani, bersemangat, optimis, tahu sopan santun, dan mampu membangun
komunikasi dengan orang lain (baca: asing/belum dikenal) dengan baik.

Tim Desain
Sebenarnya teman-teman yang berada dalam tim ini masih termasuk lingkup redaksi.
Dalam jurnalisme umum, mereka biasa disebut sebagai redaktur artistic. Tugas mereka
adalah menata letak tulisan-tulisan dari redaktur agar tampil apik dibaca. Mereka pula
yang bertugas untuk memberi ilustrasi pada setiap rubrik. Desain per rubrik juga menjadi
tanggung jawab mereka. Yang dimaksudkan dengan desain di sini adalah apakah pada
rubrik anu itu memakai gambar latar belakang atau tidak, diberi header/footer atau tidak,
dan sebagainya. Termasuk tugas tim ini adalah bikin kover majalah.
Sebaiknya, tim desain ini pula yang mengurus segala hal berkaitan majalah sekolah
sampai sebelum naik cetak alias naskah siap cetak. Soalnya, kadang-kadang komputer
yang kita gunakan tidak sesuai dengan standar komputer percetakan, akibatnya bisa saja
warna jadi berubah (terlalu tua, terlalu muda), font hilang, gambar geser, dan lain
sebagainya.
Para kru tim desain ini hendaknya orang yang memang bakat dalam bidang desain grafis.
Di antara mereka sebaiknya ada yang pinter menggambar manual, teman kita yang
seperti ini cocok dipasang sebagai illustrator. Selain illustrator, sebaiknya ada juga yang
bisa mengoperasikan perangkat lunak desain seperti Adobe Indesign, Photoshop,
Freehand, CorelDraw. Sebaiknya tidak sekadar bisa saja, ia tetap harus punya sense of
art. Perangkat-perangkat lunak seperti itu hanyalah alat. Yang penting tetap saja the man
behind the gun-nya.
Jadi tim desain tapi belum bisa menggunakan perangkat lunak seperti itu? Buku-buku
yang memberi petunjuk pengoperasian perangkat lunak seperti ini mudah didapat di toko-
toko buku dan jalan terakhirnya kamu minta desainkan sama orang lain/percetakan.

Kru Opsional
Selain kru utama di atas, sebuah majalah sekolah boleh saja punya kru tambahan atau
opsional -boleh punya, boleh juga tidak.
Contoh kru opsional yang mungkin saja diperlukan adalah bagian iklan. Siapa tahu
Pembina majalah sekolahmu mengizinkan majalah sekolah untuk cari dana selain dana
dari sekolah. Nah, kalo demikian, tentu iklan jadi bagian penting buat kelancaran hidup
majalah sekolahmu. Untuk menangani iklan dengan baik, perlu dibentuk tim tersendiri.

Membuat JADWAL KERJA


Buatlah jadwal kerja, mulai rapat redaksi hingga naik cetak. Ikuti alur kerja berikut:

* News planning (rapat redaksi, membahas rencana isi masel atau bulletin, missal tiap
tanggal 1 sekaligus evaluasi edisi sebelumnya).
* News hunting (pengumpulan data atau bahan-bahan tulisan, bisa melalui wawancara
atau studi literature).
* News writing (pengolahan bahan tulisan menjadi tulisan alias menulis naskah)
* News editing (penyutingan naskah, koreksi, dan penyesuaian naskah dengan
space/kolom yang tersedia).
* Lalu masuk ke Design Graphic (layout, artistic, ilustrasi) dan masuk ke percetakan
(printing).

Dengan alur kerja seperti itu, insya allah kegiatan belajar tidak terganggu. Tentukan
jadwal, misalnya rapat redaksi tiap tanggal 1, deadline tanggal 20, layout tanggal 21-22,
masuk percetakan 23-24, selesai dah tinggal membagikan!

Bikin Proposal
Setelah kru terbentuk, susunlah proposal penerbitan majalah sekolah. Proposal ini penting
buat bukti kalo kamu mo serius ngurusinnya. Terus juga buat semacam panduan kerja
kamu untuk sementara.
Apa saja isi proposal penerbitan majalah sekolah ini?
Yang penting, proposal itu harus mengandung unsur-unsur berikut ini:

Latar Belakang
Bagian ini merupakan pengantar proposal. Jelaskanlah di sini mengapa sekolah kamu
sudah memerlukan adanya majalah sekolah. Misalnya, karena siswa-siswa sudah
membutuhkan media untuk menyalurkan aspirasinya, atau karena media majalah dinding
sudah dianggap tidak mencukupi lagi untuk menampung aspirasi dan kreativitas siswa.
Sebutkan juga alasan kamu memilih bentuk majalah untuk mewujudkan media penerbitan
berkala di sekolah ini. Kamu bisa mengutip tulisan di rubric ini sebelumnya tentang plus
minusnya bentuk majalah sekolah. ?
Tujuan Pembuatan Majalah Sekolah
Sebutkanlah tujuan dan manfaat adanya majalah sekolah, misal: mewujudkan media
sebagai tempat mengasah ketrampilan berbahasa yang baik dan benar, menjembatani
jurang komunikasi antarsiswa, antara siswa dan guru, antara siswa dan alumni, dan antara
itu semua, dan sebagainya.

Nama dan Slogan


Ketika proposal penerbitan dibikin, majalah sekolah kamu (se)harus(nya) sudah punya
nama. Masak di proposal belum ada namanya? Masalah nama bisa kamu rapatin sesama
timmu dan juga jangan lupa diusulkan dulu ke Pembina lho. Soalnya, nama ini juga
masalah sensitive. Nggak boleh berkonotasi negative, bermuatan merendahkan
kehormatan orang/kelompok lain, dll, dsb. Terus, sebutkan juga mengapa kamu memilih
nama tersebut. Tentu dong nama majalah sekolahmu harus punya arti dan filosofi. Masak
pilih nama begitu saja?
Slogan seharusnya juga punya. Slogan adalah kata-kata atau seruan yang
mengekspresikan ide, motivasi, semangat, dan tujuan suatu organisasi -dalam konteks ini
adalah majalah sekolahmu itu. Terangkan pula makna sloganmu itu apa.
Oh, ya, masalah slogan ini juga kamu rembug bersama dan kamu komunikasikan dengan
bapak ibu Pembina.

Karakteristik Majalah
Sebutkan karakteristik fisik majalah sekolah yang ingin kamu buat itu. Sebutkan
ukurannya (berapa mm kali berapa mm), posisinya tegak atau landscape, tebalnya, jenis
kertas kovernya, jenis kertas isinya, halaman warna berapa persen, jilid pake lem atau
benang atau stapler. Terangkan pula periode penerbitannya (berapa bulan sekali), waktu
penerbitannya kapan, juga sekali terbit berapa eksemplar.

Rubrikasi
Datalah rubrik apa saja yang kamu rencanakan untuk tampil di majalah sekolahmu. Tidak
hanya namanya saja, tapi juga deskripsi rubric tersebut. Misal rubric Iptek, membahas
tentang informasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Nama rubrik tidak harus lugas. Misal
saja, rubrik Iptek tidak harus bernama iptek, bisa saja: saintika.

Struktur Organisasi
Tulislah kepengurusan majalah sekolah ini, jabatan apa dipegang oleh siapa. Tulis juga
masa jabatannya, biasanya setahun. Yang ini bisa juga diletakkan di lampiran.

Anggaran
Ini penting. Jangan lupa. Tuliskan pemasukan danamu berasal dari mana saja. Tulis juga
pengeluaran danamu untuk biaya apa saja. Pihak sekolah tentu akan perhatian banget
dengan yang ini.

IKLAN
Iklan ini berguna bagi pemasukan majalah sekolah kamu. Caranya kamu buat proposal
seperti diatas dan tambahkan perjanjian-perjanjian harga kesepakatan, surat kesepakatan.
Untuk mencari iklan, pasang dulu iklan pancingan, gratis dulu bila perlu. Kamu juga
harus memperhitungkan iklan-iklan apa saja yang layak di iklankan, jangan sampek
iklannya rokok misalnya, bisa berurusan sama pihak sekolah nanti. Selamat bikin majalah
sekolah dan buletin!

Elvigto
Sumber:
(pengalaman penulis, www.huzaifah.org, www.irvansyaiban.wordpress.com)
Prev: 2008's Indonesia's Highest-Paid Stars
reply share

osted on 1 Juni, 2009 by elvigto

Mengenal lebih jauh Anggota dewan redaksi

Sebenarnya, termasuk di dalam redaksi itu ada reporter dan desainer grafisnya. Agar
lebih jelas, deskripsi tugas-tugas kru terakhir ini dijabarkan sebagai berikut:

• Tim Reporter
Ada yang berpendapat reporter merupakan bawahan redaksi. Dalam jurnalis
umum atau surat kabar bisa saja begitu. Tapi dalam jurnalisme sekolah, agak
repot ‘membawahkan’ reporter. Lebih enaknya reporter itu ya bagian dari redaksi.

Lalu ngapain reporter ‘dibedakan’ dengan redaksi?


Kerja reporter lebih terfokus pada liputan berita, ia bertanggung jawab mencari,
melaporkan atau meliput peristiwa atau pendapat penting sesuai dengan visi misi majalah
sekolah. Reporter lebih banyak bekerja di lapangan. Walaupun demikian, ia hendaknya
menyerahkan hasil liputan dalam bentuk artikel liputan yang sudah bagus alias siap
tampil di majalah. Rubrik-rubrik di mana para reporter bertanggung jawab adalah liputan
kegiatan sekolah, wawancara, liputan kegiatan luar sekolah, dan semacamnya.

Apakah tim reporter harus dibuat secara khusus?


Bisa ya bisa tidak. Dalam praktiknya, ada rubrik yang kurang membutuhkan peliputan.
Misal, rubrik iptek, agama, opini, kiat, dan sebagainya. Seorang redaktur bisa
membuatnya tanpa angkat kaki dari sekolah. Ia bisa memperoleh sumber penulisan rubrik
semacam di atas dari buku atau browsing di internet. Ada juga rubrik yang butuh banget
sama peliputan, misal laporan kegiatan sekolah atau wawancara tokoh tertentu. Ada juga
rubrik yang kudu digarap bersama, antara reporter dan redaksi non-liputan, misal bahasan
utama atau tema utama.

Dengan ilustrasi kerja yang demikian, baiknya, tim reporter dibuat secara khusus agar
kerja mereka lebih fokus. Deskripsi tugas mereka adalah meliput suatu berita dan
mengemasnya sampai siap tampil di majalah. Untuk kerja reporter, hendaknya dipilih kru
redaksi yang berani, bersemangat, optimis, tahu sopan santun, dan mampu membangun
komunikasi dengan orang lain (baca: asing/belum dikenal) dengan baik.

• Tim Desain
Sebenarnya teman-teman yang berada dalam tim ini masih termasuk lingkup
redaksi. Dalam jurnalis umum, mereka biasa disebut sebagai redaktur artistik.
Tugas mereka adalah menata letak tulisan-tulisan dari redaktur agar tampil apik
dibaca. Mereka pula yang bertugas untuk memberi ilustrasi pada setiap rubrik.
Desain per rubrik juga menjadi tanggung jawab mereka. Yang dimaksudkan
dengan desain di sini adalah apakah pada rubrik itu memakai gambar latar
belakang atau tidak, diberi header/footer atau tidak, dan sebagainya. Termasuk
tugas tim ini adalah bikin cover majalah.

Sebaiknya, tim desain ini pula yang mengurus segala hal berkaitan majalah sekolah
sampai sebelum naik cetak alias naskah siap cetak. Soalnya, kadang-kadang komputer
yang kita gunakan tidak sesuai dengan standar komputer percetakan, akibatnya bisa saja
warna jadi berubah (terlalu tua, terlalu muda), font hilang, gambar geser, dan lain
sebagainya.

Para kru tim desain ini hendaknya orang yang memang bakat dalam bidang desain grafis.
Di antara mereka sebaiknya ada yang pinter menggambar manual, teman kita yang
seperti ini cocok dipasang sebagai illustrator. Selain illustrator, sebaiknya ada juga yang
bisa mengoperasikan perangkat lunak desain seperti Adobe Indesign, Photoshop,
Freehand, CorelDraw,dll. Sebaiknya tidak sekadar bisa saja, ia tetap harus punya sense
of art. Perangkat-perangkat lunak seperti itu hanyalah alat. Yang penting tetap saja the
man behind the gun-nya.

Jadi tim desain yang belum bisa menggunakan perangkat lunak seperti itu, diharuskan
mempelajari buku-buku yang memberi petunjuk pengoperasian perangkat lunak tersebut.
Buku semacam ini mudah di dapat di toko-toko buku. Dan jalan terakhirnya kamu minta
desainkan sama orang lain/percetakan, jika kamu tidak mau repot-repot.

• Kru Opsional
Selain kru utama di atas, sebuah majalah sekolah boleh saja punya kru tambahan
atau opsional -boleh punya, boleh juga tidak. Contoh kru opsional yang mungkin
saja diperlukan adalah bagian iklan. Siapa tahu Pembina majalah sekolahmu
mengizinkan majalah sekolah untuk cari dana selain dana dari sekolah. Nah, kalo
demikian, tentu iklan jadi bagian penting buat kelancaran hidup majalah
sekolahmu. Untuk menangani iklan dengan baik, perlu dibentuk tim tersendiri.
(elvigto)

osts tagged Jurnalistik


Tujuh Pertimbangan Dalam Jurnalisme Sastra

July 15, 2010 · Filed under Uncategorized · Tagged Jurnalistik


Oleh : Andreas Harsono

Istilah jurnalisme sastra adalah salah satu dari sekian banyak nama buat genre tertentu
dalam jurnalisme. Wartawan Amerika Tom Wolfe pada 1974 memperkenalkannya
dengan nama “jurnalisme baru.” Ada juga yang memakai nama “narrative reporting”.
Ada juga yang pakai nama “passionate journalism.” Tapi ada yang secara sederhana
mengatakannya “tulisan panjang.”

Tapi intinya, genre ini menukik lebih dalam daripada apa yang kita kenal sebagai “in-
depth reporting.” Ia bukan saja melaporkan seseorang melakukan apa. Tapi ia masuk ke
dalam psikologi yang bersangkutan dan menerangkan mengapa ia melakukan hal
tersebut.

Tulisannya biasanya panjang. Majalah The New Yorker bahkan pernah hanya
menerbitkan laporan John Hersey berjudul “Hiroshima” dalam satu edisi majalah. Read
the rest of this entry »

Leave a comment »

Manfaat Menulis untuk Kesehatan Mental

June 20, 2010 · Filed under Uncategorized · Tagged Jurnalistik, menulis


Menulis bisa membuat gila? Lalu untuk apa menulis?

Bagi sebagian orang, menulis dianggap membosankan. Buang waktu hanya untuk sebuah
tulisan yang belum tentu dibaca, disukai atau dinikmati orang lain. Sah-sah saja sih
berpendapat seperti itu karena tiap orang punya kepentingan dan keinginan yang berbeda
dengan menulis. Bagi yang telanjur menganggap menulis itu gak penting, luangkan
sedikit waktu untuk sekedar merenung : apa arti tulisan dan mengapa orang mau menulis
bahkan bisa menulis. Alasannya pasti beragam, mulai dari sekedar hobi, mengembangkan
bakat (alih-alih jadi bakat ku butuh…), Read the rest of this entry »

Comments (3) »

Menulis dengan Hati, Sebuah Energi Tulisan

June 20, 2010 · Filed under Uncategorized · Tagged Jurnalistik, menulis


Menulislah dengan hati karena hati senantiasa mengerti, menuntun jiwa untuk memberi
dan berbagi.

Menulis bukan sekedar menyampaikan ide, informasi atau sejumlah data dan peristiwa.
Lebih dari itu, menulis merupakan energi, memerlukan energi dan dapat memberikan
energi bagi penulis juga pembacanya. Menulis dengan hati, merupakan energi yang akan
membuat sebuah tulisan berkarakter dan natural karena energi yang diperlukan dan
digunakan bersumber dari hati penulisnya, sehingga tulisan pun memberikan energi
berupa kepuasan dan semangat untuk berkarya bagi penulisnya. Faktanya, sebuah tulisan
yang ditulis dengan hati seringkali memberikan energi bagi pembacanya berupa inspirasi
yang bisa saja mengubah pola pikir dan caranya bersikap. Semua yang dikukan dengan
hati akan menyentuh hati, tertanam di hati dan menjadi energi hati. Lalu darimana
datangnya energi menulis, apa saja bentuknya dan sepenting apakah? Read the rest of this
entry »

Leave a comment »
Cara Mudah Membuat Majalah Sekolah

May 9, 2010 · Filed under Uncategorized · Tagged cara membut majalah, Jurnalistik,
majalah

Membuat majalah sekolah? ”Ah susah!” Begitu pernyataan yang sering diutarakan siswa
ketika ditanya masalah pembuatan majalah sekolah. Sebenarnya ada cara yang relatif
mudah untuk membuat majalah sekolah. Bagaimana?

JAWABAN ”Ah susah!” dari para siswa itu tidak bisa disalahkan. Gurunya pun belum
tentu bisa membuat majalah sekolah. Ini dapat dipahami, karena tidak ada mata pelajaran
secara khusus mengenai pembuatan majalah sekolah.
Hal ini kontras dengan sekolah di Amerika Serikat, yang mana penulis pernah
mengunjunginya beberapa waktu yang lalu. Semuanya mempunyai majalah sekolah yang
dibuat sendiri. Di sana juga ada mata pelajaran jurnalistik, bahkan ada kelas khusus
jurnalistik. Read the rest of this entry »

Comments (2) »

Cara Mudah Membangkitkan Gairah

March 24, 2010 · Filed under Uncategorized · Tagged buku, gairah, Jurnalistik, resensi
Category: Books
Genre: Literature & Fiction
Author: Waitlem

Penerbit: Yayasan Citra Budaya Indonesia


Cetakan: Pertama
Padang, Oktober 2007
Halaman: 110
Harga: Rp. 22.500,-.

Membeli buku ini selain karena tema yang memang sedang dicari, tapi juga karena
penampilan yang imut. Sangat terkesan dengan simpel dan tipisnya. Pewajahan cover
baik depan dan belakang juga sesuai dengan selera saya. Dari semua hal tersebut, seolah
buku ini akan memberi banyak kemudahan, bukannya setumpuk teori yang justru akan
menambah kepusingan pembaca yang notabene sedang belajar menulis.

Merujuk pada judulnya, isi buku ini benar-benar provokator yang sangat baik. Seolah
tidak ada sulitnya untuk menulis. Hanya satu hal yang perlu kita perlu lakukan. Ketik satu
kata dan biarkan pikiran yang mengendalikan semuanya hingga satu tulisan itu selesai.
Jangan pernah pikirkan, tulisan itu akan jadi berapa halaman, kapan selesainya, dan
lupakan (dulu) segala teori akademis yang memberi setumpuk syarat. Misalnya, tata
bahasa, pemulisan ejaan dll.

Yang lebih penting lagi, buku ini mengatakan, tidak ada tulisan yang jelek. Masalahnya
hanyalah tercipta tidaknya kesesuaian selera antara tulisan kita dengan selera penerbit,
mass media tempat kita mengirimkan artikel atau tulisan tersebut. Bisa jadi tulisan yang
telah di tolak berpuluh kali, sewaktu akhirnya di terbitkan akan menjadi best seller. Telah
banyak kejadian tentang itu.

Pernah ada satu kejadian, satu tulisan dikirim ke media “A” dan di tolak. Dikirim ulang
ke berpuluh media lainnya, hasilnya sama, di tolak juga. Akhirnya dikirimkan ke media
“A” lagi tanpa perubahan sama sekali. Hasilnya? Tayang dan menuai banyak pujian. Jadi
selain masalah selera, waktu yang tepatpun sangat berperan di sini.

Berikut langkah-langkah yang diangkat buku ini yang harus dilakukan oleh seorang
(calon) penulis agar meraih sukses:

01.Katakan dengan Tulisan > jangan katakan sekedar dengan bunga, katakan dengan
tulisan. Setiap ide akan menjadi tulisan dan setiap tulisan akan menjadi peluang.

02.Menulis Itu Mudah > Penerbit tak memerlukan ijazah anda. Hanya perlu kemauan dan
kemampuan membaca dan menulis.

03. Tetapkan Tujuan > Tujuan akan memberi motivasi. Semua sisi kehidupan
memerlukan motivasi, termasuk penulis.

04. Ide di Mana-mana > Disini ada satu prinsip yang perlu dipegang, “Tidak ada yang
sama di dunia ini”. Walaupun satu ide yang sama pernah di tulis oleh banyak penulis,
hasilnya tak akan sama. Jadi jangan takut untuk menulis hal yang sama tersebut.

05. Hari-hari Penting > Jika anda menulis untuk satu harian, perhatikan hari-hari penting
(nasional / internasional) dan tulis tentangnya. Ide boleh sama, hasil tulisan pasti akan
berbeda.

06. Ketidakmampuan Juga Ide > Tidak mampu menulis? Kenapa tidak membuat tulisan
berjudul “Mengapa Anda Tidak Mampu Menulis?” atau “Sepuluh Kiat Mengatasi
Ketidakmampuan Menulis”. Gampangkan?

07. Berangkat dari Satu Ide > Dalam satu momen penting, seringkali media memuat 4
hingga 5 tulisan dengan ide yang sama. Namun isinya berbeda. Jadi? Segeralah menulis.

08. Boleh Melompat Pagar > Jangan hanya menulis tentang satu tema yang menjadi
bidang keahlian anda. Lompatilah pagar dan menulis juga tentang bidang lainnya. Ingat,
menulis tidak memerlukan ijazah satu bidang.

09. Mengolah Ide > Ide ada dimana-mana. Satu ide akan melahirkan ide-ide
lainnya.Setiap ide bisa menjadi satu tulisan. Semua tergantung kita, mau mengolahnya
atau tidak.

10. Menjual Ide > Setiap ide yang dipindahkan menjadi tulisan akan berubah menjadi
uang. Anda akan menjadi kaya dengan menulis. Kaya materiil, moril dan harga diri.

Masih ada 15 langkah lainnya lagi yang kesemuanya dijelaskan secara simpel dan sangat
mendorong kita untuk segera menulis. Syaratnya mudah, mulailah dengan mengetik satu
kata dan biarkan pikiran yang akan melanjutkannya menjadi satu tulisan utuh.
Dan akhirnya adalah jangan pernah putus asa dengan penolakan. Di tolak bukan karena
tulisan kita jelek. Ada seribu alasan yang mengakibatkan tulisan kita tak layak terbit pada
satu saat dan menjadi sangat layak di saat yang lain. Kirim dan kirim. Kirimkan lagi.
Ubah jika memang ada permintaan. Jika ditolak tanpa alasan yang jelas, kirimkan ke
media lain. Sepuluh, dua puluh, bila perlu sampai ratusan kali dikirim. Peluang akan
datang di saat yang tepat. (Aster’s Collections)

Comments (9) »

Sejarah Pendidikan Jurnalistik

February 24, 2010 · Filed under Uncategorized · Tagged Jurnalistik

Pendidikan jurnalistik dewasa ini sangat banyak ditawarkan di perguruan-perguruan


tinggi, dan peminatnya pun cukup banyak pula. Di antara para wartawan yang kita kenal
di Indonesia, ada yang pernah mengenyam pendidikan formal ini, namun tak sedikit pula
yang tidak pernah dirasakannya sama sekali.

Walaupun tidak melalui pendidikan formal, namun seorang wartawan haruslah


mengetahui fungsi utama tugasnya sebagai wartawan, yaitu apa yang secara universal
dikenal: (1) menyajikan informasi; (2) memberikan pendidikan; (3) memberikan hiburan.
Untuk

bisa menjalankan fungsinya ini, seorang wartawan dituntut untuk dapat memenuhi
persyaratan tertentu, seorang wartawan dituntut untuk dapat memenuhi persyaratan
tertentu, yaitu pertama: memiliki kecerdasan; kedua: senantiasa bersikap waspada; ketiga:
memiliki rasa ingin tahu yang tak habis-habisnya; keempat peduli terhadap masyarakat;
kelima: akal yang panjang; keenam: memiliki kepekaan terhadap ketidakadilan; dan
ketujuh: berani untuk berbeda pendapat dengan pihak yang berkuasa.

Di samping itu tentu saja seorang wartawan harus dapat mengantisipasi kemungkinan
risiko yang harus ditanggung dalam melaksanakan kewajibannya.

Kerja Rutin Wartawan dan Kehidupan di dalam News Room

Dalam pelaksanaan tugas jurnalistik di sebuah penerbitan ataupun sebuah stasiun


radio/televisi, sebagaimana halnya sebuah institusi, terdapat pembagian tugas yang jelas,
demi penjaga kelancaran kerja sehari-hari.

Selain itu setiap insan yang bekerja sebagai seorang wartawan dan menjadi anggota
sebuah organisasi yang secara resmi diakui eksistensinya, baik oleh pemerintah maupun
oleh masyarakat luas, hendaknya menaati kode etik yang telah diakui dan diterima oleh
organisasi tersebut.

Pengertian Berita
Pada dasarnya berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang dianggap penting dan
menarik. bagi khalayak. Dari berbagai macam batasan yang diberikan orang tentang
berita, pada prinsipnya ada unsur penting yang harus diperhatikan yaitu unsur-unsur
laporan, kejadian/peristiwa/pendapat yang menarik dan penting, serta disajikan secepat
mungkin (terikat oleh waktu). Berita tersebut memiliki beberapa kriteria, antara lain
harus akurat, lengkap, objektif, seimbang, jelas dan ringkas.

Berbagai Jenis Berita

Ditinjau dari penyajiannya, berita terdiri dari straight news dan features. Straight news
dari soft news dan hard news. Features terdiri dari beberapa macam, mulai dari bright
sampai enterprise story.

Dalam media cetak, selain berita juga terdapat berbagai tulisan seperti tajuk rencana,
analisis berita, komentar berita, aritkel opini, resensi, pojok dan kolom.

Jenis Tulisan dalam Media Cetak

Jenis tulisan yang biasa muncul dimedia cetak adalah: Features (Karangan Khas),
Editorial (Tajuk Rencana), kolom, News Commentary (Komentar Berita), News Analysis
(Analisis Berita), Artikel Opini, dan Review/Resensi/Kritik.

Ada 2 teknik menulis resensi/revlew/kritik, yaitu secara impresif dan autoritatif. Kedua
jenis metode ini nampaknya terpisah, tetapi dalam kenyataannya, wartawan bidang seni
terkadang menggabungkan kedua metode ini.

Pengertian Sumber Berita

Dalam menjalankan tugasnya, seorang wartawan/jurnalis pasti akan berhubungan dengan


sumber berita. Sumber berita tidak hanya manusia tetapi juga peristiwa.

Sumber berita merupakan awal dari proses terciptanya berita. Dalam proses inilah
diperlukan kemampuan wartawan dalam mencari dan mengolah sumber berita sehingga
dapat tercipta sebuah berita yang baik dan benar serta layak ditampilkan.

Metode Perolehan Berita

Terdapat beberapa metode untuk memperoleh berita yang terdiri dari wawancara,
observasi, riset kepustakaan, press release/press conference dan statement of informan.

Sebagian besar metode perolehan berita adalah melalui wawancara. Tetapi dalam
perkembangan jurnalistik mutakhir, angka dan data dari kepustakaan juga ambil peranan
penting. Observasi adalah kegiatan mental yang subjektif dari wartawan sebagai hasil
pengolahan stimuli di sekitarnya dan observasi ini digunakan untuk “mempermudah
laporan”.
Press Conference, penting terutama untuk memperoleh background information untuk
hal-hal yang masih sangat baru. Sedangkan statement of information bukan digunakan
sebagai narasumber, tetapi metode yang artinya harus dilacak lagi kebenaran dan
kegunaannya bagi masyarakat.

Melindungi Sumber Berita

Dalam membina hubungan dengan narasumber, seorang wartawan harus memperhatikan


beberapa etika. Beritahukan tujuan kita kepada narasumber. Lindungilah kredibilitas dan
reputasi sumber berita, hargailah hak-hak narasumber, dan jangan sekali-sekali
mengharap narasumber “tergelincir” dalam pernyataannya.

Wahyudi Siswanto

TINJAUAN MATA KULIAH

PBIN4214 2/SKS 1-6

Anda sebagai guru bahasa Indonesia memiliki kewajiban untuk membina sanggar bahasa
dan sastra Indonesia di sekolah tempat Anda mengajar. Mata kuliah sanggar bahasa dan
sastra Indonesia sangat diperlukan oleh Anda untuk membantu memahami apa
sebenarnya sanggar bahasa dan sastra Indonesia, kegiatan apa saja yang terdapat dalam
sanggar bahasa dan sastra Indonesia, dan bagaimana cara mengelola kegiatan-kegiatan
sanggar bahasa dan sastra Indonesia tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, materi
yang disajikan dalam mata kuliah ini adalah materi yang berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan yang terdapat di dalam sanggar bahasa dan sastra Indonesia, yaitu hakikat
sanggar bahasa dan sastra Indonesia (pengertian, fungsi, tujuan, sasaran, dan ruang
lingkup sanggar bahasa dan sastra Indonesia), aktivitas produktif dan kreatif dalam
sanggar bahasa dan sastra Indonesia, penerbitan majalah sekolah dan majalah dinding,
kepewaraan dan pidato, penyelenggaraan kompetisi apresiasi puisi dan cerpen,
penyelenggaraan drama radio dan drama panggung
Setelah mempelajari mata kuliah ini, secara khusus Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan hakikat sanggar bahasa dan sastra Indonesia;
2. menjelaskan aktivitas produktif dan kreatif dalam sanggar bahasa dan sastra Indonesia;
3. menulis dan menyunting tulisan untuk majalah sekolah dan majalah dinding;
4. menerbitkan majalah sekolah;
5. menerbitkan majalah dinding;
6. melakukan kegiatan kepewaraan;
7. melakukan kegiatan pidato;
8. menyelenggarakan kompetisi apresiasi puisi;
9. menyelenggarakan kompetisi apresiasi cerpen;
10. menyelenggarakan drama radio;
11. menyelenggarakan drama panggung

Sesuai dengan bobot mata kuliah ini, yaitu 2 sks dan juga tujuan yang ingin dicapai
tersebut, mata kuliah ini terdiri dari 6 (enam) modul sebagai berikut.
Modul 1: Hakikat dan Aktivitas Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia
Modul 2: Majalah Sekolah
Modul 3: Majalah Dinding
Modul 4: Kepewaraan dan Pidato
Modal 5: Kompetisi Apresiasi Puisi dan Cerpen
Modal 6: Penyelenggaraan Drama Radio dan Drama Panggung

Agar tujuan yang dirancang dapat Anda kuasai dengan baik maka Anda harus
mempelajari setiap modul dengan cermat. Kerjakan semua latihan dan tugas yang
diberikan dengan benar dan tepat. Tetaplah menjaga semangat Anda dalam belajar.

Selamat Belajar Semoga Anda Sukses!

MODUL 1: HAKIKAT DAN AKTIVITAS SANGGAR BAHASA


DAN SASTRA INDONESIA
Kegiatan Belajar 1:

Hakikat Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia


Sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah kegiatan yang mempelajari, mengkaji,
memproduksi, dan mengkreasikan bahasa dan sastra Indonesia dalam berbagai ragam dan
tujuan. Kegiatan yang berkaitan dengan bahasa Indonesia misalnya majalah sekolah,
majalah dinding, penyuntingan bahasa, kepewaraan, dan pidato. Kegiatan yang berkaitan
dengan sastra Indonesia misalnya apresiasi puisi, apresiasi cerpen, drama radio, dan
drama panggung.
Secara garis besar, fungsi sanggar bahasa dan sastra Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi dua fungsi: (1) sosial dan (2) personal atau individual. Sanggar bahasa dan sastra
Indonesia berfungsi sosial: (a) menjadi alat pemersatu warga sekolah, (b) alat
berkomunikasi, (c) alat edukatif. Dalam kaitannya dengan fungsi personal individual,
sanggar bahasa dan sastra Indonesia berfungsi ekspresif, regulatori, referensial, heuristik,
estetik, dan kreatif.
Ada berbagai tujuan sanggar bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan ini meliputi aspek
kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap). Tujuan ini
dibedakan atas jangka pendek dan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah membina siswa dan
guru (atau warga sekolah lainnya) untuk mengetahui dan aktif dalam mengelola kegiatan
bahasa Indonesia, misalnya majalah sekolah, majalah dinding, penyuntingan,
kepewaraan, dan pidato. Selain itu, sanggar bahasa dan sastra Indonesia bertujuan untuk
membina siswa dan guru (atau warga sekolah lainnya) untuk mengetahui dan aktif dalam
mengelola kegiatan sastra Indonesia misalnya apresiasi puisi, apresiasi cerpen, drama
radio, dan drama panggung.
Tujuan jangka panjang sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah sebagai sarana untuk
menumbuhkan kreativitas, jiwa mandiri, kritis siswa dan guru (atau warga sekolah
lainnya).
Sasaran pengelolaan sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah (1) siswa, (2) guru
bahasa dan sastra Indonesia, (3) penutur asli bahasa Indonesia, dan (4) pemakai bahasa
Indonesia sebagai bahasa asing.
Ruang lingkup kegiatan sanggar bahasa dan sastra Indonesia meliputi kegiatan produksi
dan kreasi bahasa dan sastra Indonesia. Adapun materi sanggar meliputi (1) majalah
sekolah, (2) majalah dinding, (3) penyuntingan bahasa, (4) kepewaraan, (5) pidato, (6)
apresiasi puisi, (7) apresiasi cerpen, (8) drama radio, dan (9) drama panggung.

Kegiatan Belajar 2:

Aktivitas Produktif dan Kreatif dalam Sanggar Bahasa dan


Sastra Indonesia
Aktivitas produktif dan kreatif merupakan ciri khas sanggar bahasa dan sastra Indonesia.
Aktivitas produktif dalam sanggar bahasa dan sastra Indonesia mengharuskan adanya
aktivitas yang menghasilkan karya bahasa dan sastra Indonesia. Hasil ini harus
bermanfaat baik bagi diri siswa, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah, maupun
masyarakat pada umumnya. Di dalam sanggar semua yang terlibat juga harus kreatif.
Orang-orang yang terlibat dalam sanggar bahasa dan sastra Indonesia harus kreatif.
Mereka merupakan orang-orang kreatif yang mempunyai ide atau produk kreatif, selalu
berproses kreatif dan terlibat dalam lingkungan kreatif.
Sanggar bahasa dan sastra Indonesia dikembangkan berdasarkan beberapa prinsip.
Prinsip itu adalah (a) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta sanggar dan lingkungannya; (b) beragam; (c) tanggap terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (d) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (d)
menyeluruh dan berkesinambungan; (e) belajar sepanjang hayat.
Dalam pelaksanaan sanggar bahasa dan sastra Indonesia menggunakan beberapa prinsip.
Prinsip itu adalah (a) didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta sanggar
untuk menguasai potensi yang berguna bagi dirinya; (b) dilaksanakan dengan
menegakkan lima pilar belajar; (c) memungkinkan peserta sanggar mendapat pelayanan
yang bersifat perbaikan, pengayaan, percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi peserta; (d) dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta
sanggar yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat; (e)
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber
belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar; (f) dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan
budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. (1984). Pengantar Memahami Unsur-Unsurdalam Karya Sastra. Malang:
FPBS, IKIP Malang.

Anwar, Rosihan. (1984). Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Paradnya Paramita.

Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Assegaf, Dja’far G. (1991). Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Bari, M. Habib. (1995). Teknik dan Komunikasi Penyiar Televisi-Radio-MC: Sebuah


Pengetahuan Praktis. Jakarta: Gramedia.

Basuni, Ach. (2003). Dasar-Dasar Jurnalistik: Membuat dan mengelola Sendiri Media
Sekolah. Surabaya: Kartika.

Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta: Depdiknas.

Dipodjojo, Asdi S. (1982). Komunikasi Lisan. Yogyakarta: PD Lukman.

Ermanto. (2005). Menjadi Wartawan Handal dan Profesional: Panduan Praktis dan
Teoritis. Yogyakarta: Cinta Pena.

Ishwara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Kisyani-Laksono. (1999). Teori Berbicara. Surabaya: Unesa University Press.

Kridalaksana, Harimurti (Ed.). (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Luxemburg, J.V. dkk. (1984). Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Semi, M. Ater. (1995). Teknik Menulis Berita dan Feature. Bandung: Mengantara.

Siswanto, Wahyudi dan Roekhan. (1991). Teori Kesusastraan: Sebuah Pengantar.


Malang: JPBSI, FPBS, IKIP Malang.

Sumadiria, Haris. (2005). Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Tarigan, Henry Guntur. (1993). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

MODUL 2: MAJALAH SEKOLAH


Kegiatan Belajar 1:

Penulisan Berita, Feature, dan Artikel untuk Majalah


Sekolah
Majalah sekolah adalah majalah yang diterbitkan di sebuah sekolah. Secara umum isi
majalah sekolah dapat digo¬longkan ke dalam tiga kelompok besar: (1) berita (news), (2)
opini (views), dan (3) iklan (advertising).
Berita dapat dikelompokkan atas berita langsung, berita foto, berita suasana ber¬warna,
berita menyeluruh, berita mendalam, berita penafsiran, dan berita penyelidikan. Opini
dapat dikelompokkan atas tajuk rencana atau editorial, karikatur, pojok, artikel, kolom,
dan surat pembaca.
Berita majalah sekolah dapat diartikan sebagai cerita atau keterangan mengenai kejadian
atau peristiwa yang hangat; kabar; laporan di dalam majalah sekolah. Secara umum aspek
penentu nilai berita itu adalah aspek: waktu, jarak, penting/ternama, akibat/dampak,
keluarbiasaan, pertentangan/komplek, kemajuan/kebaruan, kemanusiawian, dan humor.
Struktur berita terdiri atas judul (headline), teras (lead), dan tubuh berita (body). Berita
lebih banyak disajikan dalam bentuk piramida terbalik; bentuk penulisan berita dari
paragraf yang penting informasinya sampai ke paragraf akhir yang kurang penting
informasinya. Bentuk semacam ini memberi kemu¬dahan baik kepada pembaca,
wartawan, maupun kepada redaktur.
Feature adalah tulisan yang biasa disebut kisah atau karangan khas yang isinya tentang
suatu peristiwa atau permasalahan kehidupan yang menarik ditinjau dari sisi tertentu.
Feature disajikan secara kreatif, santai, ringan, menghibur, ka¬dang kadang subjektif.
Penyajian permasalahan dalam feature bersifat tidak formal. Ada beberapa jenis feature
yang dimuat di majalah. Jenis feature itu adalah feature human interes, sejarah, biografi,
perjalanan, petunjuk, dan ilmiah. Struktur feature terdiri atas judul (headline), teras
(lead), dan tubuh berita (body). Beberapa ciri feature yaitu adanya unsur: kreativitas,
subjektivitas, informatif, dan menghibur.
Artikel majalah sekolah adalah tulisan yang dimuat di majalah sekolah yang berisi
pendapat seseorang atau kelompok yang membahas tuntas suatu masalah yang menari,
aktual, atau kontroversial dengan tujuan untuk memberi tahu, memengaruhi dan
meyakinkan, atau menghibur pembaca.
Ada beberapa karakteristik artikel majalah sekolah. Pertama, artikel ditulis dengan atas
nama seseorang atau beberapa orang. Kedua, artikel menyajikan gagasan yang menarik,
aktual, atau kontroversial. Ketiga, masalah yang diangkat harus menyangkut kepentingan
sebagian besar pembaca. Keempat, disajikan dalam bahasa yang komunikatif, segar, dan
populer. Kelima, panjang artikel sekitar 1-3 halaman kuarto (untuk majalah sekolah) dan
4-6 halaman kuarto (untuk surat kabar). Keenam, artikel disajikan secara singkat tetapi
dibahas secara tuntas. Ketujuh, isinya berupa pandangan subjektif penulisnya. Kedelapan,
gagasan yang disampaikan merupakan gagasan asli penulisnya.

Kegiatan Belajar 2:

Penyuntingan Tulisan Berita, Feature, dan Artikel Majalah


Sekolah
Penyuntingan terhadap tulisan dalam majalah sekolah meliputi segi isi, bahasa, dan ejaan.
Isi tulisan akan disunting dari (a) kebenaran fakta atau data yang disajikan, (b) urutan
peristiwa, (c) sumber berita, (d) struktur tulisan. Penyuntingan dari segi bahasa harus
sesuai dengan ciri bahasa jurnalistik. Ciri utama bahasa jurnalistik di antaranya
sederhana, singkat, padat, singkat, jelas, jernih, menarik, demokratis, meng¬utamakan
kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari penggu¬naan kata atau istilah istilah. teknis,
dan tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku. Penggunaan ejaan dalam majalah
sekolah harus benar. Kesalahan tanda baca akan mengubah arti sebuah pernyataan.

Kegiatan Belajar 3:
Pengorganisasian dan Pengatakan Majalah Sekolah
Organisasi majalah sekolah meliputi tujuan pembinaan majalah sekolah dan manajemen
majalah sekolah. Majalah sekolah merupakan wadah untuk menampung kreativitas siswa
dan guru, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Majalah sekolah juga
bisa digunakan siswa dan guru sebagai media belajar dan sumber belajar.
Kegiatan manajemen majalah sekolah bisa dipilah atas planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), controlling (pengendalian)
majalah sekolah. Kegiatan ini dilakukan oleh penanggung jawab, pembina, dan redaktur
majalah sekolah.
Penerbitan majalah sekolah di bawah tanggung jawab kepala sekolah. Pembina majalah
sekolah adalah guru yang menangani urusan kesiswaan. Redaktur adalah orang yang
menangani, memilih, dan menyusun tulisan atau bahan yang akan dimasukkan ke dalam
majalah sekolah. Redaktur majalah sekolah terdiri atas pemimpin redaksi, dewan redaksi,
redaksi pelaksana. Pemimpin dan dewan redaksi dipegang oleh guru atau siswa.
Sedangkan redaksi pelaksana dipegang oleh siswa. Selain itu, diperlukan bagian sirkulasi
atau distribusi dan alamat radaksi.
Pengatakan artinya proses, pembuatan, cara mengatak. Sebagai istilah, pengatakan dapat
diartikan sebagai proses, pembuatan, pengaturan, penataan berita dan huruf dalam
majalah sekolah. Unsur-unsur pengatakan majalah sekolah adalah teks, gambar, jenis
huruf, latar, warna, dan urutannya. Model pengatakan ini berkaitan dengan ukuran,
urutan, dan perwajahan setiap halaman majalah sekolah

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan. (1984). Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Paradnya Paramita.

Assegaf, Dja’far G. (1991). Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Basuni, Ach. (2003). Dasar-Dasar Jurnalistik: Membuat dan Mengelola Sendiri Media
Sekolah. Surabaya: Kartika.

Cox, Carole. (1999). Teaching Language Arts: A Student-and Response-Centered


Classroom. Boston: Allyn and Bacon.

Dennisa dan Merriam. (2005). Belajar Kelompok Menjadi Kebiasaan Siswa dalam
Sketsa. Edisi 2 Tahun I, 2005.

Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta: Depdiknas.

DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. (2003). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Dian. (2006). “Aktivitas Pramuka, Lomba Poster” dalam Vagazine. Edisi III Juni 2006.

Ermanto. (2005). Menjadi Wartawan Handal dan Profesional: Panduan Praktis dan
Teoritis. Yogyakarta: Cinta Pena.
Farris, Pamela J. (1993). Language Arts: A Process Approach. Madison: Brown &
Bemnark Publishers.

Ishwara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Jawa Pos. “Bubarkan Saja PBB”. Senin 30 Juli 2006.


Kompas. “Eksploitasi Pertambangan, Amien Rais: Negosiasi Ulang Korporasi Asing”. 28
Agustus 2006.

__________. “Menjaga Kondisi Baterai Ponsel”. 28 Agustus 2006.

Kridalaksana, Harimurti (Ed.). (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Mossaik. “10 Langkah Melindungi Mata”. Agustus 2003.

__________. “Belimbing Manis Buat Penderita Kencing Manis”. Agustus 2003


__________. “Serai Usir Nyamuk”. Agustus 2003.

Pramita, Ratih. (2006). Yanis, Peraih Nilai Absolut Unas SMP di Jatim: Kebiasaan Susah
Tidur Malah Bawa Berkah” dalam Jawa Pos. Senin 26 Juni 2006.

Pusat Bahasa. (2003). Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa,
Depdiknas.

Semi, M. Atar. (1995). Teknik Menulis Berita dan Feature. Bandung: Mengantara.

Sugihastuti. (2006). Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugono, Dendy. (1989). Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Priastu.

Sumadiria, Haris. (2005). Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.

MODUL 3: MAJALAH DINDING


Kegiatan Belajar 1:

Penulisan Berita, Feature, dan Artikel untuk Majalah


Dinding
Majalah dinding adalah majalah yang ditempelkan di dinding. Yang dimuat di majalah
dinding bisa berasal dari tulisan siswa sendiri, bisa juga mengambil dari majalah, surat
kabar, internet, atau sumber-sumber lain. Dahulu, majalah dinding berbentuk empat
persegi dan dua dimensi. Sekarang, muncul kecenderungan baru, majalah dinding yang
berbentuk tiga dimensi, dengan bentuk bermacam-macam. Secara umum isi majalah
dinding dapat digo¬longkan ke dalam tiga kelompok besar: (1) berita (news), (2) opini
(views), dan (3) iklan (advertising).
Berita majalah dinding dapat dikelompokkan atas berita langsung, berita foto, berita
suasana ber¬warna, berita menyeluruh, berita mendalam, berita penafsiran, dan berita
penyelidikan. Opini dapat dikelompokkan atas tajuk rencana atau editorial, karikatur,
pojok, artikel, kolom, dan surat pembaca.
Berita majalah dinding dapat diartikan sebagai cerita atau keterangan mengenai kejadian
atau peristiwa yang hangat; kabar; laporan di dalam majalah dinding. Secara umum,
aspek penentu nilai berita adalah aspek waktu, jarak, penting/ternama, akibat/dampak,
keluarbiasaan, pertentangan/kompleks, kemajuan/kebaruan, kemanu-siawian, dan humor.

Struktur berita terdiri atas judul (headline), teras (lead), dan tubuh berita (body). Berita
lebih banyak disajikan dalam bentuk piramida terbalik; bentuk penulisan berita dari
paragraf yang penting informasinya sampai ke paragraf akhir yang kurang penting
informasinya. Bentuk semacam ini memberi kemu¬dahan, baik kepada pembaca,
wartawan, maupun kepada redaktur.
Feature majalah dinding adalah tulisan yang biasa disebut kisah atau karangan khas yang
isinya tentang suatu peristiwa atau permasalahan kehidupan yang menarik ditinjau dari
sisi tertentu yang dimuat di majalah dinding. Feature disajikan secara kreatif, santai,
ringan, menghibur, ka¬dang kala subjektif. Penyajian permasalahan dalam feature
bersifat tidak formal. Ada beberapa jenis feature yang dimuat di majalah. Jenis feature itu
adalah feature human interes, sejarah, biografi, perjalanan, petunjuk, dan ilmiah. Struktur
feature terdiri atas judul (headline), teras (lead), dan tubuh berita (body). Beberapa ciri
feature, yaitu adanya unsur: kreativitas, subjektivitas, informatif, dan menghibur.
Artikel majalah dinding adalah tulisan yang dimuat di majalah dinding yang berisi
pendapat seseorang atau kelompok yang membahas tuntas suatu masalah yang menarik,
aktual, atau kontroversial dengan tujuan untuk memberi tahu, memengaruhi dan
meyakinkan, atau menghibur pembaca. Artikel dapat dibedakan atas beberapa macam,
antara lain artikel praktis, artikel ringan, artikel halaman opini, dan artikel analisis ahli.
Ada beberapa karakteristik artikel majalah dinding. Pertama, artikel ditulis dengan atas
nama seseorang atau beberapa orang. Kedua, artikel menyajikan gagasan yang menarik,
aktual, atau kontroversial. Ketiga, masalah yang diangkat harus menyangkut kepentingan
sebagian besar pembaca. Keempat, disajikan dalam bahasa yang komunikatif, segar, dan
populer. Kelima, panjang artikel sekitar 1-2 halaman kuarto dan ditulis 1,5 spasi.
Keenam, artikel disajikan secara singkat tetapi dibahas secara tuntas. Ketujuh, isinya
berupa pandangan subjektif penulisnya. Kedelapan, artikel itu bisa berupa gagasan asli
penulisnya; bisa juga berupa artikel orang lain. Bila artikel itu artikel orang lain maka
pemuatannya di majalah dinding harus menyebutkan sumber artikel itu.

Kegiatan Belajar 2:

Pengorganisasian dan Pengatakan Majalah Dinding


Organisasi majalah dinding meliputi (a) tujuan pembinaan majalah dinding dan (b)
manajemen majalah dinding. Majalah dinding merupakan wadah untuk menampung
kreativitas siswa dan guru, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Majalah dinding juga bisa digunakan siswa dan guru sebagai media belajar dan sumber
belajar.
Kegiatan manajemen majalah dinding bisa dipilah atas planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), controlling (pengendalian)
majalah dinding. Kegiatan ini dilakukan oleh penanggung jawab, pembina, dan redaktur
majalah dinding.
Penerbitan majalah dinding di bawah tanggung jawab kepala sekolah. Pembina majalah
dinding adalah guru yang menangani urusan kesiswaan. Redaktur adalah orang yang
menangani, memilih, dan menyusun tulisan atau bahan yang akan dimasukkan ke dalam
majalah dinding. Redaktur majalah dinding terdiri atas pemimpin redaksi, dewan redaksi,
redaksi pelaksana. Pemimpin dan dewan redaksi dipegang oleh guru atau siswa.
Sedangkan redaksi pelaksana dipegang oleh siswa. Selain itu, diperlukan bagian sirkulasi
atau distribusi dan alamat radaksi.
Pengatakan artinya proses, pembuatan, cara mengatak. Sebagai istilah, pengatakan dapat
diartikan sebagai proses, pembuatan, pengaturan, penataan berita dan huruf dalam
majalah dinding. Unsur-unsur pengatakan majalah dinding adalah teks, gambar, jenis
huruf, latar, warna, dan urutannya. Model pengatakan ini berkaitan dengan ukuran,
urutan, dan perwajahan majalah dinding

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan. (1984). Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Paradnya Paramita.

Assegaf, Dja’far G. (1991). Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Basuni, Ach. (2003). Dasar-Dasar Jurnalistik: Membuat dan Mengelola Sendiri Media
Sekolah. Surabaya: Kartika.

Cox, Carole. (1999). Teaching language Arts: A Student-and Response-Centered


Classroom. Boston: Allyn and Bacon.

Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta: Depdiknas.

DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. (2003). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Ermanto. (2005). Menjadi Wartawan Handal dan Profesional: Panduan Praktis dan
Teoritis. Yogyakarta: Cinta Pena.

Farris, Pamela J. (1993). Language Arts: A Process Approach. Madison: Brown &
Bemnark Publishers.

Hilal, David T. “Politik Pengajaran Bahasa Indonesia”, Jawa Pos. Sabtu 19 November
2005.

Ishwara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Kridalaksana, Harimurti (Ed.). (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Pusat Bahasa. (2003). Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa,
Depdiknas.
Semi, M. Atar. (1995). Teknik Menulis Berita dan Feature. Bandung: Mengantara.

Sindhunata, Karima. (2005). “Beetoven Komponis Sepanjang Masa yang Tuna Rungu
(1770-1827)” dalam Sketsa. Edisi 2 Tahun I, 2005.

Sugihastuti. (2006). Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugono, Dendy. (1989). Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Priastu.

Sumadiria, Haris. (2005). Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.

MODUL 4: KEPEWARAAN DAN PIDATO


Kegiatan Belajar 1:

Kepewaraan
Pewara adalah pembawa acara atau pemandu acara di suatu kegiatan. Dari seorang
pewaralah acara itu diatur dan disusun. Kepewaraan adalah hal-hal yang berkenaan
dengan masalah pewara.
Ada bermacam-macam kepewaraan. Pengelompokan kepewaraan bisa dilakukan
berdasarkan (1) sifatnya, (2) waktunya, dan (3) jenis acaranya, dan strukturnya.
Berdasarkan sifatnya, kepewaraan dapat dibedakan atas kepewaraan resmi dan tidak
resmi. Kepewaraan resmi adalah kepewaraan yang dilaksanakan di dalam acara resmi.
Dalam acara resmi, semua urutan acara dan apa yang harus dilakukan pewara sudah
ditentukan. Kepewaraan tidak resmi adalah kepewaraan yang dilaksanakan di dalam
acara tidak resmi. Dalam acara tidak resmi, semua urutan acara dan apa yang harus
dilakukan pewara tidak ditentukan secara pasti. Berdasarkan waktunya, kepewaraan
dapat dibedakan atas kepewaraan langsung dan tidak langsung. Kepewaraan langsung
adalah kepewaraan yang dilakukan pada saat acara itu berlangsung.
Ada juga kepewaraan yang tidak langsung. Dengan model ini pewara tidak langsung
membawakan acaranya. Ia hanya bertugas mengantarkan acara yang akan datang yang
sudah bisa diketahui sebelumnya.
Berdasarkan jenis acaranya, antara lain kepewaraan bisa dibedakan atas kepewaraan
dalam acara seminar, perkawinan, peringatan Hari Kemerdekaan dan hari besar,
antaracara tv, dalam acara tv, pemandu debat, talk-show.
Secara umum, struktur kepewaraan terdiri atas tiga bagian. Ketiga bagian itu adalah (1)
pendahuluan, (2) inti, dan (3) penutup.
Faktor yang berpengaruh pada kepewaraan adalah (1) bakat, (2) motivasi, (3) belajar, dan
(4) lingkungan.
Ada beberapa persyaratan untuk menjadi seorang pewara yang baik. Syarat itu adalah (1)
mau belajar, (2) ingin selalu maju, (3) mengetahui acara yang akan dibawakannya, (4)
mengetahui siapa pendengarnya atau pemirsanya, (5) kreatif dan pandai berimprovisasi,
(6) mengetahui cara tampil, serta (7) mempunyai sifar humor.

Kegiatan Belajar 2:
Pidato
Pidato merupakan pengungkapan pesan baik dalam bentuk pikiran, informasi, gagasan,
ataupun perasaan dalam bentuk kata-kata dari pembicara kepada orang banyak. Pidato
bisa juga diartikan sebagai wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan pendengar.
Berpidato merupakan salah satu bentuk komunikasi, yaitu komunikasi antara pembicara
dan pendengar. Komunikasi ini akan lancar bila kedua belah pihak bertindak aktif.
Komunikasi ini lebih banyak bersifat satu arah, yaitu dari orang yang berpidato kepada
orang yang mendengarkan.
Ada berbagai jenis pidato. Pidato dibedakan atas (1) pidato resmi, (2) pidato tidak resmi,
(3) pidato langsung, dan (4) pidato tidak langsung.
Unsur pidato adalah (1) pembicara, (2) pesan, (3) pendengar, (4) waktu berpidato, (5)
tempat berpidato, (6) suasana berpidato, (7) media pidato.
Pembicara adalah orang yang menyampaikan pidato. Isi pidato adalah apa yang
dibicarakan atau diucapkan oleh orang yang berpidato. Pendengar pidato adalah orang
yang mendengarkan pidato seseorang. Waktu, tempat, suasana, dan media berpidato akan
berpengaruh terhadap isi atau cara penyampaian pidato.
Cara atau metode berpidato dapat dikelompokkan atas empat jenis. Keempat jenis cara
berpidato itu adalah (1) metode mendadak, (2) metode tanpa persiapan naskah lengkap,
(3) metode membaca naskah, dan (4) metode menghafal. Masing-masing metode
berpidato mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato adalah (1) memiliki keberanian
berpidato, (2) mau belajar dan memiliki pengetahuan yang luas, (3) memahami proses
komunikasi massa, (4) menguasai bahasa yang baik dan benar, (5) mengatasi kecemasan.
Sebelum berpidato, perlu persiapan. Persiapan itu bisa berupa persiapan fisik, psikologis,
dan persiapan teknis.
Persiapan fisik bisa berkenaan dengan pakaian yang dikenakan pembicara; peralatan
(naskah, alat peraga seperti tayangan, model, atau membawa perangkat lainnya); juga
berkaitan dengan persiapan yang ada pada saat acara berlangsung (cahaya lampu,
podium, pelantang, OHP, atau komputer). Persiapan psikologis adalah persiapan yang
berkenaan dengan kejiwaan si pembicara.
Beberapa hal yang berkaitan dengan persiapkan teknis sebelum berpidato adalah (1)
menentukan maksud pidato, (2) mempelajari pendengar dan situasi, (3) memilih topik,
(4) membuat kerangka, (5) mengumpulkan bahan, (6) menguraikan pidato, dan (7)
berlatih.
Struktur pidato terdiri atas (1) pembukaan, (2) isi, dan (3) penutup. Pembukaan (a) salam
pembuka, (b) ucapan penghormatan, dan (c) rasa syukur kepada Tuhan. Bagian isi adalah
bagian inti dari suatu pidato. Pada bagian ini, Pembicara akan menguraikan secara rinci
dari materi yang ingin disampaikan kepada pendengar. Penutup pidato dapat diisi dengan
(1) simpulan, (b) permintaan maaf, dan (c) salam penutup.

DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Bari, M. Habib. (1995). Teknik dan Komunikasi Penyiar Televisi-Radio-MC: Sebuah


Pengetahuan Praktis. Jakarta: Gramedia
Dipodjojo, Asdi S. (1982). Komunikasi Lisan. Yogyakarta: PD Lukman.

Keraf, Gorys. (1980). Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Kisyani-Laksono. (1999). Teori Berbicara. Surabaya: Unesa University Press.

Kridalaksana, Harimurti (Ed.). (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Tarigan, Henry Guntur. (1993). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung:Angkasa.

Yasin, Sulchan. (1991). Contoh Praktis MC (Pembawa Acara) dan Pidato. Surabaya:
Mekar.

MODUL 5: KOMPETISI APRESIASI PUISI DAN CERPEN


Kegiatan Belajar 1:

Pengelolaan Kompetisi Apresiasi Puisi


Kompetisi apresiasi puisi adalah perlombaan untuk memperebutkan suatu kejuaraan
dalam bidang apresiasi puisi. Ada beberapa bidang yang dilombakan dalam kompetisi
apresiasi puisi. Bidang yang sering dilombakan adalah baca puisi, deklamasi puisi,
dramatisasi puisi, atau musikalisasi puisi. Bisa juga kompetisi apresiasi puisi berupa
lomba cipta puisi.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan direncanakan dalam kompetisi apresiasi
puisi. Hal yang dipersiapkan meliputi (1) personalia, (2) administrasi, (3) sarana, dan (4)
biaya.
Perencanaan yang berkenaan dengan personalia adalah pembentukan panitia, penentuan
juri, penentuan peserta. Panitia kompetisi terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, dan
bidang-bidang. Bidang-bidang yang diperlukan dalam kompetisi paling tidak terdiri atas
bidang: sarana, kesekretariatan, hubungan masyarakat, lomba, dokumentasi.
Panitia harus merencanakan administrasi secara matang. Hal-hal yang dipersiapkan
adalah surat izin pelaksanaan kompetisi puisi, proposal kegiatan, pengumuman lomba,
kain rentang atau baliho, surat kepada peserta, surat kepada juri, surat kepada undangan,
surat koordinasi panitia. Pada saat pelaksanaan kompetisi puisi, juga perlu dipersiapkan
daftar peserta, puisi yang dilombakan, tata tertib lomba, hak dan kewajiban peserta, hak
dan kewajiban juri, sistem lomba dan pemenangnya, waktu perlombaan, sistem dan
kriteria penilaian. Setelah perlombaan, perlu dipersiapkan laporan.
Perlu direncanakan sarana yang sesuai dengan kemampuan panitia dan peserta.
Pelaksanaan yang baik adalah pelaksanaan yang menggunakan sarana efektif dan efisien.
Perlu ada perencanaan yang matang tentang pembiayaan. Panitia harus bisa menghitung
berapa biaya yang diperolehnya dan biaya yang dikeluarkan. Biaya yang dibutuhkan
meliputi biaya untuk sarana, administrasi, honorarium juri dan panitia, hadiah, konsumsi,
keamanan, dokumentasi, dan biaya tidak terduga. Biaya yang diperoleh bisa dari uang
pendaftaran peserta dan sponsor.
Penyelenggaraan kompetisi apresiasi puisi yang baik hendaknya sesuai dengan yang telah
digariskan dalam perencanaannya. Sebelum tiba hari penyelenggaraan kompetisi
apresiasi puisi, perlu dilakukan pengecekan kembali persiapan petugas di bidang: sarana,
kesekretariatan, hubungan masyarakat, lomba, dan dokumentasi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan kalau mengikuti kompetisi apresiasi puisi.
Pertama, perlu mengenal seluk beluk puisi itu. Kedua, mengetahui jenis kompetisi.
Ketiga, mengetahui kriteria penilaian masing-masing kompetisi. Keempat, menyiapkan
siswa untuk ikut kompetisi.

Kegiatan Belajar 2:

Pengelolaan Kompetisi Apresiasi Cerpen


Kompetisi apresiasi cerpen adalah perlombaan untuk memperebutkan suatu kejuaraan
dalam bidang apresiasi cerpen. Ada beberapa bidang yang dilombakan dalam kompetisi
apresiasi cerpen. Bidang yang sering dilombakan adalah baca cerpen dan lomba cipta
cerpen. Masing-masing jenis lomba ini mempunyai kriteria yang berbeda.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan direncanakan dalam kompetisi apresiasi
cerpen. Hal yang dipersiapkan meliputi (1) personalia, (2) administrasi, (3) sarana, dan
(4) biaya.
Perencanaan yang berkenaan dengan personalia adalah pembentukan panitia, penentuan
juri, penentuan peserta. Panitia kompetisi terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, dan
bidang-bidang. Bidang-bidang yang diperlukan dalam kompetisi paling tidak terdiri atas
bidang sarana, kesekretariatan, hubungan masyarakat, lomba, dokumentasi.
Perlu direncanakan sarana yang sesuai dengan kemampuan panitia dan peserta.
Pelaksanaan yang baik adalah pelaksanaan yang menggunakan sarana efektif dan efisien.
Penyelenggaraan kompetisi apresiasi cerpen yang baik hendaknya sesuai dengan yang
telah digariskan dalam perencanaannya. Sebelum tiba hari penyelenggaraan kompetisi
apresiasi cerpen, perlu dilakukan pengecekan kembali persiapan petugas di bidang:
sarana, kesekretariatan, hubungan masyarakat, lomba, dan dokumentasi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan kalau mengikuti kompetisi apresiasi cerpen.
Pertama, perlu mengenal seluk beluk cerpen itu. Kedua, mengetahui jenis kompetisi.
Ketiga, mengetahui kriteria penilaian masing-masing kompetisi. Keempat, menyiapkan
siswa untuk ikut kompetisi.

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. (1984). Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Malang:
FPBS, IKIP Malang.

Luxemburg, J.V. dkk. (1984). Pengantar I1mu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Pradopo, Rachmat D. (1987). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Siswanto, Wahyudi dan Roekhan. (1991). Teori Kesusastraan: Sebuah Pengantar.


Malang: JPBSI, FPBS, IKIP Malang.

Sudjiman, Panuti. (1988). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.


Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Teeuw, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta. Pustaka Jaya.

Waluyo, Herman J. (1987). Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Wellek, Rene dan Austin Warren. (1989). Teori Kesusastraan (terj. Melani Budianta).
Jakarta: Gramedia.

Zoest, Aart van. (1990). Fiksi dan Nonfiksi dalam Kajian Semiotik. Jakarta: Intermasa.

MODUL 6: PENYELENGGARAAN DRAMA RADIO DAN DRAMA


PANGGUNG
Kegiatan Belajar 1:

Penyelenggaraan Drama Radio


Drama radio termasuk drama baca, yaitu naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca,
bukan untuk dipentaskan. Penyelenggaraan drama radio dilakukan dengan cara
membacakan naskah drama dengan menggunakan media radio.
Drama radio merupakan wadah untuk menampung kreativitas siswa dan guru. Dengan
penyelenggaraan drama radio, siswa dan guru dapat (1) memperoleh pengetahuan tentang
drama radio; (2) mengembangkan kemampuan berdrama (3) mengembangkan
kemampuan berbahasa; (4) mengembangkan imajinasi, (5) mengembangkan perasaan
(humor, keindahan, simpati dan empati); (6) menajamkan daya analisisnya terhadap
fakta, peristiwa, gejala yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menulis naskah drama
radio; (7) media belajar dan sumber belajar; (8) media hiburan serta (9) melestarikan
,kebudayaan.
Penyelenggaraan drama radio bagi siswa dan guru bisa berfungsi sebagai hiburan dan alat
untuk mengajak pendengar mencapai sesuatu.
Ada beberapa unsur pergelaran drama radio. Secara umum, unsur drama radio bisa dibagi
atas tiga hal: (1) unsur orang, (2) unsur pertunjukan, dan (3) unsur teks drama. Orang
yang terlibat di pergelaran drama radio adalah penulis naskah, sutradara, pemain, penata
elektronik, dan penata musik. Unsur-unsur drama sebagai seni pertunjukan adalah plot,
karakterisasi, dan percakapan. Plot dan karakter tidak didasarkan pada penjelasan
pencerita, tetapi dibentuk oleh prolog, dialog, monolog, epilog, dan penjelasan narator.
Semua itu merupakan unsur utama dan yang dominan dalam drama radio. Unsur-unsur
teks drama, yakni tokoh, watak dan penokohan, latar, gaya bahasa, dan tema atau nilai.
Ada beberapa hal yang bisa dipersiapkan dalam penyelenggaraan drama radio. Persiapan
penyelenggaraan drama radio meliputi (1) pendahuluan, (2) pelatihan, (3) pelaksanaan,
dan (4) evaluasi.
Kegiatan pendahuluan yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan drama radio adalah
pemilihan teks drama, sutradara, dan pemain. Pelatihan meliputi pembukaan atau
pemanasan (foreplay), inti, dan penutup. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan drama
radio, mental pemain harus dipersiapkan. Dalam kegiatan evaluasi perlu dilakukan
penilaian terhadap hasil penyelenggaraan yang telah dilakukan.
Hal yang bisa dilatihkan dalam penyelenggaraan drama radio adalah (a) olah naskah, (b)
olah suara, dan (c) olah imajinasi. Olah naskah adalah upaya memahami isi teks drama.
Olah suara adalah keterampilan melafalkan dan mengekspresikan kata, kalimat, dialog.
Olah imajinasi adalah pelatihan untuk mengembangkan daya imajinasi pemainnya agar
bisa menghayati tokoh yang akan dimainkan di dalam drama.

Kegiatan Belajar 2:

Penyelenggaraan Drama Panggung


Drama adalah karya sastra yang menceritakan suatu peristiwa yang diwujudkan dalam
bentuk dialog-dialog. Drama yang dipentaskan berhubungan dengan seni pertunjukan
(teater atau performance). Drama yang dipentaskan disebut juga seni campuran, yaitu
campuran antara seni sastra, seni gerak, seni rupa, dan seni musik.
Tujuan drama panggung adalah untuk mengembangkan dan menampung kreativitas
siswa dan guru. Dengan penyelenggaraan drama panggung, siswa dan guru dapat (1)
memperoleh pengetahuan tentang drama panggung; (2) mengembangkan kemampuan
berdrama; (3) mengembangkan kemampuan berbahasa; (4) mengembangkan imajinasi;
(5) mengembangkan perasaan (humor, keindahan, simpati dan empati); (6) menajamkan
daya analisisnya terhadap fakta, peristiwa, gejala yang dapat digunakan sebagai bahan
untuk menulis naskah drama panggung; (7) media belajar dan sumber belajar; (8) media
hiburan; (9) melestarikan kebudayaan.
Penyelenggaraan drama panggung bagi siswa dan guru bisa berfungsi sebagai hiburan
dan alat untuk mengajak pendengar mencapai sesuatu.
Secara umum unsur drama panggung bisa dibagi atas tiga unsur: (1) orang; (2)
pertunjukan; dan (3) teks drama. Orang yang terlibat di drama adalah penulis naskah,
sutradara, pemain, pembisik, penata (panggung, busana, has, lampu, dan musik). Unsur-
unsur drama sebagai seni pertunjukan adalah plot, karakterisasi, dialog, tata artistik, dan
gerak. Unsur-unsur teks drama yakni tokoh, watak dan penokohan, latar (setting), gaya
bahasa, dan tema atau nilai.
Hal yang bisa dilatihkan dalam penyelenggaraan drama antara lain (1) olah suara; (2)
olah tubuh; (3) olah imajinasi. Olah suara adalah pelatihan untuk mengolah suara agar
sesuai dengan tuntutan drama. Olah tubuh adalah pelatihan gerak tubuh agar pemain
lentur dan siap bergerak sesuai dengan tuntutan naskah drama. Olah tubuh meliputi gerak
wajah dan gerak tubuh. Olah imajinasi adalah pelatihan untuk mengembangkan daya
imajinasi pemainnya agar bisa menghayati tokoh yang akan dimainkan.
Persiapan pementasan drama panggung meliputi (1) pendahuluan; (2) pelatihan; (3)
pelaksanaan; (4) evaluasi. Kegiatan pendahuluan adalah kegiatan pemilihan teks drama,
sutradara, pemain, dan penyusunan buku kerja. Pelatihan meliputi pembukaan atau
pemanasan (foreplay), inti, dan penutup. Kegiatan pemanasan meliputi kegiatan berdoa,
olah suara, olah tubuh, dan olah imajinasi. Kegiatan inti bisa berupa kegiatan menghafal
dialog atau percakapan, berlatih ekspresi, berlatih gerak tubuh, berlatih menata posisi di
panggung sesuai dengan naskah drama dan buku kerja. Di sisi lain, penata (panggung,
busana, rias, lampu, dan musik) ikut merancang bagian mereka yang sesuai dengan
permainan drama. Kegiatan penutup berupa penenangan, diskusi, dan berdoa.
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan drama panggung, mental pemain harus
dipersiapkan. Dalam kegiatan evaluasi perlu dilakukan penilaian terhadap hasil
penyelenggaraan yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. (1984). Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Malang:
FPBS, IKIP Malang.

Luxemburg, J.V. dkk. (1984). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Gramedia.

Satanislavski, Konstantin. (1980). Persiapan Seorang Aktor (Terjemahan Asrul Sani).


Jakarta: Pustaka Jaya.

Siswanto, Wahyudi dan Roekhan. (1991). Teori Kesusastraan: Sebuah Pengantar.


Malang: JPBSI, FPBS, IKIP Malang.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Teeuw, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

ABSTRACT
School magazine is one of the discourse to guide
and develop the youth potential to produce the reliable
and cultured writers. The identities of the homogenious
readers produce greetings, interjections, superlatives,
negation, conjunction, code mix, the infinite forms to
express intimacy, and familiarity. This causes the use of
the language rules not consistently especially in the
rubrics for readers’ letters, editors, and the rubrics
dealing with youth lives (musics, humours, talk show,
and news). Deviaton decreases in the rubrics of opinion,
article, religious reflection, talk show with the teachers
or head masters. In this way the language use is not
necessary to be worried to disrupt Indonesian language.
The content of the magazine varies from the topics in
the school (various school activities, sports, art, the
profiles of the teachers and students, etc.), in the region
(graffiti, sickness, city master plan, etc.), in the state
(education, natioal exam, illigal logging, national
commemoration, etc.), to those in the world (global
warming, AIDS, etc.)
Key words: content, editor, language, rules, school
magazine, youth.
1. Pendahuluan
Majalah sekolah pada umumnya merupakan salah satu bentuk
kegiatan ekstra kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan minat
dan bakat siswa dalam hal jurnalistik. Mengingat majalah sekolah
menuntut penanganan khusus, penentuan pengurus redaksinya biasanya
melalui seleksi. Hal tersebut dapat penulis ketahui melalui wawancara
dan pernyataan yang muncul pada salah satu pengantar redaksi
MABOSA yang mengemukakan, “Para awak baru, yang tentu akan
membawa ide-ide baru, pemikiran, dan, tenaga baru ini adalah orangorang
yang terpilih setelah melalui serangkaian seleksi redaksi”
(Desember 2007: 3).
Sebagai salah satu wadah penyaluran dan pengembangan minat
dan bakat menulis, majalah sekolah dapat digunakan sebagai lahan
persemaian benih-benih penulis muda. Oleh karena itu, bagi siswa yang
berbakat dapat melakukan uji kompetensi lanjutan dengan
memublikasikan tulisannya melalui majalah atau tabloid komersial
seperti Hai, Aneka, Bobo, Gaul, Suara Merdeka Anak, dan lain-lain.
Sebagai lahan penyaluran dan pengembangan minat dan bakat
menulis, majalah sekolah seperti Aquila terbukti telah melahirkan
penulis-penulis handal dan bermartabat di Republik Indonesia ini.
Nama itu sendiri diciptakan oleh penulis dan pemikir handal Alm N.
Driyarkara. Aquila berarti ‘rajawali’ dan merupakan akronim dari
Augeammus Quam Impensissime Lauden Altissimi. Ungkapan dalam
bahasa Latin tersebut kira-kira terjemahannya ialah ‘Marilah kita
tumbuh berkembang sekuat tenaga menambah keluhuran Yang
Mahatinggi’ (Sudiarja, dkk., 2006: xxiii-xxiv). Majalah Seminari
Menengah Mertoyudan tersebut, sampai saat ini sudah berusia 78
tahun.
Dalam tulisan ini, secara khusus dibahas mengenai karakteristik
bahasa dan isi sebagai ekspresi yang mencerminkan semangat
keremajaan.
2. Pengertian
Kata jejak mengingatkan penulis pada kegiatan pramuka yang
penulis geluti. Dalam pramuka kata jejak sering diartikan sebagai
sesuatu yang ditinggalkan agar dapat menjadi petunjuk untuk menuju
suatu tempat atau menemukan sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002: 464) kata jejak memiliki empat pengertian. Pengertian
pertama ‘bekas tapak kaki; bekas langkah’, kedua ‘jatuhnya kaki di
tanah’, dsb, ketiga ‘tingkah laku (perbuatan) yang telah dilakukan’,
Majalah AQUILA dipilih sebagai satu-satunya majalah sekolah di luar Yogyakarta
karena memiliki pengalaman dan usia yang cukup panjang. Tahun 2008 ini sudah
memasuki usia 78 tahun.
keempat ‘bekas yang menunjukkan adanya perbuatan dsb yang telah
dilakukan’. Dalam tulisan ini pengertian jejak yang paling sesuai
adalah pengertian yang keempat.
Kata langkah pada kehidupan sehari-hari menunjukkan gerak
maju. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 635) langkah
memiliki empat pengertian. Pengertian pertama ‘gerakan kaki (ke
depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan) waktu berjalan’. Kedua ‘jarak
antara kedua kaki waktu melangkah ke muka (waktu berjalan)’. Ketiga
‘sikap; tindak tanduk; perbuatan’. Keempat ‘tahap; bagian’. Dalam
tulisan ini pengertian langkah yang paling sesuai adalah pengertian
yang ketiga.
Istilah jejak dan langkah juga mengikuti pandangan Sudaryanto.
Sudaryanto menggunakan istilah tersebut untuk membedakan dua sisi
kebudayaan, yaitu sebagai hasil dan sebagai proses. Sebagai hasil
kegiatan, kebudayaan itu “terpisah” dari sang manusia: dia merupakan
JEJAK; sedangkan sebagai proses kegiatan, kebudayaan itu
“sinambung” dengan sang manusia: dia merupakan LANGKAH (1999:
11).
Pengertian majalah sekolah adalah majalah yang diterbitkan
oleh sekolah dan biasanya dikelola oleh siswa, khususnya pada tingkat
SMA. Kata ekspresi dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
sebagai ‘pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan
atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb.)’ (2002: 201).
Konstruksi frasa semangat keremajaan berarti jiwa atau dinamika yang
menunjukkan perilaku seseorang yang menunjukkan ciri pada tahap
perkembangan masa remaja.
3. Semangat Keremajaan
Perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur
kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja
adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang
sangat cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil
untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan
remaja, kira-kira umur 14 tahun sampai umur 16 tahun. Remaja akhir
yang kira-kira berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan
transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan, dan
berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa (Djiwandono, 2006: 93-4).

Anak usia SMA berkisar antara 14-19 tahun. Tahap


perkembangan tersebut oleh Ki Hadjar Dewantara disebut sebagai masa
dewasa. Lebih lanjut beliau mengemukakan, tentang periode yang ke-3
(14-21 tahun), inipun amat penting pula. Kepentingan ini terbuktilah
dari namanya. Seperti kita ketahui, periode ke-3 ini sering disebut juga
masa pubertet ke-2 (waktu menjadi masak yang ke-2 kalinya). Adapun
masa pubertet yang ke-1 yaitu umur lebih kurang 3½-7 tahun. Dalam
masa pubertet ke-1 itu anak-anak menjadi masak sebagai anak manusia
(sebab tadinya masih berdekatan dengan sifat khewani), sedangkan
pada masa pubertet ke-2 itu anak-anak akan masak sebagai manusia.
Dalam ilmu pendidikan diterangkan, bahwa segala pengalaman dari
pemuda-pemuda pada waktu itu akan turut membentuk watak atau budi
pekertinya, buat selama hidupnya (Tauchid, 2004: 446).
Dalam pandangan Piaget, masa remaja merupakan masa transisi
dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal
secara operasional (Djiwandono, 2006: 96). Ihwal perkembangan masa
remaja, Djiwandono (2006: 94-115) mengemukakan lima hal yang
meliputi perkembangan fisik, kognitif, sosioemosional, pengajaran di
SMP dan SMA, dan masalah-masalah remaja. Kelima hal tersebut
dijabarkan pada uraian berikut.
a. Perkembangan fisik
Rentang waktu perkembangan masa remaja yang dimulai dari
masa pubertas, ditandai dengan kematangan alat-alat reproduksi. Oleh
karena itu, remaja mulai meminati masalah seksual, tertarik pada mitra
jenis dengan memberi perhatian dan minta perhatian, berfantasi
masalah erotik dan sebagainya. Kematangan reproduksi dan minatnya
pada masalah seksual perlu mendapat penyaluran yang positif agar
mendukung perkembangan intelektual, emosional, sosial, moral, dan
fisiknya.
b. Perkembangan kognitif
Terjadi perubahan fungsi otak. Hal tersebut ditandai dengan
adanya lonjakan kemampuan intelegensi. Anak akan beralih dari
berpikir konkret operasional ke formal operasional. Hal tersebut
memungkinkan untuk mengombinasikan aneka fenomena untuk
menghasilkan satu gagasan yang komprehensif.
c. Perkembangan sosioemosional
Pada tahap ini anak mulai sanggup membedakan dan memilah
mengenai apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan. Kondisi
tersebut memungkinkan anak melakukan koreksi diri dengan
membanding-bandingkan keadaan dirinya dengan sesamanya. Oleh
karena itu, anak berusaha mencari sosok ideal yang dikaguminya dan
menjadi idola dirinya, seperti bintang film, olahragawan, tokoh politik,
dan sebagainya.
d. Pengajaran di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas
Mengingat masa remaja merupakan masa transisi, pengajaran di
sekolah perlu menaruh perhatian pada upaya untuk mendorong
perkembangan kognitif. Hal tersebut berimplikasi pada penyusunan
kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa.
Berikutnya adalah mendorong perkembangan sosioemosional. Hal
tersebut dapat diperlihatkan melalui penyusunan kurikulum yang
berimbang yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
sosial, dan emosional, agar perkembangan pribadi dan sosialnya
berjalan seimbang.
e. Masalah-masalah remaja
Sebagai masa transisi, masa remaja sangat rawan terhadap
persoalan-persoalan yang menyimpang dari norma-norma agama,
hukum, sosial, dan moral. Hal tersebut untuk membuktikan
kemampuannya mengatasi dominasi orang dewasa dan sekaligus
sebagai upaya menunjukkan kemandirian dirinya. Beberapa masalah
yang lazim terjadi adalah kenakalan remaja, gangguan emosi,
penyalahgunaan obat bius dan alkohol, dan kehamilan sebelum
menikah.
4. Bahasa sebagai Cermin Semangat Keremajaan
Dengan mengikuti uraian Moeliono, yang memerinci ragam
bahasa ditinjau dari sudut pandangan penutur dapat dikelompokkan
berdasarkan tiga patokan, yaitu: (1) daerah, (2) pendidikan, dan (3)
sikap penutur (1980: 17). Khusus yang berkaitan dengan sikap penutur
dikatakan bahwa ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup
sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya
tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini, yang dapat disebut
langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada sikap penutur
terhadap orang yang diajak berbicara atau terhadap pembacanya.
Sikapnya itu dipengaruhi, antara lain, oleh umur dan kedudukan yang
disapa, pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan
penyampaian informasi (1980: 19).
Bertumpu pada pandangan di atas, majalah sekolah merupakan
majalah yang dikelola oleh siswa sekolah yang tertentu dan lingkup
pembacanya yang utama adalah teman-teman sekolah yang sebaya
dengan rentang usia 14-19 tahun.
Bahasa sebagai cermin semangat keremajaan dapat
diidentifikasi berdasarkan pilihan kata, cara penulisan kata, dan
penyimpangan-penyimpangan dari kaidah baku sebagai upaya untuk
menciptakan keakraban dan kemesraan relasi, seperti tampak pada
uraian berikut.
a. Surat Redaksi
Surat redaksi memiliki istilah yang beragam, yaitu Salam
Redaksi, Dari Redaksi, Kata Qta, Surat Redaksi, Suara Aquila, dan
Tajuk (Lihat Lampiran 1). Semua majalah yang menjadi sumber data
senantiasa menyebutkan tema dengan rincian secara menyeluruh atau
sebagian. Surat redaksi pada sebagian majalah cenderung
mengyisipkan sapaan, interjeksi, onomatope yang cenderung ekspresif
dan mencerminkan karakter remaja yang menghendaki keakraban dan
kemesraan relasi antara redaksi dengan pembaca, seperti tampak pada
contoh berikut.
1) Hiiii, Delayoters
Tak disangka udah 1 semester yap kita tak bersua??? Naah, kalo
kalian nggak suka baca yang namanya sekapur sirih, yang ini
namanya salam redaksi!
Sebelumnya kita mau minta maaf neh, kalo Bullpakç terbitnya
lamaaaa banget karena perlu kalian ketahui bahwa, membuat
majalah itu nggak gampang. Selain itu ruang jurnal tercinta sedang
mengalami musibah, atapnya bocor. (hiks hiks) (Bullpakç)
2) Hai… hai… hai… jumpa lagi… dengan MABOSA yang makin keren
dan setu untuk dibaca!!! Guys, ketika menerima MABOSA edisi 43
ini, kerasa nggak ada sesuatu yang berbeda dengan MABOSA
sebelumnya? (MABOSA)
3) Hi Friends,
Kamu-kamu pasti udah lama nunggu BIKAR kita terbit kan?!?! So,
pasti dunk… Akhirnya dengan penuh perjuangan dan kerja keras
tim BIKAR berhasil juga menerbitkan BIKAR ini.
Kamu-kamu pasti tahu, kalau bulan Oktober ini bulannya
bahasa So, kita memilih tema yang kita rasa sangat cocok dengan
bulan tersebut
“EKSPRESIKAN DIRIMU DENGAN BAHASA”
(BIKAR)
4) Hai Sobat Pelita, puji Tuhan, Pelita edisi ke-13 kali ini, yang
merupakan edisi terakhir PELITA di tahun ajaran 2006/2007, ini
akhirnya terbit juga. Kali ini redaksi menyajikan edisi khusus buat
kakak-kakak kelas XII yang akan meninggalkan sekolah kita
tercinta SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. (PELITA)
Empat dari sembilan sumber data dalam tulisan ini menunjukkan
penggunaan sapaan yang akrab dalam mengawali pesan redaksi, seperti
Hiiii, Delayoters; Hai… hai… hai… jumpa lagi…; Hi Friends; Guys,
dan Hai Sobat Pelita. Tipe interjeksi lainnya yang digunakan adalah
yap, naah, neh, so, dan onomatope hiks hiks. Pilihan kata dan cara
penulisan kata yang cenderung tidak baku juga dimanfaatkan untuk
menunjukkan keakraban, seperti kata tak, udah, bersua, kalo, nggak,
lamaaaa, banget, gampang, jumpa, keren, setu, kerasa, nunggu, kan,
dunk, dan kamu-kamu. Hal tersebut sebagai salah satu cara
menempatkan pembaca sebagai teman dan sahabat yang akrab dan
memiliki kesejajaran. Cara lain menggunakan interjeksi, seperti tampak
pada contoh 5) berikut.
5) Horeeeeeee!!!!! Akhirnya,,,,,,, Setelah sekian lama tenggelam
dalam keramaian kota Yogyakarta, Mesra terbit juga. Setelah
sempat beredar kabar burung kalo Mesra bubar,,, sampai-sampai
ruang Mesra pun akhirnya diganti kegunaannya menjadi ruang
Rets, qta akhirnya dapat muncul kembali… Oke,,, kali ini Mesra
ngambil tema,,, “Evolusi”. Soalnya, dari kita-kita aja yang tadinya
beranggotakan sebanyak 12 orang, sekarang tinggal 8 orang. Hal ini
dikarenakan anggota qta yang dah kelas 3 kemarin, udah lulus.
(Mesra)

Seruan horeeeeeee!!!!! lazim digunakan untuk mengekspresikanm rasa


senang, lega, dan menggairahkan. Selain itu tampak pula cara penulisan
kata kita yang ditulis dengan menggunakan bentuk tulisan qta,
meskipun untuk bentuk reduplikasinya kembali ditulis kita-kita.
Penggunaan interjeksi dan penyimpangan bentuk juga masih tampak
pada contoh 5, seperti kata oke, kalo, bubar, aja, dah, dan udah. Empat
contoh terakhir menunjukkan seruan dan sapaan yang lebih formal.
6) Generasi Muda Pejuang Pena…
Tiada terasa, waktu yang bergulir seiring bumi yang telah
mengelilingi orbitnya hingga membawa majalah “EKSIS” kembali
dapat anda baca. Komunikasi, Konsulidasi, dan sedikit bergerilya,
yang akhirnya membuat majalah “EKSIS” kita bisa terbit juga.
Ketersibukan, keterlenaan dan agak ketergantungan merupakan
salah satu hal yang menyebabkan keterlambatan terbit, tetapi
dengan kemauan, kerja keras dan kemauan team redaksi, maka
“EKSIS” sekarang bisa hadir kembali di hadapan pembaca dengan
mengangkat tema pendidikan. (EKSIS)
7) Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Januari, bulan baru di tahun baru!
Yang pasti segalanya baru! Termasuk Progresif kali ini yang
terbit dengan bentuk baru, tanggal terbit yang baru, kita juga
menggunakan sistem baru dalam pengolahan data dan berita, juga
banyak memunculkan karya dan ide baru dalam content kami. Yang
pasti thanks banget buat Allah SWT (tanpa ijinmu kami tidak akan
berhasil T_T)., thanks to the whole team (termasuk para pemain
yang namanya tidak tersebut, kalian sangat membantu! Tetap
dukung Progresif), dan thanks buat dukungan teman-teman yang
bikin pekerjaan kami jadi lebih menyenangkan. Thanks juga buat
yang udah menanti-nanti terbitnya Progresif! (Progresif)
Serangan Hepatitis A
Darurat! Darurat!
Virus berbahaya telah menyerang kota kita tercinta ini. 5 bulan
terakhir, Yogyakarta mengalami peningkatan penderita hepatitis A
dan sudah termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB). (Cas Cis Cus)
9) Baru-baru ini, salah satu stasiun TV swasta menayangkan sebuah
sinetron baru berjudul “Cinta 2020”. Apa maksud judul tersebut?
Ada salah seorang penonton sinetron yang secara spontan berkata,
“Ooo… maksudnya kisah cinta di tahun 2020, ya? Seperti apa ya
kisah cinta para pemuda di tahun 2020?” Jika maksudnya demikian,
penulis naskah sinetron ini pasti akan mereka-reka skenario yang
tepat. Ia akan berimajinasi untuk menggambarkan kisah cinta di
tahun 2020.
Demikian halnya dengan AQUILA edisi sekarang. Seminari
Menengah Mertoyudan sedang dihadapkan pada persoalan besar.
(AQUILA)
Empat contoh yang terakhir, 6), 7), 8), dan 9) menunjukkan
kecenderungan penggunaan ragam baku. Contoh 6) mengawali dengan
slogan Generasi Muda Pejuang Pena…. Contoh 7) mengawalinya
dengan ucapan salam Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selanjutnya,
menunjukkan adanya kecenderungan campur kode bahasa Inggris
untuk beberapa ungkapan, seperti content, thanks banget, dan thanks to
the whole team. Penggunaan kata tidak baku cenderung tidak menonjol
karena hanya muncul satu kali pada kata bikin dan udah. Contoh
Diawali judul yang sugestif dan mengejutkan Serangan Hepatitis B dan
diikuti seruan yang menyatakan keadaan, dengan ungkapan Darurat!
Darurat! Contoh 9) memanfaatkan pendapat orang dengan
mencantumkan kalimat langsung. Oleh karena itu, penggunaan
interjeksi ooo dan ya menjadi sangat wajar untuk menyakatakan
kealamiahan tuturan orang yang dimintai pendapat.
b. Surat Pembaca
Majalah sekolah yang memiliki kolom surat pembaca hanya
lima, yaitu MABOSA, MESRA, BIKAR, Cas Cis Cus, dan Bullpakç.
Istilah yang digunakan untuk menyebut kolom surat pembaca beragam,
MABOSA menyebut kolom “Kontak Redaksi”, MESRA menyebut
“TISAM (Titip Salam)”, BIKAR menyebut “Dari untuk dan Ucapan
(DUDU)”, Cas Cis Cus menyebut “JB On The Spot”, dan Bullpakç
menyebut “Mailbox”. Karakteristik bahasa lebih longgar dan akrab,
seperti tampak pada contoh berikut.
1) Jangan Blawur donk
Wah.. saya amat senang sekali bisa membaca MABOSA. Setelah
saya membaca cukup lumayan. Banyak sekali yang bisa kita dapat
dari membaca MABOSA. Kita bisa lihat wajah-wajah artis di
MABOSA dan pendapatnya para artis. Jika motret artis tolong yang
jelas donk.. jangan blawur-blawur, coz ntar jadi jelek. Kalau bisa
MABOSA jangan memakai kertas buram donk…. Skali-kali
memakai kertas berwarna.
Giancinta B.D.S (XI)
Tanggapan Redaksi
Cinta… thanks yaph, atas tanggapannya…. Untuk masalah foto, kita
janji kita bakalan lebih bagus lagi, jadi nggak ngecewain pembaca…
(MABOSA: 6).
2) Ai_ryan/XII IS3
Titip salam buat anak? Stece tercinta, tetap jaga kekompakan,
ya!!! Trus, buat pemimpin-pemimpin sekolah, kelas-kelasnya
dipasangai AC, dong.. Kan panas!! AC juga bisa nambah semangat
belajar, lho!!
Saran buat kami:
• Rubriknya dikomplitin
• Adain ajang kreasi siswi-siswi Stece, misalnya cerpen,
puisi, de el el..
• Ditebelin, dong!! Biar seru
• Covernya dibuat lebih menarik, ya!! (MESRA: 53).
3) Dari : Aq
Untuk : Insight community
Pesan : I Luv You, guys! qta bakal lu2s bareng, okey?!
(BIKAR).
4) Sudah banyak barang baru yang ada di JB. Contohnya, kursi kantin,
gamelan, dan patung John De Bitto yang berdiri kokoh di depan
kelas XII. Tetapi kenapa kursi di ruang AV2 yang sudah rusak tidak
diganti? (WIS) (Cas Cis Cus)
5) Ecek-ecek???
Kalo mbuat majalah, harus sesuai dengan kualitas dana yang ada.
Jangan kaya kemaren. Pembayaran majalahnya banyak tapi
hasilnya ecek2 (kaya tabloid biasa yang dijual di tempatnya Bu
Harno) maksudnya!!
Bunga (disamarkan)
Tanggapan Redaksi
Bukannya Redaksi ngga’ menyesuaikan dengan dana yang ada.
Perlu temen-temen ketahui, bahwa rubrik yang ada itu dicari oleh
Redaksi dan itu juga memerlukan dana dan tenaga. Untuk
menghargai kerja keras itu, Redaksi memberikan honor yang
setimpal. Maka dari itu, dana yang ada nggak seluruhnya untuk
pembuatan Bullpakç. Nah, untuk masalah kualitas, Redaksi selalu
mengusahakan yang terbaik. Jadi tolong pengertiannya ya!
(Bullpakç).
Contoh 1) surat pembaca yang menyajikan pendapat pembaca
dan tanggapan redaksi. Penggunaan interjeksi wah.., coz, penggunaan
kosa kata ragam tidak baku` motret, donk.., blawur-blawur, ntar, skalikali,
dan konstruksi frasa amat senang sekali menunjukkan ciri bahasa
tidak baku yang lazim digunakan di kalangan remaja. Tanggapan
redaksi pun memiliki kemiripan dengan bahasa yang digunakan
pembaca, seperti penggunaan interjeksi thanks, yaph dan penggukaan
kosa kata tidak baku bakalan, nggak, dan ngecewain. Contoh 5) juga
memuat pendapat pembaca dan tanggapan redaksi. Penggunaan kata
tidak baku kalo, mbuat, kemaren, ecek2 dan tanggapan redaksi yang
menggunakan kata tidak baku ngga’, temen-temen dan interjeksi nah
dan ya sebagai ungkapan yang menunjukkan keakraban dan kesetaraan.
Contoh 2), 3), dan 4) hanya menyampaikan pendapat pembaca
yang kecenderungannya berupa saran, sindiran mengenai kejanggalan,
dan harapan. Dari sisi bahasa, contoh 2) dan 3) kembali menampilkan
penggunaan kata-kata yang lazim digunakan di kalangan remaja seperti
interjeksi ya, dong.., kan, lho, okey dan penggunaan kata tidak baku
trus, buat, dikomplitin, adain, de el el, ditebelin, biar, I Luv You, guys,
qta, dan lu2s. Contoh 4) dari segi bahasa cenderung formal paling tidak
dari segi penggunaan kosa katanya.
c. Editorial dan Topik Utama
Kolom editorial dengan nama tajuk hanya digunakan oleh Cas
Cis Cus yang dari segi bahasanya sudah cenderung baku. Oleh karena
itu, pembahasannya disatukan dengan topik utama yang dimiliki oleh
semua majalah sekolah yang menjadi sumber data tulisan ini. Istilah
yang digunakan pada kesembilan majalah adalah Laporan Utama,
Laput, Eksklusif Wawancara, Liputan, Liputan Utama, Yang Utama,
dan Headline.
Editorial yang diberi nama tajuk terdapat pada Cas Cis Cus dan
disampaikan dalam bentuk informasi dengan bahasa yang baku. Topik
utama berbentuk laporan cenderung formal, sedangkan yang berbentuk
dialog cenderung disesuaikan dengan identitas yang diwawancarai,
seperti terlihat pada uraian berikut.
1) Jadi, bersiaplah untuk mengevaluasi semua kesalahan kita dan
juga bersiaplah untuk melangkah ke tahun yang baru… Nah,
selamat menjadi individu baru yang lebih baik dari tahun
sebelumnya ya! God bless you. (MABOSA: 9)
1a) Apakah kita harus selalu berubah mengikuti tahun yang
selalu berubah?
Berubah mengikuti era jaman, tren itu saya rasa perlu ya. Karena
kita hidup itu perlu berkembang. Tetapi bukan berarti suatu yang
sudah bagus, karakter atau pribadi, perilaku yang sudah bagus
harus berubah, tidak! Tetap ada modal dasar yang bagus, tetapi
kita tetap menjadi manusia yang tidak ketinggalan jaman
(MABOSA: 13)
1b) Kalian kan dah sering tuh manggung ke mana-mana. Ada
nggak pengalaman menarik dari acara-acara manggung kita
itu?
Waktu itu kebetulan jatah kita buat manggung di Kalimantan.
Pada saat itu ada konflik di daerah deket tempat kita manggung,
trus pas 1 hari sebelum manggung ada ledakan bom gitu deh tapi
walaupun ada bom, acara manggung kita tetap berjalan dengan
lancar kok (MABOSA: 21).
Contoh 1) laporan utama pada majalah MABOSA yang disampaikan
dalam bentuk laporan dengan bahasa baku. Kosa kata tidak baku hanya
terdapat pada alinea terakhir berupa interjeksi nah dan ya serta alih
kode ke bahasa Inggris God bless you.
Contoh 1a), wawancara dilakukan dengan salah seorang guru
sehingga pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Pada
contoh 1b) wawancara dilakukan dengan kelompok band yang anggotaanggotanya
masih muda sehingga pertanyaan disampaikan
menggunakan kosa kata tidak baku seperti interjeksi kan dan tuh serta
keterangan aspek dan negator ragam tidak baku, yaitu dah dan nggak.
Penggunaan bahasa tersebut disesuaikan dengan bahasa yang lazim
digunakan oleh anak-anak muda.
Berdasarkan fenomena di atas, penggunaan ragam tidak baku
yang disesuaikan dengan seleranya anak-anak muda tidak
mengkhawatirkan. Redaksi dapat menyesuaikan diri kapan harus
menggunakan ragam baku dan ragam tidak baku. Hal tersebut
diperkuat oleh pernyataan mantan pemimpin redaksi MABOSA yang
sudah menjadi mahasiswa. Ketika menjadi redaksi dia sangat gigih
melakukan wawancara dengan artis-artis, seperti yang dia katakan,
“Saya sangat giat mengejar artis sampai ada beberapa teman yang
mengatakan norak atau penggila artis. Saya pernah berjumpa dengan
Krisdayanti, Miss Universe 2005, Artika Sari Devi (Putri Indonesia
2006), Delon, Glen Fredly, Wingky Wiryawan, Fauzi Baadilah, Club
eighties, dan lain-lain. Perlu teman-teman ketahui, tidak mudah
mengejar artis-artis sekelas ibu kota”(Sekarjati, 2007:17). Pengalaman
sebagai pemimpin majalah sekolah menurut Sekarjati memberi
pengalaman yang mengesankan dan menambah kepercayaan diri yang
tinggi. Oleh karena itu, dia masih menjatuhkan pilihan untuk aktif
dalam kegiatan jurnalistik di kampusnya.

Pada sumber data lain menunjukkan tipe yang sama. Keakraban


antara lain dimunculkan dalam bentuk penggunaan kosa kata yang
tidak baku, khususnya interjeksi, negator, sapaan langsung, superlatif,
dan campur kode bahasa Inggris atau bahasa Jawa, seperti tampak pada
uraian berikut.
2) Nggak seperti Hari Pendidikan yang sebelumnya. Hari Pendidikan
tahun ini yang jatuh tanggal 2 Mei ini unik banget (Progresif: 4).
2a) Euphoria ini, tapi gak apa-apa juga kan, Psikopad kan bukan
diperuntukkan buat anak-anak muda aja, tapi orang tua yang
berjiwa muda juga (Progresif: 7).
2b) Duh, siapa yang nggak pengen sih? (Progresif: 9)
3) Sobat PELITA untuk tema kali ini yang khusus membahas Kelas
XII, PELITA sengaja secara langsung menemui kepala sekolah
kita sebab beliau enggan dimintai komentar secara tertulis
(PELITA: 16).
3a) XII IA2? Wuih…!!! Ini kelas terhebat dengan orang-orang super!
Super konyol, super rame, and super ra cetha!!!
3b) Hallo Bruder, langsung aja ya.
Bagaimana pendapat Bruder tentang anak-anak kelas XII
sekarang ini?
Menurut saya, anak-anak kelas XII sekarang ini biasa saja seperti
anak kelas XII yang sudah-sudah (PELITA: 16).
4) Acaranya seru bangettt!!! (MESRA: 12)
4a) Acara fashion show setiap kelas nampilin pahlawan-pahlawan
seperti R.A. Kartini, suster, dokter, guru, Ir. Sukarno, Christina
Marta Tiahahu, Ibu, pemadam kebakaran, dll. (MESRA: 12).
4b) Jadinya acara fashion show jadi tambah seru dan heboh banget!!!
(MESRA: 13)
5) Hay Girl!! Kalian pasti sudah dengar tentang kurikulum baru
untuk kita kan? Yup! KTSP itu loh.. (BIKAR: 2).
5a) Di rubrik ini kita bakalan bedah abis tentang apa sih KTSP itu,
pengembangannya gimana and tujuannya gimana. So.. Kita wajib
baca!! Baca yuuk… (BIKAR: 2)
5b) Nah, kemarin Tim Majas sempet mewawancarai beberapa anak
soal pendapat mereka mengenai KTSP. Ternyata banyak pro dan
kontra mengenai KTSP ini, loh!! (BIKAR: 4)
Keempat kelompok contoh di atas memunculkan penggunaan kata-kata
yang tampak pada diagram berikut.
DIAGRAM 1:
PILIHAN KATA UNTUK MENYATAKAN KAKRABAN
No Tipe Contoh
1 Interjeksi hallo, kan, aja, wuih, ya, aja, yup, loh, sih,
yuuk, nah, so
2 Sapaan sobat, hay
3 Superlatif banget,
4 Negator nggak, gak
5 Konjungsi tapi, buat
6 Campur kode and, ra, cetha, hay girl,
7 Bentuk tidakbaku
konyol, rame, nampilin, heboh, abis, gimana,
sempet

Penggunaan pilihan kata tersebut cenderung terjadi pada awal


atau akhir tulisan. Sebutan hey girl digunakan pada sekolah yang
muridnya khusus perempuan. Empat majalah lainnya, yaitu EKSIS,
Aquila, Cas Cis Cus, dan Bullpakç pada topik utamanya cenderung
menggunakan bentuk baku. Hal yang hampir sama terjadi pada artikelartikel
lain yang ada.

5. Isi sebagai Cermin Semangat Keremajaan


Dengan mengikuti pandangan Sri Esti Wuryani Djiwandono,
masa remaja disoroti dari lima hal yang meliputi perkembangan fisik,
kognitif, sosioemosional, pengajaran di SMP dan SMA, dan masalahmasalah
remaja. Ihwal isi, jika ditelusur berdasarkan aneka rubrik yang
ada pada sembilan majalah yang digunakan sebagai sumber data
menampakkan kecenderungan ciri perkembangan remaja. Berkaitan
dengan masalah-masalah remaja, isi majalah tidak mencerminkan
adanya persoalan yang dihadapi, tetapi justru menawarkan aneka
kemungkinan mengatasinya, seperti tampak pada rubrik renungan
berjudul “Tahun yang Baru, Hati yang Baru pula…” yang ditulis oleh
Pratiwi Sofia C.M (XI IPS 3). Dalam tulisan tersebut Sofia mengajak
agar selalu bersikap baik kepada teman, tidak hanya bersikap baik
ketika sedang membutuhkan sesuatu (MABOSA: 5). Majalah EKSIS
menyorot masalah free sex yang ditulis oleh Rice-KY II S2, dengan
menggunakan referensi Alkitab yang tentu menolak kecenderungan
tersebut karena bertentangan dengan dalil-dalil Alkitab (EKSIS, 2007).
Isi artikel yang lain akan dibahas dalam uraian berikut. Penelurusan isi
dilakukan dengan mencermati surat redaksi, editorial dan topik utama,
dan beberapa rubrik yang ada.
a. Surat Redaksi
Isi surat redaksi cenderung menginformasikan tema dan
rinciannya, seperti tampak pada diagram berikut.
DIAGRAM 2: ISI SURAT REDAKSI
Majalah Tema
MABOSA Menjadi Baru di Tahun Baru
Progresif Perubahan Besar
PELITA Leaving PL With Smile
MESRA Evolusi
BIKAR Ekspresikan Dirimu dengan Bahasa
EKSIS Pendidikan
Aquila Seminari Menatap Masa Depan
Cas Cis Cus Serangan Hepatitis A
Bullpakç Act Ur Art

Diagram di atas memperlihatkan tema yang bervariasi, mulai persoalan


internal sekolah, regional, dan nasional, sedangkan dari segi bidang
meliputi masalah pembaharuan sekolah, pergaulan, pendidikan,
kesehatan, seni, dan humaniora. Hal tersebut memperlihatkan
keragaman minat dan perhatian redaksi yang beragam pula.
b. Editorial dan Topik Utama
Editorial dan topik utama cenderung merupakan uraian lebih
lanjut mengenai tema yang telah dikemukakan pada kolom Surat
Redaksi, seperti tampak pada diagram berikut.
DIAGRAM 3:
EDITORIAL DAN TOPIK UTAMA
Majalah Editorial/Topik Utama
MABOSA Menjadi Baru di Tahun yang Baru; Tahun Baru adalah
Bersyukur karena kita Berguna bagi Orang Lain
Progresif 1..2..3.. Berubah
PELITA Ekslusif Wawancara dengan Br. Herman
MESRA Peristiwa Pertama di Bangku SMA
BIKAR KTSP
EKSIS Kemerdekaan Roh bagi Pendidikan
Aquila Due in Altum
Cas Cis Cus Serangan Hepatitis A; Sayangilah Hatimu!
Bullpakç Aneka musik dansa
Topik yang merupakan uraian lebih lanjut mengenai tema terdapat pada
majalah MABOSA, Progresif, EKSIS, Aquila, Cas Cis Cus, dan
Bullpakç. Sajian pada MABOSA dan Progresif, cenderung
memanfaatkan sumber-sumber internal sekolah, yaitu berdasarkan
pandangan siswa dan pandangan guru. EKSIS, Aquila, Cas Cis Cus,
dan Bullpakç menyajikan materi dengan memanfaatkan referensi yang
dikemas sebagai kajian kritis.
PELITA mengembangkan rumusan tema dalam Profil Kelas,
MESRA pada liputan dan berita mengenai pelantikan pengurus OSIS,
dan penerapan KTSP. BIKAR menajikan pada kolom khusus “Seputar

Bahasa” yang menyajikan artikel “Bahaa Benteng Budaya”, “Bahasa


Cinta Dunia”, “Tentang Cinta”, “Warna Hidup”, “Ada Teknologi
Bahasa, Ada Bahasa dalam Teknologi”, dan “Lihatlah keluar Tataplah
Sisi lain dari Kita”. Aneka sajian tersebut cenderung memanfaatkan
sumber dari luar sekolah. Seperti topik “Bahasa Cinta Dunia” redaksi
menyajikan koleksi ungkapan aku cinta kamu dari 66 bahasa,
sedangkan pada “Lihatlah keluar Tataplah Sisi Lain dari Kita”
menyajikan visualisasi foto-foto orang-orang yang mengalami nasib
kurang beruntung, seperti pengemis, gelandangan, pengamen, orang
yang mengalami cacat fisik, dan sebagainya. Sajian tersebut
dimaksudkan sebagai ajakan untuk berempati kepada orang-orang
tersebut.

c. Berita
Berita merupakan informasi yang dihimpun oleh redaksi
kemudian disampaikan kepada pembaca. Sajian memiliki kemungkinan
dalam bentuk deskripsi atau wawancara. Berita-berita di majalah
sekolah berupa peristiwa yang terjadi di lingkungan sekolah, prestasi
yang dicapai oleh sekolah, guru, siswa, dan berita mengenai peristiwa
atau tokoh di luar sekolah.
Berita internal sekolah pada MABOSA yang membawa nama
baik sekolah, berupa prestasi dalam bidang olah raga, seni, akademik,
dan keterampilan khusus, seperti adanya tawaran mengisi halaman
pelajar di Media Indonesia yang merupakan prestasi dalam bidang
jurnalistik. MABOSA juga menyajikan berita dari luar sekolah yang
sudah dikemas dalam bentuk ulasan, seperti pada berita mengenai
“Sekolah Sahabat” yang mengulas SMKN 3 Kasihan Bantul. Berita
dari luar lainnya dikemas dalam bentuk wawancara dengan Group
Band Kerispatih dan aktor film Vino G. Bastian.
Majalah Progresif SMAN 3 menyampaikan berita internal
sekolah mengenai Latihan Dasar Metode Ilmiah (LDMI) yang wajib
diikuti oleh siswa kelas XI dengan langsung diterjunkan ke lokasi
penelitian serta aneka kegiatan tahunan yang telah diprogram oleh
sekolah. Prestasi dalam bidang akademik seperti siswa yang lolos
seleksi mengikuti AFS dan tinggal selama satu tahun di Amerika.
Berita dari luar berupa informasi mengenai lokasi wisata untuk mengisi
liburan, rumah makan, pasar seni Gabusan, FKY, dan beberapa yang
lain dikemas dalam bentuk feature.2

PELITA secara khusus menyajikan berita intern sekolah


mengenai profil kelas XII, sedangkan berita dari luar berupa ulasan
mengenai group band “Captain Jack”. Group band tersebut ditemui saat
pentas dalam acara Psikopad di SMAN 3 Yogyakarta. Berita intern
sekolah, mengenai prestasi tim sepak bola yang sampai ke babak final,
meskipun akhirnya menjadi juara II dalam ajang UPN Cup, setelah
pada final kalah 1-0 dari SMAN 4.
MESRA majalah sekolah yang siswanya homogen perempuan
ini menyajikan berita intern sekolah yang berkaitan dengan tokoh yang
menjadi pelindung, yaitu St. Carolus Borromeus serta siswa yang telah
berprestasi dalam bidang akademik melalui aneka lomba bidang sain
dan matematika. Kegiatan intern sekolah lainnya adalah valentine day
dan pelantikan pengurus OSIS. Majalah lain yang diterbitkan oleh
sekolah dengan siswa homogen permpuan adalah BIKAR. BIKAR
tampaknya tidak menempatkan diri sebagai majalah berita, oleh karena
itu, tidak ada kemasan berita. Informasi setipe berita disampaikan
dalam bentuk profil tokoh dan feature seperti tampak pada informasi
mengenai “Bahasa Benteng Budaya”, “Warna Hidup”, dan “Ada
Teknologi dalam Bahasa dan Ada Bahasa dalam Teknologi”. Tipe yang
sama dimiliki oleh EKSIS yang tulisan-tulisannya cenderung berupa
feature, artikel, dan profil tokoh. Feature yang dimaksud seperti
mengenai MOS, keistimewaan SMA 1 Karangmojo yang dikatakan
“Sekolah Ndeso Intelektualitas Kutho”, OSIS baru, pesawat tempur,
dan mengenai Indonesia yang panen gempa.
Aquila dan Cas Cis Cus diterbitkan oleh sekolah yang muridnya
homogen pria. Aquila menyajikan berita dalam bentuk ulasan dan profil
tokoh yang cenderung bersifat internal. Dari segi bentuk Cas Cis Cus
lebih merupakan tabloid sekolah yang terdiri satu lembar (4 halaman).
Berita lebih mirip dengan surat pembaca yang dikemas dalam rubrik
2 Pengertian feature mengikuti uraian R. Masri Sarep Putra yang mengemukakan,
“Cerita feature adalah artikel kreatif, kadang-kadang subjektif, yang terutama
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang
suatu kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan” (2008: 66). Kutipan tersebut diambil
dari buku Seandainya Saya Wartawan Tempo karya Bambang Bujono dan Toriq
Hadad yang diterbitkan oleh Institut Studi Arus Informasi-Yayasan Alumni Tempo,
tahun 1997.

“JB On The Spot”. Rubrik tersebut menyampaikan peristiwa,


tanggapan, prestasi, dan sindiran singkat, antara dua sampai lima
kalimat.
Bullpakç menyajikan berita mengenai prestasi sekolah yang
mengirimkan siswanya untuk mengikuti pertukaran pelajar ke Australia
serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekolah dan yang berkaitan
dengan pendidikan, seperti pembangunan studio musik sekolah dan
tambahan mata pelajaran yang di-UN-kan yang dipandang semakin
memberatkan. Berita lain disajikan dalam bentuk feature, seperti
masalah internet, global warming, film, grafiti, dan sebagainya. Dua
yang pertama merupakan gejala universal dan yang ketiga merupakan
fenomena menarik di Yogyakarta dengan munculnya mural.
d. Artikel
Artikel merupakan tulisan yang mencerminkan pandangan
penulis mengenai pokok persoalan yang tertentu. Dari sembilan
majalah, yang memiliki rubrik artikel adalah 6 majalah yang sebagian
besar ditulis oleh siswa, seperti tampak pada diagram berikut.3
DIAGRAM 4:
ARTIKEL DAN PENULISNYA
Majalah Jumlah Penulis Isi
MABOSA 5 4 Siswa dan 1
Alumni
(1) Tahun baru, (2) UAN, (3)
adaptasi bagi siswa baru, (4)
pengalaman sebagai siswa BOSA
yang mengesankan dan pengelola
majalah sekolah, dan (5)
mengenai budaya Barat
MESRA 1 Kutipan dari
sumber lain
Dunia pers di Indonesia
EKSIS 2 Siswa (1) Pendidikan yang bobrok dan
(2) ungkapan Jawa Dadi
Godhong Emoh Nyuwek yang
ditulis dalam bahasa Jawa
Aquila 2 1 Pendamping (1) Tantangan pembinaan calon
3 Tiga majalah yang tidak memiliki rubrik artikel adalah Progresif, PELITA, dan
BIKAR.
dan 1 Redaksi imam dan (2) hasil jajak pendapat
mengenai masa depan sekolah
Cas Cis Cus 1 Guru Ajakan hidup sehat
Bullpakç 1 Siswa Ajakan untuk bertindak adil
dengan memanfaatkan harta
karun untuk semua
Berdasarkan diagram di atas, partisipasi siswa dalam menulis artikel
cukup menonjol. Dari 12 artikel, 8 di antaranya ditulis siswa (termasuk
yang ditulis redaksi Aquila) sedang 3 lainnya ditulis guru, pendamping,
dan alumni, dan kutipan sumber lain 1 artikel. Dari segi isi, MABOSA
memiliki keragaman mulai dari pendangan siswa mengenai persoalan
intern sekolah dan masalah yang umum. Sajian pengalaman alumni
dalam mengelola majalah sebagai kekuatan untuk menyugesti adik-adik
kelasnya untuk memanfaatkan peluang aktif dalam kegiatan yang
dikelola OSIS karena bermanfaat dan masih dapat dikembangkan di
perguruan tinggi. MESRA yang mengutip artikel dari
http://wwwrepublika.co.id memberikan wawasan mengenai jurnalistik
yang aktual karena dikaitkan dengan peringatan hari Pers Nasional
tanggal 9 Februari 2008. EKSIS menyoroti bobroknya pendidikan di
Indonesia dan mengingatkan untuk terus setia kepada cita-cita
kemerdekaan, yaitu kesejahteraan bersama. Dikatakan bahwa
pendidikan kita sekarang ini berantakan, hampir tak ada lagi
kebangkitan nasional yang tertanam pada setiap individu, malah kita
menjadi maling di negeri sendiri, seperti kasus illegal loging (2007: 3).
Keistimewaan EKSIS adalah menyajikan artikel bahasa Jawa. Aquila
mengangkat tema yang berkaitan dengan masa depan sekolah.
Keistimewaannya, redaksi menyusun artikel berdasarkan hasil jajak
pendapat. Hal tersebut sebagai langkah pembinaan sikap ilmiah, seperti
yang dilakukan di SMAN 3 Yogyakarta yang membina sikap ilmiah
melalui kegiatan Latihan Dasar Metodologi Ilmiah (LDMI). Hal
tersebut berpeluang memberi warna dunia ilmu di Indonesia. Sajian
artikel dalam Cas Cis Cus yang ditulis oleh guru disesuaikan dengan
topik utama yang aktual dan menyangkut kebutuhan masyarakat, yaitu
mengenai hidup sehat. Tulisan tersebut menyikapi gejala munculnya
kasus Hepatitis A di Yogyakarta. Bulpakç menyampaikan ajakan
berlaku adil dan berbagi melalui menjaga lingkungan alam, bazar,
sumbangan, dan dengan membuat komitmen-komitmen pembatasan
diri yang dieksplisitkan dengan ungkapan berkomitmen dengan rak
buku, lemari pakaian, rak kamar mandi, dan laci dapur. Aneka ajakan
disampaikan secara simbolik dengan mengoreksi aneka kebutuhan
hidup dan bagaimana membelajakan uang untuk kepentingan tersebut.

e. Sastra
Dari sembilan majalah yang memiliki rubrik sastra ada 8
majalah, seperti tampak pada diagram berikut.4
DIAGRAM 5:
RUBRIK SASTRA
Majalah Jenis Sastra
MABOSA Puisi Cerpen Cerbung Kartun
Progresif Puisi Cerpen Kartun
PELITA Puisi Cerpen
MESRA Puisi Cerpen
BIKAR Puisi Cerpen
EKSIS Puisi Gurit
(Puisi
Jawa)
Cerpen
Aquila Puisi Cerpen Kartun
Bullpakç Puisi Kartun
Diagram di atas menunjukkan bahwa minat dan potensi yang
muncul dalam bidang sastra adalah penulisan puisi, cerpen, kartun, dan
cerbung. MABOSA memiliki keistimewaan karena memiliki tiga jenis
sastra dan satu-satunya yang menampilkan jenis cerita bersambung
yang memerlukan energi lebih banyak. EKSIS ememiliki kekhususan
dengan menyajikan puisi bahasa Jawa atau yang biasa disebut gurit. Isi
aneka jenis sastra cenderung persoalan yang berkaitan dengan
kehidupan remaja, teknologi, persahabatan, kekeluargaan, percintaan,
dan masalah kemanusiaan.
4 Tiga majalah yang tidak memiliki rubrik sastra adalah Cas Cis Cus.

Elisabeth Lespirita Veani


Kelas XII SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Makalah ini disampaikan pada Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia di Jakarta, 28


Oktober – 1 November 2008.

ABSTRACT
School magazine is one of the discourse to guide
and develop the youth potential to produce the reliable
and cultured writers. The identities of the homogenious
readers produce greetings, interjections, superlatives,
negation, conjunction, code mix, the infinite forms to
express intimacy, and familiarity. This causes the use of
the language rules not consistently especially in the
rubrics for readers’ letters, editors, and the rubrics
dealing with youth lives (musics, humours, talk show,
and news). Deviaton decreases in the rubrics of opinion,
article, religious reflection, talk show with the teachers
or head masters. In this way the language use is not
necessary to be worried to disrupt Indonesian language.
The content of the magazine varies from the topics in
the school (various school activities, sports, art, the
profiles of the teachers and students, etc.), in the region
(graffiti, sickness, city master plan, etc.), in the state
(education, natioal exam, illigal logging, national
commemoration, etc.), to those in the world (global
warming, AIDS, etc.)
Key words: content, editor, language, rules, school
magazine, youth.
1. Pendahuluan
Majalah sekolah pada umumnya merupakan salah satu bentuk
kegiatan ekstra kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan minat
dan bakat siswa dalam hal jurnalistik. Mengingat majalah sekolah
menuntut penanganan khusus, penentuan pengurus redaksinya biasanya
melalui seleksi. Hal tersebut dapat penulis ketahui melalui wawancara
dan pernyataan yang muncul pada salah satu pengantar redaksi
MABOSA yang mengemukakan, “Para awak baru, yang tentu akan
membawa ide-ide baru, pemikiran, dan, tenaga baru ini adalah orangorang
yang terpilih setelah melalui serangkaian seleksi redaksi”
(Desember 2007: 3).
Sebagai salah satu wadah penyaluran dan pengembangan minat
dan bakat menulis, majalah sekolah dapat digunakan sebagai lahan
persemaian benih-benih penulis muda. Oleh karena itu, bagi siswa yang
berbakat dapat melakukan uji kompetensi lanjutan dengan
memublikasikan tulisannya melalui majalah atau tabloid komersial
seperti Hai, Aneka, Bobo, Gaul, Suara Merdeka Anak, dan lain-lain.
Sebagai lahan penyaluran dan pengembangan minat dan bakat
menulis, majalah sekolah seperti Aquila terbukti telah melahirkan
penulis-penulis handal dan bermartabat di Republik Indonesia ini.
Nama itu sendiri diciptakan oleh penulis dan pemikir handal Alm N.
Driyarkara. Aquila berarti ‘rajawali’ dan merupakan akronim dari
Augeammus Quam Impensissime Lauden Altissimi. Ungkapan dalam
bahasa Latin tersebut kira-kira terjemahannya ialah ‘Marilah kita
tumbuh berkembang sekuat tenaga menambah keluhuran Yang
Mahatinggi’ (Sudiarja, dkk., 2006: xxiii-xxiv). Majalah Seminari
Menengah Mertoyudan tersebut, sampai saat ini sudah berusia 78
tahun.
Dalam tulisan ini, secara khusus dibahas mengenai karakteristik
bahasa dan isi sebagai ekspresi yang mencerminkan semangat
keremajaan.
2. Pengertian
Kata jejak mengingatkan penulis pada kegiatan pramuka yang
penulis geluti. Dalam pramuka kata jejak sering diartikan sebagai
sesuatu yang ditinggalkan agar dapat menjadi petunjuk untuk menuju
suatu tempat atau menemukan sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002: 464) kata jejak memiliki empat pengertian. Pengertian
pertama ‘bekas tapak kaki; bekas langkah’, kedua ‘jatuhnya kaki di
tanah’, dsb, ketiga ‘tingkah laku (perbuatan) yang telah dilakukan’,
Majalah AQUILA dipilih sebagai satu-satunya majalah sekolah di luar Yogyakarta
karena memiliki pengalaman dan usia yang cukup panjang. Tahun 2008 ini sudah
memasuki usia 78 tahun.
keempat ‘bekas yang menunjukkan adanya perbuatan dsb yang telah
dilakukan’. Dalam tulisan ini pengertian jejak yang paling sesuai
adalah pengertian yang keempat.
Kata langkah pada kehidupan sehari-hari menunjukkan gerak
maju. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 635) langkah
memiliki empat pengertian. Pengertian pertama ‘gerakan kaki (ke
depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan) waktu berjalan’. Kedua ‘jarak
antara kedua kaki waktu melangkah ke muka (waktu berjalan)’. Ketiga
‘sikap; tindak tanduk; perbuatan’. Keempat ‘tahap; bagian’. Dalam
tulisan ini pengertian langkah yang paling sesuai adalah pengertian
yang ketiga.
Istilah jejak dan langkah juga mengikuti pandangan Sudaryanto.
Sudaryanto menggunakan istilah tersebut untuk membedakan dua sisi
kebudayaan, yaitu sebagai hasil dan sebagai proses. Sebagai hasil
kegiatan, kebudayaan itu “terpisah” dari sang manusia: dia merupakan
JEJAK; sedangkan sebagai proses kegiatan, kebudayaan itu
“sinambung” dengan sang manusia: dia merupakan LANGKAH (1999:
11).
Pengertian majalah sekolah adalah majalah yang diterbitkan
oleh sekolah dan biasanya dikelola oleh siswa, khususnya pada tingkat
SMA. Kata ekspresi dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
sebagai ‘pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan
atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb.)’ (2002: 201).
Konstruksi frasa semangat keremajaan berarti jiwa atau dinamika yang
menunjukkan perilaku seseorang yang menunjukkan ciri pada tahap
perkembangan masa remaja.
3. Semangat Keremajaan
Perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur
kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja
adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang
sangat cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil
untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan
remaja, kira-kira umur 14 tahun sampai umur 16 tahun. Remaja akhir
yang kira-kira berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan
transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan, dan
berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa (Djiwandono, 2006: 93-4).

Anak usia SMA berkisar antara 14-19 tahun. Tahap


perkembangan tersebut oleh Ki Hadjar Dewantara disebut sebagai masa
dewasa. Lebih lanjut beliau mengemukakan, tentang periode yang ke-3
(14-21 tahun), inipun amat penting pula. Kepentingan ini terbuktilah
dari namanya. Seperti kita ketahui, periode ke-3 ini sering disebut juga
masa pubertet ke-2 (waktu menjadi masak yang ke-2 kalinya). Adapun
masa pubertet yang ke-1 yaitu umur lebih kurang 3½-7 tahun. Dalam
masa pubertet ke-1 itu anak-anak menjadi masak sebagai anak manusia
(sebab tadinya masih berdekatan dengan sifat khewani), sedangkan
pada masa pubertet ke-2 itu anak-anak akan masak sebagai manusia.
Dalam ilmu pendidikan diterangkan, bahwa segala pengalaman dari
pemuda-pemuda pada waktu itu akan turut membentuk watak atau budi
pekertinya, buat selama hidupnya (Tauchid, 2004: 446).
Dalam pandangan Piaget, masa remaja merupakan masa transisi
dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal
secara operasional (Djiwandono, 2006: 96). Ihwal perkembangan masa
remaja, Djiwandono (2006: 94-115) mengemukakan lima hal yang
meliputi perkembangan fisik, kognitif, sosioemosional, pengajaran di
SMP dan SMA, dan masalah-masalah remaja. Kelima hal tersebut
dijabarkan pada uraian berikut.
a. Perkembangan fisik
Rentang waktu perkembangan masa remaja yang dimulai dari
masa pubertas, ditandai dengan kematangan alat-alat reproduksi. Oleh
karena itu, remaja mulai meminati masalah seksual, tertarik pada mitra
jenis dengan memberi perhatian dan minta perhatian, berfantasi
masalah erotik dan sebagainya. Kematangan reproduksi dan minatnya
pada masalah seksual perlu mendapat penyaluran yang positif agar
mendukung perkembangan intelektual, emosional, sosial, moral, dan
fisiknya.
b. Perkembangan kognitif
Terjadi perubahan fungsi otak. Hal tersebut ditandai dengan
adanya lonjakan kemampuan intelegensi. Anak akan beralih dari
berpikir konkret operasional ke formal operasional. Hal tersebut
memungkinkan untuk mengombinasikan aneka fenomena untuk
menghasilkan satu gagasan yang komprehensif.
c. Perkembangan sosioemosional
Pada tahap ini anak mulai sanggup membedakan dan memilah
mengenai apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan. Kondisi
tersebut memungkinkan anak melakukan koreksi diri dengan
membanding-bandingkan keadaan dirinya dengan sesamanya. Oleh
karena itu, anak berusaha mencari sosok ideal yang dikaguminya dan
menjadi idola dirinya, seperti bintang film, olahragawan, tokoh politik,
dan sebagainya.
d. Pengajaran di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas
Mengingat masa remaja merupakan masa transisi, pengajaran di
sekolah perlu menaruh perhatian pada upaya untuk mendorong
perkembangan kognitif. Hal tersebut berimplikasi pada penyusunan
kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa.
Berikutnya adalah mendorong perkembangan sosioemosional. Hal
tersebut dapat diperlihatkan melalui penyusunan kurikulum yang
berimbang yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
sosial, dan emosional, agar perkembangan pribadi dan sosialnya
berjalan seimbang.
e. Masalah-masalah remaja
Sebagai masa transisi, masa remaja sangat rawan terhadap
persoalan-persoalan yang menyimpang dari norma-norma agama,
hukum, sosial, dan moral. Hal tersebut untuk membuktikan
kemampuannya mengatasi dominasi orang dewasa dan sekaligus
sebagai upaya menunjukkan kemandirian dirinya. Beberapa masalah
yang lazim terjadi adalah kenakalan remaja, gangguan emosi,
penyalahgunaan obat bius dan alkohol, dan kehamilan sebelum
menikah.
4. Bahasa sebagai Cermin Semangat Keremajaan
Dengan mengikuti uraian Moeliono, yang memerinci ragam
bahasa ditinjau dari sudut pandangan penutur dapat dikelompokkan
berdasarkan tiga patokan, yaitu: (1) daerah, (2) pendidikan, dan (3)
sikap penutur (1980: 17). Khusus yang berkaitan dengan sikap penutur
dikatakan bahwa ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup
sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya
tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini, yang dapat disebut
langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada sikap penutur
terhadap orang yang diajak berbicara atau terhadap pembacanya.
Sikapnya itu dipengaruhi, antara lain, oleh umur dan kedudukan yang
disapa, pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan
penyampaian informasi (1980: 19).
Bertumpu pada pandangan di atas, majalah sekolah merupakan
majalah yang dikelola oleh siswa sekolah yang tertentu dan lingkup
pembacanya yang utama adalah teman-teman sekolah yang sebaya
dengan rentang usia 14-19 tahun.
Bahasa sebagai cermin semangat keremajaan dapat
diidentifikasi berdasarkan pilihan kata, cara penulisan kata, dan
penyimpangan-penyimpangan dari kaidah baku sebagai upaya untuk
menciptakan keakraban dan kemesraan relasi, seperti tampak pada
uraian berikut.
a. Surat Redaksi
Surat redaksi memiliki istilah yang beragam, yaitu Salam
Redaksi, Dari Redaksi, Kata Qta, Surat Redaksi, Suara Aquila, dan
Tajuk (Lihat Lampiran 1). Semua majalah yang menjadi sumber data
senantiasa menyebutkan tema dengan rincian secara menyeluruh atau
sebagian. Surat redaksi pada sebagian majalah cenderung
mengyisipkan sapaan, interjeksi, onomatope yang cenderung ekspresif
dan mencerminkan karakter remaja yang menghendaki keakraban dan
kemesraan relasi antara redaksi dengan pembaca, seperti tampak pada
contoh berikut.
1) Hiiii, Delayoters
Tak disangka udah 1 semester yap kita tak bersua??? Naah, kalo
kalian nggak suka baca yang namanya sekapur sirih, yang ini
namanya salam redaksi!
Sebelumnya kita mau minta maaf neh, kalo Bullpakç terbitnya
lamaaaa banget karena perlu kalian ketahui bahwa, membuat
majalah itu nggak gampang. Selain itu ruang jurnal tercinta sedang
mengalami musibah, atapnya bocor. (hiks hiks) (Bullpakç)
2) Hai… hai… hai… jumpa lagi… dengan MABOSA yang makin keren
dan setu untuk dibaca!!! Guys, ketika menerima MABOSA edisi 43
ini, kerasa nggak ada sesuatu yang berbeda dengan MABOSA
sebelumnya? (MABOSA)
3) Hi Friends,
Kamu-kamu pasti udah lama nunggu BIKAR kita terbit kan?!?! So,
pasti dunk… Akhirnya dengan penuh perjuangan dan kerja keras
tim BIKAR berhasil juga menerbitkan BIKAR ini.
Kamu-kamu pasti tahu, kalau bulan Oktober ini bulannya
bahasa So, kita memilih tema yang kita rasa sangat cocok dengan
bulan tersebut
“EKSPRESIKAN DIRIMU DENGAN BAHASA”
(BIKAR)
4) Hai Sobat Pelita, puji Tuhan, Pelita edisi ke-13 kali ini, yang
merupakan edisi terakhir PELITA di tahun ajaran 2006/2007, ini
akhirnya terbit juga. Kali ini redaksi menyajikan edisi khusus buat
kakak-kakak kelas XII yang akan meninggalkan sekolah kita
tercinta SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. (PELITA)
Empat dari sembilan sumber data dalam tulisan ini menunjukkan
penggunaan sapaan yang akrab dalam mengawali pesan redaksi, seperti
Hiiii, Delayoters; Hai… hai… hai… jumpa lagi…; Hi Friends; Guys,
dan Hai Sobat Pelita. Tipe interjeksi lainnya yang digunakan adalah
yap, naah, neh, so, dan onomatope hiks hiks. Pilihan kata dan cara
penulisan kata yang cenderung tidak baku juga dimanfaatkan untuk
menunjukkan keakraban, seperti kata tak, udah, bersua, kalo, nggak,
lamaaaa, banget, gampang, jumpa, keren, setu, kerasa, nunggu, kan,
dunk, dan kamu-kamu. Hal tersebut sebagai salah satu cara
menempatkan pembaca sebagai teman dan sahabat yang akrab dan
memiliki kesejajaran. Cara lain menggunakan interjeksi, seperti tampak
pada contoh 5) berikut.
5) Horeeeeeee!!!!! Akhirnya,,,,,,, Setelah sekian lama tenggelam
dalam keramaian kota Yogyakarta, Mesra terbit juga. Setelah
sempat beredar kabar burung kalo Mesra bubar,,, sampai-sampai
ruang Mesra pun akhirnya diganti kegunaannya menjadi ruang
Rets, qta akhirnya dapat muncul kembali… Oke,,, kali ini Mesra
ngambil tema,,, “Evolusi”. Soalnya, dari kita-kita aja yang tadinya
beranggotakan sebanyak 12 orang, sekarang tinggal 8 orang. Hal ini
dikarenakan anggota qta yang dah kelas 3 kemarin, udah lulus.
(Mesra)

Seruan horeeeeeee!!!!! lazim digunakan untuk mengekspresikanm rasa


senang, lega, dan menggairahkan. Selain itu tampak pula cara penulisan
kata kita yang ditulis dengan menggunakan bentuk tulisan qta,
meskipun untuk bentuk reduplikasinya kembali ditulis kita-kita.
Penggunaan interjeksi dan penyimpangan bentuk juga masih tampak
pada contoh 5, seperti kata oke, kalo, bubar, aja, dah, dan udah. Empat
contoh terakhir menunjukkan seruan dan sapaan yang lebih formal.
6) Generasi Muda Pejuang Pena…
Tiada terasa, waktu yang bergulir seiring bumi yang telah
mengelilingi orbitnya hingga membawa majalah “EKSIS” kembali
dapat anda baca. Komunikasi, Konsulidasi, dan sedikit bergerilya,
yang akhirnya membuat majalah “EKSIS” kita bisa terbit juga.
Ketersibukan, keterlenaan dan agak ketergantungan merupakan
salah satu hal yang menyebabkan keterlambatan terbit, tetapi
dengan kemauan, kerja keras dan kemauan team redaksi, maka
“EKSIS” sekarang bisa hadir kembali di hadapan pembaca dengan
mengangkat tema pendidikan. (EKSIS)
7) Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Januari, bulan baru di tahun baru!
Yang pasti segalanya baru! Termasuk Progresif kali ini yang
terbit dengan bentuk baru, tanggal terbit yang baru, kita juga
menggunakan sistem baru dalam pengolahan data dan berita, juga
banyak memunculkan karya dan ide baru dalam content kami. Yang
pasti thanks banget buat Allah SWT (tanpa ijinmu kami tidak akan
berhasil T_T)., thanks to the whole team (termasuk para pemain
yang namanya tidak tersebut, kalian sangat membantu! Tetap
dukung Progresif), dan thanks buat dukungan teman-teman yang
bikin pekerjaan kami jadi lebih menyenangkan. Thanks juga buat
yang udah menanti-nanti terbitnya Progresif! (Progresif)
Serangan Hepatitis A
Darurat! Darurat!
Virus berbahaya telah menyerang kota kita tercinta ini. 5 bulan
terakhir, Yogyakarta mengalami peningkatan penderita hepatitis A
dan sudah termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB). (Cas Cis Cus)
9) Baru-baru ini, salah satu stasiun TV swasta menayangkan sebuah
sinetron baru berjudul “Cinta 2020”. Apa maksud judul tersebut?
Ada salah seorang penonton sinetron yang secara spontan berkata,
“Ooo… maksudnya kisah cinta di tahun 2020, ya? Seperti apa ya
kisah cinta para pemuda di tahun 2020?” Jika maksudnya demikian,
penulis naskah sinetron ini pasti akan mereka-reka skenario yang
tepat. Ia akan berimajinasi untuk menggambarkan kisah cinta di
tahun 2020.
Demikian halnya dengan AQUILA edisi sekarang. Seminari
Menengah Mertoyudan sedang dihadapkan pada persoalan besar.
(AQUILA)
Empat contoh yang terakhir, 6), 7), 8), dan 9) menunjukkan
kecenderungan penggunaan ragam baku. Contoh 6) mengawali dengan
slogan Generasi Muda Pejuang Pena…. Contoh 7) mengawalinya
dengan ucapan salam Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selanjutnya,
menunjukkan adanya kecenderungan campur kode bahasa Inggris
untuk beberapa ungkapan, seperti content, thanks banget, dan thanks to
the whole team. Penggunaan kata tidak baku cenderung tidak menonjol
karena hanya muncul satu kali pada kata bikin dan udah. Contoh
Diawali judul yang sugestif dan mengejutkan Serangan Hepatitis B dan
diikuti seruan yang menyatakan keadaan, dengan ungkapan Darurat!
Darurat! Contoh 9) memanfaatkan pendapat orang dengan
mencantumkan kalimat langsung. Oleh karena itu, penggunaan
interjeksi ooo dan ya menjadi sangat wajar untuk menyakatakan
kealamiahan tuturan orang yang dimintai pendapat.
b. Surat Pembaca
Majalah sekolah yang memiliki kolom surat pembaca hanya
lima, yaitu MABOSA, MESRA, BIKAR, Cas Cis Cus, dan Bullpakç.
Istilah yang digunakan untuk menyebut kolom surat pembaca beragam,
MABOSA menyebut kolom “Kontak Redaksi”, MESRA menyebut
“TISAM (Titip Salam)”, BIKAR menyebut “Dari untuk dan Ucapan
(DUDU)”, Cas Cis Cus menyebut “JB On The Spot”, dan Bullpakç
menyebut “Mailbox”. Karakteristik bahasa lebih longgar dan akrab,
seperti tampak pada contoh berikut.
1) Jangan Blawur donk
Wah.. saya amat senang sekali bisa membaca MABOSA. Setelah
saya membaca cukup lumayan. Banyak sekali yang bisa kita dapat
dari membaca MABOSA. Kita bisa lihat wajah-wajah artis di
MABOSA dan pendapatnya para artis. Jika motret artis tolong yang
jelas donk.. jangan blawur-blawur, coz ntar jadi jelek. Kalau bisa
MABOSA jangan memakai kertas buram donk…. Skali-kali
memakai kertas berwarna.
Giancinta B.D.S (XI)
Tanggapan Redaksi
Cinta… thanks yaph, atas tanggapannya…. Untuk masalah foto, kita
janji kita bakalan lebih bagus lagi, jadi nggak ngecewain pembaca…
(MABOSA: 6).
2) Ai_ryan/XII IS3
Titip salam buat anak? Stece tercinta, tetap jaga kekompakan,
ya!!! Trus, buat pemimpin-pemimpin sekolah, kelas-kelasnya
dipasangai AC, dong.. Kan panas!! AC juga bisa nambah semangat
belajar, lho!!
Saran buat kami:
• Rubriknya dikomplitin
• Adain ajang kreasi siswi-siswi Stece, misalnya cerpen,
puisi, de el el..
• Ditebelin, dong!! Biar seru
• Covernya dibuat lebih menarik, ya!! (MESRA: 53).
3) Dari : Aq
Untuk : Insight community
Pesan : I Luv You, guys! qta bakal lu2s bareng, okey?!
(BIKAR).
4) Sudah banyak barang baru yang ada di JB. Contohnya, kursi kantin,
gamelan, dan patung John De Bitto yang berdiri kokoh di depan
kelas XII. Tetapi kenapa kursi di ruang AV2 yang sudah rusak tidak
diganti? (WIS) (Cas Cis Cus)
5) Ecek-ecek???
Kalo mbuat majalah, harus sesuai dengan kualitas dana yang ada.
Jangan kaya kemaren. Pembayaran majalahnya banyak tapi
hasilnya ecek2 (kaya tabloid biasa yang dijual di tempatnya Bu
Harno) maksudnya!!
Bunga (disamarkan)
Tanggapan Redaksi
Bukannya Redaksi ngga’ menyesuaikan dengan dana yang ada.
Perlu temen-temen ketahui, bahwa rubrik yang ada itu dicari oleh
Redaksi dan itu juga memerlukan dana dan tenaga. Untuk
menghargai kerja keras itu, Redaksi memberikan honor yang
setimpal. Maka dari itu, dana yang ada nggak seluruhnya untuk
pembuatan Bullpakç. Nah, untuk masalah kualitas, Redaksi selalu
mengusahakan yang terbaik. Jadi tolong pengertiannya ya!
(Bullpakç).
Contoh 1) surat pembaca yang menyajikan pendapat pembaca
dan tanggapan redaksi. Penggunaan interjeksi wah.., coz, penggunaan
kosa kata ragam tidak baku` motret, donk.., blawur-blawur, ntar, skalikali,
dan konstruksi frasa amat senang sekali menunjukkan ciri bahasa
tidak baku yang lazim digunakan di kalangan remaja. Tanggapan
redaksi pun memiliki kemiripan dengan bahasa yang digunakan
pembaca, seperti penggunaan interjeksi thanks, yaph dan penggukaan
kosa kata tidak baku bakalan, nggak, dan ngecewain. Contoh 5) juga
memuat pendapat pembaca dan tanggapan redaksi. Penggunaan kata
tidak baku kalo, mbuat, kemaren, ecek2 dan tanggapan redaksi yang
menggunakan kata tidak baku ngga’, temen-temen dan interjeksi nah
dan ya sebagai ungkapan yang menunjukkan keakraban dan kesetaraan.
Contoh 2), 3), dan 4) hanya menyampaikan pendapat pembaca
yang kecenderungannya berupa saran, sindiran mengenai kejanggalan,
dan harapan. Dari sisi bahasa, contoh 2) dan 3) kembali menampilkan
penggunaan kata-kata yang lazim digunakan di kalangan remaja seperti
interjeksi ya, dong.., kan, lho, okey dan penggunaan kata tidak baku
trus, buat, dikomplitin, adain, de el el, ditebelin, biar, I Luv You, guys,
qta, dan lu2s. Contoh 4) dari segi bahasa cenderung formal paling tidak
dari segi penggunaan kosa katanya.
c. Editorial dan Topik Utama
Kolom editorial dengan nama tajuk hanya digunakan oleh Cas
Cis Cus yang dari segi bahasanya sudah cenderung baku. Oleh karena
itu, pembahasannya disatukan dengan topik utama yang dimiliki oleh
semua majalah sekolah yang menjadi sumber data tulisan ini. Istilah
yang digunakan pada kesembilan majalah adalah Laporan Utama,
Laput, Eksklusif Wawancara, Liputan, Liputan Utama, Yang Utama,
dan Headline.
Editorial yang diberi nama tajuk terdapat pada Cas Cis Cus dan
disampaikan dalam bentuk informasi dengan bahasa yang baku. Topik
utama berbentuk laporan cenderung formal, sedangkan yang berbentuk
dialog cenderung disesuaikan dengan identitas yang diwawancarai,
seperti terlihat pada uraian berikut.
1) Jadi, bersiaplah untuk mengevaluasi semua kesalahan kita dan
juga bersiaplah untuk melangkah ke tahun yang baru… Nah,
selamat menjadi individu baru yang lebih baik dari tahun
sebelumnya ya! God bless you. (MABOSA: 9)
1a) Apakah kita harus selalu berubah mengikuti tahun yang
selalu berubah?
Berubah mengikuti era jaman, tren itu saya rasa perlu ya. Karena
kita hidup itu perlu berkembang. Tetapi bukan berarti suatu yang
sudah bagus, karakter atau pribadi, perilaku yang sudah bagus
harus berubah, tidak! Tetap ada modal dasar yang bagus, tetapi
kita tetap menjadi manusia yang tidak ketinggalan jaman
(MABOSA: 13)
1b) Kalian kan dah sering tuh manggung ke mana-mana. Ada
nggak pengalaman menarik dari acara-acara manggung kita
itu?
Waktu itu kebetulan jatah kita buat manggung di Kalimantan.
Pada saat itu ada konflik di daerah deket tempat kita manggung,
trus pas 1 hari sebelum manggung ada ledakan bom gitu deh tapi
walaupun ada bom, acara manggung kita tetap berjalan dengan
lancar kok (MABOSA: 21).
Contoh 1) laporan utama pada majalah MABOSA yang disampaikan
dalam bentuk laporan dengan bahasa baku. Kosa kata tidak baku hanya
terdapat pada alinea terakhir berupa interjeksi nah dan ya serta alih
kode ke bahasa Inggris God bless you.
Contoh 1a), wawancara dilakukan dengan salah seorang guru
sehingga pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Pada
contoh 1b) wawancara dilakukan dengan kelompok band yang anggotaanggotanya
masih muda sehingga pertanyaan disampaikan
menggunakan kosa kata tidak baku seperti interjeksi kan dan tuh serta
keterangan aspek dan negator ragam tidak baku, yaitu dah dan nggak.
Penggunaan bahasa tersebut disesuaikan dengan bahasa yang lazim
digunakan oleh anak-anak muda.
Berdasarkan fenomena di atas, penggunaan ragam tidak baku
yang disesuaikan dengan seleranya anak-anak muda tidak
mengkhawatirkan. Redaksi dapat menyesuaikan diri kapan harus
menggunakan ragam baku dan ragam tidak baku. Hal tersebut
diperkuat oleh pernyataan mantan pemimpin redaksi MABOSA yang
sudah menjadi mahasiswa. Ketika menjadi redaksi dia sangat gigih
melakukan wawancara dengan artis-artis, seperti yang dia katakan,
“Saya sangat giat mengejar artis sampai ada beberapa teman yang
mengatakan norak atau penggila artis. Saya pernah berjumpa dengan
Krisdayanti, Miss Universe 2005, Artika Sari Devi (Putri Indonesia
2006), Delon, Glen Fredly, Wingky Wiryawan, Fauzi Baadilah, Club
eighties, dan lain-lain. Perlu teman-teman ketahui, tidak mudah
mengejar artis-artis sekelas ibu kota”(Sekarjati, 2007:17). Pengalaman
sebagai pemimpin majalah sekolah menurut Sekarjati memberi
pengalaman yang mengesankan dan menambah kepercayaan diri yang
tinggi. Oleh karena itu, dia masih menjatuhkan pilihan untuk aktif
dalam kegiatan jurnalistik di kampusnya.

Pada sumber data lain menunjukkan tipe yang sama. Keakraban


antara lain dimunculkan dalam bentuk penggunaan kosa kata yang
tidak baku, khususnya interjeksi, negator, sapaan langsung, superlatif,
dan campur kode bahasa Inggris atau bahasa Jawa, seperti tampak pada
uraian berikut.
2) Nggak seperti Hari Pendidikan yang sebelumnya. Hari Pendidikan
tahun ini yang jatuh tanggal 2 Mei ini unik banget (Progresif: 4).
2a) Euphoria ini, tapi gak apa-apa juga kan, Psikopad kan bukan
diperuntukkan buat anak-anak muda aja, tapi orang tua yang
berjiwa muda juga (Progresif: 7).
2b) Duh, siapa yang nggak pengen sih? (Progresif: 9)
3) Sobat PELITA untuk tema kali ini yang khusus membahas Kelas
XII, PELITA sengaja secara langsung menemui kepala sekolah
kita sebab beliau enggan dimintai komentar secara tertulis
(PELITA: 16).
3a) XII IA2? Wuih…!!! Ini kelas terhebat dengan orang-orang super!
Super konyol, super rame, and super ra cetha!!!
3b) Hallo Bruder, langsung aja ya.
Bagaimana pendapat Bruder tentang anak-anak kelas XII
sekarang ini?
Menurut saya, anak-anak kelas XII sekarang ini biasa saja seperti
anak kelas XII yang sudah-sudah (PELITA: 16).
4) Acaranya seru bangettt!!! (MESRA: 12)
4a) Acara fashion show setiap kelas nampilin pahlawan-pahlawan
seperti R.A. Kartini, suster, dokter, guru, Ir. Sukarno, Christina
Marta Tiahahu, Ibu, pemadam kebakaran, dll. (MESRA: 12).
4b) Jadinya acara fashion show jadi tambah seru dan heboh banget!!!
(MESRA: 13)
5) Hay Girl!! Kalian pasti sudah dengar tentang kurikulum baru
untuk kita kan? Yup! KTSP itu loh.. (BIKAR: 2).
5a) Di rubrik ini kita bakalan bedah abis tentang apa sih KTSP itu,
pengembangannya gimana and tujuannya gimana. So.. Kita wajib
baca!! Baca yuuk… (BIKAR: 2)
5b) Nah, kemarin Tim Majas sempet mewawancarai beberapa anak
soal pendapat mereka mengenai KTSP. Ternyata banyak pro dan
kontra mengenai KTSP ini, loh!! (BIKAR: 4)
Keempat kelompok contoh di atas memunculkan penggunaan kata-kata
yang tampak pada diagram berikut.
DIAGRAM 1:
PILIHAN KATA UNTUK MENYATAKAN KAKRABAN
No Tipe Contoh
1 Interjeksi hallo, kan, aja, wuih, ya, aja, yup, loh, sih,
yuuk, nah, so
2 Sapaan sobat, hay
3 Superlatif banget,
4 Negator nggak, gak
5 Konjungsi tapi, buat
6 Campur kode and, ra, cetha, hay girl,
7 Bentuk tidakbaku
konyol, rame, nampilin, heboh, abis, gimana,
sempet

Penggunaan pilihan kata tersebut cenderung terjadi pada awal


atau akhir tulisan. Sebutan hey girl digunakan pada sekolah yang
muridnya khusus perempuan. Empat majalah lainnya, yaitu EKSIS,
Aquila, Cas Cis Cus, dan Bullpakç pada topik utamanya cenderung
menggunakan bentuk baku. Hal yang hampir sama terjadi pada artikelartikel
lain yang ada.

5. Isi sebagai Cermin Semangat Keremajaan


Dengan mengikuti pandangan Sri Esti Wuryani Djiwandono,
masa remaja disoroti dari lima hal yang meliputi perkembangan fisik,
kognitif, sosioemosional, pengajaran di SMP dan SMA, dan masalahmasalah
remaja. Ihwal isi, jika ditelusur berdasarkan aneka rubrik yang
ada pada sembilan majalah yang digunakan sebagai sumber data
menampakkan kecenderungan ciri perkembangan remaja. Berkaitan
dengan masalah-masalah remaja, isi majalah tidak mencerminkan
adanya persoalan yang dihadapi, tetapi justru menawarkan aneka
kemungkinan mengatasinya, seperti tampak pada rubrik renungan
berjudul “Tahun yang Baru, Hati yang Baru pula…” yang ditulis oleh
Pratiwi Sofia C.M (XI IPS 3). Dalam tulisan tersebut Sofia mengajak
agar selalu bersikap baik kepada teman, tidak hanya bersikap baik
ketika sedang membutuhkan sesuatu (MABOSA: 5). Majalah EKSIS
menyorot masalah free sex yang ditulis oleh Rice-KY II S2, dengan
menggunakan referensi Alkitab yang tentu menolak kecenderungan
tersebut karena bertentangan dengan dalil-dalil Alkitab (EKSIS, 2007).
Isi artikel yang lain akan dibahas dalam uraian berikut. Penelurusan isi
dilakukan dengan mencermati surat redaksi, editorial dan topik utama,
dan beberapa rubrik yang ada.
a. Surat Redaksi
Isi surat redaksi cenderung menginformasikan tema dan
rinciannya, seperti tampak pada diagram berikut.
DIAGRAM 2: ISI SURAT REDAKSI
Majalah Tema
MABOSA Menjadi Baru di Tahun Baru
Progresif Perubahan Besar
PELITA Leaving PL With Smile
MESRA Evolusi
BIKAR Ekspresikan Dirimu dengan Bahasa
EKSIS Pendidikan
Aquila Seminari Menatap Masa Depan
Cas Cis Cus Serangan Hepatitis A
Bullpakç Act Ur Art

Diagram di atas memperlihatkan tema yang bervariasi, mulai persoalan


internal sekolah, regional, dan nasional, sedangkan dari segi bidang
meliputi masalah pembaharuan sekolah, pergaulan, pendidikan,
kesehatan, seni, dan humaniora. Hal tersebut memperlihatkan
keragaman minat dan perhatian redaksi yang beragam pula.
b. Editorial dan Topik Utama
Editorial dan topik utama cenderung merupakan uraian lebih
lanjut mengenai tema yang telah dikemukakan pada kolom Surat
Redaksi, seperti tampak pada diagram berikut.
DIAGRAM 3:
EDITORIAL DAN TOPIK UTAMA
Majalah Editorial/Topik Utama
MABOSA Menjadi Baru di Tahun yang Baru; Tahun Baru adalah
Bersyukur karena kita Berguna bagi Orang Lain
Progresif 1..2..3.. Berubah
PELITA Ekslusif Wawancara dengan Br. Herman
MESRA Peristiwa Pertama di Bangku SMA
BIKAR KTSP
EKSIS Kemerdekaan Roh bagi Pendidikan
Aquila Due in Altum
Cas Cis Cus Serangan Hepatitis A; Sayangilah Hatimu!
Bullpakç Aneka musik dansa
Topik yang merupakan uraian lebih lanjut mengenai tema terdapat pada
majalah MABOSA, Progresif, EKSIS, Aquila, Cas Cis Cus, dan
Bullpakç. Sajian pada MABOSA dan Progresif, cenderung
memanfaatkan sumber-sumber internal sekolah, yaitu berdasarkan
pandangan siswa dan pandangan guru. EKSIS, Aquila, Cas Cis Cus,
dan Bullpakç menyajikan materi dengan memanfaatkan referensi yang
dikemas sebagai kajian kritis.
PELITA mengembangkan rumusan tema dalam Profil Kelas,
MESRA pada liputan dan berita mengenai pelantikan pengurus OSIS,
dan penerapan KTSP. BIKAR menajikan pada kolom khusus “Seputar

Bahasa” yang menyajikan artikel “Bahaa Benteng Budaya”, “Bahasa


Cinta Dunia”, “Tentang Cinta”, “Warna Hidup”, “Ada Teknologi
Bahasa, Ada Bahasa dalam Teknologi”, dan “Lihatlah keluar Tataplah
Sisi lain dari Kita”. Aneka sajian tersebut cenderung memanfaatkan
sumber dari luar sekolah. Seperti topik “Bahasa Cinta Dunia” redaksi
menyajikan koleksi ungkapan aku cinta kamu dari 66 bahasa,
sedangkan pada “Lihatlah keluar Tataplah Sisi Lain dari Kita”
menyajikan visualisasi foto-foto orang-orang yang mengalami nasib
kurang beruntung, seperti pengemis, gelandangan, pengamen, orang
yang mengalami cacat fisik, dan sebagainya. Sajian tersebut
dimaksudkan sebagai ajakan untuk berempati kepada orang-orang
tersebut.

c. Berita
Berita merupakan informasi yang dihimpun oleh redaksi
kemudian disampaikan kepada pembaca. Sajian memiliki kemungkinan
dalam bentuk deskripsi atau wawancara. Berita-berita di majalah
sekolah berupa peristiwa yang terjadi di lingkungan sekolah, prestasi
yang dicapai oleh sekolah, guru, siswa, dan berita mengenai peristiwa
atau tokoh di luar sekolah.
Berita internal sekolah pada MABOSA yang membawa nama
baik sekolah, berupa prestasi dalam bidang olah raga, seni, akademik,
dan keterampilan khusus, seperti adanya tawaran mengisi halaman
pelajar di Media Indonesia yang merupakan prestasi dalam bidang
jurnalistik. MABOSA juga menyajikan berita dari luar sekolah yang
sudah dikemas dalam bentuk ulasan, seperti pada berita mengenai
“Sekolah Sahabat” yang mengulas SMKN 3 Kasihan Bantul. Berita
dari luar lainnya dikemas dalam bentuk wawancara dengan Group
Band Kerispatih dan aktor film Vino G. Bastian.
Majalah Progresif SMAN 3 menyampaikan berita internal
sekolah mengenai Latihan Dasar Metode Ilmiah (LDMI) yang wajib
diikuti oleh siswa kelas XI dengan langsung diterjunkan ke lokasi
penelitian serta aneka kegiatan tahunan yang telah diprogram oleh
sekolah. Prestasi dalam bidang akademik seperti siswa yang lolos
seleksi mengikuti AFS dan tinggal selama satu tahun di Amerika.
Berita dari luar berupa informasi mengenai lokasi wisata untuk mengisi
liburan, rumah makan, pasar seni Gabusan, FKY, dan beberapa yang
lain dikemas dalam bentuk feature.2

PELITA secara khusus menyajikan berita intern sekolah


mengenai profil kelas XII, sedangkan berita dari luar berupa ulasan
mengenai group band “Captain Jack”. Group band tersebut ditemui saat
pentas dalam acara Psikopad di SMAN 3 Yogyakarta. Berita intern
sekolah, mengenai prestasi tim sepak bola yang sampai ke babak final,
meskipun akhirnya menjadi juara II dalam ajang UPN Cup, setelah
pada final kalah 1-0 dari SMAN 4.
MESRA majalah sekolah yang siswanya homogen perempuan
ini menyajikan berita intern sekolah yang berkaitan dengan tokoh yang
menjadi pelindung, yaitu St. Carolus Borromeus serta siswa yang telah
berprestasi dalam bidang akademik melalui aneka lomba bidang sain
dan matematika. Kegiatan intern sekolah lainnya adalah valentine day
dan pelantikan pengurus OSIS. Majalah lain yang diterbitkan oleh
sekolah dengan siswa homogen permpuan adalah BIKAR. BIKAR
tampaknya tidak menempatkan diri sebagai majalah berita, oleh karena
itu, tidak ada kemasan berita. Informasi setipe berita disampaikan
dalam bentuk profil tokoh dan feature seperti tampak pada informasi
mengenai “Bahasa Benteng Budaya”, “Warna Hidup”, dan “Ada
Teknologi dalam Bahasa dan Ada Bahasa dalam Teknologi”. Tipe yang
sama dimiliki oleh EKSIS yang tulisan-tulisannya cenderung berupa
feature, artikel, dan profil tokoh. Feature yang dimaksud seperti
mengenai MOS, keistimewaan SMA 1 Karangmojo yang dikatakan
“Sekolah Ndeso Intelektualitas Kutho”, OSIS baru, pesawat tempur,
dan mengenai Indonesia yang panen gempa.
Aquila dan Cas Cis Cus diterbitkan oleh sekolah yang muridnya
homogen pria. Aquila menyajikan berita dalam bentuk ulasan dan profil
tokoh yang cenderung bersifat internal. Dari segi bentuk Cas Cis Cus
lebih merupakan tabloid sekolah yang terdiri satu lembar (4 halaman).
Berita lebih mirip dengan surat pembaca yang dikemas dalam rubrik
2 Pengertian feature mengikuti uraian R. Masri Sarep Putra yang mengemukakan,
“Cerita feature adalah artikel kreatif, kadang-kadang subjektif, yang terutama
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang
suatu kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan” (2008: 66). Kutipan tersebut diambil
dari buku Seandainya Saya Wartawan Tempo karya Bambang Bujono dan Toriq
Hadad yang diterbitkan oleh Institut Studi Arus Informasi-Yayasan Alumni Tempo,
tahun 1997.
“JB On The Spot”. Rubrik tersebut menyampaikan peristiwa,
tanggapan, prestasi, dan sindiran singkat, antara dua sampai lima
kalimat.
Bullpakç menyajikan berita mengenai prestasi sekolah yang
mengirimkan siswanya untuk mengikuti pertukaran pelajar ke Australia
serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekolah dan yang berkaitan
dengan pendidikan, seperti pembangunan studio musik sekolah dan
tambahan mata pelajaran yang di-UN-kan yang dipandang semakin
memberatkan. Berita lain disajikan dalam bentuk feature, seperti
masalah internet, global warming, film, grafiti, dan sebagainya. Dua
yang pertama merupakan gejala universal dan yang ketiga merupakan
fenomena menarik di Yogyakarta dengan munculnya mural.
d. Artikel
Artikel merupakan tulisan yang mencerminkan pandangan
penulis mengenai pokok persoalan yang tertentu. Dari sembilan
majalah, yang memiliki rubrik artikel adalah 6 majalah yang sebagian
besar ditulis oleh siswa, seperti tampak pada diagram berikut.3
DIAGRAM 4:
ARTIKEL DAN PENULISNYA
Majalah Jumlah Penulis Isi
MABOSA 5 4 Siswa dan 1
Alumni
(1) Tahun baru, (2) UAN, (3)
adaptasi bagi siswa baru, (4)
pengalaman sebagai siswa BOSA
yang mengesankan dan pengelola
majalah sekolah, dan (5)
mengenai budaya Barat
MESRA 1 Kutipan dari
sumber lain
Dunia pers di Indonesia
EKSIS 2 Siswa (1) Pendidikan yang bobrok dan
(2) ungkapan Jawa Dadi
Godhong Emoh Nyuwek yang
ditulis dalam bahasa Jawa
Aquila 2 1 Pendamping (1) Tantangan pembinaan calon
3 Tiga majalah yang tidak memiliki rubrik artikel adalah Progresif, PELITA, dan
BIKAR.
dan 1 Redaksi imam dan (2) hasil jajak pendapat
mengenai masa depan sekolah
Cas Cis Cus 1 Guru Ajakan hidup sehat
Bullpakç 1 Siswa Ajakan untuk bertindak adil
dengan memanfaatkan harta
karun untuk semua
Berdasarkan diagram di atas, partisipasi siswa dalam menulis artikel
cukup menonjol. Dari 12 artikel, 8 di antaranya ditulis siswa (termasuk
yang ditulis redaksi Aquila) sedang 3 lainnya ditulis guru, pendamping,
dan alumni, dan kutipan sumber lain 1 artikel. Dari segi isi, MABOSA
memiliki keragaman mulai dari pendangan siswa mengenai persoalan
intern sekolah dan masalah yang umum. Sajian pengalaman alumni
dalam mengelola majalah sebagai kekuatan untuk menyugesti adik-adik
kelasnya untuk memanfaatkan peluang aktif dalam kegiatan yang
dikelola OSIS karena bermanfaat dan masih dapat dikembangkan di
perguruan tinggi. MESRA yang mengutip artikel dari
http://wwwrepublika.co.id memberikan wawasan mengenai jurnalistik
yang aktual karena dikaitkan dengan peringatan hari Pers Nasional
tanggal 9 Februari 2008. EKSIS menyoroti bobroknya pendidikan di
Indonesia dan mengingatkan untuk terus setia kepada cita-cita
kemerdekaan, yaitu kesejahteraan bersama. Dikatakan bahwa
pendidikan kita sekarang ini berantakan, hampir tak ada lagi
kebangkitan nasional yang tertanam pada setiap individu, malah kita
menjadi maling di negeri sendiri, seperti kasus illegal loging (2007: 3).
Keistimewaan EKSIS adalah menyajikan artikel bahasa Jawa. Aquila
mengangkat tema yang berkaitan dengan masa depan sekolah.
Keistimewaannya, redaksi menyusun artikel berdasarkan hasil jajak
pendapat. Hal tersebut sebagai langkah pembinaan sikap ilmiah, seperti
yang dilakukan di SMAN 3 Yogyakarta yang membina sikap ilmiah
melalui kegiatan Latihan Dasar Metodologi Ilmiah (LDMI). Hal
tersebut berpeluang memberi warna dunia ilmu di Indonesia. Sajian
artikel dalam Cas Cis Cus yang ditulis oleh guru disesuaikan dengan
topik utama yang aktual dan menyangkut kebutuhan masyarakat, yaitu
mengenai hidup sehat. Tulisan tersebut menyikapi gejala munculnya
kasus Hepatitis A di Yogyakarta. Bulpakç menyampaikan ajakan
berlaku adil dan berbagi melalui menjaga lingkungan alam, bazar,
sumbangan, dan dengan membuat komitmen-komitmen pembatasan
diri yang dieksplisitkan dengan ungkapan berkomitmen dengan rak
buku, lemari pakaian, rak kamar mandi, dan laci dapur. Aneka ajakan
disampaikan secara simbolik dengan mengoreksi aneka kebutuhan
hidup dan bagaimana membelajakan uang untuk kepentingan tersebut.

e. Sastra
Dari sembilan majalah yang memiliki rubrik sastra ada 8
majalah, seperti tampak pada diagram berikut.4
DIAGRAM 5:
RUBRIK SASTRA
Majalah Jenis Sastra
MABOSA Puisi Cerpen Cerbung Kartun
Progresif Puisi Cerpen Kartun
PELITA Puisi Cerpen
MESRA Puisi Cerpen
BIKAR Puisi Cerpen
EKSIS Puisi Gurit
(Puisi
Jawa)
Cerpen
Aquila Puisi Cerpen Kartun
Bullpakç Puisi Kartun
Diagram di atas menunjukkan bahwa minat dan potensi yang
muncul dalam bidang sastra adalah penulisan puisi, cerpen, kartun, dan
cerbung. MABOSA memiliki keistimewaan karena memiliki tiga jenis
sastra dan satu-satunya yang menampilkan jenis cerita bersambung
yang memerlukan energi lebih banyak. EKSIS ememiliki kekhususan
dengan menyajikan puisi bahasa Jawa atau yang biasa disebut gurit. Isi
aneka jenis sastra cenderung persoalan yang berkaitan dengan
kehidupan remaja, teknologi, persahabatan, kekeluargaan, percintaan,
dan masalah kemanusiaan.
4 Tiga majalah yang tidak memiliki rubrik sastra adalah Cas Cis Cus.

Elisabeth Lespirita Veani


Kelas XII SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Makalah ini disampaikan pada Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia di Jakarta, 28


Oktober – 1 November 2008.

You might also like