You are on page 1of 188

Maneser Panatau Tatu

Hiang
Menyelami Kekayaan Leluhur

Tjilik Riwut
1
Maneser Panatau Tatu
Hiang
Tahun 1979 Bapak Tjilik Riwut menulis buku Kalimantan Membangun. Setelah
beberapa tahun, buku tersebut kemudian diedit dan diperbaharui kembali oleh
puterinya, Dra. Nila Riwut Suseno. Tahun 2003, keluarlah buku berjudul Maneser
Panatau Tatu Hiang, yang artinya Menyelami Kekayaan Leluhur.

Tahun 2009 ini, sebagai persembahan dari Bapak Tjilik Riwut dan Keluarga Tjilik Riwut,
buku Maneser Panatau Tatu Hiang diperkenankan untuk ditampilkan isinya dalam
format digital berupa sebuah web khusus. Persembahan ini diberikan untuk seluruh
Rakyat Indonesia dan Warga Dunia, dengan harapan budaya Suku Dayak akan dikenal
dan Anak Esun Tambun Bungai tidak akan kehilangan jati dirinya.

Buku Maneser

• Bab I Buku Maneser Panatau Tatu Hiang Alam Kalteng ( 1 item )

• Bab II Buku Maneser Panatau Tatu Hiang Perjuangan Suku Dayak ( 5 Artikel )

• Bab V Buku Maneser Panatau Tatu Hiang Sistem Teknologi ( 9 Artikel )

• Bab VI Buku Maneser Panatau Tatu Hiang Sistem Mata Pencaharian ( 4 Artikel )

• Bab VII Kebiasaan dan Tradisi ( 5 Artikel )

• Tambahan 1 ( 1 item )

• Tambahan 2 ( 1 item )

• Tambahan 3 ( 1 item )

2
BAB I
Alam Kalteng

3
Lokasi, Lingkungan Alam, dan Demografi
Daerah

1) Pulau Kalimantan Secara Umum


Dalam bahasa setempat, Kalimantan berarti pulau yang memiliki sungai-sungai besar
(kali ‘sungai’; mantan ‘besar’). Pulau Kalimantan dikenal juga dengan nama Brunai,
Borneo, Tanjung Negara (pada masa Hindu), dan dengan nama setempat Pulau
Bagawan Bawi Lewu Telo. Pulau ini merupakan pulau terbesar yang dimiliki Indonesia,
luasnya mencapai lima kali luas Pulau Jawa. Kalimantan dikelilingi laut, di sebelah barat
ada Selat Karimata, sebelah timur Selat Makasar dan Laut Sulawesi, sebelah utara
Laut Cina Selatan dan Sulu, dan sebelah selatan Laut Jawa.

Tanah Kalimantan termasuk formasi tertier yang amat tebal, yang mulai terbentuk di
bawah permukaan laut pada zaman purbakala. Formasi ini menyebabkan tanah
Kalimantan banyak mengandung batubara dan batu karang di kaki gunung bekas
pesisir. Pada waktu ketinggian permukaan air laut berkurang, formasi tertier ter-erosi
hingga terpotong-potong dan bergelombang menjadikannya daratan yang terputus-
putus dengan bukit-bukit dan sungai-sungai kecil. Pada umumnya tanah seperti ini
kurang subur dan sukar diairi untuk dijadikan sawah dan hanya berair pada waktu
hujan. Karenanya daerah ini hanya cocok untuk tumbuhan yang hidup di tanah kering.
Pada tahap selanjutnya formasi tertier di pesisir dan teluk-teluk lambat laun tertutup
dengan formasi kwartier, yaitu formasi yang lebih muda yang terbentuk dari tanah liat
yang sebagian besar tertutup gambut dari daun-daun yang berguguran. Tanah inilah
yang disukai petani untuk dijadikan sawah bayar atau sawah pasang surut.

Pulau Kalimantan memiliki pulau-pulau kecil, gunung-gunung, sungai-sungai dan lain-


lain. Beberapa pulau yang tercatat: Pulau Labuhan, Maya, Bunyu, Tarakan, Karimata,
Laut, Sebuku, Natuna, Subi, Serasan, Teberian, Panebangan, Damar, Karayaan,
Keramayan, Nunukan, Sebatik, Bangkudulis, Baru, Tibi, Derawan, Panjang dan
Kakaban.
Pegunungan yang ada di Kalimantan: Pegunungan Kapuas, Schwaner, Muller,
Meratus, dan Madi. Gunung yang tertinggi di Pulau ini terletak di Kalimantan Utara yaitu
Gunung Kinabalu yang tingginya 4.175 m dan Bukit Raya 2.218 m.

Bukit Raya yang berada di wilayah Indonesia memiliki tiga puncak, dengan puncak
tertinggi yang berada di tengah-tengah, menurut peta topografi adalah 2.278 m. Orang
Eropa pertama yang mendaki Bukit Raya adalah G.A.F. Molengraaf, yang mencapai
puncaknya pada tanggal 7 Oktober 1894, walau bukan puncak yang tertinggi.
Baru 30 tahun kemudian, pada tanggal 22-24 Desember 1924 puncak tertinggi Bukit
Raya didaki oleh ekspedisi Botanika Jerman-Belanda dibawah pimpinan Prof. Dr. Hans
Winklen. Turut serta dalam ekspedisi itu antara lain P. Dakkus, seorang Belanda dan
dua orang Indonesia, Rachmat, ahli dari Kebun Raya Bogor dan Entja, seorang pekerja
pada Herbarium di Bogor.

4
Beberapa tanjung yang tercatat di Pulau Kalimantan: Tanjung Sampan Mangio, Datuk,
Baram, Usang, Sambar, Silat (Selatan), Puting, Layar, Mangkalihat, dan Malatayur.
Teluk yang ada: Teluk Berunai, Balikpapan, Adang, Paitan, Marudu, St. Lucia, Datuk,
Darvel, Kumai, Sekatok, Sampit, Serban, dan Sebangau.

Sementara sungai-sungai yang tersebar di Kalimantan terdapat di seluruh bagian


Pulau. Di Kalimantan Utara: Sungai Batang Lupar, Trusan, Krian, Padas, Batang
Rayang, Kinabatangan, Kemenah, Kagibangan, Baram, Segama, Sugut, Kalumpang,
Radas, dan Kalapang.

Di Kalimantan Timur: Sungai Sebuku, Kayan, Sembakung Berau, Sesayap Karangan,


dan Sekatuk Mahakam. Kalimantan Tengah: Sungai Barito atau Murung dengan anak-
anak Sungai Tewe, Murung, Lahei, Kumai, Arut/Lamandau, Jelai, Kapuas, Kahayan
dengan anak-anak sungai, Sebangau, Katingan atau Mendawai, Mentaya atau Sampit,
dan Pembuang atau Seruyan.

Di Kalimantan Selatan: Sungai Martapura, Aluh-aluh Besar, Batu Laki, Hantu, Durian,
Barito (hanya sampai Kabupaten Barito Kuala), Kupang, Batu Licin, dan Bahan.
Kalimantan Barat: Sungai Kapuas (Kapuas Bohang), Paloh, Sambas, Sebangkau,
Ambawang, Sebakuan, Melinsan, Mempawah, Landak, Kapuas Kecil, Kawalan,
Kayung, Sengkulu, Simpang, Pawan, Air Hitam Besar, dan Kendawangan.

Keadaan Tanah dan Tumbuh-tumbuhan

Di daerah-daerah pesisir, dimana sungai bermuara lebarnya 1 sampai 2 km, terdapat


rawa-rawa yang pada waktu air pasang tergenang air dan ditimbuni endapan yang
terbawa oleh sungai-sungai. Jika endapan mencapai tebal 1 meter dan tercampur
dengan gambut, tanah itu ditanami dengan tanaman-tanaman yang berakar, yang suka
zat asam yaitu famili nyrtaceae seperti jenis galam, palmae, rumbia, kemudian keladi
air, jenis pisang, kancur-kancur, kesisap sayur, semangka, ubi jalar dan labu (waluh).
Kemudian juga famili compositae, jenis langsat, petah kemudi, galah motawauk, famili
papiliomacena, jenis sup-supan, kangkung, genjer, bingkai dan balaran dali, dan famili
nyphacacene.

Di pantai dimana tidak ada sungai-sungai bermuara, selain berbatu karang terdapat
tanah kering dan bentuknya bergelombang. Tumbuh-tumbuhan di tanah kering pesisir
ini: famili graminae, jenis alang-alang, gelagah, telor belalang, telor jarum, paku payung,
kangkung, hutan krokot, wedasan, karmalaha, masisin, keramunting, sukma, hutan,
tambaran-tambaran.

Sementara tanah daratan di belakang pantai dan bergelombang termasuk bukit yang
tingginya sampai 120 m, dimana terdapat kebun buah-buahan, tegalan dan sawah
musim hujan (sawah tadahan). Di daerah ini terdapat (dapat tumbuh) pohon-pohon
nangka, durian, rambutan, duku/langsat, kasturi, keminting, pisang, pepaya, dan
terutama karet.

Di tanah-tanah yang kurang subur karena erosi hanya dapat tumbuh tanaman jika zat
lemas dan fosfor cukup seperti jenis: buntut tikus, tusuk konde, bayam duri, kerokot
hijau, dan kerokot merah, jukut, maman hutan.

5
Danau-danau di Kalimantan dipergunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan-ikan,
bebek (itik) dan kerbau. Tumbuhan bydeilla-yerticellata dan diatome sangat subur dan
menjadi sumber makanan ikan. Danau-danau yang terkenal: Danau Meninjau,
Jempang, Melintang, Bulan, Semanjang, Sembuluh, Hampangen, Kamipang, Madara,
Sentarum, dan Luard.

Di tanah datar dan pegunungan dapat diusahakan padi. Jenis-jenis padi yang
digunakan termasuk jenis padi gunung yaitu: Rantaumudik, Badagai, Lurus Raden,
Manjan Delima, Gadis, Umbang. Beberapa jenis didatangkan dari Bogor.

Hutan

Selain terkenal dengan sungai-sungainya yang lebar (ada yang 200-1500 m) dan dalam
serta panjang (300-500 km), Kalimantan juga terkenal dengan hutannya yang lebat dan
sebagian besar belum pernah diinjak oleh telapak kaki manusia.

Bila naik pesawat terbang di atas Kalimantan, akan nampak hutan rimba belantara yang
luas dan tentunya banyak binatang-binatang buas sebagai penghuninya seperti macan
dahan (hangkuliah bahasa Dayak), orang hutan (kahiu alas), beruang, landak, ular
sawah, dan buaya.

Sampai sekarang sebagian besar Kalimantan masih terdiri dari hutan rimba raya
dengan kayu-kayunya yang besar-besar, mencapai lebih dari satu meter garis
tengahnya. Hutan ini merupakan salah satu sumber atau gudang penghasilan dan
kemakmuran rakyat dan negaranya. Hal ini telah diperhatikan dunia luar semenjak
jaman penjajahan Belanda hingga penjajahan Jepang.

Pembukaan Kalimantan sebagai rencana raksasa dimulai dari Bapak Gubernur


Kalimantan Dr. Murdjani. Hal ini merupakan satu ide yang besar sekali karena hasil
hutan Kalimantan bukan hanya memberikan kemakmuran dan kebahagiaan untuk
beratus-ratus ribu manusia dalam satu atau dua abad saja, tetapi akan memberikan
kemakmuran bagi beribu-ribu juta manusia sampai beratus-ratus abad.

Hutan Kalimantan yang begitu luas, memiliki hasil alam yang beragam. Di antaranya:
kayu ulin (tabalien, bulin, onglin, eusideroglon, zwageri) yang terkenal dengan nama
kayu besi, kayu damar, kayu lanan, kayu garunggang, kayu tampurau, kayu rangas,
kayu meranti, kayu bangkirai, kayu rasak, kayu palepek, kayu meran bungkan.
Kemudian ada kayu bangalan (agathis) atau pilau yang dapat dijadikan tripleks, kertas,
korek api.

Sementara rotan (uei bahasa Dayak, pekat bahasa Banjar) banyak dikirim ke luar
Kalimantan seperti ke Jawa bahkan ke luar negeri. Beberapa jenis di antaranya: rotan
taman, rotan sigi, irit, achas, semambu, tantuwu, lilin, belatung, bajungan dan lain-lain.
Beberapa lilin, madu, kulit kayu, bermacam-macam damar dan getah (karet)
melengkapi kekayaan hasil hutan Kalimantan.

Dalam pembagian vegetasi menurut Dr. Schimper, hutan di Kalimantan masuk ke


dalam golongan hutan hujan tropis, yang dibagi-bagi lagi dalam beberapa formasi:
hutan payau, hutan nipah, hutan rawa, hutan bukit-bukit/belukar/primer, dan hutan
gunung.

6
Iklim

Menurut Dr. A.H. Schmit dan Ir. J.H.A. Ferfuson dalam verhandelingen no. 42 dari
Jawatan Meteorologi dan Geofisika, iklim di Kalimantan masuk dalam tipe A dan
sebagian tipe B.

Tipe A adalah iklim yang mempunyai 12 bulan penghujan dalam setahun, yaitu bulan
yang hujannya lebih dari 100 mm. Sementara tipe B adalah iklim yang memiliki 10-11
bulan penghujan dalam setahun dengan 1-2 bulan kemarau.

Sementara menurut Dr. Mohr, iklim di Kalimantan termasuk tipe I dan IA. Tipe I tidak
mempunyai bulan kemarau sementara tipe IA mempunyai 1-2 bulan kemarau.
Menurut alamnya, iklim dari tipe-tipe di atas ditumbuhi hutan hujan tropis.

2) Kalimantan Utara
Daerah Kalimantan Utara sekarang adalah daerah Malaysia Timur, berbatasan
langsung dengan daratan Kalimantan wilayah Republik Indonesia yaitu daerah Sabah.
Kerajaan Brunai berbatas langsung dengan daerah Kalimantan Timur. Daerah
Serawak, berbatas langsung dengan daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

Abad kelima belas negeri Brunai, termasuk semua daerah Kalimantan Utara dan
Serawak yang sekarang, merupakan daerah Kerajaan Melayu Malaka dan diperintah
oleh seorang besar yang bergelar Sang Aji. Setelah kerajaan Malaka jatuh, Brunai
mendirikan kerajaan sendiri dan merupakan pusat kebudayaan orang-orang Melayu
dan Solok Islam, di daerah Kalimantan Barat dan Pulau-pulau Solok. Dari sinilah ajaran
Islam menyebar sampai ke Mindanau. Abad tujuh belas dan delapan belas masehi,
kapal-kapal Portugis dan Spanyol sudah pernah berlabuh di Brunai tapi tidak dapat
menaklukkannya.

Setelah tahun 1800 masehi, Inggris sampai di daerah itu dan mencoba membuka
daerah Labuhan atas persetujuan Raja Brunai. Akan tetapi hal tersebut tidak
berlangsung lama dan pada akhirnya hanya ditinggalkan begitu saja. Pada tahun 1830
masehi, seorang berkebangsaan Inggris pegawai dari East India Company, bernama
James Brooke, datang ke Brunai dan bersahabat dengan Pangeran Hasyim yang
memerintah negeri Brunai. James Brooke akhirnya berhasil menjadi Raja Putih dan
memerintah di bagian selatan negeri Brunai yang kemudian daerah kekuasaannya
diperluas sampai negeri Serawak atau Kuching sehingga menjadi daerah naungan
Inggris.

Akhirnya tahun 1889, Brunai pun bernaung dibawah kekuasaan Inggris. Daerah ujung
Kalimantan Utara yang disebut British North Borneo, awalnya dikuasai Raja Brunai,
yang kemudian takluk kepada Sultan Solok . Daerah itu kemudian dibeli oleh British
North Borneo Company dari Sultan Solok dan kemudian menjadi jajahan Inggris.

Keadaan Daerah

Keadaan daerah di Kalimantan Utara umumnya sama dengan keadaan daerah-daerah


Kalimantan wilayah Indonesia. Daerah-daerah pesisir adalah daerah berlumpur/rawa

7
yang pada umumnya ditumbuhi oleh nipah-nipah. Makin masuk pedalaman, terdapat
tanah-tanah yang berombak dengan pegunungan. Pada umumnya ketinggian maksimal
2000 meter dengan hutan belantara yang lebat. Di daerah perbatasan ditemukan
daerah pegunungan yang terpotong-potong dengan lereng-lereng yang curam.

Lalu lintas darat sangat terbatas, dan hanya dijumpai pada daerah perkotaan. Lalu
lintas yang utama adalah di air, dengan menggunakan perahu-perahu kecil atau speed
boat. Sungai besar adalah: Rajang, Baram, Limbang, Batang Lupat.

Sosial Ekonomi

Bangsa kulit putih dan pendatang lainnya bermukim di daerah perkotaan. Bangsa
Melayu, banyak yang bermukim di pedalaman. Penduduk daerah pantai ialah suku
Dayak Laut, yang terdiri dari suku-suku Melayu, Kenyah, Kelambit, dan Murut. Adapun
suku-suku Dayak Darat terdiri dari suku-suku Iban, Punan, Kayan dan Bahau, tinggal di
daerah perbatasan atau pedalaman. Yang terbesar adalah suku Iban, yang memiliki
hubungan darah dengan suku Dayak di Kalimantan Timur, seperti Bahau, Iban, Kayan,
Punan.

Tiap-tiap suku Dayak memakai bahasa daerahnya masing-masing yang satu sama lain
berbeda. Bahasa pengantar ialah bahasa Iban. Pada umumnya adat istiadat suku
Dayak pada dasarnya baik. Mereka berwatak keras dan jujur. Cara bergaul menunjukan
keakraban, tetapi kadang-kadang terjadi juga kekacauan hanya karena salah
pengertian. Dalam pergaulan mereka bersifat ramah tamah, tetapi mudah tersinggung
dan dendam.

Adat istiadatnya memiliki banyak persamaan dengan adat istiadat suku Dayak di
wilayah Kalimantan, yaitu berpegang teguh pada ajaran nenek moyang, dan percaya
kepada roh-roh yang sudah meninggal. Bila dipandang dari adat istiadat yang sama
dengan suku Dayak di wilayah Indonesia, nampaknya semua berasal dari satu turunan.
Pengaruh agama Kristen atau Islam terlihat pada suku Melayu dan Tionghoa yang
menempati sepanjang pesisir dan sepanjang sungai. Untuk suku Dayak di daerah
pedalaman sudah mulai mengenal agama nasrani, akan tetapi sebagian masih
beragama Kaharingan.

Sistim pendidikan bagi penduduk pribumi di Kalimantan Utara, sekolah dasar tiga atau
enam tahun. Bahasa pengantar yang dipergunakan di sekolah ialah bahasa Inggris
atau bahasa Tionghoa. Yang bisa melanjutkan ke pendidikan lanjutan hanyalah anak-
anak pejabat dan anak-anak orang berada saja. Untuk pendidikan agama Islam
diberikan oleh Kiai-kiai, sedang ajaran rohani agama Kristen dan Katholik, diberikan
oleh Zending dan Misi yang terdiri dari orang-orang asing.

Dengan adanya pembatasan pendidikan di sekolah lanjutan, dan bahasa yang dipakai
adalah bahasa Inggris, serta kurangnya penanaman tentang kebangsaan,
mengakibatkan keinginan penduduk untuk dapat berbahasa Inggris sangat besar. Bagi
penduduk pribumi, apabila ingin mencapai kemajuan, terlebih dahulu harus mampu
berbahasa Inggris.

Kebudayaan suku Dayak Kalimantan Utara, banyak persamaannya dengan suku Dayak
di wilayah Indonesia. Mereka masih sangat memelihara tari-tarian, nyanyi-nyanyian
dalam bahasa daerah, mereka belajar dari nenek moyang. Kaum pelajar lebih
menyukai kebudayaan yang berbau asing, seperti dansa dan menguasai lagu-lagu

8
barat. Untuk daerah pedalaman, cara pengobatan masih secara tradisional, dengan
menggunakan akar-akar kayu dan daun-daunan. Pengobatan secara modern mereka
lakukan hanya apabila mendapat bantuan dari pemerintah, misi dan zending.

3) Kalimantan Barat
Ada teori yang mengatakan bahwa suku-suku Dayak pedalaman yang pertama
mendiami Kalimantan, sebelum Kalimantan terpisah dengan Penisula Malaya, berasal
dari daerah perbatasan yang terbentang luas dari perbatasan Cina dan India sampai
Tibet. Suku-suku ini kemudian mengadakan perkawinan dengan bangsa Kaukasia dan
Mongolia. Dari keturunan ini lahir suku Punan dan Kenya . Kemudian datang imigran
suku bangsa Murud dan Kayan, dari benua Asia yang hampir menyerupai bangsa
Mongol. Selain itu, menurut para ahli etnologi, suku Karen di Birma dan suku Kayan di
Kalimantan, berasal dari turunan yang sama.
Penduduk pedalaman Kalimantan Barat yang tinggal di Kapuas Hulu, terbagi dari
beberapa Nanga suku dan berasal dari suku Punan :
1. Nanga Enap berasal dari suku Punan Uhing.
2. Nanga Erah, berasal dari suku Punan Uhing.
3. Nanga Balang, berasal dari suku Buket.
4. Nanga Mentalunai, berasal dari suku Buket.
5. Nanga Talai, berasal dari suku Punan Kerco.
6. Nanga Belatung, berasal dari suku Punan Howong.
7. Nanga Tanjung Lakung, berasal dari suku Punan Howong.

Lokasi Wilayah dan Keadaan Daerah

Kalimantan Barat berbatasan di sebelah barat dengan Karimata. Sebelah utara dengan
Pegunungan Kapuas Hulu. Sebelah selatan dengan Kalimantan Tengah. Sebelah timur
dengan Pegunungan Muller, Schwaner, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Gunung-gunung yang ditemukan di daerah Kalimantan Barat :
• Gunung Lawit, tinggi 1767 m.
• Gunung Saran, tinggi 1758 m
• Gunung Kerihun, tinggi 1790 m
• Gunung Nuit, tinggi 1700 m.

Daerah Kalimantan Barat terbagi atas tanah pegunungan tinggi, tanah pegunungan
rendah dan tanah dataran rendah. Tanah pegunungan tinggi dan rendah, terdiri dari
batu-batu beku, batu-batu sendimen, dan batu-batu yang terjadi dari perubahan batu
tersebut. Batu-batu beku, ditemukan di pegunungan Paloh, pegunungan Singkawang,
Batas Landak, Tayan, Sanggau, Pegunungan Kempayang, Pegunungan Gramiet,
Semberuang, Semitu Hulu, Schwaner, Muller.

Di tengah-tengah batu sendimen banyak ditemukan batu-batu beku, dan di tempat ini
banyak ditemukan juga gunung-gunung yang bentuknya tidak seperti biasanya. Yang
terkenal ialah Bukit Kelam dekat Sintang. Batu-batu beku sebagian besar terdiri dari
batu dalam yang asa, misalnya granit dan kwartdioriet. Batu-batu yang kelat terdapat di
gunung yang sudah mati, yaitu Gunung Nait. Letaknya sebelah timur laut Bangka,
dikelilingi pegunungan Bayang. Terdapat batu pasir, batu sendimen, batu lempeng,
batu liat, dan perubahan dari batu-batu tersebut.

9
Di beberapa tempat ditemukan marmer, yaitu di Gunung Bayang, Pegunungan Hulu,
sebagian besar dari Pegunungan Muller, Pegunungan Tinggi Madi, Pegunungan
rendah dari Bengkayang, Landak, Sanggau, Melawi Utara dari batuan pasir. Lapisan-
lapisan dari batuan sendimen, sangat besar dan bergelombang besar dan dalam.

Tanah datar rendah dibagi dua yaitu tanah datar rendah yang muda, yang terletak
dekat pantai dan tanah datar rendah dekat Kapuas Tengah. Tanah datar rendah dekat
petani ini, paling lebar terletak di delta Sngai Kapuas dan di tempat yang di bukit-
bukitnya, sampai di tepi laut dekat Singkawang, Sukadana. Yang tidak luas dekat
Kandawangan. Sungai-sungai yang mengalir melalui tanah rendah tersebut, membuat
pagung overwallen ditepinya. Diwaktu air pasang, tanah di belakang pagung tergenang
air, yang pada waktu surut, air tersebut sulit untuk kembali ke sungai. Di Paloh dekat
Sambas, juga di Pontianak, terdapat sapok yang tebalnya bermeter-meter.

Di tempat-tempat yang tidak digenangi air, terdapat tanah-tanah autochtoom yang


artinya tanah yang tidak beralih tempat. Asalnya dari batu sungai, karena proses alam,
batu tersebut berubah menjadi tanah, dan jenis tanah ini tebal sekali. Batu-batu pasir
dan kwartsieten, lama-lama berubah menjadi pasir putih. Pasir putih ditemukan banyak
di daerah Kalimantan Barat. Di lembah banyak dijumpai tanah persawahan yang subur.
Kesuburan tanah dapat dipertahankan karena pengaruh aliran air yang membawa zat-
zat makanan dari tanah yang berada disebelah atasnya. Tanah liat laut yang masih
muda sangat subur, seperti di daerah mempawah yang dimanfaatkan sebagai daerah
persawahan. Tanah liat laut yang sudah tua, terletak agak jauh dari pantai. Tanah
tersebut tidak subur karena banyak zat-zat tanah yang hanyut oleh rambang.

Iklim, Pertanian, Pengairan, Pertambangan

Kalimantan Barat adalah daerah yang banyak mengandung curah hujan. Rata-rata
setiap bulan 100 mm bahkan mencapai 350mm. Pada bulan Januari- Pebruari, dan Juni
– Agustus, curah hujan sangat sedikit. Saat itu disebut musim kemarau pendek dan
musim kemarau panjang.
Pertanian yang dilaksanakan oleh penduduk :
• Pertanian yang tanamannya berumur panjang, misal, karet, kelapa.
• Pertanian yang tanamannya berumur pendek.

Di Kalimantan Barat, ditemukan pengairan pasang surut, rawa sungai dan pengairan
tehnis. Yang banyak dijumpai ialah pengairan rawa pantai, dan sungai.
Bahan tambang yang banyak ditemukan di daerah Kalimantan Barat: intan, emas,
koaline, sanstone, batubara, tembaga, mica, mangan, bauksit, molydenite, cinnabar.

4) Kalimantan Timur
Penyebaran Penduduk

Penyebaran penduduk tidak merata. Penduduk yang menetap di Kalimantan Timur,


banyak pendatang yang berasal dari seluruh Nusantara. Suku Banjar, hidup
berkelompok. Mata pencarian utama, menangkap ikan di laut. Penduduk Kubang Solok,
keturunan Solok dan Piliphine, menetap di sebelah timur pantai Berau. Suku Bugis dan

10
Mandar menetap di pinggir pantai. Suku Jawa, kebanyakan bekerja di pertambangan
batu bara. Di Kabupaten Kutai, penduduknya didominasi oleh orang-orang Kutai
sendiri. Suku Punan, hidupnya masih mengembara, banyak berdiam di daerah
Kabupaten Kutai, Berau dan Bulongan. Suku Punan, sebagian besar telah mengenal
mata uang serta masih menggunakan sistim barter.

Mata pencariannya, berburu, menangkap ikan serta mencari umbut-umbut kayu.


Diantara suku Punan, ada yang mengenal satu Tuhan Ma’Tau, tetapi pengaruh firasat
yang dihubungkan dengan kejadian-kejadian masih sangat besar artinya bagi mereka.
Suku Basap, terdapat di daerah Kutai, tetapi mereka lebih maju daripada suku Punan.
Suku-suku lainnya yang terdapat di Kutai ialah: suku Benoa, suku Bahau, suku
Tunjung, suku Kenyah, suku Ulon Dayo, suku Berau. Yang terdapat di daerah Pasir
ialah suku Pasir.

Orang-orang Melayu yang berada di Kalimantan Tmur, banyak yang beragama Islam.
Suku Dayak banyak yang beragama Kaharingan, Kristen Protestan, Katholik.
Keyakinan lama masih sangat besar pengaruhnya. Adanya satu Tuhan, yang di
beberapa tempat terkenal dengan nama Tuhan Singei. Mereka juga masih
mempercayai mahluk-mahluk penjaga kampung, rawa, sungai, hutan, pohon, dan
sebagainya.

Perpindahan Penduduk

Penduduk yang mendiami Kalimantan Timur, didominasi oleh suku Dayak, akan tetapi
penyebaran tidak merata. Hal ini disebabkan karena sumber kekayaan alam tidak
merata. Juga adanya perpindahan penduduk yang disebabkan karena usaha penduduk
dalam mencukupi kebutuhan ekonomi. Adanya keyakinan dalam masyarakat yang
menghubungkan firasat dengan gejala-gejala alam, dan peristiwa-peristiwa yang akan
terjadi.

Tahun 1967 terjadi perpindahan penduduk di wilayah Kalimantan Timur yaitu dari
kampung Long Puti , ke kampung Lung Urug dan ke kampung Long Lees , sejumlah
328 jiwa. Dari kampung Long Nawang, ke daerah Tabang dan Malinau berjumlah 4000
jiwa. Dari Long Berang dan Long Heban Kabupaten Bulongan ke Muara Wahau
Kabupaten Kutai sejumlah 1500 jiwa.

Transmigrasi tertua di Kutai berasal dari suku Bugis. Banyak mendiami daerah pantai,
dan hidup sebagai nelayan. Walau mereka berdomisili di Kutai, namun adat istiadat dan
bahasa tetap mereka pelihara dan pertahankan. Pendatang lain ialah suku Banjar,
mereka hidup terpencar di seluruh Kutai, dengan mata pencarian utama berdagang.
Suku Bajau, dalam jumlah kecil berdiam di Pamengkaran dan Bontang dengan mata
pencarian utama, menangkap ikan. Suku Pasir berdiam di Sepan, Sotek dan Pemaluan.
Bangsa Tionghoa, menyebar di seluruh pelosok Kutai. Sebagian besar mata pencarian
mereka adalah berdagang.

Latar Belakang Sejarah

Sebelum Patih Gajah Mada dari Majapahit, melaksanakan usahanya untuk


mempersatukan seluruh Nusantara, di Kalimantan Timur ditemukan tiga buah kerajaan
kecil yaitu:
1. Kerajaan Kutai.

11
2. Berau.
3. Pasir.
Namun kemudian ketiga kerajaan tersebut bernaung di bawah kekuasaan Majapahit.
Akan tetapi pada masa penjajahan ketika Belanda, Inggris, Portugis menginjakkan
kakinya di bumi Nusantara, ketiganya terpecah lagi. Tahun 1870, akibat adanya politik
kontrak yang ditandatangani oleh Sultan Sulaiman, secara yuridis lenyaplah kekuasaan
kerajaan, walau sebelumnya ada perlawanan dari Sultan Salahudin dan Panglima
Perang Awang Lor, yang kemudian gugur sebagai pahlawan.

Lokasi Wilayah dan Kondisi Daerah

Letak Kalimantan Timur, membujur dari barat ke timur antara 113 derajat 47 menit
lintang utara dan 119 derajat bujur timur. Dari utara ke selatan, antara 4 derajat 21
menit lintang utara dan 1 derajat 20 menit lintang selatan. Perbatasan-perbatasan:
• Sebelah barat dengan Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara-Pegunungan Kapuas
Muller.
• Sebelah timur dengan Selat Makasar.
• Sebelah selatan dengan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
• Sebelah utara dengan Kalimantan Utara.

Perbatasan dengan Serawak, diatur dan ditentukan dengan suatu perjanjian antara
pemerintah kerajaan Belanda dan Inggris. Perjanjian tersebut terdapat di dalam
lembaran negara tahun 1892 No. 211. Pelaksanaannya dilakukan oleh panitia bersama
dari kedua kerajaan, sebagaimana tersebut dalam lembaran negara tahun 1916
No.145.

Beberapa gunung yang ditemui di Kalimantan Timur:


1. Gunung Kong Kemul, tinggi 2053 meter, Bukit Batu Tiban, tinggi 1704 meter,
Gunung Kerihun, tinggi 1790, terletak di Kabupaten Kutai.
2. Gunung Kundas, tinggi 1600 meter, gunung Cimanis, Gunung Benua, perbatasan
antara Kabupaten Berau dengan Kabupaten Bulongan. Pegunungan Iban,
perbatasan Kabupaten Berau dengan Apu Kayan , Pegunungan Lasan, Suaran
Gunung Mapa dan Gunung Berum, Pegunungan Candi Hantu, Gunung Tambalang,
Gunung Sarati, Gunung Siagung.
3. Gunung Lumut, tingginya 1233 meter, dan Gunung Saren Pala, tingginya 1380
meter. Di daerah Kabupaten Pasir, perbatasan Pasir dengan Kabupaten Kutai dan
Tabalong, yang masih aktif, terletak di Kampung Baju . Pegunungan Iban yang juga
disebut Pegunungan Kapuas Hulu merupakan perbatasan dengan daerah
Serawak .

Sungai terbesar ialah Sungai Mahakam, terletak di Samarinda. Sungai ini bersumber
dari Gunung Iban , dan bermuara di dekat Selat Makasar. Sungai Mahakam, dari muara
sampai ke Long Iram, panjangnya 223 mil, bagian yang paling dalam 38 meter, dan
yang paling dangkal 4 meter. Kapal seberat 1500 ton dapat berlayar sampai batu
dinding yang letaknya lima puluh mil dari Samarinda.

5) Kalimantan Selatan
Keadaan Tanah

1. Dataran dan Lembah Alluvial Daerah rawa, terdapat di sepanjang kaki pegunungan
Meratus , dan sebelah barat, berbatas dengan daerah rawa. Enam puluh persen,
12
terdiri dari tanah pematang, kebun karet, belukar, dan kampung-kampung. Daerah
pegunungan seluas 212.750 Ha. Tinggi 800-2000 meter dari permukaan laut,
terdapat di pegubungan Meratus Babaris, di tepi barat dan timur Pegunungan
Babaris.
2. Berbukit berat. 50-300 meter dari permukaan laut, letaknya di tepi barat
Pegunungan Babaris, Pegunungan Meratus, juga di bagian utara sepanjang
Pegunungan Meratus.
3. Berbukit ringan. 5-100 meter dari permukaan laut, letaknya di tepi barat
Pegunungan Babaris, Maratus. Kelanjutan Pegunungan Maratus-Kusan-Babaris di
bagian selatan. Bagian timur berdaratan alluvial, sejak batas Kabupaten Banjar dan
Amuntai
4. Daerah batu/ tanah kapur/karang. Terdapat di daerah yang berbukit-bukit dan
daerah sepanjang tepi lembah Barito dari Hulu Sungai sampai Martapura. Dari
daerah ke daerah, membentang jalur tanah kapur. Dari Mataraman hingga
sepanjang Riam Kiwa, melalui Pengarus sampai ke Koah, hingga ke goa-goa kapur,
terdapat gunung batu kapur. Endapan kapur terdapat antara kedua sisi tembok
tanah margel .

Iklim

Sebagai daerah khatulistiwa, beriklim tropis yang umumnya panas. Ukuran


kelembaban:
• Banyak hujan, tiap-tiap bulan rata-rata enam sampai limabelas hari dengan ukuran
156 – 343 mm.
• Pada musim hujan, suhunya rata-rata 17 celcius, musim panas 30 celcius.

6) Kalimantan Tengah

Lokasi dan Lingkungan Alam

Propinsi Kalimantan Tengah secara astronomi berada pada posisi 0045’ Lintang Utara
(LU) - 3031’ Lintang Selatan (LS) dan antara 1110 - 1160 Bujur Timur (BT). Secara
geografis berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur di
sebelah utara, Laut Jawa di sebelah Selatan, Propinsi Kalimantan Barat di sebelah
barat, Propinsi Kalimantan Selatan dan Propinsi Kalimantan Timur di sebelah timur.

Luas wilayah Propinsi Kalimantan Tengah secara keseluruhan sekitar 153.564 km2
atau lebih kurang 7,95% dari keseluruhan luas Indonesia, terdiri dari hutan belantara
seluas 126.200 km2, rawa-rawa 18.115 km2, sungai, danau, dan genangan air lainnya
seluas 4.563 km2 serta pertanahan lainnya seluas 4.686 km2 . Secara administratif
propinsi ini dibagi dalam 13 kabupaten dan satu kota yaitu Palangka Raya yang
menjadi ibu kota propinsi ini (pemekaran wilayah tahun 2002).

Klimatologis Kalimantan Tengah termasuk daerah equatorial yang beriklim basah


dengan rata-rata delapan bulan basah dan empat bulan kering. Rata-rata curah hujan,
2.814,6 mm, 145 hari dalam setahun.

Demografi
13
Penduduk utama adalah suku Dayak yang menggunakan lingua franca bahasa Dayak
Ngaju. Setelah Propinsi Kalimantan Tengah terbentuk, kegiatan pembangunan mulai
dilaksanakan. Jalan-jalan mulai dibangun di Kalimantan Tengah yang wilayahnya
sebagian besar masih berupa hutan rimba belantara, seperti jalan dengan lebar empat
puluh meter yang menghubungkan Palangka Raya dengan Tangkiling. Kemudian
prasarana lainnya juga dibangun seperti pembuatan bandara udara di Palangka Raya
dan Pangkalanbun. Untuk daerah-daerah yang belum mempunyai bandara udara,
pesawat terpaksa mendarat di air. Namun tentu saja, saat itu, pesawat udara belum
merupakan sarana transportasi umum. Pengerukan untuk pembuatan terusan yang
menghubungkan satu sungai besar dengan lainnya, mulai dilaksanakan, misalnya
Terusan Basarang yang kemudian diberi nama Terusan Milono , untuk mempersiapkan
irigasi bagi program transmigrasi yang segera akan dijalankan dengan mendatangkan
para transmigran dari Jawa dan Bali.

Kekayaan Kalimantan Tengah yang utama bukan hanya kesuburan tanahnya, namun
juga kekayaan isi buminya yang mengandung minyak bumi, emas, batu arang (batu
bara), tembaga, kecubung dan intan, juga hasil hutan berupa kayu, damar dan rotan.
Kalimantan Tengah adalah propinsi ke 17 untuk wilayah Republik Indonesia, yang di
masa awal lahirnya propinsi ini, hanya terdiri dari 6 daerah tingkat II yaitu:
1. Kabupaten Kotawaringin Barat
2. Kabupaten Kotawaringin timur
3. Kabupaten Kapuas
4. Kabupaten Barito Utara
5. Kabupaten Barito Selatan dan,
6. Kotamadya Palangka Raya.
(Nb: Data saat belum pemekaran)

Kalimantan adalah pulau terbesar ke tiga setelah Green Land dan Irian Jaya. Sebagai
akibat kolonialisme barat, bekas wilayah Inggris di utara, menjadi wilayah negara
Malaysia dan Kesultanan Brunei, sedangkan bekas jajahan Belanda di selatan, menjadi
wilayah Republik Indonesia, yang terbagi menjadi empat propinsi, yaitu Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Suku Dayak di Kalimantan Tengah terbagi menjadi beberapa suku, diantaranya


Manyan, Ot Danum dan Ngaju. Suku Dayak Ngaju mendiami daerah sepanjang Sungai
Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan. Suku Dayak Ot Danum
mendiami daerah sepanjang hulu-hulu sungai besar seperti Sungai Kahayan, Rungan,
Barito, dan Kapuas, juga di hulu Sungai Mahakam, sekitar Long Pahangei di
pedalaman. Suku Dayak Ngaju adalah mereka yang berdiam di sebelah hilir, dan suku
Dayak Ot Danum adalah mereka yang berdiam di sebelah hulu. Batas kediaman suku
Dayak Ngaju di hulu Kahayan, hanya sampai desa Tumbang Miri saja. Letak kediaman
suku Ot Danum di hulu Kahayan, yaitu di daerah utara Tumbang Miri, dan di hulu
Sungai Katingan, yaitu Sungai Samba, hulu Sungai Kapuas, dan sebagian hulu Sungai
Seruyan , di Sungai Kale, Desa Tumbang Sabetung.

Berbeda dengan perkampungan suku Dayak Ot Danum yang pada umumnya


merupakan daerah tersendiri , maka suku Dayak Ma’anyan tersebar di seluruh
Kabupaten Barito Selatan, yaitu di tepi timur Sungai Barito, terutama diantara anak-
anak Sungai Patai, Telang, Karau, Ayuh. Di timur suku Ma’anyan bersentuhan dengan
wilayah suku Banjar, yaitu di daerah Hulu Sungai Kalimantan Selatan. Di barat,
berbatasan dengan suku Dayak Bakumpai dan suku Banjar daerah Hulu Sungai dari

14
Sungai Barito. Di daerah aliran Sungai Karau dan Ayu, suku Dayak Ma’anyan banyak
bercampur dengan suku Dayak lainnya, misalnya suku Dayak Lawangan yang memang
telah mendiami daerah itu sebelum suku Dayak Ma’anyan memasukinya.
Menurut Mallinckrods, suku Dayak Ngaju, Dayak Ma’anyan, Dayak Ot Danum berasal
dari satu stramras, yaitu stramras Ot Danum. Untuk hal ini perlu diadakan penelitian
lebih lanjut dan mendalam.

Suku Dayak Ngaju berasal dari suku Dayak Ot Danum juga, tetapi kemudian karena
mereka berdiam di daerah hilir, lambat laun mereka mengalami perubahan
kebudayaan sebagai akibat berakulturasi dengan kebudayaan orang-orang Dayak di
seluruh Kalimantan. Di sini kelompok suku yang hidup di pedalaman sesungguhnya
mempunyai satu corak kebudayaan. Kesatuan mereka ini adalah berdasarkan
persamaan dalam beberapa unsur kebudayaan, prinsip keturunan yang berdasarkan
ambilinaal, peralatan perang seperti mandau dan sumpitan, upacara kematian yang
bersifat potlatch dan kepercayaan asli yaitu agama Kaharingan.

Menurut Mallinckrodt , suku Bakumpai adalah suku Dayak Ngaju yang telah beragama
Islam. Suku Bakumpai banyak mendiami sepanjang Sungai Barito, di Tumbang Samba
Sungai Katingan, di sepanjang sungai Mahakam bagian tengah, diantaranya di Long
Iram. Mallinckrodt menganggap bahwa yang termasuk stramras Ot Danum adalah
stammen groep der Ot Danom, stammen groep der Ngaju, stammen groep der
Ma’anyan dan Lawangan.

Dusun Barito, keluarga bahasa ini dipergunakan di Kalimantan Tengah dan sebagian
lagi di Kalimantan Selatan yaitu di suatu wilayah yang di bagian barat di batasi oleh
Sungai Sampit ; di utara dengan pegunungan Schwaner dan Muller, sungai-sungai
Busang, Murung dan Mahakam; di selatan dan timur dibatasi oleh laut Jawa dan Selat
Makasar. Daerah keluarga Barito itu, menurut Kennedy didiami oleh suku Dayak Ngaju,
sedang menurut Mallinckrodt oleh suku Dayak Ot Danum. Menurut klasifikasi Hudson,
bahasa Dayak Ngaju, termasuk dalam isolek bahasa Barito Barat Laut, dan bahasa
Ma’anyan termasuk dalam isolek Barito Tenggara.

Di antara bahasa tersebut, bahasa Dayak Ngaju telah lama menjadi lingua franca suku
Dayak di Kalimantan Tengah, walaupun akhir-akhir ini setelah Negara Kesatuan
Republik Indonesia terbentuk, bahasa Indonesia mulai menggantikannya. Peranan
bahasa Dayak Ngaju menjadi penting untuk daerah Kalimantan Tengah berkat usaha
zending Protestan dari Jerman dan basel yaitu baselsche zending. Mereka telah
memilih bahasa Dayak Ngaju dalam penyebaran agama, antara lain dengan
menterjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Dayak Ngaju.

Suku-suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah:


1. Dayak Ngaju.
2. Dayak Ma’anyan.
3. Dayak Lawangan.
4. Dayak Dusun.
5. Dayak Klementen.
6. Dayak Ot Danum.
7. Dayak Siang.
8. Dayak Witu.
9. Dayak Katingan.
10. Dayak Kapuas.

15
Bahasa daerah yang seringkali digunakan untuk berkomunikasi:
1. Bahasa Dayak Ngaju, meliputi delapan puluh delapan suku kecil-kecil.
2. Bahasa Dayak Ma’anyan, meliputi empat puluh satu suku kecil-kecil.
3. Bahasa Dayak Dusun, meliputi enam puluh suku kecil-kecil.
4. Bahasa Dayak Katingan, meliputi enam puluh delapan suku kecil-kecil.

(Nb: selain itu masih ada bahasa lain seperti bahasa kadorih dari Dayak Ot Danum, dll)

Peta Kalimantan Tengah

Dengan adanya pemekaran wilayah sesuai otonomi daerah, wilayah Propinsi


Kalimantan Tengah dipecah menjadi 14 daerah setingkat kabupaten/kota. Selain lima
kabupaten dan satu kota yang sudah ada, delapan kabupaten pemekaran dibentuk
dengan menggabungkan beberapa kecamatan dari daerah kabupaten asal. Daerah
kabupaten yang baru tersebut adalah Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Murung
Raya, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Katingan, Kabupaten Lamandau,
Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Seruyan, dan Kabupaten Sukamara.

16
BAB II-IV
Perjuangan Suku
Dayak

17
I. Penyerahan Piagam Palangka Raya

Laporan Singkat Pertemuan Delegasi Kalimantan Tengah dengan Pemerintah Pusat di


Jakarta,
Saat Penyerahan Piagam Palangka Raya

Laporan singkat ini bercerita tentang pembicaraan delegasi Kalimantan Tengah


dengan Pemerintah Pusat di Jakarta ketika membawa Piagam Palangka Raya, hasil
dari Musyawarah Nasional Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah yang diadakan
pada tanggal 25 s/d 30 Nopember 1958 di Palangka Raya.
Delegasi Kalimantan Tengah ini terdiri atas:
Ketua : Letnan Kolonel Darmosugondo,Komandan Komando Daerah Militer
(Kodam) Kalimantan Tengah.
Wakil Ketua : Tjilik Riwut, Gubernur / Kepala Daerah Swatantra Tingkat I
Kalimantan Tengah.
Anggota-anggota :
1. Raden Gampang Prawirosastro, Kepala Polisi Propinsi Kalimantan Tengah.
2. J.C. Rangkap, Bupati/Kepala daerah Swatantra Tingkat II Kapuas.
3. Kapten B. Bajupati.
4. Cyrillus Ulfah Ringkin, Anggota Polisi Negara.

Di Jakarta delegasi telah menemui :


1. Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia Dr .Ir. Soekarno.
2. Yang Mulia Perdana Menteri Republik Indonesia Ir. Djuanda.
3. Yang Mulia Wakil Perdana Menteri II Idham Chalid.
4. Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Djendral A.H. Nasution.
5. Yang Mulia Menteri Dalam Negeri yang diwakili oleh Sekjen Menteri Dalam Negeri
Raden Soeparto.
6. Yang Mulia Menteri Pelayaran, Komodor Moh Nasir.
7. Yang Mulia Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Ir. Pangeran Moh. Noor.
8. Yang Mulia Menteri Negara Urusan Transmigrasi Dr. F.L. Tobing.
9. Wakil Ketua Dewan Nasional Ruslan Abdulgani.

15 Desember 1958
Delegasi berunding di Medan Merdeka Selatan 13 (bekas istana wakil Presiden RI).
Gubernur Tjilik Riwut sebagai Wakil Ketua delegasi berhubungan dengan Istana dan
Kementerian-kementerian. Keputusan yang didapat bahwa delegasi dapat diterima
pada tanggal 16 Desember 1958 oleh Y.M. Menteri Dalam Negeri.

16 Desember 1958
Jam 10.00 delegasi dengan resmi diterima oleh Sekjen Menteri Dalam Negeri yang
mewakili Y.M. Menteri Dalam Negeri (berhalangan hadir karena sakit). Ketua delegasi
Letnan Kolonel Darmosugondo telah menyerahkan hasil Musyawarah Nasional
Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah dengan nama Piagam Palangka Raya dan
Naskah Bersama dalam bentuk satu buku. Dengan singkat dijelaskan oleh Ketua
Delegasi bahwa Musyawarah ini merupakan sumbangsih dari daerah untuk
18
merealisasikan Pembangunan daerah Kalimantan Tengah sebagai lanjutan dari
Musyawarah Nasional Pembangunan Pusat.

Pelaksanaan pembangunan dalam jangka pendek (1 tahun) dan jangka panjang (5


tahun) adalah menjadi pegangan dari musyawarah. Para pelaksana boleh pindah,
orangnya boleh berganti, jika perlu mati, tetapi Piagam Palangka Raya, tetap menjadi
pegangan bagi pembangunan daerah. Y.M. Menteri (dalam hal ini Sekjen) yang
menghadiri sendiri musyawarah itu di Palangka Raya dan telah mempersaksikan
sendiri kesederhanaan tempat dan caranya, sangat berbesar hati dapat menerima hasil
musyawarah ini. Beliau mengucapkan terima kasih kepada delegasi dan bersedia
menyampaikan hal ini kepada Y.M. Menteri Dalam Negeri, dan tiap-tiap pokok yang
tertulis dalam musyawarah itu akan disalurkan dan dipelajari secara seksama oleh
masing-masing bagian pada Kementerian Dalam Negeri dan kementerian yang lain.

Yang Mulia Menteri selanjutnya meminta sedikit penjelasan maupun tambahan dari isi
Musyawarah itu. Ketua Delegasi menyerahkan kesempatan untuk memberi penjelasan
tersebut kepada Wakil Ketua yaitu Gubernur Tjilik Riwut.
Secara singkat Gubernur Tjilik Riwut telah menguraikan beberapa hal antara lain :
1. Pembangunan Kota Palangka Raya sedapat mungkin selesai tanggal 17-8-1959,
dengan pembangunan rumah-rumah dan gedung sebanyak 300 sampai 400 buah.
2. Pembukaan jalan-jalan dan hubungan laut, darat dan udara dipercepat.
3. PTT dan RRI supaya tahun 1959 dapat selesai dibangun.
4. Pengangkutan yang dapat dilaksanakan dalam jangka pendek untuk kepentingan
sipil dan militer diantaranya motorboat, jeep, pick up,truck, dsb.
5. Penerangan listrik pada tempat-tempat penting di seluruh Kalimantan Tengah.
6. Pelabuhan-pelabuhan baru di Mintin dan Kuala Kapuas, dan memperbaiki dan
memperluas pelabuhan Sampit dan Kumai. Pengerukan muara Sungai Kapuas
dan Kahayan.
7. Transmigrasi sangat diperlukan mengingat daerah sangat luas sekali, sedangkan
operasi makmur sebagian besar akan dilaksanakan di daerah Kalimantan Tengah.
8. Dan lain-lain hal yang telah dijelaskan di dalam Piagam Palangka Raya.

Y.M. Menteri Dalam Negeri telah memberikan kesediaan diri untuk menjadi perantara
agar delegasi dapat diterima oleh menteri-menteri yang lainnya walaupun pada saat ini
pemerintah sedang sibuk menerima Tamu-tamu Agung, diantaranya Presiden India dan
disusul pula dengan Presiden Yugoslavia. Dengan ramah sekali Y.M. Menteri menerima
delegasi dan akan memberi bantuan yang besar sekali bagi daerah Kalimantan
Tengah.

17 Desember 1958
Delegasi diterima oleh Wakil Ketua Dewan Nasional Ruslan Abdulgani di Gedung
Dewan Nasional. Seperti pada tanggal 16 Desember 1958, waktu penyerahan Piagam
Palangka Raya, yaitu pada saat ini pula pada jam 10.15 Ketua Delegasi menyerahkan
buku tersebut kepada Wakil Ketua Dewan Nasional, dengan penjelasan yang sama
oleh Gubernur Tjilik Riwut, dengan tambahan dimohonkan tenaga-tenaga ahli dan
diterangkan bahwa jalan-jalan menuju Sungai Hanyu, dimana akan didirikan Monumen
Dewan Nasional akan mulai dikerjakan pada tahun 1959.
Sebagai sambutan atas hasil musyawarah ini, wakil Ketua Dewan Nasional antara lain
mengatakan :
1. Bahwa hasil dari Musyawarah Dewan itu sudah lebih dahulu diterima oleh Dewan
Nasional di Jakarta.

19
2. Apa yang disampaikan ini adalah satu ketegasan dari Kalimantan Tengah
sebagaimana tebalnya buku ini, demikian pula semangat hendaknya.
3. Keputusan-keputusan ini adalah tepat pada waktunya, disampaikan kepada

pemerintah Pusat, adalah tidak cepat dan tidak pula terlambat.


4. Bekerja, di mana Dewan Perancang Nasional sekarang sedang membuat rencana,
adanya musyawarah ini adalah memberi cukup bahan-bahan.
5. Bahan-bahan yang dibawa adalah lebih mendahului dari orang yang ditunjuk
menjadi Perancang Dewan Nasional.
6. Kami ingin menjadikan Kalimantan satu model dan modal (sungai Hanyu khususnya)
dengan Lembaga Pembangunan Monumen Nasional. Monumen mana adalah satu
perpaduan antara materiel dan spritual. Cita-cita ini adalah berani. Anggota Dewan
Nasional Henk Ngantung mempunyai laporan yang sangat berharga sekali yang
dibawanya dengan lukisan realitas keadaan Kalimantan.
7. Hasil Musyawarah ini akan disampaikan kepada Ketua Dewan Nasional yaitu P.Y.M.
Presiden Soekarno.
8. Tjilik Riwut sebagai anggota Dewan Nasional akan diperintahkan melakukan
perjalanan ke seluruh Tanah Jawa untuk berhubungan dengan kepala-kepala
daerah dan instansi-instansi yang bersangkutan untuk mulai melaksanakan sesuatu
dengan nyata, dan akhirnya.
9. Beliau menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada delegasi bahwa Kalimantan
bukan saja satu Pion, akan tetapi sedikit-sedikitnya satu Benteng kalau tidak dapat
disebutkan satu Batu dari sudut geografis dari kepulauan Nusantara.

Dengan berbesar hati, delegasi sesudah diterima dengan ramah-tamah meninggalkan


gedung Dewan Nasional. Jam 11.00 delegasi diterima oleh Y.M. Menteri Pelayaran
Komodor Moh.Nasir, dan sesudah Ketua Delegasi menyerahkan buku Piagam
Palangka Raya, maka Wakil Ketua, Gubernur Tjilik Riwut memberikan penjelasan
seperti kepada Y.M. Menteri Dalam Negeri dan Wakil Ketua Dewan Nasional.

20
Dan lebih ditekankan lagi antara lain :
1. Minta kapal-kapal untuk pelayaran di pantai dan di sungai.
2. Membuat pelabuhan baru yang memperluas serta memperbaiki pelabuhan-
pelabuhan yang ada di Kalimantan Tengah
3. Muara-muara sungai supaya dikeruk dan lampu-lampu untuk tanda di laut
diadakan.
4. Minta diadakan sekolah pelayaran di Kalimantan Tengah dan membuat tempat
pembangunan kapal-kapal yang dapat dibangun di Danau Sambuluh Kuala
Pembuang.

Y.M. Menteri menyatakan :


1. Dengan ucapan terima kasih menerima Piagam Palangka Raya ini, dan akan
mempelajarinya dengan seksama.
2. Kalimantan Tengah akan mendapat bantuan kapal yang besarnya kira-kira 600
ton, dan kalau tidak ada halangan apa-apa pada pertengahan Pebruari 1959 akan
dapat diterima.

Y.M. Menteri, selain sendiri menerima delegasi dengan resmi dan penuh ramah tamah,
secara kekeluargaan merasakan diri berasal dari Kalimantan karena semasa masih
muda sudah kenal baik dengan Bupati/Kepala daerah Swatantra Tingkat II Kapuas, J.C.
Rangkap sebagai olahragawan.
Jam 17.15 delegasi diterima oleh Y.M. Wakil Perdana Menteri II Idham Chalid. Sesudah
Ketua Delegasi menyerahkan hasil musyawarah, Gubernur Tjilik Riwut menjelaskan
garis-garis besar apa yang menjadi tuntutan dari Musyawarah Pembangunan Nasional
diadakan di Palangka Raya.

Y.M. Perdana Menteri II menyatakan :


1. Terima kasih yang setinggi-tingginya karena delegasi telah menyerahkan satu
kepercayaan yang besar kepada Beliau sebagai seorang anggota kabinet yang
banyak memperhatikan pertumbuhan daerah Kalimantan Tengah. Apalagi pula telah
terbuka hatinya untuk kepentingan pembangunan daerahnya secara meluas.
2. Menteri Transmigrasi sedang betul-betul mempelajari agar tidak terjadi kembali
kegagalan mendatangkan transmigran ke daerah-daerah. Semua kekurangan-
kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan akan menjadi pelajaran di
kemudian hari.
3. Menurut pendapat Beliau, delegasi ini adalah delegasi yang pertama kali datang,
yang sudah membawa hasil dari satu Musyawarah Nasional Daerah, maka dengan
demikian, Pemerintah Pusat mulai lapang dadanya.
4. Sebaiknya harus ada satu orang yang tetap tinggal di Pusat, supaya dapat
mendesak Menteri-menteri dalam bidangnya masing-masing. Dengan demikian
Beliau merasakan segala pembangunan akan dapat lebih lancar dilaksanakan
daripada hanya dengan surat menyurat saja.
5. Selanjutnya Beliau menyatakan apa yang disiarkan di surat kabar dengan
Proklamasi Negara Sumatera dan Kalimantan adalah lelucon dari badut yang gagal.

Setelah delegasi menyatakan setia kepada Proklamasi 17 Agustus 1945, dan tetap
berdiri di belakang Pemerintah Pusat dengan Kabinet Karya yang sekarang, maka
pertemuan ini diakhiri dengan masing-masing mempunyai keyakinan yang penuh bagi
pembangunan daerah Kalimantan Tengah, karena delegasi telah diterima dengan
resmi, disamping perasaan hubungan kekeluargaan yang sangat erat sekali dengan
Y.M. Wakil Perdana Menteri II Idham Chalid, putera Indonesia yang kebetulan
dilahirkan di Kalimantan.

21
18 Desember 1958
Jam 08.55 pagi delegasi diterima oleh Kepala Staff Angkatan Darat Letnan Jenderal
A.H. Nasution. Ketua Delegasi Letnan Kolonel Darmosugondo melaporkan diri datang
dengan anggota-anggota delegasi secara kemiliteran, kemudian menyerahkan buku
Piagam Palangka Raya dengan resmi. Wakil Ketua delegasi menjelaskan seperti
kepada Menteri-menteri pada hari-hari yang lalu. Yang lebih ditegaskan pada hari ini
adalah tentang pembangunan yang merupakan gedung-gedung, asrama, rumah tempat
tinggal, pengangkutan seperti motorboat, motor tempel, jeep dan kendaraan-kendaraan
lainnya yang sangat diperlukan sekali oleh Ketentaraan dan Kepolisian.
Kepala Staff Angkatan Darat dalam kata sambutannya menyatakan beberapa hal
berikut :
1. Kepala Staff Angkatan Darat akan memperhatikan Anggaran Belanja untuk
bangunan-bangunan termasuk objek Kodam di Kuala Kapuas.
2. Pelaksanaan Transmigrasi.
3. Realita dari pembangunan dengan inisiatip dari partikelir (swasta, red) dibantu oleh
alat-alat pemerintah.
4. Agar pengusaha-pengusaha langsung mengambil perhatian untuk pembangunan
objek-objek. Terakhir beliau mengatakan supaya daerah dengan segiat-giatnya
bekerja, tidak hanya menuntut kepada Pemerintah Pusat saja, kalau sudah
terpenuhi masalah keuangan dari Pemerintah Pusat, supaya dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dan jangan mengambil keuntungan untuk diri sendiri ataupun
golongan.

Jam 10.20, Y.M. Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga menerima delegasi. Setelah
Ketua Delegasi menyerahkan Piagam Palangka Raya, dengan kata pengantar seperti
telah disampaikan kepada Menteri-menteri yang terdahulu, maka Gubernur Tjilik Riwut
sebagai Wakil Ketua memberikan pula penjelasan-penjelasan dengan singkat tentang
hasil musyawarah, ditambah beberapa usul yang lain.

Yang Mulia Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Ir. Pangeran Moh. Noor,
menyampaikan kesannya antara lain :
1. Beliau sangat berterima kasih atas hasil yang telah ditelurkan oleh musyawarah
yang telah diadakan di Palangka Raya tersebut. Beliau pada tanggal 28 November
1958 bersama-sama dengan Perdana Menteri, Kepala Staff Angkatan Udara,
Sekjen Kementerian Dalam Negeri, serta penjabat-penjabat penting lainnya
mendapat kesempatan bersama-sama berada di tengah-tengah Musyawarah itu.
2. Beliau menyatakan sedapat mungkin membantu mengusahakan penyelesaian
segala pekerjaan yang diputuskan oleh Musyawarah itu.
3. Mengenai rencana penyelesaian pembangunan Kota Palangka Raya pada tanggal
17-8-1959, Beliau mengajak kita bersama-sama melaksanakannya.
4. Dana dari Kementerian PUT akan cepat dikeluarkan untuk melaksanakan
pembangunan, yaitu untuk segala pekerjaan yang telah diotorisiert sedangkan
budgeting kwartal pertama untuk tahun 1959 sudah dapat diterima.
5. Bila anggaran belanja dari Kementerian-kementerian lain telah tersedia dalam hal ini
terutama sekali dari Kementrian Dalam Negeri, maka Kementrian Pekerjaan Umum
Tenaga akan menyelesaikan pembangunan-pembangunannya dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan.
6. Beliau sangat berbangga sekali karena Kabinet Karya sekarang telah dapat
menyelesaikan rencana anggaran belanja tahun 1959 yang telah disetujui oleh

22
Parlemen dan telah menjadi Undang-undang, sehingga dengan jalan demikian,
tentu segala pembangunan dapat berjalan lancar.
7. Perundingan dengan Sovyet Unie (Uni Soviet, ed.) tentang pinjaman 12 juta dollar
(Amerika, ed.) sudah hampir selesai dan Kalimantan Tengah juga akan mendapat
bagiannya.
8. Dana rampasan Jepang juga akan diberikan untuk Kalimantan Tengah.
9. Untuk belanja modal, juga sudah diberikan angka-angka yang konkrit adalah
sebagai berikut :
6 buah kapal keruk @ Rp. 5.000.000,- = Rp. 30.000.000,-
2 buah kapal tangki @ Rp. 74.000.000,- = Rp. 14.800.000,-
2 buah kapal tarik @ Rp. 3.900.000,- = Rp. 7.800.000,-
1 buah bis air @ Rp. 1.500.000,- = Rp. 1.500.000,-
Biaya pengerukan 120 km saluran induk
@ Rp.205.400,- / km = Rp. 24.648.000,-
Biaya pengerukan 120/5 x 10 km saluran
Sekunder 240 km @ Rp. 50.000,- = Rp. 12.000.000,-
Listrik untuk Sampit = Rp. 10.000.000,-
Untuk pembuatan jalan = Rp. 40.000.000,-
Total = Rp.140.748.000,-

Masih ditambah 1 juta dolar Amerika untuk pembuatan jalan-jalan.

Angka-angka tersebut di atas hanyalah semata-mata dari Kementerian PUT saja, jadi
tidak terhitung dari Kementerian lainnya. Beliau berharap pula bahwa Keputusan
Musyawarah Nasional mendapat sokongan dari kementerian-kementerian yang lain dan
Beliau sebagai putera Kalimantan akan turut serta memperjuangkannya. Dengan
demikian berakhirlah kunjungan resmi dari delegasi pada Y.M. Menteri Pekerjaan
Umum dan Tenaga, bertempat di rumah beliau di Kebayoran Baru.

19 Desember 1958
Jam 09.10. delegasi diterima oleh Menteri Negara Urusan Transmigrasi. sebelumnya
Ketua Delegasi menyerahkan Piagam Palangka Raya terlebih dahulu Y.M.Menteri F.L.
Tobing menyampaikan beberapa kesan, antara lain:
1. Beliau sangat gembira atas kedatangan para delegasi.
2. Praktek yang tepat dan sederhana lebih baik dari pada teori yang muluk-muluk.
3. Beliau bermaksud akan berkunjung pada pertengahan bulan Januari 1959 ke
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, untuk beberapa soal yaitu :
a. Membicarakan dengan Pemerintah Daerah tentang ide-ide baru dari
pelaksanaan transmigrasi.
b. Menyerahkan tugas pada daerah.
c. Mengunjungi objek-objek transmigrasi sambil memperhatikan sebab-sebab
mandegnya pekerjaan yang dilaksanakan.
4. Mengikuti kanalisasi dan rijstbodrijven oleh pertanian serta perkembangan
pembangunan Palangka Raya.

Kemudian Ketua delegasi Letnan Kolonel Darmosugondo menyerahkan Piagam


Palangka Raya, sebagai hasil Musyawarah Nasional yang telah diadakan tanggal 25
s/d 30 Nopember 1958, yang dihadiri oleh seluruh Pemerintah Sipil, Militer, diantaranya
Penguasa Perang Daerah Kalimantan Tengah selaku Pimpinan dan Gubernur
Kalimantan Tengah, serta Kepala-kepala Jawatan Tingkat Propinsi, Bupati-bupati,
Ketua-ketua DPR Peralihan, Wakil Ketua DPD Peralihan, Perwira Distrik Militer, Kepala
Polisi Tingkat Kabupaten dan Tokoh-tokoh dalam masyarakat tani dsb. Jumlah peserta

23
mencapai lebih kurang 400 orang Dinyatakan juga bahwa Putusan Musyawarah ini
adalah satu sumbangsih dari daerah bukan untuk Kalimantan Tengah saja, tetapi untuk
warga negara Indonesia di seluruh Nusantara.

Pada saat itu delegasi menyampaikan satu masalah pokok yaitu tentang transmigrasi.
Transmigrasi yang dimaksud ialah transmigrasi umum lokal dan spontan (suka rela).
Daerah Kalimantan Tengah yang sangat luas sekali sedangkan penduduknya sangat
sedikit, membuka pintu selebar-lebarnya untuk setiap warga negara Republik
Indonesia, karena di Kalimantan Tengah telah dilaksanakan Operasi Makmur. Setelah
itu Y.M. Menteri menyampaikan kesan-kesannya yang terakhir bahwa untuk
kepentingan transmigran, kedatangannya di daerah tidak dihadapkan dengan rimba-
rimba, dengan kayunya yang besar-besar.

20 Desember 1958
Sabtu jam 08.12, Y.M. Perdana Menteri Ir. Djuanda telah menerima kunjungan delegasi
di ruangan kerjanya. Delegasi menghadap tanpa rombongan Ketua Letnan Kolonel
Darmosugondo yang berhalangan datang karena sakit. Pimpinan lalu dipegang oleh
Gubernur Tjilik Riwut. Setelah Gubernur menjelaskan bahwa Ketua Rombongan
Delegasi Letnan Kolonel Darmosugondo berhalangan datang, beliau sebagai pimpinan
menyerahkan Piagam Palangka Raya sebagai hasil Musyawarah Pembangunan
Daerah dan menjelaskan berbagai hal sebagai hasil Musyawarah Pembangunan
Daerah. Penjelasan dari hasil musyawarah tersebut, diantaranya tentang pembagian
harta benda (inventaris) yang bergerak dari Kalimantan dahulu untuk Kalimantan
Tengah, bagi kepentingan sipil maupun militer

Perdana Menteri kemudian menyampaikan pesan sebagai berikut :


1. Y.M. Perdana Menteri sangat gembira atas musyawarah yang telah di adakan di
Palangka Raya secara sederhana dan unik sekali. Beliau sendiri dapat
menghadirinya pada tanggal 28 Nopember 1958, dan sempat memberikan amanat
selama beberapa menit.
2. Beliau menaruh perhatian yang besar kepada pembangunan daerah dan beliau
berikhtiar membantu sepenuh-penuhnya.
3. Beliau sangat gembira dengan adanya putusan musyawarah untuk menerima
transmigrasi untuk daerah Kalimantan Tengah. Tentang asimilasi dari para
transmigran di daerah akan diambil perhatian sambil meninjau kembali dasar-dasar
pengalaman yang telah lalu.
4. Beliau terharu dengan adanya lapangan terbang Panarung di Palangka Raya yang
telah dapat dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat. Beliau telah
merasakan sendiri mendarat dengan otter (twin otter, ed.) di Kalimantan di suatu
lapangan dari hasil jerih lelah masyarakat di daerah itu sendiri.

Yang Mulia Perdana Menteri juga memberikan kesediaan Beliau sebagai perantara
agar delegasi dapat menemui P.Y.M. Presiden dan Beliau pada saat itu juga telah
berhubungan dengan ajudan Presiden di Istana.

Kemudian dari mulut Perdana Menteri keluar pernyataan bahwa delegasi Kalimantan
Tengah akan diterima oleh P.Y.M. Presiden walaupun dalam beberapa menit saja,
karena Kalimantan Tengah adalah Anak Emas dari Presiden Sukarno.

Selama lebih kurang 45 menit delegasi secara resmi telah diterima di Pejambon oleh
Perdana Menteri. Perdana Menteri menyampaikan kegembiraan Beliau dan meminta

24
maaf kepada delegasi karena hari sebelumnya, tanggal 19 desember 1958, sedianya
akan diterima, tetapi karena kesibukan Pemerintah dengan pertanggunganjawaban
kepada Parlemen, maka baru saat ini delegasi dapat diterima.

21 Desember 1958
Jam 10.30 tepat, delegasi menghadap P.Y.M. Presiden Republik Indonesia, Dr. Ir.
Soekarno di Istana Merdeka. Delegasi menghadap di bawah pimpinan Gubernur Tjilik
Riwut (Ketua Delegasi Letnan Kolonel Darmosugondo masih sakit). Pada saat ini pula
pimpinan Delegasi secara resmi menyerahkan Piagam Palangka Raya hasil dari
Musyawarah Nasional Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah dengan diiringi
penjelasan singkat.

P.Y.M. Presiden Soekarno kemudian menanyakan apakah delegasi sudah menemui


pemerintah ( Perdana Menteri ), dan dijawab bahwa pada tanggal 20 Desember 1958
delegasi sudah diterima oleh Perdana Menteri. Paduka Yang Mulia Presiden
mengajukan pertanyaan ini karena ingin mengetahui bagaimana pendirian dari
pemerintah tentang hasil musyawarah ini.

Kesan dari P.Y.M. Presiden adalah sebagai berikut:

“Saya akan mendesakkan kepada Pemerintah dan umumnya instansi-instansi agar


sedapat mungkin permintaan yang wajar untuk pembangunan daerah-daerah dapat
direalisasikan, wajar dalam arti kata pantas, dan dapat dilaksanakan, baik dalam jangka
panjang, maupun jangka pendek. Tetapi kepada permintaan yang tidak wajar, bukan
saja sukar untuk memberikan dorongan kepada pemerintah dan instansi-instansi,
bahkan saya akan berkata permintaan semacam itu kurang ajar.”
Selanjutnya Beliau mengatakan sejak semula saya mengerti keinginan daerah, untuk
membangun daerahnya. Bukan saja Kalimantan Tengah, tetapi juga seluruh negara
kita diperhatikan. Saya ingin sekali datang untuk meninjau kembali ke Palangka Raya,
rindu hutan rimba, sungai-sungai dan kesunyian alamnya.

Beliau kemudian menanyakan kepada delegasi kapan beliau dapat datang lagi ke
Palangka Raya. Dijawab oleh Gubernur Tjilik Riwut bahwa bila pembangunan Palangka
Raya sebagai ibu kota dan alat-alat pemerintah yang direncanakan berjalan lancar
sedapat mungkin sebagian besarnya pada tanggal 17 Agustus 1959 sudah dapat
berkedudukan di ibu kota itu, maka secepat mungkin, P.Y.M Presiden dipersilahkan
datang. Oleh karena itu delegasi memohonkan bantuan Beliau dalam rangka
mempercepat pembangunan Palangka Raya dan seluruh Kalimantan Tengah.

P.Y.M. Presiden menanyakan apakah tugu controleur yang ada di Anjir Serapat sudah
dibongkar apa belum. Dijawab oleh Bupati/Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Kapuas,
J.C. Rangkap bahwa tugu itu sudah dibongkar pada akhir bulan Desember 1957,
menjelang tahun 1958. Presiden mengharapkan agar Anjir Serapat dan Anjir Kelampan
diperdalam agar lalu lintas tidak terhalang karenanya. Dijawab oleh Gubernur
Kalimantan Tengah bahwa pada tahun 1959, kedua anjir tersebut akan dikeruk.

Kunjungan resmi ini berjalan hanya 32 menit dan sebenarnya terlihat bahwa Presiden
masih ingin menanyakan keadaan di Kalimantan Tengah, akan tetapi terpaksa diakhiri
karena ajudan Presiden sudah memberi tanda bahwa waktu telah lewat. Ternyata
Menteri Pertahanan, Perdana Menteri, K.S.A.D., K.S.A.U., telah menunggu
kedatangan Presiden sehubungan dengan kedatangan dari Tamu Agung Presiden
Yugoslavia.

25
Delegasi merasa sangat lega, karena harapan yang dirasakan semula sangat tipis
untuk dapat menemui Kepala Negara di tengah kesibukan beliau, akan tetapi ternyata,
Pemerintah Pusat dan Kepala Negara masih dapat memberikan kesempatan waktu
untuk menerima laporan dari mulut pimpinan delegasi sendiri, sebagai penyambung
lidah masyarakat di Kalimantan Tengah.

Pendapat Secara Umum

Delegasi sudah dapat diterima dengan sebaik-baiknya, oleh Pemerintah Pusat dan
Kepala Negara, dan telah menerima harapan-harapan yang baik, sehingga mulai tahun
1959 adalah saat dimulainya tahun karya untuk mencapai masyarakat adil dan makmur
di seluruh Kalimantan Tengah. Delegasi secara resmi telah diterima dengan penuh
ramah tamah, kekeluargaan yang erat, yang memberi kekuatan batin dan menambah
keyakinan untuk membangun secara nyata.

Dalam hal ini pelapor telah menyaksikan sendiri bahwa tokoh Tjilik Riwut sebagai
Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah, berbuat jasa yang
besar untuk merintis jalan bagi putera Daerah Kalimantan Tengah. Kalau awalnya
delegasi agak pesimis untuk dapat menemui Pemerintah dan Kepala Negara, karena
sedang menerima tamu-tamu agung yaitu Presiden India dan Presiden Yugoslavia,
maka dengan kebijaksanaan dari Tjilik Riwut sebagai anggota Dewan Nasional, dapat
menemui apa yang diharapkan semula, yaitu menyampaikan Piagam Palangka Raya
dan Naskah Bersama, ke tangan Kepala Negara sendiri.
Dengan tidak melupakan juga jasa-jasa dari seluruh peserta musyawarah dan anggota-
anggota delegasi sendiri karena dengan doa restunya telah dapat menyampaikan cita-
citanya walaupun masih dalam taraf perencanaan.

II. Konferensi Dinas Pembangunan Daerah


Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah

KONFERENSI DINAS PEMBANGUNAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT I


KALIMANTAN TENGAH.

Peserta Konferensi Dinas Pembangunan


Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah.

NASKAH BERSAMA

Peserta Konferensi Dinas Pembangunan


Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah

26
MENGINGAT :

a. Pentingnya hasil Musyawarah Nasional Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I


kalimantan Tengah, yang telah dilangsungkan dari tanggal 25 Nopember 1958
sampai dengan tanggal 30 Nopember 1958.
b. Perkembangan pelaksanaan dan usaha-usaha pembangunan selanjutnya.

MENIMBANG :

Perlu menciptakan Naskah Bersama sebagai pegangan dasar atau landasan dari pada
hasil Musyawarah Nasional Pembangunan daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan
Tengah, yang merupakan konsekwensi dan kesetiaan terhadap Daerah dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

MEMUTUSKAN :

1 Dengan kebulatan tekad dan mendukung sepenuhnya, menerima segala akibat


dan resikonya, dengan mengutamakan koordinasi kerja sama sebaik-baiknya,
setiap keputusan yang dapat dilaksanakan oleh daerah sendiri (dalam hal ini
penggunaan wewenang Peperda/Gubernur Kepala Daerah, untuk menciptakan
ketertiban daya kerja. Daya gotong royong, menuju Kemakmuran Rakyat dan
Keamanan).
2. Menyatakan tetap setia dan hormat kepada Pemerintah Pusat, dan tetap
berpegang pada Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diproklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945, yang bersendikan Pancasila,
mengantarkan/mempersembahkan hasil Musyawarah Nasional Pembangunan
Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah, sebagai sumbangsih dari Daerah
untuk minta perhatian sepenuhnya.
3. Setiap penjabat/petugas baik Militer maupun Sipil dari Dinas-dinas/Jawatan-
jawatan, apabila terjadi pemindahan/penggantian diharuskan mentaati NASKAH
BERSAMA yang diciptakan oleh segenap peserta Konperensi Dinas
Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah yang
dilangsungkan pada tanggal 25 Nopember 1958 sampai dengan tanggal 30
Nopember 1958 di Palangka Raya (Ibu kota Daerah Swatantra Tingkat I
Kalimantan Tengah).

DIBUAT DI : PALANGKA RAYA.


PADA TANGGAL : 30 NOPEMBER 1958.
JAM

: 17.00.

A/n Peserta Konperensi Dinas Pembangunan


Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah :
Dari penjabat-penjabat Militer, Sipil, Wkl Rakyat, Pejuang, dan Tenaga Ahli.

27
PENJELASAN DARI NASKAH BERSAMA.

Pertama : Konferensi Dinas Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I


Kalimantan Tengah adalah merupakan kebulatan tekad dengan hasrat yang
penuh untuk membangun daerah menuju kesejahteraan dan kemakmuran
yang merata. Hal ini adalah merupakan lembaran tulisan sejarah TINTA-EMAS,
oleh pelopor dari segenap perwakilan tokoh-tokoh
Militer/Sipil/Jawatan/Pejuang/Buruh/Tani keseluruhannya.
Kedua : Menginsafi dan menyadari bahwa apabila setiap keputusan yang
tidak diikat oleh ketertiban, maka dikhawatirkan dalam pelaksanaannya akan
banyak menghadapi kesulitan, kemacetan, dan lain-lain yang serupa.
Ketiga : Menjaga dalam perkembangan pelaksanaan usaha Pembangunan
selanjutnya, agar upaya setiap penjabat/petugas, dimana terjadi pemindahan/
penggantian, dapat melanjutkan dengan tidak menyimpang atau menyalah gunakan
politik pembangunan yang menjadi tujuan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan
Tengah.
Keempat Menginsafi dan menyadari mengingat banyak kesulitan dan penderitaan
pemerintah pusat sebagai akibat gangguan keamanan dalam negeri yang terus
menerus, maka perlu ikut serta mengambil perhatian dan membantu dalam
arti pelaksanaan pembangunan daerah sebagai usaha pemerintah pusat di
daerah menuju kepada kestabilan ekonomi, pemerintah dan pertahanan wilayah
sebagai bagian dari pada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kelima : Memberikan garis-garis besar ketentuan dibidang Pembangunan, di
mana yang dapat dikerjakan atas kekuatan daerah, di mana yang perlu
meminta bantuan dan di mana yang diserahkan kepada pemerintah pusat.
Dengan memberikan sumbangsih yang berwujud hasil, Konferensi Dinas
Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah
menurut daya Kemampuan Daerah dan Pemerintah Pusat.

Catatan : Naskah ini dibuat, disahkan dan ditandatangani atas nama Peserta
Musyawarah Nasional Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan
Tengah yang menanda tangani Naskah Bersama ini ditentukan/ ditunjuk oleh Rapat.

28
III. Piagam Palangka Raya

Piagam Palangka Raya

Kami peserta Konferensi Dinas Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan


Tengah, yang diadakan oleh Penguasa Perang Daerah Kalimantan Tengah di
Palangka Raya, mulai tanggal 25 sampai dengan tangal 30 Nopember 1958, terdiri dari
seluruh unsur dalam Masyarakat, tokoh Militer, Sipil dan Perwakilan Rakyat Daerah
Kalimantan Tengah, dengan tekad disertai pertanggungan jawab penuh, sesuai dengan
hasrat daerah dan masyarakat yang dicetuskan melalui saluran musyawarah dalam
konperensi ini, dikuatkan dengan keyakinan bahwa Yang Maha Kuasa dan yang Maha
Adil menyertai pekerjaan/perjuangan kami, memberi dasar-dasar keyakinan hidup
(conception of life) bagi rakyat di daerah Kalimantan Tengah khususnya dan negara
Republik Indonesia umumnya, dalam hal ini mengikrarkan bersama :

Bersatu tekad, tidak terpisah-pisah, konsekuen serta setia kepada keputusan


konferensi dalam menyelenggarakan dan menyelesaikan dalam segala lapangan
pembangunan moril dan materiil demi kemajuan dan mengangkat derajat hidup yang
layak bagi lapisan Rakyat dalam daerah Kalimantan Tengah, khususnya dan Indonesia
umumnya.
Palangka Raya, 30 Nopember 1958.
Atas nama seluruh peserta Konferensi
Pimpinan Kongres

1.Komandan Kodam 2. Pd Gubernur/Kep 3. Kepala Polisi


Kalteng, Daerah Kal-Teng Propinsi Kal-Teng

d.t.t. d.t.t d.t.t.


(Let.Kol Darmosugondo) (Tjilik Riwut) (R.Gampang Prawirosastro)

29
IV. Sejarah Singkat Pembentukan Provinsi
Kalimantan Tengah
Saat awal pembangunan ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah
(Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut)

Sejarah singkat pembentukan Propinsi Kalimantan Tengah dan pemancangan tiang


pertama Kota Palangka Raya dapat diketahui dari sambutan Tjilik Riwut pada perayaan
Hari Ulang Tahun ke-13 Kota Palangka Raya yang diawali dengan sambutan seperti di
bawah ini :

“Bapak Panglima, Bapak Gubernur, ibu-ibu, saudara-saudara para hadirin yang


terhormat!
Bersyukur kepada Yang Maha Besar Tuhan bahwa pada malam ini kami dapat
menghadiri perayaan HUT XIII Kota Palangka Raya, di Kota Palangka Raya, ibu kota
Propinsi Kalimantan Tengah yang kita cintai.
Pepatah mengatakan: “Tak kenal, tak cinta“, dengan demikian untuk lebih mencintai
Kalimantan Tengah dan ibu kotanya Palangka Raya, maka perlu sekali kita mengetahui
sejarah pembentukan dan perjuangannya. Sejarah singkat ini akan kami baca secara
bertingkat:”

Latar belakang Sejarah Pembentukan


Propinsi Kalimantan Tengah

Semenjak tahun 1954, bertubi-tubi mosi dan resolusi-resolusi dan pernyataan-


pernyataan dari parpol/ormas dan masyarakat seluruh Kalimantan Tengah yang
ditujukan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang pada pokok isinya
adalah sama yaitu “menuntut daerah otonom Propinsi Kalimantan Tengah tersendiri”.
Selanjutnya pada akhir tahun 1956 waktu sidang parlemen atau DPR Pusat
membicarakan rancangan Undang-undang pembentukan 3 (tiga) Propinsi di
Kalimantan yakni :
a. Kalimantan Selatan (dalam hal ini termasuk di dalamnya Propinsi Kalimantan
Tengah yang sekarang ini).
b. Propinsi Kalimantan Timur.
c. Propinsi Kalimantan Barat.

Maka hasrat rakyat Kalimantan Tengah yang disalurkan melalui :


1) Parpol / ormas.
2) Penyalur Hasrat Rakyat Kalimantan Tengah.
3) Akhirnya disalurkan melalui Kongres Rakyat Kalimantan Tengah dalam pimpinan
Ketua Presidium Kongres, yakni Sdr. Mahir Mahar, dan tokoh-tokoh Kalimantan Tengah
lainnya, yang dilangsungkan di Kota Banjarmasin mulai tanggal 2 s/d 5 Desember
1956, dihadiri oleh 600 utusan yang mewakili segenap lapisan rakyat dari seluruh
Kalimantan Tengah mengenai Pembentukan Propinsi Kalimantan Tengah.

Maka dari hasil Kongres tersebut, telah melahirkan resolusi sebagaimana yang kami
baca sebagai berikut:

30
RESOLUSI
KONGRES RAKYAT SELURUH KALIMANTAN TENGAH

Kongres Rakyat Kalimantan Tengah, yang dilangsungkan mulai pada tanggal 2 s/d 5 Desember
1956 di Banjarmasin, dihadiri oleh 600 utusan-utusan yang mewakili segenap lapisan rakyat
dari seluruh daerah Kalimantan Tengah, mengenai Pembentukan Propinsi Kalimantan Tengah.
Mendengar : Pandangan–pandangan, prasaran – prasaran dan nasihat dari utusan-
utusan rakyat, tokoh-tokoh organisasi-organisasi, partai-partai dan badan-badan yang
menyalurkan perjuangan Rakyat Kalimantan Tengah.
Memperhatikan : Keputusan Parlemen Republik Indonesia pada tanggal 22 Oktober
1956, yang memberikan ketentuan bahwa Kalimantan Tengah akan dijadikan suatu propinsi
Otonomi dalam jangka waktu selambat-lambatnya Tiga Tahun.
Menimbang :
a. Bahwa jangka waktu yang ditentukan selambat-lambatnya Tiga Tahun tersebut, belum dapat
menjadi dasar pegangan yang positip, padahal suasana di Kalimantan Tengah dalam waktu
akhir-akhir ini sungguh menggelisahkan akibat dari Semangat Rakyat yang meluap-luap
menghendaki segera terbentuknya Propinsi Kalimantan Tengah.
b. Bahwa apabila hal ini dibiarkan, maka kemungkinan akan timbul hal-hal yang
akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi rakyat dan negara Republik
Indonesia.

MEMUTUSKAN :

“ MENDESAK KEPADA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA AGAR DALAM WAKTU YANG


SESINGKAT-SINGKATNYA, DENGAN PENGERTIAN SEBELUM TERLAKSANANYA
PEMILIHAN UMUM UNTUK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, KALIMANTAN
TENGAH SUDAH DIJADIKAN SUATU PROPINSI OTONOMI “.

Keputusan ini dikeluarkan :


Di : Banjarmasin
Tgl : 5 Desember 1956
Oleh Kongres Rakyat Kalimantan Tengah

Tertanda
KETUA PRESIDIUM KONGRES

M.Mahar

31
D E W A N R A K Y A T K A L I M A N T A N T E N G A H.

LAMPIRAN

RESOLUSI KONGRES RAKYAT SELURUH


KALIMANTAN TENGAH

Dewan Rakyat Kalimantan Tengah, yang dibentuk oleh Kongres Rakyat Kalimantan
Tengah, dalam sidang plenonya tanggal 7 Desember 1956, telah memutuskan,
mengeluarkan suatu saran kepada pemerintah sebagai berikut :

A. Memohon kepada pemerintah agar mengeluarkan suatu pernyataan, MENGAKUI


dan MENYETUJUI SEPENUHNYA AKAN TUNTUTAN Rakyat Daerah Kalimantan
Tengah.
B. Pelaksanaannya dari pengakuan ini haruslah serempak dengan pengangkatan
gubernur-gubernurnya untuk Kalimantan Selatan, Timur, dan Barat, dengan
menyatakan bahwa dengan B E S L U I T tanggal . . . No . . .(tidak terbaca ) menunjuk
seorang yang menjadi Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah.

Banjarmasin, 7 Desember 1956.

Dewan Rakyat Kalimantan Tengah

Ketua Sekretaris :

d.t.t. d.t.t.

M. Mahar H. Ukur

32
Sidang Parlemen di Jakarta telah mensahkan Undang-undang No. 25 tahun 1956 yang
berlaku terhitung tanggal 1 Januari 1957, tentang Propinsi Kalimantan lama dibagi
menjadi 3 propinsi baru, hanya dalam penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan
bahwa sesudah 1 (satu) tahun dibentuk wilayah Propinsi Kalimantan Tengah melalui
Karesidenan terlebih dahulu.

Kongres Rakyat Kalimantan Tengah telah mengirim utusan menghadap Gubernur


Kalimantan (pada saat itu Gubernur Milono) dan menghadap Pemerintah Pusat
menghaturkan keputusan dan tuntutan Kongres Rakyat Kalimantan Tengah yang telah
dibaca di atas tadi, serta memberikan penjelasan-penjelasan. Hasilnya didapatkan
pengertian dan persesuaian pendapat dimana Pemerintah Pusat cq. Menteri Dalam
Negeri telah mengambil satu keputusan pada tanggal 28 Desember 1956 nomor:
U.P.34/41/24, antara lain menetapkan:

Mulai tanggal 1 Januari 1957 membentuk “Kantor Persiapan Pembentukan Propinsi


Kalimantan Tengah” yang berkedudukan langsung di bawah Kementerian Dalam
Negeri dan sementara ditempatkan di Banjarmasin, dan ditetapkan Personilnya terdiri
dari 21 orang. Mereka berkantor sementara di Kantor Gubernur Kalimantan lama dan
Gubernur Milono sebagai Gubernur pada Kementerian dalam Negeri ditunjuk /
ditugaskan sebagai Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah. Adapun tugas-
tugas yang menyangkut urusan Pemerintah Pusat langsung bertanggung jawab kepada
Menteri Dalam Negeri. Urusan daerah Otonom bertanggung jawab kepada Gubernur
Kepala Daerah Kalimantan Selatan.

Dalam hal ini untuk membantu Koordinasi Keamanan Propinsi Kalimantan untuk
memulihkan ketertiban dan keamanan di Kalimantan Tengah maka dibentuklah Panitia
Pemulihan Keamanan Daerah Kalimantan Tengah yang terdiri dari Anggota Presidium
Dewan Rakyat Kalimantan Tengah sebanyak 6 orang yang diketuai oleh Sdr. Mahir
Mahar.

Latar belakang Sejarah Pembentukan/Penetapan Kota Palangka Raya sebagai Ibu


Kota Propinsi Kalimantan Tengah

Dengan terbentuknya Kantor Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah yang sementara


berkedudukan di Banjarmasin, bermunculan lah suara-suara, tuntutan-tuntutan
pernyataan dari parpol/ormas dan dari daerah-daerah masing-masing menurut
iramanya sendiri-sendiri agar ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah ditetapkan di
daerahnya masing-masing.

Dari daerah Barito meminta agar Muara Teweh atau Buntok menjadi ibu kota. Daerah
Kahayan. Kapuas, menghendaki Kuala Kapuas dan Pulang Pisau sebagai ibu kota.
Daerah Katingan, Mentaya (Sampit), Seruyan, menghendaki Kota Sampit menjadi ibu
kota. Daerah Pangkalan Bun pun tidak ketinggalan memberikan saran/tuntutan agar
Pangkalan Bun menjadi ibu kota.

Berkenan dengan itu, maka bapak Milono, Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan
Tengah telah mengambil suatu kebijaksanaan membentuk satu panitia untuk
merumuskan dan mencari di mana daerah atau tempat yang pantas/wajar untuk
dijadikan ibu kota propinsi Kalimantan Tengah.

33
Panitia tersebut dibentuk pada tanggal 23 Januari 1957, terdiri dari:
1. Mahir Mahar, Ketua Kongres Rakyat Kalimantan Tengah sebagai ketua merangkap
anggota.
2. Tjilik Riwut, residen pada Kementerian Dalam Negeri dpb. Gubernur Pembentuk
Propinsi Kalimantan Tengah sebagai anggota.
3. G. Obus, Bupati KDH dpb. Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah
sebagai anggota.
4. E. Kamis, pensiunan Kiai kepala/pegawai PT Sampit Dayak di Sampit sebagai
anggota.
5. C. Mihing, pegawai Jawatan Penerangan Propinsi Kalimantan di Banjarmasin
sebagai anggota dan sekretaris.

Sebagai Penasihat Ahli:


1. R. Moenasir, Kepala Dinas PU Persiapan Propinsi Kalimantan Tengah.
2. Ir. Van Der Pijl, pegawai PU Persiapan Propinsi Kalimantan Tengah bagian gedung-
gedung.

Setelah panitia mengadakan rapat-rapat serta menghubungi tokoh-tokoh Kalimantan


Tengah dan penjabat-penjabat pimpinan militer dan sipil tingkat Kalimantan di
Banjarmasin, antara lain mendapat restu dari Kolonel Koesno Oetomo Panglima
Tentara dan Teritorium VI/Tanjung Pura, didapat kesimpulan, “bahwa di sekitar Desa
Pahandut di Kampung Jekan dan sekitar Bukit Tangkiling ditetapkan untuk calon ibu
kota Propinsi Kalimantan Tengah“.

Alasan-alasan/dasar-dasar untuk memilih tempat tersebut menjadi calon ibu kota antara
lain sebagai berikut:
1. Karena ada perbedaan pendapat tentang calon-calon ibu kota, misalnya ada yang
mengusulkan Kuala Kapuas, Pulang Pisau, Buntok, Muara Teweh, Sampit dan
Pangkalan Bun, maka dipandang perlu dicari satu kebijaksanaan untuk mengatasi
perbedaan pendapat ini.
2. Panitia berpendapat pula karena alasan penuntutan (1) diatas perlu sekali dicari
jalan keluar, yaitu mencari daerah baru yang dapat diterima oleh sebagian besar
rakyat Kalimantan Tengah dan penjabat-penjabat pemerintah tingkat Kalimantan.
3. Panitia pun berpendapat, alangkah baiknya apabila calon ibu kota itu berada di
tengah-tengah masyarakat seluruhnya untuk memudahkan melaksanakan proses
kepemimpinan dan koordinasi pada masa-masa yang akan datang, dan memiliki
satu kota baru yang dibangun di tengah-tengah hutan rimba dengan kekuatan
bangsa Indonesia sendiri di alam merdeka.
4. Dan lain-lain alasan dipandang dari sudut politik, sosial, ekonomi, pertahanan
keamanan dan psikologi.

Pada bulan Januari 1957, panitia telah berangkat menuju daerah calon ibu kota dengan
pimpinan M. Mahar, untuk mengadakan penelitian dan pembicaraan dengan tokoh-
tokoh masyarakat setempat. Hasil dari peninjauan/penelitian tersebut telah dilaporkan
kepada Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Pusat, dan
mendapat persetujuan sepenuhnya bahwa daerah tersebut menjadi calon ibu kota
Propinsi Kalimantan Tengah.

Maka dengan Undang-undang Darurat No.10 tahun 1957, L.N. No.53 tahun 1957 yang
berlaku mulai tanggal 23 Mei 1957 yang dinamai Undang-undang Pembentukan
Daerah Swatantra Propinsi Kalimantan Tengah dan merupakan perubahan Undang-
undang No.25 tahun 1956 tentang pembentukan daerah-daerah swatantra propinsi

34
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur, dalam Pasal 2 ayat 1,
undang-undang tersebut berbunyi sebagai berikut:

“Ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah adalah Pahandut. Untuk sementara waktu
Pemerintah Daerah Swatantra Propinsi Kalimantan Tengah berkedudukan di
Banjarmasin.“

Sementara dalam pasal 3 ayat 1, Undang-undang tersebut dinyatakan DPRD Propinsi


Kalimantan Tengah terdiri dari 30 orang anggota.
Selanjutnya dengan Undang-undang No. 27 tahun 1959 L.N. No. 72 tahun 1959
ditetapkan bahwa ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah adalah Palangka Raya.
Sesudah Undang-undang Darurat tersebut ditetapkan maka pada tanggal 17 Juli 1957
jam 10.17 menit telah diletakkan tiang pertama ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah
oleh Presiden RI Hal ini disaksikan oleh masyarakat Kalimantan Tengah, pejabat-
pejabat sipil dan militer tingkat Kalimantan dan Kalimantan Selatan/Kalimantan Tengah,
serta 6 orang termasuk Menteri PUT, Ir. Pangeran Mochamad Noor dan para Corps
Diplomatik serta para wartawan dalam dan luar negeri yang memprakarsai pendirian
dan pembangunan ibu kota Palangka Raya. Ir. Pangeran Moch. Noor adalah Gubernur
RI yang pertama di Kalimantan yang berkedudukan di Yogyakarta dari tahun 1945 s/d
1949, yang memang telah mempunyai rencana dan cita-cita membuka Kalimantan
termasuk Kalimantan Tengah.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. Des.52/12/2-206, tanggal 22


Desember 1959 telah ditetapkan untuk memindahkan tempat kedudukan Pemerintah
Daerah Kalimantan Tengah dari Banjarmasin ke Palangka Raya terhitung mulai tanggal
20 Desember 1959.

Kemudian dengan Undang-undang No. 5 tahun 1965 Kotamadya Palangka Raya


dibentuk menjadi Kotamadya Otonom yang diresmikan pada 17 Juni 1965 oleh Menteri
Dalam Negeri. Satu keistimewaan yang patut dicatat dalam sejarah Kotamadya
Palangka Raya, bahwa Lambang Kotamadya Palangka Raya telah diterjunkan dari
udara dan dibawa oleh sukarelawan/sukarelawati dari atas Kota Palangka Raya
bersama pasukan payung.

Sebagai catatan penutup/terakhir agar penjelasan bermanfaat untuk kita bersama untuk
memelihara dan meneruskan pembangunan Kota Palangka Raya, disertakan amanat
Bapak Milono pada hari peletakan tiang pertama Kota Palangka Raya, yang
menyatakan:

“Nama yang diberikan ini ialah: Palangka Raya. Palangka Raya artinya tempat yang
Suci, yang Mulia dan Besar. Oleh karena itu sesuaikan nama ini dengan cita-cita yang
dilahirkannya di Kalimantan Tengah dan semoga memberikan contoh yang baik bagi
lain-lain daerah.”

Demikianlah sejarah singkat dan latar belakang pembentukan Propinsi Kalimantan


Tengah dan penetapan Palangka Raya menjadi ibu kotanya.

Presiden Republik Indonesia Pertama Ir. Soekarno,


mantejek tihang ije solake pembangunan Kota Palangka Raya,
tanggal 17 Juli 1957 jam 10.17 menit
(Foto : Dokumentasi keluarga Tjilik Riwut)

35
V. Zaman Perjuangan Suku Dayak
Sejarah Singkat

Sebelum abad XIV, daerah Kalimantan Tengah termasuk daerah yang masih murni,
belum ada pendatang dari daerah lain. Saat itu satu-satunya alat transportasi adalah
perahu. Tahun 1350 Kerajaan Hindu mulai memasuki daerah Kotawaringin. Tahun
1365, Kerajaan Hindu dapat dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Beberapa kepala suku
diangkat menjadi Menteri Kerajaan.
Tahun 1620, pada waktu pantai di Kalimantan bagian selatan dikuasai oleh Kerajaan
Demak, agama Islam mulai berkembang di Kotawaringin. Tahun 1679 Kerajaan Banjar
mendirikan Kerajaan Kotawaringin, yang meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah.
Daerah-daerah tersebut ialah : Sampit, Mendawai, dan Pembuang. Sedangkan daerah-
daerah lain tetap bebas, dipimpin langsung oleh para kepala suku, bahkan banyak dari
antara mereka yang menarik diri masuk ke pedalaman.
Di daerah Pematang Sawang Pulau Kupang, dekat Kapuas, Kota Bataguh pernah
terjadi perang besar. Perempuan Dayak bernama Nyai Undang memegang peranan
dalam peperangan itu. Nyai Undang didampingi oleh para satria gagah perkasa,
diantaranya Tambun, Bungai, Andin Sindai, dan Tawala Rawa Raca. Di kemudian hari
nama pahlawan gagah perkasa Tambun Bungai, menjadi nama Kodam XI Tambun
Bungai, Kalimantan Tengah.
Tahun 1787, dengan adanya perjanjian antara Sultan Banjar dengan VOC, berakibat
daerah Kalimantan Tengah, bahkan nyaris seluruh daerah, dikuasai VOC. Tahun 1917,
Pemerintah Penjajah mulai mengangkat masyarakat setempat untuk dijadikan petugas-
petugas pemerintahannya, dengan pengawasan langsung oleh para penjajah sendiri.
Sejak abad XIX, penjajah mulai mengadakan ekspedisi masuk pedalaman Kalimantan
dengan maksud untuk memperkuat kedudukan mereka. Namun penduduk pribumi,
tidak begitu saja mudah dipengaruhi dan dikuasai. Perlawanan kepada para penjajah
mereka lakukan hingga abad XX. Perlawanan secara frontal, berakhir tahun 1905,
setelah Sultan Mohamad Seman terbunuh di Sungai Menawing dan dimakamkan di
Puruk Cahu.
Tahun 1835, Agama Kristen Protestan mulai masuk ke pedalaman. Hingga Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, para penjajah tidak mampu menguasai
Kalimantan secara menyeluruh. Penduduk asli tetap bertahan dan mengadakan
perlawanan. Pada Agustus 1935 terjadi pertempuran antara suku Dayak Punan yaitu
Oot Marikit dengan kaum penjajah. Pertempuran diakhiri dengan perdamaian di Sampit
antara Oot Marikit dengan menantunya Pangenan atau Panganon dengan Pemerintah
Belanda.
Menurut Hermogenes Ugang , pada abad ke 17, seorang misionaris Roma Katholik
bernama Antonio Ventimiglia pernah datang ke Banjarmasin. Dengan perjuangan gigih
dan ketekunannya hilir-mudik mengarungi sungai besar di Kalimantan dengan perahu
yang telah dilengkapi altar untuk mengurbankan Misa, ia berhasil membapbtiskan tiga
ribu orang Ngaju menjadi Katholik. Pekerjaan beliau dipusatkan di daerah hulu Kapuas
(Manusup) dan pengaruh pekerjaan beliau terasa sampai ke daerah Bukit. Namun, atas
perintah Sultan Banjarmasin, Pastor Antonius Ventimiglia kemudian dibunuh. Alasan
pembunuhan adalah karena Pastor Ventimiglia sangat mengasihi orang Ngaju,
sementara saat itu orang-orang Ngaju mempunyai hubungan yang kurang baik dengan
Sultan Banjarmasin.
Dengan terbunuhnya Pastor Ventimiglia maka beribu-ribu umat Katholik orang Ngaju
yang telah dibapbtiskannya, kembali kepada iman asli milik leluhur mereka. Yang
tertinggal hanyalah tanda-tanda salib yang pernah dikenalkan oleh Pastor Ventimiglia

36
kepada mereka. Namun tanda salib tersebut telah kehilangan arti yang sebenarnya.
Tanda salib hanya menjadi benda fetis (jimat) yang berkhasiat magis sebagai penolak
bala yang hingga saat ini terkenal dengan sebutan lapak lampinak dalam bahasa
Dayak atau cacak burung dalam bahasa Banjar.
Di masa penjajahan, suku Dayak di daerah Kalimantan Tengah, sekalipun telah
bersosialisasi dengan pendatang, namun tetap berada dalam lingkungannya sendiri.
Tahun 1919, generasi muda Dayak yang telah mengenyam pendidikan formal,
mengusahakan kemajuan bagi masyarakat sukunya dengan mendirikan Serikat Dayak
dan Koperasi Dayak, yang dipelopori oleh Hausman Babu, M. Lampe , Philips Sinar,
Haji Abdulgani, Sian, Lui Kamis , Tamanggung Tundan, dan masih banyak lainnya.
Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, bergerak aktif hingga tahun 1926. Sejak saat itu,
Suku Dayak menjadi lebih mengenal keadaan zaman dan mulai bergerak.
Tahun 1928, kedua organisasi tersebut dilebur menjadi Pakat Dayak, yang bergerak
dalam bidang sosial, ekonomi dan politik. Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan
tersebut ialah Hausman Babu, Anton Samat, Loei Kamis. Kemudian dilanjutkan oleh
Mahir Mahar, C. Luran, H. Nyangkal, Oto Ibrahim, Philips Sinar, E.S. Handuran, Amir
Hasan, Christian Nyunting, Tjilik Riwut, dan masih banyak lainnya. Pakat Dayak
meneruskan perjuangan, hingga bubarnya pemerintahan Belanda di Indonesia.
Tahun 1945, Persatuan Dayak yang berpusat di Pontianak, kemudian mempunyai
cabang di seluruh Kalimantan, dipelopori oleh J. Uvang Uray , F.J. Palaunsuka, A.
Djaelani, T. Brahim, F.D. Leiden. Pada tahun 1959, Persatuan Dayak bubar, kemudian
bergabung dengan PNI dan Partindo. Akhirnya Partindo Kalimantan Barat meleburkan
diri menjadi IPKI. Di daerah Kalimantan Timur berdiri Persukai atau Persatuan Suku
Kalimantan Indonesia dibawah pimpinan Kamuk Tupak, W. Bungai, Muchtar, R. Magat,
dan masih banyak lainnya.

Pakat Dayak

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pada tahun 1937, generasi muda
Kalimantan yang telah mengenyam pendidikan formal, mengerti dan mengikuti
perkembangan zaman, mengadakan pertemuan untuk membicarakan segala sesuatu
mengenai urusan suku Dayak dan urusan tanah Dayak sendiri. Pertemuan ini diadakan
karena mereka merasa prihatin akan situasi dan keadaan masyarakat sukunya. Dalam
segala raad-raad atau komite-komite yang diadakan oleh pihak pemerintah Belanda,
ataupun pihak partikulir, orang-orang dari suku Dayak tidak pernah diberi kesempatan
untuk duduk di situ, walau kenyataannya poin pembicaraan adalah urusan tanah Dayak
sendiri. Wakil Kalimantan di Volksraad Pejambon, juga tidak memberikan perhatian
sehingga keinginan rakyat Dayak tidak pernah terdengar sampai Pejambon.
Kemudian didirikan suatu komite yang diberi nama Komite Kesadaran Suku Dayak.
Tujuan utama pendirian ialah untuk menuntut hak dan kedudukan dalam Sidang Dewan
Rakyat serta mengobarkan semangat suku Dayak akan nasib tanah airnya. Komite ini
telah mengumpulkan beribu-ribu tanda tangan dari seluruh suku Dayak, baik yang
berdomisili di Kalimantan, maupun yang sedang merantau, untuk meminta kedudukan
dalam Dewan Rakyat yang disampaikan kepada Pemerintah Agung.

Maksud dan Tujuan Pendirian Pakat Dayak

Maksud dan tujuan pendirian Pakat Dayak, seperti tersebut dalam Anggaran Dasar,
pasal 2 dan 3, adalah sebagai berikut:

37
Pasal 2
Dasar:

Perhimpunan ini berdasar pada persatuan suku Dayak dengan mengindahkan


persamaan hak dan kewajiban. Maksud persatuan ini ialah penggabungan seluruh suku
Dayak, hingga merupakan satu golongan yang besar dan teratur.

Pasal 3
Tujuan

a. Mengejar ketinggalan derajat suku, baik dalam soal politik, sosial dan ekonomi.
b. Persatuan seluruh suku Dayak
c. Mengejar segala hak-hak yang diakui oleh Hukum Negara.
d. Mempertinggi kembali Adat Leluhur, serta Kebudayaan Suku.

Terlihat dari pernyataan tersebut bahwa perhimpunan Pakat Dayak bukan perhimpunan
keagamaan, sehingga siapapun yang merasa seorang Dayak berhak menjadi anggota.
Dalam usianya yang keempat, Pakat Dayak telah beranggotakan empat ribu lima ratus
orang. Cabangnya tersebar di Dusun Timur, Barito, Kapuas, Kahayan, Samarinda,
Pontianak, Katingan, Mentaya, Pangkalan Bun, Sebangau, Seruyan, bahkan dua
cabang berada di Jawa. Dalam waktu singkat, Pakat Dayak telah mampu membangun
9 buah sekolah serta berpuluh-puluh warung kecil.

38
BAB V
Sistem Teknologi

39
1.) Masakan Dayak
Seperti umumnya suku-suku di Nusantara, demikian pula suku Dayak, makanan utama
mereka adalah nasi, yang dilengkapi dengan sayur mayur serta lauk pauknya. Uraian
singkat cara suku Dayak mengolah bahan makanan untuk menjadi santapan harian
mereka.

Beras

Padi yang diolah menjadi beras, kemudian ditanak hingga menjadi nasi, cara
pengolahannya:

Bari atau nasi putih yang merupakan makanan pokok berasal dari beras dengan
bermacam cara pengolahan untuk dapat dimakan. Dimasak dengan mempergunakan
kenceng , kukusan yang terbuat dari rotan atau bamboo atau dibuat ketupat

Bari Tanihi yaitu nasi putih yang dimasak di dalam bambu, dan dibungkus dawen tewu .
Biasanya memasak nasi dengan cara demikian ialah untuk bekal perjalanan jauh atau
dalam upacara-upacara adat.

Bari Bahenda atau nasi kuning.

Ketupat ialah nasi yang dimasak dalam ketupat yang terbuat dari daun kelapa muda
yang dianyam atau dimasukkan dalam sejenis tumbuhan hutan yang bentuknya seperti
ketupat. Biasanya ketupat dibuat untuk bekal perjalanan jauh atau dalam upacara-
upacara adat.

Bari Sanga atau Bari Narang ialah nasi goreng. Biasanya dibuat untuk makan pagi.
Cara pembuatan sama dengan cara pembuatan nasi goreng pada umumnya hanya
minyak yang digunakan kadang-kadang menggunakan minyak tengkawang, kadang-
kadang minyak babi.
Bubur Nasi, bubur yang terbuat dari beras yang diberi air dengan perbandingan satu
banding empat, dicampur santan kelapa, gula merah dan madu.

Kangkuyau, bubur yang terbuat dari beras yang diberi air dengan perbandingan satu
banding empat, diberi sedikit garam.

Pulut

Pulut atau ketan. Ada dua jenis ketan yaitu ketan hitam dan ketan putih.

Kenta, jenis panganan terbuat dari beras ketan yang baru saja dipanen. Cara
membuatnya padi ketan yang baru saja mulai menguning, dipotong dan dikumpulkan,
kemudian dimasak dalam periuk tanpa air, dan boleh juga diberi sedikit air sampai
baunya wangi dan isinya menjadi lembek. Setelah itu didinginkan. Baru kemudian
ditumbuk di lisung hingga bentuknya pipih, dan dibersihkan kulit padinya. Cara
menyajikan yaitu kenta dicampur parutan kelapa dan gula.

40
Amping, sejenis panganan yang terbuat dari ketan. Cara membuat amping hampir
sama dengan cara membuat kenta, bedanya amping dibuat dari padi ketan yang telah
kering dan dipilih padi ketan yang terbaik. Padi ketan yang telah kering digoreng tanpa
minyak dalam kuali hingga beras dalam padi ketan tsb masak. Kemudian ditumbuk di
lisung hingga berbentuk gepeng. Setelah kulit padi dibersihkan maka amping tersebut
dapat dihidangkan dengan dicampur parutan kelapa dan gula pasir. Namun dapat juga
dimakan bersama ikan asin atau wadi yang digoreng.

Lamang, sejenis makanan yang dimasak di dalam bambu yang dilapisi daun pisang,
diberi santan kelapa dan garam secukupnya.

Pulut Kukusan, jenis makanan yang terbuat dari beras ketan yang dikukus. Biasanya
pulut kukusan dimakan bersama inti yaitu parutan kelapa yang dicampur gula merah
dan dimasak di api.

Ubi Kayu

Kangkalut, makanan yang terbuat dari singkong. Cara membuatnya singkong dikupas,
dibersihkan, dipotong dadu dicampur beras dan ditanak seperti menanak nasi.

Sangkuwai, makanan yang terbuat dari singkong. Cara membuat, singkong dikupas,
dibersihkan, dipotong dadu, dicampur beras dengan perbandingan satu banding dua
lalu dikukus hingga matang.

Goreng Jawau. Singkong dikupas, dicuci bersih, dipotong sepantasnya lalu digoreng
dengan minyak kelapa, minyak tengkawang ataupun minyak babi.

Tapai Jawau, tape yang terbuat dari singkong. Caranya, singkong dikupas, dicuci
bersih, dikukus. Setelah hangat-hangat kuku dicampur ragi ditutup rapat selama dua
puluh empat jam dan siap dinikmati.

Luntuh Jawau. Ubi Kayu direbus.

Sayur Mayur

Cara Membuat Masakan Sayur Berkuah

Dalam pengolahan sayur sayuran, suku Dayak sangat menggemari sayuran berkuah
dengan bumbu-bumbu yang sama, hanya bahan yang berbeda-beda. Untuk bahan
tertentu sayur berkuah akan lebih nikmat apabila ditambahkan santan kelapa. Bumbu-
bumbu yang dibutuhkan pada umumnya sama yaitu serai, laos, lombok, kunir, suna,
garam dan terasi.

Bahan masakan adalah sayuran sesuai selera dan ikan sungai yang berlemak. Untuk
ikan bisa diganti ayam atau sapi, boleh juga daging babi. Cara membuat, semua bumbu
diulek halus, dicampurkan pada ikan/ayam/sapi/babi, dimasukkan kuali, diberi sedikit air
, diletakkan di atas api hingga mendidih. Setelah mendidih dimasukkan sayuran hingga
matang dan siap disaji. Juhu dapat pula dibuat dari campuran beberapa jenis sayuran.
Pada saat memasak maka sayur yang masaknya lebih lama dimasukkan lebih dahulu
baru kemudian dimasukkan sayuran yang cepat matang.

Macam-macam Juhu

41
Juhu Dawen kayu. Sayur berkuah dedaunan yang dapat dimakan.

Juhu Dawen Saretak. Sayur berkuah daun kacang panjang.

Juhu Ujau. Kuah umbut-umbutan

Juhu Tantimun. Kuah timun, biasanya ditambah sedikit santan kelapa.

Juhu Singkah. Kuah rotan muda, rasanya agak pahit.

Juhu Enyoh. Kuah kelapa muda.

Juhu Singkah Enyoh. Kuah batang kelapa muda.

Juhu Singkah Hambie. Kuah batang rumbia muda.

Juhu Bua Pisang. Gulai buah pisang muda, pakai santan.

Juhu Batang Pisang. Gulai batang pisang, bersantan.

Juhu Kangkung. Gulai kangkung, bersantan.

Juhu Baluh Baputi. Kuah labu putih.

Juhu Baluh Bahenda. Kuah labu kuning, boleh bersantan boleh tidak.

Juhu Dawen jawau. Kuah daun singkong, boleh bersantan, boleh tidak.

Juhu Kujang. Gulai keladi diberi santan. Terkadang keladi bila dimasak terasa gatal,
maka untuk menghilangkannya keladi dibersihkan, direbus dengan diberi garam
secukupnya hingga mendidih dan kemudian airnya dibuang. Setelah itu ikan yang telah
dicampur bumbu-bumbu, santan kelapa, keladi, ditambahkan daun nangka muda yang
telah dipotong kecil-kecil tujuh lembar lalu diletakkan di atas api hingga matang. Apabila
daun nangka muda tidak ada, penghilang gatal dapat diganti kerak nasi.

Juhu Kanas. Kuah buah nanas muda.

Juhu Mantela Mangur. Gulai pepaya muda, boleh bersantan, boleh tidak.

Juhu Lauk. Kuah ikan

Juhu Kamenyo. Kuah daun kamenyo, rasanya asam.

Juhu Leping. Kuah daun leping rasanya asam.

Juhu Tampuyak. Kuah durian yang telah diasinkan, rasanya asam.

Juhu Dahian. Kuah durian muda.

Juhu Asem. Kuah asam muda.

42
Juhu Galimbing Tunjuk. Kuah belimbing wuluh

Juhu Rimbang. Kuah rimbang, rasanya asam.

Juhu Kulat. Kuah cendawan

Juhu Uwi. Kuah ubi,boleh diberi santan, boleh juga idak.

Juhu Bajei. Kuah paku boleh diberi santan, boleh juga tidak

Juhu Kalakai. Kuah daun kalakai.

Juhu jagung Muda. Kuah jagung muda

Juhu Dawen Paria. Kuah daun Paria (pare)

Juhu Paria. Kuah paria (pare)

Juhu Taya/Bengkel. Kuah taya/bengkel, pahit rasanya

Dawen Mantela
Sayur daun kates muda, biasanya dicampur dengan lemak babi.

Luntuh Dawen Mantela dengan Pancuk


Daun pepaya muda direbus dan dimakan bersama pancuk yang berarti sambel terasi
yang dibuat dari lombok, terasi, garam, diulek dan ditambah air jeruk nipis.

Luntuh Dawen Jawau dengan Pancuk


Daun ubi kayu muda, jangan dilepaskan dari tangkai yang masih muda, dicuci bersih,
direbus dan dimakan bersama sambal yang terbuat dari lombok merah, garam, terasi,
diulek dan diberi air jeruk nipis.

Tepen Dawen jawau


Tepen dawen jawau ialah daun ubi kayu yang telah ditumbuk halus dilisung. Babi
berlemak dipotong kecil-kecil dicampur bumbu, diberi air sedikit dan santan kelapa,
diletakkan di api. Apabila telah mendidih dimasukkan daun ubi kayu yang telah
dihaluskan sampai matang siap dihidangkan. Bumbunya harus dihaluskan terlebih
dahulu. Bumbunya antara lain lombok, kunir, laos, serai, suna, bila tidak ada suna boleh
diganti bawang merah, terasi dan garam. Cara lain boleh juga semua bahan diletakkan
di wajan dan dimasak hingga kuahnya hampir kering.

Terong Mapui
Terong ungu yang sedang besarnya, dibakar dengan kulitnya hingga matang dan
menjadi lembek. Kemudian siapkan lombok rawit, terasi, garam, serei, diulek halus,
ditambah ikan bakar yang berlemak dan terong bakar, ditekan pelan-pelan sampai
tercampur.

Lauk Pauk

Jenis-jenis binatang yang dimakan:


1). Jenis-jenis ikan
2). Sapi

43
3). Babi hutan, babi yang dipelihara
4). Kerbau, hadangan, hurangan
5). Rusa, manjangan, payau, bengau
6). Kijang atau karahau, kancil atau pelanduk
7). Ayam atau manuk, ayam alas atau ayam hutan
8). Itik, bebek, angsa atau japun
9). Bermacam-macam burung
10). Bermacam-macam ular, antara lain ular payahe atau paraca, panganen atau ular
sawah, depong, marawak, dan lain-lain
11). Bajai atau buaya, biawak, sambuk, muhe, dan jenis lainnya
12). Orang Hutan, kahiu atau alas, beruk
13). Bulus, bioko, kura-kura
14). Landak

Jenis Masakan

Sangan
Sangan ialah masakan yang terbuat dari ikan atau babi atau sapi. Setelah bahan
dibersihkan dan dipotong sesuai selera, dicampurkan dengan bumbu-bumbu yang
terdiri dari ulekan garam, laos, kunir,serai, terasi, jahe, lombok. Setelah itu digoreng
dengan menggunakan minyak kelapa atau minyak babi.

Panggang
Panggang ialah daging binatang atau ikan yang telah dibersihkan diberi garam dan
dibakar di bara api sampai matang. Untuk Ikan kecil ditusuk seperti sate. Khusus untuk
jenis ikan saluang yaitu sejenis ikan kecil yang sangat populer bagi orang Dayak,
pantang di bakar.

Lawar
Lawar ialah masakan yang terbuat dari jeroan atau isi perut binatang berkaki empat
ataupun ikan. Cara membuat setelah jeroan dibersihkan dan dipotong kecil-kecil,
dicampurkan dengan bumbu-bumbu yang telah diulek yang terdiri dari garam, laos,
jahe, serai, terasi, lombok, kunir. Boleh diberi sedikit santan kelapa, boleh juga tidak,
sesuai selera. Setelah itu dimasukkan dalam kuali diletakkan di atas api sampai matang
dan siap dihidangkan.

Tanak
Tanak ialah jenis masakan yang terdiri dari Ikan atau daging atau jeroan yang telah
dibersihkan dan dipotong kecil-kecil, dicampur bumbu-bumbu seperti di atas, diberi air
hanya sedikit dimasak hingga matang. Lawar dan tanak hampir sama hanya tanak
kunirnya lebih banyak. Dapat dimakan sebagai teman nasi atau ketan.

Burup
Burup sama dengan tanak namun harus terbuat dari bahan ikan bukan daging.

Opor
Opor jenis masakan bersantan. Bahan daging binatang berkaki empat atau ayam.
Bumbu-bumbunya ialah: Garam, lombok, pala, kayu manis, kunir, laos, serai, merica,
yang kesemuanya diulek halus. Kelapa dibakar, diparut dan ditumbuk hingga halus.
Kemudian bahan, bumbu, kelapa bakar yang telah dihaluskan dicampur jadi satu, diberi
santan kelapa secukupnya dan dimasak hingga matang.

44
Kalampis
Kalampis adalah makanan sejenis pepes. Cara membuatnya : Ikan boleh besar boleh
ikan-ikan kecil, dicampur bumbu-bumbu yang telah diulek halus. Adapun bumbu-
bumbunya adalah suna, bila tidak ada boleh diganti bawang merah, garam, lombok,
laos, serai, kunir. Kemudian semua bahan dan bumbu dibungkus daun pisang dan
dipanggang diatas bara api hingga matang.

Kohok
Kohok ialah jenis masakan yang dimasak dalam bambu. Bahan boleh daun keladi atau
daun singkong muda. Cara membuat: daun-daun yang akan digunakan sebagai bahan
ditumbuk halus, kemudian dicampur dengan bumbu-bumbu yang terdiri dari suna,
garam, lombok, laos, serai, kunir yang kesemuanya sudah diulek halus. Bahan
dicampurkan dengan bumbu-bumbu ditambah potongan kecil daging babi berlemak
atau ikan yang tidak banyak durinya, masukkan dalam seruas bambu, beri sedikit air,
bakar di bara api kecil hingga mateng. Apabila sering dihangatkan, masakan ini bisa
bertahan beberapa hari.

Panggang Kaluk/Gatal
Panggang kaluk atau gatal ialah panggang ikan. Ikan yang dapat dibuat panggang
kaluk adalah jenis ikan besar baik bersisik ataupun tidak. Setelah isi perut ikan
dikeluarkan, biarkan ikan tetap utuh, untuk ikan bersisik, sisiknya jangan dibuang.
Bumbu-bumbu yang telah diulek halus yang terdiri dari garam, lombok, suna, laos,
serai, jahe, terasi dan kunir agak lebih banyak, dimasukkan kedalam perut ikan.
Kemudian ikan dijepit dengan bambu yang telah dibelah dua sampai tubuh ikan
menjadi bengkok. Kaluk berarti bengkok. Bakar dalam bara api hingga matang dan
agak kering siap disantap.

Pancit
Pancit ialah masakan yang terbuat dari jeroan atau perut ikan-ikan kecil. Caranya isi
perut ikan kecil-kecil dikumpulkan, dibersihkan dicampur bumbu-bumbu yang terdiri dari
bumbu yang sama dengan membuat tanak, diberi sedikit air dan dimasak dalam kuali
hingga matang. Boleh juga memasaknya dalam seruas bambu.

Panggang Enyak
Panggang enyak ialah panggang babi yang berlemak. Cara membuatnya babi
berlemak dipotong dengan potongan agak besar, diberi garam dan dipanggang diatas
bara api hingga matang. Setelah matang pada waktu mau disantap terlebih dahulu
dipotong kecil sesuai selera, dan dimakan sebagai teman nasi dan pancuk atau sambel
terasi.

Kandas/Pipis
Kandas atau pipis ialah masakan sambel dan ikan panggang. Cara membuat, yaitu Ikan
besar dipanggang hingga mateng, kemudian lombok, garam, terasi dan belimbing
tunjuk atau dapat pula serai diulek halus. Setelah itu ikan panggang di ulek pelan-pelan
pada sambel hingga gepeng dan siap disantap.

Pundang
Pundang ialah ikan asin yang digoreng atau dibakar.

Luntuh Manuk
Luntuh Manuk ialah ayam utuh yang direbus berkuah. Caranya ayam dibersihkan,
jangan dipotong-potong, biarkan utuh, kemudian kunir dibakar, kupas, gepengkan.

45
Ayam utuh tadi dimasukkan dalam kuali, bersama kunir bakar yang telah digepengkan,
garam, serai yang juga utuh cukup dibersihkan dan digepengkan saja tidak perlu
dihaluskan, lombok utuh, suna, dan tambahkan air agak banyak, selanjutnya dimasak
hingga matang.

Pengawetan Bahan Makanan

Kariting atau Karapas


Keriting atau Karapas ialah salah satu cara pengawetan daging babi. Caranya: Daging
dan lemak babi ditaburi garam dan disangrai hingga kering. Setelah dingin disimpan
bersama lemaknya dalam suatu tempat yang dapat ditutup rapat. Pengawetan cara ini
dapat bertahan hingga enam bulan asalkan jangan terkena air dan kadang-kadang
dipanaskan di atas api.

Sehei
Sehei adalah salah satu cara untuk mengawetkan ikan. Daya tahan cara pengawetan
ini tidak lebih dari tujuh hari. Caranya, yaitu ikan yang masih baru di panggang di atas
bara api hingga kering benar.

Kalasuam
Kalasuam adalah cara pengawetan daging buruan atau ikan agar rasanya tidak
berubah. Namun pengawetan cara ini daya tahannya tidak lebih dari dua hari. Caranya
: Ikan atau daging yang akan diawetkan diberi garam secukupnya, dikasih sedikit air,
dimasak setengah matang diatas api dan tutup panci jangan dibuka hingga saat akan
dimanfaatkan.

Pakasem
Pakasem adalah salah satu cara pengawetan ikan atau daging. Caranya ikan atau
daging yang akan dipakasem terlebih dahulu dipotong sebesar telapak tangan,
kemudian diberi garam dan dicampur hingga merata. Setelah itu didiamkan dahulu
selama setengah jam, baru kemudian diberi nasi secukupnya dan dicampur hingga
merata. Boleh juga ditambahkan daging durian dan dicampurkan hingga merata. Baru
kemudian disimpan dalam tempayan atau bambu dan ditutup rapat. Apabila
pembuatannya sempurna dan tutupnya rapat, daya tahan dapat mencapai enam bulan.

Pundang
Pundang ialah pengawetan ikan atau daging dengan cara dijemur disinar mata hari
hingga kering. Caranya setelah ikan atau daging dibersihkan dan diberi garam
secukupnya, dijemur disinar mata hari hingga keringnya merata.

Wadi
Salah satu cara pengawetan ikan yang daya tahannya bisa mencapai setahun. Cara
pembuatan, pertama-tama ikan yang akan diawetkan menjadi wadi dibersihkan dan
dipotong-potong sebesar telapak tangan, dicampur garam hingga merata dan diletakan
dalam suatu tempat tertutup. Kemudian sangrai, padi hingga kering dan matang beras
yang ada dalam padi tsb, setelah itu dalam keaadaan masih panas, padi yang telah
disangrai ditumbuk hingga halus, dan campurkan merata pada ikan yang telah
tercampur garam merata tadi. Bila ikan, garam dan padi yang telah ditumbuk tadi
dicampur merata, agar lebih awet, tambahkan lagi sedikit garam yang kemudian
campurkan agar benar-benar merata. Jaga dan hindari jangan sampai dihinggapi lalat.
Cara penyimpanan dimasukan dalam balanga atau bambu dan ditutup rapat.

46
Di daerah Tewang Pajangan, wadi ikan manjuhan disantap dalam keadaan mentah,
tanpa dimasak terlebih dahulu asalkan wadi tersebut telah jadi. Ikan manjuhan mentah
yang telah dikucuri jeruk terlebih dahulu juga langsung dapat disantap tanpa dimasak
terlebih dahulu.

Tampuyak
Tampuyak ialah cara pengawetan durian yang diasinkan. Caranya daging durian
mateng dipisahkan dari bijinya, diberi garam secukupnya, masukkan dalam belanai
atau tempayan dan ditutup rapat. Pengawetan durian cara ini bisa mencapai enam
bulan asal tidak dihinggapi lalat. Apabila hanya membuat sedikit, kadang kadang selain
garam juga ditambahkan sedikit gula dan lombok rawit. Tempuyak dapat langsung
dimakan begitu saja sebagai teman nasi atau diberi campuran udang dan di goreng
dengan sedikit minyak, dapat pula sebagai campuran membuat juhu.

Lampuk atau Megan atau Dodol Duren


Daging duren dimasak di atas api sampai berwarna coklat, dibungkus dengan daun,
diasapkan atau di para.

Rampang
Rampang : ialah salah satu cara pengawetan ubi kayu. Caranya, yaitu pertama kupas
ubi kayu, cuci bersih, potong kecil-kecil, jemur hingga kering benar. Setelah kering
tumbuk hingga menjadi tepung halus. Rampang biasanya dapat di jadikan bahan
pembuatan panganan, kue-kue, dibuat bubur, bahkan dicampurkan pada nasi. Daya
tahan dapat mencapai enam bulan.

Kupue
Kupue adalah salah satu cara pengawetan ubi kayu. Daya tahan pengawetan dapat
mencapai setahun. Kejadian penting yang sulit dilupakan oleh orang Dayak ialah
mereka pernah diselamatkan oleh kupue. Saat itu tahun 1918, panen gagal. Kemudian
beras sebagai makanan pokok digantikan oleh kupue. Cara pembuatannya terlebih
dahulu ubi kayu dikupas, dan direndam dalam air, boleh direndam dalam tempayan
besar yang telah diberi air, boleh juga dimasukkan dalam keranjang besar yang terbuat
dari bambu atau rotan dan direndam dalam air sungai. Perendaman memakan waktu
sekitar satu minggu hingga ubi kayu menjadi lembek dan baunya asam. Setelah air
ditiriskan, dijemur hingga kering benar, ditumbuk halus hingga menjadi tepung dan
disimpan dalam tempayan dan ditutup rapat. Tepung kupue dapat dimanfaatkan untuk
membuat makanan, bubur atau campuran nasi.

Wadai atau Kue Basah

Wadai, wajik, dikang, lamang, garuk, gatas, tamanyau, ahas, goreng-gorengan, tanak-
tanakan, panggang-panggangan, sukup sipan wadai egang eguk mahi atun .

Minuman Beralkohol

Baram,tuak, anding yang dibuat dari nasi, ketan, hanau, enau, nila, berwarna putih
jernih, putih susu, kuning, hitam dan merah tua. Tuak dapat disimpan lama, semakin
lama semakin baik, terutama di daerah Kalimantan Timur, Utara dan Tengah.

47
2.) Kerajinan Tangan

Tanggoi

Tanggoi ialah penutup kepala atau sejenis topi berukuran lebar. Lebar tanggoi
biasanya limapuluh centimeter. Gunanya untuk menutupi kepala dari panas matahari.
Bahan yang digunakan untuk membuat topi ialah rotan, atau daun rais. Biasanya topi
digunakan untuk bepergian, berladang dan menangkap ikan.

Tanggoi Dare. Topi yang terbuat dari rotan dan bermotif.

Tanggoi Sarudong. Kerudung

Tanggoi Uei. Topi yang terbuat dari rotan tanpa motif.

Tanggoi Kayu. Topi yang terbuat dari kayu ringan misalnya kayu jalutung.

Tanggoi Lahung. Topi yang terbuat dari bahan purun dan bermotif.

Tanggoi Sentang

Amak

Amak adalah tikar yang gunanya sebagai alas duduk, ataupun alas tidur. Ukurannya
berbeda-beda sesuai kebutuhan. Dibuat dari anyaman rotan, daun rais, atau daun
purun. Amak yang terbuat dari anyaman rotan yang telah diraut halus biasanya
bermotif. Namun untuk amak yang terbuat dari daun rais atau daun purun biasanya
tanpa motif dan lebih populer disebut lampit. Nama-nama Amak:
a. Amak Purun.
b. Amak Pararani.
c. Amak Madu, dibuat dari kajang, dapat disusun sampai tujuh.
d. Amak kajang kacang.
e. Amak Tihing/ tahing.
f. Amak Danau.
g. Amak Pasar.
h. Amak Letem
i. Amak Bamban.
j. Amak Talep.
k. Amak Hilai.
l. Amak Lampit.
m. Amak Rais.
n. Amak Dangan.
o. Amak Dare.
p. Amak Biro.
q. Amak Tahising.
r. Amak Dawen.
s. Amak Silar.

48
t. Amak Pahakung.
u. Amak Dawen Enyoh.

Lain-lain

Kasai
Bedak dingin digunakan tidak saja oleh kaum perempuan, tetapi juga oleh kaum laki-
laki. Disamping untuk merawat kulit, kasai juga bermanfaat untuk melindungi kulit dari
sengatan sinar matahari.

Bulu Burung
Bulu burung sering digunakan untuk asesoris, terkadang dipasang pada mandau
pusaka atau pada ikat kepala, atau asesoris pada saat menari. Yang sering digunakan
untuk asesoris adalah bulu burung haruai dan bulu burung tingang atau enggang.

3.) Pakaian
Bahan pakaian, begitu juga selimut, dibuat dari kulit kayu siren atau kayu nyamu. Pada
jaman dahulu, orang Dayak ada yang menggunakan pakaian dari kulit hewan (antara
lain macan dahan) lengkap dengan ekornya. Bila dilihat dari jauh, seolah-olah ekor
tersebut (bagian dari kulit macan tadi) adalah bagian tubuh dari orang Dayak. Hal ini
yang menyebabkan pada masa lalu muncul anggapan bahwa orang Dayak memiliki
ekor.

Gambar orang Dayak dengan pakaian kulit hewan

Baju Kalambi Barun Rakawan. Jenis pakaian yang dipakai pada saat upacara adat,
khususnya pada saat upacara tiwah.

Salingkat Sangkurat Benang Ranggam Malahui. Jenis pakaian yang dipakai pada
saat upacara adat, khususnya pada saat upacara tiwah.

Ewah. Semacam cawat

Ewah Bumbun. Semacam cawat yang digunakan dalam upacara adat dan berwarna
kuning.

Ewah Nyamo. Cawat yang terbuat dari kulit kayu.

Sakarut/Sangkarut. Semacam rompi dan di bagian sebelah dalam banyak jimat.

Sampah Ukong. Jenis pakaian yang terbuat dari bahan kajang ukong.

Sampah Angang. Sejenis topi pisur waktu menawur.

49
Lawung Sansulai Dare Nucung Dandang Tingang. Sejenis ikat kepala yang
digunakan pada saat upacara adat, khususnya pada saat pelaksanaan upacara tiwah.

4.) Peralatan Pertukangan


Puputan
Puputan ialah peralatan yang biasa dimiliki oleh seorang pandai besi untuk membuat
peralatan-peralatan yang terbuat dari besi untuk keperluan hidup sehari-hari. Puputan
berbentuk dua buah tabung yanng berukuran tujuhpuluh lima centimeter dan duapuluh
centi meter. Pada bagian dinding bawah diberi dua lubang dan kemudian dipasang
bambu yang berdiameter lima centmeter yang gunanya untuk cerobong angin. Fungsi
puputan menyerupai pompa yang dapat menghasilkan hembusan angin yang gunanya
untuk meniup bara api guna memanaskan besi yang ditempa.

Bur
Bur ialah bur

Gergaji
Gergaji ialah gergaji

Paku
Paku ialah paku

Kawat
Kawat ialah kawat

Katam
Katam ialah ketam

Pahat
Pahat ialah pahat

5.) Peralatan Rumah Tangga


Batu Asa
Batu asa ialah sejenis batu yang digunakan untuk mengasah pisau, belati, mandau,
ambang, dsb.

Penyaok labo
Penyaok Labo berfungsi sebagai ember untuk membawa atau tempat menyimpan air,
terbuat dari buah labu yang telah tua, kemudian dikeringkan dan isi labu tersebut
dibuang. Untuk memasukan dan mengeluarkan air dibuat lubang pada bagian atas labu
dan dipasang tali yang terbuat dari rotan untuk pegangan pada saat membawanya.

Sangkalan
50
Sangkalan ialah sejenis cobek yang gunanya untuk membuat sambel atau melumatkan
bumbu-bumbu dapur. Ukuran bervariasi sesuai kebutuhan dan terbuat dari bahan kayu
ulin.

Nyiru
Nyiru atau Intar terbuat dari rotan, fungsinya untuk memisahkan beras dari kulit padi
atau padi yang masih tersisa.

Intar
Intar sama dengan nyiru, fungsinya sama namun bedanya intar pada bagian tengah
lingkaran diberi lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai alat penyaring antara beras
dan padi.

Langgei Puai
Langgei Puai ialah sejenis pisau kecil pelengkap mandau. Tangkainya panjang sekitar
dua puluh centimeter dan mata pisaunya berbentuk lebih kecil dari tangkainya. Bentuk
mata pisau semakin ke ujung meruncing kecil dan sangat tajam. Gunanya untuk
membersihkan dan menghaluskan benda-benda seperti rotan, juga berfungsi untuk
mengeluarkan duri yang terinjak ditelapak kaki, karena dimasa yang telah lalu orang
Dayak berkelana dihutan tanpa alas kaki. Kumpang nya melekat pada sarung atau
kumpang mandau sehingga mandau dan langgei Puai selalu dekat tak terpisahkan.

Langgei Panamek
Langgei Panamek ialah sejenis pisau kecil bertangkai panjang. Gunanya untuk meraut
palawi yaitu akar kayu jelutung yang ringan dan lemah.

Keba atau Pakalu


Keba atau Pakalu adalah sejenis tas punggung, terbuat dari rotan. Keistimewaan keba
sebagai alat mengangkut barang untuk perjalanan jauh ini karena dapat mengangkat
barang dengan ukuran besar maupun kecil. Hal ini disebabkan karena salah satu
bagian dinding keba dapat dibuka dan ditutup. Pada umumnya keba digunakan untuk
mengangkut hasil-hasil hutan Bentuk keba menyerupai kubus, tinggi antara empatpuluh
sampai tujuhpuluh lima centimeter.

Luntung atau Lanjung


Luntung atau Lanjung adalah sejenis tas punggung yang terbuat dari rotan dan fungsi
utamanya adalah untuk mengangkut barang dalam perjalanan jauh. Pada umumnya
luntung tidak hanya digunakan untuk mengangkat padi, tapi juga untuk mengangkat
barang lainnya. Bentuk luntung menyerupai kubus namun bagian atas yang tidak diberi
tutup berukuran lebih besar dari pada bagian bawah. Ukurannya bervariasi sesuai
selera, yang sering ditemukan ukuran garis tengah dasar lima puluh centimeter dan
garis tengah atas tujuhpuluh sentimeter, dan tingginya tujuhpuluh lima centimeter
namun kadang-kadang dibuat dengan ukuran lebih besar atau lebih kecil. Nama-nama
jenis luntung antara lain luntung kembang, luntung silip dan luntung jarang.

Kipas
Kipas terbuat dari anyaman rotan atau anyaman bambu.

Sasapu
Sasapu atau sapu terbuat dari sabut kelapa disebut sapu ijuk dan yang terbuat dari ijuk
disebut sasapu haduk.

51
Kusak
Sejenis tas yang dijinjing dan digunakan untuk membawa barang, sejenis keranjang.

Karanjang
Karanjang sejenis tas yang dijinjing dan digunakan untuk membawa bahan-bahan
kebutuhan masak memasak. Misalnya Bumbu-bumbu dapur, sayur mayur baik dari
kebun sendiri maupun dari pasar.

Rambat
Rambat adalah sejenis tas punggung, terbuat dari rotan yang telah diraut dan
dibersihkan dengan rapi sehingga hasil akhirnya tampak lembut dan rapi. Bentuknya
menyerupai tabung, tinggi lima puluh centi meter, garis tengah lingkaran baik atas
maupun bagian bawah tigapuluh centi meter. Rambat tidak memakai tutup namun pada
ujung bagian atas terdapat gelang-gelang kecil yang terbuat dari anyaman rotan. Di
dalam gelang-gelang tersebut diberi tali dengan maksud apabila tali ditarik maka bagian
sebelah atas rambat jadi mengecil dan berbentuk krucut yang juga berfungsi sebagai
alat penutup.

Pahat Turih
Pahat Turih ialah sejenis pahat yang ujungnya melengkung. Gunanya untuk memahat
atau menurih pohon karet untuk mengambil getah pohon tsb.

Senduk Bangu
Senduk bangu adalah sendok yang terbuat dari tempurung kelapa. Gunanya untuk
menyendok makanan.

Supak
Supak ialah alat yang gunanya untuk mengambil beras atau takaran beras dan terbuat
dari tempurung kelapa.

Sambilu
Pisau yang terbuat dari bambu (bagian kulit luar bambu) berukuran limabelas
centimeter. Gunanya sebagai pengganti pisau untuk makan buah barania atau
gandaria.

Kancip
Kancip adalah alat pemotong sejenis gunting yang digunakan untuk memotong buah
pinang pelengkap sirih pinang.

Jambia
Jambia sejenis duhung yang bentuknya hampir menyerupai keris, pulang atau hulu
terbuat dari tembaga. Jambia juga mempunyai kupang, bedanya dengan duhung
adalah sejenis pusaka dan digunakan untuk menyodok babi pada saat upacara adat.
Jambia didaerah Katingan sering dimanfaatkan sebagai senjata untuk membela diri.

Badek
Sama dengan jambia yang berfungsi seperti pisau digunakan hari-hari. Ada jenis badek
yang dapat dilenturkan, namun ada juga sebagian yang tidak dapat dilenturkan.
Kadang-kadang badek bisa juga berfungsi sebagai benda pusaka, namun untuk badek
yang dianggap sebagai barang pusaka pastilah badek yang dapat dilenturkan.

Jantar

52
Jantar ialah alat pintal benang atau dapat pula digunakan untuk memilin tali. Benang
atau tali yang dipilin berasal serat kayu tengang atau serat kayu baru. Cara
penggunaannya dengan cara menggerakkan kedua pen dengan lilitan tali yang
kemudian ditarik sehingga pen berputar. Pada ujung pen diikatkan serat kayu yang
akan dibuat menjadi tali atau benang.

Lading
Lading berarti pisau, yaitu alat pemotong.

Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya baladau, langgei gunjak, langgei kilung, pisau, Pisau
pamantung, pisau lantik, pisau mambawau, pisau duang, lading belati.

6.) Peralatan Berperang


Mandau

Mandau adalah salah satu senjata suku Dayak yang merupakan pusaka turun temurun
dan dianggap sebagai barang keramat. Di samping itu mandau juga merupakan alat
untuk memotong dan menebas tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya, karena
nyaris sebagian besar kehidupan seharian orang Dayak berada di hutan, maka mandau
selalu berada dan diikatkan pada pinggang mereka.

Sering kali orang terkecoh antara mandau dan parang atau yang disebut ambang atau
apang. Seorang yang tidak terbiasa akan dengan mudah mengira bahwa ambang atau
apang adalah mandau karena memang bentuknya sama. Namun bila diperhatikan lebih
seksama perbedaan akan ditemukan, yaitu mandau lebih kuat dan lentur karena
terbuat dari batu gunung yang mengandung besi dengan proses pengolahan
sedemikian rupa, sedangkan ambang atau apang terbuat dari besi biasa. Mandau
bertatah, atau berukir dengan menggunakan emas, perak atau tembaga sedangkan
ambang atau apang hanya terbuat dari besi biasa.

Mandau atau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau dirawat dengan baik karena
diyakini bahwa mandau memiliki kekuatan spiritual yang mampu melindungi mereka
dari serangan dan maksud jahat lawan. Di samping itu diyakini bahwa mandau dijaga
oleh seorang perempuan, yang apabila pemilik mandau bermimpi dijumpai perempuan
penunggu mandau, berarti rezeki.

Mandau selain dibuat dari besi batu gunung dan diukir, pulang atau hulu mandau yang
biasa disebut pulang mandau juga dibuat berukir dengan menggunakan tanduk rusa
untuk warna putih dan tanduk kerbau untuk warna hitam Namun dapat pula dibuat
dengan menggunakan kayu kayamihing. Untuk memproses pembuatan pulang
mandau dengan kayu kayamihing terlebih dahulu batang kayu yang akan digunakan
tersebut direndam dalam tanah luncur yaitu tanah yang ditemukan di daerah pantai.
Dibagian ujung pulang mandau diberi bulu binatang atau rambut manusia. Untuk
merekatkan mandau dengan pulangnya digunakan getah kayu sambun yang telah
terbukti daya rekatnya.

53
Gambar Pulang mandau terbuat dari tanduk rusa
Setelah pulang dan mandau terikat dengan baik, baru kemudian diikat lagi dengan
jangang. Kemampuan daya tahan jangang tidak perlu diragukan, namun apabila
jangang sulit ditemukan dapat diganti dengan anyaman rotan.

Besi mantikei banyak ditemukan di daerah :


• Di Kereng Gambir, sungai Koro Jangkang, Sungai Mantikei anak Sungai Samba
simpangan Sungai Katingan.
• Batu Mujat dan Batu Tengger yang terdapat disekitar Pasir Tanah Grogot.
• Di hulu Sungai Mahakam sekitar Long Tepat dan Long Deho, serta sekitar Long
Nawang dan Long Pahangai (Kalimantan Timur)
• Batu Montalat yang terdapat di hulu Sungai Montalat anak Sungai Barito (Kabupaten
Barito) di daerah Saripoi Barito Hulu.
• Di hulu Sungai Kapuas (Kalimantan Barat) di udik Putu Sibau.
• Di hulu Sungai Baram, daerah Kucing (Serawak Kalimantan Utara).

Dibutuhkan kemampuan memilih bebatuan yang mengandung besi bila mengawali


pekerjaan ini. Kemudian bebatuan yang terkumpul mereka masak dalam tumpukan
ranting-ranting dan daun kering dengan menggunakan alat yang disebut puputan,
hingga batu-batuan itu bernyala. Dalam keadaan bernyala, bebatuan dimasukkan ke
dalam air, bebatuan mendidih di air, dan terurai. Butir-butiran besi yang dihasilkan
diolah menjadi bahan pembuatan mandau. Besi mantikei sangat keras, tajam, dan
elastis, juga mengandung bisa, disamping itu mahluk halus yang punya maksud jahat
takut pada daya magis yang dimiliki oleh besi mantikei tersebut.

Membuat Mandau dengan besi mantikei prosesnya lebih mudah karena pemanasan
cukup sekali saja, tidak perlu diulang-ulang. Setelah sekali dipanaskan, sekali
dicelupkan ke dalam air, yang biasa disebut suhup lewa, besi mantikei tersebut dapat
segera diproses menjadi bentuk mandau yang diinginkan. Dari tetek tatum diketahui
bahwa mereka yang mampu mengolah besi batu gunung menjadi mandau hanyalah
Pangkalima Sempung dan Bungai serta anak turunannya saja.

Kumpang mandau ialah sarung mandau. Kumpang mandau dibuat dari batang pohon
kayu bawang, atau kayu garunggung yang telah tua usianya. Pada umumnya ketika
membuat kumpang lebih cendrung dipilih bahan kayu garunggung karena selain mudah
dibentuk, juga tidak mudah pecah. Bagian ujung kumpang mandau tempat masuknya
mata mandau dilapisi tanduk rusa. Pada kumpang mandau diberi tiga tempuser undang
yaitu tiga ikatan yang terbuat dari anyaman rotan. Apabila Tempuser undang berjumlah
empat buah berarti mandau tersebut adalah milik pangkalima. Ukiran yang populer
digunakan pada kupang mandau ialah ukiran Rambunan Tambun.
Peralatan pada saat membuat kumpang mandau ialah rautan, pisau, jujuk, dan daun
ampelas. Agar kumpang mandau menjadi halus dan licin lalu diampelas dengan
sejenis daun berbulu yang bernama bajakah tampelas. Pada kumpang mandau
biasanya diberi hiasan manik-manik, atau bulu-bulu burung seperti burung haruei,
burung tingang, burung tanjaku atau burung baliang.

Kumpang mandau diberi tali yang terbuat dari anyaman rotan. Guna tali untuk mengikat
mandau di pinggang karena memang demikianlah cara tepat membawa mandau. Cara
memakai mandau yang benar ialah diikat dipinggang kiri, kupang mandau arah
kedepan, dan mata mandau menghadap ke atas. Tali kumpang selain dipakai untuk

54
mengikat mandau pada pinggang juga tempat mengikat dan menyimpan penyang yaitu
taring-taring binatang dan benda-benda kecil bertuah sebagai jimat.

Pada bagian depan kumpang dibuat sarung kecil untuk menyimpan langgei Puai.
Langgei Puai ialah sejenis pisau kecil pelengkap mandau. Tangkainya panjang sekitar
dua puluh sentimeter dan mata pisaunya berbentuk lebih kecil dari tangkainya. Bentuk
mata pisau semakin ke ujung semakin runcing dan sangat tajam. Gunanya untuk
membersihkan dan menghaluskan benda-benda seperti rotan, juga berfungsi untuk
mengeluarkan duri yang terinjak di telapak kaki, karena di masa yang telah lalu orang
Dayak berkelana di hutan tanpa alas kaki. Sarung atau kumpang langgei melekat pada
sarung atau kumpang mandau, sehingga mandau dan langgei Puai selalu dekat tak
terpisahkan.

Gambar Kumpang Mandau dan Langgei Puai


( Karya Damang J.Saililah )

Beberapa model mandau yang dikenal antara lain :


• Model mata mandau Bawin Butung, model hulu mandau, pulang kayuh.
• Model mata mandau Hatuen Balui, model hulu mandau pulang kayuh.
• Model mata mandau bawin Balui, model hulu mandau pulang kayuh.
• Model Bawen Buhu. Bertatah tiga baris, dibagian ujung mandau juga diberi ukiran.
Model pulang kayuh Neneng.
• Model Butung Bahun Badulilat. Bertatah dua baris. Mandau jenis ini harganya
sangat mahal.
• Model Birang. Polos tanpa tatah, dengan pulang model kamau.

Gambar Mata Mandau


( Karya Damang J. Saililah )

Telawang

Telawang atau perisai yaitu perlengkapan perang yang gunanya untuk melindungi diri
menghadapi serangan senjata lawan. Telawang terbuat dari kayu liat, tidak mudah
pecah dan ringan, bentuk persegi enam, ukuran panjang sekitar satu sampai dua
meter, dengan lebar tiga puluh sampai lima puluh centi meter dan ujungnya mengecil.
Biasanya sebelah depan diberi ukiran sesuai selera pemiliknya, dan sebelah dalam
diberi pegangan.

Sipet

Sipet atau sumpit merupakan senjata utama suku Dayak. Bentuknya bulat panjang
berukuran satu setengah sampai dua meter, berdiameter dua sampai tiga sentimeter.
Pada ujung sipet dibuat sasaran bidik berupa patok kecil bentuk wajik berukuran tiga
sampai lima sentimeter. Pada bagian tengah sipet berlubang, harus lurus dan licin
dengan diameter seperempat sampai tiga perempat sentimeter. Kadang-kadang lubang
sipet bagian bawah lebih besar dari pada lubang sipet bagian atas tetapi kadang-
kadang lubang atas dan bawah ukurannya sama. Guna lubang untuk memasukan anak
sumpitan atau damek. Bagian atas sipet tepat di depan sasaran bidik, dipasang tombak
yang disebut sangkoh terbuat dari batu gunung yang diikat dengan anyaman rotan.

55
Cara menggunakan sipet adalah sebagai berikut. Mula-mula, damek atau anak
sumpitan dimasukkan kedalam lubang sipet dari bawah lalu dengan menggunakan
sasaran bidik , lubang tersebut ditiup menuju sasaran yang dituju. Ketika ditiup
kekuatan terbang damek untuk mencapai sasaran dapat mencapai dua ratus meter.
Tidak semua jenis kayu dapat di buat sipet. Dari pengalaman untuk mendapatkan hasil
maksimal, sipet dibuat dari kayu tampang, kayu ulin/tabalien, kayu lanan, kayu
berangbungkan, kayu plepek, atau kayu resak. Kemudian dibutuhkan juga tamiang atau
lamiang yaitu bambu kecil yang beruas panjang. Jenis bambu ini keras dan
mengandung racun.

Tidak semua orang mampu membuat sipet, hanya orang-orang yang ahli dalam
bidangnya saja yang mampu. Di Kalimantan, suku-suku yang terkenal sebagai suku
yang gemar dan mempunyai keahlian khusus dalam pembuatan sumpitan yaitu Suku
Dayak Ot Danom, Punan, Apu Kayan, Bahau, Siang dan Pasir. Pembuatan sipet
diawali dengan penebangan pohon kayu besar, yang kemudian dipotong memanjang
sekitar tiga meter. Dari sebuah pohon berukuran besar dapat dibuat sepuluh sampai
dua puluh batang sipet. Untuk membuat lubang di tengah sipet, digunakan alat yang
mereka buat sendiri dari batu gunung yang telah dilebur. Lubang sumpitan harus lurus
dan licin.

Proses pembuatan dapat dilakukan dengan dua cara, pertama murni menggunakan
tenaga dan ketrampilan tangan si pembuat. Cara kedua dengan memanfaatkan tenaga
alam yaitu dengan kekuatan arus air yang terdapat di riam dan dibuat semacam kincir
penumbuk padi. Dengan cara ini sipet yang dihasilkan akan lebih banyak sekitar
sepuluh batang perminggu. Harga jual per sipet telah ditentukan oleh hukum adat yaitu
jipen ije atau due halamaung taheta. Sipet pantang dipotong dengan parang dan
pantang pula di injak-injak. Melanggar aturan berarti tidak mentaati hukum adat,
akibatnya bisa-bisa dituntut dalam suatu rapat adat.

Damek

Damek ialah anak sumpitan. Batang damek dibuat dari dahan pohon bendang atau
dahan pohon bamban yang sudah dikeringkan. Bentuk dan ukuran damek bermacam-
macam, namun ukuran umum biasanya panjang limabelas centimeter. Lima centimeter
dekat ujung damek dibuat celah atau dikerat dengan maksud apabila damek telah ditiup
dan mengenai sasaran, tancapan ujung damek tidak mudah terlepas karena menancap
dan mengikat daging korbannya bahkan patah sehingga ipuh yang dicampurkan pada
damek meracuni korbannya. Dapat juga pada ujung diberi kaitan semacam pancing
yang biasa disebut ahau atau lajau.

Untuk menyumpit burung-burung kecil semacam burung pipit, uhit, digunakan


gumpalan tanah, kerikil atau buah-buah hutan yang besarnya telah disesuaikan dengan
ukuran lubang sumpit Ujung bagian belakang damek diberi kayu ringan berukuran
panjang dua centimeter dengan diameter setengah centimeter depan dan tigaperempat
centimeter belakang. Kayu ringan tersebut ditancapkan pada bagian belakang damek
untuk menstabilkan terbangnya damek saat ditiupkan ke sasaran yang dituju.

Ada dua jenis damek yaitu yang mengandung racun dan yang tidak mengandung
racun. yang mengandung racun digunakan untuk menyerang lawan dengan
menggunakan racun lemah atau racun mematikan. Damek yang tidak mengandung
racun digunakan untuk berburu.

56
Ipu

Ipu ialah racun yang sengaja dibuat pada damek atau anak sumpitan. Racun ipu dibuat
dari getah tumbuh-tumbuhan. Diantaranya getah pohon kayu siren/upas, atau ipuh /ipu,
yang dicampur dengan getah tuba, batang/uwi ara, juga lombok. Setelah bahan-bahan
yang diperlukan terkumpul, lalu dimasak hingga kental. Diberi pewarna yang juga
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Hitam adalah warna yang umum di pakai, namun dapat
pula dipakai warna lainnya seperti putih, kuning, ataupun merah. Untuk racun
mematikan, ramuan yang ada masih ditambahkan lagi bisa ular, bisa kalajengking,
serum manusia yang telah meninggal lama.

Telep

Telep yaitu tempat menyimpan damek atau anak sumpitan. Dibuat dari seruas bambu
dan atasnya diberi tutup yang terbuat dari tempurung kelapa. Bentuk tutup dibuat
sedemikian rupa agar tidak mudah terbuka dan jatuh. Pinding telep atau telinga telep
terbuat dari kuningan, atau dapat pula dari kayu.
Sebuah telep dapat memuat limapuluh sampai seratus batang damek. Bila bepergian
cara membawa telep di kaitkan pada tali mandau pada pinggang sebelah kiri atau
dibagian depan.

Taji

Taji adalah sejenis senjata rahasia yang dapat disembunyikan dibalik pakaian atau
diikatkan pada pinggang. Bentuknya kecil, panjang hanya sekitar lima sampai sepuluh
centi meter, lebar hanya setengah sampai satu centimeter, dan tajam sebelah
menyebelah. Biasanya terbuat dari besi batu gunung dan mengandung bisa. Sarung taji
terbuat dari kayu atau bambu dan hulunya kecil. Taji yang berasal dari daerah Pasir
dan terbuat dari besi batu tengger dan mujat sangat terkenal keampuhannya .

Duhung

Duhung ialah senjata suku Dayak yang bentuk dan ukurannya seperti mata tombak,
kedua sisinya tajam, pulang duhung terbuat dari tanduk dan kumpang nya terbuat
dari kayu. Hanya Basir, Damang, para Kepala Suku yang boleh memiliki dan
menggunakannya.

Lunju

Lunju atau tombak ialah peralatan berburu yang juga dapat digunakan untuk berperang.
Lunju bertangkai panjang berukuran dua meter, pada bagian ujung dipasang atau diikat
mata lunju dengan rotan yang dianyam. Untuk kwalitas istimewa mata lunju terbuat dari
besi mantikei. Selain digunakan sebagai alat berburu binatang, lunju juga merupakan
barang pusaka yang dirawat dengan baik karena dalam upacara-upacara tertentu lunju
dibutuhkan keberadaannya sebagai pelengkap persyaratan upacara. Diyakini bahwa
lunju-lunju tertentu bertuah dan ada penunggunya.
Beberapa nama lunju :
• Lunju Bawin Sambilapayau
• Lunju Darung Arang

57
• Lunju Bunu Ruhui
• Lunju Rabayang
• Lunju Randu
• Lunju Bunu – Ranying Pandereh Bunu – Renteng Nanggalung Bulau
• Lunju Rawayang Sandang Awang
• Lunju Pakihu, sering digunakan untuk menangkap ikan-ikan besar.
• Lunju Laurang, sering digunakan untuk berburu babi, rusa dan buaya.
• Lunju Duhuk, sering digunakan untuk berburu binatang berkaki empat, apabila mata
lunju terbuat dari besi mantikei, lunju jenis ini mampu membunuh beruang.
• Lunju Ambung
• Lunju Duha, mata lunju berbentuk agak bulat dan tidak panjang.
• Lunju Buluh
• Lunju Duha Tundan Dahian
• Lunju Simpang
• Lunju Sahimpang
• Lunju Sarapang
• Lunju Rangga Simpang
• Lunju Sahimpang Banan
• Lunju Salahawu
• Lunju Simpang Dandan
• Lunju Sahimpang Dandan

Dondong/Su’ut

Dondong/Su’ut terbuat dari bambu runcing yang bertangkai. Umumnya digunakan


untuk menangkap binatang buruan, namun tidak jarang dondang juga dimanfaatkan
untuk menyerang lawan. Caranya dondang dipasang mengelilingi kampung lawan
dengan ukuran yang telah ditentukan yaitu mengarah kearah perut atau jantung lawan,
sehingga siapapun yang terkena dondang, jarang yang selamat.

Tambuwung

Tambuwung adalah sejenis perangkap berbentuk lubang yang digali sedalam dua
sampai empat meter dan lebarnya satu sampai dua meter. digunakan untuk
menangkap binatang buruan, juga untuk menangkap musuh. Lubang bagian dalam
dibuat lebih besar dari pada dibagian atas agar apabila binatang atau musuh yang
terjebak, tidak mudah untuk naik kembali. Bagian sebelah atas lubang ditutupi dengan
ranting-ranting pohon, dedaunan, dibuat sedemikian rupa seolah tidak ada perangkap
dibawahnya. Kadang-kadang dalam lubang diberi ranjau yang terbuat dari kayu atau
bambu runcing sehingga yang terjebak, jiwanya sulit tertolong.

Jarat

Jarat atau jerat adalah salah satu cara menangkap binatang buruan di hutan. Namun
kadang-kadang digunakan juga untuk menjerat lawan.

Salengkap

Salengkap ialah salah satu alat pemberi tanda kepada penghuni rumah bahwa ada
binatang atau musuh lalu atau meliwati daerah dekat rumahnya. Salengkap terbuat dari
bambu yang diikat tali berukuran panjang.

58
Penyang/Penyong

Penyang ialah sejenis jimat yang diwariskan secara turun temurun. Terkadang dalam
jumlah banyak berupa kayu-kayuan, batu-batuan, botol-botol kecil yang tertutup rapat,
juga taring-taring binatang. Biasanya diikat bergelantungan dipinggang pemiliknya, atau
dikalungkan pada leher pemiliknya bahkan dapat pula diikat bergelantungan pada
sarung mandau. Penguasa Penyang adalah Jata lalunjung Panjang yang bertempat
tinggal di langit ke tiga. Suku Dayak yakin bahwa penyang yang mereka miliki mampu
mengobarkan semangat pada saat perang, sehingga mereka tidak memiliki rasa takut
kepada musuh. Disamping itu penyang mampu sebagai penolak bala, penolak racun
apabila musuh berniat jahat meracuni mereka, menghindari gangguan mahluk halus,
bahkan mampu menyembuhkan penyakit.
Penyang pantang dilangkahi oleh siapapun juga karena dengan dilangkahi khasiatnya
akan berkurang. Jangan coba-coba mentertawakan atau memperolok-olok seorang
yang ditubuhnya bergelantungan penyang karena penyang adalah lambang
keberanian. Mentertawakan atau menghina sama artinya dengan menghina Suku,
hukumannya sama dengan membunuh Kepala Suku yaitu hukuman mati.

Langgei Simbel

Senjata khusus semacam jimat yang hanya dimiliki oleh kaum perempuan. Bentuknya
kecil, pada langgai ditemukan semacam gelang yang terbuat dari tembaga.

Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya Rawayang Kawit Kalakai, Dereh Bunu, Dando atau
Rando, Tohok, Tirok, Simpang, Jambia, Karis.

7.) Alat Transportasi


Di Sungai, tanpa Mesin

Pengertian yang perlu dipahami disini ialah pada cara pembuatan. Perahu terbuat dari
batang pohon yang dikerok dibagian tengah. Rangkan juga dari kayu bulat yang dikerok
di bagian tengah, namun pada dua sisi dibuat serupu, dan direkat dengan alat perekat
khusus yang terbuat dari getah kayu, tahan air. Semakin banyak susunan serupu
tersusun, semakin besar dan pada akhirnya tercipta kapal dengan ukuran besar.
Perahu yang berserupu stabil dan lincah sehingga dapat berlayar di laut bahkan
mampu berlayar di daerah yang banyak riamnya.

Besei

59
Besei berarti alat untuk mendayung perahu. Dengan besei perahu yang ditumpangi
dapat meluncur sesuai kehendak atau arah yang dituju oleh sipendayung tanpa
menggunakan mesin. Besei terbuat dari kayu ulin dengan ukuran yang berbeda.
Ukuran besei buat anak-anak lebih kecil daripada ukuran besei untuk orang dewasa.

Besei Bawi
Besei Bawi berarti alat mendayung perahu yang biasa dipakai oleh perempuan.
Perbedaan dengan alat dayung yang biasa dipakai oleh laki-laki ialah pada bagian
tangkai dayung. Dayung bawi tangkainya berukir dan di bagian yang melebar
membentuk tiga sudut. Ukuran besei bawi lebih besar daripada besei hatue.

Besei Hatue
Besei Hatue berarti alat mendayung perahu yang biasa digunakan oleh laki-laki. Ukuran
besei hatue sedikit lebih kecil dari pada ukuran besei bawi, tangkai tidak berukir dan
pada bagian yang melebar ujungnya berbentuk tumpul.

Jukung
Jukung adalah perahu. Dibuat dari sebatang pohon besar yang masih utuh, kemudian
bagian tengah kayu tersebut dikeruk dengan menggunakan alat.

Gondol
Sejenis perahu berukuran besar.

Penes
Penes ialah perahu layar, dan dibuat berserupu. Serupu ialah bagian dasar perahu
dibuat dari batang kayu utuh yang dikerok, kemudian pada bagian kiri dan kanan
dinding perahu diberi semacam dinding yang bentuknya lentur, kemudian dilem dengan
perekat khusus, dan begitu seterusnya sehingga ukuran perahu tersebut dapat dibuat
sesuai kebutuhan. Pada umumnya perahu yang berserupu lebih stabil dan dapat
berlayar di laut.

Rangkan
Perahu yang dibuat berserupu, dapat digunakan di laut. Pada umumnya digunakan di
daerah Riam.

Jukung Pantai
Jukung adalah perahu yang dibuat tidak berserupu, pada bagian ujung perahu selalu
dibuat semacam hiasan. Variasi hiasan pada ujung perahu yang membedakan satu
perahu dengan perahu lainnya.

Jukung Sodor
Sejenis perahu.

Tambangan
Perahu atau jukung Banjar.

Jukung Sarupih
Disebut juga jukung tiung.

Getek
Disebut juga becak air atau perahu penyebrang.

60
Lasang
Perahu berukuran besar dan dapat berlayar cepat. Arti lain dari lasang ialah tempat
sirih.

Banama
Sejenis rangkan, yaitu perahu berserupu dan berukuran besar – sejenis kapal.

Banama Tingang
Sejenis rangkan, yaitu perahu berserupu, sejenis kapal dan dapat berlayar di laut.

Pangkoh
Sejenis perahu

Rakit
Sejenis alat transportasi air yang dibuat dari susunan bambu atau kayu ringan yang
diikat rotan, mengambang di air.

Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya malambung, basean, arut, bakis jukung. Perahu,
begitu juga rangkan pada bagian ujung selalu diberi hiasan. Hiasan tersebut yang
membedakan nama-nama perahu atau rangkan. Misalnya jukung sodor, jukung
sarupih, sama-sama perahu, akan tetapi karena hiasan pada ujung perahu berbeda,
maka namanya pun berbeda.

Gambar Perbedaan Perahu dan Rangkan

Gambar Perahu
(Foto : Dokumentasi Kel.Tjilik Riwut)

Gambar Rangkan
(Foto : Dokumentasi Kel.Tjilik Riwut)

Di Sungai, Perahu Bermesin

Klotok
Klotok adalah perahu yang diberi mesin. Gerakannya tidak begitu laju bila dibandingkan
dengan motor tempel.

Motor Tempel

Motor Tempel
( Foto : Dokumentaasi keluarga Tjilik Riwut )

Motor Tempel adalah perahu yang diberi mesin, namun dapat melaju kencang.

Kapal

Kapal dalam perjalanan menelusuri sungai


di daerah Kereng Bangkirai
( Foto : Dokumentasi Kapten dr Herman Hidayat ).

61
Kapal ialah perahu bermesin dan berserupu. Serupu yang tersusun, menjadikan kapal
berukuran besar. bermesin.

Di Darat dengan Jalan Kaki

Di masa yang telah lalu, transportasi di darat hanya dapat dilakukan dengan jalan kaki
menembus rimba belantara. Sejauh apapun tujuan yang akan dicapai, mau tidak mau,
suka tidak suka, mereka harus berjalan kaki, terkecuali apabila perjalanan itu dapat
ditempuh melalui sungai, barulah sarana perahu, rangkan atau kapal bisa digunakan.

Dalam perjalanan, mereka tidak pernah lupa membawa mandau yaitu senjata utama
suku Dayak. Ketika berada di hutan, mandau banyak kegunaannya, selain berguna
untuk menyelamatkan diri dari serangan musuh dan binatang, juga digunakan untuk
menebang semak-semak yang menghalangi perjalanan mereka. Selain mandau,
mereka juga terkadang membawa tongkeh atau takada atau songkeh yaitu tongkat
yang berfungsi sebagai teman dan petunjuk jalan khususnya dimalam hari, untuk
meraba-raba daerah depan langkah mereka. Ada beberapa jenis tongkat, diantaranya
ada tongkat yang anti ular, sehingga ketika mereka berjalan, sekalipun di daerah yang
banyak ularnya, mereka merasa aman karena ular tidak berani mendekat, bahkan
menjadi lemah tak berdaya.

Apabila dalam perjalanan ada seorang yang sakit, dan tidak mampu lagi berjalan, agar
perjalanan tidak terhambat, maka sisakit ditandu. Untuk menggendong anak kecil
dalam perjalanan di hutan, biasanya anak tsb dimasukan dalam keba . Apabila
perjalanan terlalu jauh, biasanya mereka tidur di hutan, terkadang membangun pondok
atau gubuk sederhana untuk istirahat dan menginap di tempat itu beberapa waktu
hingga lelah dan letih lenyap.

Perjalanan di hutan, dengan jalan kaki


( Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut )

8.) Tempayan atau Tajau atau Balanga


Tajau atau balanga, bagi suku Dayak termasuk barang yang bernilai sakral. Untuk
mengamati, memahami, dan mengetahui asal usul, perkiraan tahun pembuatan dan
kualitas bahan pembuatan, dibutuhkan pengamatan yang sangat cermat untuk
membedakannya, antara lain dengan mengamati lukisan yang ada pada tajau atau
balanga tersebut. Tajau atau balanga ada dua macam yaitu laki dan perempuan.

Asal Usul Balanga

Menurut keyakinan suku Dayak, balanga berasal dari Ranying Hatalla. Dan dibuat dari
campuran tanah untung panjang yang dicampur emas. balanga, dibuat sendiri oleh
Ranying Hatalla. Dalam proses pembuatan dibantu oleh Lalang Rangkang Haramaung
Ampit Putung Jambangan Nyahu, Setelah penciptaan, dan manusia telah diturunkan ke
bumi dari langit ke tujuh, balanga pun diturunkan ke bumi, dan diserahkan kepada Ratu

62
Campa. Pada saat halilintar menggelegar, Ratu Campa menyembunyikan balanga-
balanga tersebut ke dalam sebuah gua besar yang terbuat dari batu di gunung dan
dijaga ketat.
Ratu Campa menikah dengan Putir Unak Manjang, yaitu puteri dari Majapahit, dan
melahirkan seorang putera yang diberi nama Raden Tunjung. Suatu saat, Ratu Campa
berkeinginan pulang ke langit. Sebelum berangkat ia berpesan kepada puteranya,
bahwa ia telah menyembunyikan barang berharga, dan tempat di mana barang-barang
tersebut disembunyikan juga dikatakannya. Namun puteranya tidak peduli dan tidak
mau tahu.
Pada suatu hari, petir, kilat, sambar menyambar, dan balanga-balanga yang telah
disembunyikan di dalam gua tercerai berai. Ada yang masuk ke dalam laut, ada yang
menjelma menjadi kijang. Senjata-senjata, menjelma menjadi ular, dan gong menjelma
menjadi kura-kura. Lama-kelamaan, barang-barang tersebut ditiru oleh bangsa Cina
dan dibawa ke negerinya.
Atas keyakinan tersebut, balanga atau tajau, mempunyai arti khusus bagi suku Dayak.
Memiliki banyak koleksi balanga, mampu meningkatkan status sosial seseorang,
bahkan masyarakat sekampung akan menyeganinya. Orang Dayak juga meyakini
bahwa balanga mempunyai roh yang bertempat tinggal di langit ke enam. Itulah
sebabnya pada telinga balanga, sering digantungkan sesajen. Apabila ada balanga
yang pecah, upacara adat diadakan, agar roh balanga tidak marah.
Menurut Prof. HM. Yamin SH, dalam bukunya Tata Negara Majapahit jilid 1, dikatakan
bahwa tidak sedikit barang-barang yang berasal dari Tiongkok, ditemukan di Indonesia.
Pendapat ini sesuai dengan pendapat Van Orsey Flines, seorang ahli keramik.

Jenis-Jenis Tajau atau Balanga

Balanga Lagie
Warna, merah, kuning. Mempunyai enam sampai delapan telinga. Tinggi balanga
empat sampai lima jengkal. Untuk balanga yang mempunyai telinga antara tujuh
sampai delapan, harganya lebih mahal. Apabila pada bagian telinga tajau atau balanga
tersebut, nampak ada bekas jari yang sangat jelas, maka tajau atau balanga tersebut
laki-laki. Akan tetapi apabila bekas jari yang nampak tidak begitu jelas, maka balanga
tersebut perempuan. Apabila pada bagian telinga bergigi, dan lukisan yang ada tidak
begitu terang, maka harga balanga tersebut tidak mahal. Balanga yang menunjukkan
kelakian yang tulen, apabila di bagian pinggir mulut balanga, ditemukan garis.

Sebangkang
Balanga jenis ini berwarna kemerah-merahan. Mempunyai enam buah telinga ukuran
besar, hingga pada bengkokannya dapat digunakan untuk menggantung parang.
Tingginya empat sampai lima jengkal dan bermulut besar.

Lakian dan Brahan


Balanga jenis ini, telinganya lebar, antara satu setengah sampai dua jari. Namun
apabila dibandingkan dengan telinga Brahan, ukuran telinga lakian, agak lebih kecil
sedikit. Biasanya ditemukan lukisan naga yang lebarnya antara dua sampai tiga jari.
Brahan dan Lakian, bentuknya hampir sama, perbedaan hanya pada lukisan naga saja.
Patokan untuk membedakan Brahan dan Lakian adalah : Brahan bersisik, telinganya
berbentuk bundar dan ukuran telinga hanya satu inci saja, dan ada lubang-lubang.
Apabila dalam lukisan naga terlihat jelas ada mata dan hidung, menunjukkan bahwa

63
Brahan tersebut tidak palsu. Brahan yang paling baik, apabila sisik yang ada berjauhan
letaknya dan terlihat bahwa naga hendak mengambil buah yang tergantung disitu.

Balanga Berikit
Disebut berikit, karena dari sebelah bawah sampai leher balanga, di bagian sebelah
menyebelah, menyerupai belahan rotan.

Balanga Rantungan
Ialah balanga yang belahan rotannya bersusun dua, dan dibagian leher sebelah atas,
ujungnya sedikit bengkok keluar, menyerupai bundaran.

Balanga Tamun
Tidak berikit

Balanga Rimpah
Tidak berikit

Balanga Tingang
Ada lukisan berbentuk burung tingang, harganya murah, tinggi dua setengah sampai
tiga setengah jengkal, keliling lima sampai tujuh jengkal .

Balanga Bingkon
Tinggi dua setengah sampai tiga setengah jengkal, keliling lima sampai tujuh jengkal.

Balanga Bako
Tinggi dua setengah sampai tiga setengah jengkal, keliling lima sampai tujuh jengkal.

Balanga Kemis
Tinggi dua setengah sampai tiga setengah jengkal, keliling lima sampai tujuh jengkal.

Rawie
Rawie, berwarna kemerah-merahan, mempunyai enam buah telinga. Tingginya empat
sampai lima jengkal, tidak ada lukisan.

Merajang
Berwarna kuning muda, terkadang ada pula yang berwarna agak kemerah-merahan.
Mempunyai enam buah telinga, dengan tinggi empat sampai lima jengkal, tidak ada
lukisan gambar.

Tajau Macan
Telinga kecil, tetapi tidak berlubang. Bibir sedikit turun ke bawah. Tajau jenis ini banyak
macamnya, ada pula yang termasuk jenis terbaik dan hampir menyerupai Brahan.

Jenis Balanga lainnya


Balanga lagi, Perempuan laki, Balanga Haramaung, Perempuan Halamaung, Laki
Prahan, Laki Rentilan, Parampuwan Rentian, Sabangkang, Prahan atau Brahan,
Balanga atau Tarahan, Rawie, Marajang, Tajau, Sahuri, Potok, Kalata, Basir, Rumos.

64
9.) Perumahan Penduduk
Rumah Asli Penduduk Suku Dayak di Kalimantan Timur

Rumah asli penduduk suku Dayak di Kalimantan Timur disebut Lamin dan terbagi
dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Bentuk Kenyah dan Bahau.
2. Bentuk Longlat.
3. Bentuk enggalan

Untuk rumah bentuk kenyah dan bahau, banyak dijumpai di hulu Sungai Mahakam,
Berau, Apokayan, Pojongan, dan Lepumaut. Serambi muka dari rumah tersebut
panjang dan disebut awa, dan untuk dapat naik ke serambi harus melalui tangga yang
disebut hejan, terbuat dari kayu bulat. Dengan demikian, keamanan seisi rumah
terjamin. Jendela tidak ditemukan. Sebagai pengganti jendela, dibuat lubang di atap
yang bisa ditutup, dan bila siang dibuka. Dapur juga tidak ditemukan, yang ada hanya
tempat membikin api.

Rumah bentuk longlat banyak ditemukan di sepanjang Sungai Kayan dan disekitar
kampung longlat. Juga ditemukan adanya awa, yang letaknya di bawah ruang tidur,
manfaatnya untuk tempat bermusyawarah. Tangga ditemukan untuk menghubungkan
awa dan lamin, dengan bentuk longlat, terbuat dari kayu yang kokoh.
Rumah bentuk tenggalan, terdapat di Tanah Tidung, sering dibuat dari bahan-bahan
yang tidak tahan lama. Ditemukan juga ruang permusyawaratan, yang disebut solek.

Rumah Suku Dayak Leboyan Kalimantan Barat

Bangunan rumah suku Dayak Leboyan, secara garis besar sama dengan rumah-rumah
Dayak pada umumnya. Tinggi rumah antara lima sampai enam meter dari tanah,
semua tiang rumah terbuat dari kayu ulin, lantai terbuat dari papan. Dinding terbuat dari
papan dan anyaman bambu, atap terbuat dari sirap atau kulit pohon. Sebagai pintu
ialah lubang-lubang besar di lantai, dan tangganya terbuat dari batang kayu ulin. Tak
jauh dari rumah besar, dijumpai rumah kecil dan lebih rendah, sekitar dua sampai tiga
meter dari tanah. Namanya jurang. Gunanya untuk menjemur, menumbuk padi, dan
menyimpan kayu bakar, juga untuk menginap para pendatang.

Rumah Betang/Lamin

Gambar Rumah Betang

Di masa yang telah lalu, merupakan tradisi bagi suku Dayak apabila membangun
rumah dilaksanakan bersama-sama secara bergotong royong oleh seluruh keluarga.
Untuk membangun rumah mereka selalu memilih lokasi di pinggir sungai. Rumah yang
dibangun berukuran besar dengan panjang mencapai tiga puluh sampai seratus
limapuluh meter, lebarnya antara sepuluh sampai tigapuluh meter, bertiang tinggi
antara tiga sampai empat meter dari tanah.

65
Rumah yang dibangun tinggi dari tanah tersebut dengan maksud untuk menghindari
banjir, menghindari musuh yang datang menyerang dengan tiba-tiba, menghindari
binatang buas, juga karena tuntutan adat. Lantai terbuat dari kayu, berdinding kayu
bahkan kadang-kadang dinding terbuat dari kulit kayu. Atap rumah terbuat dari sirap.
Kayu yang dipilih untuk membangun rumah ialah kayu ulin selain anti rayap kayu ulin
juga berdaya tahan sangat tinggi mampu bertahan ratusan tahun.
Penghuni satu rumah bisa mencapai seratus sampai dua ratus jiwa. Rumah demikian
dapat dikatakan sebagai rumah suku karena di dalamnya dihuni oleh satu keluarga
besar yang dipimpin oleh seorang Bakas Lewu atau seorang Kepala Suku. Setiap
keluarga mempunyai kamar sendiri berbentuk ruang berpetak-petak, juga memiliki
dapur sendiri-sendiri.

Di halaman depan rumah Betang biasanya disediakan Balai atau Pasangrahan tempat
menerima tamu ataupun ruang pertemuan. Sekalipun ukuran rumah sangat besar
namun pintu dan tangga hanya tersedia satu buah saja dan terletak dibagian depan
rumah. Tangga tersebut dinamakan hejan atau hejot.

Gambar Hejan atau hejot, satu-satunya tangga di rumah betang.

Dibagian sebelah belakang rumah betang ditemukan sebuah balai berukuran kecil yang
disebut kerangking atau jorong atau tukau yang digunakan untuk menyimpan alat-alat
bertani, atau berladang, juga untuk menyimpan halu dan lisung.

Di halaman depan rumah betang atau lamin juga ditemukan sapundu yaitu patung
berukuran tinggi yang fungsinya untuk tiang pengikat binatang-binatang yang akan
dikorbankan pada saat upacara adat. Kadang-kadang Petahu atau pangantoho yaitu
rumah kecil yang berfungsi sebagai rumah pemujaan ditemukan di halaman depan
rumah betang.

( Foto Sapondu : Dokumentasi Kel.Tjilik Riwut).

Ruang untuk menyimpan senjata namanya Bawong. Di halaman depan atau kadang-
kadang di sebelah belakang rumah betang ditemukan sandung yaitu tempat
menyimpan tulang-tulang kerabat mereka yang telah meninggal dan telah mengalami
proses upacara tiwah.

Suku Dayak gemar memelihara anjing, selain mereka sangat menyayangi anjing-anjing
yang mereka pelihara dan rawat dengan penuh kasih sayang, merekapun
membutuhkan anjing-anjingnya untuk menemani saat berburu binatang di hutan.
Kadang-kadang satu keluarga memiliki dua belas ekor anjing bahkan kadang-kadang
jumlahnya lebih banyak lagi.

Dimasa yang telah lalu, orang Dayak tidak pernah memakan daging anjing karena bagi
mereka anjing adalah pendamping setia yang selalu berpihak kepada mereka
khususnya ketika mereka harus berada di hutan untuk berburu, dan tiap ekor anjing
mereka beri nama. Selain anjing kadang-kadang mereka juga memelihara kucing dan
burung-burung.

66
Kurungan burung mereka buat sendiri. Jenis burung yang sering dipelihara ialah burung
sarindit, burung talisok dan burung tiung (Beo). Khusus untuk burung tiung, karena
dapat bicara menirukan suara yang didengarnya, maka untuk merangsang lebih cepat
dan banyaknya perbendaharaan kata yang dimiliki oleh burung tiung yang mereka miliki
itu, beberapa cara mereka lakukan, diantaranya setiap malam jumat mereka gosok
lidah tiung dengan emas, juga lombok rawit pedas sering mereka berikan kepada
tiungnya, selain tiung sangat gemar lombok yang pedas tersebut, juga lombok rawit
membuat tiung lebih lincah bicara. tiung pantang melihat darah, begitu melihat darah,
tiung akan mati.

Perlengkapan rumah tangga yang umum mereka miliki ialah tikar, bantal, selimut yang
terbuat dari kulit kayu atau ditenun sendiri yang dinamakan manantang. Benda benda
sakral yang umum mereka miliki adalah guci, seperti balanga, tempayan, tajau, butiran
emas yang mereka dulang sendiri, gong, piring malawen, tanduk rusa sebagai
perhiasan dinding, patung-patung kecil yang mereka pahat dan ukir sendiri. Mereka
tidak mengenal meja dan kursi, bila duduk menggunakan alas tikar. Hanya dalam
upacara adat tertentu potongan-potongan kayu besar dibutuhkan untuk tempat duduk.

Pasah/Puduk

Pasah/Puduk ialah rumah kecil yang dibangun di ladang atau kebun buah durian,
berfungsi sebagai rumah darurat untuk berteduh dari hujan dan terik matahari ketika
mereka sedang bekerja di ladang atau pada saat musim buah durian. Sambil
menunggu jatuhnya buah durian, mereka berteduh dan beristirahat di dalamnya.

Lanting

Lanting adalah rumah yang dibangun mengapung di atas air sungai.

Rumah Keluarga yang terbuat dari kulit kayu

Selain rumah-rumah tersebut di atas, ada pula penduduk yang membangun rumahnya
sendiri. Terkadang rumah tersebut terbuat dari kayu, terkadang dari kajang, juga kulit
kayu. Salah satu contoh rumah yang terbuat dari kulit kayu.

Gambar Rumah Penduduk di daerah Katingan.


(Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut ).

67
BAB VI
Sistem Mata
Pencaharian

68
1.) Peralatan Berburu
Tampuling
Tampuling ialah alat berburu. Tampuling bentuknya menyerupai duhuk hanya
ukurannya lebih kecil. Bentuknya sejenis tombak bermata dua dan tangkainya terbuat
dari bambu berukuran 1,75 m. Pada ujung tombak diberi kaitan semacam kancing yang
biasa disebut ahau atau lajau agar tancapan ujung tombak tidak mudah terlepas.

Keistimewaan alat ini ujung tombak dapat terlepas secara otomatis apabila mengenai
sasaran sehingga pada pangkal tombak diikat seutas tali yang berfungsi sebagai alat
penarik binatang yang kena sasaran.

Jarat
Jebakan terikat.

Tambuwung
Menangkap binatang buruan, dalam keadaan hidup. Caranya dengan menggali lubang
di tanah dengan kedalaman sekitar 2 meter. Karena ingin menangkap binatang buruan
dalam keadaan hidup maka di dalam lubang tidak diberi senjata tajam. Dibagian atas
lubang ditutupi ranting-ranting pohon dan dedaunan kering, sehingga binatang yang
lewat jatuh terperangkap ke dalam lubang.

Apabila tidak awas dan waspada, mungkin saja manusia yang terperangkap. Oleh
karena itu bagi siapapun yang berjalan di hutan harus waspada mengamati salugi yaitu
bambu runcing yang diletakan di daerah sekitar situ, arah bambu menunjukan arah
tambuwung. Maksud salugi adalah semacam pemberitahuan kepada yang lewat di
daerah tersebut bahwa di daerah itu ada dipasang Tambuwung. Apabila manusia yang
terperangkap, berarti kesalahan sendiri karena ketika berjalan tidak waspada
mengamati rambu-rambu di hutan.

Sangguh Sipet
Sangguh Sipet adalah tempat anak sumpitan yang berbentuk tabung.

Sangguh Atep
Sangguh Atep artinya tutup sangguh sipet atau tutup tempat menyimpan anak
sumpitan.

Sambulut
Perangkap burung yang bahannya terbuat dari getah rekat bagai lem. Burung yang
hinggap akan merekat dan tidak dapat lepas sampai pemilik sambuluh datang.

Katek
Katek berarti ketapel, yaitu alat untuk penangkap burung. Biasanya burung yang
dibidik dengan ketapel dan tepat sasaran akan mati.

Sepan-Sepan
69
Sepan-sepan adalah sumber air yang rasanya asin dan digemari oleh binatang buruan
seperti kijang, rusa, bahkan berjenis-jenis burung menyukainya. Sepan-Sepan yang
terkenal terdapat di daerah hulu sungai Sanamang daerah kampung Balai. Pada sore
hari sekitar pukul 16.00 berduyun-duyun binatang buruan mendatangi tempat itu untuk
minum air asin yang terasa hangat. Ditempat itu pula para pemburu telah menunggu
dan mengintai binatang buruannya.
Cara membuat sepan tiruan adalah dengan mengumpulkan batang kelapa yang
kemudian dibubuhi garam, maka binatang buruan akan berdatangan.

Salugi
Salugi adalah jenis totok bakaka, atau bahasa sandi yang telah sangat dipahami oleh
Suku Dayak. Salugi, semacam rambu-rambu petunjuk bagi lalu lintas hutan. Bila
menemui salugi yaitu bambu runcing yang diberi cacak burung yaitu tanda (+) yang
digambar dengan kapur pada sebuah bambu runcing yang ditancapkan di tanah,
berarti waspada. Amati arah salugi tersebut, arah salugi menunjukan arah tempat
perangkap binatang telah dibuat atau dipasang di daerah tersebut.

Sansuruk / Jarat Palanduk


Sansuruk atau Jarat Palanduk ialah sejenis alat penjebak untuk berburu binatang
khususnya pelanduk atau kancil. Sansuruk terbuat dari jenis kayu lentur yang lurus,
dengan panjang empat meter. Ujung kayu ditancapkan ke tanah dan ujung lainnya
diikat rotan sepanjang dua meter. Apabila rotan ditarik ke arah bawah, maka kayu akan
melentur. Untuk mempertahankan lenturan tersebut maka rotan dikaitkan pada sebuah
patok setinggi tiga puluh senti meter dan pada bagian ujung rotan dibuat lingkaran
simpul hidup. Dengan demikian apabila binatang melalui dan menginjak simpul hidup
tersebut, maka tali yang hanya dikaitkan sedikit akan terlepas, kayu yang lentur
menarik dan binatang yang lewat terjerat di simpul hidup.

Sempiti / Poti
Sempiti atau Poti adalah alat berburu binatang berkaki empat dengan menggunakan
bambu runcing yang dipasang sedemikian rupa sehingga apabila ada binatang yang
menyentuh alat pemicu maka bambu runcing akan segera meluncur mengenai sasaran.

Sangkatok / Saketung / Jarat Tupai


Sangkatok atau Jarat tupai adalah alat berburu sejenis jerat khususnya untuk menjerat
tupai, tikus dan binatang mengerat lainnya. Sangkatok terbuat dari bambu.

2.) Cara Menangkap


Ikan
Maneser tukung
Menyelam dan menangkap ikan yang telah terperangkap dengan sejenis alat yang
disebut mahauk yaitu sejenis jala yang bertangkai.

foto
Maneser Tukung
(Photo : dokumentasi keluarga Tjilik Riwut.)

70
Manyauk
Menangkap ikan dengan alat yang disebut sauk, seolah menyaring air, dan ikan yang
tertangkap, tertinggal sauk.

Manuba
Meracuni air di sungai atau danau untuk menangkap ikan.

Mamisi
Memancing.

Manjala
Menjala ikan.

Marengge
Menangkap ikan dengan mengunakan sejenis jaring yang mengapung.

Mahaup
Menangkap ikan dengan menggunakan jaring yang bertangkai.

Pasat
Menangkap ikan dengan sejenis jaring yang pada ke empat sudut diberi tali dan
diikatkan pada sepotong kayu.

Ngaruhi
Menangkap ikan dengan cara diburu ke suatu tempat, kemudian disauk. Pada
umumnya menangkap ikan dengan cara ngaruhi dilaksanakan pada waktu air surut, di
daerah yang banyak ikannya. Kemudian dengan cara beramai-ramai penduduk
menghalau ikan dengan menggunakan ranting-ranting pohon menuju kesuatu tempat.

Merawai
Pancing banyak, tiap pancing diberi pelampung.

Nampana
Menangkap ikan saluang.

3.) Peralatan Menangkap Ikan


Pisi
Pancing kecil yang bertangkai, gunanya untuk menangkap ikan-ikan kecil.

Banjur
Banjur digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar, umpannya adalah ikan
hidup, biasanya tanpa menggunakan tangkai pancing dan tali banjur diikat di pohon
kayu. Ikan besar yang tertangkap hanya seekor saja.

Buwu Tali
Ditunggu dengan perahu, dan tali dipegang. Untuk menangkap ikan atau buaya.

71
Sakang
Untuk menangkap buaya, semacam selugi tetapi di air.

Rawai
Alat menangkap ikan, hampir sama dengan banjur tetapi pada rawai tali pancing
panjang yang mengapung diatas air kemudian dipasang banyak mata pancing dengan
arah tegak lurus.

Duhuk
Duhuk adalah alat penangkap ikan yang berbentuk tombak bermata dua. Duhuk
hampir sama dengan tampuling hanya ukurannya lebih kecil dan pada umumnya duhuk
digunakan untuk menangkap/berburu ikan. Dibagian ujung dipasang besi runcing dan
pada sudut diberi kaitan semacam kancing yang biasa disebut ahau atau lajau
sehingga tancapan ujung tombak pada tubuh binatang buruan tidak mudah terlepas.
Keistimewaan alat ini ujung tombak dapat terlepas secara otomatis apabila mengenai
sasaran. Oleh karena itu pada pangkal tombak diikat seutas tali yang berfungsi sebagai
alat penarik binatang yang kena sasaran.

Insoi Lowu
Insoi Lowu sejenis duhuk namun ukurannya lebih kecil.

Serapang
Serapang adalah alat penangkap ikan. Bentuknya seperti tombak bermata dua bahkan
lebih. Panjang tangkai tombak bervariasi sesuai kebutuhan namun pada umumnya dua
meter. Daya rekat serapang sangat kuat karena pada ujung diberi kaitan semacam
kancing yang biasa disebut ahau atau lajau sehingga ikan yang terkena jarang terlepas.

Lukah
Lukah adalah alat penangkap ikan yang berbentuk tabung memanjang dengan ukuran
bervariasi sesuai selera dan jenis ikan yang menjadi sasaran penangkapan. Bagian
ujung meruncing. Di bagian dalam dipasang ijab atau hanjab yang berbentuk krucut
dan meruncing kebagian dalam. Lukah terbuat dari bambu dan ijabnya terbuat dari
rotan. Biasanya lukah dipasang di sungai-sungai kecil atau rawa-rawa yang berarus
dan diletakkan mengarah arah datangnya arus pada saat air pasang ataupun air
turun/surut.

Dahiling atau Tangguk


Dahiling atau Tangguk atau sauk ialah alat penangkap ikan terutama ikan-ikan kecil di
rawa atau di sungai kecil yang airnya dangkal. Ikan berukuran besarpun tidak terkecuali
dapat tertangkap dengan alat ini asalkan ikan-ikan tersebut sedang berada di daerah
rawa yang berlumpur dan bersembunyi di sela-sela akar-akar pohon atau diantara
bebatuan dan masuk dilubang-lubang tanah. Bahan pembuatan dahiling atau tangguk
ialah bambu atau rotan. Dasarnya berbentuk cekung dan atasnya berbentuk elips dan
terbuka. Ukurannya bervariasi.

Tangkalak
Tangkalak ialah alat penangkap ikan yang berbentuk tabung memanjang dan ruangnya
menyempit sehingga ikan yang telah masuk kedalam tidak bisa keluar karena tidak bisa
membalikkan atau memutar tubuhnya. Ukuran Tangkalak bervariasi sesuai selera dan
jenis ikan yang menjadi sasaran penangkapan.

72
Sentapo
Sentopo alat penangkap ikan, yang berbentuk tabung memanjang, bagian tengah diberi
ahau dan dindingnya diberi duri-duri. Sehingga apabila ada ikan besar bersisik tebal
masuk sentapo, tidak dapat keluar lagi karena badannya akan melekat pada duri-duri
tersebut.

Pasuran
Pasuran adalah alat penangkap ikan kecil-kecil. Bentuknya seperti tabung dan terbuat
dari rotan atau bambu. Pada dinding dibuat lubang yang gunanya untuk tempat
menancapkan tabung kecil yang ujungnya diberi ahau. Apabila ikan masuk ketabung
kecil yang telah diberi umpan, maka ikan tidak bisa keluar karena terhalang ahau.

Rawai
Rawai ialah alat penangkap ikan dengan cara dipancing. Tali rawai dari serat kayu
tengang atau boleh juga tali nilon. Caranya tali rawai diulur panjang dan diperkirakan
sampai mencapai dasar sungai. Sebelum dilemparkan ke sungai, pada tali rawai
terlebih dahulu diikat mata kail dengan ukuran yang bervariasi, pada mata kail diberi
umpan, baru kemudian diberi pemberat dan dilemparkan ke sungai. Dibagian sebelah
atas dipasang pelampung yang terbuat dari bambu.

Tukung
Perangkap ikan yang terbuat dari bambu dan diikat rotan. Perangkap ini dibangun
permanen di dalam sungai atau danau, terutama di daerah yang banyak ikannya.
Ukuran tukung bermacam-macam sesuai kebutuhan. Tingginya diusahakan mencapai
batas air pasang, dan luasnya sekitar dua sampai tiga meter. Pada bagian atas tukung
diberi tutup yang tidak permanen, sehingga pada saat air pasang banyak ikan
terperangkap dan ketika air surut ikan-ikan tersebut telah aman berada di dalam
tukung. Pintu masuk disediakan pada bangunan tukung, gunanya untuk jalan masuk
pemilik tukung ketika ia menyelam dan memasuki bangunan tukung untuk menangkap
ikan yang terperangkap di dalam tukung . Umumnya ikan-ikan yang terperangkap
berukuran besar. Sambil menyelam, pemilik tukung mahauk lauk yaitu menangkap ikan
dengan alat semacam jaring yang bertangkai. Ikan-ikan yang terjaring, dibawa ke
permukaan sungai atau danau dan diterima oleh salah seorang yang bertugas
mengamankan ikan yang telah terjaring di dalam perahu, dan pemilik meneser atau
menyelam kembali ke dalam tukung untuk menangkap ikan lainnya.

Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya Rengge, Tampirai, Pasuran, Takalak, Telung, Haup,
Jala, Pasat, Hancau, Siap, Hantai, Rawai Banjur, Panggilar/pengilar, Pikat, Embang,
Rempa, Buwu Puring, Takalak Liau, Tambu, Lukah, Tangkawing, Hempeng/Hampang,
Serapang, Bubu/Buwu, Kabam, Tambak udang, Salambau, Jebuk, Rakep, Ringkap,
Banjur, Tukung, Lurang, Santagi, Salahawu.

4.) Peralatan Perladangan

73
Tamparang
Tamparang ialah alat untuk membuat lekuk atau lubang pada kayu. Misalnya membuat
perahu, lekukan atau lubang lesung, dan sebagainya. Bentuknya seperti cangkul kecil.
Tangkai tamparang disebut pahera.

Ambang
Sejenis mandau

Linggis
Besi panjang berukuran 1 meter, berdiameter 20 cm, bagian ujung gepeng, gunanya
untuk membuat lubang di tanah.

Kapak
Kapak ialah alat penebang pohon atau pemotong kayu.

Beliung
Beliung adalah sejenis kapak yang gunanya untuk menebang pohon. Tangkai beliung
yang disebut pira atau pahera terbuat dari cabang kayu elastis kuat dan panjangnya
tujuh puluh lima sentimeter. Mata atau alat pemotongnya terbuat dari besi, bagian tajam
berbentuk melengkung. Bagian belakang meruncing dan diikat kuat pada tangkainya
dengan menggunakan rotan. Ujung tangkai beliung ditancapkan pada sepotong kayu
bundar berdiameter 5 - 7 cm dan panjang 10 cm untuk tempat pegangan dan disebut
palantan.

Ranggaman
Ranggaman ialah alat pemotong padi. Bentuknya mirip ani-ani, tangkai terbuat dari
bambu, pangkal tempat landasan pisau terbuat dari kayu dan alat potongnya terbuat
dari besi, dapat juga terbuat dari seng tipis.

Balakon
Balakon terbuat dari anyaman rotan. Pada umumnya balakon digunakan oleh
perempuan dengan cara diikat dibagian pinggang untuk mengangkat padi setelah
panen ke tempat penjemuran, sedangkan laki-laki menggunakan luntung. Berbentuk
bundar panjang dengan tinggi 20 cm, berdiameter 30 cm. Bagian atas dilingkari rotan
yang lebih besar dan dari lingkaran tersebut diberi tali yang terbuat dari anyaman rotan
selebar 5 cm agar lebih mudah bila diikatkan pada pinggang.

Palundu
Palundu sejenis balakon, bedanya pada palundu tidak ditemukan tali untuk diikatkan
dipinggang, karena memang membawa palundu tidak perlu diikatkan dipinggang.

Balasai
Balasai terbuat dari anyaman daun rais, daun bingkuang ataupun daun purun.
Bentuknya persegi panjang dengan ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan.
Bagian sebelah atas yang tidak bertutup diberi anyaman untuk pegangan. Sering kali
balasai digunakan untuk mengangkat padi setelah dijemur.

Ucung
Ucung adalah tempat membawa benih padi pilihan yang segera akan ditanam.
Berbentuk tabung berdiameter 25 cm, tinggi 30 cm. Pada bagian tepi diberi anyaman
daun untuk pegangan, bagian atas diberi tutup.

74
Amak Dawen Rais
Amak dawen rais ialah tikar dengan ukuran besar yang terbuat dari daun rais dan
gunanya untuk menjemur padi.

Kajang Tangkap
Kajang Tangkap terbuat dari anyaman daun kajang atau daun rais dan berfungsi untuk
melindungi atau menutupi padi yang sedang dijemur dari curahan hujan.

BAB VII
Kebiasaan dan
Tradisi

75
1.) Beberapa Hal
Ungkapan Rasa Terima Kasih

Bahasa Dayak tidak mengenal kosa kata ungkapan rasa Terima Kasih. Ungkapan
rasa terima kasih diungkapkan dalam sikap dan perbuatan, serta rasa hormat yang
mendalam.

Seorang yang telah menerima kebaikan dari sesamanya, tidak begitu saja
melupakannya. Semua kebaikan yang telah mereka terima, mereka simpan dalam
lubuk hati yang terdalam, bahkan dalam setiap kesempatan, mereka selalu
menceritakan kepada anak turunannya semua kebaikan-kebaikan yang pernah mereka
terima, serta menyebutkan dengan lengkap nama dan identitas rekan baiknya itu.

Dengan demikian secara tidak sadar, anak turunannya juga turut serta mensyukuri,
mengenang dan menghormati orang yang telah berbuat baik bagi keluarga itu.
Demikian pula seluruh keluarga, satu sama lain selalu menceritakan kebaikan yang
pernah mereka peroleh dari sesamanya, dan rasa syukur dan hormat semakin
berkembang dan menguasai kehidupan mereka.

Biasanya orang Dayak selalu ingin membalas kebaikan dengan kebaikan. Dalam setiap
kesempatan, orang yang pernah menerima kebaikan dari seseorang akan selalu
berusaha membalas kebaikan yang pernah mereka peroleh, sekalipun tidak langsung
kepada yang bersangkutan. Terkadang kebaikan seseorang tidak langsung diterima
kembali olehnya, namun kelak anak cucu mereka yang tergerak mengupayakan
membalas kebaikan. Naluri membalas kebaikan yang pernah diterima, bukan
menjadikan beban bagi mereka, namun memiliki nilai kebahagiaan sendiri, bahkan
tradisi demikian menjadikan orang Dayak memiliki ikatan batin yang kuat kepada
sesamanya .

Pahuni

Pahuni ialah suatu tradisi dalam suku Dayak bahwa apabila menolak makanan yang
telah dengan tulus ditawarkan untuk disantap, khususnya nasi goreng dan makanan
yang terbuat dari ketan, maka akan ada resikonya. Resiko berupa malapetaka, baik
ringan maupun berat, bahkan bisa membawa kematian. Apabila terpaksa harus
menolak, demi menetralisir situasi, mereka akan menyentuh tempat atau piring di

76
mana makanan diletakan sambil berguman mengucapkan kata singkat “sapulun”.
Dengan demikian penolakan tersebut telah dianggap sah dan terbebas dari resiko
kepuhunan. Selain dengan cara itu, untuk menetralisir dapat pula dengan cara
menjumput sedikit makanan yang ditawarkan tersebut sedikit, sambil berguman “puse-
puse”.

Pahingen

Pahingen ialah suatu tradisi dalam masyarakat Dayak bahwa seorang suami yang
isterinya sedang mengandung bayi mereka, harus mampu kontrol diri dalam setiap
kata, sikap dan perbuatannya. Karena apabila lepas kontrol, misalnya saja memotong
tangan kelawet yaitu sejenis orang hutan, maka anak yang akan lahir, dikhawatirkan
mengalami cacat pada tangannya.

Lapak Laminak

Lapak Laminak atau cacak burung adalah tanda silang yang diyakini sebagai penolak
bala. Tanda tersebut pada umumnya digambarkan pada sebilah bambu atau pada daun
sawang yang digantung di depan rumah.

Salasa

Salasa berarti Selasa. Apabila bepergian, orang Dayak selalu berusaha menghindari
hari Selasa, karena bagi mereka hari Selasa – sala – yang berarti salah. Akan banyak
kesalahan dan kesialan yang dialami bila nekad bepergian pada hari Selasa. Terutama
apabila bepergian dengan arah yang bertolak belakang. Misalnya dalam suatu
keluarga, dua kakak beradik akan bepergian ke tempat yang berbeda pada hari
Selasa, kakak pergi ke arah timur dan adik ke arah barat. Apabila keberangkatan
tersebut memang tidak mungkin lagi ditunda, terpaksa salah satu ngalah, harus
berangkat sebelum atau sesudah Selasa, demi menghindari terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan.

Warna Lime Ba

Lime Ba berarti lima ba maksudnya lima warna yang dimiliki oleh orang Dayak yaitu
1. Baputi – putih
2. Bahandang – merah
3. Bahenda – kuning.
4. Bahijau – hijau
5. Babilem – hitam.

2.) Warisan dan Angkat Anak


Pembagian Warisan Suku Dayak Ngaju

Tiga hal yang berkaitan dengan masalah warisan :


1). Ahli Waris, ialah orang yang berhak menerima harta /warisan.

77
2). Pewaris ialah orang yang memiliki harta benda tersebut
3). Warisan ialah harta benda yang ditinggalkan.

Urutan penerima waris menurut tradisi Dayak Ngaju ialah isteri, anak, cucu, anak
angkat, saudara kandung, baru kemudian saudara ibu atau saudara bapak. Jenis
kelamin tidak dibedakan, baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama
dalam pembagian warisan. Apabila yang meninggal tidak mempunyai anak, maka
warisannya diserahkan kepada jandanya dan bagian lain diserahkan kepada orang tua
dan saudara kandungnya. Akhir-akhir ini ada semacam perjanjian dalam perkawinan
yang menegaskan bahwa apabila tidak punya anak, maka harta warisan diserahkan
kepada janda atau dudanya . Apabila ada anak angkat, maka harta warisan itu jatuh
kepada anak angkatnya.

Angkat Anak

Cara mengangkat anak angkat menurut tradisi Dayak adalah sebagai berikut: anak
telah dipelihara dan dirawat dengan baik semenjak masih kecil, dengan disaksikan oleh
Demang atau Kepala Adat, sekurang-kurangnya disaksikan oleh seorang Pembakal
atau Kepala Kampung, dengan disertai upacara adat memotong hewan korban, boleh
ayam atau babi, kemudian anak dipalas dengan darah binatang korban, lalu makan
bersama dengan para pemuka kampung. Sejak itu anak dianggap telah sah diangkat
sebagai anak angkat dalam keluarga barunya.

3.) Tandak
Tandak berarti menimang. Seorang yang hidupnya bermakna bagi sesamanya,
terkadang ditimang dan disanjung, karena ia akan menjadi sosok yang disegani dan
dihormati. Akan tetapi pada umumnya seorang yang hidupnya penuh kepura-puraan,
tidak jujur, serakah atau sedang melakukan penipuan, tidak punya keberanian untuk di-
tandak, karena resikonya tidak kecil. Sesama mungkin saja dikelabui, akan tetapi mana
mungkin manusia mampu mengelabui Ranying Hatalla? Tulah atau kualat akan
diterima apabila nekad menerimanya.

Contoh-contoh Tandak

Tandak

Anak Nyaru Hapantar Batu


Antang Liang Habalau Kilat
Mangkalewu Bukit Batu.

1. Barigana hanjaliwen babilem


Ganan Ulai Telun Penyang.
2. Barigana haramaung menteng
Kinjap Palangka Bulau Ruhung.
3. Barigana garing Bulau Sangkalemu
Baterus penyang salumpuk bukit tunjung nyahu.

78
Tandak Penyang Menteng

Malang malampai tanduk


Putir bawin sangiang
Maut mamehera kininge
Kameloh taran jalayan

Manuntun mangep kilau tatak rahung


Manuntun bumbung daren purun
Manurang marinak ingkah jari pulang
Manureng Pandung irit Bungai

Kapandukan Rawing Tempun Telun


Jari mukung sambang garantung
Tempu enon lumbah haburung bulau
Jari bajanda tintun janjingan

Rangkang Penyang Panjanjuri


Balua batang danum jalayan
Parukat Sehang Bapindak bahanjung gohong
Labehu pali mangantimbung tambun
Lelek batu Rangkang mangareheng tanggar haramaung

Jadi mukung sembang garantung


Manarui penyang, panggirik lingu
Jadi bajanda pintu jajingan
Manarui paturung pangarasang karandem

Akan tingang manuk Sangiang


Ije dohong hanjanjungen enteng
Akan ranying Tangkarayung Jalayan
Kabontenga nyari angkat hanyie

Mangat tingang dia hungkui dandang


Mandui Riak Penyang
Uka haramaung dia mekut tambang
Hapanduyan ringkin paturung

Dia Tingang taratingkai dandang


Malawan Tambun Baputi
Kueh Haramaung tarasamping tambang
Hakajang dengan ihing bajaleang.

Mangat Tingang sangiang


Dia enteng mulang nahabajing gandang
Uka Ranying Tangkarayung jalayan
Dia Hany tendur mahatambit sambang

Mangat penyang sawu-sawuh entenge


Mapaleteng tarung tambun baputi

79
Uka paturung giri-giri hanyie
Nampalilap tintinge ihing bajaleang

Mangat ikei lapas


Bara kalung jela bulu
Uka ikei liwus
Bara genjen untei rabiu

Mangat penyang tambun baputi


Leteng lilap baranehu
Uka paturung ihing
Bajaleang malangiau

Mangat tarung lampang


Ngangapung duhung tambing benteng
Uka tinting kalapangan
Nyarupih talawang tambing

Mina penyang ije bahari simpeie


Baka lenyuh tambun baputi
Mingkes paturung ije mait sandike
Bahalap ihing manjaleang

Hemben daraduan hambekan katun


Aku manandak balitan Rawing Tempun Telun
Metuk dinon kajaretan etuk
Aku mangarunya lumbah balai palangka

Nahingku terunge lampang


Bababalai lawang labehun langit
Nyaneangku selatan tinting
Batuyang rantau kangkuria hawun

Mina penyang menteng


Mujang lawang langit
Mingkes paturung bahanyi
Manyamparau rantai hawun

Hinjap antang manamuei


Duhung sarak tanjung ambun
Hiket kenyui rewen maja pulang
Tangkuranak luwuk enon

Jaloh nipang kambu kameteng penyang


Katapasan bukit jadi pantang tambange

Jaloh nipeng raning kapandereh bunu


Katapasan lunuk jari puntuh ruhung

Jaloh nipeng bangun tarajun ambun

80
Katapasan labehu jari tuwen penyangm

Jaloh nipeng bulau kayun tangguie


Katapasan langit penda tingan

Puna bulu menteng ikau dia lalangena


Talawang bahanyi ikau jaton sampalangen

Hemben duan kambekan katun


Aku manandak gangguranan aram
Mantuk rinun kajuretan ituh
Aku mangarunya sasabutan bitim

Malik bahing patun ambang


Akamu manandak gawin gangguranan aram
Mulas salintik luhing
Aku mangarungi sasabutan bitim

Malik Bahing pantun Ambang


Akamu manandak gawin gangguranan aram
Mulas salintik luhing
Aku mangarungi sasabutan bitim

Malik lagu :

Inanggareku aram duhung kurik kinjap


Kuit lawang langit
Nansuwaku sasabutan bitim
Pulang ringkang ringit hiket
Ukei kangarim hawun.

Layang garun tandak sambang


Akan papar penyangm hila panyambilei

Inanggareku gangguranan aram


Duhung kurik baka tetes hinting bunu
Mansuwaku sasabutan bitim pulang
Ringkang ringit
Bakagetu jamban kamara ambu

Ie eweh hawah gangguranan aram


Ije selem toto batu piring kalingun
Lisem sasabutan bitim
Ije tolok bungka liang jarak karendem

Ie tawa inggareku tuwe ije kabungkal


Pali mupuk gantu-gantung

Baka buang kalang labehu


Tambun baputi uju bara tuntung
Parukat tawing due katawing

81
Ije pali ngisai tuya-tuyang
Baka santung rantau ihing bajuleu hanya baratinggu

Tandak Lewu Murik Murung

Lewu Tumbang Murung


Lewu Batu Randang Tingang, rondong liang lentah tambun kaleka Liau Turus pandak,
kabalen kapang, kamban tahajak iwa kabantus tambilok.

Juking
Lewu Tanjung Hanyi, rondong karangan penyang kaleka Liau Kapang baka petak
rundung banama kamban tabilok baka darai lanting jalatien. Antang nyahi lentem langit
kenyoi kilat randan ngangkuling peteng penyang. Katabalan uluh balai katapang uju
bararenjeng mendeng. Panambusan Sali nusan kayu alau hanya baratandai mingkat.

Lewu Lupak Dalam


Kaleka Liau Garing randan bajamban laut. Kambang sihong ringkang tatean hariran.

Sei Barangas
Kaleka Liau Busun Gareng hagandang purun. Kamban baner sihung halejar pandung
balau tambun tandipah pulau tonggal nganderang tingang nusa sahinya hengkuk
Ranying.

Balanggar
Kaleka Liau Langgau hantu pangios lewu pulu.

Tumbang Tagiring
Lewu olek rondong nasarang Rawing. Kaleka Liau Rawing basiak pamatas tungkup.
Kamban lumba bahanyi pamisah ruang.

Badapung (Sambil)
Lewu Tambak Raja, rondang karangan penyang bulu. Kamban baringen kilat, baka
ginjai tulang.
Badapung (Gantau)
Kaleka Liau Gandang sanaman baka narah henteng palimantu baka tenong rewei raja
endus habantusan. Baka rintuh tisoi kanaruhan.

Basungkai
Kaleka Liau Jala Bulau pali habirik baka tenong Riak Rawing. Kambun untai rabia
endus habarika baka rintuh ringkin lumba.

Kueh Tandak Lewu ?


• Pulau Kupang kota Bataguh pamatang sawang pulau Kupang, kaleka ulek Nyai
Undang.
• Banau atawa Bahanau.
• Basarang ?.

Tumbang Tarusan
Kaleka Liau Haramaung panjang ikohe, ngangkuling banama jahawen.

Raing

82
Kaleka Liau Gandang sanaman kanarah henteng kamban pali mantu baka teneng riwai
laut Towong jongkarang endus habantuan baka rintuh selatan kariran.

Tumbang Bakampat
Kaleka Liau Burung Bulau busik pasebun raja. Kaleka Ayam Rabia kabantus
ganggerang.

Tumbang Rasanggal
Kaleka Liau Taming Bulau, katengkan nyaru kamban talali rabia kabantus ganggerang.

Tamiang
Kaleka Liau Antang pasihai, busilo ruhung bahanyi mandui darah belum. Kamban
kenyoi patenggan bajari pulan petah kapandaian tanggiri hamiring.

Juking (Kuala Kapuas)


Lewu Tambak Raja rondang banjang tarahan. Kaleka Liau Lunuk hai kajang tombang
ulang hagandang kamban daringan datah tingkap kanarewong antang.

Tandak Lewu Murik

Juking Kompai
Lewu Juking kompai tajur ruhung. Kaleka Liau Uei Sigi baruntih sangkalemo.

Tumbang Maluen
Kaleka Liau Antang Pasihai basilo ruhung bahanyi mandui daha belum kamban kenyoi
patenggau bajari pulang petah kepandoian tinggi hamaring.

Pulau Telo
Pulau rotek kasanang manyang nusa lawang hajenjeng tandipah lewu kangajang apui
nyaru rondong kaningkap bahan ganggereng. Kaleka Liau Nyaring gila –gila enteng.
Jari mandoi asep sandawa laut kamban siakung rawe-rawe hanyie petah kapandoian
paruru barantai.

Lewo Lentop Banama, Rondong Sempong Tihang


Kaleka Liau Moehoer batu bateras penyang, kambang sukai baluhing, halawu pulau
lentop Banama Nusa sempong tihang.

Tumbang Sungei Dayang


Lewu Tambak Raja, rondong timbok kanaruhan. Kaleka Liau Rajan Pasang, baka lelep
Lewu Pulu. Kamban kanaruhan jaramai baka lilap rundung jalatien.

Tumbang Sakaraung
Kaleka Liau Garantung korik tetawak lewu danom jalajan kamban janjingan rinjit titih
rondong labeho pali.

Sungai Kayu
Lewo payong nyaho, rondong karawah batu sambang. Kaleka Liau Haramaung tiroh-
tiroh entenge, bahanyi mandoi daha belum, tuntang Liau Luruk Garu sangkabilan
hintung sangiang. Kambang pangadien kanto-kantok hanyi petah kapandoian tanggiri
hamaring.

83
Tumbang Paraya
Kaleka Liau Antang pasihai basilo ruhung pamatas tungkup. Kamban kenyoi patenggau
pamisah raung.

Lanting
Lewu Ranting Rondong pelabuhan banama. Kaleka Liau Gareng beloh soka lumpung
matanandau. Kamban sihong hamaring. Sehungkir kamban kabanteran bulan.

Mandomai
Lewu olek kalingu, rondong ampah timpong. Kaleka Liau Sawang belum merajak bukit
batu. Kamban bonge hamaring manterus kereng liang.

Sungai Sangalang
Lewu Dandang dalam. Rondong paseban raja. Kaleka Liau Patahu menteng beheken
luar palangka ruhung. Kamban mamben bahanyi petah badari luar tatanep salimbayong
antang.

Sei Garantung
Lewu tahutun pantara, rondong teweh dare . Kaleka Liau Rangkang salingkat
mandawen bulan. Kamban hengkun banturung mamumbung pehawang.

Tumbang Umap
Lewu Ulek kalinga, randang tambarang tingang, kaleka Liau Lunuk panjang.

Mantarei
Lewu Payong nyahu, rondong ngajang gangerang. Kaleka Liau Rajan talawang basaki
daha tambarirang.

Tangahon
Lewu Pandih Batu, rondong jumpang handiwung. Kaleka Liau Lunuk nyaho baka giring
bulu. Kamban baringin kilat baka ginjai tulang.

Pantai (hila gantau murik)


Lewu Tahuton Liau Lampang, rondong nyaimbur tambon baputi.

Pantai (hila sambil murik)


Lewu Pantai Bulau, rondong gelombang pahalang, kaleka Liau Riwut dohong
maliambong sambong selatan pulang panangkules bengkel bahanyi mutang giling
pinang janji undun pamua lunuk bungai. Eka Antang Riak Rawing panasarang ambun
balanga kenjoi ringkin loemba panasakui tambun repang garantung.

Tamiang
Lewu Olek Lawang Jata, rondong riak sanglemo Kaleka Liau Lamiang Bulau
hantantaliasae serumput mihing bukit batu.Kambang hanyang rabia hantapiket banuas
tanterus nyalong kereng liang.

Mangandam
Lewu Jakatan rundian, rondong riak batu sambang.

84
Penda Ketapi
Lewu Mandarit Garing rondong mandarut bulau, kaleka Liau Lunuk kajang lewu pulu
kamban baringin datoh tongkap rondong hapamantai jalatien, Eka Antang Raja
bagelang bulau kenyoi kanaruhan batingkat rabia.

Bapakang
Lewu jakatan, rondong salohan tandang.

Basuta
Lewu Bukit Tihang Jakatan Rawing. Rondong kereng tusang salahan tandang. Kaleka
Liau Nyating gila-gila entenge nakaruan pain bukit panjang halawu pulang tanggung
tingang nusa sangkai tarahan tandipah pulau kurik sumpin tamaun nusa simit junjung
rawing.

Sei Dusun
Lewu Galang tarahan rondang masarang rawing. Kaleka Nyaring gila-gila entenge
basilo ruhung, bqka tetes uhat bakau langit.

Manusup
Lewu Leleh Lentur Satasi rondang kanapan lasang. Kaleka Liau Lunuk hai teweng
katelo dia bajombang bukit tingang papui kepat dia basale dandang.

Dahuyan Lawu
Lewu Ulek kalingo rondong riak haselan, Kaleka Liau Dahiang tabela jarang pampahiu
dia tau metoh rawei pulu.

Sei Kapar
Lewu Ulek Kalinga, rondong riak batu sambang.

Penda Putik
Lewu olek kalingo, rondong sakatan randin tandang. Kaleka Liau gandang lamiang
pamaripih pulu towong hanyang papalapak jalatien. Tumbun tarantang riwutdohong
maliambong sambung.

Tarantang
Lewu Lawang Patahu rondong salampak sawang. Kaleka Batu Lampang amba parei
nyangen tingah.

Lamunti
Lewu Mandarai Sambang. Rondong kamesak lohing. Kaleka Liau Dohong tanggalong
mara-marang tasale, tau mangarak penyang ije kasimpai. Halawu pulau tonggal
nganderang tingang nusa sahin nyahengkok ranying.

Pulau Kaladan
Lewu Dandang dalam rondang talian surat. Kaleka Liau Lunuk sangkalemu belum
manambai paseban raja. Kamban bangingen hamaring maninggang masigit kanaruhan.

Mantangai
Lewu olek lawang jata, rondong paget Hatalla. Kaleka Liau Nyaring gila-gila entenge
makongan garing janjihin tihang.

85
Tapian Lisong
Lewu Olek Kalingo rondong palabuhan banama.

Kalompang
Lewo Payong Nyaho rondong kaninding timpang. Kaleka Lunuk hai belum mambai
masigi due habambai.

Leleh Baner
Lewu Leleh Lentur Santagi, rondong kankelong bengkel kaleka Liau Rajan Tambarirang
Balua Bara Singkep Langit.

Katimpun
Lewu Dandang Dalam, rondang olek kalingo. Kaleka Liau Handiwung belum. Belom
petak kasamboyan kambang pandong hamating hating kereng kasimbu laut.

Sei Ahas
Lewu Lawang Patahu, rondong tarian antang. Kaleka Liau Garantung kurik panyong
lewo danom jalajan. Kambang jajungan rinyit titih rondang lebehu pali.

Katanjung
Lewu Olek kalingo rondong tahuton Liau Lampang. Kaleka Antang Pasihai basilo
rohong baka tetes uhat marau langit.
Tawanan
Lewu Olek kalengo rondong nyapenda garing balemo. Kaleka Liau Tingang ije
kadandang kajang pukung pahewan antang bungai due kapiting tingkap parajangan
dahiang.

Tumbang Kajang
Lewu Dandang Taheta, rondong tarion antang, palus halawu nangkalau batang danum
riak sangkalemo malangkawei guhung ringkin sangkalunyai.

Panti
Lewu Salampak Sawang rondong pandang bulan.

Aruk
Lewu Olek Lawang Jata. Rondong riak batu sambang.

Lawang Kajang
Lewu jakatan runjan rondong riak batu sambang.

Timpah
Lewu Nabasan sambang rondong riak batu sambang.

Longko Layang
Lewu jakatan runjan rondong nyampeda tihang bendera.

Tumbang Hiang
Lewu Dandang dalam rondang talian surat.

Tawai Baru
Lewu Dandang Taheta, rondong jakatan runjan.

86
Penda Ketapi Due
Lewu Uhat Marau Langit, rondang tahutan Liau Lampang.

Masaran
Lewu Ampah Durat rondang tihang bandera.

Kayu Bulan
Lewu Jakatan kalingo rondong jakatan randin tandang.

Penda Payang
Lewu Olek Kalingo, rondong riang batun sambang.

Lewu Baru (Gantau Murik)


Lewu Tanjung Hanyi rondang karangan penyang.

Lewu Baru (Sambil Murik)


Lewu tahutan panatar rondong teweh dara.

Penda Muntei
Lewu Olek kalingo rondong kalapan lasang.

Kareta sei Jihi


Lewu Olek Lawang jata rondang tarian antang.

Tapan
Lewu Sakatan Runjan rondong jakatan randin tandang.

Tapan (gantau)
Lewu Tahutan Pantar rondong jakatan runjan.

Pujun
Lewu Ampah Surat rondong jakatan runjan.

Marapit
Lewu Jakatan Runjan, rondang kajang apoi nyaro.

Mahuus
Lewu Jakatan Runjan rondong sakatan randin tandang.

Rohong
Lewu Jakatan Runjan, rondong olek kalingo.

Bajuh
Lewu Jakatan Runjan, Rondang pasang darah.

Penda Panguran
Lewu nyampeda garing balemo randan jakatan runjan.

Dandang
Lewu Jakatan Runjan, rondong olek kalinga.

Tumbang Kakat

87
Lewu ayun hatanjung rondang pasang darah

Jangkang
Lewu Jakatan Runjang, rondang pasang darah.

Tambahan Keterangan

1. Sei = Sungai.
2. Mandomai = manumon sarita uluh bakas helo bara bawak kotak - mandoi mai -
atawa - mandoi umai.
3. Juking Kumpai : Amon manumon tetek tatum, uluh bakas helo, ie te hila dipah
Kuala Kapuas. Wayah to horan kaleka Tamanggung Tanjung Kompai Dohong,
kajariae mindah akan lewu kehu seha wayah toh bagare Marabahan atawa huran
asale Tumbang Bahan atawa Muara Bahan palus manjadi Marabahan.
4. Pulau Telo : Manumon sarita uluh bakas helo, aton telo ije intu bentuk sungai
kapuas te asale kapal perang Belanda kahem into nyelo 1830-1835, kejariae,
manjadi Pulau Telo wayah toh.
5. Basarang : Kaleka te metoh toh inampa tarussan akan sungai Kahayan (mintin)
jari tembus benteng nyelo 1961 kepanjange 24,5 Km, kalombahe 30 meter tinai
kahandalem 5 meter.

Aran Lewo Hai Into Kalimantan Tengah Ije Solake


Palangka Raya: Ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah ije intejek tihang solake tanggal
17 Juli 1957 awi Paduka Yang Mulia Presiden Ir Soekarno, tuntang andau te kea aran
Palangka Raya inetep awi Paduka Yang Mulia Presiden. Kuala Kapuas, aran solake
Tumbang Kapuas, Sampit, Kuala Kurun, Buntok, Muara Tewe, Puruk Cahu,
Pangkalanbun, Tamiang Layang, Kasongan, Tewah, Kuala Kuayan, Kumai, Kuala
Pambuang, Pulang Pisau, Mandomai, Ampah, Tumbang Samba, tkt.

4.) Kematian
Apabila terjadi kematian dalam suatu keluarga Suku Dayak, baik karena sakit,
mendadak atau karena mengalami kecelakaan, maka dengan seketika mereka, baik
keluarga maupun keluarga terdekat akan berdaya upaya menyebarkan berita kematian
itu kepada seluruh masyarakatnya secara luas.

Ada suatu tradisi dalam masyarakat, mengiringi kematian dengan suara garantung
atau gong. Ketika ajal menjelang, jiwa terpisah dari raga, kepergian atau terlepasnya
jiwa menuju alam lain diiringi dengan suara bamba atau titih, yaitu garantung atau gong
dipalu tiga kali, dilanjutknan suara tiga buah gong yang dipalu bersaut-sautan diiringi
karuau atau jerit tangis kaum ibu. Suara yang terdengar mampu menciptakan suasana
mencekam, hati tersayat nyeri bak tertusuk sembilu. Suara gong ditalu kuat atau keras,
namun dengan irama pelan, gong . . .gong . . .gong . . . selama kurang lebih setengah
jam.

Apabila berita duka telah tersebar, yang disebarkan dengan cara berantai dari mulut ke
mulut ataupun karena mendengar suara bamba atau titih gong yang bertalu-talu,
dengan spontan penduduk kampung bereaksi menunjukan perhatian dan
kepeduliannya kepada warganya yang sedang menerima cobaan. Sekalipun sedang

88
bekerja di ladang, di rumah, di perahu, di hutan atau di manapun mereka berada,
apabila suara titih atau berita kematian mereka dengar, segala kegiatan yang sedang
dilakukan ditinggalkan begitu saja, berduyun-duyun mendatangi rumah duka, untuk
memberikan dukungan moral bagi keluarga yang ditinggalkan.

Kedatangan mereka ke rumah duka dengan membawa sumbangan duka berupa hasil
bumi hasil usaha sendiri. Di rumah duka, setelah datang mendekati dan melihat wajah
jenazah untuk terakhir kali, mereka mencoba menemui keluarga yang ditinggalkan
untuk menyatakan dukacitanya, biasanya mereka bekerja bahu membahu, dengan cara
gotong royong melakukan sesuatu untuk meringankan beban keluarga yang
ditinggalkan.

Ada penduduk yang tanpa komando, langsung mengumpulkan kayu bakar,


menyediakan tungku tempat masak memasak, menggelar tikar, dan banyak kegiatan
yang dengan iklas mereka lakukan. Di rumah duka mereka berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan suasana duka, tidak membuat kegaduhan, bicara pelahan,
tanpa menunjukkan kegembiraan.

Jenazah diletakkan di tengah-tengah rumah, dan dikelilingi oleh kaum kerabat dan
keluarga. Peti jenazah dibuat saat itu juga, bisa dalam bentuk raung, kakurung, runi,
atau lainnya , yang disesuaikan dengan kemampuan atau persyaratan adat.
Pembuatan peti mati dilaksanakan dengan cara gotong royong, pada saat itu juga. Peti
mati yang umum dipakai ialah raung, yaitu peti mati yang dibuat dari batang pohon
yang dibelah dua dan di bagian tengah dikerok untuk tempat meletakkan jenazah.

Pada sore hari, ibu-ibu akan datang dan berkumpul lagi di rumah duka untuk mandaring
atau tidak tidur semalam, untuk menemani keluarga yang sedang berduka. Aturan tidak
tertulis namun telah disepakati, bahwa apabila seorang telah ikut mandaring pada hari
pertama, maka ia harus juga hadir mandaring di rumah duka tersebut selama tiga
malam terus menerus. Apabila hal ini tidak ditaati, maka didenda karena telah dianggap
melanggar adat.

Pada malam hari, dilaksanakan acara puar atau hapuar yaitu daun kelapa kering yang
masih berlidi atau bambu kering yang dibuat menyerupai batang lidi, dibakar ujungnya,
kemudian ujung yang berapi disentuhkan ke kulit tubuh pelayat yang malam itu
berkumpul di rumah duka, boleh saling balas membalas atau menghindari sentuhan.
Kegiatan ini menjadikan para pelayat yang mandaring di rumah duka menjadi tidak
mengantuk, karena saling usik dan tidak boleh ada kemarahan. Pada saat penguburan,
semua pelayat yang hadir dalam upacara akan turut berduka dan menundukkan
kepala.

Tiga Tahapan Pelaksanaan Upacara Kematian suku Dayak

a. Penguburan, menyerahkan arwah yang meninggal kepada Raja Entai Nyahu yang
tugasnya sebagai penjaga kuburan.
b. Tantulak Matei, untuk menjauhkan keluarga dari arwah yang meninggal dari segala
bentuk kesialan dan kematian. Pemberitahuan kepada Duhung Mama Tandang
bahwa seorang manusia telah meninggal, agar Duhung Mama Tandang turun ke
bumi untuk memandikan arwah dengan Nyalung Kaharingan Belum dan
mengantarkannya ke Lewu Bukit Nalian Lanting sampai kelak upacara Tiwah
dilaksanakan.

89
c. Upacara Tiwah atau Ijambe atau Wara atau Nyorat . Arwah diantar ke Lewu Liau
atau Surga dipandu oleh Rawing Tempun Telun.

Cara Merawat Jenazah Menjelang Penguburan

Arah meletakkan jenazah untuk laki-laki dan perempuan berbeda. Jenazah seorang
laki-laki, kepala diletakkan arah selatan, untuk perempuan, kepala diletakkan arah
utara.
Setelah dimandikan oleh petugas yang telah ditentukan, lalu dikenakan pakaian.
Setelah itu dibungkus dengan tujuh lapis kain, pada tangan kiri diletakan telur atau
daun sawang, dan tangan kanan pinang muda atau pinang tua. Pada bagian mata,
ditutupi tujuh lembar potongan kain, dan di atas potongan kain pada lapis teratas,
diletakan batu atau uang putih. Pada lubang telinga dan lubang hidung, diberi penutup,
lalu pada bagian ulu hati diletakan sasari atau mangkuk kecil. Kemudian dengan lawai
atau benang lembut, jenazah diikat dari kepala hingga kaki. Ujung benang pengikat
kaki, pada satu kaki diikatkan sepotong perak atau besi, dan kaki satunya lagi
diikatkan sirih pinang dan rokok. Disamping kepala dan kaki diletakan mangkuk dan
piring kecil.

Setelah semuanya siap, seorang perempuan yang telah ditentukan akan duduk di
samping jenazah dan tangannya memegang daun sawang. Maksudnya menjaga
jangan sampai jenazah dihinggapi lalat. Larangan yang harus ditaati oleh perempuan
yang bertugas duduk disebelah jenazah, adalah pantang makan nasi. Ia hanya boleh
makan sayur mayur selama menunggui jenazah.

Jenis peti mati ditentukan oleh ahli waris dan dibuat bersama-sama, gotong royong
warga kampung. Setelah peti mati selesai dibuat, diletakan di sebelah jenazah
menunggu sampai saatnya jenazah dimasukan ke dalam peti mati. Barang-barang
yang dimilikinya selama hidup, diletakan di kiri kanannya. Barang-barang yang
diletakan di sebelah kiri, yang antara lain pakaian, mandau, tombak, besei atau
pengayuh, diletakan disebelah kiri, karena nantinya akan dibawa ke liang kubur untuk
kemudian dibawa lagi ke Lewu Liau atau surga apabila upacara Tiwah telah
dilaksanakan. Barang-barang yang diletakan di sebelah kanan, tidak dibawa ke liang
kubur karena akan ditinggalkan sebagai warisan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Sebelum jenazah dimasukan ke dalam peti jenazah, terlebih dahulu ahli waris
menyediakan :
1). Beras satu mangkuk.
2). Garam satu mangkuk
3). patung dua buah. Yang sebuah terbuat dari batang pisang dan yang sebuah lagi
terbuat dari bambu telang.

Apabila jenazah telah diletakkan di dalam peti mati dan ditaburi beras dan garam yang
telah disediakan, kemudian seorang pisur atau petugas pelaksana upacara adat,
melaksanakan tugasnya memanggil hambaruan atau semangat yang dimiliki oleh
siapapun yang hadir dalam rumah duka. Lalu semua yang hadir meludahi kedua patung
yang telah disediakan agar segala sial dan niat jahat siapapun yang hadir tidak terbawa
oleh si mati, demikian pula segala sial dan malapetaka dari si mati jangan mengganggu
yang masih hidup. Segala sial dan malapetaka, hanya akan dibawa dan ditanggung
oleh kedua patung tersebut. Setelah upacara meludahi patung selesai, barulah barang-
barang yang akan dibawa ke liang kubur, dimasukan ke dalam peti mati, baru kemudian
peti mati dipasak atau dipaku.

90
Ketika jenazah telah dikebumikan, pada hari itu juga, di rumah duka disediakan dua
buah ancak atau palangka atau tempat sesajen yang telah dilengkapi dengan sajen
berupa makanan- makanan tertentu, lalu ancak tersebut digantungkan. Kedua sajen
tersebut ditujukan kepada :
1). Roh baik yang telah mengusahakan segala sesuatunya hingga berjalan lancar
tanpa halangan, maksudnya sebagai ungkapan terima kasih.
2). Ditujukan kepada Roh jahat agar tidak mengacaukan suasana dan jangan
mengganggu ahli waris dan keluarga yang sedang dalam keadaan berduka.

Beberapa Cara Penguburan

1). Dibakar, abunya dimasukkan ke sebuah guci lalu disimpan di depan rumah.
2). Ada yang dalam tiga hari di kubur nguluhpalus, dan dalam waktu satu sampai
tujuh (tidak terbaca, ns) harus diadakan upacara Tiwah
3). Bilit atau belit Orang yang telah meninggal dimasukkan ke dalam peti mati yang
disebut runi, kemudian digantung di dalam hutan hingga (tidak terbaca, ns).
Setahun kemudian, tulang diambil untuk ditiwahkan lalu tulang-tulang tersebut
disimpan dalam Sandung Naung.
4). Dihanyutkan dalam air dengan upacara.
5). Niwah Palus. Maksudnya (tidak terbaca, ns) hari setelah meninggal diadakan
upacara Tiwah.

5.) Upacara Tiwah


foto
Persiapan akhir menjelang upacara Tiwah.
( Foto : dokumentasi keluarga Tjilik Riwut )

foto
Penggalian tulang.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )

foto
Membersihkan tulang.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )

foto
Menikam binatang korban – kerbau.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )

foto
Ritual Adat.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )

foto 1 foto 2
Basir .
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )

91
Upacara Tiwah atau Tiwah Lale atau Magah Salumpuk liau Uluh Matei ialah upacara
sakral terbesar untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah meninggal dunia
menuju tempat yang dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Dia
Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan, Hakarangan Lamiang
atau Lewu Liau yang letaknya di langit ke tujuh.

Perantara dalam upacara ini ialah : Rawing Tempun Telun, Raja Dohong Bulau atau
Mantir Mama Luhing Bungai Raja Malawung Bulau, yang bertempat tinggal di langit
ketiga. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya Rawing Tempun Telun dibantu
oleh Telun dan Hamparung, dengan melalui bermacam-macam rintangan. Kendaraan
yang digunakan oleh Rawing Tempun Telun mengantarkan liau ke Lewu Liau ialah
Banama Balai Rabia, Bulau Pulau Tanduh Nyahu Sali Rabia, Manuk Ambun.
Perjalanan jauh menuju Lewu Liau meli\ewati empat puluh lapisan embun , melalui
sungai-sungai, gunung-gunung, tasik, laut, telaga, jembatan-jembatan yang mungkin
saja apabila pelaksanaan tidak sempurna, Salumpuk liau yang diantar menuju alam
baka tersesat. Pelaksana di pantai danum kalunen dilakukan oleh Basir dan Balian.
Untuk lebih memahami uraian selanjutnya, beberapa istilah perlu diketahui :

Pengertian yang Perlu Dipahami

1. Jiwa atau Roh.


a. Jiwa/roh manusia yang masih hidup di dunia disebut Hambaruan atau
Semenget.
b. Jiwa/roh orang yang telah meninggal dunia disebut Salumpuk Liau. Selumpuk
Liau harus dikembalikan kepada Hatalla. Prinsip keyakinan Kaharingan
menyatakan bahwa tanpa diantar ke lewu liau dengan sarana upacara Tiwah,
tak akan mungkin arwah mencapai lewu liau. Bila dana belum mencukupi, ada
kematian, pelaksanaan upacara Tiwah boleh ditunda menunggu terkumpulnya
dana dan bertambahnya jumlah keluarga yang akan bergabung untuk bersama
melaksanakan upacara sakral tersebut. Upacara besar yang berlangsung
antara tujuh sampai empat puluh hari tentu saja membutuhkan dana yang
tidak sedikit, namun karena adanya sifat gotong royong yang telah mendarah
daging, maka segala kesulitan dapat diatasi. Tumbuh suburnya prinsip saling
mendukung dalam kebersamaan menumbuhkan sifat kepedulian yang sangat
mendalam sehingga kewajiban melaksanakan upacara Tiwah bagi keluarga-
keluarga yang ditinggalkan didukung dan dilaksanakan bersama oleh mereka
yang merasa senasib dan sepenanggungan.
c. Salumpuk Bereng yaitu raga manusia yang telah terpisah dari jiwa karena
terjadinya proses kematian. Setelah mengalami kematian, salumpuk bereng
diletakkan dalam peti mati, sambil menunggu pelaksanaan upacara Tiwah,
salumpuk bereng dikuburkan terlebih dahulu.
d. Pengertian dosa

Tiga hukuman dosa yang harus ditanggung oleh Salumpuk liau akibat perbuatan
semasa hidupnya :
1). Merampas, mengambil isteri orang, mencuri dan merampok. Hukuman yang
harus dijalani oleh Salumpuk liau untuk perbuatan ini ialah menanggung
siksaan di Tasik Layang Jalajan. Untuk selamanya mereka akan menjadi
penghuni tempat tersebut. Di tempat itu pula Salumpuk liau harus mengangkat
barang-barang yang telah dicuri atau dirampok ketika hidup di dunia. Barang-

92
barang curian tersebut akan selalu dijunjung sampai pemilik barang yang
barangnya dicuri meninggal dunia.
2). Ketidakadilan dalam memutuskan perkara bagi mereka yang berwewenang
memutuskannya, yaitu para kepala kampung, kepala suku dan kepala adat.
Mereka juga akan dihukum di Tasik Layang Jalajan untuk selamanya dalam
rupa setengah kijang dan setengah manusia.
3). Tindakan tidak adil atau menerima suap atau uang “Sorok“ bagi mereka yang
bertugas mengadili perkara di Pantai Danum Kalunen (dunia). Mereka akan
dimasukkan ke dalam goa-goa kecil yang terkunci untuk selamanya.

2. Jenis dan Nama Peti Mati :


a. Runi yaitu jenis peti mati yang terbuat dari batang kayu bulat, bagian tengahnya
dibuat berongga/diberi lubang dan ukuran lubang tengah disesuaikan dengan
ukuran salumpuk bereng yang akan diletakkan di situ.
b. Raung yaitu peti mati terbuat dari kayu bulat, seperti peti mati pada umumnya,
ada tutup peti pada bagian atas.
c. Kakurung, yaitu jenis peti mati pada umumnya terbuat dari papan persegi empat
panjang, dengan tutup dibagian atas.
d. Kakiring, peti mati berbentuk dulang tempat makanan babi, kakinya berbentuk
tiang panjang ukuran satu depa.
e. Sandung, berbentuk rumah kecil berukuran tinggi, dengan empat tiang.
foto
Sandung
( Foto : dokumentasi kel Tjilik Riwut ).
f. Sandung Raung, berbentuk rumah kecil berukuran tinggi, dengan enam tiang.
g. Sandung Tulang, berbentuk rumah kecil berukuran tinggi, dengan satu tiang.
h. Sandung Rahung, umumnya digunakan oleh mereka yang mati terbunuh.
Sandung Rahung juga disebut Balai Telun karena Rawing Tempun Telun akan
memberikan balasan kepada si pembunuh.
i. Tambak, di kubur di dalam tanah bentuknya persegi empat.
j. Pambak, juga dikubur dalam tanah, namun bentuknya sedikit berbeda dengan
Tambak.
k. Jiwab, bentuknya menyerupai sandung namun tanpa tiang.
l. Sandung Dulang, tempat menyimpan abu jenazah.
m. Sandung Naung, tempat menyimpan tulang belulang.
n. Ambatan, patung-patung yang terbuat dari kayu dan diletakan disekitar sandung.
o. Sapundu, patung terbuat dari kayu berukuran besar dan diletakan di depan
rumah.
foto
Sapondu
( Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut)
p. Sandaran Sangkalan Tabalien yaitu patung besar jalan ke langit.
q. Pantar Tabalien yaitu Pantar kayu jalan ke lewu liau.
r. Sandung Balanga, yaitu belanga tempat menyimpan abu jenazah.

Upacara Tiwah adalah upacara sakral terbesar yang beresiko tinggi, maka pelaksanaan
dan persiapan segala sesuatunya harus dilakukan dengan benar-benar cermat, karena
kalau terjadi kekeliruan atau pelaksanaan tidak sempurna, para ahli waris yang
ditinggalkan akan menanggung beban berat, diantaranya :

1). Pali akan pambelum itah harian .


2). Tau pamparesen itah limbah gawie toh .

93
3). Indu kakicas, pambelum itah harian andau .

Banyak persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya harus tersedia hewan korban
seperti kerbau, sapi, babi, ayam, bahkan di masa yang telah lalu persyaratan yang
tersedia masih dilengkapi lagi dengan kepala manusia. Makna persembahan kepala
manusia ialah ungkapan rasa hormat dan bakti para ahli waris kepada salumpuk liau
yang siap diantar ke Lewu Liau. Mereka yakin bahwa kelak di kemudian hari apabila
salumpuk liau telah mencapai tempat yang dituju yaitu Lewu Liau, maka sejumlah
kepala yang dipersembahkan, sejumlah itu pula pelayan yang dimilikinya kelak.
Mereka yang terpilih dan kepala mereka yang telah dipersembahkan dalam upacara
sakral tersebut, secara otomatis Salumpuk liau-nya akan masuk Lewu Liau tanpa
harus di-tiwah-kan walau keberadaan mereka di Lewu Liau hanya sebagai pelayan.
Namun di masa kini hal tersebut telah tidak berlaku lagi. Kepala manusia digantikan
oleh kepala kerbau atau kepala sapi.

Pelaksana upacara sakral

1. Balian

Balian adalah seorang perempuan yang bertugas sebagai mediator dan komunikator
antara manusia dengan makhluk lain yang keberadaannya tidak terlihat oleh kasat
mata jasmani manusia. Balian menyampaikan permohonan-permohonan manusia
kepada Ranying Hatalla dengan perantaraan roh baik yang telah menerima tugas
khusus dari Ranying Hatalla untuk mengayomi manusia.
Tidak setiap orang sekalipun berusaha keras, mampu melakukan tugas dan kewajiban
sebagai Balian. Biasanya hanya orang-orang terpilih saja. Adapun tanda-tanda yang
mungkin dapat dijadikan pedoman kemungkinannya seorang anak kelak dikemudian
hari bila telah dewasa menjadi seorang Balian, antara lain apabila seorang anak
perempuan lahir bungkus yaitu pada saat dilahirkan plasenta anak tidak pecah karena
proses kelahiran, namun lahir utuh terbungkus plasentanya, juga sikap dan tingkah laku
anak sejak kecil berbeda dengan anak-anak pada umumnya, ia pun banyak
mengalami peristiwa-peristiwa tidak masuk akal bagi lingkungannya.

2. Basir.
Basir seperti halnya Balian adalah mediator dan komunikator manusia dengan makhluk
lain yang keberadaannya tidak terlihat oleh mata jasmani. Di masa silam, Basir selalu
seorang laki-laki yang bersifat dan bertingkah laku seperti perempuan, namun untuk
masa sekarang hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Dalam dunia spiritual Basir
memiliki kemampuan lebih, dalam hal pengobatan, khususnya penyembuhan penyakit
yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat mistik.

3. Telun atau Pisur


Telun atau Pisur adalah pangkat atau jabatan dalam agama Kaharingan. Telun
bertugas hanya akan hal-hal yang berkaitan dengan upacara-upacara adat keagamaan.
Telun tidak termasuk dalam jabatan atau anggota Kerapatan Adat. Dengan demikian
Telun tidak punya suara dalam Putusan Kerapatan Adat.

4. Mahanteran
Mahanteran atau Manjangen adalah mediator dan komunikator manusia dengan
Rawing Tempun Telun. Biasanya seorang Mahanteran atau Manjangen, selalu duduk di
atas gong, sambil memegang duhung dan batanggui sampule dare .

94
Proses Pelaksanaan Upacara Tiwah

Diawali dengan musyawarah para Bakas Lewu , yang hasilnya diumumkan bahwa
dalam waktu dekat akan diadakan Upacara Tiwah , sehingga siapapun yang berniat
meniwahkan keluarganya mengetahui dan dapat turut serta. Setelah diumumkan,
siapapun yang ingin bergabung terlebih dahulu harus menyatakan niatnya dengan
menyebutkan jumlah salumpuk liau yang akan diikutsertakan dalam upacara Tiwah.
Setelah pendataan jumlah salumpuk liau yang akan bergabung untuk diantarkan ke
Lewu Liau, barulah ditentukan dengan pemilihan siapa dari para Bakas Lewu yang
pantas menjadi “Bakas Tiwah” .

Setelah pemilihan Bakas Tiwah, barulah pembicaraan lebih detail dilaksanakan. Detail
pembicaraan antara lain menyangkut jumlah kesanggupan yang akan diberikan oleh
pihak-pihak keluarga yang telah menyatakan diri akan bergabung. Kesanggupan itu
menyangkut masalah konsumsi, hewan-hewan yang akan dipersembahkan sebagai
korban juga bersama memutuskan siapa pelaksana Upacara Tiwah itu nantinya,
apakah Mahanteran atau Balian.

Disamping ditawarkan kebutuhan-kebutuhan upacara Tiwah sesuai dengan


kemampuan masing-masing keluarga salumpuk liau, masih ada beberapa persyaratan
yang wajib harus disediakan oleh pihak keluarga. Salah satunya, minimal wajib
menyediakan seekor ayam untuk setiap Salumpuk liau. Upacara diadakan di rumah
Bakas Tiwah, dengan waktu pelaksanaan ditentukan musyawarah. Pada hari yang
ditentukan, semua keluarga berkumpul di rumah Bakas Tiwah.

Hari pertama :
Upacara diawali dengan mendirikan sebuah bangunan berbentuk rumah yang
dinamakan Balai Pangun Jandau yang artinya mendirikan balai hanya dalam satu hari.
Persyaratan yang harus dipenuhi ialah seekor babi yang harus dibunuh sendiri oleh
Bakas Tiwah. Setelah Balai Pangun Jandau selesai dibangun, Bakas Tiwah melakukan
Pasar Sababulu yaitu memberikan tanda buat barang-barang yang akan digunakan
untuk upacara Tiwah nantinya dan menyediakan Dawen Silar yang nantinya akan
digunakan untuk Palas Bukit.

Hari kedua :
Hari kedua mendirikan Sangkaraya Sandung Rahung yang diletakkan di depan rumah
Bakas Tiwah, gunanya untuk menyimpan tulang belulang masing-masing salumpuk
liau. Setelah itu seekor babi dibunuh diambil darahnya untuk memalas Sangkaraya
Sandung Rahung. Di sekitar Sangkaraya Sandung Rahung dipasang bambu kuning
dan lamiang atau Tamiang Palingkau, juga kain-kain warna kuning dan bendera
Panjang Ngambang Kabanteran Bulan Rarusir Ambu Ngekah Lampung Matanandau .

Di hari kedua ini alat-alat musik bunyi-bunyian seperti gandang, garantung,


kangkanung, toroi, katambung dan tarai mulai dibunyikan. Namun terlebih dahulu
semua peralatan musik, juga semua perkakas yang akan digunakan dalam upacara
Tiwah dipalas atau disaki dengan darah binatang yang telah ditentukan.
Pada hari itu pula seorang Penawur mulai melaksanakan tugasnya menawur untuk
menghubungi salumpuk liau yang akan diikutsertakan dalam upacara Tiwah tersebut
agar mengetahui dan memohon izin kepada para Sangiang, Jata, Naga Galang Petak,
Nyaring, Pampahilep. Juga pemberitahuan diberikan kepada Sangumang, Sangkanak,
Jin, Kambe Hai, Bintang, Bulan, Patendu, Jakarang Matanandau.

95
Mereka yang hadir dalam acara tersebut berbusana Penyang Gawing Haramaung, Baju
Kalambi Barun Rakawan Salingkat Sangkurat, Benang Ranggam Malahui, Ewah
Bumbun dengan memakai ikat kepala atau Lawung Sansulai Dare Nucung Dandang
Tingang, serta di pinggang diikat dohong Sanaman Mantikei. Pada leher dikalungkan
Lamiang Saling Santagi Raja. Ketika bendera dinaikkan di atas sangkaraya, mereka
yang hadir baik laki-laki atau perempuan, tua, muda, berdiri mengelilingi sangkaraya,
dilanjutkan Menganjan untuk menyambut dan menghormati para Sangiang yang telah
hadir bersama mereka untuk mengantarkan Salumpuk liau menuju Lewu Liau.

foto
Manganjan
(Foto : dokumentasi keluarga Tjilik Riwut

Hari ketiga:
Pada hari ketiga, babi, sapi atau kerbau diikat di tiang Sangkaraya. Kemudian tarian
Manganjan diawali oleh tiga orang yang berputar mengelilingi Sangkaraya. Semua
bunyi-bunyian saat itu ditabuh, pekik sorak kegembiraan terdengar disana-sini, suasana
meriah riang gembira. Pada hari itu beras merah dan beras kuning ditaburkan ke arah
atas. Setelah Menganjan selesai, mulailah acara membunuh binatang korban. Darah
binatang yang dibunuh dikumpulkan pada sebuah sangku dan akan digunakan untuk
membasuh segala kotoran. Diyakini bahwa darah binatang yang dikorbankan tersebut
adalah darah Rawing Tempun Telun yang telah disucikan oleh Hatalla.

Kemudian darah tersebut digunakan untuk menyaki dan memalas semua orang yang
berada dalam kampung tersebut, juga memalas batu-batuan, pangantuhu, minyak
sangkalemu, minyak tatamba, ramu, rakas, mandau, penyang, karuhei, tatau serta
semua peralatan yang digunakan dalam upacara Tiwah itu. Di samping untuk memalas,
darah binatang korban tadi juga dicampur beras, kemudian dilemparkan ke atas, serta
segala penjuru, juga ke arah mereka yang hadir dalam upacara. Dengan melempar
beras yang telah dicampur darah Rawing Tempun Telun tersebut diharapkan semua
jadi baik, jauh dari segala penyakit dan gangguan, panjang umur dan banyak rezeki.

Hari ke empat
Pada hari empat ini diyakini bahwa Salumpuk liau pun turut hadir serta aktif berperan
serta dalam perayaan Tiwah tersebut namun kehadirannya tidak terlihat oleh mata
jasmani. Salumpuk liau jadi semakin bahagia dan gembira ketika para keluarga, baik
ayah, ibu, anak, paman, bibi, kakek neneknya hadir berkumpul di situ, dan menemui
mereka yang hadir dalam perayaan tersebut, mereka menggosokkan air kunyit ke
telapak tangan dan kaki mereka yang hadir, menuangkan minyak kelapa di kepala
para tamu, sambil menuangkan baram dan anding serta menawarkan ketan, nasi, kaki
ayam, serta lemak babi yang diakhiri dengan menyuguhkan rokok dan sipa .

Setelah itu di dekat Sangkaraya didirikan tiang panjang bernama Tihang Mandera yang
maknanya pemberitahuan kepada siapapun yang datang ke kampung tersebut bahwa
dalam kampung tersebut sedang berlangsung pesta Tiwah, berarti kampung tersebut
tertutup bagi lalu lintas umum. Mereka yang belum memenuhi persyaratan yang harus
dilakukan dalam pesta Tiwah, antara lain belum disaki atau dipalas dilarang
menginjakkan kaki di kampung itu. Tidak mentaati aturan, resiko tanggung sendiri.

96
kemungkinan ditangkap, pada hari itu pula dibunuh lalu ditaruh di Sangkaraya, dipotong
kepalanya sebagai pelengkap upacara Tiwah.

Kemudian seorang penawur duduk di atas gong, sambil manangking Dohong Nucung
Dandang Tingang. Pertama-tama penawur berkomunikasi dengan semua orang yang
telah meninggal dunia untuk memberitahukan bahwa mereka yang nama-namanya
disebut akan diantarkan ke Lewu Liau. Kemudian berkomunikasi dengan para
Sangiang, Jata, untuk memohon perlindungan bagi semua sanak keluarga salumpuk
liau yang ditiwahkan serta para hadirin yang hadir dalam upacara tersebut agar
dijauhkan dari sakit penyakit serta jauh dari kesusahan selama terlaksananya upacara
Tiwah tersebut.

Komunikasi selanjutnya ditujukan kepada setan-setan, kambe dan jin-jin agar tidak
mengganggu jalannya upacara, jangan sampai terjadi kematian mendadak, orang
terluka, sakit, jangan terjadi tulah malai dan jangan sampai terjadi perkelahian. Setelah
itu Antang penghuni Tumbang Lawang Langit dipanggil untuk mengamati, serta
menjaga kemungkinan datangnya musuh yang berniat mengganggu proses
pelaksanaan upacara sakral tersebut. Setelah itu burung elang datang dan terbang
melayang-layang di diatas tempat upacara Tiwah berlangsung untuk mengawasi
suasana serta menjaga keamanan kampung itu.

Kemudian pada bangunan Balai Pangun Jandau diletakkan sebuah gong yang berisi
beras kuning, rokok, sirih, maksudnya sebagai parapah bagi tamu-tamu dan para ahli
waris Salumpuk liau yang sedang di-tiwah-kan juga diikat Sulau Garanuhing.

Selanjutnya penawur berkomunikasi kepada Gunjuh Apang Pangcono yaitu “Raja Pali“
Sang Penguasa segala bentuk larangan yang harus ditaati penduduk bumi.
Pemberitahuan dan permohonan izin pelaksanaan Tiwah yang dilaksanakan selama
tujuh atau empat puluh hari dimaksud untuk menghindari kesalahpahaman Raja Pali
akan peristiwa sakral tersebut.

Proses selanjutnya didirikan Hampatung Halu, yang diikat sebutir manik hitam dengan
tengang beliat yang ditanam pada tanah perbatasan kampung dimana upacara Tiwah
sedang dilangsungkan dengan perkampungan lain yang tidak sedang mengadakan
upacara Tiwah. Sejak hari itu hukum pali mulai dilaksanakan oleh para ahli waris
Salumpuk liau. Batas waktu pelaksanaan hukum pali telah ditentukan yang artinya
bukan selamanya.
Adapun larangan-larangan itu adalah sebagai berikut :
1. Pali makan rusa – dilarang makan rusa.
2. Pali makan kijang.
3. Pali makan kancil/pelanduk
4. Pali makan kelep dan kura-kura.
5. Pali makan kera.
6. Pali makan Beruk
7. Pali makan Buhis
8. Pali makan Kalawet
9. Pali makan Burung Tingang /Burung Enggang.
10. Pali makan Burung Tanjaku.
11. Pali makan Ahom .
12. Pali makan Mahar .
13. Pali makan Ular.
14. Pali makan Tahatung.

97
15. Pali makan Angkes.
16. Pali makan buah rimbang.
17. Pali makan daun keladi.
18. Pali makan ujau.
19. Pali makan dawen bajai- daun bajai.

Selain larangan menyantap beberapa jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan, juga ada
pali berkelahi. Bila terjadi perkelahian maka mereka yang berkelahi wajib membayar
denda kepada Bakas Tiwah Jipen ije dan kewajiban potong babi, darah babi
digunakan untuk menyaki mereka yang berkelahi.

Hari keempat :
Kanjan diawali oleh empat orang.

Hari kelima :
Hari ini Pantar Tabalien didirikan. Pantar Tabalien yaitu jalan yang akan dilalui
salumpuk liau menuju Lewu Liau, berbentuk tiang yang terbuat dari kayu ulin atau kayu
besi yang menjulang tinggi ke atas, dengan tinggi mencapai 50 sampai 60 meter dari
tanah.

Pada hari ini pula hewan-hewan yang dikorbankan yaitu kerbau atau sapi diikat di
sapundu dan mereka yang hadir mengelilingi sapundu tersebut, menganjan tanpa henti
baik siang maupun malam. Saat itu pula Sandung dan Pambak tempat menyimpan
salumpuk bereng mulai dibuat, yang setelah siap terlebih dulu dipalas dengan darah
kerbau, sapi atau babi. Kemudian selama tujuh hari Sandung tersebut dipali yaitu
selama tujuh hari mereka yang lalu lalang di kampung tersebut terkena pali dan wajib
menyerahkan sesuatu miliknya berupa benda apa saja untuk menetralisir pali yang
menimpanya. Kemudian Talin Pali diputuskan.

Sebuah Tajau atau belanga dengan ukuran besar dan mahal harganya diletakkan
disamping patung besar yang terbuat dari kayu, namanya Sandaran Sangkalan
Tabalien, Ingarungkung dengan Lalang Pehuk Barahan. Keyakinan suku Dayak
belanga berasal dari langit ketujuh oleh karena itu siapapun yang ingin diantar ke Lewu
Liau yang terletak di langit ketujuh wajib memenuhi persyaratan sebuah belanga, dan
tentu saja juga menyediakan binatang-binatang korban karena sejak hari ke lima dan
seterusnya akan banyak masyarakat berdatangan, berkumpul, bergabung menganjan
mengelilingi hewan-hewan yang akan dikorbankan, baik siang maupun malam untuk
menghormati Salumpuk liau yang segera akan dihantar ke tujuan. Keperluan masak
memasak lebih dilengkapi lagi, bambu dan daun itik mulai dikumpulkan karena
makanan akan dimasak di dalam bambu, kemudian dibungkus dengan daun itik.

Puncak Upacara

Terlebih dahulu oleh Bakas Tiwah, Basir dikenakan pakaian khusus yang memang
telah dipersiapkan untuk upacara. Penawur dan masyarakat yang hadir untuk
menyaksikan upacara telah berkumpul di Balai. Basir dan Balian didudukkan diatas
Katil Garing dan siap memegang sambang/ ketambung . Posisi duduk Basir di tengah
dan diapit oleh dua orang, serta empat orang duduk di belakangnya. Penawur
mengawali Tatulak Balian yang artinya buang sial, maksudnya membuang segala
bencana yang mungkin terjadi selama prosesi sakral berlangsung.

98
Salah satu persyaratan yang diminta oleh Hatalla dengan perantaraan Rawing Tempun
Telun kepada mereka yang melaksanakan upacara Tiwah ialah sifat ksatria, memiliki
keberanian luar biasa, gagah perkasa pantang menyerah. Sikap ini diekspresikan
dengan datangnya sebuah Lanting Rakit dari sebelah hulu. Kedatangan rombongan
tamu saat upacara Tiwah dengan membawa binatang-binatang korban seperti kerbau,
sapi, babi, ayam, tidak begitu saja diterima. Mereka yang datang, terlebih dahulu di uji
keberaniannya.

Begitu rombongan tamu turun dari lanting rakit yang ditumpangi, mereka disambut
dengan laluhan, taharang dan manetek pantan. Batang kayu bulat yang panjangnya
dua meter, diikat melintang pada tiang setinggi pinggang dan diletakkan di depan
rumah Bakas Tiwah. Kepada tamu yang datang, Bakas Tiwah bertanya asal usul
rombongan yang baru saja datang, tujuan kedatangan juga nama dan jenis binatang
yang dibawa.

Kemudian rombongan tamu akan menjawab pertanyaan tersebut bahkan tidak lupa
menceritakan tindak kepahlawanan yang pernah mereka lakukan. Untuk membuktikan
kebenaran perkataan mereka, Bakas Tiwah meminta kepada para tamunya untuk
memotong kayu penghalang yang ada di depan mata mereka. Bila mampu memotong
hingga patah berarti benar mereka adalah para ksatria yang memiliki keberanian luar
biasa, gagah perkasa pantang menyerah, baru kemudian mereka dipersilahkan
bergabung.

Hari ketujuh yang disebut hari manggetu rutas pakasindus yaitu hari melepaskan
segala kesialan kawe rutas matei, pada hari ketujuh inilah salumpuk liau mengawali
perjalanan menuju Lewu Liau diawali dengan penikaman dengan menggunakan
tombak atau lunju pada binatang korban yang telah dipersiapkan, dan diikat di sapundu
tempat dimana masyarakat yang hadir telah menganjan siang malam tanpa henti.
Tidak setiap orang diperkenankan menikam binatang korban, semua ada aturannya.

Cara pertama :
1). Bakas Tiwah menikam lambung kanan, dinamakan kempas bunuhan. Ia berhak
mendapatkan paha kanan dari binatang yang ditombaknya.
2). Seorang perempuan ahli waris salumpuk liau, bekas tikamannya disebut pekas
bunuhan. Ia berhak mendapatkan paha kiri dari binatang yang telah ditombaknya
3). Salah seorang wakil masyarakat yang hadir dalam upacara. Bekas tikamannya
disebut timbalan bunuhan. Ia berhak mendapatkan dada dan jantung binatang
korban yang telah ditombaknya.

Cara kedua :
1). Tikaman pertama dilaksanakan oleh Bakas Tiwah, kemudian ia berhak menerima
paha kanan binatang yang telah ditombaknya.
2). Tikaman kedua oleh kepala rombongan yang datang dengan lanting rakit dan
telah berhasil memotong pantan, ia berhak mendapat paha kiri binatang yang
ditombaknya.
3). Tikaman ketiga oleh Bakas Lewu, kemudian ia berhak mendapatkan dada dan
jantung binatang yang ditombaknya.

Disusul dengan Kanjan Hatue yaitu tarian kanjan yang hanya dilakukan oleh laki-laki.
Selesai kanjan hatue dilanjutkan acara masak memasak mempersiapkan makanan

99
untuk Sangiang, Nyaring, Pampahilep, Sangkanak, kambe, burung bahotok, burung
papau, burung Antang.

Ada ketentuan cara memberi makan kepada mereka yang tidak terlihat mata jasmani
yaitu dilempar ke arah bawah ditujukan kepada salumpuk liau yang sedang diantar ke
Lewu Liau, lemparan ke arah kanan ditujukan kepada Raja Untung dan para Sangiang.
Lemparan ke arah belakang ditujukan kepada Raja Sial. Kemudian diulangi lagi, ke
arah belakang ditujukan kepada Sangumang dan Sangkanak, ke arah atas ditujukan
kepada Bulan, Bintang, Matahari, Patendu, Kilat dan Nyahu. Selesai acara pemberian
makan kembali masyarakat yang hadir berkumpul.

Tibalah saatnya salumpuk bereng digali/diambil dari tempat penyimpanan sementara.


Tulang belulang yang ditemukan dikumpulkan, dan pada hari itu pula dimasukkan
dalam tambak atau pambak atau sandung . Kemudian pantar didirikan dan dilanjutkan
hajamuk atau hapuar. Upacara dianggap selesai apabila seluruh prosesi upacara telah
dilaksanakan lengkap, dengan demikian keluarga yang ditinggalkan merasa lega
karena telah berhasil melaksanakan tugas dan kewajibanya kepada orang-orang yang
dicintai. Salumpuk liau telah sampai ke tempat yang dituju yaitu Lewu Liau.

Setelah hari ketujuh, Basir dan Balian diberi kesempatan beristirahat namun hanya
sehari saja karena setelah itu acara akan dilanjutkan lagi selama tiga hari berturut-turut.
Maksud acara lanjutan yang juga dilengkapi dengan potong babi, minum tuak/baram
adalah ungkapan rasa syukur dan terima kasih oleh ahli waris salumpuk liau kepada
para tamu yang telah hadir bersama mereka. Terima Kasih dan selamat jalan, itulah
ungkapan yang ingin mereka sampaikan. Kepada Rawing Tempun Telun tidak lupa
mereka selalu mohon perlindungan. Pada hari yang sama diadakan juga acara Balian
Balaku Untung yaitu dengan perantaraan Rawing Tempun Telun mohon rezeki kepada
Hatalla.

Sebagai ungkapan terima kasih kepada Basir, Balian, Mahanteran dan Penawur yang
telah terlibat aktif sebagi perantara dalam semua prosesi upacara demi mengantarkan
salumpuk liau ke lewu liau, tanda mata diberikan kepada mereka, bahkan ketika
mereka yang melaksanakan upacara akan pulang ke kampung dan rumah mereka
masing-masing, masyarakat yang telah turut hadir dalam upacara Tiwah berbondong-
bondong mengantarkan mereka sampai ketempat yang dituju.

Balian Balaku Untung

Merupakan salah satu upacara adat yang bertujuan meminta umur panjang, banyak
rezeki serta mendapat berkat dari Ranying Hatalla. Permohonan kepada Hatalla
tersebut mereka lakukan dengan perantaraan Rawing Tempun Telun yang dalam
upacara Balian Balaku Untung disebut Mantir Mama Luhing Bungai.

Dalam upacara ini persyaratan yang lazim disediakan ialah bawui buku baputi atau babi
kerdil yang berwarna putih. Namun boleh juga kerbau atau sapi. Setelah segala macam
persyaratan dan sesajen disiapkan, upacara segera dimulai. Diawali dengan seorang
penawur, yang dengan sarana beras, menabur-naburkan beras ke segala arah.
Dengan perantaraan seorang penawur, mereka memohon kepada roh beras yang
ditawurkannya untuk menyampaikan kepada Mantir Mama Luhing Bungai agar
bersedia turun ke bumi untuk menyampaikan persembahan mereka kepada Penguasa
Alam.

100
Tidak lupa dengan perantaraan penawur pula mereka memohon izin kepada salumpuk
liau atau jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dunia bahwa di bumi sedang diadakan
upacara Balian Balaku Untung. Juga disebutkan alasan upacara tersebut mereka
adakan. Adapun alasannya karena sebagai manusia yang masih harus melanjutkan
hidupnya di Pantai Danum Kalunen, mereka masih membutuhkan rezeki dan umur
panjang.

Setelah roh beras yang ditawurkan naik menuju ke tempat Mantir Mama Luhing Bungai
di Batang Danum Jalayan di langit ketiga yaitu di negeri Batu Nindan Tarung, pesan
dan tujuan dilaksanakannya upacara adat tersebut disampaikan. Setelah dipahami
maksud dan tujuannya, kemudian beberapa Sangiang mengambil alih tugas tersebut.
Sangiang-sangiang itulah yang nantinya menjadi perantara manusia menuju Tahta
Ranying Hatalla.
Para Sangiang yang sering kali terlibat dalam melaksanakan tugas tersebut, antara
lain:
1. Mantir Mama Luhing Bungai.
2. Raja Tabela Basandar Ranjan Kanarohan Rinyit Kangantil Garantung.
3. Tarung Lingu, Kanyumping Linga, Asun Tandang Panangkuluk Enteng.
4. Bulan Pangajin Sambang Batu Bangkalan Banama.
5. Balu Indu Iring Penyang.
6. Haramaung Lewu Danum Jalayan.
7. Pambujang Linga.
8. Pambujang Hewang.

Sangiang-Sangiang yang bersedia menjadi perantara tersebut akan langsung turun ke


bumi dan memasuki rumah tempat upacara dilaksanakan. Mereka tidak lama berada di
rumah tersebut karena harus segera mengantarkan korban persembahan serta
permohonan manusia ke hadirat Penguasa Alam. Mereka naik ke atas menuju langit
ketujuh dengan melalui empat puluh lapisan embun.

Setelah melewati empat puluh lapisan embun, barulah mereka mencapai langit
pertama, lalu langit kedua dan seterusnya. Setiap langit ada penjaga pintu gerbang,
dan setiap penjaga gerbang berhak pula menerima sesajen yang khusus telah
disiapkan bagi mereka. Apabila sesajen diterima dengan baik, lalu mereka menukar
sesajen tersebut dengan Bulau Untung Panjang . Lalu mengutus salah seorang dari
penjaga pintu gerbang setiap lapisan langit bergabung dalam rombongan untuk turut
serta mengantarkan Bulau Untung Panjang menuju Tahta Ranying Hatalla.

Dengan demikian setiap melewati lapisan langit, jumlah rombongan menjadi semakin
besar karena dari setiap langit yang dilalui, seorang sangiang akan turut serta. Dengan
demikian setelah mencapai langit keenam, jumlah rombongan sangiang yang dipimpin
oleh Rawing Tempun Telon atau Mantir Mama Luhing Bungai telah bertambah enam
orang. Menjelang pintu ke tujuh, Raja Anging Langit telah menunggu di depan pintu
gerbang langit ke tujuh untuk mengucapkan salam. Bersama Raja Anging Langit, turut
serta Indu Sangumang yang nantinya akan bertugas mengetuk Pintu Tahta Kerajaan
Ranying Hatalla.

Setelah memasuki pintu langit ketujuh, lalu ke Tasik Malambung Bulau, Tumbang
Batang Danum Kamandih Sambang, Gohong Rintuh Kamanjang Lohing tempat tinggal
Tamanang Handut Nyahu dan Kereng Tatambat Kilat Baru Tumbang Danum

101
Nyarangkukui Nyahu Gohong Nyarabendu Kilat, tempat Raja Sapaitung Andau. Baru
kemudian menuju Bukit Bulau Nalambang Kintan Tumbang Danum Banyahu.

Setelah itu menuju Bukit Tunjung Nyahu Harende Kereng Sariangkat Kilat. Disinilah
Banama Tingang , kendaraan berbentuk perahu yang mereka tumpangi berhenti.
Hanya tiga dari rombongan Sangiang tersebut yang melanjutkan perjalanannya menuju
Tahta Ranying Hatalla.
Mereka adalah :
1. Mantir Mama Luhing.
2. Raja Tunggal sangumang.
3. Indu Sangumang.

Anggota rombongan lainnya hanya sampai di tempat tersebut dan harus bersabar
menantikan ketiga temannya melanjutkan perjalanan menuju Tahta Ranying Hatalla.
Sambil membawa Bulau Gantung Panjang atau Batun Bulau Untung yang telah
diserahkan oleh para penjaga lapisan langit, ketiganya menuju ke tempat Raja
Sagagaling Langit di Bukit Bagantung Langit, untuk membersihkan Bulau Batu Untung
yang mereka bawa tersebut.

Dari tempat itu mereka pergi lagi menuju Bukit Garinda Hintan tempat Angui Bungai
Tempulengai Tingang, lauk Angin Manjala Buking Tapang untuk mangarinda Bulau
Batu Untung. Setelah itu dengan menumpang Lasang Nyahu, yaitu sejenis perahu yang
melaju cepat, mereka menuju Bukit Hintan Bagantung Langit tempat kediaman Raja
Mintir Langit. Di sana mereka membuka gedung tujuh tempat Putir Sinta Kameluh( . . .
tidak terbaca, ns).

Lalu Indu Sangumang mengetuk pintu, kemudian masuk dan menghadap Singgasana
Ranying Hatalla. Indu Sangumang memohon berkat bagi Bulau Batu Untung (. . . tidak
terbaca, ns.) setelah berkat diberikan mereka kembali menuju arah Bukit Tunjung
Nyahu, dan di tempat tersebut telah menunggu 40 Mantir Untung yang langsung
meletakkan Bulau Batu Untung pada kendarah cinta kasih yang tak dapat
direnggangkan oleh kekuatan apapun jua. Dengan demikian proses tugas para
Sangiang telah selesai dan mereka kembali ke dunia dengan melalui tujuh lapisan
langit, empat puluh lapisan embun, langsung menuju rumah di mana upacara sedang
berlangsung.

Setelah menjelaskan segala sesuatunya kepada perantara dalam hal ini balian, maka
para Sangiang pamit untuk kembali ke tempat mereka masing-masing, namun terlebih
dahulu mereka menyantap sesajen yang telah disediakan khusus bagi mereka pada
sebuah kamar.

Untuk pengecekan apakah permohonan tersebut dikabulkan atau ditolak dengan cara
sebagai berikut:
Sebelum upacara dimulai, disediakan rotan yang panjangnya tujuh depa dan beras
tujuh sukat. Panjang rotan benar-benar telah diukur oleh tukang tawur atau balian,
panjangnya tujuh depa dengan disaksikan oleh banyak orang. Begitu pula beras
sebanyak tujuh sukat. Setelah upacara selesai, diadakan pengecekan ulang. Apabila
ukuran rotan menjadi lebih panjang yaitu lebih dari tujuh depa seperti hasil pengukuran
semula, begitu juga jumlah beras lebih dari tujuh sukat, berarti permohonan mereka
diterima dengan baik. Permohonan telah dikabulkan. Akan tetapi apabila setelah diukur
kembali panjang rotan kurang dari tujuh depa, begitu pula jumlah beras kurang dari
tujuh sukat, berarti permohonan mereka ditolak.

102
Manawur Tamparan Munduk Balian Hapan Tiwah
(Bahasa Dayak Ngaju)

Bara solak tamparan munduk balian, palus mimbing behaas ietuh : Ehem behas,
harenjet ganan, hai ganan, belum nantuguh labatang entang bulau, datuh labate
habaring jari hampit riwut manyan Raja. Nyimak saturi malayu, Hapan juyang bangkang
halelan tingang, runting tajahan burung nampasut, kilau nampasut tingang ije
kadadang, nampuras tingkah nampuras bungai ije kapating, malugaku bitim kilau
banama nyandang liara nampilaku balitam, netek ajung hatalumbang jadri hampalua
uluh pantai danum kalunen bara balanai bintan penyang, nampahanjung luwuk
kampungan bunu, bara busi renteng bapampang pulu, ie babalai sansiri koenjat
antang, basali mangkuk sarangiring laut.

Kuntep kamaras, ban penu kaningagang sara dia jaka teburan garing tabela belum, dia
jaka penankekei, bara usuk lisum pananjuri bara wain tapan, Terai nduan tambekan
etuh ijamku enteng nasihku hanyim, nyahungku indum luang reawei, panati danum
kalunen, akan jamban payaruhan tisue luwuk kampungan bunu, nyahuangku bitim,
antang manamuei manajah riak renteng tingang, raja tabela basandar ranjang.

Nyangkabila balitan kenyui mangaja, mantilung kanaruhan ringgit, kangatil garantung,


Katabelan oleh balai mihing nyapundu runjan anak Sali nyalung marusuk hintan,
nyahuan ie tingang hadurat lunuk, akan pantai danum kalunen, nyangkabilae tambun
nyalentur labehu, akan luwuk kampungan bunu, ije puna hampang jawah hempeng,
palumpang langit busun kenyui juhai hanyi, panasiran Hawun. Ije mapan batu jadi
randung banama namburak karangan jari talin pambuhui riwut hanya mananteng
hanyin, burung lingu kanyumping linga, ason tandang panangkului enteng uluh lewu
danum jalajan, uluh rindang labehu pali tuntang kare bulau pangajin sambang batu
bangkalan banama. Balu indu iring pinang, uluh lewu danum jalayan, hayak manenteng
hanyin katabelan uluh balai ltuyang katabelan uluh balai suling bulau, katabelan uluh
balai entas,katabelan uluh balai nyaho, telu puluh ruang tuntang katabelan uluh balai
Palangka nambulang tambun, anak salibayung antang, mahutu Penyang, uras nyahuan
usang, hadurut lunuk hayak mandurut papan talawang mahapan tantang burung
dahiang, malentui gentui daren lintung, hapaharis rayung baya tandak, lapik banama
antng manamuei tapeting ayung, kenyui mangja.

103
Ie jari bitim behas, jadi barakandung peteh, pantai danum kalunen, entan bulau, batiang
janjin, luwuk kampungan bunu, jadi peteh manyiret. Kilau lanting darai janji manalan.
Mampahulang naharantung nyalung, te kareh tandakm panjang, halawu bumbung
dawen purun, karungutm ambu harenda pandung, bulau tambun , jadi sukup tuntur,
kilau bulan bele manyinai nenteng sukup palakue tingkah pahawang nangkunyahe
tatau. Kilat baputi dia kanatah hintan, hijir bahenda dia nanggalung bulan, tawurku
belum baun pingan rungan etan bulau bahanjung mangkuk saramurung laut, bahing
jarambang, nipas marung garing gantungan, pusuk rawung bambau ukei, hayak enum
bandadang, te palus manjakah behas tuh auch :

Ije, due, telu, epat, lime, jahawen, uju ije kalabien ketun sintung uju due kalambungan
ketun lambung hanya, te palus manekap katambung, nampara nampulilang liau.
Toh ie auch :

Liiiiii liala – liaang liau matei randang are mananjung ambun. Saran kuwu bajumbang
nihau nambahui rahu nawan bulan, palus teneng tendur gandang nyaring menteng
randah are babalai bungking lunuk, rintuh rinau, tuwung siakung tatau, basali tanduh
babulung bulau, mikeh are bunu baletuk ngandang andau panurean dare, talawang,
batesei manturana pakaluyang bulau, are timpung jari tampahar harus laut, unduk
ampah tanjung ambun buang, bulau balemu mantap kasalananggalung petak sintel
manajung halentur liau, mahapan pahulanger bulan, tiling petak jajulana kahem
pahulanger bulan nyaluluk. Te palus teneng gandang tambun jete, hapamuntung luang
kalang labehu handalem rintuh rinau tuwung ihing . . . Hatalla baparung rangkang
huang danum, sama manetep tuwung tambun rayung tatau, manipas ulek lawin lanting
raja. Mangat sama ela balisang panjang ije gawang tingang rata ela balakas ambu,
dinun due kasambutin antang awang matei hila ngaju, nasat kabangkang nayu-nayu,
hasapau dawen birun bukit, hatingkap pusuk rahing tarung, awang matei junjun helu,
nihau tutuk panambalun tambun, jadi nyahuangku buli batang danum katimbungan
nyahu, gohong santik malelak bulau, tanjung rahu ngalingkang bulan halaliangku buli
sandung garing, kamalesan karatu lumpung matanandau, bahalap nyapau pisih
rarindap langit kamalipir burung piak liau, hakalusang patung.

Nyamping bulan lembut nyarahan andau pandang, pandang kaninding saramin sina
rarajak saruk suling ringun tingang, kalalambang tambun, mateiu lunjang lenjut.
Kanalantai lamiang kanungket bajihi tambun, bajihi bulau tarahan tawe-tawe manyamei
halampat nyahu nangkuang burung piak liau hatarusan pantung baya tau mansanam

104
kaban lumpat lawang langit ie gagahan Telun mama Tambun bunu kandayu lanting
jahawen, kanyaki liau Randin tandang, meto rama batanduk garing, bahalap bajela
rohong bakadandang uru jejerupan perun tambun.

Awang matei ,nambit mambahete halaiyangku buli bukit pasahang braung, kamalesang
kereng rohanjang tulang, buli pampang raung, kamelasang kereng buli hatelangkup
rabia, kanarah hanjaliwan matei lunjang lenjut, kanahintip talampe, tapalumpang limpet.

Bahalap nyaluang, uei ringka, pakur layang antang, nambaji garing handue uju
hansasulang, kabantikan asai menteng ije tawae, jalan liau matei nabasan dohong,
nakaje andau bunu nalanjat pandange , sama netep garing kapandukae munduk jiret
sihung kabahena, kabahena bajanda, ela naharantung bahing pantung sambang, ela
nyampilek bambi hengan lohing belum tumbang kapanjungan panjung, haring saluhan
antang nahuei, bakulas aku muta tingang, parakanan renteng bantus manela bungai
hajanjala tundu-tundu balaku badandang lantaran tanjung Ambun, jalangku manjurung
tawur namuei langit balalu batehan laberuh luwuk enon, sandung danun dua
kapamarau langit, tanduhangku mangkat entan bulan mangaja lambang bulau bara
gantung totok timung tandak, liau matei sambile mangantau sambung santin karunya
bapilu nihau ulang bajambilei, hindai aku mungkang tandakm, tawur ije halawu
bumbung daren purun hindai menjung karungut etan bulau harende pandung, balau
tambun –te palus malik tinai tekap sambang, te toh iye auch :

Manturan behas te iyoh-iyoh bitim tawur ela tarewen matei halawu bumbung daren
purun, ela sabanen ajung hatilalian hariran etan bulan, harende pandunge balau
tambun, basa tawangku panamparan belum, bara hemben horan.

Patiana pamalempang bara zaman totok panambalon tambun puna bitim behaas pantis
kambang kabanteran bulau balitam etam bulau tahutun lelak lumpung matanandau,
pantis kambang garing manyangen, ie hajamban teras kayu engang tingang hatatean
lohing kayu anduh nyahu ie halalawu bukit kagantung gandang harenda kereng
nunyang, malangka langit. Palus nangkalume putir Selung Tamanang ewen ndue Raja
Nangking langit, mijen timpung uju hatantilap pahangan hanya hatalamping, ie palus
hajanjuri hanjak, nyahu mangaruntung langit, panatekei humba kilat malambai ambun
kapamalem malentur balitam, totok tambalun tambun hayak enon haganggupa ie palus
kaput biti alem, pain bukit tunjung nyahu lilap, hanggupa tanda puruk kereng
sariangkat kilat halawu. Petak sintel hambalambang tambun, harenda riang dedet
habangkalan garantung. Belum tandah hakaluwah nyakelang uru jajarupen purun

105
tambun, haring lamabat hambalaun nyampali, kanarah lintung talawang, ie duam kauju
andau, belum nahabulun urung, naring tingkah singan behau belum runja-runjat ampin
bilis manyang mananjak, pangarawang baun tiwing panjang hari tapu-tapu tingkah
sahempun pasang bara tumbang danum, ie palus mandawen handadue manumbung
dinun hatantelu, palus karimahan soho manggandang bara jalayan bulu, danum
nyamuk pasang bara tumbang danum. Kueh maku leteng kambang nyahun tarung,
puna bitim hai kuasam belum, tampan jata bara huang danum, enon suka nilap batu
kilat tinting balitam datuh jema hamaring, puna selung Hatalla bara lawang labehu
langit, ie umbet kanumpuh bujang, sedang handiwung kesampelau belum, te palus
hatarung pulu ngalingkang pulau, luntur bahandang batinting lima balas.

Akan batang danum ngabuhi bulau burung tumpah bua nyembang hatuen burung
kajajirak laut, palus mandung bitim marantep kilau hendan bulau, nangkuyang bilatamu
nahajib tingkah lanting rabia, te bukum jadi handiwung pakandung pusue, sawang
bapangku anak, pandung malelak bulau, ie umbet bula katugalam belum sadang
bintang patendum hamaring.

Ie rawei banama baongkar puat, ajung jawu dagange handiwung banbaukei pusu
pundung malelak bulau, bauhat rentai nyangkabilan bawak nambuku tisim, galigir
bintang, nambatang suling, ringun tingang, mandawen simbel bulau bakatantan jari
bulau jandau. Ie mangambang bulau, taparuyang rayuh, malelak hintan tapang rundang
rundai babehat babatu pating, bateras nyalung Kaharingan belum. Baluhing gohong,
paninting aseng, ie rawei awang hatue kamampan bunu nantaulah anju tanjuren teken.

Hababiyan karayan tantanjuk rangkan , bapa manambang bitim kilau manambang


banana manungkah laut, manangkep balitam, ruwan manangkep ajung hatatean
hareran.

Ie palus rawei masak manalajan pating ripu mangantien tundu palus nangkung
nangkuluk gentu nanpung penyang. Nundun balitam tingkah nundum paturung, ie
lentu-lentu oleh tingang tempun hemben horan naji-najing antang sangiang totok
tambalun tambun palus nagaggre gangguranan arae, nasuwa sebutan bitim, ie parei,
tangkenya mampan baun tiowong panjang parei karumis mampan jalan, parei tanjujik
helang uhat

106
Tambahan 1

RAKSASA
KALIMANTAN
MEMANGGIL

107
Berikut adalah cerita pengalaman Notosutarja, seorang wartawan yang telah mengikuti
perjalanan Bung Karno ke Kalimantan Tengah 14 Juli s/d 20 Juli 1957, dalam Harian
Pemuda tanggal 30 Juli s/d 4 Agustus 1957.

a). Berat dan Kerja Keras.

Kedatangan Bung Karno dan rombongan ke Kalimantan kali ini adalah merupakan
pekerjaan yang berat dan keras. Acara sangat padat namun tetap berjalan dengan
lancar. Bung Karno dan menteri-menteri beserta rombongan tetap tabah dan
bersemangat. Kedatangan kami disambut oleh masyarakat dengan sangat meriah. Di
sepanjang jalan yang dilalui baik jalan raya, sungai dan kanal terpancang dengan
megahnya sang Merah Putih. Pekikan Merdeka dan Hidup Bung Karno selalu
menggema disepanjang rute perjalanan kami.

b). Kami terkejut . . .

Gelombang yang dibuat oleh motorboat kami bergulung-gulung di tepi pantai. Tiga
orang anak kecil berkumpul mengelu-elukan kami berdiri di atas sebatang kayu. Akibat
motorboat rombongan, ketiga anak tersebut terpelanting ke dalam sungai. Kami semua
terkejut dan cemas akan nasib mereka. Kami hampir terjun memberikan pertolongan,
dan beberapa orang telah siap untuk meloncat ke sungai untuk menolong mereka.
Tiba-tiba mereka bertiga muncul kepermukaan sungai sebagai ikan duyung, sambil
gelak ketawa dan berteriak “Merdeka . . .!!” Kami terkejut tapi akhirnya ketawa. Kiranya
mereka cukup berpengalaman dan latihan setiap hari.

Perlu dilaporkan juga akan kehadiran seorang wartawan Belanda bernama W.L.
Oltmans Dar SK., Vrij Nederland, yang diperkenalkan oleh Bung Karno kepada
masyarakat. Dikatakan oleh Bung Karno bahwa wartawan Belanda ini selalu membantu
penyiaran keluar negeri bahwa dia setuju Irian Barat dimasukkan ke dalam wilayah
Republik Indonesia. Oltmans pun mengiakan dengan mengangguk kepalanya atas
kata-kata Bung Karno itu, dan mendapat sambutan yang meriah dari hadirin. Pemuda-
pemuda Kalimantan mengucapkan terima kasih atas simpati Oltmans terhadap Irian
Barat, dan mereka mengajak Oltmans untuk tetap tinggal di Indonesia, dan kalau perlu
membentuk pasukan Istimewa bersama pemuda Kalimantan untuk membebaskan Irian
Barat dari kungkungan penjajah Belanda.

c). Siap untuk berlayar . . .

Setelah mengunjungi perkampungan pelajar Mulawarman, kami semua siap untuk


berlayar . . . Barang barang kami angkut sendiri, self service. Kami tidak menyesal,
malah kami anggap sebagai cara yang baik untuk melatih diri di zaman karya ini.
Banyak juga anggota masyarakat menawarkan diri ingin membantu kami membawa
barang tanpa bayaran, kami tolak secara halus. Hari telah menjelang siang. Sarapan
pagi hanya dua kerat roti. Di perahu ternyata tidak tersedia makanan dan minuman.
Rasanya tak sabar ‘manggayung’ air dari sungai tapi selalu dicegah oleh anak buah
kapal, karena tidak baik untuk diminum sebelum dimasak. Kami terperanjat dan
bertanya. Mereka menjelaskan bahwa mungkin air itu mengandung banyak bibit
penyakit. Dikatakan bahwa bekas Gubernur Murdjani meninggal dunia juga diduga
karena kurang berhati-hati dalam menggunakan air seperti itu. Okey deh. . . , kata

108
kami. Hari itu kami harus menuju ke Kuala Kapuas, yang akan ditempuh lebih kurang 6
jam.

Banyak diantara kami yang tertarik dengan keindahan alam, disamping pemandangan
gadis-gadis Kalimantan yang cukup manis. Tapi kami harus bisa ‘bertahan’ , karena
berlaku peribahasa ‘lain lubuk lain ikannya’, lain tempat lain tabiat wanitanya’.
“Haiyaaa . . .”, teriak wartawan dari Shin Hwa, ketika kami tegur, “ Be carefully my
friend”.

d). Raksasa mohon . . .

Kalimantan adalah pulau yang terbesar di dunia, dia merupakan ulu hatinya Negara
Republik Indonesia. Luasnya 550.000 kilometer persegi, 5 ½ kali Pulau Jawa, tidak
termasuk Kalimantan Utara. Berarti Kalimantan lebih kurang 30% dari seluruh wilayah
Indonesia. Karena itulah judul ini kita beri Raksasa Kalimantan, selain bentuknya besar,
hasil alamnya besar, dan maha besar alias raksasa yang mohon . . . dengan sangat
agar pemuda-pemuda dan seluruh bangsa Indonesia menumpahkan perhatiannya
kepada pembangunan raksasa di Kalimantan ini. Menurut perhitungan Bung Karno,
bila Kalimantan terbangun dengan baik, maka paling sedikit dapat memberi hidup bagi
250.000.000 jiwa manusia.

e). Puas dengan Memancing . . .

Begitulah berpuluh-puluh perahu motor terus membelah sungai Martapura, Barito,


Kapuas, Anjir Serapat, Anjir Kelampan dan Sungai Kahayan dalam perjalanan menuju
Kuala Kapuas dan Pahandut. Sekali-sekali bersua perahu kecil-kecil hanya dihuni
sepasang merpati suami-isteri, dengan kepulan asap pertanda sedang masak. Mereka
seharian memancing. Hasilnya segera dilalap pada waktu itu juga. Setelah senja
pulanglah mereka ke gubugnya. Begitulah sebagian penduduk menghabiskan hari
hidupnya. Jujur . . . ya jujur dan jiwa mereka bersih.

Dengan cara begini tentu raksasa Kalimantan tidak bisa dibangun sebagaimana
mestinya. Karenanya gaya hidup harus dirubah, harus lebih dinamis , cepat dan
produktif.

f). Tabuh Gong dan Hantu.

Sekali-sekali kita mendengar dan dikejutkan oleh tabuhan gendang, gong di pantai
menandakan ditempat tersebut sedang menunggu dan menyambut rombongan kami.
Bentuk instrumen-instrumen ini sama dengan apa yang kita lihat di Jawa, hanya cara
menabuhnya yang agak berlainan. Inilah sekedar kegembiraan mereka, kebesaran
mereka sebagai pertanda ucapan ‘Selamat Datang’ bagi pemimpinnya yang sedang
lewat dengan maksud agar terhindar dari segala gangguan orang-orang halus, dari jin-
jin dan pengacau-pengacau lainnya.

g). Stop Bung . . .

Yang sangat mengagumkan kami ialah gubug-gubug yang terbuat dari kertas dan
kajang itu. Terkadang diantaranya telah koyak dan tidak tahan untuk menghambat
kucing-kucing lari. . . namun di depan pekarangan sederhana dari gubug itu terpancang
dan berkibarlah bendera Merah-Putih. Pernah juga kami alami perahu motor tiba-tiba

109
dihentikan karena ada tanda stop di depan. Rakyat sebagian terjun ke sungai
mengelilingi perahu Bung Karno, dengan cara menyelam dan berenang-renang
menandakan “Stop Dulu Bung”. Isyarat ini rupanya dapat dimengerti oleh Bung Karno
dan rombongannya. Dan tentu saja Bung Karno terpaksa melayani dan …..
berlangsunglah rapat raksasa kecil.

Terkadang kita hampir-hampir mangkel, karena seolah-olah ada pula motor-motor boot
dan perahu lainnya yang mondar-mandir di depan iringan perahu rombongan, seolah-
olah sebelum kami mengerti ah . . . kurang sopan pak, rombongan agung jalan kok
tidak mau minggir, malah petentang-petenteng di depan . . . kiranya dugaan kami itu
salah, dan kami agak merasa berdosa. Maksud mereka ialah tidak lain untuk memberi
hormatnya. Serupa kalau kita naik kapal besar, kemudian tidak ada apa-apa lantas
bunyi nguuuuung yang kiranya memberi hormat kepada kapal lainnya yang sedang
melintas. Begitulah bila kita akan mengakhiri satu daerah kampung dan akan memasuki
daerah kampung yang lain . . . selalu kita liat kejadian-kejadian seperti itu. Maksudnya
tidak lain memberi hormat dengan berkeliling berputar tiga kali di depan perahu motor
yang ditumpangi Bung Karno. Memang satu hal yang patut dipujikan, dan merupakan
pengalaman baru pula bagi kami putera puteri Ciliwung (Ciliwung adalah sungai kecil di
Jawa, merupakan anak sungai kecil jika dibandingkan di Kalimantan ).

Begitulah yang terjadi hampir disetiap kampung yang kami lalui. Maksudnya tidak lain
adalah untuk memberi hormat dan menyambut gembira atas kedatangan dan
kunjungan Bung Karno beserta rombongan.

h). Jiwa Gotong Royong

Yah . . . Kalau di Jakarta setiap perayaan bersejarah kita lihat poster-poster dan
spanduk melintang di jalan. Di sini lain lagi. Di sini dengan cara lain yang lebih istimewa
dan orisinil. Apa itu ? Sungai yang kami lalui ada yang sempit dan ada pula yang lebar.
Pada sungai yang sempit ini terbentang sepanduk model baru, gaya baru, merupakan
rangkaian dan deretan kain-kain yang biasa dipakai wanita-wanita. Ada kain lepas, ada
kain sarung, ada selendang, ada tudung atau sarudung, pokoknya semua barang
pakaian yang jarang dipakai, yang merupakan simpanan mereka, barang-barang
tersebut dikumpulkan secara gotong royong . . .

Mula-mula kami terkejut dikira sebagai jemuran, tetapi setelah didekati dugaan kami
samasekali salah. Kiranya itu merupakan penghormatan kepada kami dan merupakan
arti simbolik mereka terus bersatu merupakan keluarga besar, semuanya tercermin dari
bermacam ragamnya pakaian tadi. Perahu-perahu kami meluncur terus. Menteri-
menteri Kabinet Karya sesekali kelihatan berbisik satu sama lain, aku dapat menduga
mungkin mereka sedang memikirkan pemecahan masalah pembangunan. Walaupun
lelah, tak terlihat tanda-tanda bosan pada Bung Karno untuk melayangkan
pandangnnya kesegala penjuru. Sebentar-sebentar beliau membuka pecinya, sedikit
menggaruk-garuk dan . . . manggut-manggut yang menandakan oplosing telah mulai
terasa, dan jalan keluar telah terlihat.

i). Bung Karno ‘ maklumkan perang terhadap alam ‘

Di beberapa tempat Bung Karno terus menganjurkan : Marilah kita tundukan alam . . .
Marilah kita buat berfaedah bagi manusia dari apa yang merupakan alam ini. Begitulah
selalu diperingatkannya akan bahaya gunung berapi, bahaya banjir, serta tantangan
alam lainnya bagi kehidupan manusia. Semuanya ini harus ditundukan untuk

110
keselamatan dan kebahagiaan manusia. Oleh karena itu kita harus memaklumkan
perang sekarang juga terhadap alam, demikian ucapan Bung Karno, yang disambut
dengan tempik sorak dari rakyat.

j). Jangan Puas dengan Mancing saja.

“Saya lihat saudara selalu lekas puas, sampai dengan mancing saja sudah puas. Dan
oleh karena itu saudara-saudara tidak bisa menundukkan alam ini karena saudara-
saudara teranja-anja oleh kemakmuran ikan-ikan yang mudah ditangkap setiap waktu,
dengan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar”, demikian Bung Karno berkata.
Kata-kata Bung Karno ini kira-kira terilhami oleh pemandangan di sepanjang jalan di
mana rakyat gemar sekali memancing ikan. Rakyat puas dengan hasil yang lumayan
itu, hingga sedikit sekali minat untuk mencapai tingkat hidup yang lebih besar lagi. Oleh
karena itu, karena terlalu puas memancing . . . daratan tetap terbengkalai dan hutan
mendapat kemerdekaan sebebas-bebasnya. Memang hutan Kalimantan memiliki
kekayaan yang terpendam, termasuk obat-obatan tradisional yang berkhasiat dan
manjur.

Begitulah ada cerita yang mengatakan bahwa ada wanita yang baru saja melahirkan
anak, beberapa jam kemudian sudah bisa mandi di kali, membersihkan diri sendiri,
bahkan bekerja seperti biasa. Ini semua adalah berkat jamu asli Kalimantan.

k). Di Kapuas . . .

Menjelang senja, maka tibalah kami di pelabuhan Kuala Kapuas. Kami mendarat dalam
keadaan sempoyongan, karena perut belum terisi sepanjang hari, ditambah harus
berhadapan dengan beribu-ribu rakyat yang menutupi jalan-jalan yang kami tempuh. Di
Kabupaten, makanan telah tersedia, maka masing-masing kami menyerbu tanpa
menunggu layanan dari panitia. Terkadang-kadang ada minuman, gelas tidak ada. Ada
yang telah menerima gelas, airnya tidak ada. Ada yang telah memegang piring, nasinya
tidak ada. Ada yang telah menerima nasi, lauk pauknya tidak ada. Ah . . . semua itu
sengaja terjadi karena kehendak alam untuk menguji wartawan-wartawan yang mau
bekerja. Sesudah makan, minum, sekedar, bingung tidak ada tempat duduk untuk
istirahat. Lagi-lagi alam memberi pelajaran, dan dengan insting masing-masing akhirnya
memilih tempat yang asli, berbaring diatas rumput yang di sana sini dihiasi rawa-rawa
format kecil.

Sempoyongan lagi menuju rapat raksasa, tetapi tetap gembira karena para Menteri dan
Bung Karno sendiri tetap kelihatan gagah, kuat. Kamipun terpaksa tidak mau kalah,
dikuat-kuatkan karena tidak mau kalah dengan orang tua. Yang bicara adalah Menteri
Dalam Negeri dan Bung Karno.

l). Serupa Puteri Solo.

Untuk melepaskan lelah, selalu bercakap-cakap dengan Sri Sunan Solo, secara gojek,
bersenda gurau. Minta pendapat pak, kataku, mana yang cantik, puteri dayak atau
puteri Solo? Dengan penuh dinamik dijawabnya, hampir serupa dengan puteri Solo.
Bagaimana membangun Kalimantan? Kirimlah transmigran dari daerah-daerah yang
padat, kalau tidak Kalimantan sukar dibangun. Tenaga mau bekerja harus diletakkan di
Kalimantan.

111
Bagaimana perhubungan? Ya . . . kalau dari Banjarmasin menuju ke Kuala Kapuas
baru bisa ditempuh dalam waktu 6 jam, tapi dengan Catalina atau Helikopter tentu bisa
hanya beberapa menit, paling lama 20 menit. Begitulah pendapat Sri Sunan, dan itu
memang benar. Maka pertama-tama pemerintah harus lekas mengatasi perhubungan
ini dengan lebih dulu menggunakan lalu lintas udara. Lagi sekali dipentingkan dulu lalu
lintas udara Banjarmasin, Kuala Kapuas, Pahandut, dan sekarang bernama Palangka
Raya. Menjelang magrib rapat raksasa berakhir.

m). Kembali ke Hotel.

Semenjak meninggalkan Banjarmasin sampai di Kuala Kapuas, wartawan-wartawan


dan Menteri-menteri tidak sempat mandi. Rencana semula akan dilakukan setelah rapat
raksasa. Kami bergegas-gegas menemui panitia, menanyakan di mana
hotel/penginapan kami. Dengan tegas dijawab “ Itu Dia “, di pinggir kali . . . sambil
menunjuk sebuah perahu motor bertingkat tiga. Perahu itu telah dinobatkan terus
menerus menancapkan jangkarnya di pinggir kali Kapuas. Sekarang menjadi tempat
penginapan kami, tetapi sebelum dan sesudahnya, kembali menjadi kantor biasa.
Sebentar lagi akan menghadiri malam kesenian, harus mandi. Cari-cari kamar mandi
tidak jumpa, sewaktu di tanya kepada panitia, tegas dijawab, “itu pak “, sambil
menunjuk ke kali yang luas. Bulu kudukku berdiri juga karena waktu sudah magrib, mau
meloncat ke kali kabarnya banyak buaya, tidak mandi, baunya keringat tidak tahan lagi .
. . akhirnya apa boleh buat, masuklah seorang demi seorang ke kamar kecil biasa
tempat melepaskan sesuatu dan dari kamar rahasia ini yang hanya berdinding tiga dan
setinggi setengah meter, kami menggayung dan menimba air. Jangan heran, kalau
sabun dan gosok gigi kami satu persatu memisahkan diri dari pemiliknya karena
tergelincir dari tangan . . . plung . . . lenyaplah ia ke dasar sungai Kapuas.

n). Ke Palangka Raya.

Besok paginya, perjalanan dilanjutkan ke Palangka Raya, semula bernama Pahandut.


Jam 2 malam kami tiba di Pahandut. Menurut adat setempat, kami tidak boleh turun,
dan ternyata memang tidak ada tempat menginap. Paginya barulah turun ke darat.
Setelah meliwati bermacam-macam acara adat, terus jalan kaki . . . kurang lebih 3 km,
ke tempat dataran di mana ibu kota Kalimantan Tengah dibangun.

Dalam upacara adat, terdengar kata-kata “ Angkajori doha ikei bahondang, ikei heam
aro ang kajipon “, yaitu kalimat bahasa Dayak yang artinya : “Selama darah kami masih
merah, kami tidak mau dijajah atau diperbudak”. Kalimat tersebut mempunyai makna
penghormatan dan sanjungan kepada Bung karno, seperti seorang pahlawan besar
yang pulang berperang membawa kemenangan. Cuaca panas terik membuat keringat
bercucuran.

Hanya Bung Karno yang naik jeep, ditarik oleh penduduk atas keinginan mereka
sendiri, yang lainnya jalan kaki, tidak terkecuali para Menteri.

112
Tambahan 2

MANSANA
BANDAR

113
Penjelasan Singkat
Ada pendapat yang mengatakan bahwa suku bangsa Dayak telah mengalami
beberapa zaman yaitu :
1. Masa penciptaan dengan segala prosesnya.
2. Zaman Tambun Bungai.
3. Zaman Dambung Mangkurap – sejaman dengan kekuatan kerajaan Banjar.
4. Zaman Bandar Tamanggung—Mengenai zaman Bandar, ada dua pendapat:
pertama, pada zaman Lewu Uju, dan kedua, pada zaman datangnya Portugis –
Belanda ke Bumi Nusantara.
5. Zaman Rapat Raksasa Tumbang Anoy tahun 1896.
6. Dan seterusnya.

Dalam karungut, tetek tatum, nama Bandar sering disebut-sebut. Untuk menghindari
terputusnya pemahaman akan suatu masa, yaitu zaman Bandar, maka di sini salah
satu judul Mansana Bandar dikutip dengan lengkap, disamping untuk menguatkan
pemahaman, diharapkan Mansana ini mampu memberikan gambaran kepada
pembaca situasi dan kehidupan masyarakat di zaman masa itu.

SYAIR PERMULAAN KATA

Bismillah itu permulaan kata


Lalu diambil kertas dan pena
Maksud mengarang satu cerita
Buat penglipur gundah gulana.

Maksud syair saya karangkan


Bukan pandai kutunjukkan
Cerita lama yang memaksakan
Salah dan kurang minta maafkan.

Saya bermaksud akan mengarang


Ilmu di dada sangatlah kurang

114
Hidup melarat di desa orang
Lagi miskin bukan kepalang.

Cerita ini berasal mula


Dayak Ngaju umpamanya cerita
Kali Kahayan tempat bermula
Hikayat Tamanggung sekali nyata.

Sesungguhnya cerita jika dirasa


Banyak yang ganjil kalau diduga
Akal sehat dapat membayangnya
Teladan yang baik dapat diharga.

Adapun akan cerita ini


Seluruh Dayak tak asing lagi
Cerita banyak corak dan ragi
Kesimpulan juga Tamanggung asli.

Ada karang saya paparkan


Kepada saudara pembaca sekalian
Tempatnya nyata di hulu Kahayan
Bukit Batu terang kelihatan.

Batu Suli nama yang asli


Gunung tinggi hendak menutupi
Sungai Kahayan tegak berdiri
Di situ tempat putera berhenti.

Di puncak bukit nyata kelihatan


Kata yang pernah menaikkan
Di situ ada tempat melihatkan
Akan nasib sial atau bukan.

Adalah lubang di tanah datar


Lubang kecil serta bundar

115
Dimasukkan kepala biarpun besar
Tiadalah melekat boleh keluar.

Tetapi bagi yang tak berezeki


Biarpun dimasuk berkali-kali
Tiada lulus kepala lagi
Orang hina kalau diarti.

Di atas puncak ada kuburan


Kerabat dari putera cekatan
Waktu sekarang ada kenyataan
Itulah juga sekedar keterangan.

Adapun akan bekasnya negeri


Tidak ada rupanya lagi
Belum diketahui dengan pasti
Sukar didapat tanda-tanda asli.

Bertambah lagi kata cerita


Negeri gaib hilang di mata
Entahlah itu belum tiada
Sebenarnya belum didapat tanda.

Dialih lagi haluan kata


Akan susunan mula cerita
Kuterangkan sebagai yang pertama
Asal dan mula orang kata.

Sampai di sini keterangan di atas


Keterangan itu dianggap jelas
Dengan cerita diganti lekas
Itulah sebagai maksud ikhlas.

116
TAMANGGUNG MERATA PATI

Adalah konon asal cerita


Seorang Tamanggung sebagai kepala
Perintah adil tiada lawannya
Luwuk Dalam Betawi nama negerinya.

Adapun akan Temanggung pilihan


Amatlah kaya tiada terlawan
Kalau ditilik batang talian
Sungguh hebat bukan buatan.

Sungguh hebat batang pembesar


Berlantai ulin berpagar besar
Seakan-akan pelabuhan besar
Tahan dipukul gelombang besar.

Akan jalanan dari batang


Berjembatan kuat serta panjang
Berlantai ulin enam bidang
Bersambung sembilan sampai gelanggang.

Jembatan ulin semua berpasak


Semua dibikin dari pada perak
Itulah bukan karena congkak
Karena kekayaan Temanggung yang bijak.

Dalam jalan besar yang ke hulu


Semua hitam berpagar batu
Berpasir kuning sebagai mutu
Sayup-sayup kelihatan ujung tentu

Balik ke hilir badan bergerak


Semua putih berpagar perak
Hilir mudik sebagai berarak

117
Itu perbuatan semua budak.

Segenap lorong yang besar-besar


Terdiri toko serta pasar
Semua kepunyaan Temanggung pendekar
Rakyat aman tiada bertengkar.

Begitu juga kekayaan uang


Emas dan perak bergudang-gudang
Fakir miskin datang menjelang
Semua diberi mana yang kurang.

Supaya terus jalan cerita


Di muka kantor berkibar bendera
Menyatakan pegawai turun bekerja
Akan menyempurna susun negara.

Tempat istana Temanggung Pati


Rumah besar tiada terperi
Empat puluh pintu berlapis baiduri
Gilang gemilang berseri-seri.

Muatan di dalam cukuplah sudah


Ukir-ukiran yang indah-indah
Siapa melihat heran dan lengah
Tiadalah saja panjangkan mudah.

Sungguh-sungguh mengherankan juga


Di serambi muka yaitu beranda
Adalah patung sebagai boneka
Pandai bernyanyi dan berkata-kata.

Betul senang penghidupan baginda


Ada permaisuri jadi adinda
Mempunyai seorang ialah putera

118
Anak tunggal tak bersaudara.

Bandar disebut akan namanya


Tempat kesayangan ibu dan bapak
Rupanya elok tiada terkira
Gadis melihat tertarik mata.

Anak laki-laki bertambah besar


Dalam negeri menjadi sinar
Ditimang-timang jadi pendekar
Mengganti ayah kalau besar.

Cukuplah pintar Bandar bestari


Akan menolong memangku negeri
Rakyat setia di dalam Betawi
Kecil besar menghormati.

Pada suatu hari anak dilihat


Rupanya ia berubah tabiat
Timbul sombong tiada manfaat
Perintah ayah tiada diingat.

Tabiat sombong tiada terkira


Suka menghianat gadis beka
Biarpun ditegur dan disapa
Tiada ia jera juga.

Karena kekerasan perbuatan Bandar


Ke negeri lain menjalankan kabar
Barang siapa tiada sadar
Tentu diperkosa anak pendekar.

Jangan dikata pada dalam Betawi


Ada diperkosa puteri-puteri
Siapa melawan dipaksa diri

119
Diancam jiwa serta disuapi.

Oleh kelakuan Bandar demikian


Bergudang-gudang uang kehilangan
Jika kurang harta Temanggung Sultan
Tentulah miskin oleh anak harapan.

Tiada tertahan marah mereka


Jika begitu merusak negara
Nomer satu menghina bangsa
Nomer dua adat lembaga.

Bukan begitu kelakuan sultan


Mudah dimasuk iblis setan.
Jika begitu dihukum Tuhan
Ayah lari anak kekurangan.

Tiada aku panjangkan mudah


Akan Temanggung punya sumpah
Bandar termenung rupa mengindah
Berpikir hendak lari pindah.

Sangatlah malu Bandar cekatan


Pada tegur ayah yang bukan-bukan
Betul rasanya di dalam badan
Hendak diubah tujuan pikiran.

Berpikir lari tujuan pemuda


Cuma membawa teman seperlunya
Kepada ayah tidak diceritanya
Hanya ibu mengetahui jua.

Ibu melarang nyatalah tentu


Ibu kasihan memesan pulang
Ceritanya tidak akan kupanjang

120
Keberangkatan Bandar lagi kuterang.

KEBERANGKATAN BANDAR KE HULU KAHAYAN

Diambil ringkas jalan cerita


Akan keberangkatan anak merata
Ruhaii Pangun nama perahunya
Siap sedia anak buahnya.

Setelah sedia akan muatan


Barang sedikit untuk jualan
Jadi bekalan di tengah jalan
Kadar lain dianugerah Tuhan.

Bandar turun memeriksa jua


Akan alamat perjalanan mereka
Alamat baik sudah menanda
Selamat jalan suar murah.

Tali Ruhaii dilepas sudah


Dari batang Temanggung Syahdah
Siapa melihat memberi madah
Selamat jalan suara murah.

Ada juga melambai tangan


Serta mengucap selamat jalan
Cuma Temanggung yang ketinggalan
Oleh perintah yang dikeluarkan.

Tiada miris Ruhaii pendekar


Perjalanan cepat serta lancar
Menuju ke hulu tiada lingsar
Berdentum dayung budak besar.

121
Jika tiada aral melintang
Sampai Bandar jam lima petang
Bereng Kalingu telah dipandang
Tampak menara tinggi tiang.

Sampai Bandar Bereng Kalingu


Orang datang menjadi tamu
Heran mereka melihat perahu
Siapa gerangan nama penghulu.

Adapun akan Bandar kepala


Berpakaian hebat rupa jenaka
Di dalam negeri hendak tamasya
Hendak menemui saudara bapak.

Terhenti cerita Bandar dahulu


Timbul kisah Bereng Kalingu
Dambung Kepala memerintah di situ
Aman damai tiada terganggu.

Nama Dambung memerintah negeri


Besar amat tiada terperi
Orang datang bersendi-sendi
Melihat keindahan taman dan peri.

Dalam ini cerita menyala


Adalah akan Dambung kepala
Saudara Bandar perwira
Rumah Dambung dijelang jua.

Akan keadaan Dambung kepala


Tiada usah dipanjang cerita
Tidak kalah oleh Temanggung Baginda
Sudah termashyur kemana - mana.

122
Lalu menjadi bertambah nama
Dambung hidup bergurau senda
Dengan permaisyuri amat tercinta
Mempunyai seorang puteri jua.

Anak perempuan besarlah sudah


Tiada melawan sembarang mudah
Tempat kesayangan ibu dan ayah
Karena anak amatlah indah.

Sumbu Kurung akan namanya


Sangat cerdik tiada terkira
Sama Bidadari turun menjelma
Kelihatan air sirih yang ditelannya.

Begitu keindahan anak pingitan


Dalam Kalingu tak ada bandingan
Banyak yang memberi keheranan
Coba dengar saya terangkan.

Adapun akan tempat puteri


Pucuk Mahligai istana puri
Tiga puluh lapis buatan ahli
Memancar di sinar si matahari.

Adat puteri sudah teratur


Apabila keluar sebagai guntur
Pipi licin kemerah-merahan
Siapa melihat lupa ingatan.

Rambut panjang tiada sedikit


Jika dijambul berbelit-belit
Jika terurai sampailah tumit
Hitam lebat menutup kulit.

123
Jari lancip mudah dibentur
Rupa empuk sebagai kasur
Jika melambai dapat melipur
Biar hati yang sudah hancur

Kecantikan puteri berhenti dikata


Supaya jelas jalan cerita
Keliling istana dicerita jua
Keindahan alam yang kaya raya.

Karena dekat istana puri


Hidup sebatang pinang tinggi
Boleh membentur sebagai jari
Siapa pandai meminangi

Kalau pinang membentur jua


Tepat tentangan dengan jendela
Siapa hina tiada mulia
Tak dapat naik sampai puncaknya.

Berhenti pinang punya keterangan


Kisah Bandar anak Pangeran
Seluruh negeri sudah dikenalkan
Meninggal Kalingu tak ingatan.

Bandar anak Temanggung kepala


Tinggal di Kalingu hendaklah lama
Kelakuan jahat terulang pula
Bereng Kalingu hendak diperkosa.

Kelakuan buruk mulai dilaku


Tiada mengingat nasib dahulu
Sebabnya ia pergi ke hulu
Karena diusir ayah penghulu.

124
Beberapa anak dara dalam negeri
Hendak dibujuk dan disuapi
Tetapi tak seorangpun yang turut peri
Malah dimarah dan disumpahi

Tetapi Bandar tak putus harapan


Di dalam puri hendak dicobakan.
Atas tolongan pinang kesaktian
Saudara sepupu hendak dihinakan

Begitu jahatnya Bandar berlayar


Saudara sendiri hendak dilanggar
Tiada mengingat adat yang besar
Sebagai janji tidak ikrar.

Batang pinang lalu dinaiki


Maksud mendapat tuan puteri
Sampai puncak duduk tinggi
Bangsa mulia pinang ditimangi.

Lalu berkata Bandar kepala


Jika aku benar anak berbangsa
Benturlah pinang menuju jendela
Dengan puteri ada bicara.

Dengan pertolongan Maharabi


Benturlah pinang mendekati
Pintu jendela tuan puteri
Diangkat tangan lalu mengetuki

Ketuk didengar puteri di dalam


Duduk terkejut dari tilam
Siapa mengetuk tinggi malam
Kelakuan begitu patut dirajam.

125
Wahai bedebah siapa itu
Berani ketuk saya punya pintu
Sejari tak kubuka tentu
Ayahlah turun wahai hantu.

Jikalau hamba matilah dirinya


Jikalau kaya habislah hartanya
Siapa berani mendekati istana
Begitu hukum undang-undang negera.

Datang ke sini apakah maksud


Karena malam sudah larut
Maksud jahat jangan diturut
Baiklah pulang dari maut.

Banyaklah macam madah puteri


Tiadalah usah dipanjangkan peri
Bandar di luar bermenung diri
Jawab balasan hendak dicari.

Bertahan di pirang Bandar berkata


Maaf aku wahai saudara
Adalah aku Bandar bernama
Datang ke sini maksudpun ada.

Maksud baik akan kusangka


Sungguh adat dalam dunia
Dengan adinda hendak berdua
Buka pintu ayo terima.

Kemana-mana aku mencari


Tuan puteri seimbang diri
Tiada didapat di mana segi
Sampai dicari ke langit tepi.

126
Wahai dengan tuan puteri
Tiadalah aku mengundur diri
Jika tiada mendapat janji
Akan disimpan di dalam hati.

Marah puteri tiada tertahan


Karena mendengar suara lawan
Berkata keras tiada segan
Biar berharap anak sultan.

Wahai bunda dengarlah tentu


Akan hal tuan satu persatu
Semuanya itu akan tahu
Ibarat surat pemberian tahu.

Adalah konon satu peribahasa


Seperti titik hujan biasa
Temannya guruh besar suara
Ada bunyi yang berguna.

Tuan simpan di dalam dada


Padahal tersiar kemana-mana
Sebagai bau melayang jua
Masuk jua ke puri istana.

Adapun sebab tuan berpindah


Karena ada beberapa salah
Tabiat begini memberi kesal
Seperti anak kehilangan akal.

Sudah habis aku pikirkan


Tiada patut seorang sultan
Terhadap saudara sedemikian
Maksud saudara saya tolakkan.

127
Ayah lekas turun berjalan
Balasan baik jangan diharapkan
Tiada guna engkau tunggukan
Memberi malu begitu kelakuan.

Bertambah lagi wahai kakanda


Aku ini bukan engkau punya
Jikalau tidak cukup syaratnya
Sekali-kali tak boleh diterima.

Sampai di sini puteri berkata


Bandar termenung di luar nyata
Malu rasanya tiada terkira
Rahasia dirinya telah terbuka.

Perihal saudara yang marah


Bandar mendengar tunduk tengadah
Seperti orang penyakit lemah
Bandar sedikit lalu bermadah.

Kalau saudara tiada terima


Akupun tak memaksa jua
Jangan menyesal kemudian kiranya
Jika dapat bertemu muka.

Selamat tinggal adik pingitan


Aku akan turun berjalan
Entah bertahun atau berbulan
Mudah-mudahan bertemu hari kemudian.

Bandar turun membawa kemaluan


Sampai di bawah lalu berjalan
Ruhaii Pangun ditunjukkan
Bereng Kalingu hendak ditinggalkan.

128
Di dalam negeri sudahlah lama
Bandar bermaksud berangkat segera
Ruhaii Pangun sudah sedia
Kepada Dambung diberitahunya.

Bandar berangkat tiada kupanjangkan


Ruhaii penuh dengan muatan
Karena berkat pertolongan teman
Sampailah ia hulu Kahayan.

Maka kebetulan ketika itu


Sampai di tempat saudara sepupu
Tunggal Mambu namanya tentu
Negeri bernama Upun Batu.

Tinggallah Bandar dengan senang


Ibu dan ayah tiada dikenang
Beramai-ramai malam dan siang
Cuma teringat nasib yang malang.

Akan keadaan Upun Batu


Orangnya banyak baik laku
Siapa datang sahabat tentu
Orang jahat diusir lalu.

Upun Batu ialah lagi


Batu Suli namanya asli
Tempat singgah Bandar Bestari
Ada diterang yang sudah dilalui.

Tunggal Mambu orang yang tangkas


Kepandaian ada bertukang emas
Subang, gelang, bermacam perhias
Rupa bagus dan upah pantas.

129
Sebagai uang orang dahulu
Ialah emas timbangan tarju
Dengan barang bertukar selalu
Selain dari itu jarang laku.

Begitulah Bandar empunya barang


Orang melihat semua girang
Emas keluar lagi menjelang
Ke tangan pemuda gemilang

Bertambah lagi kekayaan pemuda


Oleh karena pertolongan saudara
Bandar bertukang emas jua
Lalu pandai tak terkira.

Dicerita lagi akan kehidupan


Bandar senang di hulu Kahayan
Mendapat emas banyak timbangan
Akan pertolongan saudara bangsawan.

Biarpun ada maksud yang kurang


Tiada usah dipanjang walang
Hati kecut saudara garang
Itulah sebab menjadi bimbang.

Maksud pulang tiada di hati


Di tanah orang sukalah mati
Kejadian dahulu sudah diingati
Ayah juga menyuruh lari.

BANDAR PULANG

Tersebut kisah Temanggung Pati


Terkenang anak Bandar asli

130
Sudah lama meninggal negeri
Entah kemana ia pergi.

Tetapi telah didapat khabar


Di Batu Suli tempat pendekar
Surat Temanggung lalu beredar
Menuju anak pulang di khabar

Hati Temanggung sudahlah sabar


Terharu mengingat nasib pendekar
Siang malam hati berdebar
Mendoa anak pulang sebentar.

Tiada aku panjangkan madah


Surat Temanggung dikirim sudah
Sampailah Bandar hati gundah
Teringat jua kasih ayah.

Sedikit surat kasihan jua


Seperti di bawah aku tera
Cuma mencerita gundah gulana
Selama ditinggal oleh ananda.

Bereng Kalingu sudah dilalui


Sampai ke Luwuk Dalam Betawi
Kepada ayah diri dikhabari
Ayah gembira tiada terperi.

Seluruh negeri semua suka


Karena Bandar datang segera
Memberi salam kepada putera
Kita bercerai sudahlah lama.

Kesukaan ibu tiada ketinggalan


Diambil beras kuruk semangat dipanggilkan

131
Dipeluk, dicium, anak timangan
Anak tunggal tempat kesayangan.

Temanggung tiada melupakan adat


Tanda mengampun patut diingat
Membikin pesta tanda hormat
Seperti orang berdoa selamat.

Sesudah adat dikerjakan


Orang banyak menyaksikan
Temanggung anak beranak berampunan
Hidup sempurna sekalian.

Sampai di sini kesukaan merata


Supaya jelas jalan cerita
Cerita Bandar yang terutama
Tabiat dulu kembali rupa.

BANDAR DALAM HUTAN

Supaya jelas jalannya kisah


Bandar dalam negeri lamalah sudah
Urusan negeri diserahkan ayah
Dari yang berat sampai yang susah.

Tetapi akan Bandar kepala


Tabiat dulu datang menggoda
Dalam pekerjaan tiada setia
Harta ayah selalu dimusnah

Tiada diceritakan tabiat itu


Ialah tabiat seperti dahulu
Ayah tahu tabiat memalu
Supaya anak jangan terharu

132
Ayah selalu sakit hati
Tabiat anak telah kembali
Tiada mau ia memarahi
Akal ada telah dicari

Disuruh sediakan Ruhii Pangun


Sudah sedia lalu diturun
Muatan banyak tertimbun-timbun
Makanan bermacam bersusun-susun

Setelah mustaid semuanya


Anak dibawa serta dibujuknya
Anak berdagang ia berkata
Pergi ke hulu lagi didusta

Bandar tiada juga melawan


Perkataan ayah diturutkan
Lalu berangkat tiada ketahuan
Dimana sebenar arah tujuan

Temanggung berakar dengan cepat


Serta memberi beberapa isyarat
Mengasing Bandar akan ditaat
Rahasia dipegang erat-erat.

Tiada beberapa lama berselang


Ruhaii sampai di Danau Karang
Masuk di situ hajat sekarang
Ibarat burung tempat bersarang.

Danau Karang jauh sekali


Dari negeri Luwuk Dalam Betawi
Apalagi berjalan kaki
Seorang manusia tak berani.

133
Danau Karang sampailah sudah
Tempat mengasing putera syahdah
Itu pertimbangan dalam hati ayah
Untuk hukuman kelakuan yang salah.

Segala muatan diangkat semua


Satu pondok didirikan sudah
Serta Temanggung berkata jua
Bahwa di sini tempat berusaha.

Bagaimana mereka tinggal bersenang


Bandar tiada mengetahui terang
Alat senjata sumpitan kayu
Masuk hutan hilir hulu.

Di sinilah ada waktu terbuka


Temanggung meninggalkan sang putera
Segala hamba mustaid semua
Lari pulang dengan segera.

Berkayuh keras bukan buatan


Sebab meninggalkan anak buangan
Danau Karang sudah ditinggalkan
Sedikit tidak menaruh kasihan

Berhenti kisah Temanggung mulia


Tersebut kisah Bandar pemuda
Pulang berburu ke pondoknya
Heran termangu kena perdaya

Ayah dan teman pulang habis


Tersedu sedan pemuda menangis
Seorang ditinggalkan dengan bengis
Hati sakit seperti diiris.

134
Seperti diiris dengan sembilu
Pagi dan petang hati terharu
Apa kesalahan dihukum begitu
Tiada diterang lebih dahulu.

Diambil ringkas dalam cerita


Bandar hidup di pondok merata
Dengan manusia tiada bersua
Cuma berteman pelanduk jenaka.

Bandar tinggal di dalam hutan


Beberapa bulan telah berjalan
Hati sedih melihat bekalan
Jika habis apa dimakan.

Memikir nasib tengadah tunduk


Mengenang hidup sangat buruk
Dalam bantal hidup kapuk
Air mata turut memupuk.

TANJUNG BERENG KALINGU

Tersebut konon Tanjung Bereng Kalingu


Keadaan Dambung ketika itu
Hati sakit bertambah pilu
Menaruh wasangka yang keliru.

Apakah sebab Dambung tak sabar


Karena ia mendengar khabar
Kelakuan kemenakan ialah Bandar

135
Terus memperkosa tentu menjalar.

Adapun akan pikiran baginda


Seluruh kota tentu akan diperkosa
Barangkali puterinya dimusna
Harus puteri dijauhi jua

Permaisuri lalu dipanggil


Perundingan ada supaya berhasil
Permaisuri datang berhati kecil
Niat salah sangat mustahil

Aduhai adinda permaisuri


Adalah maksud timbul di hati
Karena mendengar kabar yang pasti
Kelakuan Bandar jahat sekali.

Sebab itu puteri patut dijauhkan


Agar jangan diperkosakan
Ke tempat jauh tidak ketahuan
Agar selamat jiwa dan badan.

Lalu permaisuri menjawab jua


Tiada kubantah maksud kakanda
Tetapi kakanda harus waspada
Agar akhirnya tiada cacat cela.

Tiada aku panjangkan percakapan


Segalanya mustaid persediaan
Puteri merengut hendak melawan
Hati sedih karena perpisahan

Lalu siap Dambung kepala


Berangkat mengantar puteri ananda
Permaisuri turut di higa

136
Mencari tempat yang tak disangka.

Kebetulan pada waktu ketika


Hari gelap singgah lama
Naik ke darat nanti diperiksa
Tantangan danau nanti dikira.

Hari pagi cahaya cemerlang


Pemandangan luas serta terang
Tampak di sana seperti ladang
Pondok berdiri rupanya sedang.

Lalu berangkat Dambung ke situ


Serta sampai ke pondok itu
Lalu diperiksa satu-persatu
Rupanya didiam orang dulu.

Di dalam pondok ada perkakas


Dalam periuk tak berberas
Sebiji tiada didapat beras
Cuma lantai tikar beralas.

Pada sampaian dekat dinding


Pakaian robek rupa kuning
Kelambu buruk kain saring
Tambalan penuh berkeliling.

Pondok itu telah nyata


Sudah ditinggal beberapa lama
Karena melihat segala keterangannya
Serba kosong segala isinya.

Kesimpulan oleh Dambung kepala


Di sinilah tempat meninggalkan ananda
Agar jangan dapat diperkosa

137
Oleh Bandar anak celaka.

Perkakas puteri diangkat semua


Satu persatu habis semua
Teman puteri tinggal dua
Ngambun Hawun dayang-dayangnya.

Persiapanpun semua sudah


Dambung kepala lalu bermadah
Tinggal di sini jangan gundah
Karena kami pulang berpindah.

Waktu Dambung berkata-kata


Permaisuri lalu menyela
Wahai anakku seri kamal
Maksud ayahmu begini rupa.

Dalam hatiku mau menentang


Perbuatan ayah yang garang
Tiada berani aku melarang
Takut kalau kena tendang.

Sesudah mereka berpeluk-pelukan


Serta bercium tanda perpisahan
Dambung memohon pulang berjalan
Puteri beriga tersedu sedan

Puteri menangis tiada terkira


Mengingat nasib mereka bertiga
Telah berpisah dengan ibu bapak
Tiada diketahui berapa lama.

Dambung, isteri, dan teman


Lalu berangkat sekalian
Ananda kandung ditinggalkan

138
Karena sangat kekeliruan

Diambil cerita dengan singkat


Sampai di rumah Dambung selamat
Permaisuri menangis seperti keringat
Anak kandung selalu teringat.

Beberapa bulan telah berjalan


Sesudah puteri ditinggalkan
Anak tunggal tiga berkawan
Hampir dilupa Dambung Jembangan.

Berhenti di sini Dambung dahulu


Cerita Bandar kutinggal lalu
Hidup mati hendaklah tahu
Berbulan bertahun sudah lalu.

BANDAR MENDAPAT TEMAN

Tersebut kisah Bandar buangan


Sudah lama di dalam hutan
Bertahun-tahun dan berbulan-bulan
Habis sudah segala makanan.

Selama Bandar dalam pengasingan


Seperti miskin rupa kasihan
Jangan dibilang baju pakaian
Tinggal sedikit menutup badan.

Hidup melarat teerus selalu


Dengan manusia tak bertemu
Ibu, bapak, tiada membantu
Jika kiriman tiada ditunggu.

Apa akal mencari makan


Cuma keluar masuk hutan
Jerat, sumpit, dipergunakan
Sekedar umbut jadi teman.

Kalau ditilik seluruh badan


Badan kurus tak terperikan
Jika umpama dipukul topan

139
Boleh rebah bagai kayuan.

Tiap hari pondok ditinggali


Mencari kadar kesana-kesini
Baru malam boleh kembali
Tidur nyenyak sampai pagi.

Waktu Dambung memeriksakan


Isi pondok dan sekalian
Waktu itu ada kebetulan
Bandar anak telah berjalan

Tersebut puteri tiga berteman


Waktu ayah mengasingkan
Pondok kosong sangka gerangan
Padahal Bandar waktu berjalan

Sewaktu sepeninggal Bandar itu


Puteri bertiga sebagai tamu
Disangka orang tak ada di situ
Padahal itu nyata keliru.

Sesudah bertiga ditinggalkan Dambung


Duduk di luar sambil termenung
Bercakap-cakap dengan bingung
Merasa curiga dan canggung

Ngambun Hawon lalu berkata


Adinda sungguh kami cinta
Rupa menurut hemat beta
Pondok ini ada yang punya

Puteri menjawab wahai kakanda


Adalah benar dugaan berdua
Tetapi apa yang hendak dikata
Hukum ayah sudah memaksa

Ngambun Hawon bertanya lagi


Wahai adinda tuan puteri
Jika jin orangnya nanti
Tanpa menyerah atau lari.

Puteri menjawab serta bermadah


Hati sabar dan bermurah
Jangan dipikirkan pada yang salah
Manusia hidup dilindungi Allah.

Teman berdua bertanya pula


Wahai adinda sebuah mata
Jika manusia orangnya nyata
Apalah lagi hendak dikata.

140
Hal itu gampang wahai kawan
Manusia itu memang tolan
Bawalah ia bercakap-cakapan
Maksud jahat dihindarkan.

Setempo mereka bertutur-tutur


Terdengar di serambi dapur
Tertawa gelak berhenti sembur.
Hati kecut dan tepekur.

Puteri berkata apakah gerangan


Ayo kakanda lihat keterangan
Apakah itu orang hutan
Ataukah manusia dibuat teman

Mereka mendekat bersuruh-suruhan


Disangka hantu dalam ingatan
Sambil takut perlahan-lahan
Lalu menuju suara gerangan.

Tiada berapa lama antara


Sampailah mereka ke tempat bahana
Hati terkejut tiada terkira
Karena melihat itulah manusia

Orangnya tampak telah terbaring


Seluruh badan kurus kering
Tampak tulang dada beriring-iring
Diliput kulit putih kuning.

Manusia itu rupanya pingsan


Sekelilingnya tak ketahuan
Rupanya ia kurang makan
Karena umbut dibawakan.

Melihat hal sedemikian rupa


Puteri berkata dengan sabarnya
Ambil air pengusap dada
Kakanda lain buat buburnya

Setelah bekerja dengan giat


Dada diusap dengan hemat
Baru siuman rupanya umat
Bibir bergerak mata melihat

Bubur diberi ketika itu


Beserta dengan air susu
Mana yang sukar dapat dibantu
Habis sepiring diminum tentu

Tiada berapa lama berselang

141
Badan sehat rupa girang
Tuntuk duduk ada dikenang
Karena mengingat nasib malang

Lalu bertanya tuan puteri


Siapa gerangan tuanku ini
Atau nama harus disebuti
Agar kami dapat mengetahui.

Pemuda menjawab dengan terus


Dengan suara putus-putus
Dipegang hidung menyapu ingus
Terkenang nasib menjadi kurus.

Coba dengar wahai adinda


Rupa buruk menjadi hina
Tiada lain oleh karena
Sebab diasing oleh baginda

Adapun akan namaku


Supaya tuan puteri tau
Bandar Temanggung jangan keliru
Yang diusir lebih dahulu

Bandar menyambungkan katanya


Sebab ia menjadi hina
Dari semula sampai akhirnya
Sebab karena kelakuannya.

Cukup sekali Bandar bercerita


Datang giliran aku bertanya
Siapa gerangan nama bertiga
Seakan-akan nasib kita sama.

Mendengar pertanyaan Bandar demikian


Mereka bertiga berpandang-pandangan
Apalagi hendak dikatakan
Mundur maju salah jejakkan

Puteri menjawab dengan terpaksa


Lemah lembut segala suara
Rasa malu tiada terkira
Kejadian dulu teringat jua

Sumbu Kurung nama pertama


Ngambun Hawun nama kedua
Datang ke sini agak terperdaya
Ke dalam pondok ada orangnya.

Kami ke sini cobalah dengar


Diasing ayah karena kabar
Tabiat tuan tuan membikin gempar

142
Sampai Kalingu pasti menjalar.

Tetapi apa dikatakan lagi


Maksud ayah menyuruh lari
Untung malang menimpa diri
Semua salah duduk berdiri.

Rupanya ayah sangat keliru


Teman berdua serta aku
Diasingkan tempat ke sini hulu
Supaya tuan jangan ditemu.

Sungguh kami sangat menyesal


Ayahku kehilangan akal
Dengan apa hendak dibatal
Ibarat janji sudah kekal.

Di sini kita sama menunggu


Cuma ada satu permintaanku
Jiwa dan badan jangan diganggu
Bahan makanan boleh membantu.

Habislah sudah keterangan puteri


Bandar tersenyum mendengari
Rupanya kita ini bersaudari
Datang ke sini seperti berjanji

Jangan khawatir tentang permintaan


Tentu itu aku kabulkan
Biar hidup kita berdekatan
Segalanya ada dalam pembicaraan.

Ada permintaan yang harus laku


Adindaku harus juga membantu
Memberi makan yang ada itu
Agar badanku gemuk dulu.

Kita ini anak hilang


Rupa nasib sama malang
Ibarat kerbau keluar kandang
Sama-sama menjadi jalang.

Mereka hidup bercumbu-cumbuan


Menyata diri anak sultan
Lupa hidup di dalam hutan
Karena Bandar mendapat teman

Dialah kata haluan peri


Timbul kisah empat saudari
Bergurau senda sehari-hari
Bandar gemuk besar diri.

143
Hidup berteman di dalam hutan
Selain dari empat berkawan
Beruk, lutung banyak berlumpatan
Sekeliling pondok berkeliaran.

Kuambil lekas jalan cerita


Ngambun Hawun lalu berkata
Melihat keadaan sudah nyata
Maaf aku hendak meminta.

Maaf aku tuan puteri


Maksud di dalam hati
Sudah takdir Maha Tinggi
Tidak boleh dipungkiri

Inilah suatu maksud besar


Mempersatukan puteri dengan Bandar
Memekat janji jadi ikral
Baik senang dalam sukar.

Kalau melihat keadaan demikian


Ibu dan bapak tiada harapan
Mengambil kita memberi makan
Seumur hidup kita dilupakan.

Sebab itu apa pikiran


Baik kita memperjuang diri
Kepada Bandar sehidup semati
Mudah-mudahan Allah memberkati.

Puteri mendengar tersenyum simpul


Akan alasan serta usul
Hendak ditolak dirasa betul
Seumpama listrik itulah tombol.

Puteri menjawab berkisar awak


Maksud kakanda hampir kutolak
Tetapi kupikir masak-masak
Sebab tempat tiada berjarak.

Karena ini bukan kesalahan


Dibikin Bandar anak sultan
Tetapi ayah mempunyai buatan
Menaruh wasangka yang bukan-bukan.

Biar aku dapat berkata


Akan menaruh suatu cinta
Boleh ditanya pada kakanda
Maukah emas mengikat permata.

Sebab itu datang giliran


Anak Temanggung menjawabkan

144
Maukah emas mengikat intan
Supaya melekat berdua-duaan.

Bandar menjawab berkisar duduk


Awak sudah mulai gemuk
Mata mengerling meliuk-liuk
Tanda setuju kepala diangguk.

Segala maksud saudara-saudara


Boleh kukabul bersama-sama
Jikalau saudara suka memperguna
Dagang miskin lagi hina.

Cuma lagi ada permintaan


Jika adinda dapat celaan
Jangan dikata satu paksaan
Ini maksud kita bersamamu.

Sekali lagi aku peringatkan


Jangan di bibir taruh perjanjian
Harus meresap ke dalam badan
Cinta birahi berzaman-zaman.

Sampai di sini Bandar beramanat


Supaya jalannya kisah cepat
Perjanjian bersatu sudah erat
Cuma tinggal melakukan adat

Adat kawin sederhana disediakan


Dua sejoli lalu disandingkan
Darah Kaharingan dipercikkan
Karena itu adat aturan

Ngambun Hawun menjadi saksi


Duduk di hadapan dua sejoli
Mereka duduk didekati
Laksana bulan dan matahari

Bandar, Puteri berduduk dekat


Ngambun Hawun menemui adat
Mendoa kedua semua sehat
Panjang umur hidup selamat.

Beginilah konon kata cerita


Mereka hidup senang sentosa
Di dalam hutan sudah lama
Berkasih-kasihan tiada lawannya.

Karena oleh karunia Tuhan


Puteri hamil beberapa bulan
Pekerjaan baik oleh sekalian
Semua sehat dalam ingatan.

145
Cerita tak usah diperpanjangkan
Anak laki-laki dilahirkan
Diberi nama Si Sahan
Artinya karena hidup di dalam hutan.

Anak tempat kesayangan ibu bapak


Di timang-timang setiap masa
Paras cantik pengganti Bapak
Selalu dijaga tiada lupa.

Sungguh untung mereka sekalian


Satu jiwa telah bertambahan
Tetapi ada satu halangan
Mereka habis barang makanan.

Terpaksa Bandar setiap hari


Masuk hutan kesana kemari
Binatang disumpit umbut dicari
Mana yang dapat pengganti nasi.

Penderitaan mereka kena kelaparan


Mana yang dapat itu dimakan
Sampai disini aku ceritakan
Agar cerita lekas berjalan.

BANDAR DITINGGALKAN OLEH TUAN PUTERI DAN TEMAN

Kembali kisah Dambung kepala


Baru sadar impian belaka
Teringat anak puteri juita
Tinggal di hutan sudah lama.

Timbul maksud di dalam hati


Lalu berkemas akan pergi
Akan mengambil tuan puteri
Entah hidup atau mati.

Di dalam pondok telah dikira


Bahwa tidak ada isinya
Padahal isinya memang ada
Ialah Bandar Temanggung kepala.

Karena merasa semua diasingkan


Dan berteman di dalam hutan
Di dalam hati timbul persatuan
Sehidup semati itu gerakkan.

Karena oleh lama sekali


Ibu dan bapak tiada mendatangi
Kami mendapat anak laki-laki

146
Itulah dia yang kusembunyikan.

Jalan puteri memberi keterangan


Ayah tahu akan halangan
Timbul marah bukan buatan
Mandau dicabut hendak dibunuhkan.

Jika tidak ditahan permaisuri


Ngambun Hawun membantu lagi
Akan menahan Dambung benci
Tentu lepas kepala puteri.

Oleh pertolongan Allah Hu Akbar


Marah Dambung menjadi sabar
Karena mengingat pokok sebenar
Bukan puteri yang salah benar.

Apalagi kalau diperiksakan


Dari asal atau permulaan
Mengantar puteri ke padang hutan
Sungguh puteri tidak bersetujuan.

Waktu Dambung dalam kesabaran


Permaisuri memberi ingatan
Wahai kanda dulu kukatakan
Mengasing puteri sekali jangan.

Tetapi apa hendak dikata


Barang salah ada hukumnya
Tiada lain ada malunya
Bertambah lagi air mata.

Ibarat bulan dan matahari


Datang awan segera menutupi
Sinar puteri hilang sekali
Baiklah kita lekas kembali.

Mendengar itu Dambung lemah pikiran


Menyiap perkakas berangkat bergegasan
Barang puteri semua dikumpulkan
Semua habis dimuat sekalian.

Tetapi Dambung tidak menyukai


Membawa Sahan anak laki-laki
Biar dia tinggal mati
Dengan Bandar juga sekali.

Ngambun Hawun siap sedia


Tunggu Si Rahai sudah lama
Tuan puteri hendak dikata
Tersedu sedan tidak terkira.

147
Tersedu sedan karena apa
Karena anak sebuah mata
Tinggal sendiri dengan bapak
Tentu tak hidup dengan lama.

Apalagi si bayi Sahan


Tiada tahu kiri dan kanan
Sedangkan besar ayahnya tuan
Pasti mati karena kelaparan.

Tetapi apa hendak dikata


Perintah ayah tak dilawan
Takut berpisah kepala dengan badan
Biarlah anak ditinggalkan.

Tetapi peninggalan sebelum berangkat


Cincin intan warna berkilat
Sehelai selendang juga berikat
Kepada suami tanda ingat.

Lagi air susu secawan


Pada anak ada didekatkan
Ini tanda bekal penghabisan
Karena ibu pergi berjalan.

Tinggallah anak si buah hati


Ibumu ini pulang kembali
Jika umur panjang anakku nanti
Pasti anakku akan mencari.

Di dalam hati puteri berpesan


Umur bapak dan anak dipanjangkan
Karena ibu berjalan tidak ketahuan
Entah bertahun atau berbulan

Tiada aku panjangkan madah


Karena tangan sudah payah
Sumbu Kurung turut berangkatlah
Tinggal anak terengah-engah.

Ruhaii Pangun laju sekali


Maklum dayung dayang kembali
Cuma puteri termenung diri
Mengingat anak dan suami

Tiada berapa lama selam


Ruhaii berjalan siang malam
Bereng Kalingu sampai di dalam
Sampai istana puteri ke dalam

Mereka sampai dengan selamat


Keadaan baik serta sehat

148
Sampai disini puteri ke tempat
Bandar dan Sahan kita ingat,

NASIB BANDAR DAN SAHAN

Adapun kata aulia


Ketika ditinggal puteri jelita
Anak menangis tiada terkira
Sebab mencari ibu dan bapak.

Ketika anak menangis sangat


Ilham Tuhan memberi ingat
Kepada Bandar pulang cepat
Bencana di pondok hebat sangat.

Binatang buruan lalu dibawa


Dekat pondok mendengar tangis anaknya
Dipanggil isteri tak menjawab kata
Selain dari bunyi gema.

Sampai pondok anak didekati


Diam anak apa sebabmu ini
Ditinggal ibu kemana lari
Apakah nian telah terjadi.

Apakah sebab jadi gerangan


Selama bersatu tak pernah perpaluan
Sampai sedikit tak ada ditinggal kesan
Aku dan anak ditinggalkan.

Aduhai adinda tuan puteri


Sampai hati meninggalkan diri
Serta anak sebuah hati
Tidakkah adinda mengingat janji.

Begitukah adat dunia ini


Atau perbuatan seorang puteri
Janji diucap di muka saksi
Ngambun Hawun dimana lagi.

Dimanakah kau lari berlindung


Pergi ke laut atau ke gunung
Ke udara kah serta membumbung.
Dimanakah bekas atau dengung.

Adakah adinda di lautan api


Di Kayangan atau di bumi
Bersumpah aku berani mati
Sanggup aku akan mencari

Di mana-mana aku mencari

149
Di mana jejak tuan puteeri
Tidakkah dinda mengetahui
Kami kelaparan pasti mati.

Begitu keluh kesah sultan


Sambil duduk ia keheranan
Serta memandang kiri dan kanan
Lalu terlihat barang peninggalan.

Air susu terlihat secawan


Serta sebentuk cincin intan
Selendang sehelai berkilauan
Dilepas puteri dari badan.

Barang itu tanda peringatan


Kasih puteri hilangnya bukan
Kepada anak serta sultan
Bandar melihat jadi renungan.

Ratapan Bandar selesai cerita


Bandar sakit tidak terkira
Nomer satu karena cinta
Nomer dua karena laparnya.

Susu habis di dalam cawan


Anak lemah hampir pingsan
Ayah sakit tak mau makan
Kedua rebah berdampingan.

Bandar sakit tidak terperi


Tiada seorang yang mengetahui
Cuma maut saja menanti
Harapan hidup kecil sekali.

Sama masih anak dan bapak


Karena ditinggal puteri bunda
Sedikit lagi tentu bahaya
Jika tidak tolongan yang kuasa.

Dalam keadaan bandar berdua


Di Danau Karang dan Jata
Lalu timbul datang menjelma
Seperti manusia rupa tampannya.

Sebelum Jata itu menjelma


Keadaan Bandar serta anaknya
Satu persatu telah diketahuinya
Tetapi hal itu disengajainya.

Tapi setelah melihat keadaan


Jikalau tidak ditolongkan
Tentu hilang utusan bangsawan

150
Begitu Jata telah pikiran.

Dengan segera Jata menimbulkan


Satu kapal yang bermuatan
Kepada Bandar dan anak yang pingsan
Ke dalam kapal terus dimuatkan.

Kapal itu lalu dijalankan


Waktu malam tak kelihatan
Luwuk Betawi dan Kalingu dilalukan
Oleh puteri tak ketahuan.

Setelah sampai muara Kahayan


Bandar dan Sahan ada kesehatan
Menyambut pertolongan Jata kesaktian
Bandar bangun serta siuman.

Bandar siuman ketika itu


Duduk bersandar di atas bangku
Serta bertanya dimanakah aku
Mata diraba serta disapu.

Lalu berdiri sambil keheranan


Melihat rupa dan segala keadaan
Barangkali ini dalam impian
Sebab karena lupa ingatan.

Dari bilik Bandar keluar


Kaki diangkat mata dibesar
Tiada lain ini kadar
Oleh Jata tempat bernazar.

Bertambah lagi kata cerita


Sahan sehat cepat besarnya
Atas pertolongan Jata kuasa
Juga cepat berkata-kata.

Adapun kata sehibul hikayat


Kapal berjalan dengan cepat
Menuju laut dengan selamat
Dekat negeri ada alamat.

Dengan laju kapal berlayar


Lalu sampai tanah Banjar
Singgah di situ Bandar keluar
Berjabat tangan dengan Syahbandar.

Syahbandar bertanya apa kabar


Jawab Bandar hendak berlayar
Saya singgah cuma sebentar
Sekedar cuma mengikat ikral.

151
Bandar permisi mohon diri
Kapal berangkat lalu dijalani
Dilambai tangan berkali-kali
Selamat tinggal saudara kami.

Kapal berjalan dengan keras


Sampai pelabuhan Betawi atas
Singgah di situ dengan pantas
Syahbandar menyambut dengan cerdas.

Singgah di pinggir ditanya berita


Oleh Syahbandar Betawi kepala
Kapal dari mana asal mula
Mampir di sini apa kerja.

Bandar Temanggung menjawab segera


Adalah saya Bandar kepala
Berhenti di sini berniat ada
Berkenalan dengan saudara-saudara.

Baik jawab Syahbandar asli


Baik berkenal Jindal Betawi
Karena ia berkuasa di sini
Ibarat rumah ialah penghuni

Bandar naik bertemulah tuan


Jindal Betawi lalu berkenalan
Sejak itu lalu berkawan
Karena sama anak bangsawan.

Lama berdua bercakap-cakapan


Bandar minta persetujuan
Lagi minta beberapa keterangan
Bandar hendak menyambung pelajaran.

Tiada usah dipanjangkan madah


Banyak petunjuk diberi sudah
Jindal Betawi memberi perintah
Jika kembali harus singgah.

Begitu Bandar lalu berangkat


Ke tanah laut tujuan tempat
Banyak pulau telah dilewat
Karena berkat pertolongan sahabat.

Kapal berlayar dengan senang


Terus sampai kota Palembang
Mampir di situ dengan gampang
Sobat bernama Anak Kuda Palembang.

Diangguk kepala bertemu sahabat


Berjabat tangan tanda selamat

152
Bercakap-cakap keadaan sehat
Bandar menceritakan ada minat.

Bandar bercakap dengan sabar


Maksud besar hendak berlayar
Ke tanah laut hendak beredar
Menambah pengetahuan agar mekar.

Anak Kuda Palembang bercakap lagi


Baik maksud saudara ini
Sahabat banyak harus dicari
Serta ilmu dibawa kembali.

Cuma sedikit aku memesan


Harap saudara memperkenan
Jika kembali hari kemudian
Harus singgah minta diingatkan.

Dentuman meriam bunyi besar


Tanda Bandar berangkat berlayar
Haluan kapal lalu berkisar
Di laut lepas lalu beredar.

Kapal cepat tidak terkira


Sayup-sayup telah kentara
Kota Johor punya menara
Itulah sebagai satu tanda.

Kota Johor sudah dekat


Singgah di sini menurut hemat
Bandar kepala punya sahabat
Kali ini untuk dipererat.

Pelabuhan Johor lalu sampai


Banyak pejabat telah mengintai
Kapal berlabuh dekat pantai
Disilahkan naik duduk di balai.

Berjabat tangan dengan Sepektur


Ialah nama Raja Johor
Lagi bijak dan kesohor
Pandai merampok kerja tak jujur.

Sehari dua tinggal di situ


Melihat negeri terus selalu
Hati raja baik ketika itu
Ia memesan serta menyeru.

Ia memesan serta memadah


Jika kembali harus singgah
Sahabat kita tak dapat berpisah
Nanti saja memberi anugerah.

153
Bandar mengangguk mendengar pesan
Memberi salam mohon berjalan
Naik kapal menuju lautan
Entah berapa lama tak ketahuan.

Tiada usah dipanjang kesan


Bandar berlayar menuju lautan
Timbul tenggelam kemudi haluan
Bergurau senda dengan kawan.

Kapal Bandar selalu beredar


Menyerbu melalui ombak besar
Ada mabuk anak buah pendekar
Bandar Temanggung tetap sabar.

Kapal cepat sebagai lari


Dari jauh tampak tepi
Tampak menara yang tinggi-tinggi
Tanda tempat Bawi Rapatan Binji.

Menyela dahulu cerita ini


Aku mencerita Bawi Rapatan Binji
Akan penduduk semua negeri
Banyak perempuan kurang laki-laki.

Adapun akan cerita dahulu


Jika laki-laki ada selalu
Laki-laki ditangkap diambil selalu
Diambil suami tinggal di situ.

Begitulah adat dalam negeri


Kalaukan penduduk Rapatan Binji
Hal ini telah diketahui
Oleh Bandar Luwuk Betawi

Berputar lagi akan cerita


Sudah dekat kapal kepala
Tetapi mereka sudah bersedia
Menyerbu perempuan mereka semua.

Mereka menyerbu seperti perempuan


Adat rapatan Binji telah ketahuan
Kapal sampai ke pelabuhan
Sangat perlu naik ke daratan

Bandar naik lalu ke daratan


Disambut oleh raja perempuan
Rapatan Rinji bertanya kalian
Adalah laki-laki turut pelajaran

Bandar menjawab tiada kesal

154
Kami perempuan semua bekal
Nasib kita semua sial
Dengan laki-laki tak ingin berkawal.

Bagaimana begitu wahai saudara


Tiadakah saudara membuat dusta
Berani berlayar perempuan semua
Takkan nanti dapat berjaya

Anak Temanggung menjawab kesan


Jangan saudara memikir yang bukan-bukan
Kami ini benar semua perempuan
Berlayar hendak menambah pengetahuan.

Apa salahnya wahai saudari


Perempuan berlayar melihat negeri
Derajat perempuan dengan laki-laki
Sungguh tak beda sama sekali.

Jika sanggup perempuan bertamasya


Walaupun berkeliling dunia
Tiada salahnya saya rasa
Sebab perempuan tak kurang harga.

Rapatan Binji mengangguk segera


Baru percaya perkataan saudara
Tiada panjang rupa memeriksa
Air kahwa keluar jua.

Lama kedua bercakap-cakapan


Tanya jawab berbalas-balasan
Hanya Bandar perempuan samaran
Singgah sebentar akan berkenalan

Singgah sebentar akan berkenalan


Menemui sahabat semua perempuan
Tak tentu hari kemudian.
Sebab saya perlu berlayar

Menempuh laut gelombang besar


Barangkali nanti jalan berkisah
Jalan lain dapat keluar

Wahai saudara jangan begitu


Jika kembali singgah tentu
Jangan saudara takut selalu
Akan pertanyaan satu persatu

Selesai Bandar lalu berangkat


Rapatan Binji diberi hormat
Melalu laut bertingkat-tingkat
Pukulan gelombang sangat hebat.

155
Berkisar lagi haluan cerita
Bandar berlayar teristimewa
Pantang mundur hati pemuda
Namun pulang tak ada dibawa.

Kapal berlayar kencang sekali


Melalui gelombang bertubi-tubi
Bertemu ombak tiga kali sehari
Bahaya besar tak dapat dielaki.

Akibat gelombang besar sekali


Kapal oleng tak cepat pergi
Lalu terantuk pada kayu janji
Kapal keras pecah diri.

Kalian anak kapal segera gempar


Semua berzikir Allah itu Akbar
Tetapi karena ada alat-alat pendekar
Mereka hidup di dalam daras.

Waktu mereka dalam bahaya


Jata ada tetap menjaga
Karena Jata teman setia
Oleh Bandar anak kepala

Sampai di dasar dengan selamat


Oleh pertolongan Jata keramat
Mereka hidup dengan sehat
Hidup berteman dengan umat.

Menurut asal mula cerita


Di bawah ada negeri Jata
Orangnya banyak semua manusia
Hidup aman senang sentosa.

Jata bernama Galuh Ringan


Hidup di dasar laut aman
Bandar anak Temanggung beriman
Kepada Jata penjaga lautan

Menurut kepercayaan dahulu zaman


Orang bernazar kepada Galuh Ringan
Siapa-siapa yang berkemauan
Beras kuning harus dihamburkan.

Galuh Ringan terang nyata


Dengan Bandar anak kepala
Sebab itu dapat ditolongnya
Itu sebab mereka selamat semua.

Tiada panjang akan cerita

156
Bandar hidup dengan temannya
Hidup senang tiada kurangnya
Anaknya Si Sahan besar jua,

Hidup senang tinggal di bawah


Pada ibu bapak lupa sudah
Kekayaan cukup tiada susah
Berkat Jata memberi madah.

SUMBU KURUNG BATARUNG

Timbul cerita Sumbu Kurung puteri


Senang juga di Kalingu negeri
Awak tua rupanya diri
Hampir lupa kepada suami.

Adapun akan puteri cekatan


Bersahabat Jata muara Kahayan
Jata tersebut sangat kasihan
Kepada puteri anak pingitan

Timbul di dalam hati Jata


Jika demikian perihalnya
Tentu tak timbul riwayatnya
Tuan puteri dan anaknya yang putera.

Jata timbul dengan bijaksana


Menjelma menjadi manusia kuasa
Segera masuk ke dalam istana
Dengan puteri lalu berbicara.

Wahai puteri yang sangat kusayang


Jika sedemikian sepanjang-panjang
Kemajuan negeri bisa kurang
Akhirnya istana menjadi lenggang.

Karena apa berkata begitu


Oleh melihat keadaan lalu
Keadaan negeri merosot tentu
Jika tidak aku membantu.

Apakah bala bantuanku


Mendatangkan suami dan anaknya
Kau tinggalkan zaman dahulu
Sekarang mereka hidup senang tentu.

Sesudah mendengar kabar itu


Hampir pingsan puteri rindu
Disangka mati hidup lalu
Lalu siuman serta berseru

Aduhai bapak paduka Jata

157
Benar tidak kabar dibawa
Suami dan anakku hidup jiwa
Jika hidup dimana alamnya

Anakku tunggu dengan sabar


Karena kabar adalah benar
Tetapi harus aku berikhtiar
Kalau salah tak datang Bandar.

Karena Bandar senang sekarang


Permaisuri tak dikenang
Hidup di bawah selalu bergirang
Galah ringan tempat bersarang.

Kita harus berbuat dengan sakti


Jika salah tak dapat kembali
Harus membuat kasai panarung asli
Akan mengembalikan sang suami.

Kasai panarung harus diusapkan


Jangan ketinggalan seluruh badan
Karena perlu untuk menggerakkan
Hati suami yang melupakan.

Mengusapkan penarung asalam jumat


Agar mahir jalan ajimat
Angin pusat membawa minat
Membisik suami pulang cepat.

Sesudah habis segala madah


Jata lenyap dari kuliah
Puteri yakin serta mengindah
Terus membuat apa dititah.

Kasai penarung lalu dicari


Yang ditunjuk Jata tadi
Segala syarat diturut sekali
Agar berbuat dapat sakti

Malam Jum’at telah sampai


Lalu mengurap panarung kasai
Segala syarat telah selesai
Maksud hati pasti sampai.

Ajaib kekuatan kasai penarung


Membuat puteri serta agung
Kekuatan gaib yang menjunjung
Bercakap dibawa angin bersambung-sambung.

Setelah diusap penarung buatan


Kecantikan puteri dibawa angin turutan
Berdengung bunyi melalui lautan

158
Menderu berirama kepada sekalian,

Setiap tempat penarung berirama


Dibawa angin berkata-kata
Memberitahukan puteri juita
Cantik manis tiada terkira.

Siapa mendengar selalu rindu


Sebab kecantikan puteri tentu
Jarang didapat sukar ditemu
Biar dicari di langit biru.

Penarung melayang hebat sekali


Dibawa angin banyak dilalui
Tiada lalu yang ditujui
Hanya tempat di kayu janji.

Sampai penarung di kayu janji


Berputar balik mencari-cari
Dicari tempat kesana-kemari
Tetapi belum didapati.

Penarung mencari tiada lelah


Terpaksa menyelam sampai bawah
Kekuatan kasai terus menyesah
Perasaan bandar telah bergundah.

Waktu penarung masuk menjelma


Bandar tidur nyenyak tak terkira
Tergesa bangun dan terpesona
Oleh godaan puteri terkena.

Bandar duduk serta terlena


Dalam pendengaran penarung berbicara
Wahai tuan Bandar kepala
Aku mencari telah lama.

Di mana-mana aku mencari


Seluruh tempat aku edari
Di darat, gunung, hutan biduri
Laut lepas diselam sekali.

Aku ini kembang penarung


Kekuasaan Jata menolong Sumbu Kurung
Mencari tuan dimana lorong
Aku bertemu kesan disambung.

Sekarang aku membawa kabar


Kepada tuan anak pendekar
Aku harap dengan sabar
Tuan mendengar jangan gentar.

159
Aku ini membawa pesan
Dari puteri kepada tuan
Karena dulu hidup sekawan
Disangkanya mati hidup di hutan.

Tapi karena kebijaksanaan asli


Jata Kahayan telah memberi
Tuan berada di bawah kayu janji
Rupanya benar tepat sekali.

Puteri merindu bukan kepalang


Seribu satu harap tuan pulang
Jika tiada tuan datang
Puteri berusaha malam siang.

Jika tuan tak mau pulang dulu


Aku ini dapat menyeru
Jika tuan mendengar lalu
Hati tuan menjadi rindu.

Karena aku dapat menceritakan


Kecantikan puteri tak terperikan
Sinar bagus seperti intan
Puteri lain tak melawan.

Betul kenamaan kemana-mana


Banyak yang ingin memetiknya
Hal itu tak mudah terlaksana
Karena tuan mula punya.

Sedemikian akan pesanku


Harus tuan menurut lalu
Jika tidak tentu rindu
Ibarat bunga nanti layu.

Sampai di sini kasai panarung


Memesan Bandar anak Temanggung
Harus diturut supaya beruntung
Hidup bahagia serta agung.

Kasai penarung lalu bersiap


Dari pendengaran lalu lenyap
Bandar terbangun serta meratap
Maksud hati akan ditetap.

BANDAR PULANG

Beralih lagi haluan cerita


Akan Bandar anak kepala
Akan penarung punya bicara
Hati rindu tidak terkira

160
Di dalam hati timbul keraguan
Jika pulang banyak kemaluan
Jika tidak mati kerinduan
Besar hasrat putar haluan.

Dalam hati kerap ditahan


Akan pulang kampung halaman
Tapi kena penarung puteri pingitan
Seperti pungguk merindu bulan.

Ilham penarung sayang dibuang


Ditetap hati akan pulang
Hati rindu bukan kepalang
Setiap detik puteri dikenang.

Pikiran hati sudah tentu


Akan pulang sangat perlu
Galuh Ringan diberi tahu
Karena itu sebagai ibu.

Bandar memohon serta meminta


Hal ihwal satu persatunya
Karena rindu kampung halamannya
Terutama kepada ibu bapak.

Galuh Ringan mendengar tertawa


Sebab diketahui maksud kepala
Karena hati telah tergoda
Oleh isteri peninggalan lama.

Wahai anakku sang putera


Aku tahu dapat menduga
Lebih dahulu tertentu jua
Tertentu anak mempunyai juita

Tetapi sebelum anakku kembali


Anakku harus dibekali
Segala jujuran tuan puteri
Jangan jadi soal nanti.

Jujuran tersedialah tersebut


Satu bernama balanga hinut
Belanga hinut pandai karungut
Dapat meneduhkan angin ribut.

Ketiga lagi dokah emas


Untuk puteri nanti berhias
Jika dipakai menambah tangkas
Dikalung di leher menambah paras.

Keempat yaitu jangkau bulan

161
Perhiasan rambut untuk beliau
Tujuh lembar warna berkilau
Seperti rambut dilihat silau.

Kelima bernama sangkai ruku


Kekuatan gaib ada di situ
Apa permintaan dapat tentu
Barang makanan lebih dahulu.

Diberi kapal Katilambung burung


Di laut, di darat, dapat bergantung
Berjalan cepat sebagai burung
Dapat melintas segala lorong.

Banyak lain pemberian Galuh


Lebih dari berpuluh-puluh
Siap semua diberi sungguh
Bandar bersiap akan berlabuh.

Sebelum bertolak kata ulia


Bandar dan anak diubah nama
Karena lama di alam Jata
Disangka mati hidup menjelma.

Bandar dinamai Pangeran Kalimpangan


Sahan dinamai Pangeran Ambong-Ambongan
Kemenakan dan cucu Galuh Ringan
Kebal dan kuat diilhamkan.

Segala alat telah tersedia


Kelimpangan berangkat sampai waktunya
Katilambung burung sedia orangnya
Mohon berangkat kepada bunda.

Tiada usah dipanjang walang


Kapal timbul menuju pulang
Lambaian tangan berulang-ulang
Permukaan laut lagi dipandang.

Kapal pangeran terus berjalan


Singgah dimana teman memesan
Waktu ia mulai perjalanan
Hadiah kawan tentu didapatkan.

Kapal cepat berjalan segera.


Rapatan Rinji dilalui jua
Perlu singgah jua pemuda
Menyerbu perempuan mereka semua.

Rapatan binji agak gembira


Melihat saudara datang pula
Satu kapal besar dihadiahkannya

162
Tanda persaudaraan untuk selama.

Tiada lama pangeran di sana


Mohon pulang serta terimakasihnya
Kapal satu jadi dua
Lalu berangkat dengan segera.

Kapal maju sangat kesohor


Sampai pelabuhan Sultan Johor
Tepat di sana waktu lohor
Bersalaman dengan Sultan Johor

Salam pangeran menyatakan pulang


Sultan Johor baru tercengang
Tapi dalam hati tiada bimbang
Menghadiahkan satu kapal perang.

Kapal mustaid dan diterima


Dengan segala anak buahnya
Pangeran berangkat dengan segera
Memberi salam dan terima kasihnya.

Kapal cepat bukan kepalang


Sampai tempat Anak Kuda Palembang
Pangeran singgah menyatakan pulang
Juga dihadiahkan kapal perang.

Sungguh benar kata aulia


Pangeran banyak kapal jua
Hadiah banyak dari mana-mana
Tiga puluh sembilan buah jumlahnya.

Berlayar terus pangeran bestari


Lalu sampai Bandar Betawi
Syahbandar menyambut muka berseri
Sebab bertemu sahabat bahari

Pangeran tinggal tak berapa lama


Karena perlu berangkat jua
Mohon diri dan bersedia
Bandar Betawi tinggalkan jua.

Berlayar terus dengan selamat


Suara Kahayan telah terlihat
Kapal maju makin mendekat
Luwuk dalam Betawi menara cagat.

Tersebut kisah Luwuk Dalam Betawi


Temanggung tetap memangku negeri
Rasa takut di dalam hati
Melihat-lihat ada terjadi.

163
Meneropong ke hilir sang mata
Hati berdebar tiada terkira
Melihat kapal banyak jumlahnya
Siapa gerangan yang punya.

Timbul pertanyaan di dalam hati


Kapal siapa banyak begini
Apa maksud datang ke sini
Baik jahat tak diketahui

Dilambai dengan sapu tangan putih


Dibalas dengan lambaian putih
Lambaian merah lagi dialih
Balasan merah lagi dipulih.

Baru senang hati sang mata


Hati gembira dan bersabda
Harus negeri bersedia
Tamu agung dari luar negara.

Seluruh negeri berkemas-kemas


Menanti tamu kelihatan jelas
Kapal banyak indah berhias
Makin dekat menderu deras.

Hiruk pikuk sorak dan sorai


Menanda kapal telah sampai
Hampir tertutup muara sungai
Pelabuhan Temanggung tetap mengintai.

Kapal singgah di pelabuhan


Lalu turun sang pangeran
Diiringi putera nama Sahan
Berlenggang tangan beriring-iringan.

Kenaikan sang pangeran diusung


Oleh ayah yaitu Temanggung
Temanggung bimbang serta bingung
Tiada kenal anak kandung.

Bertemu dan berjabat tangan


Naik ke rumah diperkenankan
Tuan ini dari mana gerangan
Suka ke tempat kami pedalaman.

Saya bernama Pangeran Kalimpangan


Datang dari tengah lautan
Dari jauh hendak ke pedalaman
Mau menjual emas intan.

Satu lagi tugas dijalankan


Mau melihat segala kesenian

164
Kesenian Dayak anak Kahayan
Juga dagang ingin diperhubungkan

Temanggung tunduk timbul sesalan


Karena teringat anak pingitan
Masih hidupkah anak rupawan
Jika hidup tentu bersamaan.

Saya bernama Temanggung Kepala


Menanggung rindu setiap masa
Karena teringat akan putera
Telah menghilang beberapa lama.

Jika ada anak rupawan


Rupa mirip dengan pangeran
Tetapi maklum kehendak Tuhan
Anak kekasih telah kehilangan.

Oleh sebab itu tuan pangeran


Tuan suka datang ke pedalaman
Anak hilang tuan gantian
Tinggal di sini kita bergurauan.

Sebegitu terpedaya temanggung bestari


Tiada mengenal anak sendiri
Pangeran juga tak mau berperi
Memberi tahu akan diri.

Temanggung dengan tuan pangeran


Hidup damai berkasih-kasihan
Cuma ada satu kesalahan
Tiada kenal anak pilihan

Apa lagi pangeran Ambong-Ambongan


Tiada tahu segala keterangan
Tiada kenal nenek kesayangan
Karena ayah tak beri pandangan.

Berhenti di sini Temanggung Pangeran


Ayah saling tak mengenalkan
Mereka hidup dalam keraguan
Cerita lagi saya lanjutkan.

BANDAR PANGERAN KAWIN KEMBALI

Tersebut kisah Bereng Kalingu


Puteri cantik bertambah mutu
Bertarung cantik ke hilir hulu
Kaya miskin datang membantu.

Semua datang besar ingin

165
Dengan tuan puteri ingin kawin
Mereka mau puteri tak mau
Sebab puteri kepunyaan orang lain.

Demikian ramai Bereng Kalingu


Orang banyak ke hilir hulu
Gegap gempita dan menderu
Karena berfikir terburu-buru.

Mereka datang terburu-buru


Sebab datangnya kasai dulu
Padahal itu ada tertentu
Kepada Bandar suami dulu.

Berkisar lagi akan haluan


Timbul kisah Ambong-Ambongan
Bereng Kalingu hendak di jalan
Maksud hati hendak berjualan.

Diminta izin ayah pangeran


Mohon berjalan hendak berjualan
Kapal satu dimintakan
Rupanya ayah tak keberatan.

Kapal berangkat menuju Kalingu


Kapal cepat mendaru-daru
Orang Kalingu gempar menunggu
Heran melihat bagai terpaku.

Kapal sampai di Pelabuhan Dambung


Dambung menyambut sambil bingung
Kapal siapa ini mengunjung
Yang cepatnya seperti burung.

Kapal Ambong-Ambongan lalu singgah


Lalu naik tanpa perintah
Mendatang nenek dalam rumah
Tutur baik halus madah.

Saya datang mengambil kesempatan


Mau berdagang emas intan
Harap nenek tak keberatan
Saya berjalan ke kampung halaman.

Dambung kepala tak keberatan


Atas permintaan Ambong-Ambongan
Hilir mudik boleh di jalan
Kepentingan jual emas intan.

Mulailah Pangeran Ambong-Ambongan


Hilir hulu menjual intan
Sangat laku dalam pendapatan

166
Harga pantas tak ditawarkan.

Sangat laku jualan pemuda


Hampir keliling seluruh kota
Istana puri belum didatangnya
Menjual kain cincin pada bunda.

Diminta izin pada Dambung kepala


Untuk masuk istana pura
Akan berjual pada puteri juwita
Barang mahal atau berharga.

Dambung kepala tak berkeberatan


Memberi izin kepada pangeran
Menjual emas cincin berlian
Dalam pucuk mahligai lapisan.

Pintu Mahligai diketukkan


Oleh Pangeran Ambong-Ambongan
Ketuk didengar datang pertanyaan
Di luar itu siapa gerangan.

Saya ini orang muda gerangan


Datang dari seberang lautan
Maksud ke sini dapat keizinan
Dari Dambung kepala kerajaan.

Datang ke mahligai ada tujuan


Tujuan baik hendak berjualan
Menjual emas cincin intan
Barangkali puteri ada kemauan.

Mendengar itu pintu dibuka


Pemuda disilakan masuk jua
Disuruh duduk di kursi bunda
Tuan puteri lalu bersabda.

Duduklah tuan muda belia


Apakah yang tuan bawa
Ingin juga aku memeriksa
Barangkali ada ketuju mata.

Ambong-Ambongan membuka sekalian


Segala macam barang dagangan
Kain,emas,perak,intan berlian
Hampir tak ada yang ketinggalan.

Puteri melihat rupa tercengang


Diulur tangan serta memegang
Terikat hati dalam dua barang
Cincin intan serta selendang.

167
Tampak dalam ingatan puteri
Tiada lain barang bahari
Cincin selendang kepunyaan diri
Ditinggal di pondok waktu kembali.

Barang itu ditanya harga


Satu persatu pada pemuda
Pemuda ternganga dan terlena
Teringat akan pesan ayahnya.

Maaf aku tuan puteri


Akan barang yang tuan ingini
Tiada dijual pusaka asli
Terbawa dalam bebanku ini

Mendengar hal keadaan berita


Tuan puteri lalu bertanya
Barang ini dimana anaknda dapatnya
Harap ceritakan pada saya.

Ambong-Ambongan termenung sebentar


Akan menjawab puteri yang pintar
Duduk beralih gerak berkisar
Lalu berkata dengan sabar.

Maafkan aku puteri Juita


Asal mula barang diminta
Tiada dapat aku mengurai semua
Dari awal sampai akhirnya.

Saya bernama Pangeran Ambong-Ambongan


Datang dari seberang lautan
Pesan ayah disuruh berjualan
Dua ini dilarang jualkan.

Dilarang jual kedua-duanya


Pesan Ayah ada orang punya
Aku tidak mengetahui tempatnya
Entah di kayangan atau dunia.

Ayahku ada saja menanti


Di Lubuk Dalam Betawi
Tinggal sabar dan mencari
Apakah rahasia belum diketahui

Sedemikian aku dapat cerita


Selendang serta cincin permata
Kepastian lain belum ternyata
Hanya ayah yang waspada.

Puteri termenung dalam hati


Pada selendang kepunyaan diri

168
Cincin intan juga peri
Yang ditinggalkan zaman bahari.

Tetapi puteri tak putus harapan


Tentu ini anakku Sahan
Rahasia ini dapat ditahan
Nanti dibuka hari kemudian

Sampai di sini puteri saksikan


Senyum simpul tanda kegembiraan
Kasai panarung ada harapan
Maksud baik dikabul Tuhan.

Melihat hal yang sedemikian


Pangeran muda izin berkemasan
Mohon diri kepada Tuan
Selendang cincin dikumpul kalian.

Berkisar sebentar jalan cerita


Pangeran turun dari istana
Sampai di tanah lalu dinista
Oleh pemuda dan orang tua.

Apa sebab pangeran dicerca


Karena beliau dicurigai
Pekerjaan salah di istana
Itulah sebab musababnya.

Oleh sedemikian hal keadaan


Pangeran marah tak terperikan
Bulu menggerutu dan bergetaran
Mandau siap ada tantangan.

Tapi semua tiada lalai


Perbuatan pangeran lekas dilerai
Adat perbaikan harus dipakai
Dengan ringkas semua damai.

Begitu semua sudah selesai


Pangeran turun kapal dipakai
Kapal kembali tangan melambai
Pada Kalingu sahabat disemai.

Kapal berkisar buritan haluan


Kapal burung lancar jalan
Dalam Betawi telah kelihatan
Tampak menara banyak berjongkokan.

Kapal sampai tiada dipanjangkan


Temanggung kepala punya pelabuhan
Pangeran bertemu dengan kawan
Kepada ayah diberitahukan

169
Pangeran Kalimpangan lama tinggal
Luwuk Batawi negeri asal
Sayang ayah belum kenal
Akan anaknya punya ihwal.

Pangeran Kalimpangan juga tak mau


Akan dirinya tak diberi tahu
Dengan jalan ia mau
Berupa cara atau lagu.

Pada sewaktu waktu tegang


Pangeran Kalimpangan lalu bertandang
Kepada ayah Temanggung Gedang
Maksud hati hendak dibentang.

Lalu berangkat sang pangeran


Akan bertemu ayah kalian
Tamanggung siap di ruangan
Silahkan masuk anak lautan.

Pangeran Kalimpangan angkat bicara


Tinggal di sini aku lama
Ingin melihat sebagaimana
Kesenian di sini maksud semula.

Segala kesenian dihajatkan


Berupa tari atau balian
Pesta sedikit untuk pertemuan
Antara kita bersebelahan.

Nomer satu kehormatan saja


Kepada penduduk seluruh kota
Saling mengenal dari dekatnya
Kampung hulu hilirnya.

Temanggung menjawab berhati ria


Lebih dulu ada rencana
Kemauanku membuat pesta
Segala kesenian tanda bersua.

Maksud mereka bersatu padu


Tiada memakan waktu dan tempo
Alat diperlengkap satu persatu
Lusanya lagi akan berlaku.

Alat dan orang semua dikumpulkan


Balian tujuh disediakan
Bahan lain tiada ketinggalan
Bahan pantan tak dilupakan.

Tiada ketinggalan Nyai Indu Mating

170
Untuk keindahan Katil Garing
Suara berirama serta nyaring
Itu balian bahu bersanding

Seluruh Kalingu diundang lalu


Baik hilir sampai ke hulu
Gadis dara janda balu.
Puteri istana juga ditunggu.

Setelah Mustait alat sekalian


Orang datang puluh ribuan
Ingin melihat orang lautan
Bagaimana rupa atau tampan.

Pesta besar sudah mulai


Ramai benar tak terperi
Baik joget atau tari
Selalu menarik samasekali.

Dentuman meriam bertubi-tubi


Selama pesta empat puluh hari
Akan akhirnya akan didekati
Di sini lebih akan dimeriahi.

Adapun akan hari penghabisan


Permohonan pantan dilakukan
Pangeran Kalimpangan berkewajiban
Segala sesuatu perlu diceritakan.

Pemotongan pantan akan berlaku


Pakaian kebesaran pangeran tentu
Di dalam disambut puteri ratu
Sinar Intan Bereng Kalingu.

Tiada usah dipanjang madah


Pangeran mencabut mandau bertatah
Berbulu tanduk rusa merkah
Berbulu rambut kuning merah.

Sarung mandau berukir-ukiran


Pelangi timbul bersambutan
Lintah lemah berisapan
Diikat rotan kehitam-hitaman.

Mata mandau sangat hebat


Sepuluh tahun tak dimakan karat
Bertatah emas dua puluh empat karat
Segala musuh tak berani dekat.

Bertalikan rotan dari anyaman


Berkeliling pinggang tempat lekatkan
Giring-giring gemerincing tambah perhiasan

171
Mandau bagus tempat kesayangan.

Sampai di sini tandak mandau berlaku


Agar jangan sampai menjemu
Potongan pantan mulai berlaku
Pangeran mulai satu persatu.

Diangkat mandau tetek ke hulu


Mudah-mudahan Luwuk Batawi maju
Diangkat mandau tetek ke hilir
Mudah-mudahan Luwuk Betawi Cipta mahir.

Diangkat mandau lalu merendah


Mandau jatuh di tengah-tengah
Pangeran Kalimpangan lalu berkisah
Penghidupan beliau nyata syah

Dengan hebat suara pangeran


Waktu dia memotong pantan
Diseling juga air minum
Menambah merah muka sultan

Siapa memberi air yang memabukkan


Sumbu Kurung punya bikinan
Agar pangeran banyak perkataan
Supaya diketahui rahasia badan.

Sambil menetek pantan berkata-kata


Karena hal itu memang diminta
Oleh puteri seri kulamal
Lalu pangeran buka bicara.

Apa yang kucerita Amban Balanga


Apa yang kutuntun pantan haur
Adapun aku ini asal mula
Ialah Bandar anak yang kesohor.

Oleh karena kurang kelakuan


Oleh ayah aku diasingkan
Di danau Karang tempat korban
Coba dengar aku ceritakan.

Di danau Karang beberapa bulan


Lalu ditimpa bahaya kelaparan
Jika tak ada pertolongan Tuhan
Tentu jiwa jua kehilangan.

Waktu kelaparan datang mendekati


Lalu datang tuan puteri
Kalau aku tidak lupa di hati
Kami lalu sehidup semati

172
Karena berkat Tuhan yang kaya
Dapat anak laki-laki seperti boneka
Sahan namanya saya tak lupa
Adalah dia di sisi kita.

Adapun akan perasaan diri


Jika aku tak lupa sekali
Tentu di muka ini puteri
Yang mengikat janji zaman bahari

Kemalangan itu tak dapat diduga


Hidup kami tetap bercinta
Kelaparan lagi tak mau membina
Waktu itu puteri diambil ayahnya.

Cuma aku tinggal serta Sahan


Susah mengembara dalam hutan
Cuma sedikit barang peninggalan
Cincin, selendang susu sepinggan

Bahaya maut dekat dirasa


Segala sesuatu kami lupa
Berkat kasihan bapak Jata
Rupanya kami hidup menjelma.

Pertolongan Jata serta kawan


Kepada kami berdua Sahan
Hingga dapat tujuan pelajaran
Dapat sampai seberang lautan

Hidup di atas dan di bawah


Sebeginilah satu kisah
Galuh Ringan akhir berpisah
Ingatan tepat tiada salah.

Pengaruh Kasai Panarung datang membingung


Yang dibuat oleh Sumbu Kurung
Memukul hebat kena jantung
Paksa pulang seperti didorong.

Bertambah lagi aku berkata


Wahai puteri sekeluarga
Aku ini Bandar purba
Harap jangan salah raba.

Sampai di sini dengan kasihan


Oleh sayang Maha Besar Tuhan
Hal ku aku sangkalkan
Aku katakan anak lautan.

Gemuruh bunyi sorak dan sorai


Segala rakyat adat dipakai

173
Pembicaraan Bandar besar dinilai
Perasaan mereka benar yang diurai.

Hampir pingsan Tamanggung kepala


Ibu dan bapak sekeluarga
Karena mendengar tampan berita
Anak kandung hidup menjelma

Permaisuri tak lupa ingat


Diambil beras kuruk semangat
Riang hati sangat hebat
Disangka mati hidup dilihat,

Temanggung Dambung sangat gembira


Anak dan cucu dicium berdua
Terkenang salah menyesal mereka
Itu perbuatan Temanggung kepala

Sumbu Kurung puteri pingitan


Senyum simpul dan kegembiraan
Bandar dikenal dan ketahuan
Tanda dibawa muda pangeran.

Karena mendengar beberapa pasal


Keterangan pangeran punya perihal
Temanggung rupanya sangat menyesal
Mengasing anak sampai tak dikenal.

Karena perbuatan yang sedemikian


Temanggung baru sadar ingatan
Terhadap anak sangat kemaluan
Pekerjaan begitu dikutuk Tuhan.

Tiada aku panjangkan cerita


Temanggung menyesal tiada terkira
Lamanya pesta ditambah jua
Untuk kehormatan pada putera,

Berpuluh sapi yang tambun-tambun


Disembelih perlu untuk mengampun
Sebab salah Temanggung menyusun
Kepada anak minta ampun.

Anakku Pangeran sang nata


Kutambah lagi akan pesta
Aku ingin akan bersuka-suka
Anakku hilang datang pula.

Karena aku besar kesalahan


Karena perbuatan yang bukan-bukan
Pesta besar untuk kerapatan
Anak dan bapak berampunan.

174
Bandar tersenyum sambil berdiri
Tegas ia membuka peri
Sekali-kali aku tak menyalahi
Perbuatan keadaan yang dilalui

Barangkali itu satu ajaran


Berat ringan harus dirasakan
Kira-kira jika tak sedemikian
Segala maksud tak disampaikan.

Temanggung Bandar sangat gembira


Akan pesta dilangsungkan segera
Ramai negeri tak terkira
Riuh sorak gegap gempita.

Keramaian berlaku empat puluh hari


Meriahnya hebat tak terperi
Seluruh rakyat gembira sekali
Sebab datangnya Bandar bestari.

Makan minum puas selalu


Sapi berendi minum dulu
Supaya menari jangan malu
Baik rakyat atau penghulu.

Keramaian Temanggung hampir selesai


Waktu sampai serta usai
Temanggung dan anak telah damai
Akan menghadap waktu permai.

Berubah lagi haluan tuju


Tersebut puteri Bereng Kalingu
Sesudah usai pesta saudara ibu
Lalu pulang menuju Kalingu

Setelah sampai Mahligai puteri


Duduk termenung seorang diri
Mengingat keadaan telah terjadi
Ketika Bandar jadi suami

Tetapi apa hendak dikata


Sudah menjadi kehendak oleh bapak
Dengan pangeran berpisah rupa
Tetapi sekarang lowongan terbuka.

Hati tetap duduk bercinta


Kepada pangeran anak kepala
Kasai panarung tentu memakan
Akan membuka hati saudara.

Siang malam puteri mendoa

175
Agar pangeran lekas berdua
Dengan puteri yaitu janda
Yaitu Sahan empunya bunda.

Banyak keluh kesah puteri


Tiada usah aku panjangi
Agar cerita lancar lagi
Kepada Bandar beralih lagi.

Tersebut lagi Temanggung kepala


Setelah mendengar keterangan ananda
Timbul maksud di dalam dada
Mengembalikan puteri dengan mahkota.

Maksud ini diberi tahu


Kepada permaisuri yaitu ibu
Hal ini memang dari dulu
Dihadat ibu akan mempersatu.

Tetapi harus kita beritahukan


Maksud ini kepada pangeran
Agar jangan jadi sesalan
Jika sudah dipertemukan.

Temanggung berputar dan berbicara


Pada pangeran tujuh kata
Ada maksud ibu dan bapak
Mempersatu pangeran dengan seri kepala.

Apa salahnya ibu dan bapak


Mempersatukan aku dengan seri kemala
Lebih baik dulu ditanya
Datang ke rumah Dambung kepala.

Baiklah kata anakku pangeran


Dengan Dambung diadakan persetujuan
Agar mengetahui adat jalan
Akhirnya tidak berkesalahan.

Temanggung serta permaisuri


Disambut dengan ramah tamah
Tutur kata serba sembah
Apakah kabar Dambung bertitah.

Sambil bercakap dan berbicara


Lalu keluar serutu manila
Ditambah lagi air kahwa
Makan minum tidak lupa.

Tiada lupa mereka berkelakar


Tentang keadaan nasib Bandar
Kekayaan banyak didapat berlayar

176
Banyak kapal kecil besar.

Temanggung telah menyesal tentu


Telah membuat anak begitu
Akan membuang sesal dan malu
Kepada anak telah mengaku.

Banyak dan ramai akan perkataan


Dambung Temanggung beramahan
Temanggung bermadah ada tujuan
Kami berkunjung ke rumah tuan.

Tiada lain aku cerita


Karena kita telah mendengarnya
Antara pangeran dan seri kemala
Waktu dulu telah berdua.

Tetapi karena salah anggapan


Mereka lalu berpisahan
Sebab menurut kehendak Tuhan
Sekarang perlu dikembalikan.

Timbul maksud di dalam hati


Akan mempersatu mereka kembali
Wahai Dambung ayah puteri
Harap dijawab pertanyaanku ini.

Dambung menjawab tiada halangan


Tanya pada puteri pingitan
Apakah permintaan adat jalan
Kita sama mengetahui aturan

Temanggung berangkat serta permaisuri


Langsung masuk istana puteri
Istana diketuk memberi tahu diri
Lalu disambut dayang puteri.

Pintu dibuka disilahkan masuk


Puteri tersenyum serta mengangguk
Alamat di hati tentu tertumbuk
Bakal mentua disilahkan duduk.

Lemah lembut nyai berbicara


Pada puteri lalu berkata
Maaf jika salah kata
Maklum bibi orang tua.

Karena aku masuk ke dalam


Niat di hati ada di dalam
Mau mengikat permata nilam
Dapat saja anakku menyelam.

177
Mengembalikan persahabatan dahulu
Anakku puteri putera yang lalu
Agar berdua lagi bersatu
Sebagai emas mengikat batu.

Jika puteri salah mengira


Tiada mengikat anak kepala
Tentu lenyap tutur cerita
Harap jangan ditolak kata.

Puteri menjawab sehat ingatan


Diambil pandak puteri jawaban
Akan permintaan ibu berduaan
Sungguh tak ada halangan.

Ada lagi jangan dilupakan


Yaitu segala adat jalan
Yang aneh serta bukan-bukan
Hal ini diketahui Bandar semuaan.

Sedemikian permintaan beta


Yang lain tentu tak ada
Tiada berhalangan apa-apa
Jajuran dari laut samudera.

Jajuran ada satu persatu


Tak usah disebut satu demi satu
Nanti ditunjuk waktu berlalu
Agar umum jadi tahu.

Sedemikian permintaan puteri.


Lalu ayah membuat janji
Tiada lama janji dibuat
Cukup lama tujuh hari.

Setelah selesai meminang puteri


Permaisuri mohon diri
Turun meninggalkan istana puteri
Agar cepat persediaan kenduri.

Temanggung isteri terus berangkat


Dengan kapal sangat cepat
Pelabuhan temanggung tempat rapat
Naik membawa kabar yang sehat.

Perjalanan mereka dicerita


Kedatangan semua diterima
Harus siap tujuh hari lama
Bermacam-macam jujuran dibawa.

Segala sesuatu tak berhalangan


Semua jujuran ada di tangan

178
Semua ada di tangan pangeran
Itu pesan puteri katakan.

Pangeran mendengar tersenyum simpul


Karena jujuran ada terkumpul
Nanti dibuka waktu berkumpul
Galuh Ringan telah menyimpul.

Berkisar lagi segala urusan


Dambung menyedia segala peralatan
Cukup lengkap besar-besaran
Cahaya Kalingu bersinar-sinaran

Cukup lengkap alat keperluan


Mengenai pesta dan keramaian
Orang diundang puluh ribuan
Sapi kerbau disediakan

Setelah lengkap semuanya


Kepada temanggung disiarnya
Kami menunggu akan saatnya
Begitu pesan Dambung kepala.

Sampai janji tujuh hari


Bandar berangkat ditepati
Kecil besar kapal dihiasi
Berkat pangeran kaya sekali.

Dilihat tanda serta alamat


Kapal berangkat banyak sangat
Gemuruh meriam tanda hebat
Lalu berjalan dengan selamat.

Segala macam alat kesenian


Balian juga tari-tarian
Tiada satu yang ketinggalan
Beragam corak baju pakaian.

Hampir sedikit aku lupa


Teman Bandar waktu muda
Simbun, Umbun, nama berdua
Awak tangkas diperhias rupa.

Karena waktu Bandar diasingkan


Mereka berdua dipisahkan
Sebab itu tak ikut pelajaran
Tak merasa asin lautan.

Berhenti di sini kawan dua orang


Banyak orang berkumandang
Kapal cepat sebagai terbang
Bereng Kalingu telah dipandang.

179
Sesudah dekat Kalingu pelabuhan
Meriam di kapal empat puluh dentuman
Tanda dekat pengantin pangeran
Seakan-akan minta balasan.

Kapal sampai sudah rapat


Dentuman meriam dari darat
Bergoyang bumi sangat hebat
Jika kurang hilang semangat.

Pengantin naik lalu berhias


Kopiah tinggi berumbai emas
Biar dilihat dengan sepintas
Menanda berani dan tangkas.

Di cerita indah baju pakaian


Di atas bahu bersampaian
Emas berumbai tanda kebesaran
Sungguh pantas jadi pangeran.

Pantas dilihat alas kaki


Kulit diamak kulit sapi
Berkilap-kilapan rupa disinari
Jika diayun melangkah kaki.

Cukup lengkap segala pakaian


Di jari manis tampak berkilatan
Cincin pusaka yang ditinggalkan
Juga menambah cahaya pangeran.

Pengantin maju mengayun langkah


Mendekat pantan siap sudah
Di situ Bandar lalu bermadah
Mencerita hidup selama berpisah.

Segala perkataan sama dahulu


Cuma ditambah satu persatu
Cincin Intan selendang bungsu
Serta jujuran cukup tentu.

Pengantin masuk terus ke dalam


Lalu duduk di atas tilam
Sampai di sini pangeran bersemayam
Duduk teratur serta diam.

Adat Kaharingan tak dibuang


Bahasa asli ialah haluang
Adat jalan semua diterang
Mundur maju suara garang.

Akan ketentuan segala jujuran

180
Tak usah aku terangkan
Semua pemberian Galuh Ringan
Semua tunai untuk jujuran.

Lalu jujuran dibayar akan


Kepada Luang kepala kawan
Wali puteri dalam Keadatan
Bandar membayar sekalian.

Akan meriah pesta puteri


Banyak disembelih korban sapi
Diberi makan dua kali sehari
Selama keramaian empat puluh hari,

Adapun kata sahibul hikayat


Seluruh negeri ramai hebat
Tari joget amat hangat
Menginum baram mengubah ingat.

Sesudah sampai empat puluh hari


Tuan puteri lalu disandingi
Tampak wajah berseri-seri
Seperti bulan dan matahari.

Sumbu Kurung Bereng Kalingu


Walaupun sudah lama balu
Tiada kalah seluruh Kalingu
Pantas bersatu Bandar Penghulu.

Bandar serta Sumbu Kurung


Duduk bersanding di atas gong
Memenuhi adat tiada bingung
Duduk tegak tiada condong.

Berdentum mariam empat puluh kali


Waktu Bandar bersanding diri
Mereka disah dua sejoli
Adat berdiri jadi saksi.

Kedua tangan rapat memegang


Telunjuk tegang memegang sawang
Adat lengkap tiada kurang
Sorak sorai orang memandang.

Dicerita juga tentang keindahan


Tuan puteri anak rupawan
Jambul besar anak perhiasan
Cucuk sanggul bermata intan.

Lagi pada Kalingu nian


Subang emas permata berlian
Rupa bagus tiada melawan

181
Siapa melihat tentu menyilaukan.

Penuh leher berkalung rantai


Beriris banyak untuk dipakai
Berbatu intan besar nilai
Menambah cantik puteri mempelai.

Baju indah serta berkembang


Tenunan anak Jata Sangiang
Bertambah wajah jika dipandang
Pantas menutup dada yang bidang.

Sampai lagi sarung pakaian


Memakai batik mahal jualan
Babat pinggang menguatkan
Sungguh indah jarang bandingan.

Telapak kaki juga dihias


Sepatu kembang berair emas
Jika berjalan rupa pantas
Siapa melihat tiada cemas.

Gelang emas pada pergelangan


Permata mahal intan berlian
Rupa memancar jika diayunkan
Patut bersanding anak sultan.

Tampak ada di jari manis


Cincin ular beriris-iris
Di jari lain beragam jenis
Cincin emas berkembang manggis.

Sedang di sini tentang perhiasan


Segala macam ada yang kelupaan
Yang berkuasa dapat menyempurnakan
Selagi apa yang ketinggalan.

Segala jujuran diserahkan


Kepada puteri ibu Sehan
Segala adat diselesaikan
Mempelai senang hidup bersatuan.

Juga harus jangan lupa


Simbun Umbun kawin juga
Ngambun Hawun isterinya
Hidup senang tiada terkira.

Bandar, Sumbu, hidup rapi


Segala keadaan selalu diberkati
Aman damai dalam negeri
Ayah tua Bandar pengganti.

182
Ayah tua Bandar memerintah
Rezeki naik serba bertuah
Sahan turut membela ayah
Aman damai tiada susah.

Segala tamu pulang semua


Mau miskin atau kaya
Sampai di rumah selamat sejahtera
Tiada satu kena apa-apa.

Habislah Bandar punya kisah


Bertanya mohon ia menganugerah
Jika kurang atau salah
Mohon maaf akan kisah.

Sungguh tamat akan kisah


Menyusun kata tunduk tengadah
Sukar adanya tiada mudah
Menggerak tangan menggetar lidah.

Jika salah aku membentang


Banyak lebih atau kurang
Harap Bandar jangan bimbang
Ilmu di dada sangat kurang.

Mohon Bandar memperbaiki


Dari Luwuk Dalam Betawi
Kepala kawan sekalian kami
Yang rajin membaca buku ini.

Maaf aku wahai pembaca


Mengarang sangat kurangnya
Cuma hati saja memaksa
Bergetar tangan waktu bermula.

Lagi aku tiada lupa


Jika ada cacat cela
Akan susunan tutur bicara
Siap menunggu akan pembela.

Habis kisah syair dan nalam


Cerita orang zaman yang silam
Benar tidak alahu alam
Cuma akal dapat menyelam.

Akhirul Kalam saya ucapkan


Kepada sekalian pembaca budiman
Salam saya anak Kahayan
Sekarang tinggal berkelamaan.

183
Tambahan 3

BUKIT BATU

184
Bukit Batu yang kini lebih dikenal dengan nama Pertapaan Pahlawan Nasional Tjilik
Riwut, terletak di daerah Kalimantan Tengah. Saat ini oleh Pemerintah Daerah
Kalimantan Tengah tempat tersebut telah ditetapkan sebagai objek wisata spiritual.

1. Asal Usul

Cerita panjang yang melatar belakangi munculnya pertapaan Bukit Batu tersebut
diawali dengan kisah seorang penduduk desa Tumbang Liting yang bernama Burut
Ules. Ia seorang yang bakaji . Pada suatu hari, seorang diri ia pergi menuju ke suatu
tempat untuk membuka lahan perladangan. Tanpa kawan, ia kerja keras, membabat
hutan, membangun pondok untuk tempat beristirahat, tanpa melupakan tradisi
leluhurnya yaitu memohon izin terlebih dahulu kepada segala mahluk yang tidak terlihat
oleh mata jasmani, penunggu daerah tersebut.

Suatu siang ketika Burut Ules merasa lelah, beristirahatlah ia sejenak di bawah sebuah
pohon rindang yang tinggi dan telah berusia ratusan tahun. Dengan posisi tiduran
sambil berbantalkan tangan, matanya menerawang jauh ke depan. Matahari bersinar
terik, namun karena berada di rimba raya, sepoi-sepoi angin menyentuh lembut
kulitnya, sejuk terasa, dan kantuk mulai datang menyerang. Akan tetapi ketika Burut
Ules nyaris terlelap, ia terperanjat dan langsung melompat bangkit.

Dilihatnya tujuh perempuan cantik yang sangat menawan turun dari langit langsung
menuju telaga yang ada didekatnya. Saat itu hujan rintik-rintik namun matahari masih
bersinar dengan teriknya. Menyaksikan hal tersebut dengan mengendap-ngendap
Burut Ules mendekati telaga. Sambil bersembunyi ia mengintip rombongan kecil
tersebut. Gadis-gadis itu langsung membuka pakaian, besaluka tanpa penutup dada,
dan terjun berenang, ceria, penuh tawa canda nan meriah.

Burut Ules terpana, mata tak berkedip menyaksikan pemandangan itu. Salah seorang
yang nampak paling muda dalam kelompok itu, gerak geriknya membuat Burut Ules
sangat terpesona. Tanpa sepengetahuan si gadis, matanya menatap tajam ke arah
sang dara. Saat itu juga Burut Ules langsung jatuh cinta.

Setelah puas mandi dan berenang, kelompok kecil itu naik ke darat, kembali
berpakaian dan melompat ke angkasa menuju langit. Sejak saat itu Burut Ules menjadi
susah, resah, gelisah. Ia sangat menyesali dirinya mengapa pada saat itu tidak
langsung memeluk si perempuan bungsu yang sedang mengenakan pakaiannya seusai
mandi, padahal jarak antara mereka tidak jauh. Rasa sesal tersebut sangat
menderanya hingga tidur tak nyenyak makan pun ia tak kenyang.

Suatu hari ketika matahari sedang bersinar terik dan turun hujan rintik-rintik, bergegas
Burut Ules ke semak-semak menunggu dan mengamati telaga tempat idaman hatinya
mandi. Usaha dan penantiannya tidak sia-sia, tidak lama kemudian di angkasa terlihat
buah hatinya dengan saudara-saudaranya menukik menuju telaga. Menyaksikan hal
tersebut, jantung Burut Ules nyaris copot. Pelan-pelan Burut Ules menarik nafas
panjang untuk menenangkan diri.

185
Kemudian Burut Ules melihat adegan ulangan yang pernah ia saksikan. Ketujuh dara
yang baru tiba langsung membuka pakaian, dengan ceria terjun ke telaga, mandi
sambil berenang, penuh tawa ria. Namun ketika mereka menginjak tanah kembali untuk
berpakaian, ketika itu pula Burut Ules mendadak muncul diantara mereka dan serta
merta memeluk buah hatinya. Kepanikan pun terjadi, kelompok kecil tersebut tergesa-
gesa memakai pakaiannya masing-masing langsung lompat menuju langit dengan
meninggalkan si adik bungsu yang ketakutan dalam pelukan erat Burut Ules.

Ketika semua kakaknya telah pergi meninggalkannya, si bungsu berkata kepada Burut
Ules: “Mengapa aku kau sekap? Apa salahku? Dan apa maumu? Bila kau ingin
membunuhku, silahkan bunuh aku, aku tak akan melawan”.

Burut Ules tak mampu menjawab pertanyaan beruntun itu, ia hanya menjawab singkat,
bahwa ia mencintai dan ingin menikahinya. Si bungsu langsung membalas pelukan
Burut Ules dan resmilah mereka menjadi suami isteri.

Selanjutnya Burut Ules sibuk menyembunyikan pakaian yang pernah dipakai oleh
isterinya saat pertama mereka bertemu. Ia khawatir isterinya akan meninggalkannya
apabila pakaian tersebut dipakai lagi oleh isterinya. Untuk selanjutnya pakaian baru
yang terbuat dari kulit kayu, yang ia berikan kepada isterinya. Singkat cerita, isteri Burut
Ules hamil dan lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama... . Burut Ules hidup
bahagia bersama anak dan isterinya.

Suatu hari muncul seorang pemuda, mamut menteng, hitam, tinggi besar mengunjungi
keluarga itu. Isteri Burut Ules mengenalkan kepada suaminya bahwa pemuda tersebut
adalah salah seorang saudaranya yang datang untuk mengunjungi mereka. Burut Ules
menerima kehadiran pemuda tersebut dengan baik, bahkan pemuda itu diizinkan turut
menginap di rumahnya.

Namun, lama kelamaan Burut Ules merasa curiga karena setiap mandi di telaga,
mereka selalu pergi berdua, berenang ceria, dan hanya berdua. Anak mereka yang
masih bayi ditinggal begitu saja di gubuk. Rasa cemburu mulai muncul, namun apabila
Burut Ules menanyakan hal tersebut, isterinya selalu memberikan jawaban yang sama,
bahwa pemuda tersebut benar saudaranya.

Teguran untuk mandi renang berdua di telaga telah diberikan, namun acara renang
bersama tetap juga berlanjut. Timbul kemarahan Burut Ules.

Suatu hari, pada saat yang tepat, Burut Ules menikam pemuda hitam tinggi besar
tersebut dengan tombak hingga tewas dan seketika jasadnya gaib. Sekalipun tombak
yang dipakai untuk membunuh telah disembunyikan, namun hal itu diketahui juga oleh
isterinya.

Ketika Burut Ules pulang ke rumah, dijumpainya isterinya berdiri di hejan sambil
menggendong anak lelaki mereka satu-satunya. Ketika melihat Burut Ules datang,
dengan nada penuh duka isterinya mengatakan bahwa ia sangat sedih dan kecewa
karena suaminya tidak lagi mempercayainya bahkan tega membunuh saudaranya. Oleh
karena itu ia bertekad untuk pulang ketempat asalnya dengan membawa serta putra
mereka.

186
Sebelum pergi, masih sempat isterinya berpesan bahwa kelak dikemudian hari apabila
anak turunan Burut Ules membutuhkan bantuannya, maka anak semata wayang
mereka akan selalu siap membantu. Dikatakan pula bahwa kelak apabila anak mereka
telah dewasa, ia tidak dapat hidup dan berdiam di alam dimana ibunya berada karena
ayah dan ibunya berasal dari alam yang berbeda. Oleh karena itu apabila anak mereka
telah dewasa, ia akan kembali ke alam ayahnya. Setelah berkata demikian anak dan
ibu lenyap dari pandangan mata Burut Ules dan Burut Ules menjadi sedih tak terhingga.

Sesal kemudian tak berguna. Burut Ules mencoba bangkit dari kesedihannya. Hari-
harinya ia habiskan untuk kerja keras, letih tidur dan kerja lagi, kerja, kerja, dan terus
bekerja. Begitu seluruh waktunya ia lalui untuk bekerja mengurus ladang, menangkap
ikan, dan banyak kegiatan lain yang ia lakukan.

Waktu berlalu, sedikit demi sedikit Burut Ules mampu bangkit kembali dari kesedihan
akibat ditinggal pergi oleh isteri dan anaknya. Kemudian kawinlah ia dengan anak
Kutat. Dari perkawinan ini lahirlah dua orang anak, seorang laki-laki dan seorang
perempuan. Diyakini bahwa hingga kini Burut Ules tidak pernah meninggal dunia tetapi
gaib ke alam lain.

Suatu hari di Teluk Derep, Tumbang Kasongan, terdengar suara gemuruh halilintar
memekakkan telinga. Petir kilat sambar menyambar. Saat itu sebuah batu besar
diturunkan dari langit. Diyakini bahwa anak Burut Ules yang telah gaib bersama isteri
pertamanya, saat itu telah dewasa. Sesuai janji, apabila telah dewasa ia akan kembali
ke alam tempat bapaknya bertempat tinggal, maka janji itu telah ditepati. Batu yang
diturunkan dari langit yang kemudian terkenal dengan nama Bukit Batu diyakini sebagai
tempat kediamannya, walau tak terlihat dengan mata jasmani, namun ia ada di sana
sebagai Raja dan penguasa daerah tersebut.

2. Pertapaan Tjilik Riwut

Riwut Dahiang yang bertempat tinggal di daerah Sungai Sala, sangat mendambakan
anak laki-laki. Keinginan tersebut demikian kuat dan mendalam. Walau berkali-kali Piai
Riwut isterinya telah melahirkan anak, namun apabila anak laki-laki yang lahir, selalu
saja meninggal dunia dalam usia balita. Keinginan yang sedemikian kuat membawa
Riwut Dahiang bermohon dengan khusuk kepada Hatalla . Maka pergilah ia menuju ke
suatu tempat keramat yaitu Bukit Batu.

Di tempat itu Riwut Dahiang balampah dan bermohon untuk diberikan seorang putera
laki-laki. Wangsit yang diperoleh menyatakan bahwa kelak di kemudian hari putra lelaki
yang sangat didambakan itu akan mengemban tugas khusus bagi masyarakat sukunya.

Tanggal 2 Pebruari 1918, anak laki-laki yang sangat diharapkan lahir dengan selamat di
sebuah kebun durian Kampung Katunen Kasongan Kalimantan Tengah.

Sejak kecil oleh ayahnya, Tjilik Riwut sering diajak ke Bukit Batu sehingga bagi Tjilik
Riwut kecil tempat itu sudah tidak asing lagi baginya. Setelah melampaui usia balita,
ketika sedang bermain-main dengan teman seusia, terkadang Tjilik Riwut begitu saja
pergi meninggalkan teman-temannya menuju Bukit Batu. Entah apa yang ia lakukan
disana, tak seorang pun tahu.

Ketika menginjak usia remaja, Tjilik Riwut mulai mengikuti tradisi orang tuanya,
pergilah Tjilik Riwut seorang diri menuju Bukit Batu. Di Bukit Batu ia balampah. Wangsit

187
pertama yang ia peroleh mengarahkannya untuk menyeberang laut menuju pulau
Jawa. Ketika itu komunikasi dan transportasi dari pedalaman Kalimantan ke Jawa
amatlah sulitnya. Dapat dikatakan hanya impian. Jangankan ke pulau Jawa, menuju
Banjarmasin yang juga berada di pulau yang sama yaitu Kalimantan membutuhkan
perjuangan.

Tjilik Riwut tak kenal putus asa, halangan dan kesulitan yang menghadang ia anggap
sebagai tantangan. Segala macam cara telah ia lakukan baik berjalan kaki menerobos
rimba, naik perahu dan rakit, asalkan bisa mencapai pulau Jawa. Akhirnya sampai juga
ia ke Banjarmasin. Singkat cerita, ketika sampai di Banjarmasin, Tjilik Riwut berusaha
mendapatkan pekerjaan yang ada peluang untuk menghantarkannya ke Pulau Jawa.

Pada tahun 1942 di Banjarmasin, tengah malam ketika semua orang sedang tidur, Tjilik
Riwut bangun dari tidurnya dan langsung membangunkan kawan-kawannya yang
sedang terlelap tidur. Dengan begitu yakin Tjilik Riwut mengatakan kepada kawan-
kawannya bahwa ayahndanya Riwut Dahiang malam ini telah dipanggil Yang Kuasa.
Tentu saja semua kawan-kawannya terheran-heran, tak satupun yang percaya bahkan
mengira bahwa Tjilik Riwut sedang mimpi. Namun dengan mantap dan penuh
keyakinan sekali lagi ia mengatakan bahwa semua ini benar karena penguasa Bukit
Batu baru saja datang menemuinya menyampaikan pesan tersebut dan mengatakan
bahwa sejak saat itu Tjilik Riwut adalah teman terdekatnya.

Tjilik Riwut meminta teman-temannya untuk mencatat kejadian tersebut lengkap


dengan tanggal dan jam terjadinya peristiwa. Djainudin, Essel Djelau dan seorang
teman lagi langsung mencatat walau tidak begitu yakin bahwa apa yang dialami Tjilik
Riwut tersebut benar terjadi. Untuk mengecek kebenaran firasat tersebut hanya
mungkin apabila ada seorang warga yang berasal dari Kasongan datang ke
Banjarmasin. Saat itu komunikasi tidak semudah saat ini. Belum ada telepon, belum
ada layanan pos, pengiriman berita mungkin terjadi apabila ada kenalan yang datang
dari kampung halaman.

Suatu hari ketika seorang kawan datang dari Kasongan ke Banjarmasin, Tjilik Riwut
bergegas menanyakan keadaan orang tuanya. Memang benar pada saat firasat
dirasakan, pada saat itulah ayah tercintanya pergi menghadap ke hadirat Illahi.

Di masa Revolusi ketika Tjilik Riwut telah berhasil mencapai pulau Jawa bahkan telah
terlibat aktif dalam perjuangan menantang Belanda, dalam suatu kesempatan ia pulang
kampung dan balampah di Bukit Batu. Ia mohon petunjuk dalam perjuangannya
melawan penjajah. Dalam kesempatan itupun Tjilik Riwut bernazar untuk tidak menikah
sebelum Indonesia merdeka . Sesuatu ia peroleh begitu usai balampah yaitu sebuah
batu berbentuk daun telinga. Wangsit yang ia peroleh mengatakan bahwa batu tersebut
dapat digunakan untuk mendengarkan dan memonitor musuh apabila diletakkan pada
daun telinganya. Namun setelah kemerdekaan diperoleh oleh bangsa Indonesia, batu
telinga itu pun gaib.

188

You might also like