You are on page 1of 21

STERILISASI PADA

WANITA
DISUSUN OLEH
LUKAS FRANZONA (091101038)
Kelompok 3
DEWINTHA TAMBAK (091101039)
DESI SINURAT(091101040)
TRISNA S S (091101041)
GERHARD HAREFA (091101042)
HEPPY DEBORA (091101043)
DWI RAHMADANI (091101044)
MESZADENA T (091101045)
RINA WAHYUNI (091101047)
IMELDA SIRAIT(091101048)
MASRIA UMAMI (091101049)
GINA MORGAN (091101050)
DENDI PURNAMA (091101051)
SANNESY ARDELA (091101052)
M. CANDRA (091101053)
IMELDA LESTARI (091101054)
MARIANA S ( 091101055)
Sterilisasi

kontrasepsi permanen yang hanya


diperuntukkan bagi mereka yang memang
tidak ingin atau tidak boleh memiliki anak
(karena alasan kesehatan)

TUBEKTOMI
Dalam perkembangan sejarahnya, sejak dulu
sampai sekarang tercatat ada 4 macam
sterilisasi berdasarkan tujuannya :

Sterilisasi hukuman (compulsary


sterilization)
Sterilisasi augenik
Sterilisasi medis
Sterilisasi sukarela (voluntary
sterilization)
Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk
mencegah keluarnya ovum dengan cara
tindakan mengikat atau memotong pada
kedua saluran tuba

Cara mencapai tuba

Cara penutupan tuba


Perawatan Pra Operasi Tubektomi
•Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan tubektomi termasuk
mekanisme
•Pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping yang mungkin
terjadi
•Berikan nasihat untuk perawatan luka bedah, kemana minta
pertolongan bila terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu control
•Berikan nasehat tentang cara menggunakan obat yang diberikan
sesudah tindakan pembedahan
•Anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan dan minum
sekurang – kurangnya 2 jam sebelum operasi
•Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau ditemani orang
dewasa
•Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan
degan sabun dan air serta dilanjutkan dengan cairan antiseptic
•Tidak memakai perhiasan
Cara Mencapai Tuba
(1) Laparotomi
a) Abdominal/Transabdominal (2)
Minilaparotomi
(3)
Laparoskopi

(1) Kuldoskopi
b) Vaginal/ Transvaginal
(2) Kolpotomi
posterior

c) Transervical / Transuterine (1) Histeroskopi


(2) Blind delivery
Cara penutupan tuba
a) Cara Madlener
b) Cara Pomeroy
c) Cara Irving
d) Cara Aldridge
e) Cara Uchida
f) Cara Kroener
g) Pemasangan cincing Falope/ cincin
Yoon/ Silastic band
h) Pemasangan Klip
i) Elektro koagulasi/ diatermi dan
pemutusan tuba
Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan
cunam Pean, sehingga terbentuk
suatu lipatan terbuka. Kemudian,
dasar dari lipatan tersebut dijepit
dengan cunam kuat-kuat, dan
selanjutnya dasar itu diikat dengan
benang yang tidak dapat diserap. Pada
cara ini tidak dilakukan pemotongan
tuba
Kegagalannya relatif tinggi yaitu 1%
sampai 3%.
Cara Pomeroy

Cara ini dilakukan dengan


mengangkat bagian tengah dari
tuba sehingga membentuk
suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya diikat dengan benang
yang dapat diserap, tuba di atas
dasar itu dipotong
Cara Irving

Pada cara ini tuba


dipotong antara dua
ikatan benang yang dapat
diserap; ujung proksimal
dari tuba ditanam ke
dalam miometrium,
sedangkan ujung distal
ditanam ke dalam
ligamentum latum.
Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang
operasi. Dibuat suatu ikatan dengan benang sutra
melalui bagian mesosalping di bawah fimbria.
Seluruh fimbria dipotong, setelah pasti tidak ada
perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam
rongga perut
Pemasangan cincin Falope/
cincin Yoon/ Silastic band

Sesudah terpasang, lipatan


tuba tampak keputih-putihan
oleh karena tidak mendapat
suplai darah lagi dan akan
menjadiJibr otik.
Cincin Falope dapat dipasang
pada laparotomi mini,
laparoskopi atau dengan
laprokator.
Manfaa
t pertama penggunaan).
•Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama
tahun
•Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
•Tidak bergantung pada faktor sanggama.
•Baik bagi klien apabila kehamilan menimbulkan resiko
kesehatan yang serius.
•Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi
lokal.
•Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
•Tidak ada perubahan dalam perubahan fungsi seksual
(tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)
Yang Dapat Menjalani Tubektomi
( indikasi)

•Usia > 26 tahun


•Paritas > 2
•Yakin telah mempunyai keluarga besar
yang sesuai dengan kehendaknya
•Pascapersalinan
•Pascakeguguran
•Paham dan secara sukarela setuju dengan
prosedur ini
Yang Sebaiknya Tidak Menjalani Tubektomi
(kontraindikasi)

•Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)


•Perdarahan vagina yang belum terjelaskan (hingga harus
dievaluasi)
•Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu
disembuhkan atau dikontrol)
•Tidak boleh menjalani proses pembedahan
•Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di
masa depan
•Belum memberikan persetujuan tertulis
Komplikasi Tubektomi

•Perdarahan di daerah tuba


•Perdarahan karena perlukaan
pembuluh darah besar
•Perporasi usus
•Emboli udara
•Perforasi rahim
Kapan Dilakukan

•Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara


rasional klien tersebut tidak hamil.
•Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi.
•Pascapersalinan
-Minilaparotomi : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 atau 12
minggu.
-Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan.
•Pascakeguguran
-Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada
bukti infeksi pelvik (minilap atau laparoskopi).
-Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti
infeksi pelvik (minila saja).
Instruksi Kepada Klien

•Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi
dengan aktivitas normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke
aktivitas normal di dalam waktu 7 hari setelah pembedahan).
•Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman
•Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1
minggu.
•Kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgesik (penghilang rasa sakit)
setiap 4 hingga 6 jam.
•Jadwalkan sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14
hari setelah pembedahan
•Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu,
atau tanda-tanda yang tidak biasa.

You might also like