Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Lat
ar Belakang Percobaan
Keberadaan senyawa air amatlah dekat dengan kita, dan seringkali molekul
air terdapat didalam berbagai senyawa, baik itu senyawa padat, cair maupun gas.
Zat padat yang mengandung kandungan air didalamnya disebut dengan air kristal.
Zat padat yang mengandung air ini disebut juga dengan hidrat, dan bila hidrat ini
dikeringkan, akan menjadi anhidrat.
Uniknya, molekul hidrat dan anhidrat ini akan memiliki sifat kimia dan fisika
yang berbeda. Karena itulah, segala hal yang berhubungan dengan hidrat dan
anhidrat ini sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Pada akhirnya, penulis
berharap agar kajian mengenai air kristal ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
pemenuhan wawasan
1.2. Tuj
uan Percobaan
1. Mempelajari peristiwa-peristiwa dehidrasi dan hidrasi pada suatu zat padat
yang mengandung air kristal
2. Menghitung rumus empirik air kristal
1.3. Pri
nsip Kerja
1. Melakukan uji tes zat padat yang mengandung air kristal serta melihat
perubahan fisik dari zat (meliputi warna dan bentuk) setelah melakukan
pemanasan dan diberi tambahan akuades
2. Menghitung rumus empirik dari data yang didapat setelah menghitung
perubahan massa zat padat yang mengandung air kristal setelah melalui
pemanasan
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kristal
Kristal adalah suatu benda padat homogen yang terikat secara kuat dan
tersusun secara simetris dan teratur serta mempunyai permukaan yang datar atau
dibatasi oleh bidang datar, sedangkan suatu zat yang tampil sebagai zat padat,
tetapi tidak mempunyai struktur yang teratur disebut amorf (tanpa bentuk),
contohnya ter dan kaca. Zat amorf tidak mempunyai titik leleh tertentu yang tepat,
sebaliknya zat amorf melunak secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam
suatu jangkauan temperatur sehingga sulit untuk dipelajari. Zat padat kristal
umumnya mempunyai mempunyai titik lebur yang tajam (rentangan suhunya
kecil) sehingga mudah untuk dipelajari.
Kristal terdiri dari partikel-partikel penyusun yang berupa padatan dengan
permukaan datar yang dapat berupa ion, atom, maupun molekul. Kristal dapat
terbentuk karena dapat tumbuh lebih ke satu arah. Bentuk susunan yang rapi dan
teratur dari suatu kristal adalah cerminan dari pengulangan pola dari atom,
molekul atau ion yang berada di dalamnya.
Dua zat yang mempunyai struktur kristal yang sama dikatakan isomorf.
Rumus pasangan zat semacam itu biasanya menunjukkan bahwa angka banding
atom-atomnya sama, misalnya:
• NaF dan MgO 1:1
• Cr2O3 dan Fe2O3 2:3
• K2SeO4 2:1:1
• NaNO3 dan CaCO3 1:1:3
Zat-zat isomorf dapat atau tidak dapat mengkristal bersama-sama dalam
campuran yang homogen. Namun kemiripan baik dari rumus maupun sifat-sifat
kimia tidaklah cukup untuk menjamin pengkristalan yang homogen. Dua zat
2
serupa yang dikenal dengan baik yang tidak mengkristal secara homogen adalah
NaCl dan KCl.
Suatu zat tunggal yang mengkristal dalam dua atau lebih bentuk yang
berlainan pada kondisi yang berlainan, dikatakan bersifat polimorf, contohnya
CaCO3, SiO2, S, C, dan lain-lain. Bentuk polimorf juga disebut bentuk alotropi
dalam hal unsur.
Suatu zat yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai struktur
yang teratur disebut amorf (tanpa bentuk), contohnya ter dan kaca. Zat amorf
tidak mempunyai titik leleh tertentu yang tepat, sebaliknya zat amorf melunak
secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam suatu jangkauan temperatur
sehingga sulit untuk dipelajari.
3
Gambar 2.1 Rekristalisasi
2.3. Karakteristik Kristal
Kisi kristal adalah seperangkat titik yang jaraknya selalu berulang dalam
struktur dan tersusun menurut garis pada sudut yang sama di dalam kristal. Bagian
terkecil dari kisi kristal yang dapat digunakan untuk memberikan struktur kristal
itu disebut suatu sel satuan. Secara teroritis, kristal keseluruhan dapat direproduksi
dengan menyusun sel-sel satuan itu. Satuan sel dari seluruh besi tiga dimensi
adlan sama dalam jumlah sudutnya (ada delapan).
Satuan sel berbeda pada panjang sisinya (a, b, dan c), pada sudut berhadapan
dengannya (α, β, dan γ). Pada tahun 1848 Auguste Bravais menunjukkan bahwa
hanya ada 14 macam-macam kisi, yang dibagi dalam tujuh dasar sistem kristal.
4
120˚
positif lebih kecil dari ion negatifnya, maka nilai < 1. Dalam kristal, satu
ion positif akan dikelilingi oleh beberapa ion negatif, demikian pula sebaliknya,
satu ion negatif dikelilingi oleh beberapa ion positif. Jumlah ion tetangga yang
dimiliki sebuah ion disebut bilangan koordinasi. Bilangan ini bergantung pada
perbandingan jari-jarinya dan strukturnya ditentukan oleh nilai bilangan
koordinasi tersebut.
6
Gambar 2.3 Struktur Kristal Natrium Klorida
Sumber : chem-is-try.org
7
Gambar 2.5 Kubus Terjejal
Sumber : cnx.org
pada lapisannya, ditambah empat dari lapisan atas dan empat dari lapisan
bawah.
• Kubus Berpusat Badan
Ada atom-atom logam yang tidak terjejal, tetapi tersusun sedemikian rupa
sehingga atom dalam satu lapisan tidak bersentuhan. Persentuhan hanya
dengan lapisan atas dan bawahnya. Jumlah persentuhan itu delapan, yaitu
empat di atas dan empat di bawah. Bentuk-bentuk kristal unsur logam
golongan utama dan transisi tercantum pada.
8
Gambar 2.7 Struktur Kristal Intan
Sumber : chem-is-try.org
9
2.5. Air Kristal
Air kristal adalah suatu kristal yang terbentuk dari larutan garam yang
terhidrasi oleh air yang diuapkan sampai garam tersebut mengkristal. Proses ini
disebut atau juga dikenal sebagai kristalisasi, contoh :
• FeCl3.6H2O (Besi (III) klorida heksahidrat)
• CuSO4.5H2O (Tembaga (II) sulfat pentahidrat)
Air mudah melarutkan banyak senyawa ion karena hidrasi ion-ion tersebut.
Hidrasi adalah proses penggugusan ion-ion dengan satu molekul air atau lebih.
Dalam larutan banyaknya molekul air yang mengerumuni ion-ion nampaknya tak
tertentu; namun, seringkali bila suatu larutan air (dari suatu garam yang larut)
diuapkan, garam itu mengkristal dengan banyaknya molekul air yang tepat
tertentu, yang disebut air kristalisasi.
Bila CuCl2 dan MgCl2 dikristalkan dari dalam larutan air, garam-garam yang
terbentuk masing-masing mempunyai komposisi CuCl2.4H2O dan MgCl2.6H2O.
dalam CuCl2.4H2O molekul air dibayangkan berada pada titik sudut suatu bujur
sangkar, dengan ion Cu2+ berada di tengah; dalam MgCl2.6H2O molekul air diikat
dalam suatu struktur oktahedral dengan ion Mg2+ di tengah-tengah. Dalam
kebanyakan hal, ternyata air kristal dalam garam dikaitkan dengan ion positif.
Misalnya ion terhidrasi [Cu(H2O)4]2+ atau [Mg(H2O)2]2+ bersifat sebagai satuan-
satuan dan bersama dengan ion-ion Cl- membangun masing-masing kristal
CuCl2.4H2O dan MgCl2.6H2O.
Selain itu, bila larutan FeCl3 ditambahkan secara perlahan pada air mendidih
dalam reaksi kimia ion-ion besi (III) yang terhidrasi akan kehilangan air dan ion
hidrogen, sehingga membentuk suatu oksida yang terhidrasi, yaitu FeO3.xH2O
dimana kandungan molekul airnya (x) bermacam-macam.
Untuk menekankan ada tidaknya air hidrasi dalam suatu garam atau untuk
menandakan air kristal maka digunakan istilah anhidrat dan hidrat. Hal ini
dilakukan karena seringkali dalam menamai garam atau menulis rumus untuk
garam-garam tersebut, rumus atau nama garam tak berhidrasi digunakan untuk
menyatakan garam berhidrasi. Misalnya, suatu tembaga sulfat dapat dinyatakan
10
dengan rumus CuSO4 dalam persamaan, padahal dalanm kenyataannya baik ion
Cu2+ maupun ion SO42- terhidrasi dalam larutan itu. Contoh :
• CuSO4 Tembaga sulfat anhidrat
• CuSO4.5H2O Tembaga sulfat pentahidrat
• CaSO4. 2H2O Kalsium sulfat dihidrat/gips
• ZnCl2 Zink klorida anhidrat
• ZnCl2.6H2O Zink klorida heksahidrat
• Na2CO3.10H2O Natrium karbonat dekahidrat
Keterangan :
Hidrat = mengandung molekul air (H2O)
Anhidrat = tidak mengandung molekul air (H2O)
11
• Jawaban :
CuSO4.xH2O(s) CuSO4(s) + xH2O(g)
mol:
x= =5
Dari contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa rumus empiris dapat dicari
dengan cara yang sederhana. Namun, jika suatu sebab yang membuat Mr tidak
dapat dihitung/ditentukan, kita hanya bias menghitung rumus yang paling
sederhana dari analisis kimia.
Jika rumus empirik suatu senyawa sudah diketahui, kita dapat menarik
kesimpulan tentang sifat – sifat fisik dan kimia dari suatu zat, yaitu:
• Dari mengetahui rumus empirik suatu senyawa, kita dapat melihat unsur
apa saja yang terkandung dalam senyawa tersebut dan berapa jumlah atom
dalam molekulnya.
• Dari mengetahui rumus empirik suatu senyawa, kita dapat menentukan Mr
dari suatu senyawa. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung dan
menjumlahkan Ar dari tiap atom yang membentuk senyawa tersebut.
• Dari mengetahui rumus empirik ini, kita dapat menghitung komposisi
presentase zat dalam suatu senyawa.
• Jika jumlah diketahui, dan Mr diketahui, dapat dihitung volume suatu zat
berbentuk gas yang jumlahnya diketahui pada suhu dan tekanan tertentu.
12
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
• Aquadest.
MgSO4.xH2O :
Bentuk zat : padatan kristal (serbuk).
Warna : putih.
13
FeCl3.xH2O :
Bentuk zat : kristal padat dengan
adanya sedikit cairan/gel
wadah.
Warna : coklat kemerahan (kuning
kecoklatan.
MgSO4.xH2O:
-Kristal menjadi kering.
FeCl3.xH2O:
14
-Kristal menjadi kering.
FeCl3.xH2O:
-Warnanya berubah menjadi merah
bata (coklat kemerahan).
15
Persamaan:
1. Ketika pemanasan, ada air yang
menguap.
2. Saat penambahan air, ketiga zat
tersebut mengalami perubahan warna
dan wujud kembali seperti semula.
Perbedaan:
1.Pada pemanasan MgSO4.xH2O
terbentuk gumpalan dan ada rongga-
rongga.
2.Terdapat perubahan warna yang
paling signifikan pada pemanasan
maupun penambahan air pada
CuSO4.xH2O.
B. Pengamatan Kuantitatif
1. Menyediakan 3 buah cawan Berat cawan:
penguap yang bersih. Menimbang Cawan kecil = 23,5352 gr untuk
dan mencatat dengan teliti beratnya. CuSO4.xH2O
Cawan sedang = 54,3977 gr
untuk MgSO4.xH2O
Cawan besar = 86,2782 gr untuk
FeCl3.xH2O
2. Memasukkan zat padat yang Berat zat:
mengandung air kristal ke dalam CuSO4.xH2O = 1,0019 gr.
cawan, lalu menimbang dan MgSO4.xH2O = 1,0041 gr.
mencatat berat zat. FeCl3.xH2O = 1,0073 gr.
3. Memanaskan cawan yang berisi Berat zat setelah dipanaskan + cawan:
sampel sampai terjadi perubahan CuSO4.xH2O = 24,1713 gr.
warna. Tepat saat warna MgSO4.xH2O = 54,9261 gr.
homogen/seragam (warna sampel FeCl3.xH2O = 86,6103 gr.
telah berubah semua) dari warna
sebelum pemanasan, menghentikan
pemanasan dan segera menimbang
beratnya dengan teliti.
4. Menghitung kehilangan berat Berat zat setelah dipanaskan (kristal
setelah pemanasan, bila kehilangan anhidrat):
berat tersebut menunjukkan jumlah 1. CuSO4(s) = 0,6355 gr.
air kristal yang terkandung dalam 2. MgSO4(s) = 0,5284 gr.
sampel, menentukan rumus empirik 3. FeCl3(s) = 0,3321 gr.
dari air kristal tersebut, kemudian
membandingkan dengan rumus Massa yang hilang (berat air kristal):
empirik teoritis dan 1. CuSO4 = 0,3664 gr.
mendiskusikannya. 2. MgSO4 = 0,4757 gr.
16
3. FeCl3 = 0,6752 gr.
Perbedaan:
-Ada perbedaan jumlah massa yang
hilang dari tiap zat.
-Ada perbedaan waktu antara zat-zat
tersebut hingga mencapai warna yang
homogen.
Keterangan :
1. Rumus untuk menentukan berat zat anhidrat
= berat (zat + cawan) setelah pemanasan – berat cawan.
17
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS
4.1. Perhitungan
4.1.1. CuSO4.xH2O
- Dari literatur = CuSO4.5H2O.
- Mr CuSO4 = 159,6096 gr/mol.
- Mr H2O = 18,01528 gr/mol.
- Persamaan reaksi: CuSO4.xH2O(s) CuSO4(s) + xH2O(g)
1,0019 gr 0,6355 gr 0,3664 gr
mol H2O(s) = X =
mol CuSO4(s) 1
X = 5,108082499 ≈ 5
% kesalahan = x 100%
= x 100%
18
= 0%
4.1.2. MgSO4.xH2O
- Dari literatur = MgSO4.7H2O
- Mr MgSO4 = 120,3686 gr/mol.
- Mr H2O = 18,01528 gr/mol.
- Persamaan reaksi: MgSO4.xH2O(s) MgSO4(s) + xH2O(g)
1,0041 gr 0,5284 gr 0,4757 gr
- Perhitungan:
mol MgSO4(s) = 0,5284 gr x = 4,38984918 x 10-3 mol
= 0,166248396
X = 6,015095616 6
% kesalahan = x 100 %
= X 100%
= 14,28571429 % 14,29 %
4.1.3. FeCl3.xH2O
- Dari literatur = FeCl3.6H2O
- Mr FeCl3 = 162,2051 gr/mol.
- Mr H2O = 18,01528 gr/mol.
- Persamaan reaksi: FeCl3(s) + xH2O(l) FeCl3(s) + xH2O(g)
1,0073 gr 0,3321 gr 0,6752 gr
- Perhitungan:
mol FeCl3 = 0,3321 gr x = 2,047407881 x 10-3 mol
19
mol H2O = 0,6752 gr x = 0,037479296 mol
= 0,054627704
X = 18,30572976 18
% kesalahan = x 100 %
= X 100%
= 200 %
4.2. Analisis
4.2.1. Analisis Percobaan
4.2.1.1. Pengamatan Kualitatif
Pengamatan kualitatif adalah pengamatan berdasarkan sifat fisik atau dalam
percobaan in, pengamatan kualitatif ditekankan dengan adanya molekul air dalam
suatu hidrat. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa
dehidrasi (pelepasan air) dan peristiwa hidrasi (pengikatan air) pada zat yang
mengandung air kristal. Dalam hal ini kita hanya menekankan pada ada atau
tidaknya molekul air pada suatu air kristal, apa yang terjadi jika tidak ada molekul
air (apa perbedaannya antara hidrat dan anhidrat dari suatu zat), serta apa saja
yang terjadi pada proses hidrasi dan dehidrasi. Berikut adalah langkah-langkah
yang digunakan dalam proses pengamatan kualitatif:
a) Meminta kepada asisten 3 macam zat padat yang mengandung air kristal,
kemudian mengamati sifat fisik zat-zat tersebut.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan karakteristik awal dari zat-
zat yang akan diuji pada zat tersebut yang menjadi indikator adanya
perubahan pada zat setelah dilakukan pengujian.
20
b) Memasukkan masing-masing zat tersebut kedalam tabung reaksi sesuai
dengan nama zat tersebut.
Pemanasan bertujuan untuk melepaskan ikatan molekul air atau yang disebut
juga sebagai proses dehidrasi, hal ini dapat terjadi karena adanya perpindahan
energi kepada kristal pada saat pemanasan yang menyebabkan molekul air
memiliki energi lebih sehingga dapat mengatasi ikatan dalam kristal dan
kemudian menguap. Pengamatan yang dilakukan sesudahnya bertujuan untuk
mengamati perubahan apa saja yang terjadi dalam proses dehidrasi.
Hal ini bertujuan agar kita mengetahui apa saja reaksi yang terjadi dalam
proses pemanasan dan penambahan air sehingga kita mengetahui lebih lanjut
mengenai proses dehidrasi dan hidrasi.
21
4.2.1.2. Pengamatan Kuantitatif
Pengamatan kuantitatif adalah pengamatan yang didasarkan pada jumlah zat
padat sebelum dan sesudah pemanasan atau lebih menekankan pada perhitungan
mol senyawa hidrat dan senyawa anhidrat setelah proses pemanasan Hal ini
bertujuan untuk mengetahui rumus empirik suatu zat yang mengandung air kristal
dengan menggunakan perbandingan mol. Pengamatan ini hanya memerlukan
proses pemanasan. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengamatan kuantitatif:
a) Menyediakan 3 buah cawan penguap yang bersih, kemudian menimbang
dan mencatat dengan teliti berat cawan.
b) Memasukkan zat padat yang mengandung air kristal kedalam cawan lalu
menimbang dan mencatat berat zat.
Pemanasan pada zat ini dilakukan dengan tujuan untuk menguapkan air yang
ada didalam zat sehingga tidak ada lagi molekul air di dalam zat tersebut dan
zat tersebut mengering. Dengan menguapnya molekul air tersebut, otomatis
22
berat zat tersebut berkurang, sehingga harus ditimbang kembali. Zat harus
segera ditimbang untuk mencegah adanya air dari udara yang kembali terlarut
dalam zat akibat adanya kemungkinan sifat zat yang higroskopis. Zat yang
telah mengering tersebut juga berubah warna, dikarenakan beberapa zat dapat
berubah warna karena adanya molekul air tersebut.
• CuSO4.xH2O
CuSO4.xH2O atau disebut ‘blue vitriol’ berwujud kristal biru. Ketika diletakan
dalam udara terbuka (pada saat sebelum pemanasan), zat tetap berbentuk kristal
dikarenakan tidak ada perbedaan tekanan parsial air (H2O) yang cukup signifikan
sehingga kristal tidak melapuk dan juga tidak mencair.
23
Pada saat proses pemanasan molekul –molekul air dalam air kristal akan
mendapat energi yang lebih sehingga molekul air yang terikat dalam air kristal
dapat mengatasi energi yang mengikatnya sehingga menjadi molekul bebas di
udara. Warna biru pada CuSO4.5H2O disebabkan oleh adanya molekul air dalam
kristal tersebut, sehingga ketika molekul air menghilang pada proses pemanasan,
warna biru pada kristal juga ikut menghilang dan warna zat berubah menjadi
warna dari CuSO4(s) yaitu putih keabu-abuan. Pada saat proses penambahan air
(hidrasi) warna zat akan berubah menjadi biru kembali dikarenakan adanya
molekul air pembawa warna biru pada zat.
• MgSO4.xH2O
• FeCl3.xH2O
FeCl3.xH2O merupakan suatu jenis air kristal yang seharusnya berwarna coklat
kekuning-kuningan atau kemerah-merahan. Kristal ini memiliki sifat yang amat
higroskopis atau delikuensi (mudah menyerap air), sehingga ketika diamati sesaat
sebelum dipanaskan wujud zat ada yang berupa gel (terdapat kandungan air) dan
24
ada juga yang berupa kristal padat. Hal ini disebabkan sebelum dipanaskan zat ini
telah sempat menyerap air dari udara. Terjadinya interaksi zat dengan udara
disebabkan oleh wadah yang kurang kedap udara. Ketika terjadi pelepasan air atau
pada saat pemanasan, zat akan kehilangan air sehingga menjadi keras serta
menggumpal, dan ketika ada penambahan air, maka zat akan berwujud kembali
seperti semula.
25
dengan massa anhidrat ditambah massa air). Dengan demikian, kita dapat
mengetahui perbandingan mol dari anhidrat dengan molekul air, sehingga kita
dapat mengetahui rumus empirik dari suatu kristal. Setelah itu, kita
membandingkannya dengan data yang diperoleh dari literatur, sehingga
persentase kesalahan dapat kita ketahui.
Untuk mendapatkan massa zat awal, hal pertama yang perlu dilakukan adalah
meletakkan cawan didalam timbangan , kemudian mengkalibrasi timbangan
menajadi 0 dan kemudian menimbang zat, sehingga hanya berat zat yang
tertimbang.
Persamaan reaksi yang digunakan, misalnya:
CuSO4.xH2O(s) CuSO4(s) + xH2O(g)
Sehingga secara umum persamaan reaksinya dapat dituliskan:
Hidrat(s) Anhidrat(s) + xH2O(g)
26
=
x=
% kesalahan =
27
Angka yang diapaki dalam perhitungan merupakan angka pembulatan sehingga
hal ini mempengaruhi ketelitian dalam perhitungan
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
28
Berikut ini adalah kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan :
• Kristal dapat mengalami dehidrasi yaitu lepasnya molekul air dari dalam
molekul kristal (misalnya karena pemanasan)
• Kristal dapat mengalami hidrasi, yaitu terikatnya molekul air dengan
molekul kristal
• Kristal yang telah mengalami hidrasi atau terdapat molekul air disebut
hidrat
• Kristal yang tidak memiliki molekul air atau telah mengalami dehidrasi
disebut anhidrat
• Hidrasi ditandai dengan kembali zat ke bentuk semula
• Dehidrasi ditandai dengan perubahan bentuk zat yang menjadi kering
• Perhitungan rumus empirik dari suatu senyawa air kristal dapat dilakukan
dengan melakukan percobaan kuantitatif yang relative sederhana dengan
menggunakan angka banding mol.
• Rumus empirik sampel adalah CuSO4.5H2O, MgSO4.7H2O dan
FeCl3.6H2O
• Persentase kesalahan berturut-turut untuk CuSO4.XH2O, MgSO4.XH2O,
FeCl3.XH2O adalah 0%, 14,29% dan 200%
5.2. Saran
Agar mendapatkan hasil yang lebih akurat pada percobaan ini, sebaiknya
gunakan alat dan bahan yang jauh lebih baik dan tidak terkontaminasi. Hal ini
sangat penting mengingat percobaan ini merupakan percobaan kuantitatif yang
sangat bergantung pada ketelitian data. Terutama sekali pada kristal-kristal yang
digunakan, jangan sampai terkontaminasi dengan zat lain agar hasil
perhitungannya lebih akurat. Disamping itu, timbangan yang digunakan juga
haruslah timbangan yang masih layak beroperasi agar pengukurannya bisa akurat.
29