You are on page 1of 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Latar Belakang Masalah
Menjadi guru pada era sekarang ini tidaklah mudah, karena guru
sekarang dituntut untuk professional dimana konsekuensi seorang
professional haruslah disertai dengan kompetensi yang benar-benar
mengacu pada perkembangan teknologi, materi pembelajaran, media, dan
yang paling penting adalah guru juga harus dapat memahami karakteristik
peserta didik.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan
pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini didasari
oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, teori
peluang, analisis dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat
sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis. Kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,

1
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memilki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Namun dalam kenyataannya pencapaian tujuan tersebut menghadapi
banyak kendala, sehingga pencapaian prestasi belajar siswa tidak optimal.
Mata pelajaran di sekolah dasar yang selalu menjadi momok bagi siswa
adalah matematika. Hal ini menjadi problema tersendiri bagi guru. Dari
tahun ke tahun hasil evaluasi siswa hampir dikatakan tidak mengalami
perubahan bahkan selalu menempati posisi terendah dalam perolehan rata-
rata kelas dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Nilai hasil
ulangan matematika menunjukkan hasil yang sangat mengecewakan, atau
dengan kata lain tingkat ketuntasan penguasaan materi pada tiap sub
pokok bahasan pada mata pelajaran matematika masih sangat rendah,
termasuk pada kompetensi dasar operasi pengurangan bilangan bulat.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang saya
laksanakan sebagai Guru kelas IV SD Negeri 5 Depok Kecamatan Toroh
Kabupaten Grobogan pada tanggal 12 Januari 2010 materi “Penjumlahan
bilangan dan pengurangan bilangan bulat” sangatlah rendah. Dari 38 siswa
hanya 5 siswa yang mendapat nilai rentang 80-100, 10 siswa rentang nilai
60 -80, 15 siswa rentang nilai 40-60, dan sisanya 8 siswa mendapat nilai

2
kurang dari 40. Sehingga daya serap ketuntasan klasikal yang diperoleh
hanya 39,47 %.
Sebenarnya rendahnya prestasi siswa dalam pembelajaran
matematika ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kesalahan pola
pembelajaran, kondisi sekolah, kodisi lingkungan, latar belakang orang tua
dan kondisi keluarga siswa serta tingkat dukungan orang tua dalam
memotivasi siswa belajar. Selama ini peneliti dalam memberikan materi
pembelajaran tidak menggunakan alat peraga yang sesuai sehingga konsep
yang disampaikan masih terkesan abstrak. Padahal menurut Piaget, usia
anak SD antara 6-12 tahun berada dalam masa operasional konkrit serta
awal operasional formal (Sumantri; 2006: 15). Oleh karena itu penggunaan
alat peraga dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar sangat
diperlukan guna mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak. Selain
faktor tersebut, faktor teknik penyampaian materi ternyata sangat besar
pengaruhnya terhadap tingkat ketuntasan penguasaan materi. Selama ini
dalam menyampaikan materi peneliti sering tidak sabar dan ingin cepat-
cepat menyelesaikan materi yang sedang dibahas sehingga mengabaikan
proses berpikir siswa.
Kondisi SD Negeri 5 Depok bila dilihat dari segi sarana dan
prasasarana memang sudah cukup baik. Meskipun bangunan tetap masih
utuh sejak Inpres tahun75 tetapi masih terjaga dengan baik. Instalasi listrik
sudah tersedia dan halaman sekolah sudah dipaving. Tersedianya media
pembelajaran seperti komputer, tape recorder, televisi berwarna dan DVD
player makin mempermudah terciptanya proses pembelajaran yang efektif.
Sayangnya, keadaan sekolah yang demikian itu ternyata tidak didukung.
Peran serta masyarakat atau wali murid. Karena rata-rata wali murid SD
Negeri 5 Depok mayoritas adalah buruh tani dan lulusan Sekolah Dasar.
Kondisi orang tua siswa yang demikian, tentu saja sangat tidak
mendukung untuk pencapaian prestasi belajar siswa yang diinginkan.
Keadaan lingkungan sekolah dan latar belakang orang tua siswa seperti
yang sudah dikemukakan di atas sangat tidak mungkin peneliti pecahkan

3
sendiri. Butuh dukungan pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, peneliti hanya akan
sebatas memperbaiki pola pembelajaran. Peneliti akan meningkatkan
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika tentang operasi
pengurangan bilangan bulat dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran
melalui Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) yang
memfokuskan pada penggunaan mistar bilangan sebagai alat peraga dan
penerapan metode peragaan sebagai model pembelajaran. Peneliti
menyadari kemampuan mengajar yang peneliti miliki masih sangat
terbatas.
Penggunaan mistar bilangan sebagai alat peraga didasarkan pada
kajian pendapat Drs. Elang Krisnadi (2007; 1.11) tentang pengajaran
konsep operasi pada bilangan bulat seperti yang ditulis pada modul
pembelajaran matematika S1 UT. Sedangkan penerapan metode peragaan
didasarkan pada pendapat Dra. Sukewi Sugito dalam bukunya
Perencanaan Pengajaran (1994; 43).
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan peneliti tuangkan ke
dalam bentuk laporan. Laporan disusun berdasarkan rencana perbaikan
pembelajaran, catatan pelaksanaan pembelajaran yang peneliti buat, hasil
pengamatan yang direkam oleh teman sejawat serta hasil konsultasi dan
refleksi bersama pembimbing. Perbaikan pembelajaran dilaksanakan
dalam dua siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Siklus pertama tentang
Rencana Perbaikan Pembelajaran I, dan siklus kedua tentang Rencana
Perbaikan Pembelajaran II.
Laporan ini disusun dalam lima bab utama. Bab I Pendahuluan
yang berisi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Analisis
Masalah, Perumusan Masalah, Proses Penelitian Laporan, Tujuan
Penelitian, dan Manfaat Penelitian. Bab II berisi tentang Kajian Pustaka
yang berisi teori-teori yang mendukung penelitian. Bab III berisi tentang
Pelaksanaan Perbaikan Penelitian. Bab IV berisi Hasil Penelitian dan

4
Pembahasan yaitu membahas hasil-hasil dari penelitian yang sudah
dilaksanakan. Dan Bab V berisi Kesimpulan dan Saran

Perbaikan pembelajaran yang peneliti lakukan ini selain untuk


mengoptimalkan hasil belajar siswa, juga dimaksudkan untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PGSD
4412) pada Program S1 PGSD yang sedang peneliti tempuh.

2. Identifikasi Masalah
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang peneliti
laksanakan sebagai Guru kelas IV SD Negeri 5 Depok Kecamatan Toroh
Kabupaten Grobogan pada tanggal 12 Januari 2010 materi “Penjumlahan
bilangan dan pengurangan bilangan bulat” sangatlah rendah. Dari 38 siswa
hanya 5 siswa yang mendapat nilai rentang 80-100, 10 siswa rentang nilai
60 -80, 15 siswa rentang nilai 40-60, dan sisanya 8 siswa mendapat nilai
kurang dari 40. Sehingga daya serap ketuntasan klasikal yang diperoleh
hanya 50 %. Selama pembelajaran berlangsung siswa hanya
memperhatikan penjelasan guru dan mengerjakan lembar kerja siswa
dengan meniru contoh penyelesaian yang diberikan guru. Para siswa
bersikap pasif hanya menerima ilmu, siswa tidak diarahkan menemukan
sendiri cara menyelesaikan soal. Berdasarkan hal tersebut peneliti
melakukan refleksi diri dengan mencoba mengingat apa yang telah peneliti
alami pada saat proses pembelajaran yang telah peneliti laksanakan.
Dari hasil refleksi yang peneliti laksanakan maka masalah
mengapa hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat tidak memuaskan dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Rendahnya tingkat penguasaan siswa dalam memperagakan operasi
pengurangan bilangan bulat di papan tulis dengan bantuan garis
bilangan.
2. Rendahnya tingkat penguasaan siswa dalam memahami prinsip-prinsip
kerja garis bilangan.

5
3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dari peneliti
4. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tentang
operasi pengurangan bilangan bulat.
3. Analisis Masalah
Sudah menjadi hal yang biasa jika siswa SD mengalami kesulitan
dalam menguasai pelajaran matematika khususnya operasi pengurangan
bilangan bulat. Menurut Elang Krisnadi (2005; 1.29), hal ini kemungkinan
besar disebabkan karena banyaknya buku-buku pelajaran matematika
ataupun guru-guru yang mengajarkannya tidak memperhatikan dengan
benar prinsip-prinsip kerja dari garis bilangan. Selama ini pula, peneliti
dalam mengajarkan konsep operasi bilangan bulat sering mengabaikan
prinsip-prinsip kerja garis bilangan dan masih tetap menggunakan cara-
cara lama yang ternyata menurut peneliti memang sangat membingungkan
siswa. Siswa sangat sulit memahami operasi pengurangan bilangan bulat
apabila memakai cara-cara lama. Tapi apa boleh dikata, faktanya memang
justru buku-buku pelajaran matematika SD kelas IV yang banyak beredar
di pasaran ternyata masih menggunakan cara-cara lama. Maka dari itu
dalam menyelesaikan operasi bilangan bulat, guru dan siswa harus terlebih
dahulu memahami prinsip-prinsip kerja garis bilangan. Di samping itu,
peneliti juga sering melakukan kesalahan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Metode yang peneliti pilih sering tidak sejalan dengan
materi yang sedang dibahas saat itu.
Dari identifikasi masalah di atas akhirnya peneliti kembali
merenung untuk menganalisis masalah-masalah diatas dan akhirnya dapat
diketahui bahwa faktor-faktor penyebab rendahnya hasil belajar pada mata
pelajaran Matematika materi operasi hitung bilangan bulat adalah sebagai
berikut :
a. Peneliti terlalu cepat dalam menyampaikan materi pelajaran
b. Peneliti kurang menggunakan variasi dalam pembelajarn
c. Peneliti tidak menggunakan alat peraga dalam menyampaikan
konsep.

6
d. Peneliti masih menggunakan cara-cara lama yang masih
konvensional dan bersifat abstrak
e. Guru kurang kreatif dalm mengembangkan materi pelajaran
sehingga siswa tidak terlibat aktif
f. Peneliti kurang sabar dalam menyampaikan materi dan terlalu
tergesa-gesa.
g. Peneliti kurang tepat dalam memilih metode pembelajaran

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas akhirnya akhirnya timbul permasalahan
yang dideskripsikan sebagai berikut : “Bagaimana penggunaan mistar
bilangan dengan metode peragaan untuk menanamkan konsep operasi
hitung bilangan bulat siswa kelas IV SD Negeri 5 Depok”.
Dengan mengacu pada permasalahan yang telah saya rumuskan
maka saya merencanakan perbaikan pembelajaran dengan membuat
Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I mata pelajaran Matematika dan
IPS yang akan saya gunakan dalam mengajar di kelas IV semester II di SD
Negeri 5 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan pada tanggal 18
Januari 2010 supaya hasil belajar siswa dapat meningkat. Tidak lupa saya
akan melibatkan teman sejawat untuk melakukan ovservasi tentang
pembelajaran yang saya lakukan di kelas untuk kemudian hasil ovservasi
akan saya gunakan untuk melakukan refleksi dan untuk dilanjutkan
dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II.

C. Tujuan Penelitian
Laporan ini disusun selain untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar, juga
dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam mata kuliah Pemantapan
Kemampuan Profesional pada Program S1 PGSD Universitas Terbuka,

7
maka tujuan penelitian yang diharapkan bisa dicapai adalah :
1. Meningkatkan rasa antusias siswa agar lebih aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran.
2. Menanamkan prinsip-prinsip kerja garis bilangan pada operasi
pengurangan bilangan bulat.
3. Menerapkan metode peragaan untuk meningkatkan keterampilan siswa
dalam operasi pengurangan bilangan bulat.
4. Mengetahui efektifitas pemanfaatan alat peraga dalam upaya
peningkatan hasil belajar siswa.

A. Manfaat Penelitian
Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
peneliti sebagai guru kelas, siswa, guru-guru yang lain, sekolah tempat
penelitian, pendidikan dasar, dan bagi pembaca.
1. Bagi penulis sebagai guru kelas IV, penelitian ini akan memperluas
pengalaman penulis saat mengajar di kelas dalam pembelajaran
tentang operasi pengurangan bilangan bulat.
2. Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan dalam
menyelesaikan kesulitan dalam pembelajaran tentang operasi
pengurangan bilangan bulat.
3. Bagi guru-guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai contoh dalam
meningkatkan prestasi anak didiknya. Penelitian ini juga dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
Karena sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran.
4. Bagi SD Negeri 5 Depok, hasil penelitian ini akan memberikan
sumbangsih yang besar pada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas
pembelajaran di sekolah.
5. Bagi pendidikan dasar, penelitian ini dapat berpengaruh secara luas
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hasil penelitian ini dpat
dijadikan sebagai acuan atau model dalam pengembangan pola

8
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
6. Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi pembaca atau peneliti lain
yaitu untuk menambah wawasan para pembaca tentang masalah yang
diteliti dan juga sebagai acuan, masukan, maupun perbandingan bagi
pembaca untuk mengambil tindakan mengenai masalah yang serupa.

9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini didasari oleh perkembangan matematika di bidang teori
bilangan, aljabar, teori peluang, analisis dan matematika diskrit. Untuk
menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini.
Konsep dasar matematika perlu dikuasai anak didik sejak dini.
Konsep tersebut diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegunaan matematika antara lain: (1) untuk memecahkan persoalan
sehari-hari. (2) pengembangan ilmu dan (3) mengembangkan matematika
itu sendiri (Ruseffendi dkk, 1997: 106). Penanaman konsep matematika
disampaikan secara berkesinambungan, artinya bertahap dan berurutan
sebelum konsep B harus didahului konsep A, pengalaman yang lalu
mendasari pengalaman yang baru (Herman Hudojo, 1990: 5). Matematika
biasanya berkenaan dengan konsep abstrak yang tersusun secara hierarki
dan penalarannya deduktif. Matematika menurut Van De Walle (1991: 1)
adalah: (1) matematika sebagai dasar aktifitas manusia artinya peserta
didik harus diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan matematikasasi
pada semua kompetensi pembelajaran matematika. (2) matematika harus
berhubungan dengan kehidupan manusia artinya matematika harus dekat

10
dengan anak dan dikaitkan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika di SD selalu berpedoman pada Silabus dan
Kurikulum. Pembelajaran dinilai berhasil bila siswa dapat belajar sesuai
dengan tujuan yang dirancang. Oleh sebab itu proses pembelajaran harus
diwujudkan atau diciptakan melalui kegiatan yang menimbulkan interaksi
dua arah. Dalam upaya meraih keberhasilan dalam pembelajaran
matematika, guru senantiasa berupaya mengembangkan strategi
pembelajaran, misalnya dengan menerapkan penggunaan metode dan
media atau alat peraga yang sesuai. Dengan metode yang baik serta
penggunaan alat peraga yang sesuai diharapkan siswa lebih mudah
memahami konsep serta dapat meningkatkan mutu proses belajar
mengajar. Penanaman konsep matematika yang konkret akan lebih mudah
dipahami oleh siswa dan dapat membuat siswa lebih efektif,
menyenangkan, sistematik, teratur dan terarah dalam belajarnya.

B. Pembelajaran Bilangan Bulat


Pengertian bilangan bulat adalah bilangan yang terbentuk dari
perluasan himpunan bilangan asli dan bilangan cacah (Elang Krisnadi,
2005: 1.5–1.8 ). Bilangan bulat terdiri dari: (1) bilangan-bilangan yang
bertanda 11able11ve (-1, -2, -3, -4, -5, ….) yang selanjutnya disebut
bilangan bulat 11able11ve; (2) bilangan 0 (Nol) dan; (3) bilangan-bilangan
yang bertanda positif (1, 2, 3, 4, 5, …..) yang selanjutnya disebut bilangan
bulat positif. Pada operasi pengurangan bilangan bulat, sebarannya
mencakup: (1) pengurangan bilangan bulat positif oleh bilangan bulat
positif; (2) pengurangan bilangan bulat positif oleh bilangan bulat
11able11ve; (3) pengurangan bilangan bulat 11able11ve oleh bilangan
bulat positif; (4) pengurangan bilangan bulat 11able11ve oleh bilangan
bulat 11able11ve.
Operasi hitung dalam bahasan bilangan bulat baru diperkenalkan kepada
siswa sekolah dasar di kelas 4 (pada siswa yang masih dalam taraf berpikir
konkret). Pendekatan yang harus dilakukan harus sesuai dengan

11
perkembangan mental anak di usia anak antara 10 sampai 11 tahun.
Banyak persoalan yang muncul pada 12able12 bilangan bulat bagi siswa-
siswa sekolah dasar kelas 4, misalkan pada waktu mereka akan melakukan
operasi hitung seperti: 4 + (-7); (-6) + 9; 2-7; (-3) – (-6); dan sebagainya.
Persoalan yang muncul dalam kaitannya dengan soal-soal yang seperti itu
adalah bagaimana memberikan penjelasan dan cara menanamkan
pengertian operasi tersebut secara konkret, karena kita tahu bahwa pada
umumnya siswa berpikir dari hal-hal yang bersifat konkret menuju hal-hal
yang bersifat abstrak. Untuk mengenalkan konsep operasi hitung pada
sistem bilangan bulat dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Tahap pengenalan konsep secara konkret
2. Tahap pengenalan konsep secara semi konkret atau semi abstrak
3. Tahap pengenalan konsep secara abstrak.
Dalam tahap pertama ada dua model peragaan yang dapat dikembangkan,
yaitu model yang menggunakan pendekatan himpunan (yaitu
menggunakan alat peraga manik-manik), sedang model yang kedua
menggunakan pendekatan 12able kekekalan panjang (yaitu menggunakan
alat peraga mistar bilangan atau pita garis bilangan atau tangga garis
bilangan).
Pada tahap kedua, proses pengerjaan operasi hitungnya diarahkan
menggunakan garis bilangan dan pada tahap ketiga kepada siswa baru
diperkenalkan dengan konsep-konsep operasi hitung yang bersifat abstrak.
Prinsip dan cara kerja pada garis bilangan sama dengan cara kerja pada
balok, tangga, atau pita garis bilangan, yaitu ditekankan pada langkah
“maju” untuk operasi penjumlahan dan langkah “mundur” untuk operasi
pengurangan. Kemudian sisi muka model yang dihadapkan 12able12v
bilangan positif maupun 12able12ve ditunjukkan oleh arah ujung anak
panah pada garis bilangannya. Untuk lebih jelasnya, prinsip-prinsip kerja
penggunaan garis bilangan diuraikan sebagai berikut:
1. Setiap akan melakukan peragaan, posisi awal aktivitas peragaan harus
selalu dimulai dari bilangan atau skala 0 (nol).

12
2. Jika bilangan pertama dalam suatu operasi hitung bertanda positif, maka
ujung anak panah diarahkan ke bilangan positif dan bergerak maju
dengan skala yang besarnya sama dengan bilangan pertama sedangkan
pangkal anak panahnya mengarah pada bilangan negatifnya. Sebaliknya
jika bilangan pertamanya bertanda 13able13ve, maka ujung anak
panahnya
diarahkan ke bilangan 13able13ve dan gerakkan dengan skala yang
besarnya
sama dengan bilangan pertama sedangkan pangkal anak panahnya
mengarah ke bilangan positif.
B. Jika anak panah dilangkahkan maju, maka dalam prinsip
operasi hitung
istilah maju dapat diartikan sebagai penjumlahan. Sebaliknya, jika anak
panah dilangkahkan mundur maka istilah mundur dapat diartikan
sebagai pengurangan. Namun demikian, gerakan maju atau mundurnya
anak panah tergantung pada bilangan penambah atau pengurangnya.

C. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi atau disebut juga metode peragaan merupakan
metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan
sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu (Winata Putra, dkk., 2005:
4.24 – 4.26). Metode demonstrasi adalah cara guru menyajikan bahan
pelajaran dengan memperlihatkan atau mendemonstrasikan suatu proses
dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk
merencanakan metode demonstrasi yang efektif, guru perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Perumusan tujuan secara jelas dari segi kecekatan dan kegiatan.
Maksudnya tujuan yang diharapkan mencakup segi kecekatan dan
kegiatan.
2. Menetapkan apakah metode demonstrasi dapat dilaksanakan dilihat dari

13
segi jumlah peserta didik, alat-alat pelajaran, serta waktu.
3. Menetapkan pedoman setiap langkah demonstrasi.
4. Merumuskan keterangan-keterangan yang akan diberikan kepada
peserta didik yang berkaitan dengan demonstrasi.
C. Merencanakan penilaian yang sesuai.
Dalam demonstrasi itu guru atau siswa memperlihatkan
(mendemonstrasikan) suatu kejadian tertentu dalam cara-cara mengerjakan
sesuatu dan cara mengatur sesuatu (Karawapi, 1971: 105-106). Menurut
Subarjo, metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan
mempertunjukkan sesuatu, yang dipertunjukkan dapat berupa suatu
rangkaian percobaan, suatu model alat atau suatu keterampilan tertentu.
Dalam metode ini siswa dituntut untuk memperhatikan suatu obyek atau
proses. Dalam metode ini dapat dikembangkan keterampilan proses, yaitu
mengamati, mengklasifikasi, membuat kesimpulan sementara, menerapkan
dan mengkomunikasikan. (Subarjo dkk, 1989).
Pengertian metode demonstrasi yang digunakan dalam penelitian
ini sama dengan pengertian-pengertian metode demonstrasi di atas.
Pelaksana metode demonstrasi pada penelitian ini adalah siswa. Dalam
pembelajaran matematika, metode demonstrasi sangat diperlukan karena
dengan demonstrasi, siswa akan terbimbing melalui contoh yang
diperagakan serta berikutnya dapat terlatih memperagakan caranya di
depan kelas sehingga dapat dengan mudah mengerjakan operasi hitung
matematika. Dalam melaksanakan tugas, siswa dapat memperoleh
pengalaman secara langsung dan nyata. Peragaan dapat diberikan dan
dilakukan secara kelompok atau perorangan. Melalui metode ini siswa
dapat mengembangkan berbagai keterampilan dan pembiasaan kerja
mandiri serta bersikap jujur. Selain itu peragaan dapat dilakukan dengan
memberikan siswa contoh latihan-latihan soal, yang dikerjakan di papan
tulis secara bergantian sampai siswa betul-betul memahami cara
mengerjakan soal-soal hitung pengurangan bilangan bulat.
Kebaikan dari metode demonstrasi antara lain adalah (1) guru dan siswa

14
aktif dalam pembelajaran, (2) bakat dan keterampilan tertentu siswa
mudah dikembangkan, (3) mengembangkan sikap dan tindakan ilmiah,
dan (4) guru tidak banyak memberikan keterangan tetapi pengertian siswa
dapat jelas. Sedangkan kekurangan metode demonstrasi adalah (1) banyak
membutuhkan waktu, tenaga dan biaya, (2) memerlukan kemampuan dan
kecekatan guru yang lebih bila dibanding metode lain, (3) dalam
demonstrasi memerlukan perhatian dan konsentrasi siswa yang sungguh-
sungguh, (4) terkadang hasil demonstrasi perlu diulangi, jika hasilnya
tidak sesuai seperti yang diharapkan. (Sugito, 1994: 41-43)

D. Alat Peraga
Bila ditinjau dari segi usia, anak SD umumnya berumur 6 – 12
tahun yang menurut Piaget, usia anak SD masih berada dalam masa
operasional konkret serta awal operasional formal (Ichsan, 2003: 2). Oleh
sebab itu penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika di SD
sangat diperlukan guna mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak.
Dengan digunakannya alat peraga anak akan dapat melihat langsung
obyek-obyek matematika, meraba serta memanipulasi benda-benda
sehingga pemahaman anak akan meningkat. Di samping itu dengan
digunakannya alat peraga, pembelajaran akan menjadi lebih
menyenangkan, menjadi bermakna bagi kehidupan anak serta mudah
diingat dan tidak membosankan.
Alat peraga diartikan sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus mampu
menjelaskan konsep kepada siswa. Usaha ini dibantu dengan
menggunakan alat peraga matematika karena dengan bantuan alat yang
sesuai dengan topik yang diajarkan, konsep akan lebih mudah untuk
dipahami siswa. (Hudoyo, 1988: 45). Alat peraga dalam pembelajaran,
teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) adalah alat-alat yang
digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi
pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya

15
verbalisme pada diri siswa. Pengajaran yang menggunakan banyak
verbalisme tentu akan segera membosankan, sebaliknya pengajaran akan
lebih menarik bila siswa gembira belajar atau senang karena mereka
merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya.
Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau
pengalaman kongkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.
Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran
daripada bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat peraga pengajaran
(Uzer Usman; 1992 : 26-27). Menurut Dale (1992 : 47) alat peraga adalah
alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi
dengan siswa. Alat peraga itu dapat berupa benda atau perilaku, yang inti
belajarnya adalah interaksi siswa dengan guru dan alat peraga beserta
komunikasi pendidikan yang terjadi pada suatu situasi sehingga siswa
dapat berhasil dalam belajar. Berdasar beberapa pendapat tentang alat
peraga di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat bantu atau
pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan siswa untuk
menerangkan atau mewujudkan konsep sehingga dapat memupuk
kreatifitas guru dan siswa guna memperlancar dan meningkatkan mutu
proses belajar mengajar.
Penggunaan alat peraga dalam setiap pembelajaran bukanlah untuk
bermaksud mengganti peran guru dalam mengajar, melainkan hanya
merupakan pelengkap dan membantu guru dalam mengajar atau
membantu para siswa dalam mempelajari suatu konsep. Alat peraga itu
mempunyai peranan yang sangat penting, karena :
1. Alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan
meningkatkan semangat belajar siswa. Dengan menyediakan alat
peraga para siswa memperoleh pengalaman secara langsung dengan
menggunakan waktu dan kegiatan yang lebih terarah.
2. Alat peraga memungkinkan pendidikan lebih sesuai dengan perorangan
Dengan memanfaatkan media peraga, pembelajaran dapat berlangsung
lebih menyenangkan bagi masing-masing perorangan.

16
E. Alat peraga memungkinkan belajar lebih merata. Dengan
menggunakan
alat peraga, memungkinkan perhatian siswa meningkat dan mengarah
kepada yang sedang diragakan.
Alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah mistar
bilangan. Alat peraga ini terdiri dari mistar berskala dan model yang
pendekatannya berhubungan dengan konsep kekekalan panjang. Model
yang digunakan dapat berupa boneka, wayang, mobil-mobilan, dan
sebagainya, yang terpenting adalah bahwa model tersebut harus
mempunyai sisi muka dan sisi belakang. Proses operasinya berpegang
pada prinsip bahwa panjang keseluruhan sama dengan jumlah panjang
masing-masing bagian-bagiannya.
Manfaat penggunaan balok garis bilangan dalam membantu siswa
memahami konsep operasi pengurangan bilangan bulat adalah (1)
memperbesar perhatian siswa dalam pembelajaran, (2) meletakkan dasar-
dasar yang kongkret untuk berpikir sehingga dapat mengurangi
verbalisme, (3) melatih siswa dalam pemecahan masalah, (4) mendorong
siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Yang perlu diingat adalah bahwa
tujuan utama penggunaan alat peraga adalah agar konsep-konsep atau ide-
ide dalam matematika yang sifatnya abstrak itu dapat dikaji, dipahami dan
dicapai oleh penalaran siswa terutama siswa yang masih berada pada tahap
berpikir konkret. Cara penggunaan alat peraga mistar bilangan adalah
Bilangan positif mobil maju bilangan negative mobil mundur dan tanda
positif (+) mobil menghadap ke kanan sedangkan tanda kurang (-) mobil
mengharap ke kiri.

Gambar 2.1.
Alat Peraga Mistar Bilangan

17
Dengan melaksanakan PTK guru mendapat kesempatan untuk
berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
Guru tidak hanya menerima hasil perbaikan yang ditemukan orang lain,
namun ia sendiri adalah pelaku dan perancang perbaikan tersebut, yang
menghasilkan berbagai teori dalam memperbaiki pembelajaran. Hasil yang
ditemukan sendiri akan merupakan dorongan yang kuat bagi guru untuk
terus-menerus melakukan perbaikan. Inilah yang diistilahkan sebagai
theorizing by practitioners, yang membangun sendiri pengetahuan (self-
contructed knowledge) berupa personal theory atau theory-in-use (Raka
Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998)

18
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian
1. Tempat Pelaksanaan Pembelajaran
Penelitian ini dilakukan di Kelas IV semester 2 SD 5 Depok
kecamatan Toroh kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2009/2010 dengan
jumlah siswa 38 orang, yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 20 orang
perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran matematika
berlangsung dengan kompetensi (materi) tentang operasi hitung bilangan
bulat. Pertimbangan peneliti menentukan tempat penelitian tersebut karena
sehari-hari peneliti mengajar di SD Negeri 5 Deppok sehingga peneliti
mempunyai banyak waktu dan kebebasan dalam melakukan penelitian.
Adapun waktu penelitian seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1
JADWAL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
No Hari/ Pukul Materi Keterangan Observer
Tanggal
1 Selasa, 07.00- Penjumlahan Pra Siklus -
12 Januari 08.45 bilangan bulat
2010

19
2 Selasa, 07.00- Penjumlahan dan Siklus 1 Teman
19 Januari 08.45 pengurangan Sejawat
2010 bilangan bulat

3 Selasa, 07.00- Operasi hitung Siklus 2 Supervisor


2 Pebruari 08.45 campuran bilangan
2010 bulat

2. Karakteristik Peserta Didik


SD Negeri 5 Depok adalah SD Negeri yang terletak agak jauh dari
jalan raya. Kalau ditinjau dari lokasi sebenarnya ideal untuk melaksanakan
pembelajaran karena jauh dari suara bising kendaraan. Lingkungan yang
dekat persawahan membuat udara terasa sejuk. Tetapi karena kurangnya
peran serta masyarakat yang perduli dengan pendidikan karena mayoritas
wali murid dari SD Negeri 5 Depok adalah buruh tani membuat SD Negeri
5 Depok jarang mendapatkan prestasi akademik. Minat belajar siswa juga
banyak yang kurang karena mayoritas masyarakat sekitar hanya
menyekolahkan anaknya hanya sampai jenjang SMP. SD Negeri 5 Depok
terdiri dari 199 siswa yang terbagi menjadi 6 kelas. Kelas IV yang peneliti
jadikan obyek penelitian tindakan kelas berjumlah 38 siswa yang terdiri
dari 20 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki.

F. Deskripsi Per Siklus


Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing
melalui empat tahap, yaitu : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
pengumpulan data, dan tahap refleksi. Dengan 20able pelaksanaan sebagai
berikut :
Tabel 3.2
SIKLUS I
Perencanaan Pelaksanaan Pengumpulan Data Refleksi

20
14 Januari 2010 19 Januari 2010 19 Januari 2010 21 Januari 2010
Sampai dengan Sampai dengan Sampai dengan
16 Januari 2010 20 Januari 2010 23 Januari 2010

Tabel 3.3
SIKLUS II
Perencanaan Pelaksanaan Pengumpulan Data Refleksi

25 Januari 2010 2 Pebruari 2010 3 Pebruari 2010 6 Pebruari 2010


Sampai dengan Sampai dengan Sampai dengan
27 Januari 2010 5 Januari 2010 8 Januari 2010

Adapun prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini, peneliti deskripsikan


sebagai berikut:

G. Perbaikan Pembelajaran Siklus 1


a. Tahap Perencanaan
Perencanaan pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 14
Januari 2010 sampai dengan hari Sabtu, 16 Januari 2010 dengan dibantu
oleh dua teman sejawat dan dosen pembimbing yaitu dengan menentukan
langkah-langkah, metode, alat yang akan digunakan oleh peneliti dalam
proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran siklus 1 mengacu pada refleksi pra
siklus yang dilakukan peneliti karena hasil pembelajaran matematika
materi operasi hitung bilangan bulat tidak memuaskan. Peneliti
merencanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga

21
mistar bilangan dengan tujuan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika materi operasi hitung bilangan bulat dapat meningkat.

b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 19 Januari 2010. Adapun langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai berikut :
Kegiatan Awal :
- Guru mempersiapkan RPP perbaikan, alat peraga, lembar
evaluasi
- Dalam pelaksanaan siklus 1 guru dibantu teman sejawat
untuk melakukan observasi (pengamatan)
- Guru mengucapkan salam (doa bersama), absensi siswa.
- Apersepsi yang menjurus ke materi pokok pembelajaran.
- Penyampaian informasi tentang tujuan pembelajaran dan
materi pokok pembelajaran.
- Memberikan soal pre tes
Kegiatan Inti :
- Membahas soal pre tes dan guru memberi umpan balik
- Guru menjelaskan operasi hitung bilangan bulat dengan
menggunakan mistar bilangan.
- Guru menyuruh siswa untuk mencoba menggunakan
mistar bilangan secara bergantian
- Guru memberi umpan balik
Kegiatan Akhir :
- Guru membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa
- Guru melaksanakan evaluasi

c. Pengamatan

22
Pengamatan dilaksanakan peneliti setelah proses pembelajaran.
Adapun data yang dikumpulkan peneliti guna dijadikan bahan refleksi
adalah :
1) Lembar ovservasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran
2) Lembar observasi keaktifan siswa
3) Hasil evaluasi

d. Refleksi
Setelah mendapatkan data, peneliti melakukan refleksi dengan
dibantu teman sejawat atas hasil dari perbaikan pembelajaran siklus I. Dan
berdasarkan refleksi akhirnya dapat diketahuai kekurangan ataupun
kelebihan yang terjadi saat proses perbaikan pembelajaran siklus 1. Dan
akhirnya peneliti memutuskan untuk melakukan perbaikan pembelajaran
siklus 2 karena peneliti merasa hasil belajar siswa masih belum mengalami
peningkatan yang signifikan.

2. Perbaikan Pembelajaran siklus II


a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 25
Januari 2010 sampai dengan hari Senin, 27 Januari 2010 dengan dibantu
oleh dua teman sejawat dan dosen pembimbing yaitu dengan menentukan
langkah-langkah, metode, alat yang akan digunakan oleh peneliti dalam
proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran siklus II mengacu pada refleksi siklus I
yang dilakukan peneliti dibantu dengan teman sejawat. Pada prbaikan
pembelajaran siklus II peneliti masih akan menggunakan alat peraga
mistar bilangan untuk menyampaikan materi operasi hitung campuran
bilangan bulat. Peneliti ingin hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika materi operasi hitung bilangan bulat dapat meningkat secara
signifikan. Peneliti juga akan mengajak siswa untuk benar-benar dapat
menggunakan mistar bilangan karena pada prbaikan pembelajaran siklus I

23
masih ada beberapa siswa yang belum bisa menggunakan alat peraga
mistar bilangan.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 2 Pebruari 2010. Langkah-langkah pembelajaran
siklus II hampir mirip dengan langkah-langkah pembelajaran pada
pembelajaran siklus I. Bedanya hanya terletak pada materi yang meningkat
kalau pada siklus I penjumlahan bilangan bulat tetapi pada siklus II
operasi hitung campuran bilangan bulat. Di samping itu dalam langkah-
langkah pembelajaran siklus II peneliti hanya akan memberikan
penekanan pada pencapaian tujuan perbaikan pembelajaran yaitu untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung
bilangan bulat.Pada siklus II peneliti juga akan berusaha memberi
motivasi untuk siswa supaya terlibat aktif dan kreatif selama pembelajaran
berlangsung. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai
berikut :
Kegiatan Awal :
- Guru mempersiapkan RPP perbaikan, alat peraga, lembar
evaluasi
- Dalam pelaksanaan siklus II guru dibantu teman sejawat
untuk melakukan observasi (pengamatan)
- Guru mengucapkan salam (doa bersama), absensi siswa.
- Apersepsi yang menjurus ke materi pokok pembelajaran.
- Penyampaian informasi tentang tujuan pembelajaran dan
materi pokok pembelajaran.
- Memberikan soal pre tes
Kegiatan Inti :
- Membahas soal pre tes dan guru memberi umpan balik
- Guru menjelaskan operasi hitung bilangan bulat dengan
menggunakan mistar bilangan.

24
- Guru memotivasi siswa untuk aktif dan kreatif dalam
pembelajaran
- Guru menyuruh siswa untuk mencoba menggunakan
mistar bilangan secara bergantian
- Guru melakukan pengamatan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran
- Guru memberi umpan balik
Kegiatan Akhir :
- Guru membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa
- Guru melaksanakan evaluasi

c. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan peneliti setelah proses pembelajaran.
Adapun data yang dikumpulkan peneliti guna dijadikan bahan refleksi
adalah :
1) Lembar ovservasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran
2) Lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
2) Lembar observasi keaktifan siswa
3) Hasil evaluasi

H. Refleksi
Setelah mendapatkan data, peneliti melakukan refleksi dengan
dibantu teman sejawat atas hasil dari perbaikan pembelajaran siklus II.
Dan berdasarkan refleksi akhirnya dapat diketahuai kekurangan ataupun
kelebihan yang terjadi saat proses perbaikan pembelajaran siklus II. Dan
akhirnya dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran
siklus II sudah sesuai dengan harapan peneliti yaitu hasil belajar siswa
meningkat secara signifikan, dan siswa terlibat aktif dan kreatif selama
proses pembelajaran berlangsung.

25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bagian ini, disajkan hasil penelitian dari setiap siklus yang
dilaksanakan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan
tujuan penelitian yang telah ditulis oleh peneliti sebagai berikut :

I. Deskripsi per Siklus


J. Pelaksanaan Siklus I
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan
efektivitas hasil belajar siswa, maka peneliti mengembangkan rencana
Penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus
yang masing-masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan
data dan refleksi.
a. Perencanaan
1). Mengidentifikasi dan merumuskan masalah. Dengan berkolaborasi
dengan beberapa teman sejawat dan pembimbing untuk
mengungkap dan memperjelas permasalahan yang dihadapi untuk
dicarikan jalan pemecahan yang tepat, sampai diperoleh hasil lebih
baik.
2). Merancang pembelajaran dengan menitikberatkan pada
penggunaan media pembelajaran dan metode yang tepat.
3). Menyusun lembar observasi sebagai panduan bagi observer dalam
mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
difokuskan pada kegiatan guru dalam menerapakan model
pembelajaran dan metode yang tepat, sesuai dengan analisis
masalah.

26
4). Merancang RPP perbaikan dan alat evaluasi..

b. Pelaksanaan Tindakan
1). Guru mengatur siswa untuk duduk yang rapi dan mengabsen.
2). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3). Guru memotivasi siswa.
4). Guru menjelaskan materi pembelajaran.
5). Guru memberikan pertanyaan secara individu.
6). Guru memberi simpulan tentang materi diskusi.
7). Siswa mengerjakan tes formatif perbaikan.

c. Pengamatan
1). Observer mengamati proses perbaikan pembelajaran yang terutama
difokuskan pada kegiatan guru dalam menggunakan media
pembelajaran dan metode yang tepat.
2). Observer mencatat semua temuan pada saat pembelajaran.
Dari pengamatan guru yang mengajar diperoleh data sebagai berikut :
1) Dalam penggunaan alat peraga guru hanya memberi kesempatan
kepada siswa yang ingin mencoba saja. Jadi siswa yang aktif
semakin aktif dan siswa yang pasif semakin pasif.
2) Dalam mengajukan pertanyaan, guru cenderung menunjuk individu
bukan secara klasikal.
Dari pengamatan terhadap siswa, diperoleh data sebagai berikut :
1. Mayoritas siswa masih takut untuk mencoba mistar
bilangan yang digunakan guru.
2. Siswa masih bingung dalam mengoperasikan mistar
bilangan.

d. Proses Refleksi
Dari kumpulan data yang diperoleh menghasilkan refleksi sebagai
berikut :

27
1). Dalam mengajukan pertanyaan, guru cenderung menunjuk pada
siswa yang aktif saja.
2). Dalam menggunakan mistar bilangan guru tidak memberi
kesempatan kepada siswa yang pasif.
3). Secara umum pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan dengan
baik, namun ada kekurangan yaitu penggunaan mistar bilangan
kurang merata.

2. Pelaksanaan Siklus II
Atas dasar hasil dan refleksi terhadap perbaikan pembelajaran
untuk meningkatkan efektivitas hasil belajar siswa pada siklus I dan
diskusi dengan teman sejawat serta konsultasi dengan dosen pembimbing
serta mengkaji dengan teori pembelajaran Matematika kelas 4 di Sekolah
Dasar, maka guru sebagai peneliti mengembangkan rencana perbaikan
pembelajaran berupa prosedur kerja yang dilaksanakan di dalam kelas
yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data dan
refleksi.
a. Proses Perencanaan
1). Perencanaan tindakan pada siklus II didasarkan hasil refleksi pada
siklus I. Dalam perencanaan ini penulis berkolaborasi dengan
beberapa teman sejawat dan pembimbing untuk mengungkap dan
memperjelas permasalahan yang penulis hadapi memperjelas
permasalahan yang penulis hadapi untuk dicarikan jalan
pemecahan yang tepat sampai diperoleh hasil yang memuaskan.
2). Merancang pembelajaran dengan menitikberatkan pada aktivitas
guru untuk mengungkap dan menggunakan media atau model
pembelajaran secara optimal dan menggunakan metode yang tepat.
3). Mengecek kembali lembar observasi sebagai panduan bagi
observer dalam mengobservasi pelaksanaan perbaikan
pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan guru dalam

28
menggunakan media pembelajaran secara optimal dan
menggunakan metode bervariasi.
4). Merencanakan waktu yang diperlukan.
5). Menentukan jenis prosedur dan alat penelitian untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa.
6). Merancang RPP perbaikan dan alat evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan
1). Guru mengucapkan salam, doa bersama, absensi siswa.
2). Guru menunjukkan mistar bilangan.
3). Guru menyampaikan informasi dan siswa memperhatikan.
4). Guru menyampaikan pembelajaran yang telah dipersiapkan.
5). Guru memotivasi siswa untuk bersungguh-sungguh dalam
mengikuti pelajaran.
6). Guru menyuruh siswa yang pasif untuk menyelesaikan soal
menggunakan mistar bilangan.
7). Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang disampaikan.
8). Siswa mengerjakan tes perbaikan siklus II yang disajikan guru.

c. Pengamatan
1). Observer mengamati proses perbaikan pembelajaran yang terutama
difokuskan pada kegiatan guru dalam menggunakan media
pembelajaran secara optimal dan penggunaan metode yang tepat
dan variatif.
2). Observer mencatat semua temuan-temuan selama proses
pembelajaran berlangsung.
3). Dari pengamatan terhadap guru yang mengajar diperoleh temuan
data sebagai berikut :
a). Dalam menggunakan media mistar bilangan guru sudah dapat
mengaktifkan siswa yang pasif.

29
b). Setiap guru bertanya siswa cenderung berebut untuk
memperoleh kesempatan maju ke depan atau menunjuk jari.
c). Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa kelihatan aktif
berdiskusi.
d). Setiap ada tugas, semua siswa cepat mengerjakan dengan
percaya diri.

d. Proses Refleksi
Setelah selesai melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran pada
siklus II ini dan pengamatan atas tindakan kelas di atas tindakan
pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi mengacu
pada data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Dan segala kegiatan
yang telah dilakukan dalam kegiatan pada siklus II diperoleh hasil
sebagai berikut :
a. Dalam menggunakan model pembelajaran sudah optimal
sehingga siswa lebih mudah menerima penjelasan guru tentang
”operasi hitung bilangan bulat”.
b. Secara umum pelaksanaan sudah berjalan dengan baik dilihat
dari hasil belajar siswa sudah tuntas semua.

B. Paparan Keberhasilan dan Kegagalan


Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pra
siklus, Siklus I dan Siklus II terbukti bahwa pembelajaran memerlukan
kompetensi yang tinggi dari seorang guru. Banyak faktor yang
mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan suatu pembelajaran.
Dari beberapa kajian teori mengenai pembelajaran, yang paling
menentukan keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran. Pengolahan pembelajaran itu meliputi cara
memilih strategi dan model ataupun media yang digunakan.

1. Pembahasan Siklus I

30
Dalam pembelajaran pada siklus I media yang digunakan oleh
peneliti sebenarnya sudah berhasil menarik minat siswa untuk belajar dan
menimbulkan rasa ingin mencoba. Tetapi peneliti kurang dapat
mengaktifkan keterlibatan siswa secara keseluruhan. Hanya siswa yang
aktif yang terlibat sedangkan yang pasif tidak tersentuh.
Data hasil perbaikan pembelajaran siklus I peneliti sajikan dalam
bentuk tabel dan diagram berikut ini :
Tabel 4.1
Tabel Perbaikan Pembelajaran Siklus I

No Rentang Nilai Jumlah Prosentase


1 10 - 39 0 0%
2 40 - 59 10 26,3 %
3 60 - 79 20 52,6 %
4 80 - 100 8 21,1 %
Jumlah 38 100 %

Diagram Batang 4.1


Diagram Perbaikan Pembelajaran Siklus 1
Jumlah Siswa

25
20
15
10
5
0
10-39 40 - 59 60 - 79 80 - 100
Rentang Nilai

Dari gambar diagram di atas, perbaikan pembelajaran pada


siklus I ini menunjukkan bahwa prestasi ketuntasan siswa mengalami
peningkatan. Yang semula dalam kegiatan pembelajaran Pra siklus
siwa yang mencapai KKM hanya 39,47 % dengan nilai rata-rata 52,89,
tetapi untuk siklus I menjadi 73,68% dan nilai rata-rata 63,42 atau

31
semula hanya 15 siswa yang tuntas tetapi dalam siklus I mengalami
peningkatan menjadi 28 siswa. Namun demikian peningkatan ini
belum maksimal, maka dilanjutkan lagi untuk melakukan kegiatan
perbaikan pembelajaran pada siklus II.
2. Pembahasan Siklus II
Dalam pembahasan perbaikan pembelajaran siklus II ini, guru
sebagai peneliti telah memperbaiki kelemahan atupun kekurangan
yang terjadi pada pembelajaran siklis I. yaitu dengan mengoptimalkan
penggunaan metode dan alat peraga mistar bilangan. Sehingga hasil
ketuntasan personal dalam mata pelajaran Matematika dengan materi
pokok pembelajaran ”Operasi hitung bilangan bulat” di kelas IV
semester 2 Sekolah Dasar Negeri 5 Depok, Kecamatan Toroh,
Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah tahun ajaran 2009/2010
dapat tercapai 100% atau dari 38 siswa dapat tuntas semua dengan
asumsi nilai KKM 60.
Data hasil perbaikan pembelajaran siklus II peneliti sajikan
dalam bentuk tabel dan diagram sebagai berikut :

Tabel 4.2
Tabel Perbaikan Pembelajaran Siklus II

No Rentang Nilai Jumlah Prosentase


1 40 - 59 0 0%
2 60 - 79 20 52,6 %
3 80 - 100 18 47,4%
Jumlah 38 100%

Diagram Batang 4.2

32
Diagram Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Jumlah Siswa
25
20
15
10
5
0
40 - 59 60 - 79 80 - 100
Rentang Nilai

Dari diagram yang ditampilkan di atas perbaikan pembelajaran


pada siklus II menunjukkan bahwa semua siswa telah mendapatkan
nilai KKM. Dari 38 siswa semua mendapatkan nilai di atas 59 dengan
rata-rata kelas 75. Ini berarti pada materi operasi hitung bilangan bulat
di kelas IV SD Negeri 5 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten
Grobogan Tahun Pelajaran 2009/2010 sudah berhasil dengan
dibuktikan bahwa seluruh siswa memenuhi standar KKM. Dapat
disimpulkan pula bahwa penggunaan mistar bilangan dan metode
peragaan yang digunakan peneliti terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa melalui perbaikan pembelajaran dengan 2 siklus.Berikut
akan peneliti sajikan tabel dan diagram hasil belajar siswa dari pra
siklus, siklus I dan siklus II. Sehingga pembaca dapat mengetahui
perkembangan atau peningkatan belajar siswa dilihat dari hasil
evaluasi dari pra siklus, siklus I dan siklus II.

Tabel 4.3

33
Tabel Ketuntasan Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II


No Ketuntasan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Tuntas 15 39 28 74 38 100
2 Belum 23 41 10 26 0 0
tuntas

Dengan melihat data di atas dapat diuraikan sebagai berikut :


a. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas standar
KKM > 60 hanya 15 siswa dari 38 siswa (39%).
b. Pada Perbaikan pembelajaran siklus I siswa yang tuntas
standar KKM > 60 telah mencapai 28 siswa dari 38 siswa,
mengalami peningkatan tetapi belum tuntas semua (74 %).
c. Pada perbaikan pembelajaran siklus II dari 38 siswa telah
tuntas standar KKM > 60 atau tuntas 100%.

Diagram Batang 4.3


Diagram Ketuntasan Belajar

38

30

25

20
Tuntas
15 Belum Tuntas

10

0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

C. Pembahasan dari Setiap Siklus

34
Berdasarkan hasil pengolahan data, temuan dan refleksi maka
pembahasannya adalah sebagai berikut :
Hasil perolehan data pada perbaikan pembelajaran adalah :
1. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas dengan
nilai 60 ke atas ada 15 siswa atau 39 % dengan rata-rata kelas 52,89.
2. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I siswa
yang tuntas belajar dengan nilai 60 ke atas ada 28 siswa atau 74 % dengan
rata-rata 63,42.
3. Dengan menggunakan alat peraga yang efektif dan efisien
yaitu mistar bilangan dan dengan metode peragaan atau demonstrasi
secara optimal pada kompetensi dasar opereasi hitung bilangan bulat di SD
Negeri 5 Depok, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ternyata
menunjukkan hasil yang meningkat dibuktikan dengan data hasil evaluasi
pada siklus II dari 38 siswa, 100 % siswa tuntas KKM (asumsi nilai KKM
60) dengan rata-rata kelas 75.
Keberhasilan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti
tidak lepas dari penggunaan alat peraga mistar bilangan. Penggunaan
peraga mistar bilangan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV pada mata pelajaran matematika. Alat peraga diartikan sebagai
alat bantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan
pembelajaran, guru harus mampu menjelaskan konsep kepada siswa.
Usaha ini dibantu dengan menggunakan alat peraga matematika karena
dengan bantuan alat yang sesuai dengan topik yang diajarkan, konsep akan
lebih mudah untuk dipahami siswa. (Hudoyo, 1988: 45). Alat peraga
dalam pembelajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) adalah
alat-alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu
memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan
mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pengajaran yang
menggunakan banyak verbalisme tentu akan segera membosankan,
sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar atau

35
senang karena mereka merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang
diterimanya.
Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau
pengalaman kongkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.
Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran
daripada bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat peraga pengajaran
(Uzer Usman; 1992 : 26-27). Menurut Dale (1992 : 47) alat peraga adalah
alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi
dengan siswa. Alat peraga itu dapat berupa benda atau perilaku, yang inti
belajarnya adalah interaksi siswa dengan guru dan alat peraga beserta
komunikasi pendidikan yang terjadi pada suatu situasi sehingga siswa
dapat berhasil dalam belajar. Berdasar beberapa pendapat tentang alat
peraga di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat bantu atau
pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan siswa untuk
menerangkan atau mewujudkan konsep sehingga dapat memupuk
kreatifitas guru dan siswa guna memperlancar dan meningkatkan mutu
proses belajar mengajar.

36
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran Siklus I dan
Siklus II pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar operasi hitung
bilangan bulat di kelas IV semester 2 di SD Negeri 5 Depok, Kecamatan
Toroh, Kabupaten Grobogan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Metode peragaan atau demonstrasi apabila cara melakukannya tepat,
efektif dan optimal dapat membuat siswa aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap
materi yang dipelajarinya.
2. Penggunaan peraga mistar bilangan terbukti memudahkan guru dalam
menanamkan konsep operasi hitung bilangan bulat dan terbukti dapat
melibatkan siswa untuk berpikir aktif, kreatif dan kritis dalam proses
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
3. Hasil dari perbaikan ini ditemukan bahwa siswa yang tuntas pada tahap
sebelum Siklus 39 % dengan rata-rata nilai 52,89. Kemudian pada tahap
Siklus I meningkat menjadi 74 % dengan rata-rata nilai 63,42. Dan pada
Siklus II meningkat lagi menjadi 100% dengan rata-rata nilai 75. Maka
dengan melihat dari nilai hasil perbaikan setiap siklus meningkat, ini
membuktikan hasil belajar siswa meningkat dengan adanya peraga mistar
bilangan dan penggunaan metode demonstrasi secara optimal.
Berdasarkan perolehan hasil belajar yang selalu meningkat tersebut
dapat disimpulkan bahwa penggunaan mistar bilangan dengan metode
demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar matematika melakukan
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas IV semester 2 SD
Negeri 5 Depok, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran
2009/2010.

37
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, peneliti menyarankan :
1. Kepada Guru
a. Dalam mengajar matematika khususnya pada kompetensi dasar operasi
hitung bilangan bulat hendaknya menggunakan peraga mistar bilangan.
b. Dalam proses belajar mengajar sebaiknya guru menggunakan metode
yang bisa melibatkan siswa dalam pembelajan. Contohnya metode
dperagaan atau demonstrasi.
2. Kepada Siswa
Diharapkan siswa selain membaca buku-buku pelajaran, buku cerita,
majalah, juga membaca buku karya ilmiah yang dibuat gurunya sendiri
untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan.
3. Kepada Sekolah
Laporan ini dapat dijadikan bahan referensi untuk mengambil kebijakan
sekolah dan untuk menambah buku bacaan didalam perpustakaan sekolah.
Dan hendaknya Kepala Sekolah sebagai manajer di sekolah dasar selalu
memotivasi guru dan selalu memberi dukungan baik pikiran, tenaga dan
juga dana guna menunjang guru dalam melaksanakan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

38
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia


Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta : Mini Jaya Abadi.

Asep Hery Hermawan. (2006). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajara.,


Jakarta : Universitas Terbuka.

Djamaludin Darwis. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Engkoswara dan Yusuf Djajadisastro. (1984). Dedaktif dan Metodif Umum.


Bandung : Proyek Penataran Guru Tertulis.

Gatot Muhsetyo. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas


Terbuka.
IGAK Wardhani. Kuswaya Wihardit. (2007) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Universitas Terbuka

Muhamad Zein. (1995). Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta : AK.Group.

Oemar Hamalik. (1994). Media Pendidikan. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Suhito. (1996). Diagnosa Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidial.


Semarang : IKIP Semarang.

Udin S. Winata Putra dan Tita Rosita. (1996). Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Universitas Terbuka.

39
LAMPIRAN-LAMPIRAN

40
41
42
43
44
45

You might also like