Professional Documents
Culture Documents
JAWABAN ”Ah susah!” dari para siswa itu tidak bisa disalahkan. Gurunya pun belum
tentu bisa membuat majalah sekolah. Ini dapat dipahami, karena tidak ada mata pelajaran
secara khusus mengenai pembuatan majalah sekolah.
Hal ini kontras dengan sekolah di Amerika Serikat, yang mana penulis pernah
mengunjunginya beberapa waktu yang lalu. Semuanya mempunyai majalah sekolah yang
dibuat sendiri. Di sana juga ada mata pelajaran jurnalistik, bahkan ada kelas khusus
jurnalistik.
Tidak hanya tulis-menulis yang diajarkan, tetapi juga pembuatan buletin atau majalah.
Hal ini tentu didukung dengan sarana-prasarana untuk menunjang mata pelajaran
jurnalistik di sekolah.
Last but not least! Tiada kata terlambat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia,
termasuk dalam pembuatan majalah sekolah. Dalam 10 tahun terakhir ini, banyak sekolah
yang menyadari arti penting majalah sekolah. Bahkan untuk meningkatkan kualitas
majalah sekolah, dibukalah ekstrakulikuler (ekskul) jurnalistik di sekolah, juga digelar
berbagai pelatihan jurnalistik dengan menggandeng praktisi pers.
Meski tidak berupa mata pelajaran jurnalistik secara khusus, setidaknya dengan ekskul
jurnalistik ini bisa mengejar ketertinggalannya dari negara maju. Banyak sekali manfaat
ekskul jurnalistik. Hery Nugroho (2006) mengatakan ada empat hal, yakni a) sebagai
media penyaluran bakat siswa dalam bidang penulisan, b) penyaluran minat dalam bidang
yang sama, b) membantu anak memahami dan mempraktikkan teori-teori dalam pelajaran
bahasa, dan d) melatih anak tampil lebih berani dan kritis terhadap berbagai kondisi.
Sebenarnya sekolah yang tidak mempunyai ekskul jurnalistik tidak berarti harus menutup
pintu untuk memiliki majalah sekolah. Sebab secara substansi juga diajarkan dalam setiap
mata pelajaran, baik bahasa Indonesia, bahasa Jawa, maupun bahasa Inggris. Yang
terpenting, adakah kemauan sekolah untuk membuatnya. Tentunya kemauan ini tidak
hanya dari guru bahasa Indonesia saja, tetapi harus didukung berbagai komponen
sekolah, mulai dari kepala sekolah, seluruh guru, karyawan, komite sekolah, orang tua
siswa, dan siswa itu sendiri.
Merasakan Manfaat
Dukungan ini dapat dengan cepat diperoleh kalau masing-masing pihak mengetahui dan
merasakan manfaat adanya majalah sekolah. Menurut Mulyoto (2007), ada tujuh manfaat
adanya majalah sekolah. Pertama, sebagai media penyalur potensi menulis. Siswa dapat
menyalurkan bakat serta minat menulis. Banyak sekali penulis terkenal memulai belajar
menulis sejak bangku sekolah. Pendek kata, majalah sekolah dapat berfungsi sebagai
kawah ”candradimuka” bagi calon-calon penulis masa depan.
Kedua, penyalur aspirasi. Seringkali banyak siswa ketika mempunyai masalah hanya
diungkapkan dengan coretan di atas meja, atau di dinding sekolah. Pengungkapan
perasaan seperti ini jelas merugikan sekolah, karena akan terkesan kumuh dan kotor.
Daripada seperti itu, lebih baik siswa mengungkapkan perasaannya dengan tulisan, baik
berupa gambar, cerpen, artikel, atau puisi yang nantinya akan dimuat di majalah sekolah.
Ketiga, media komunikasi. Tulisan yang dimuat —baik dari siswa, guru atau karyawan—
akan dibaca seluruh keluarga besar sekolah. Hal ini secara tidak langsung akan terjadi
komunikasi antarpembaca. Keempat, media pembelajaran berbasis baca-tulis. Belajar
tidak cukup dengan hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat, dan menghafalkan.
Tetapi juga mau membaca masalah-masalah di sekitarnya dan menuangkan dalam bentuk
tulisan. Keberadaan majalah sekolah memberi ruang kepada siswa untuk
mempublikasikan idenya.
Keenam, penyemai demokrasi. Dengan adanya majalah sekolah, siswa bisa menuliskan
uneg-unegnya dalam bentuk tulisan. Uneg-uneg bisa berbentuk masukan untuk perbaikan
sekolah. Sehingga siswa dapat merasakan pengalaman nyata tentang bagaimana
menyampaikan pikiran dalam sistem yang demokratis, dengan cara yang bermartabat.
Ketujuh, media promosi. Tulisan yang ada dalam majalah sekolah sekaligus dapat
diketahui orang lain. Selagi majalah itu masih ada, sampai kapan pun orang lain akan
dapat membacanya. Dengan kata lain, penerbitan majalah sekaligus bisa menjadi media
promosi sekolah tersebut.
Ya, ketujuh manfaat itu sangat bermanfaat. Atau dalam bahasa penulis (Hery Nugroho,
2008), kemanfaatanya sama seperti pohon kelapa. Mulai dari akar sampai batangnya
bermannfaat. Setelah mengetahui manfaat dan bersepakat untuk membuat majalah
sekolah, langkah berikutnya adalah action (pembuatan majalah sekolah).
Cara Praktis
Menurut pengalaman penulis selaku pembimbing, pembuatan majalah sekolah dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Yang pertama, masa persiapan. Pengelola
majalah menyiapkan penerbitan majalah sekolah, yakni membuat proposal. Proposal
hendaknya dibuat dan dibahas oleh seluruh pengelola. Mulai dari soal nama majalah,
visi-misi, rencana rubrikasi, jumlah halaman, hingga rencana pemasukan dan pengeluaran
dalam pembuatannya.
Kedua, masa penulisan dan pengeditan. Penulisan naskah bisa berasal dari siswa, guru,
dan karyawan. Untuk memfokuskan isi, sebaiknya dilakukan rapat redaksi terlebih dulu.
Jangan lupa, dalam redaksi itu harus ada kesepakatan bersama kapan batas akhir (dead
line) pengumpulan naskah.
Setelah semua tulisan masuk ke meja redaksi, langkah berikutnya adalah menyeleksi
naskah layak muat dan mengeditnya. Editing dilakukan oleh editor, dan tugas itu bisa
dilakukan oleh guru bahasa, khususnya bahasa Indonesia.
Ketiga, lay out. Pada masa ini, naskah yang telah dimuat ditata (lay out). Kalau pengelola
majalah bisa me-lay out sendiri, itu lebih baik. Kalau tidak, minta bantuan orang lain
yang ahli. Meski yang me-layout orang lain, alangkah baiknya ada salah seorang redaksi
yang ikut mendampingi, untuk memudahkan lay outer manata sesuai dengan keinginan
redaksi.
Hasil lay out bisa diprint, untuk diedit ulang. Mungkin ada yang masih salah, kurang foto,
atau yang lain. Langkah ini bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan isi majalah.
Keempat, pracetak. Pada masa ini, pembuatan majalah 75 persen hampir jadi. Ibarat foto,
tinggal membuat filmnya. Dalam tahap ini, pengelola dihadapkan pilihan apakah
menggunakan film atau kalkir. Film pun ada dua pilihan: separasi atau hitam putih.
Pilihan ini tergantung dari kemampuan pengelola majalah sekolah. Kalau ingin bagus,
bisa berbentuk film yang separasi. Tetapi kalau dananya minim, bisa menggunakan
kalkir. Dalam pengamatan penulis, banyak pengelola majalah sekolah menggunakan film
separasi untuk cover, sedangkan halaman isi menggunakan kalkir. Hal ini ditempuh
dengan pertimbangan penghematan pengeluaran dana dan kualitasnya tidak begitu jelek.
Kelima, pencetakan. Ini adalah tahapan terakhir, dan sangat menentukan kualitas cetak
majalah. Karenanya, redaksi harus hati-hati memilih percetakan yang betul-betul
berpengalaman. Selain itu, perlu diperjelas waktu selesai pencetakan. Jangan sampai
waktunya meleset dari keinginan pengelola.
Setelah kelima hal itu dilakukan, bukan berarti pekerjaan pengelola majalah selesai. Ada
hal yang tidak kalah penting, yakni membagi majalah ke tangan pembaca. Bagaimana,
mudah bukan membuat majalah sekolah? Selamat mencoba! ***
Tags:
YUP, Kamu dan teman-temanmu sudah ngebet mo bikin majalah atau buletin sekolah.
Sebenarnya Majalah dan Buletin itu memiliki perbedaan lho but any bus way tuk JOB
DESCRIPTION kita standartkan saja ok’s. Cari Bocoran informasi dana dari Pembina
majalah sekolah. Berdasar informasi tersebut, kamu dapat memprediksi majalah
sekolahmu nanti kayak apa. Hal yang penting untuk dipersiapkan sekarang adalah
menyusun kepengurusan beserta tanggung jawabnya alias tugas-tugasnya (penting nich:
berdasarkan pengalaman penulis ini adalah pondasi awal yang harus dibentuk dengan
sebaik mungkin), trus setelah itu membuat proposal.
Tugas-Tugas Pasukan
Sebelum berangkat ke medan tempur bikin majalah sekolah, kamu perlu nyiapin pasukan.
Pasukan majalah sekolah kudu dirancang sedemikian rupa sehingga formasinya bagus
agar misi bikin majalah sekolah ini berhasil dengan baik.
Nah, ini dia formasi pasukan masel(majalah sekolah) beserta tugas-tugasnya, semoga ini
bisa membantu. Ini nih perinciannya:
Pemimpin Umum
Biasanya kepala sekolah.
Pembina
Biasanya guru bahasa Indonesia atau orang yang mengerti jurnalistik .
Pemimpin Redaksi
Pemimpin redaksi bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja
keredaksian sehari-hari. Ia harus mengawasi isi seluruh rubrik majalah sekolah yang
dipimpinnya. Ia yang harus mengkoordinasi seluruh anggota tim majalah sekolah serta
mengatur agar setiap kegiatan masing-masing anggota timnya berjalan selaras saling
melengkapi. Ia juga yang kudu berkonsolidkasi dengan Pembina tentang kebutuhan atau
kesulitan dalam penerbitan masel.
Redaksi
Yang dipimpin pemimpin redaksi tentu adalah tim redaksi. Namanya tim, tentu
anggotanya enggak Cuma satu orang. Betapa berat beban bikin majalah sekolah jika yang
menggarap Cuma 1 redaksi. Bagusnya, 1 anggota tim redaksi majalah sekolah Cuma
bertanggung jawab terhadap 1 atau 2 rubrik. Lebih dari itu bisa mengganggu kewajiban
belajar pelajaran sekolah.
Intinya, redaksi bertanggung jawab terhadap penyediaan naskah. Naskah harus ia
sediakan entah dengan menulisnya sendiri atau menyeleksi dari kiriman siswa-siswa lain.
Jika menyeleksi dari kiriman siswa, ia juga diharuskan menyuntingnya agar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan redaksi.
Melihat kerja redaksi di atas, seorang redaksi hendaklah tahu -minimal punya rasa ingin
tahu- bagaimana mengkomunikasikan ide dalam bahasa tulis yang mudah dimengerti. Ia
juga harus punya rasa ingin tahu tentang bagaimana menggunakan bahasa yang baik dan
benar, termasuk masalah tata tulis.
Sebenarnya, termasuk dalam redaksi ini adalah reporter dan desainer grafis. Agar lebih
jelas, deskripsi tugas 2 kru terakhir ini dijabarkan tersendiri.
Tim Reporter
Ada yang berpendapat reporter merupakan bawahan redaksi. Dalam jurnalisme umum
atau surat kabar bisa saja begitu. Tapi dalam jurnalisme sekolah, agak repot
‘membawahkan’ reporter. Lebih enaknya reporter itu ya bagian dari redaksi.
Lalu ngapain reporter ‘dibedakan’ dengan redaksi?
Kerja reporter lebih terfokus pada liputan berita, ia bertanggung jawab mencari,
melaporkan atau meliput peristiwa atau pendapat penting sesuai dengan visi misi majalah
sekolah. Reporter lebih banyak bekerja di lapangan. Walaupun demikian, ia hendaknya
menyerahkan hasil liputan dalam bentuk artikel liputan yang sudah bagus alias siap
tampil di majalah. Rubrik-rubrik di mana para reporter bertanggung jawab adalah liputan
kegiatan sekolah, wawancara, liputan kegiatan luar sekolah, dan semacamnya.
Apakah tim reporter harus dibuat secara khusus?
Bisa ya bisa tidak. Dalam praktiknya, ada rubrik yang kurang membutuhkan peliputan.
Misal, rubric iptek, agama, opini, kiat, dan sebagainya. Seorang redaktur bisa
membuatnya tanpa angkat kaki dari sekolah. Ia bisa memperoleh sumber penulisan rubric
semacam di atas dari buku atau browsing internet. Ada juga rubrik yang butuh banget
sama peliputan: misal laporan kegiatan sekolah atau wawancara tokoh tertentu. Ada juga
rubric yang kudu digarap bersama, antara reporter dan redaksi non-liputan, missal:
bahasan utama atau tema utama.
Dengan ilustrasi kerja yang demikian, baiknya, tim reporter dibuat secara khusus agar
kerja mereka lebih fokus. Deskripsi tugas mereka adalah meliput suatu berita dan
mengemasnya sampai siap tampil di majalah. Untuk kerja reporter, hendaknya dipilih kru
redaksi yang berani, bersemangat, optimis, tahu sopan santun, dan mampu membangun
komunikasi dengan orang lain (baca: asing/belum dikenal) dengan baik.
Tim Desain
Sebenarnya teman-teman yang berada dalam tim ini masih termasuk lingkup redaksi.
Dalam jurnalisme umum, mereka biasa disebut sebagai redaktur artistic. Tugas mereka
adalah menata letak tulisan-tulisan dari redaktur agar tampil apik dibaca. Mereka pula
yang bertugas untuk memberi ilustrasi pada setiap rubrik. Desain per rubrik juga menjadi
tanggung jawab mereka. Yang dimaksudkan dengan desain di sini adalah apakah pada
rubrik anu itu memakai gambar latar belakang atau tidak, diberi header/footer atau tidak,
dan sebagainya. Termasuk tugas tim ini adalah bikin kover majalah.
Sebaiknya, tim desain ini pula yang mengurus segala hal berkaitan majalah sekolah
sampai sebelum naik cetak alias naskah siap cetak. Soalnya, kadang-kadang komputer
yang kita gunakan tidak sesuai dengan standar komputer percetakan, akibatnya bisa saja
warna jadi berubah (terlalu tua, terlalu muda), font hilang, gambar geser, dan lain
sebagainya.
Para kru tim desain ini hendaknya orang yang memang bakat dalam bidang desain grafis.
Di antara mereka sebaiknya ada yang pinter menggambar manual, teman kita yang
seperti ini cocok dipasang sebagai illustrator. Selain illustrator, sebaiknya ada juga yang
bisa mengoperasikan perangkat lunak desain seperti Adobe Indesign, Photoshop,
Freehand, CorelDraw. Sebaiknya tidak sekadar bisa saja, ia tetap harus punya sense of
art. Perangkat-perangkat lunak seperti itu hanyalah alat. Yang penting tetap saja the man
behind the gun-nya.
Jadi tim desain tapi belum bisa menggunakan perangkat lunak seperti itu? Buku-buku
yang memberi petunjuk pengoperasian perangkat lunak seperti ini mudah didapat di toko-
toko buku dan jalan terakhirnya kamu minta desainkan sama orang lain/percetakan.
Kru Opsional
Selain kru utama di atas, sebuah majalah sekolah boleh saja punya kru tambahan atau
opsional -boleh punya, boleh juga tidak.
Contoh kru opsional yang mungkin saja diperlukan adalah bagian iklan. Siapa tahu
Pembina majalah sekolahmu mengizinkan majalah sekolah untuk cari dana selain dana
dari sekolah. Nah, kalo demikian, tentu iklan jadi bagian penting buat kelancaran hidup
majalah sekolahmu. Untuk menangani iklan dengan baik, perlu dibentuk tim tersendiri.
* News planning (rapat redaksi, membahas rencana isi masel atau bulletin, missal tiap
tanggal 1 sekaligus evaluasi edisi sebelumnya).
* News hunting (pengumpulan data atau bahan-bahan tulisan, bisa melalui wawancara
atau studi literature).
* News writing (pengolahan bahan tulisan menjadi tulisan alias menulis naskah)
* News editing (penyutingan naskah, koreksi, dan penyesuaian naskah dengan
space/kolom yang tersedia).
* Lalu masuk ke Design Graphic (layout, artistic, ilustrasi) dan masuk ke percetakan
(printing).
Dengan alur kerja seperti itu, insya allah kegiatan belajar tidak terganggu. Tentukan
jadwal, misalnya rapat redaksi tiap tanggal 1, deadline tanggal 20, layout tanggal 21-22,
masuk percetakan 23-24, selesai dah tinggal membagikan!
Bikin Proposal
Setelah kru terbentuk, susunlah proposal penerbitan majalah sekolah. Proposal ini penting
buat bukti kalo kamu mo serius ngurusinnya. Terus juga buat semacam panduan kerja
kamu untuk sementara.
Apa saja isi proposal penerbitan majalah sekolah ini?
Yang penting, proposal itu harus mengandung unsur-unsur berikut ini:
Latar Belakang
Bagian ini merupakan pengantar proposal. Jelaskanlah di sini mengapa sekolah kamu
sudah memerlukan adanya majalah sekolah. Misalnya, karena siswa-siswa sudah
membutuhkan media untuk menyalurkan aspirasinya, atau karena media majalah dinding
sudah dianggap tidak mencukupi lagi untuk menampung aspirasi dan kreativitas siswa.
Sebutkan juga alasan kamu memilih bentuk majalah untuk mewujudkan media penerbitan
berkala di sekolah ini. Kamu bisa mengutip tulisan di rubric ini sebelumnya tentang plus
minusnya bentuk majalah sekolah. ?
Tujuan Pembuatan Majalah Sekolah
Sebutkanlah tujuan dan manfaat adanya majalah sekolah, misal: mewujudkan media
sebagai tempat mengasah ketrampilan berbahasa yang baik dan benar, menjembatani
jurang komunikasi antarsiswa, antara siswa dan guru, antara siswa dan alumni, dan antara
itu semua, dan sebagainya.
Karakteristik Majalah
Sebutkan karakteristik fisik majalah sekolah yang ingin kamu buat itu. Sebutkan
ukurannya (berapa mm kali berapa mm), posisinya tegak atau landscape, tebalnya, jenis
kertas kovernya, jenis kertas isinya, halaman warna berapa persen, jilid pake lem atau
benang atau stapler. Terangkan pula periode penerbitannya (berapa bulan sekali), waktu
penerbitannya kapan, juga sekali terbit berapa eksemplar.
Rubrikasi
Datalah rubrik apa saja yang kamu rencanakan untuk tampil di majalah sekolahmu. Tidak
hanya namanya saja, tapi juga deskripsi rubric tersebut. Misal rubric Iptek, membahas
tentang informasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Nama rubrik tidak harus lugas. Misal
saja, rubrik Iptek tidak harus bernama iptek, bisa saja: saintika.
Struktur Organisasi
Tulislah kepengurusan majalah sekolah ini, jabatan apa dipegang oleh siapa. Tulis juga
masa jabatannya, biasanya setahun. Yang ini bisa juga diletakkan di lampiran.
Anggaran
Ini penting. Jangan lupa. Tuliskan pemasukan danamu berasal dari mana saja. Tulis juga
pengeluaran danamu untuk biaya apa saja. Pihak sekolah tentu akan perhatian banget
dengan yang ini.
IKLAN
Iklan ini berguna bagi pemasukan majalah sekolah kamu. Caranya kamu buat proposal
seperti diatas dan tambahkan perjanjian-perjanjian harga kesepakatan, surat kesepakatan.
Untuk mencari iklan, pasang dulu iklan pancingan, gratis dulu bila perlu. Kamu juga
harus memperhitungkan iklan-iklan apa saja yang layak di iklankan, jangan sampek
iklannya rokok misalnya, bisa berurusan sama pihak sekolah nanti. Selamat bikin majalah
sekolah dan buletin!
Elvigto
Sumber:
(pengalaman penulis, www.huzaifah.org, www.irvansyaiban.wordpress.com)
Prev: 2008's Indonesia's Highest-Paid Stars
reply share
Sebenarnya, termasuk di dalam redaksi itu ada reporter dan desainer grafisnya. Agar
lebih jelas, deskripsi tugas-tugas kru terakhir ini dijabarkan sebagai berikut:
• Tim Reporter
Ada yang berpendapat reporter merupakan bawahan redaksi. Dalam jurnalis
umum atau surat kabar bisa saja begitu. Tapi dalam jurnalisme sekolah, agak
repot ‘membawahkan’ reporter. Lebih enaknya reporter itu ya bagian dari redaksi.
Dengan ilustrasi kerja yang demikian, baiknya, tim reporter dibuat secara khusus agar
kerja mereka lebih fokus. Deskripsi tugas mereka adalah meliput suatu berita dan
mengemasnya sampai siap tampil di majalah. Untuk kerja reporter, hendaknya dipilih kru
redaksi yang berani, bersemangat, optimis, tahu sopan santun, dan mampu membangun
komunikasi dengan orang lain (baca: asing/belum dikenal) dengan baik.
• Tim Desain
Sebenarnya teman-teman yang berada dalam tim ini masih termasuk lingkup
redaksi. Dalam jurnalis umum, mereka biasa disebut sebagai redaktur artistik.
Tugas mereka adalah menata letak tulisan-tulisan dari redaktur agar tampil apik
dibaca. Mereka pula yang bertugas untuk memberi ilustrasi pada setiap rubrik.
Desain per rubrik juga menjadi tanggung jawab mereka. Yang dimaksudkan
dengan desain di sini adalah apakah pada rubrik itu memakai gambar latar
belakang atau tidak, diberi header/footer atau tidak, dan sebagainya. Termasuk
tugas tim ini adalah bikin cover majalah.
Sebaiknya, tim desain ini pula yang mengurus segala hal berkaitan majalah sekolah
sampai sebelum naik cetak alias naskah siap cetak. Soalnya, kadang-kadang komputer
yang kita gunakan tidak sesuai dengan standar komputer percetakan, akibatnya bisa saja
warna jadi berubah (terlalu tua, terlalu muda), font hilang, gambar geser, dan lain
sebagainya.
Para kru tim desain ini hendaknya orang yang memang bakat dalam bidang desain grafis.
Di antara mereka sebaiknya ada yang pinter menggambar manual, teman kita yang
seperti ini cocok dipasang sebagai illustrator. Selain illustrator, sebaiknya ada juga yang
bisa mengoperasikan perangkat lunak desain seperti Adobe Indesign, Photoshop,
Freehand, CorelDraw,dll. Sebaiknya tidak sekadar bisa saja, ia tetap harus punya sense
of art. Perangkat-perangkat lunak seperti itu hanyalah alat. Yang penting tetap saja the
man behind the gun-nya.
Jadi tim desain yang belum bisa menggunakan perangkat lunak seperti itu, diharuskan
mempelajari buku-buku yang memberi petunjuk pengoperasian perangkat lunak tersebut.
Buku semacam ini mudah di dapat di toko-toko buku. Dan jalan terakhirnya kamu minta
desainkan sama orang lain/percetakan, jika kamu tidak mau repot-repot.
• Kru Opsional
Selain kru utama di atas, sebuah majalah sekolah boleh saja punya kru tambahan
atau opsional -boleh punya, boleh juga tidak. Contoh kru opsional yang mungkin
saja diperlukan adalah bagian iklan. Siapa tahu Pembina majalah sekolahmu
mengizinkan majalah sekolah untuk cari dana selain dana dari sekolah. Nah, kalo
demikian, tentu iklan jadi bagian penting buat kelancaran hidup majalah
sekolahmu. Untuk menangani iklan dengan baik, perlu dibentuk tim tersendiri.
(elvigto)
Istilah jurnalisme sastra adalah salah satu dari sekian banyak nama buat genre tertentu
dalam jurnalisme. Wartawan Amerika Tom Wolfe pada 1974 memperkenalkannya
dengan nama “jurnalisme baru.” Ada juga yang memakai nama “narrative reporting”.
Ada juga yang pakai nama “passionate journalism.” Tapi ada yang secara sederhana
mengatakannya “tulisan panjang.”
Tapi intinya, genre ini menukik lebih dalam daripada apa yang kita kenal sebagai “in-
depth reporting.” Ia bukan saja melaporkan seseorang melakukan apa. Tapi ia masuk ke
dalam psikologi yang bersangkutan dan menerangkan mengapa ia melakukan hal
tersebut.
Tulisannya biasanya panjang. Majalah The New Yorker bahkan pernah hanya
menerbitkan laporan John Hersey berjudul “Hiroshima” dalam satu edisi majalah. Read
the rest of this entry »
Leave a comment »
Bagi sebagian orang, menulis dianggap membosankan. Buang waktu hanya untuk sebuah
tulisan yang belum tentu dibaca, disukai atau dinikmati orang lain. Sah-sah saja sih
berpendapat seperti itu karena tiap orang punya kepentingan dan keinginan yang berbeda
dengan menulis. Bagi yang telanjur menganggap menulis itu gak penting, luangkan
sedikit waktu untuk sekedar merenung : apa arti tulisan dan mengapa orang mau menulis
bahkan bisa menulis. Alasannya pasti beragam, mulai dari sekedar hobi, mengembangkan
bakat (alih-alih jadi bakat ku butuh…), Read the rest of this entry »
Comments (3) »
Menulis bukan sekedar menyampaikan ide, informasi atau sejumlah data dan peristiwa.
Lebih dari itu, menulis merupakan energi, memerlukan energi dan dapat memberikan
energi bagi penulis juga pembacanya. Menulis dengan hati, merupakan energi yang akan
membuat sebuah tulisan berkarakter dan natural karena energi yang diperlukan dan
digunakan bersumber dari hati penulisnya, sehingga tulisan pun memberikan energi
berupa kepuasan dan semangat untuk berkarya bagi penulisnya. Faktanya, sebuah tulisan
yang ditulis dengan hati seringkali memberikan energi bagi pembacanya berupa inspirasi
yang bisa saja mengubah pola pikir dan caranya bersikap. Semua yang dikukan dengan
hati akan menyentuh hati, tertanam di hati dan menjadi energi hati. Lalu darimana
datangnya energi menulis, apa saja bentuknya dan sepenting apakah? Read the rest of this
entry »
Leave a comment »
Cara Mudah Membuat Majalah Sekolah
May 9, 2010 · Filed under Uncategorized · Tagged cara membut majalah, Jurnalistik,
majalah
Membuat majalah sekolah? ”Ah susah!” Begitu pernyataan yang sering diutarakan siswa
ketika ditanya masalah pembuatan majalah sekolah. Sebenarnya ada cara yang relatif
mudah untuk membuat majalah sekolah. Bagaimana?
JAWABAN ”Ah susah!” dari para siswa itu tidak bisa disalahkan. Gurunya pun belum
tentu bisa membuat majalah sekolah. Ini dapat dipahami, karena tidak ada mata pelajaran
secara khusus mengenai pembuatan majalah sekolah.
Hal ini kontras dengan sekolah di Amerika Serikat, yang mana penulis pernah
mengunjunginya beberapa waktu yang lalu. Semuanya mempunyai majalah sekolah yang
dibuat sendiri. Di sana juga ada mata pelajaran jurnalistik, bahkan ada kelas khusus
jurnalistik. Read the rest of this entry »
Comments (2) »
March 24, 2010 · Filed under Uncategorized · Tagged buku, gairah, Jurnalistik, resensi
Category: Books
Genre: Literature & Fiction
Author: Waitlem
Membeli buku ini selain karena tema yang memang sedang dicari, tapi juga karena
penampilan yang imut. Sangat terkesan dengan simpel dan tipisnya. Pewajahan cover
baik depan dan belakang juga sesuai dengan selera saya. Dari semua hal tersebut, seolah
buku ini akan memberi banyak kemudahan, bukannya setumpuk teori yang justru akan
menambah kepusingan pembaca yang notabene sedang belajar menulis.
Merujuk pada judulnya, isi buku ini benar-benar provokator yang sangat baik. Seolah
tidak ada sulitnya untuk menulis. Hanya satu hal yang perlu kita perlu lakukan. Ketik satu
kata dan biarkan pikiran yang mengendalikan semuanya hingga satu tulisan itu selesai.
Jangan pernah pikirkan, tulisan itu akan jadi berapa halaman, kapan selesainya, dan
lupakan (dulu) segala teori akademis yang memberi setumpuk syarat. Misalnya, tata
bahasa, pemulisan ejaan dll.
Yang lebih penting lagi, buku ini mengatakan, tidak ada tulisan yang jelek. Masalahnya
hanyalah tercipta tidaknya kesesuaian selera antara tulisan kita dengan selera penerbit,
mass media tempat kita mengirimkan artikel atau tulisan tersebut. Bisa jadi tulisan yang
telah di tolak berpuluh kali, sewaktu akhirnya di terbitkan akan menjadi best seller. Telah
banyak kejadian tentang itu.
Pernah ada satu kejadian, satu tulisan dikirim ke media “A” dan di tolak. Dikirim ulang
ke berpuluh media lainnya, hasilnya sama, di tolak juga. Akhirnya dikirimkan ke media
“A” lagi tanpa perubahan sama sekali. Hasilnya? Tayang dan menuai banyak pujian. Jadi
selain masalah selera, waktu yang tepatpun sangat berperan di sini.
Berikut langkah-langkah yang diangkat buku ini yang harus dilakukan oleh seorang
(calon) penulis agar meraih sukses:
01.Katakan dengan Tulisan > jangan katakan sekedar dengan bunga, katakan dengan
tulisan. Setiap ide akan menjadi tulisan dan setiap tulisan akan menjadi peluang.
02.Menulis Itu Mudah > Penerbit tak memerlukan ijazah anda. Hanya perlu kemauan dan
kemampuan membaca dan menulis.
03. Tetapkan Tujuan > Tujuan akan memberi motivasi. Semua sisi kehidupan
memerlukan motivasi, termasuk penulis.
04. Ide di Mana-mana > Disini ada satu prinsip yang perlu dipegang, “Tidak ada yang
sama di dunia ini”. Walaupun satu ide yang sama pernah di tulis oleh banyak penulis,
hasilnya tak akan sama. Jadi jangan takut untuk menulis hal yang sama tersebut.
05. Hari-hari Penting > Jika anda menulis untuk satu harian, perhatikan hari-hari penting
(nasional / internasional) dan tulis tentangnya. Ide boleh sama, hasil tulisan pasti akan
berbeda.
06. Ketidakmampuan Juga Ide > Tidak mampu menulis? Kenapa tidak membuat tulisan
berjudul “Mengapa Anda Tidak Mampu Menulis?” atau “Sepuluh Kiat Mengatasi
Ketidakmampuan Menulis”. Gampangkan?
07. Berangkat dari Satu Ide > Dalam satu momen penting, seringkali media memuat 4
hingga 5 tulisan dengan ide yang sama. Namun isinya berbeda. Jadi? Segeralah menulis.
08. Boleh Melompat Pagar > Jangan hanya menulis tentang satu tema yang menjadi
bidang keahlian anda. Lompatilah pagar dan menulis juga tentang bidang lainnya. Ingat,
menulis tidak memerlukan ijazah satu bidang.
09. Mengolah Ide > Ide ada dimana-mana. Satu ide akan melahirkan ide-ide
lainnya.Setiap ide bisa menjadi satu tulisan. Semua tergantung kita, mau mengolahnya
atau tidak.
10. Menjual Ide > Setiap ide yang dipindahkan menjadi tulisan akan berubah menjadi
uang. Anda akan menjadi kaya dengan menulis. Kaya materiil, moril dan harga diri.
Masih ada 15 langkah lainnya lagi yang kesemuanya dijelaskan secara simpel dan sangat
mendorong kita untuk segera menulis. Syaratnya mudah, mulailah dengan mengetik satu
kata dan biarkan pikiran yang akan melanjutkannya menjadi satu tulisan utuh.
Dan akhirnya adalah jangan pernah putus asa dengan penolakan. Di tolak bukan karena
tulisan kita jelek. Ada seribu alasan yang mengakibatkan tulisan kita tak layak terbit pada
satu saat dan menjadi sangat layak di saat yang lain. Kirim dan kirim. Kirimkan lagi.
Ubah jika memang ada permintaan. Jika ditolak tanpa alasan yang jelas, kirimkan ke
media lain. Sepuluh, dua puluh, bila perlu sampai ratusan kali dikirim. Peluang akan
datang di saat yang tepat. (Aster’s Collections)
Comments (9) »
bisa menjalankan fungsinya ini, seorang wartawan dituntut untuk dapat memenuhi
persyaratan tertentu, seorang wartawan dituntut untuk dapat memenuhi persyaratan
tertentu, yaitu pertama: memiliki kecerdasan; kedua: senantiasa bersikap waspada; ketiga:
memiliki rasa ingin tahu yang tak habis-habisnya; keempat peduli terhadap masyarakat;
kelima: akal yang panjang; keenam: memiliki kepekaan terhadap ketidakadilan; dan
ketujuh: berani untuk berbeda pendapat dengan pihak yang berkuasa.
Di samping itu tentu saja seorang wartawan harus dapat mengantisipasi kemungkinan
risiko yang harus ditanggung dalam melaksanakan kewajibannya.
Selain itu setiap insan yang bekerja sebagai seorang wartawan dan menjadi anggota
sebuah organisasi yang secara resmi diakui eksistensinya, baik oleh pemerintah maupun
oleh masyarakat luas, hendaknya menaati kode etik yang telah diakui dan diterima oleh
organisasi tersebut.
Pengertian Berita
Pada dasarnya berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang dianggap penting dan
menarik. bagi khalayak. Dari berbagai macam batasan yang diberikan orang tentang
berita, pada prinsipnya ada unsur penting yang harus diperhatikan yaitu unsur-unsur
laporan, kejadian/peristiwa/pendapat yang menarik dan penting, serta disajikan secepat
mungkin (terikat oleh waktu). Berita tersebut memiliki beberapa kriteria, antara lain
harus akurat, lengkap, objektif, seimbang, jelas dan ringkas.
Ditinjau dari penyajiannya, berita terdiri dari straight news dan features. Straight news
dari soft news dan hard news. Features terdiri dari beberapa macam, mulai dari bright
sampai enterprise story.
Dalam media cetak, selain berita juga terdapat berbagai tulisan seperti tajuk rencana,
analisis berita, komentar berita, aritkel opini, resensi, pojok dan kolom.
Jenis tulisan yang biasa muncul dimedia cetak adalah: Features (Karangan Khas),
Editorial (Tajuk Rencana), kolom, News Commentary (Komentar Berita), News Analysis
(Analisis Berita), Artikel Opini, dan Review/Resensi/Kritik.
Ada 2 teknik menulis resensi/revlew/kritik, yaitu secara impresif dan autoritatif. Kedua
jenis metode ini nampaknya terpisah, tetapi dalam kenyataannya, wartawan bidang seni
terkadang menggabungkan kedua metode ini.
Sumber berita merupakan awal dari proses terciptanya berita. Dalam proses inilah
diperlukan kemampuan wartawan dalam mencari dan mengolah sumber berita sehingga
dapat tercipta sebuah berita yang baik dan benar serta layak ditampilkan.
Terdapat beberapa metode untuk memperoleh berita yang terdiri dari wawancara,
observasi, riset kepustakaan, press release/press conference dan statement of informan.
Sebagian besar metode perolehan berita adalah melalui wawancara. Tetapi dalam
perkembangan jurnalistik mutakhir, angka dan data dari kepustakaan juga ambil peranan
penting. Observasi adalah kegiatan mental yang subjektif dari wartawan sebagai hasil
pengolahan stimuli di sekitarnya dan observasi ini digunakan untuk “mempermudah
laporan”.
Press Conference, penting terutama untuk memperoleh background information untuk
hal-hal yang masih sangat baru. Sedangkan statement of information bukan digunakan
sebagai narasumber, tetapi metode yang artinya harus dilacak lagi kebenaran dan
kegunaannya bagi masyarakat.
Wahyudi Siswanto
Anda sebagai guru bahasa Indonesia memiliki kewajiban untuk membina sanggar bahasa
dan sastra Indonesia di sekolah tempat Anda mengajar. Mata kuliah sanggar bahasa dan
sastra Indonesia sangat diperlukan oleh Anda untuk membantu memahami apa
sebenarnya sanggar bahasa dan sastra Indonesia, kegiatan apa saja yang terdapat dalam
sanggar bahasa dan sastra Indonesia, dan bagaimana cara mengelola kegiatan-kegiatan
sanggar bahasa dan sastra Indonesia tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, materi
yang disajikan dalam mata kuliah ini adalah materi yang berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan yang terdapat di dalam sanggar bahasa dan sastra Indonesia, yaitu hakikat
sanggar bahasa dan sastra Indonesia (pengertian, fungsi, tujuan, sasaran, dan ruang
lingkup sanggar bahasa dan sastra Indonesia), aktivitas produktif dan kreatif dalam
sanggar bahasa dan sastra Indonesia, penerbitan majalah sekolah dan majalah dinding,
kepewaraan dan pidato, penyelenggaraan kompetisi apresiasi puisi dan cerpen,
penyelenggaraan drama radio dan drama panggung
Setelah mempelajari mata kuliah ini, secara khusus Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan hakikat sanggar bahasa dan sastra Indonesia;
2. menjelaskan aktivitas produktif dan kreatif dalam sanggar bahasa dan sastra Indonesia;
3. menulis dan menyunting tulisan untuk majalah sekolah dan majalah dinding;
4. menerbitkan majalah sekolah;
5. menerbitkan majalah dinding;
6. melakukan kegiatan kepewaraan;
7. melakukan kegiatan pidato;
8. menyelenggarakan kompetisi apresiasi puisi;
9. menyelenggarakan kompetisi apresiasi cerpen;
10. menyelenggarakan drama radio;
11. menyelenggarakan drama panggung
Sesuai dengan bobot mata kuliah ini, yaitu 2 sks dan juga tujuan yang ingin dicapai
tersebut, mata kuliah ini terdiri dari 6 (enam) modul sebagai berikut.
Modul 1: Hakikat dan Aktivitas Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia
Modul 2: Majalah Sekolah
Modul 3: Majalah Dinding
Modul 4: Kepewaraan dan Pidato
Modal 5: Kompetisi Apresiasi Puisi dan Cerpen
Modal 6: Penyelenggaraan Drama Radio dan Drama Panggung
Agar tujuan yang dirancang dapat Anda kuasai dengan baik maka Anda harus
mempelajari setiap modul dengan cermat. Kerjakan semua latihan dan tugas yang
diberikan dengan benar dan tepat. Tetaplah menjaga semangat Anda dalam belajar.
Kegiatan Belajar 2:
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. (1984). Pengantar Memahami Unsur-Unsurdalam Karya Sastra. Malang:
FPBS, IKIP Malang.
Anwar, Rosihan. (1984). Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Paradnya Paramita.
Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Basuni, Ach. (2003). Dasar-Dasar Jurnalistik: Membuat dan mengelola Sendiri Media
Sekolah. Surabaya: Kartika.
Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta: Depdiknas.
Ermanto. (2005). Menjadi Wartawan Handal dan Profesional: Panduan Praktis dan
Teoritis. Yogyakarta: Cinta Pena.
Kridalaksana, Harimurti (Ed.). (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Semi, M. Ater. (1995). Teknik Menulis Berita dan Feature. Bandung: Mengantara.
Sumadiria, Haris. (2005). Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Teeuw, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Kegiatan Belajar 2:
Kegiatan Belajar 3:
Pengorganisasian dan Pengatakan Majalah Sekolah
Organisasi majalah sekolah meliputi tujuan pembinaan majalah sekolah dan manajemen
majalah sekolah. Majalah sekolah merupakan wadah untuk menampung kreativitas siswa
dan guru, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Majalah sekolah juga
bisa digunakan siswa dan guru sebagai media belajar dan sumber belajar.
Kegiatan manajemen majalah sekolah bisa dipilah atas planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), controlling (pengendalian)
majalah sekolah. Kegiatan ini dilakukan oleh penanggung jawab, pembina, dan redaktur
majalah sekolah.
Penerbitan majalah sekolah di bawah tanggung jawab kepala sekolah. Pembina majalah
sekolah adalah guru yang menangani urusan kesiswaan. Redaktur adalah orang yang
menangani, memilih, dan menyusun tulisan atau bahan yang akan dimasukkan ke dalam
majalah sekolah. Redaktur majalah sekolah terdiri atas pemimpin redaksi, dewan redaksi,
redaksi pelaksana. Pemimpin dan dewan redaksi dipegang oleh guru atau siswa.
Sedangkan redaksi pelaksana dipegang oleh siswa. Selain itu, diperlukan bagian sirkulasi
atau distribusi dan alamat radaksi.
Pengatakan artinya proses, pembuatan, cara mengatak. Sebagai istilah, pengatakan dapat
diartikan sebagai proses, pembuatan, pengaturan, penataan berita dan huruf dalam
majalah sekolah. Unsur-unsur pengatakan majalah sekolah adalah teks, gambar, jenis
huruf, latar, warna, dan urutannya. Model pengatakan ini berkaitan dengan ukuran,
urutan, dan perwajahan setiap halaman majalah sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan. (1984). Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Paradnya Paramita.
Basuni, Ach. (2003). Dasar-Dasar Jurnalistik: Membuat dan Mengelola Sendiri Media
Sekolah. Surabaya: Kartika.
Dennisa dan Merriam. (2005). Belajar Kelompok Menjadi Kebiasaan Siswa dalam
Sketsa. Edisi 2 Tahun I, 2005.
Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta: Depdiknas.
DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. (2003). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Dian. (2006). “Aktivitas Pramuka, Lomba Poster” dalam Vagazine. Edisi III Juni 2006.
Ermanto. (2005). Menjadi Wartawan Handal dan Profesional: Panduan Praktis dan
Teoritis. Yogyakarta: Cinta Pena.
Farris, Pamela J. (1993). Language Arts: A Process Approach. Madison: Brown &
Bemnark Publishers.
Kridalaksana, Harimurti (Ed.). (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Pramita, Ratih. (2006). Yanis, Peraih Nilai Absolut Unas SMP di Jatim: Kebiasaan Susah
Tidur Malah Bawa Berkah” dalam Jawa Pos. Senin 26 Juni 2006.
Pusat Bahasa. (2003). Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa,
Depdiknas.
Semi, M. Atar. (1995). Teknik Menulis Berita dan Feature. Bandung: Mengantara.
Sumadiria, Haris. (2005). Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Struktur berita terdiri atas judul (headline), teras (lead), dan tubuh berita (body). Berita
lebih banyak disajikan dalam bentuk piramida terbalik; bentuk penulisan berita dari
paragraf yang penting informasinya sampai ke paragraf akhir yang kurang penting
informasinya. Bentuk semacam ini memberi kemu¬dahan, baik kepada pembaca,
wartawan, maupun kepada redaktur.
Feature majalah dinding adalah tulisan yang biasa disebut kisah atau karangan khas yang
isinya tentang suatu peristiwa atau permasalahan kehidupan yang menarik ditinjau dari
sisi tertentu yang dimuat di majalah dinding. Feature disajikan secara kreatif, santai,
ringan, menghibur, ka¬dang kala subjektif. Penyajian permasalahan dalam feature
bersifat tidak formal. Ada beberapa jenis feature yang dimuat di majalah. Jenis feature itu
adalah feature human interes, sejarah, biografi, perjalanan, petunjuk, dan ilmiah. Struktur
feature terdiri atas judul (headline), teras (lead), dan tubuh berita (body). Beberapa ciri
feature, yaitu adanya unsur: kreativitas, subjektivitas, informatif, dan menghibur.
Artikel majalah dinding adalah tulisan yang dimuat di majalah dinding yang berisi
pendapat seseorang atau kelompok yang membahas tuntas suatu masalah yang menarik,
aktual, atau kontroversial dengan tujuan untuk memberi tahu, memengaruhi dan
meyakinkan, atau menghibur pembaca. Artikel dapat dibedakan atas beberapa macam,
antara lain artikel praktis, artikel ringan, artikel halaman opini, dan artikel analisis ahli.
Ada beberapa karakteristik artikel majalah dinding. Pertama, artikel ditulis dengan atas
nama seseorang atau beberapa orang. Kedua, artikel menyajikan gagasan yang menarik,
aktual, atau kontroversial. Ketiga, masalah yang diangkat harus menyangkut kepentingan
sebagian besar pembaca. Keempat, disajikan dalam bahasa yang komunikatif, segar, dan
populer. Kelima, panjang artikel sekitar 1-2 halaman kuarto dan ditulis 1,5 spasi.
Keenam, artikel disajikan secara singkat tetapi dibahas secara tuntas. Ketujuh, isinya
berupa pandangan subjektif penulisnya. Kedelapan, artikel itu bisa berupa gagasan asli
penulisnya; bisa juga berupa artikel orang lain. Bila artikel itu artikel orang lain maka
pemuatannya di majalah dinding harus menyebutkan sumber artikel itu.
Kegiatan Belajar 2:
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan. (1984). Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Paradnya Paramita.
Basuni, Ach. (2003). Dasar-Dasar Jurnalistik: Membuat dan Mengelola Sendiri Media
Sekolah. Surabaya: Kartika.
Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta: Depdiknas.
DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. (2003). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Ermanto. (2005). Menjadi Wartawan Handal dan Profesional: Panduan Praktis dan
Teoritis. Yogyakarta: Cinta Pena.
Farris, Pamela J. (1993). Language Arts: A Process Approach. Madison: Brown &
Bemnark Publishers.
Hilal, David T. “Politik Pengajaran Bahasa Indonesia”, Jawa Pos. Sabtu 19 November
2005.
Kridalaksana, Harimurti (Ed.). (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Pusat Bahasa. (2003). Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa,
Depdiknas.
Semi, M. Atar. (1995). Teknik Menulis Berita dan Feature. Bandung: Mengantara.
Sindhunata, Karima. (2005). “Beetoven Komponis Sepanjang Masa yang Tuna Rungu
(1770-1827)” dalam Sketsa. Edisi 2 Tahun I, 2005.
Sumadiria, Haris. (2005). Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Kepewaraan
Pewara adalah pembawa acara atau pemandu acara di suatu kegiatan. Dari seorang
pewaralah acara itu diatur dan disusun. Kepewaraan adalah hal-hal yang berkenaan
dengan masalah pewara.
Ada bermacam-macam kepewaraan. Pengelompokan kepewaraan bisa dilakukan
berdasarkan (1) sifatnya, (2) waktunya, dan (3) jenis acaranya, dan strukturnya.
Berdasarkan sifatnya, kepewaraan dapat dibedakan atas kepewaraan resmi dan tidak
resmi. Kepewaraan resmi adalah kepewaraan yang dilaksanakan di dalam acara resmi.
Dalam acara resmi, semua urutan acara dan apa yang harus dilakukan pewara sudah
ditentukan. Kepewaraan tidak resmi adalah kepewaraan yang dilaksanakan di dalam
acara tidak resmi. Dalam acara tidak resmi, semua urutan acara dan apa yang harus
dilakukan pewara tidak ditentukan secara pasti. Berdasarkan waktunya, kepewaraan
dapat dibedakan atas kepewaraan langsung dan tidak langsung. Kepewaraan langsung
adalah kepewaraan yang dilakukan pada saat acara itu berlangsung.
Ada juga kepewaraan yang tidak langsung. Dengan model ini pewara tidak langsung
membawakan acaranya. Ia hanya bertugas mengantarkan acara yang akan datang yang
sudah bisa diketahui sebelumnya.
Berdasarkan jenis acaranya, antara lain kepewaraan bisa dibedakan atas kepewaraan
dalam acara seminar, perkawinan, peringatan Hari Kemerdekaan dan hari besar,
antaracara tv, dalam acara tv, pemandu debat, talk-show.
Secara umum, struktur kepewaraan terdiri atas tiga bagian. Ketiga bagian itu adalah (1)
pendahuluan, (2) inti, dan (3) penutup.
Faktor yang berpengaruh pada kepewaraan adalah (1) bakat, (2) motivasi, (3) belajar, dan
(4) lingkungan.
Ada beberapa persyaratan untuk menjadi seorang pewara yang baik. Syarat itu adalah (1)
mau belajar, (2) ingin selalu maju, (3) mengetahui acara yang akan dibawakannya, (4)
mengetahui siapa pendengarnya atau pemirsanya, (5) kreatif dan pandai berimprovisasi,
(6) mengetahui cara tampil, serta (7) mempunyai sifar humor.
Kegiatan Belajar 2:
Pidato
Pidato merupakan pengungkapan pesan baik dalam bentuk pikiran, informasi, gagasan,
ataupun perasaan dalam bentuk kata-kata dari pembicara kepada orang banyak. Pidato
bisa juga diartikan sebagai wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan pendengar.
Berpidato merupakan salah satu bentuk komunikasi, yaitu komunikasi antara pembicara
dan pendengar. Komunikasi ini akan lancar bila kedua belah pihak bertindak aktif.
Komunikasi ini lebih banyak bersifat satu arah, yaitu dari orang yang berpidato kepada
orang yang mendengarkan.
Ada berbagai jenis pidato. Pidato dibedakan atas (1) pidato resmi, (2) pidato tidak resmi,
(3) pidato langsung, dan (4) pidato tidak langsung.
Unsur pidato adalah (1) pembicara, (2) pesan, (3) pendengar, (4) waktu berpidato, (5)
tempat berpidato, (6) suasana berpidato, (7) media pidato.
Pembicara adalah orang yang menyampaikan pidato. Isi pidato adalah apa yang
dibicarakan atau diucapkan oleh orang yang berpidato. Pendengar pidato adalah orang
yang mendengarkan pidato seseorang. Waktu, tempat, suasana, dan media berpidato akan
berpengaruh terhadap isi atau cara penyampaian pidato.
Cara atau metode berpidato dapat dikelompokkan atas empat jenis. Keempat jenis cara
berpidato itu adalah (1) metode mendadak, (2) metode tanpa persiapan naskah lengkap,
(3) metode membaca naskah, dan (4) metode menghafal. Masing-masing metode
berpidato mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato adalah (1) memiliki keberanian
berpidato, (2) mau belajar dan memiliki pengetahuan yang luas, (3) memahami proses
komunikasi massa, (4) menguasai bahasa yang baik dan benar, (5) mengatasi kecemasan.
Sebelum berpidato, perlu persiapan. Persiapan itu bisa berupa persiapan fisik, psikologis,
dan persiapan teknis.
Persiapan fisik bisa berkenaan dengan pakaian yang dikenakan pembicara; peralatan
(naskah, alat peraga seperti tayangan, model, atau membawa perangkat lainnya); juga
berkaitan dengan persiapan yang ada pada saat acara berlangsung (cahaya lampu,
podium, pelantang, OHP, atau komputer). Persiapan psikologis adalah persiapan yang
berkenaan dengan kejiwaan si pembicara.
Beberapa hal yang berkaitan dengan persiapkan teknis sebelum berpidato adalah (1)
menentukan maksud pidato, (2) mempelajari pendengar dan situasi, (3) memilih topik,
(4) membuat kerangka, (5) mengumpulkan bahan, (6) menguraikan pidato, dan (7)
berlatih.
Struktur pidato terdiri atas (1) pembukaan, (2) isi, dan (3) penutup. Pembukaan (a) salam
pembuka, (b) ucapan penghormatan, dan (c) rasa syukur kepada Tuhan. Bagian isi adalah
bagian inti dari suatu pidato. Pada bagian ini, Pembicara akan menguraikan secara rinci
dari materi yang ingin disampaikan kepada pendengar. Penutup pidato dapat diisi dengan
(1) simpulan, (b) permintaan maaf, dan (c) salam penutup.
DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Kridalaksana, Harimurti (Ed.). (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Yasin, Sulchan. (1991). Contoh Praktis MC (Pembawa Acara) dan Pidato. Surabaya:
Mekar.
Kegiatan Belajar 2:
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. (1984). Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Malang:
FPBS, IKIP Malang.
Teeuw, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta. Pustaka Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. (1989). Teori Kesusastraan (terj. Melani Budianta).
Jakarta: Gramedia.
Zoest, Aart van. (1990). Fiksi dan Nonfiksi dalam Kajian Semiotik. Jakarta: Intermasa.
Kegiatan Belajar 2:
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Teeuw, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
ABSTRACT
School magazine is one of the discourse to guide
and develop the youth potential to produce the reliable
and cultured writers. The identities of the homogenious
readers produce greetings, interjections, superlatives,
negation, conjunction, code mix, the infinite forms to
express intimacy, and familiarity. This causes the use of
the language rules not consistently especially in the
rubrics for readers’ letters, editors, and the rubrics
dealing with youth lives (musics, humours, talk show,
and news). Deviaton decreases in the rubrics of opinion,
article, religious reflection, talk show with the teachers
or head masters. In this way the language use is not
necessary to be worried to disrupt Indonesian language.
The content of the magazine varies from the topics in
the school (various school activities, sports, art, the
profiles of the teachers and students, etc.), in the region
(graffiti, sickness, city master plan, etc.), in the state
(education, natioal exam, illigal logging, national
commemoration, etc.), to those in the world (global
warming, AIDS, etc.)
Key words: content, editor, language, rules, school
magazine, youth.
1. Pendahuluan
Majalah sekolah pada umumnya merupakan salah satu bentuk
kegiatan ekstra kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan minat
dan bakat siswa dalam hal jurnalistik. Mengingat majalah sekolah
menuntut penanganan khusus, penentuan pengurus redaksinya biasanya
melalui seleksi. Hal tersebut dapat penulis ketahui melalui wawancara
dan pernyataan yang muncul pada salah satu pengantar redaksi
MABOSA yang mengemukakan, “Para awak baru, yang tentu akan
membawa ide-ide baru, pemikiran, dan, tenaga baru ini adalah orangorang
yang terpilih setelah melalui serangkaian seleksi redaksi”
(Desember 2007: 3).
Sebagai salah satu wadah penyaluran dan pengembangan minat
dan bakat menulis, majalah sekolah dapat digunakan sebagai lahan
persemaian benih-benih penulis muda. Oleh karena itu, bagi siswa yang
berbakat dapat melakukan uji kompetensi lanjutan dengan
memublikasikan tulisannya melalui majalah atau tabloid komersial
seperti Hai, Aneka, Bobo, Gaul, Suara Merdeka Anak, dan lain-lain.
Sebagai lahan penyaluran dan pengembangan minat dan bakat
menulis, majalah sekolah seperti Aquila terbukti telah melahirkan
penulis-penulis handal dan bermartabat di Republik Indonesia ini.
Nama itu sendiri diciptakan oleh penulis dan pemikir handal Alm N.
Driyarkara. Aquila berarti ‘rajawali’ dan merupakan akronim dari
Augeammus Quam Impensissime Lauden Altissimi. Ungkapan dalam
bahasa Latin tersebut kira-kira terjemahannya ialah ‘Marilah kita
tumbuh berkembang sekuat tenaga menambah keluhuran Yang
Mahatinggi’ (Sudiarja, dkk., 2006: xxiii-xxiv). Majalah Seminari
Menengah Mertoyudan tersebut, sampai saat ini sudah berusia 78
tahun.
Dalam tulisan ini, secara khusus dibahas mengenai karakteristik
bahasa dan isi sebagai ekspresi yang mencerminkan semangat
keremajaan.
2. Pengertian
Kata jejak mengingatkan penulis pada kegiatan pramuka yang
penulis geluti. Dalam pramuka kata jejak sering diartikan sebagai
sesuatu yang ditinggalkan agar dapat menjadi petunjuk untuk menuju
suatu tempat atau menemukan sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002: 464) kata jejak memiliki empat pengertian. Pengertian
pertama ‘bekas tapak kaki; bekas langkah’, kedua ‘jatuhnya kaki di
tanah’, dsb, ketiga ‘tingkah laku (perbuatan) yang telah dilakukan’,
Majalah AQUILA dipilih sebagai satu-satunya majalah sekolah di luar Yogyakarta
karena memiliki pengalaman dan usia yang cukup panjang. Tahun 2008 ini sudah
memasuki usia 78 tahun.
keempat ‘bekas yang menunjukkan adanya perbuatan dsb yang telah
dilakukan’. Dalam tulisan ini pengertian jejak yang paling sesuai
adalah pengertian yang keempat.
Kata langkah pada kehidupan sehari-hari menunjukkan gerak
maju. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 635) langkah
memiliki empat pengertian. Pengertian pertama ‘gerakan kaki (ke
depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan) waktu berjalan’. Kedua ‘jarak
antara kedua kaki waktu melangkah ke muka (waktu berjalan)’. Ketiga
‘sikap; tindak tanduk; perbuatan’. Keempat ‘tahap; bagian’. Dalam
tulisan ini pengertian langkah yang paling sesuai adalah pengertian
yang ketiga.
Istilah jejak dan langkah juga mengikuti pandangan Sudaryanto.
Sudaryanto menggunakan istilah tersebut untuk membedakan dua sisi
kebudayaan, yaitu sebagai hasil dan sebagai proses. Sebagai hasil
kegiatan, kebudayaan itu “terpisah” dari sang manusia: dia merupakan
JEJAK; sedangkan sebagai proses kegiatan, kebudayaan itu
“sinambung” dengan sang manusia: dia merupakan LANGKAH (1999:
11).
Pengertian majalah sekolah adalah majalah yang diterbitkan
oleh sekolah dan biasanya dikelola oleh siswa, khususnya pada tingkat
SMA. Kata ekspresi dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
sebagai ‘pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan
atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb.)’ (2002: 201).
Konstruksi frasa semangat keremajaan berarti jiwa atau dinamika yang
menunjukkan perilaku seseorang yang menunjukkan ciri pada tahap
perkembangan masa remaja.
3. Semangat Keremajaan
Perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur
kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja
adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang
sangat cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil
untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan
remaja, kira-kira umur 14 tahun sampai umur 16 tahun. Remaja akhir
yang kira-kira berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan
transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan, dan
berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa (Djiwandono, 2006: 93-4).
c. Berita
Berita merupakan informasi yang dihimpun oleh redaksi
kemudian disampaikan kepada pembaca. Sajian memiliki kemungkinan
dalam bentuk deskripsi atau wawancara. Berita-berita di majalah
sekolah berupa peristiwa yang terjadi di lingkungan sekolah, prestasi
yang dicapai oleh sekolah, guru, siswa, dan berita mengenai peristiwa
atau tokoh di luar sekolah.
Berita internal sekolah pada MABOSA yang membawa nama
baik sekolah, berupa prestasi dalam bidang olah raga, seni, akademik,
dan keterampilan khusus, seperti adanya tawaran mengisi halaman
pelajar di Media Indonesia yang merupakan prestasi dalam bidang
jurnalistik. MABOSA juga menyajikan berita dari luar sekolah yang
sudah dikemas dalam bentuk ulasan, seperti pada berita mengenai
“Sekolah Sahabat” yang mengulas SMKN 3 Kasihan Bantul. Berita
dari luar lainnya dikemas dalam bentuk wawancara dengan Group
Band Kerispatih dan aktor film Vino G. Bastian.
Majalah Progresif SMAN 3 menyampaikan berita internal
sekolah mengenai Latihan Dasar Metode Ilmiah (LDMI) yang wajib
diikuti oleh siswa kelas XI dengan langsung diterjunkan ke lokasi
penelitian serta aneka kegiatan tahunan yang telah diprogram oleh
sekolah. Prestasi dalam bidang akademik seperti siswa yang lolos
seleksi mengikuti AFS dan tinggal selama satu tahun di Amerika.
Berita dari luar berupa informasi mengenai lokasi wisata untuk mengisi
liburan, rumah makan, pasar seni Gabusan, FKY, dan beberapa yang
lain dikemas dalam bentuk feature.2
e. Sastra
Dari sembilan majalah yang memiliki rubrik sastra ada 8
majalah, seperti tampak pada diagram berikut.4
DIAGRAM 5:
RUBRIK SASTRA
Majalah Jenis Sastra
MABOSA Puisi Cerpen Cerbung Kartun
Progresif Puisi Cerpen Kartun
PELITA Puisi Cerpen
MESRA Puisi Cerpen
BIKAR Puisi Cerpen
EKSIS Puisi Gurit
(Puisi
Jawa)
Cerpen
Aquila Puisi Cerpen Kartun
Bullpakç Puisi Kartun
Diagram di atas menunjukkan bahwa minat dan potensi yang
muncul dalam bidang sastra adalah penulisan puisi, cerpen, kartun, dan
cerbung. MABOSA memiliki keistimewaan karena memiliki tiga jenis
sastra dan satu-satunya yang menampilkan jenis cerita bersambung
yang memerlukan energi lebih banyak. EKSIS ememiliki kekhususan
dengan menyajikan puisi bahasa Jawa atau yang biasa disebut gurit. Isi
aneka jenis sastra cenderung persoalan yang berkaitan dengan
kehidupan remaja, teknologi, persahabatan, kekeluargaan, percintaan,
dan masalah kemanusiaan.
4 Tiga majalah yang tidak memiliki rubrik sastra adalah Cas Cis Cus.
ABSTRACT
School magazine is one of the discourse to guide
and develop the youth potential to produce the reliable
and cultured writers. The identities of the homogenious
readers produce greetings, interjections, superlatives,
negation, conjunction, code mix, the infinite forms to
express intimacy, and familiarity. This causes the use of
the language rules not consistently especially in the
rubrics for readers’ letters, editors, and the rubrics
dealing with youth lives (musics, humours, talk show,
and news). Deviaton decreases in the rubrics of opinion,
article, religious reflection, talk show with the teachers
or head masters. In this way the language use is not
necessary to be worried to disrupt Indonesian language.
The content of the magazine varies from the topics in
the school (various school activities, sports, art, the
profiles of the teachers and students, etc.), in the region
(graffiti, sickness, city master plan, etc.), in the state
(education, natioal exam, illigal logging, national
commemoration, etc.), to those in the world (global
warming, AIDS, etc.)
Key words: content, editor, language, rules, school
magazine, youth.
1. Pendahuluan
Majalah sekolah pada umumnya merupakan salah satu bentuk
kegiatan ekstra kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan minat
dan bakat siswa dalam hal jurnalistik. Mengingat majalah sekolah
menuntut penanganan khusus, penentuan pengurus redaksinya biasanya
melalui seleksi. Hal tersebut dapat penulis ketahui melalui wawancara
dan pernyataan yang muncul pada salah satu pengantar redaksi
MABOSA yang mengemukakan, “Para awak baru, yang tentu akan
membawa ide-ide baru, pemikiran, dan, tenaga baru ini adalah orangorang
yang terpilih setelah melalui serangkaian seleksi redaksi”
(Desember 2007: 3).
Sebagai salah satu wadah penyaluran dan pengembangan minat
dan bakat menulis, majalah sekolah dapat digunakan sebagai lahan
persemaian benih-benih penulis muda. Oleh karena itu, bagi siswa yang
berbakat dapat melakukan uji kompetensi lanjutan dengan
memublikasikan tulisannya melalui majalah atau tabloid komersial
seperti Hai, Aneka, Bobo, Gaul, Suara Merdeka Anak, dan lain-lain.
Sebagai lahan penyaluran dan pengembangan minat dan bakat
menulis, majalah sekolah seperti Aquila terbukti telah melahirkan
penulis-penulis handal dan bermartabat di Republik Indonesia ini.
Nama itu sendiri diciptakan oleh penulis dan pemikir handal Alm N.
Driyarkara. Aquila berarti ‘rajawali’ dan merupakan akronim dari
Augeammus Quam Impensissime Lauden Altissimi. Ungkapan dalam
bahasa Latin tersebut kira-kira terjemahannya ialah ‘Marilah kita
tumbuh berkembang sekuat tenaga menambah keluhuran Yang
Mahatinggi’ (Sudiarja, dkk., 2006: xxiii-xxiv). Majalah Seminari
Menengah Mertoyudan tersebut, sampai saat ini sudah berusia 78
tahun.
Dalam tulisan ini, secara khusus dibahas mengenai karakteristik
bahasa dan isi sebagai ekspresi yang mencerminkan semangat
keremajaan.
2. Pengertian
Kata jejak mengingatkan penulis pada kegiatan pramuka yang
penulis geluti. Dalam pramuka kata jejak sering diartikan sebagai
sesuatu yang ditinggalkan agar dapat menjadi petunjuk untuk menuju
suatu tempat atau menemukan sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002: 464) kata jejak memiliki empat pengertian. Pengertian
pertama ‘bekas tapak kaki; bekas langkah’, kedua ‘jatuhnya kaki di
tanah’, dsb, ketiga ‘tingkah laku (perbuatan) yang telah dilakukan’,
Majalah AQUILA dipilih sebagai satu-satunya majalah sekolah di luar Yogyakarta
karena memiliki pengalaman dan usia yang cukup panjang. Tahun 2008 ini sudah
memasuki usia 78 tahun.
keempat ‘bekas yang menunjukkan adanya perbuatan dsb yang telah
dilakukan’. Dalam tulisan ini pengertian jejak yang paling sesuai
adalah pengertian yang keempat.
Kata langkah pada kehidupan sehari-hari menunjukkan gerak
maju. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 635) langkah
memiliki empat pengertian. Pengertian pertama ‘gerakan kaki (ke
depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan) waktu berjalan’. Kedua ‘jarak
antara kedua kaki waktu melangkah ke muka (waktu berjalan)’. Ketiga
‘sikap; tindak tanduk; perbuatan’. Keempat ‘tahap; bagian’. Dalam
tulisan ini pengertian langkah yang paling sesuai adalah pengertian
yang ketiga.
Istilah jejak dan langkah juga mengikuti pandangan Sudaryanto.
Sudaryanto menggunakan istilah tersebut untuk membedakan dua sisi
kebudayaan, yaitu sebagai hasil dan sebagai proses. Sebagai hasil
kegiatan, kebudayaan itu “terpisah” dari sang manusia: dia merupakan
JEJAK; sedangkan sebagai proses kegiatan, kebudayaan itu
“sinambung” dengan sang manusia: dia merupakan LANGKAH (1999:
11).
Pengertian majalah sekolah adalah majalah yang diterbitkan
oleh sekolah dan biasanya dikelola oleh siswa, khususnya pada tingkat
SMA. Kata ekspresi dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
sebagai ‘pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan
atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb.)’ (2002: 201).
Konstruksi frasa semangat keremajaan berarti jiwa atau dinamika yang
menunjukkan perilaku seseorang yang menunjukkan ciri pada tahap
perkembangan masa remaja.
3. Semangat Keremajaan
Perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur
kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja
adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang
sangat cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil
untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan
remaja, kira-kira umur 14 tahun sampai umur 16 tahun. Remaja akhir
yang kira-kira berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan
transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan, dan
berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa (Djiwandono, 2006: 93-4).
c. Berita
Berita merupakan informasi yang dihimpun oleh redaksi
kemudian disampaikan kepada pembaca. Sajian memiliki kemungkinan
dalam bentuk deskripsi atau wawancara. Berita-berita di majalah
sekolah berupa peristiwa yang terjadi di lingkungan sekolah, prestasi
yang dicapai oleh sekolah, guru, siswa, dan berita mengenai peristiwa
atau tokoh di luar sekolah.
Berita internal sekolah pada MABOSA yang membawa nama
baik sekolah, berupa prestasi dalam bidang olah raga, seni, akademik,
dan keterampilan khusus, seperti adanya tawaran mengisi halaman
pelajar di Media Indonesia yang merupakan prestasi dalam bidang
jurnalistik. MABOSA juga menyajikan berita dari luar sekolah yang
sudah dikemas dalam bentuk ulasan, seperti pada berita mengenai
“Sekolah Sahabat” yang mengulas SMKN 3 Kasihan Bantul. Berita
dari luar lainnya dikemas dalam bentuk wawancara dengan Group
Band Kerispatih dan aktor film Vino G. Bastian.
Majalah Progresif SMAN 3 menyampaikan berita internal
sekolah mengenai Latihan Dasar Metode Ilmiah (LDMI) yang wajib
diikuti oleh siswa kelas XI dengan langsung diterjunkan ke lokasi
penelitian serta aneka kegiatan tahunan yang telah diprogram oleh
sekolah. Prestasi dalam bidang akademik seperti siswa yang lolos
seleksi mengikuti AFS dan tinggal selama satu tahun di Amerika.
Berita dari luar berupa informasi mengenai lokasi wisata untuk mengisi
liburan, rumah makan, pasar seni Gabusan, FKY, dan beberapa yang
lain dikemas dalam bentuk feature.2
e. Sastra
Dari sembilan majalah yang memiliki rubrik sastra ada 8
majalah, seperti tampak pada diagram berikut.4
DIAGRAM 5:
RUBRIK SASTRA
Majalah Jenis Sastra
MABOSA Puisi Cerpen Cerbung Kartun
Progresif Puisi Cerpen Kartun
PELITA Puisi Cerpen
MESRA Puisi Cerpen
BIKAR Puisi Cerpen
EKSIS Puisi Gurit
(Puisi
Jawa)
Cerpen
Aquila Puisi Cerpen Kartun
Bullpakç Puisi Kartun
Diagram di atas menunjukkan bahwa minat dan potensi yang
muncul dalam bidang sastra adalah penulisan puisi, cerpen, kartun, dan
cerbung. MABOSA memiliki keistimewaan karena memiliki tiga jenis
sastra dan satu-satunya yang menampilkan jenis cerita bersambung
yang memerlukan energi lebih banyak. EKSIS ememiliki kekhususan
dengan menyajikan puisi bahasa Jawa atau yang biasa disebut gurit. Isi
aneka jenis sastra cenderung persoalan yang berkaitan dengan
kehidupan remaja, teknologi, persahabatan, kekeluargaan, percintaan,
dan masalah kemanusiaan.
4 Tiga majalah yang tidak memiliki rubrik sastra adalah Cas Cis Cus.