You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Lat
ar Belakang Percobaan
Keberadaan senyawa air amatlah dekat dengan kita, dan seringkali molekul
air terdapat didalam berbagai senyawa, baik itu senyawa padat, cair maupun gas.
Zat padat yang mengandung kandungan air didalamnya disebut dengan air kristal.
Zat padat yang mengandung air ini disebut juga dengan hidrat, dan bila hidrat ini
dikeringkan, akan menjadi anhidrat.
Uniknya, molekul hidrat dan anhidrat ini akan memiliki sifat kimia dan fisika
yang berbeda. Karena itulah, segala hal yang berhubungan dengan hidrat dan
anhidrat ini sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Pada akhirnya, penulis
berharap agar kajian mengenai air kristal ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
pemenuhan wawasan

1.2. Tuj
uan Percobaan
1. Mempelajari peristiwa-peristiwa dehidrasi dan hidrasi pada suatu zat padat
yang mengandung air kristal
2. Menghitung rumus empirik air kristal

1.3. Pri
nsip Kerja
1. Melakukan uji tes zat padat yang mengandung air kristal serta melihat
perubahan fisik dari zat (meliputi warna dan bentuk) setelah melakukan
pemanasan dan diberi tambahan akuades
2. Menghitung rumus empirik dari data yang didapat setelah menghitung
perubahan massa zat padat yang mengandung air kristal setelah melalui
pemanasan

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Kristal
Kristal adalah suatu benda padat homogen yang terikat secara kuat dan
tersusun secara simetris dan teratur serta mempunyai permukaan yang datar atau
dibatasi oleh bidang datar, sedangkan suatu zat yang tampil sebagai zat padat,
tetapi tidak mempunyai struktur yang teratur disebut amorf (tanpa bentuk),
contohnya ter dan kaca. Zat amorf tidak mempunyai titik leleh tertentu yang tepat,
sebaliknya zat amorf melunak secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam
suatu jangkauan temperatur sehingga sulit untuk dipelajari. Zat padat kristal
umumnya mempunyai mempunyai titik lebur yang tajam (rentangan suhunya
kecil) sehingga mudah untuk dipelajari.
Kristal terdiri dari partikel-partikel penyusun yang berupa padatan dengan
permukaan datar yang dapat berupa ion, atom, maupun molekul. Kristal dapat
terbentuk karena dapat tumbuh lebih ke satu arah. Bentuk susunan yang rapi dan
teratur dari suatu kristal adalah cerminan dari pengulangan pola dari atom,
molekul atau ion yang berada di dalamnya.
Dua zat yang mempunyai struktur kristal yang sama dikatakan isomorf.
Rumus pasangan zat semacam itu biasanya menunjukkan bahwa angka banding
atom-atomnya sama, misalnya:
• NaF dan MgO 1:1
• Cr2O3 dan Fe2O3 2:3
• K2SeO4 2:1:1
• NaNO3 dan CaCO3 1:1:3
Zat-zat isomorf dapat atau tidak dapat mengkristal bersama-sama dalam
campuran yang homogen. Namun kemiripan baik dari rumus maupun sifat-sifat
kimia tidaklah cukup untuk menjamin pengkristalan yang homogen. Dua zat

2
serupa yang dikenal dengan baik yang tidak mengkristal secara homogen adalah
NaCl dan KCl.
Suatu zat tunggal yang mengkristal dalam dua atau lebih bentuk yang
berlainan pada kondisi yang berlainan, dikatakan bersifat polimorf, contohnya
CaCO3, SiO2, S, C, dan lain-lain. Bentuk polimorf juga disebut bentuk alotropi
dalam hal unsur.
Suatu zat yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai struktur
yang teratur disebut amorf (tanpa bentuk), contohnya ter dan kaca. Zat amorf
tidak mempunyai titik leleh tertentu yang tepat, sebaliknya zat amorf melunak
secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam suatu jangkauan temperatur
sehingga sulit untuk dipelajari.

2.2. Cara terbentuknya kristal


Kristal dapat terbentuk melalui tiga cara, yaitu dari reaksi pengendapan,
penjenuhan larutan, peralihan wujud
• Reaksi Pengendapan
Ada reaksi kimia dalam larutan yang menghasilkan senyawa yang tidak larut
(zat padat), contohnya AgCl dari reaksi AgNO3 dan NaCl.
AgCl(aq) + NaCl(aq)  AgCl(s) + NaNO3(aq)
• Penjenuhan Larutan
Larutan yang dijenuhkan akan membentuk kristal padat, contohnya
pembuatan garam dari air laut di Madura. Proses ini disebut juga rekristalisasi.
• Peralihan Wujud
Suatu cairan dapat diubah jadi padat dengan menurunkan suhu sampat titik
bekunya. Proses ini disebut membekukan, seperti membuat es dari air. Suatu
gas tertentu dapat diubah jadi padat melalui proses yang disebut deposisi,
seperti membuat hablur naftalena dari uapnya.

Pembentukan kristal melalui rekristalisasi atau pembekuan biasanya dimulai


dari satu titik, dan kemudian berkembang ke segala arah atau ke arah tertentu.

3
Gambar 2.1 Rekristalisasi
2.3. Karakteristik Kristal
Kisi kristal adalah seperangkat titik yang jaraknya selalu berulang dalam
struktur dan tersusun menurut garis pada sudut yang sama di dalam kristal. Bagian
terkecil dari kisi kristal yang dapat digunakan untuk memberikan struktur kristal
itu disebut suatu sel satuan. Secara teroritis, kristal keseluruhan dapat direproduksi
dengan menyusun sel-sel satuan itu. Satuan sel dari seluruh besi tiga dimensi
adlan sama dalam jumlah sudutnya (ada delapan).
Satuan sel berbeda pada panjang sisinya (a, b, dan c), pada sudut berhadapan
dengannya (α, β, dan γ). Pada tahun 1848 Auguste Bravais menunjukkan bahwa
hanya ada 14 macam-macam kisi, yang dibagi dalam tujuh dasar sistem kristal.

Sistem Panjang sisi Sudut Contoh


Kubus a=b=c α = β = γ = 90˚ CaO, NaCl
Tetragonal a=b≠c α = β = γ = 90˚ SnO2, BaSO4.4H2O
Ortorombik a≠b≠c α = β = γ = 90˚ HgCl2, K2SO4
Monoklinik a≠b≠c α = β = 90˚ ≠ γ
Triklinik a≠b≠c α≠β≠γ CuSO4.5H2O,
K2S2O8
Rombohedral a=b=c α = β = γ ≠ 90 Cl2O3, CaCO3
Heksagonal a=b≠c α = β = 90˚ ; γ = IO2, O8I

4
120˚

Tabel 2.1 Tujuh Dasar Sistem Kristal

2.4. Jenis Kristal dan Sifatnya


Rancangan khusus dan sifat-sifat fisik dari zat padat ditentukan oleh jenis
partikel yang ada pada titik-titik kisi dan sifat dari gaya tarik antara partikel-

Gambar 2.2 Tujuh


5 Sistem Kristal
Sumber : chem-is-try.org
partikel tersebut. Akibatnya kristal-kristal dapat dibagi menjadi beberapa jenis
dengan sifat tertentu.

2.4.1. Kristal Ion


Senyawa ion dalam bentuk padat akan membentuk kristal dengan partikel
terkecil ion positif dan negatif. Biasanya zatnya keras dengan titik leleh yang
tinggi dan sangat rapuh. Bila dipukul akan hancur, hal ini dikarenakan kristal ion
tersusun atas ikatan ion yang kuat dan ikatan itu akan putus bila ditempa dengan
tenaga yang besar akibat sejumlah ion saling lepas satu sama lain karena terjadi
perubahan dari tarik menarik menjadi tolak menolak. Pada keadaan padat,
senyawa ion merupakan konduktor yang buruk, karena ion-ionnya diikat kuat
pada tempatnya. Bila dilelehkan maka ion-ionnya bergerak sehingga zat ionik
menjadi konduktor yang baik.
Bentuk kristal ion dipengaruhi oleh perbandingan jari-jari ion. Biasanya ion

positif lebih kecil dari ion negatifnya, maka nilai < 1. Dalam kristal, satu
ion positif akan dikelilingi oleh beberapa ion negatif, demikian pula sebaliknya,
satu ion negatif dikelilingi oleh beberapa ion positif. Jumlah ion tetangga yang
dimiliki sebuah ion disebut bilangan koordinasi. Bilangan ini bergantung pada
perbandingan jari-jarinya dan strukturnya ditentukan oleh nilai bilangan
koordinasi tersebut.

6
Gambar 2.3 Struktur Kristal Natrium Klorida
Sumber : chem-is-try.org

2.4.2. Kristal Logam


Kita ketahui bahwa sebatang logam terdiri dari atom-atom yang menyatu
melalui ikatan logam. Dalam kristal ini hanya ada satu jenis logam, maka semua
atom dapat bersentuhan. Karena jari-jari atomnya sama, maka struktur yang
mungkin adalah heksagonal dan kubus.
Bila diambil selapis atom dalam kristal logam, jika suatu atom dalam logam
tersebut bersentuhan dengan beberapa atom lain, maka struktur itu disebut
struktur terjejal (closest packed). Oleh sebab itu, struktur kristal logam disebut
juga heksagonal terjejal dan kubus terjejal. Di samping itu, ada struktur kubus
berpusat badan dengan susunan tidak terjejal.
• Heksagonal Terjejal
Dalam heksagonal terjejal (hcp = hexagonal closest packed), satu atom
bersentuhan dengan tiga atom pada lapisan atas dan tiga atom pada lapisan
bawah. Jadi, bilangan koordinasinya dua belas, enam dalam satu lapisan
ditambah tiga atas dan tiga bawah.

Gambar 2.4 Heksagonal Terjejal


Sumber : everyscience.com
• Kubus Terjejal
Dalam kristal kubus terjejal (ccp = cubic closest packed), satu atom
bersentuhan dengan empat atom pada lapisan atas dan empat atom pada
lapisan bawah. Akibatnya, bilangan koordinasi menjadi dua belas, yaitu empat

7
Gambar 2.5 Kubus Terjejal
Sumber : cnx.org
pada lapisannya, ditambah empat dari lapisan atas dan empat dari lapisan
bawah.
• Kubus Berpusat Badan
Ada atom-atom logam yang tidak terjejal, tetapi tersusun sedemikian rupa
sehingga atom dalam satu lapisan tidak bersentuhan. Persentuhan hanya
dengan lapisan atas dan bawahnya. Jumlah persentuhan itu delapan, yaitu
empat di atas dan empat di bawah. Bentuk-bentuk kristal unsur logam
golongan utama dan transisi tercantum pada.

Gambar 2.6 Kubus Berpusat Badan


Sumber : pa.msu.edu

2.4.3. Kristal Kovalen


Kristal yang terbentuk dari atom yang berikatan kovalen disebut kristal
kovalen, contohnya karbon (intan dan grafit). Satu atom karbon berikatan dengan
empat atom karbon lain. Dalam intan (diamond), keempat ikatan berbentuk
tetrahedron sehingga molekul berkembang ke segala arah menjadi molekul
raksasa. Akibatnya, intan sangat keras. Zat lain yang serupa intan adalan silikon
(Si) dan silikon karbida (SiC).
Atom karbon dalam grafit juga terikat dengan empat atom karbon yang lain,
tetapi tidak terbentuk tetrahedron. Ada tiga ikatan kovalen dalam satu bidang dan
elektron valensi yang keempat membentuk ikatan kovalen sesaat dengan karbon
lapisan atas dan bawah secara bergantian. Ikatan atom dalam satu bidang sangat
kuat, tetapi antarbidang lemah, maka lapisan grafit dapat digeser, contohnya
pensil bila digoreskan pada kertas akan berbekas karena ada lapisan yang
tertinggal.

8
Gambar 2.7 Struktur Kristal Intan
Sumber : chem-is-try.org

2.4.4. Kristal Molekul


Kristal dapat terbentuk dari partikel melalui gaya Van Der Waals, yang
disebut kristal molekul. Dalam kristal ini, sebagai partikel terkecilnya adalah
molekul kovalen sederhana atau atom. Karena gaya van der Waals tidak
mempunyai arah tertentu, maka kristal ini umumnya berstruktur terjejal.
Gaya van der waals atau yang juga biasa disebut gaya London terdapat dalam
kristal-kristal zat yang nonpolar seperti I2, Ar, O2, naftalen, dan CO2 (es kering).
Karena gaya ini relatif lemah (dibandingkan dengan gaya taik kovalen atau ion),
maka kristal molekuler mempunyai energi kisi yang rendah dan mudah sekali
rusak; dapat dikatakan bahwa zatnya lembek. Hanya diperlukan sedikit energi
panas untuk mengimbangi gaya tarik ini sehingga zat padat molekuler cenderung
mempunyai titik leleh yang rendah. Kristal ini merupakan konduktor listrik yang
buruk, sebab semua elektron terikat pada molekulnya sendiri dan tidak bebas
bergerak dalam padatan.

Gambar 2.8 Struktur Kristal Iodin


Sumber : chem-is-try.org

9
2.5. Air Kristal
Air kristal adalah suatu kristal yang terbentuk dari larutan garam yang
terhidrasi oleh air yang diuapkan sampai garam tersebut mengkristal. Proses ini
disebut atau juga dikenal sebagai kristalisasi, contoh :
• FeCl3.6H2O (Besi (III) klorida heksahidrat)
• CuSO4.5H2O (Tembaga (II) sulfat pentahidrat)
Air mudah melarutkan banyak senyawa ion karena hidrasi ion-ion tersebut.
Hidrasi adalah proses penggugusan ion-ion dengan satu molekul air atau lebih.
Dalam larutan banyaknya molekul air yang mengerumuni ion-ion nampaknya tak
tertentu; namun, seringkali bila suatu larutan air (dari suatu garam yang larut)
diuapkan, garam itu mengkristal dengan banyaknya molekul air yang tepat
tertentu, yang disebut air kristalisasi.
Bila CuCl2 dan MgCl2 dikristalkan dari dalam larutan air, garam-garam yang
terbentuk masing-masing mempunyai komposisi CuCl2.4H2O dan MgCl2.6H2O.
dalam CuCl2.4H2O molekul air dibayangkan berada pada titik sudut suatu bujur
sangkar, dengan ion Cu2+ berada di tengah; dalam MgCl2.6H2O molekul air diikat
dalam suatu struktur oktahedral dengan ion Mg2+ di tengah-tengah. Dalam
kebanyakan hal, ternyata air kristal dalam garam dikaitkan dengan ion positif.
Misalnya ion terhidrasi [Cu(H2O)4]2+ atau [Mg(H2O)2]2+ bersifat sebagai satuan-
satuan dan bersama dengan ion-ion Cl- membangun masing-masing kristal
CuCl2.4H2O dan MgCl2.6H2O.
Selain itu, bila larutan FeCl3 ditambahkan secara perlahan pada air mendidih
dalam reaksi kimia ion-ion besi (III) yang terhidrasi akan kehilangan air dan ion
hidrogen, sehingga membentuk suatu oksida yang terhidrasi, yaitu FeO3.xH2O
dimana kandungan molekul airnya (x) bermacam-macam.
Untuk menekankan ada tidaknya air hidrasi dalam suatu garam atau untuk
menandakan air kristal maka digunakan istilah anhidrat dan hidrat. Hal ini
dilakukan karena seringkali dalam menamai garam atau menulis rumus untuk
garam-garam tersebut, rumus atau nama garam tak berhidrasi digunakan untuk
menyatakan garam berhidrasi. Misalnya, suatu tembaga sulfat dapat dinyatakan

10
dengan rumus CuSO4 dalam persamaan, padahal dalanm kenyataannya baik ion
Cu2+ maupun ion SO42- terhidrasi dalam larutan itu. Contoh :
• CuSO4 Tembaga sulfat anhidrat
• CuSO4.5H2O Tembaga sulfat pentahidrat
• CaSO4. 2H2O Kalsium sulfat dihidrat/gips
• ZnCl2 Zink klorida anhidrat
• ZnCl2.6H2O Zink klorida heksahidrat
• Na2CO3.10H2O Natrium karbonat dekahidrat

Keterangan :
Hidrat = mengandung molekul air (H2O)
Anhidrat = tidak mengandung molekul air (H2O)

2.6. Rumus Empirik


Rumus empirik adalah rumus untuk menyatakan komposisi bahan yang
molekulnya terdiri dari atom – atom yang lebih banyak, digunakan rumus empiric.
Jadi, rumus empiric adalah rumus yang paling sederhana dari suatu molekul.
Jumlah atom suatu unsur tertentu dalam molekul ditulis sebagai subskrip
dibelakang lambang unsur, tetapi lambang unsur sudah menyatakan satu atom
sehingga tidak perlu ditulis sebagai subskrip.
Rumus empirik menunjukan unsur – unsur yang ada dan perbandingan
bilangan bulat paling sederhana dalam suatu molekul. Contohnya, rumus empirik
dari karbon dioksida yang terdiri dari satu atom C dan 2 atom oksigen. Rumus
empiriknya adalah CO2.
Penentuan rumus empirik suatu senyawa dapat dilakukan dengan melakukan
percobaan, dengan cara menentukan presentase jumlah unsure – unsur yang
terdapat dalam suatu zat, hal ini dilakukan dengan metode kuantitatif. Perhitungan
ini juga harus menggunakan massa molekul relatif (Mr), sehingga Mr harus
diukur terlebih dahulu.
• Contoh soal :
Sebanyak 5 gram hidrat dari tembaga (II) sulfat (CuSO4.xH2O) dipanaskan sampai
semua air kristalnya menguap. Jika massa padatan CuSO4 yang terbentuk adalah
3,2 gram, maka tentukanlah rumus hidratnya (Ar Cu= 63,5; S=32; O=16; H=1).

11
• Jawaban :
CuSO4.xH2O(s)  CuSO4(s) + xH2O(g)

mol:

mol: 0,02 mol 0,10 mol

mol CuSO4 : mol H2O = 1 : x = 0,02 : 0,1

x= =5

Jadi, rumus hidrat = CuSO4.5H2O

Dari contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa rumus empiris dapat dicari
dengan cara yang sederhana. Namun, jika suatu sebab yang membuat Mr tidak
dapat dihitung/ditentukan, kita hanya bias menghitung rumus yang paling
sederhana dari analisis kimia.
Jika rumus empirik suatu senyawa sudah diketahui, kita dapat menarik
kesimpulan tentang sifat – sifat fisik dan kimia dari suatu zat, yaitu:
• Dari mengetahui rumus empirik suatu senyawa, kita dapat melihat unsur
apa saja yang terkandung dalam senyawa tersebut dan berapa jumlah atom
dalam molekulnya.
• Dari mengetahui rumus empirik suatu senyawa, kita dapat menentukan Mr
dari suatu senyawa. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung dan
menjumlahkan Ar dari tiap atom yang membentuk senyawa tersebut.
• Dari mengetahui rumus empirik ini, kita dapat menghitung komposisi
presentase zat dalam suatu senyawa.
• Jika jumlah diketahui, dan Mr diketahui, dapat dihitung volume suatu zat
berbentuk gas yang jumlahnya diketahui pada suhu dan tekanan tertentu.

12
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


• Tiga buah tabung reaksi pyrex.
• Penjepit kayu dan pipet tetes.
• Tiga buah cawan penguap.
• Alat pembakar bunsen.
• Zat padat yang mengandung air kristal:
CuSO4.xH2O, FeCl3.xH2O, dan MgSO4.xH2O

• Aquadest.

3.2. Langkah Kerja dan Data Pengamatan


No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan dan Keterangan
A Pengamatan Kualitatif
1. Meminta kepada asisten 3 macam  CuSO4.xH2O :
zat padat yang mengandung air Bentuk zat : butiran kristal.
kristal. Mengamati dan mencatat Warna : biru langit.
nama dan warna zat.

Gambar 3.1 CuSO4.xH2O


Sumber : tradeindia.com

 MgSO4.xH2O :
Bentuk zat : padatan kristal (serbuk).
Warna : putih.

Gambar 3.2 MgSO4.xH2O


Sumber : alibaba.com

13
 FeCl3.xH2O :
Bentuk zat : kristal padat dengan
adanya sedikit cairan/gel
wadah.
Warna : coklat kemerahan (kuning
kecoklatan.

Gambar 3.3 FeCl3.xH2O


Sumber : unitednuclear.com

2. Memasukkan masing-masing zat Kristal diurutkan dalam rak tabung


tersebut ke dalam tabung reaksi reaksi
pyrex dan memberi label sesuai
dengan nama zat.

3. Menggunakan penjepit kayu untuk Pembakar bunsen diganti dengan lampu


memegang tabung reaksi dan spiritus.
memanaskannya di bunsen. Perubahan yang terjadi setelah
Mengamati perubahan yang pemanasan:
terjadi.  CuSO4.xH2O:
-Bentuk zat berubah menjadi serbuk.

-Warna berubah menjadi putih pucat.

-Terdapat uap air yang timbul.

 MgSO4.xH2O:
-Kristal menjadi kering.

-Bentuk zat menjadi menggumpal


dengan adanya rongga-
rongga/lubang-lubang.

-Adanya uap air yang menempel


pada tabung reaksi.

 FeCl3.xH2O:

14
-Kristal menjadi kering.

-Bentuk zat menjadi keras dan


menggumpal.

-Warna zat menjadi hitam


(kehitaman).

Dikarenakan waktu pemanasan yang


terlalu lama jika menggunakan
tabung reaksi, maka pengamatan
kualitatif dari FeCl3 dilakukan
bersamaan dengan pengamatan
kuantitatif dari FeCl3.

4. Meneteskan sedikit ait ke dalam Air yang dipergunakan adalah aquadest.


tabung reaksi tersebut. Mengamati
dan mencatat perubahan yang Perubahan yang terjadi setelah
terjadi. pemanasan:
 Cu SO4.xH2O:
-Menjadi kristal seperti semula.
-Menjadi berwarna biru kembali.
-Ada uap yang timbul.
 MgSO4.xH2O:
-Tetap berwarna putih.

-Wujud zat berubah menjadi kristal


(lebih besar dari sebelumnya).

 FeCl3.xH2O:
-Warnanya berubah menjadi merah
bata (coklat kemerahan).

-Terbentuk endapan merah


bata/kuning kecoklatan.

5. Menuliskan persamaan reaksi Persamaan reaksi pada pemanasan.


yang terjadi pada pemanasan dan CuSO4.xH2O(s)  CuSO4(s) + xH2O(g)
penambahan air. Menjelaskan MgSO4.xH2O(s)  MgSO4(s) + xH2O(g)
persamaan dan perbedaan ke-3 zat FeCl3.xH2O(s)  FeCl3(s) + xH2O(g)
dari hasil pengamatan.
Persamaan reaksi pada penambahan air.
CuSO4(s) + xH2O(l)  CuSO4.xH2O(g)
MgSO4(s) + xH2O(l)  MgSO4.xH2O(g)
FeCl3(s) + xH2O(l)  FeCl3.xH2O(g)

15
Persamaan:
1. Ketika pemanasan, ada air yang
menguap.
2. Saat penambahan air, ketiga zat
tersebut mengalami perubahan warna
dan wujud kembali seperti semula.

Perbedaan:
1.Pada pemanasan MgSO4.xH2O
terbentuk gumpalan dan ada rongga-
rongga.
2.Terdapat perubahan warna yang
paling signifikan pada pemanasan
maupun penambahan air pada
CuSO4.xH2O.

B. Pengamatan Kuantitatif
1. Menyediakan 3 buah cawan Berat cawan:
penguap yang bersih. Menimbang  Cawan kecil = 23,5352 gr  untuk
dan mencatat dengan teliti beratnya. CuSO4.xH2O
 Cawan sedang = 54,3977 gr 
untuk MgSO4.xH2O
 Cawan besar = 86,2782 gr  untuk
FeCl3.xH2O
2. Memasukkan zat padat yang Berat zat:
mengandung air kristal ke dalam  CuSO4.xH2O = 1,0019 gr.
cawan, lalu menimbang dan  MgSO4.xH2O = 1,0041 gr.
mencatat berat zat.  FeCl3.xH2O = 1,0073 gr.
3. Memanaskan cawan yang berisi Berat zat setelah dipanaskan + cawan:
sampel sampai terjadi perubahan  CuSO4.xH2O = 24,1713 gr.
warna. Tepat saat warna  MgSO4.xH2O = 54,9261 gr.
homogen/seragam (warna sampel  FeCl3.xH2O = 86,6103 gr.
telah berubah semua) dari warna
sebelum pemanasan, menghentikan
pemanasan dan segera menimbang
beratnya dengan teliti.
4. Menghitung kehilangan berat Berat zat setelah dipanaskan (kristal
setelah pemanasan, bila kehilangan anhidrat):
berat tersebut menunjukkan jumlah 1. CuSO4(s) = 0,6355 gr.
air kristal yang terkandung dalam 2. MgSO4(s) = 0,5284 gr.
sampel, menentukan rumus empirik 3. FeCl3(s) = 0,3321 gr.
dari air kristal tersebut, kemudian
membandingkan dengan rumus Massa yang hilang (berat air kristal):
empirik teoritis dan 1. CuSO4 = 0,3664 gr.
mendiskusikannya. 2. MgSO4 = 0,4757 gr.

16
3. FeCl3 = 0,6752 gr.

Rumus empirik akan dibahas pada


perhitungan.
5. Melakukan percobaan ini untuk ke- Persamaan:
3 jenis zat/sampel yang berbeda dan Ketika dipanaskan, ketiga zat sama-
menunjukkan persamaan serta sama mongering dan mengalami
perbedaan dan hasil pengamatan. kehilangan massa yang menunjukkan
jumlah/berat air kristal yang
terkandung dalam zat.

Perbedaan:
-Ada perbedaan jumlah massa yang
hilang dari tiap zat.
-Ada perbedaan waktu antara zat-zat
tersebut hingga mencapai warna yang
homogen.
Keterangan :
1. Rumus untuk menentukan berat zat anhidrat
= berat (zat + cawan) setelah pemanasan – berat cawan.

2. Rumus untuk mencari berat air kristal


= berat zat hidrat – berat zat anhidrat.

17
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS

4.1. Perhitungan
4.1.1. CuSO4.xH2O
- Dari literatur = CuSO4.5H2O.
- Mr CuSO4 = 159,6096 gr/mol.
- Mr H2O = 18,01528 gr/mol.
- Persamaan reaksi: CuSO4.xH2O(s)  CuSO4(s) + xH2O(g)
1,0019 gr 0,6355 gr 0,3664 gr

Mol CuSO4 = 0,6355 gr x = 3,98159008 x 10-3 mol

Mol H2O(s) = 0,3664 gr x = 0,02033829 mol

mol H2O(s) = X =

mol CuSO4(s) 1

X = 5,108082499 ≈ 5

% kesalahan = x 100%

= x 100%

18
= 0%

4.1.2. MgSO4.xH2O
- Dari literatur = MgSO4.7H2O
- Mr MgSO4 = 120,3686 gr/mol.
- Mr H2O = 18,01528 gr/mol.
- Persamaan reaksi: MgSO4.xH2O(s)  MgSO4(s) + xH2O(g)
1,0041 gr 0,5284 gr 0,4757 gr

- Perhitungan:
mol MgSO4(s) = 0,5284 gr x = 4,38984918 x 10-3 mol

mol H2O = 0,4757 gr x = 0,026405362 mol

= 0,166248396

X = 6,015095616 6

% kesalahan = x 100 %
= X 100%
= 14,28571429 % 14,29 %

4.1.3. FeCl3.xH2O
- Dari literatur = FeCl3.6H2O
- Mr FeCl3 = 162,2051 gr/mol.
- Mr H2O = 18,01528 gr/mol.
- Persamaan reaksi: FeCl3(s) + xH2O(l)  FeCl3(s) + xH2O(g)
1,0073 gr 0,3321 gr 0,6752 gr

- Perhitungan:
mol FeCl3 = 0,3321 gr x = 2,047407881 x 10-3 mol

19
mol H2O = 0,6752 gr x = 0,037479296 mol

= 0,054627704

X = 18,30572976 18

% kesalahan = x 100 %

= X 100%

= 200 %

4.2. Analisis
4.2.1. Analisis Percobaan
4.2.1.1. Pengamatan Kualitatif
Pengamatan kualitatif adalah pengamatan berdasarkan sifat fisik atau dalam
percobaan in, pengamatan kualitatif ditekankan dengan adanya molekul air dalam
suatu hidrat. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa
dehidrasi (pelepasan air) dan peristiwa hidrasi (pengikatan air) pada zat yang
mengandung air kristal. Dalam hal ini kita hanya menekankan pada ada atau
tidaknya molekul air pada suatu air kristal, apa yang terjadi jika tidak ada molekul
air (apa perbedaannya antara hidrat dan anhidrat dari suatu zat), serta apa saja
yang terjadi pada proses hidrasi dan dehidrasi. Berikut adalah langkah-langkah
yang digunakan dalam proses pengamatan kualitatif:
a) Meminta kepada asisten 3 macam zat padat yang mengandung air kristal,
kemudian mengamati sifat fisik zat-zat tersebut.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan karakteristik awal dari zat-
zat yang akan diuji pada zat tersebut yang menjadi indikator adanya
perubahan pada zat setelah dilakukan pengujian.

20
b) Memasukkan masing-masing zat tersebut kedalam tabung reaksi sesuai
dengan nama zat tersebut.

Hal ini bertujuan untuk membedakan sampel zat sehingga memudahkan


jalannya percobaan.

c) Menggunakan penjepit kayu untuk menjepit tabung reaksi kemudian


memanaskan zat dalam tabung reaksi tersebut di bunsen, kemudian
mengamati perubahan yang terjadi.

Pemanasan bertujuan untuk melepaskan ikatan molekul air atau yang disebut
juga sebagai proses dehidrasi, hal ini dapat terjadi karena adanya perpindahan
energi kepada kristal pada saat pemanasan yang menyebabkan molekul air
memiliki energi lebih sehingga dapat mengatasi ikatan dalam kristal dan
kemudian menguap. Pengamatan yang dilakukan sesudahnya bertujuan untuk
mengamati perubahan apa saja yang terjadi dalam proses dehidrasi.

d) Kemudian meneteskan air kedalam tabung reaksi tersebut dan mengamati


serta mencatat perubahan yang terjadi.

Proses penambahan air merupakan proses hidrasi dimana terjadi peristiwa


pengikatan air pada senyawa anhidrat, pemberian tetesan air atau aquades
harus tepat sehingga dapat kembali pada kondisi semula, jika air ditambahkan
terlalu banyak maka zat akan berubah menjadi larutan. Pengamatan yang
terjadi sesudahnya bertujuan untuk mengetahui perubahan apa saja yang
terjadi dalam proses hidrasi.

e) Menuliskan persamaan reaksi pada peristiwa-peristiwa pemasan dan


penambahan air serta menjelaskan persamaan dan perbedaan ke-3 zat tersebut
dari hasil pengamatan.

Hal ini bertujuan agar kita mengetahui apa saja reaksi yang terjadi dalam
proses pemanasan dan penambahan air sehingga kita mengetahui lebih lanjut
mengenai proses dehidrasi dan hidrasi.

21
4.2.1.2. Pengamatan Kuantitatif
Pengamatan kuantitatif adalah pengamatan yang didasarkan pada jumlah zat
padat sebelum dan sesudah pemanasan atau lebih menekankan pada perhitungan
mol senyawa hidrat dan senyawa anhidrat setelah proses pemanasan Hal ini
bertujuan untuk mengetahui rumus empirik suatu zat yang mengandung air kristal
dengan menggunakan perbandingan mol. Pengamatan ini hanya memerlukan
proses pemanasan. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengamatan kuantitatif:
a) Menyediakan 3 buah cawan penguap yang bersih, kemudian menimbang
dan mencatat dengan teliti berat cawan.

Cawan penguap yang bersih digunakan dalam percobaan ini untuk


mempercepat proses pemanasan, perlu diingat bahwa makin besar luas
permukaan maka proses pemanasan akan berlangsung semakin cepat, serta
demi ketelitian hasil perhitungan yang didapat maka cawan harus bersih.

b) Memasukkan zat padat yang mengandung air kristal kedalam cawan lalu
menimbang dan mencatat berat zat.

Zat padat yang dimasukkan ke dalam cawan adalah berupa CuSO4.XH2O,


FeCl3.xH2O, dan MgSO4.XH2O. Zat padat ditimbang dengan cawannya di
dalam timbangan, sehingga akan diperoleh berat zat padat + berat cawan, dan
untuk mendapatkan berat zat padat tersebut, berarti kita tinggal mengurangkan
berat total (berat zat padat + berat cawan) dikurangi dengan berat cawan.

c) Memanaskan cawan yang berisi sampel sampai terjadi perubahan warna.


Tepat pada saat warna sampai seragam / homogen (warna sampel telah
berubah warna dari warna semula), hentikan pemanasan dan segera timbang
beratnya dengan teliti.

Pemanasan pada zat ini dilakukan dengan tujuan untuk menguapkan air yang
ada didalam zat sehingga tidak ada lagi molekul air di dalam zat tersebut dan
zat tersebut mengering. Dengan menguapnya molekul air tersebut, otomatis

22
berat zat tersebut berkurang, sehingga harus ditimbang kembali. Zat harus
segera ditimbang untuk mencegah adanya air dari udara yang kembali terlarut
dalam zat akibat adanya kemungkinan sifat zat yang higroskopis. Zat yang
telah mengering tersebut juga berubah warna, dikarenakan beberapa zat dapat
berubah warna karena adanya molekul air tersebut.

d) Menghitung kehilangan berat setelah pemanasan, menentukan rumus


empirik dari air kristal kemudian membandingkan dengan rumus empirik
teoritis dan mendiskusikannya.

Kehilangan berat tersebut menunjukkan jumlah air kristal yang terkandung


dalam sampel yang membuat kita dapat menentukan rumus empirik dari air
kristal tersebut.

4.2.2. Analisis Hasil


4.2.2.1. Pengamatan Kualitatif
Pada percobaan ini digunakan 3 macam zat yaitu CuSO4.xH2O,
MgSO4.xH2O, dan FeCl3.xH2O . Percobaan kualitatif hanya bertujuan untuk
melihat perubahan – perubahan yang terjadi pada suatu zat sehingga tidak
memerlukan jumlah zat yang banyak. Selanjutnya, ketiga zat tersebut kita
panaskan dan kita mati perubahannya, serta setelah dipanaskan ditambahkan
sedikit air. Pada peristiwa pemanasan molekul air lepas dari air kristal sehingga
proses pemanasan, juga merupakan proses dehidrasi. Pada peristiwa penambahan
sedikit air, kita menambahkan molekul air ke dalam zat sehingga juga merupakan
salah satu proses hidrasi.

Perubahan yang terjadi pada saat peristiwa hidrasi dan dehidrasi:

• CuSO4.xH2O

CuSO4.xH2O atau disebut ‘blue vitriol’ berwujud kristal biru. Ketika diletakan
dalam udara terbuka (pada saat sebelum pemanasan), zat tetap berbentuk kristal
dikarenakan tidak ada perbedaan tekanan parsial air (H2O) yang cukup signifikan
sehingga kristal tidak melapuk dan juga tidak mencair.

23
Pada saat proses pemanasan molekul –molekul air dalam air kristal akan
mendapat energi yang lebih sehingga molekul air yang terikat dalam air kristal
dapat mengatasi energi yang mengikatnya sehingga menjadi molekul bebas di
udara. Warna biru pada CuSO4.5H2O disebabkan oleh adanya molekul air dalam
kristal tersebut, sehingga ketika molekul air menghilang pada proses pemanasan,
warna biru pada kristal juga ikut menghilang dan warna zat berubah menjadi
warna dari CuSO4(s) yaitu putih keabu-abuan. Pada saat proses penambahan air
(hidrasi) warna zat akan berubah menjadi biru kembali dikarenakan adanya
molekul air pembawa warna biru pada zat.

• MgSO4.xH2O

MgSO4.7H2O sering juga disebut sebagai garam epsom / garam inggris,


merupakan kristal berwarna putih, tetapi dari pengamatan sesaat sebelum
pemanasan, MgSO4.xH2O yang dijumpai berbentuk serbuk yang amat halus. Hal
ini dikarenakan wadah yang tidak terlalu rapat, sehingga udara dapat masuk ke
dalam wadah, sehingga zat mendapat pengaruh dari udara. Adapun bentuk dari
serbuk tersebut dikarenakan ketika zat bersentuhan dengan udara yang memiliki
tekanan parsial H2O lebih kecil dari tekanan H2O dalam kristal, H2O dari kristal
akan keluar, sehingga kristal akan pecah dan berubah menjadi serbuk. Keadaan
zat yang minim H2O, ketika mengalami dehidrasi H2O pada proses pemanasan
akan menjadi bertambah kering, keras dan padat. Hal ini menyebabkan zat
menggumpal dan menjadi keras ketika dipanaskan. Pada saat ditambahkan air, zat
akan berubah menjadi kristal kembali, karena belum sempat terjadi eflorensi atau
pelapukan kristal, maka kristal yang didapat lebih kasar dari saat sebelum
pemanasan.

• FeCl3.xH2O
FeCl3.xH2O merupakan suatu jenis air kristal yang seharusnya berwarna coklat
kekuning-kuningan atau kemerah-merahan. Kristal ini memiliki sifat yang amat
higroskopis atau delikuensi (mudah menyerap air), sehingga ketika diamati sesaat
sebelum dipanaskan wujud zat ada yang berupa gel (terdapat kandungan air) dan

24
ada juga yang berupa kristal padat. Hal ini disebabkan sebelum dipanaskan zat ini
telah sempat menyerap air dari udara. Terjadinya interaksi zat dengan udara
disebabkan oleh wadah yang kurang kedap udara. Ketika terjadi pelepasan air atau
pada saat pemanasan, zat akan kehilangan air sehingga menjadi keras serta
menggumpal, dan ketika ada penambahan air, maka zat akan berwujud kembali
seperti semula.

4.2.2.2. Pengamatan Kuantitatif


Pengamatan kuantitatif bertujuan untuk menghitung rumus empirik dari suatu
zat yang mengandung air kristal, sehingga untuk menghitung rumus empiriknya
terlebih dahulu kita harus menghitung jumlah massa dari hidrat dan anhidrat dari
senyawa yang mengandung air kristal tersebut. Dengan demikian, kita dapat
mengetahui perbandingan mol dari zat dalam air kristal dengan molekul air.
Sebagaimana yang kita ketahui, perbandingan mol juga dapat menyatakan
rumus empirik, sehingga pada akhirnya kita akan mendapatkan rumus empirik
dari suatu zat yang mengandung air kristal. Dalam menentukan massa anhidrat
dari suatu zat, kita harus menimbang berat cawan serta hidrat yang dipergunakan,
kemudian kita memanaskan hidrat dalam sebuah cawan penguap sampai hanya
anhidratnya saja yang tersisa. Dalam proses pemanasan, kita menggunakan cawan
dan bukan tabung reaksi, karena cawan memiliki luas permukaan yang lebih luas,
sehingga proses pemanasan akan membutuhkan waktu yang lebih sedikit.
Setelah proses pemanasan selesai, kita harus segera menimbang berat
anhidrat beserta cawan untuk menghindari terjadinya peristiwa delikuensi,
dikarenakan ketidakmungkinan untuk mengkalibrasi timbangan (disesuaikan
dengan berat cawan, sehingga massa anhidrat yang tertimbang). Pada saat
anhidrat dalam cawan kita timbang, massa yang akan kita dapatkan adalah massa
anhidrat ditambah massa cawan. Untuk mendapatkan massa anhidrat, kita dapat
mengurangi massa yang telah kita timbang dengan massa cawan yang kita
timbang sebelumnya. Setelah kita mengetahui massa anhidrat, maka kita dapat
mengetahui massa molekul air dengan menggunakan hukum kekekalan massa
(massa sebelum sama dengan massa sesudah reaksi, sehingga massa hidrat sama

25
dengan massa anhidrat ditambah massa air). Dengan demikian, kita dapat
mengetahui perbandingan mol dari anhidrat dengan molekul air, sehingga kita
dapat mengetahui rumus empirik dari suatu kristal. Setelah itu, kita
membandingkannya dengan data yang diperoleh dari literatur, sehingga
persentase kesalahan dapat kita ketahui.

4.2.3. Analisis Perhitungan


Pada percobaan air kristal, kita akan berusaha untuk menghitung nilai dari
koefisien molekul air (X). Perhitungan ini kita lakukan dengan cara mengukur
sejumlah berat antara zat sebelum dan sesudah pemanasan.
Rumus-rumus yang digunakan untuk menentukan rumus empiris adalah:
• Massa akhir zat = massa zat + setelah pemanasan – massa cawan.

• Massa yang hilang = massa hidrat – massa akhir zat.

Untuk mendapatkan massa zat awal, hal pertama yang perlu dilakukan adalah
meletakkan cawan didalam timbangan , kemudian mengkalibrasi timbangan
menajadi 0 dan kemudian menimbang zat, sehingga hanya berat zat yang
tertimbang.
Persamaan reaksi yang digunakan, misalnya:
CuSO4.xH2O(s)  CuSO4(s) + xH2O(g)
Sehingga secara umum persamaan reaksinya dapat dituliskan:
Hidrat(s)  Anhidrat(s) + xH2O(g)

Rumus-rumus yang digunakan :

Massa zat awal = massa hidrat

Massa zat setelah pemanasan – massa cawan = massa anhidrat

(air telah menguap menjadi gas)

Massa yang hilang = massa H2O(g)

26
=

x=

% kesalahan =

4.2.4. Analisis Kesalahan


Dari hasil percobaan didapatkan faktor kesalahan yang cukup besar
khususnya pada FeCl3.xH2O yakni 200%. Faktor kesalahan berturut-turut untuk
CuSO4.xH2O dan MgSO4.xH2O adalah 0% dan 14,29%. Praktikan menyimpulkan
bahwa faktor penyebab tingginya % kesalahan FeCl3.xH2O adalah dikarenakan
sifat zat yang amat higroskopis. FeCl3 sangat higroskopis sehingga banyak air
yang terikat dan membuat zat tidak berbentuk kristal kering tetapi berbentuk gel.
Sel;ain itu, setelah proses pemanasan zat, praktikan harus menunggu giliran untuk
menimbang, sehingga terdapat jarak waktu yang cukup signifikan antara
selesainya proses pemanasan dengan proses penimbangan. Selama jarak waktu
tersebut praktikan memperkirakan zat anhidrat menyerap air dari udara
sehingga ketika ditimbang berat yang kita dapatkan bukan berat murni dari zat
anhidrat sehingga mempengaruhi perhitungan.
Selain itu, kesalahan dapat terjadi karena tidak adanya perubahan yang cukup
signifikan (contohnya: warna) pada proses pemanasan zat MgSO4.xH2O dan
FeCl3.xH2O, sehingga sulit untuk menentukan batas dari selesainya proses
pemanasan. Di lain pihak, CuSO4.xH2O memiliki perubahan warna yang cukup
signifikan antara hidrat dana anhidratnya (biru-putih keabu-abuan) sehingga
cukup mudah untuk menentukan batas akhir proses pemanasan.
Dari yang telah dipaparkan diatas, secara umum praktikan menyimpulkan
beberapa faktor yang menyebabkan adanya % kesalahan, yaitu:
• Ketidaktelitian dalam perhitungan zat

27
Angka yang diapaki dalam perhitungan merupakan angka pembulatan sehingga
hal ini mempengaruhi ketelitian dalam perhitungan

• Kesalahan dalam penentuan titik akhir pemanasan


Kita hanya dapat memperkirakan titik akhir pemanasan berdasarkan pada
warna zat dan kemungkinan terjadi kesalahan dalam penentuan warna yang
menyebabkan kesalahan dalam menentukan titik akhir pemanasan. Hal ini
mempengaruhi berat anhidrat yang akan kita dapatkan apakah masih
terpengaruh/ada berat H2O yang ikut terhitung atau tidak.

• Peralatan yang kurang bersih


Hal ini menyebabkan ada faktor luar yang terlibat dalam reaksi yang tidak kita
perhitungkan.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

28
Berikut ini adalah kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan :
• Kristal dapat mengalami dehidrasi yaitu lepasnya molekul air dari dalam
molekul kristal (misalnya karena pemanasan)
• Kristal dapat mengalami hidrasi, yaitu terikatnya molekul air dengan
molekul kristal
• Kristal yang telah mengalami hidrasi atau terdapat molekul air disebut
hidrat
• Kristal yang tidak memiliki molekul air atau telah mengalami dehidrasi
disebut anhidrat
• Hidrasi ditandai dengan kembali zat ke bentuk semula
• Dehidrasi ditandai dengan perubahan bentuk zat yang menjadi kering
• Perhitungan rumus empirik dari suatu senyawa air kristal dapat dilakukan
dengan melakukan percobaan kuantitatif yang relative sederhana dengan
menggunakan angka banding mol.
• Rumus empirik sampel adalah CuSO4.5H2O, MgSO4.7H2O dan
FeCl3.6H2O
• Persentase kesalahan berturut-turut untuk CuSO4.XH2O, MgSO4.XH2O,
FeCl3.XH2O adalah 0%, 14,29% dan 200%

5.2. Saran
Agar mendapatkan hasil yang lebih akurat pada percobaan ini, sebaiknya
gunakan alat dan bahan yang jauh lebih baik dan tidak terkontaminasi. Hal ini
sangat penting mengingat percobaan ini merupakan percobaan kuantitatif yang
sangat bergantung pada ketelitian data. Terutama sekali pada kristal-kristal yang
digunakan, jangan sampai terkontaminasi dengan zat lain agar hasil
perhitungannya lebih akurat. Disamping itu, timbangan yang digunakan juga
haruslah timbangan yang masih layak beroperasi agar pengukurannya bisa akurat.

29

You might also like