Professional Documents
Culture Documents
110110080191
Sejarah HKI sebagai satu kumpulan atau kesatuan hak sulit untuk ditelusuri. Konsep
dan pengaturan tentang HKI di Indonesia bisa dibilang baru. Sekalipun konsep HKI sudah ada
sejak jaman Belanda akan tetapi tidak masuk dalam konsep hak kebendaan menurut KUH
Perdata.
Kalau dilihat secara historis, undang-undang mengenai HKI pertama kali ada di
Venice, Italia yang menyangkut masalah paten pada tahun 1470. Caxton, Galileo dan
Guttenberg tercatat sebagai penemu-penemu yang muncul dalam kurun waktu tersebut
dan mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka.
Dalam Statuta Anne, pengarang (author) lebih diberikan hak monopoli atas
reproduksi hasil karya mereka, disini juga ada kewajiban bagi pencetak (printer) untuk
mendistribusikan salinan buku yang mereka cetak kepada berbagai perpustakaan di Inggris.
Statuta ini menggantikan rezim sebelumnya, Statute of Mary of 1551. Dalam Statute of
Mary ini dijelaskan bahwa pencetak merupakan pemegang monopoli hak cipta dan masih
banyak pengekangan terhadap karya cipta yang melarang peredaran buku berisi ide-ide
tentang pemberontakan, penghinaan, pornografi, dan lainnya.
Amerika Serikat baru mempunyai undang-undang paten tahun 1791. Upaya
harmonisasi dalam bidang HKI pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris
Convention untuk masalah paten, merek dagang dan desain. Kemudian Berne Convention
1886 untuk masalah copyright atau hak cipta.
Jika dilihat dari latar belakang historis mengenai HKI terlihat bahwa di negara barat
(western) penghargaan atas kekayaan intelektual atau apapun hasil olah pikir individu sudah
sangat lama diterapkan dalam budaya mereka yang kemudian ditejemahkan dalam
perundang-undangan. HKI bagi masyarakat barat bukanlah sekedar perangkat hukum yang
digunakan hanya untuk perlindungan terhadap hasil karya intelektual seseorang akan tetapi
dipakai sebagai alat strategi usaha dimana karena suatu penemuan dikomersialkan atau
kekayaan intelektual, memungkinkan pencipta atau penemu tersebut dapat
mengeksploitasi ciptaan/penemuannya secara ekonomi. Hasil dari komersialisasi penemuan
tersebut memungkinkan pencipta karya intelektual untuk terus berkarya dan meningkatkan
mutu karyanya dan menjadi contoh bagi individu atau pihak lain, sehingga akan timbul
keinginan pihak lain untuk juga dapat berkarya dengan lebih baik sehingga timbul kompetisi.
Perkembangan HKI di Indonesia pada awal tahun 1990 HKI kurang populer. Dia mulai
populer memasuki tahun 2000 sampai dengan sekarang. Perkembangan HKI di Indonesia
berkembang pesat, seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang tidak pernah
berhenti berinovasi. Secara logika, jika kita berbicara mengenai alasan perlindungan HKI,
maka akan jelas bahwa HKI merupakan suatu hak dan agar suatu hak dapat dipertahankan
maka diperlukan pengaturan dan perlindungan terhadap hak tersebut agar tidak
disalahgunakan maupun dilanggar.