Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati,
kelompok yaitu mineral logam, mineral industri, serta batubara dan gambut.
eksplorasi yang dilakukan juga berbeda. Oleh karena itu diperlukan berbagai
sebagai energi alternatif baik untuk keperluan domestik seperti pada sektor
seiring dengan harga batubara yang bagus. Eksplorasi mineral bijih besi
Masih banyak jenis mineral lainnya seperti intan, emas, marmer, lempung,
serpentinit yang terbuka bagi eksploitasi. Produk turunan dari mineral
utama agar para pengusaha dapat memilah dapat dijadikan apa sekiranya
bahan galian tersebut sesuai dengan kualitas yang dimilki oleh bahan galian
tersebut. Oleh karena itu diperlukan analisis terlebih dahulu sebelum bahan
galian tersebut digunakan atau diproses. Sampai sekarang ini telah banyak
berdiri penyedia layanan untuk analisis bahan galian baik itu milik
Energi ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan dan sebagai tolak ukur
1.2 Tujuan
kerja.
pada air dan analisis bahan galian terutama batubara dan bijih besi.
1.3 Manfaat
dan instansi.
BANJARBARU
b. Seksi Pengawasan
sekretariat yaitu:
a. Seksi Pembinaan dan Pengembangan
yaitu:
a. Bidang Geologi
b. Bidang Pertambangan
1973.
Selatan No. 036 tahun 2001 bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi
Hukum :
Tahun 2002” tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Unit
Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 0246 Tahun 2003, BAB III pasal 3
ayat (3) tantang tata hubungan kerja antara dinas-dinas daerah unit
Daya Mineral dan Energi dalam hal Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Perda tarif “pelayanan jasa” pada Unit Pelayanan Jasa Sumber Daya
2.2.2 Fungsi
1. Pelaksanaan analisa laboratorium
2.2.3 Visi
Terciptanya kualitas sistem pelayanan teknis pertambangan
efesien.
2.2.4 Misi
Menciptakan kualitas dan kuantitas pelayanan pertambangan
pertambangan
2. Meningkatkan kegiatan pelayanan kepada masyarakat dalam upaya
galian
melalui pendaya gunaan fasilitas yang ada pada Unit Pelayanan Jasa
2009).
oleh seorang kepala unit (Eselon III) yang berada dibawah kepala
2009).
sampel bahan galian, serta bahan limbah dan hal yang berkaitan
Gambar 2.2 Laboratorium dan Ruang Pemetaan Dinas Pertambangan dan Energi
Propinsi Kalimantan Selatan
peralatan lainnya.
geolistrik
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Batubara
Batubara (coal) adalah sumber energi fosil yang paling banyak kita
kompleks dari zat kimia organik yang mengandung karbon, oksigen, dan
hidrogen dalam sebuah rantai karbon serta sedikit nitrogen dan sulfur. Pada
campuran ini juga terdapat kandungan air dan mineral (Anonim1, 2010).
yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan
2009).
sedimen yang terbentuk sepanjang pantai, daerah delta dan danau. Batubara
terbentuk oleh adanya perubahan secara fisik dan kimia yang dipengaruhi
Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu
bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black
coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada zaman
Permian, kira-kira 270 juta tahun lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu
bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan
Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara
pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu.
Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta
awalnya gambut berubah menjadi lignit (batu bara muda) atau brown coal
(batu bara coklat). Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik
rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan
disebut sebagai tingkat mutu batu bara. Batu bara dengan mutu yang rendah,
seperti batu bara muda dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan
materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda
dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali
berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih
yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak (Anonim 3,
2010).
batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batu bara ini
bagian dari sumber daya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran
turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
2010).
3.2.2 Jenis batu bara
A. Gambut (peat)
tumbuhan).
D. Bituminous
transportasi dan jenis industri kecil. Nilai kalori antara 6300 – 7300
kal/gram.
E. Antrasite
kal/gram.
batu bara. Batubara dengan mutu yang rendah, seperti batu bara
mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali
Resource)
cm (Sukandarrumidi, 2006).
D. Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)
ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik
2006).
A. Prinsip Sedimentasi
serta transformasi balik secara fisik, kimia maupun biokimia. Pada saat
pati.
(CH4).
lipatan dan patahan. Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan
adalah :
juta tahun yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan
dan zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora
3. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan
panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan
dengan komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua jenis
dari:
• senyawa hidrokarbon
• senyawa sulfur
2. Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
Na2O, K2O, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil) yang
factor fisika dan kimia alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan
menjadi lebih tinggi. Pada fase ini hidrogen yang terikat pada air yang
0,5 – 1,5 % w/w yang kemungkinan berasal dari cairan yang terbentuk
terdapat pada lignit atau 1,5 – 2,5 % w/w untuk antrasit, berasal dari
ataupun berasal dari inklusi oksigen yang terjadi pada saat kontak
lapisan source dengan oksigen di udara terbuka atau air pada saat
terjadinya sedimentasi.
w/w yang muncul dalam bentuk sulfur organik dan sulfur inorganik
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis
(moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan
nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang (Anonim5, 2008).
antara kandungan karbon (fixed carbon) dengan zat terbang, yang disebut
dengan rasio bahan bakar (fuel ratio). Semakin tinggi nilai fuel ratio maka
pembakaran menurun.
ruang bakar dan daerah konversi dalam bentuk abu terbang (fly ash) yang
.
e. Kadar karbon (Fixed Carbon atau FC, satuan persen berat)
dengan jumlah kadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang.
dijelaskan di atas.
terjadi pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih
coal ataudust coal) dan butir kasar (lump coal). Butir paling halus untuk
Untuk HGI lebih rendah, kapasitasnya harus beroperasi lebih rendah dari
nilai standarnya pula untuk menghasilkan tingkat kehalusan (fineness)
proses fisika dan kimia selama proses penggambutan dan dapat juga sebagai
sulfur epigenetik yang dapat diamati sebagai pirit pengisi cleat pada batubara
lapisan pengapit yang terendapkan dalam lingkungan laut, pengaruh air laut
(Sukandarrumidi, 2006).
Sulfat berlimpah & umumnya cukup banyak ion Fe yang hadir baik sebagai
unsur terlarut dalam air laut atau penguraian dari bahan tumbuhan & mineral.
tawar (lacustrine dan rawa) pH umumnya rendah. Sulfat terlarut juga rendah
( ± < 40 ppm), sehingga sulfur yang terbentuk sedikit karena aktifitas bakteri
darat / air tawar umumnya didominasi oleh sulfur organik dengan persentase
adalah reaksi reduksi sulfat oleh aktivitas bakteri. Berikut adalah skema yang
abu dan sulfur yang tinggi, berasosiasi dengan sedimen yang terendapkan
dijumpai pada batubara. Kedua jenis mineral ini memiliki komposisi kimia
yang sama (FeS2) tetapi berbeda pada sistem kristalnya. Pirit berbentuk
menjadi 2, yaitu :
pembentuk batubara.
Umumnya pirit jenis ini dapat diamati sebagai pirit pengisi cleat pada
organisme dan air tanah yang mengandung ion besi. Bentuk pirit hasil
rekahan karena kation-kation yang terlarut (dalam hal ini ion Fe) akan
terbawa ke dalam batubara oleh aliran air tanah melalui cleat tersebut dan
keterdapatan sulfur primer yang telah tereduksi, ion besi dan tempat yang
adalah :
FeS + SO → FeS2
unsur sulfur (SO). Proses oksidasi sulfur ini dapat juga berlangsung
FeS + SO → FeS2
(Anonim2, 2009).
Selain membentuk pirit, unsur sulfur tersebut dapat juga bereaksi
dapat bereaksi dengan FeS atau Fe3S4 untuk membentuk pirit. Proses
terbentuknya sulfur piritik ini sangat dipengaruhi oleh kondisi pH, yaitu
suasana basa akan banyak ion besi yang terlepaskan. Disamping itu unsur
payau, kecuali apabila terdapat dalam batuan sedimen yang cukup tebal
2. Sulfur Organik
dan distribusinya dikontrol oleh kondisi fisika dan kimia selama proses
pada lingkungan yang basah atau jenuh air. Sulfur yang bukan berasal dari
hidrogen sulfida dan senyawa sulfat dalam kondisi dan proses geokimia.
Reaksi yang terjadi adalah reduksi sulfat oleh material organik menjadi
hidrogen sulfida (H2S). Reaksi reduksi ini dipicu oleh adanya bakteri
Unsur sulfur, hidrogen sulfida dan ion sulfida dapat bereaksi dengan
unsur atau molekul organik dari gambut menjadi sulfur organik. Unsur
yang terkena kontak dengan oksigen terlarut dalam kisi – kisi air, di
samping itu SO juga bisa muncul karena adanya aktivitas bakteri. Unsur
sulfur (SO) dapat bereaksi dengan asam humik yang terbentuk selama
atau tidak ada kecuali jika batubara telah terlapukkan dan beberapa
mineral pirit teroksidasi akan menjadi sulfat. Sulfur sulfat juga dapat
berasal dari reaksi garam laut atau air payau yang mengisi lapisan dasar
yang jaraknya tidak jauh dan berada di atas atau di bawah lapisan
bagian bawah lapisan, sedangkan kandungan sulfur piritik dan sulfat akan
(Sukandarrumidi, 2006).
BAB IV
Banjarbaru.
kegiatan yang ada pada instansi tersebut selama jam kerja yakni
menunjukan sinyal stand by, artinya suhu aliran air telah sesuai dan
diisi dengan 2 liter air dari water handling system sebelum tabung
bucket agar posisinya sesuai. Setelah itu kedua kabel elektroda pada
‘Start’ untuk memulai. Sinyal ‘Sample ID’ akan nampak pada monitor,
masukan identitas sampel dan tekan tombol ‘Enter’. Sinyal ‘bomb ID’
dan tekan tombol ‘Enter‘. Sinyal ‘Sample Weight’ akan tampak pada
Secara otomatis nilai kalori dari sampel batubara tersebut akan terbaca
setiap 500 kali pemakaian wadah bomb. Apabila hasilnya jauh dari
nilai kalori yang tertera pada botol asam benzoat, maka perlu
yang dihasilkan pada kertas saring adalah abu dan pengotor lain yang
terikut. Larutan diaduk sampai homogen dan dipanaskan pada suhu
dengan sulfur yang terkandung dalam air. Air sampel disaring dengan
W BaSO 4 BM S
S= x x 100 %
W sampel BM BaSO 4
kandungan air dalam 1 gram batu bara. Kadar air yang terkandung
13-13477, 1994).
menit. Dudukan dan diambil cawan tersebut dari dalam furnace lalu
dikurang jumlah dari kadar air lembab, abu, dan zat terbang (SNI 13-
3998, 1995).
BAB V
metode yang telah dilakukan oleh staf laboran dan dengan bimbingan staf
moisture batubara yaitu moisture analyzer, namun tidak kami gunakan untuk
yang telah ditentukan SNI. Untuk analisis kadar sulfur batubara tidak
suatu bentuk yang satu ke bentuk yang lain, tetapi energi tidak dapat
bila energi diukur, biasanya dalam bentuk kalor. Cara yang biasa
o
menaikkan temperatur 1 gram air dengan suhu awal 15 C sebesar
o
1 C, tetapi akhir-akhir ini satuan kalori digunakan untuk menyatakan
o o
meningkatkan temperatur 1 gram air dari 3,5 C – 4,5 C, dengan
ditemukan oleh Prof. S. W. Parr pada tahun 1912, oleh sebab itu alat
2007).
besaran masa air di dalam sistem, masa dan panas spesifik kontainer
volume yang tetap karena bejana bomb tak dapat membesar atau
mengecil. Berarti bila gas terbentuk pada reaksi di sini, tekanan akan
keadaan volume yang tetap maka panas reaksi yang diukur dengan
tekanan tetap tak banyak berbeda tapi tidak sama. Karena kebanyakan
akan dibicarakan hanya panas reaksi pada tekanan tetap, dan reaksi
Definisinya:
ΔH = Hakhir – Hmula-mula
(Ratna, 2009).
dengan jumlah energi yang ada pada keadaan ini) tak dapat diukur. Ini
disebabkan karena jumlah energi dari sistem termasuk jumlah dari
semua energi kinetik dan energi potensialnya. Jumlah energi total ini
tidak dapat diketahui karena kita tidak mengetahui secara pasti berapa
gaya tarik menarik dan tolak menolak antara molekul dalam sistem
eksotermik :
furnace bisa mencapai suhu yang sangat tinggi sekali. Setelah katup
gas dibuka dan mengaliri alat infrared sulfur analyzer maka didiamkan
analyzer ini adalah pengukuran gas hasil oksidasi dari sulfur oleh sinar
dilengkapi dengan dua buah detektor yaitu detektor low sulfur dan
detektor high sulfur. Perbedaan dari kedua detektor ini terdapat pada
hasil pengukuran.
Detektor akan membaca sinar infra merah tersebut dan hasilnya akan
sulfur telah habis teroksidasi dan gas SO 2 telah terukur semua. Dengan
kadar sulfurnya.
Pada proses analisis kadar sulfur batubara tanpa menggunakan
yang di dapat dari proses pemisahan analit dari zat – zat lain dengan
agar abu batubara yang bercampur dengan air akan terpisah. Air filtrat
dalam larutan air, BaCl2 bersifat sebagai garam sederhana, dalam air
endapan putih tebal dari barium sulfat. Reaksi yang terjadi adalah :
Fe. Sulfur yang terkandung dalam batubara yang kami analisis dalam
sulfur pirit (FeS2), pirit dapat terbentuk sebagai hasil reduksi sulfur
primer oleh organisme dan air tanah yang mengandung ion besi.
kemudian ditimbang.
klien. Analisis ini menggunakan dua jenis sampel yang berbeda lokasi
Perhitungan:
Sampel A
Diketahui : BM S = 32 gram/mol
W BaSO 4 BM S
S= x x 100 %
W sampel BM BaSO 4
0,0312 32
Kadar Sulfur= x x 100 %
1,0172 233
= 0,42 %
Sampel B
Diketahui : BM S = 32 gram/mol
W BaSO 4 BM S
S= x x 100 %
W sampel BM BaSO 4
0,0200 32
Kadar Sulfur= x x 100 %
1,0389 233
= 0,26 %
antara kadar sulfur dan nilai kalori biasanya semakin tinggi kadar
sulfur semakin tinggi pula kalorinya namun ketika dalam hal ini
standar yaitu kondisi yang dianjurkan dan tertera pada aturan SNI 13-
abu terbang atau abu dasar. Sekitar 20% dalam bentuk abu dasar dan
80% dalam bentuk abu terbang. Semakin tinggi kandungan abu dan
sebagai fly ash maupun bottom ash tetapi juga komposisinya yang
Na2O dalam abu akan sangat mempengaruhi titik leleh abu. Abu ini
Data yang didapatkan dari hasil uji ini adalah sebagai berikut :
diizinkan.
Perhitungan:
Sampel nomor 1
m3 − m1
x 100%
Kadar abu (%) = m2 − m1
16,6610 − 16 ,6194
x 100%
= 17,6488−16,6194
= 4,04 %
Sampel nomor 2
m3 − m1
x 100%
Kadar abu (%) = m2 − m1
16,8403 − 16 ,7992
x 100%
= 17,8365−16,7992
= 3,96 %
gramnya. Kadar abu ini tergolong rendah. Selisih data yang dihasilkan
yaitu 0,2 % untuk batubara yang mengandung abu < 10 % dan 2,0 %
batubara yang telah dikeringkan pada suhu tertentu. Kondisi ini adalah
kondisi suhu dan waktu yang sesuai dengan ketentuan SNI 13-3477-
1994. Pada prinsipnya pengukuran kadar air lembab ini adalah dengan
udara luar. Sehingga pada saat pemanasan tutup cawan pun juga ikut
disertakan. Pada saat pemanasan cawan tidak ditutup melainkan
kadar air lembab rata-rata yang terdapat pada sampel batubara tersebut
sebesar 12,95 %.
tersebut. Selain itu juga kandungan air ini banyak pengaruhnya pada
m sesudah
No. m wadah + m wadah + m sampel
pemanasan
Sampel tutup (g) sampel (g) (g)
(g)
1 51,3388 52,4004 1,0616 52,2617
2 51,0719 52,0739 1,0020 51,9451
digunakan.
Perhitungan :
Sampel nomor 1
52,2617 gram
m2 − m 3
x 100%
Mad = m2 − m1
52 ,4004 − 52 ,2617
x 100 %
= 52 ,4004 − 51 ,3388
= 13,06 %
Sampel nomor 2
Diketahui : m1 = berat cawan kosong + tutup = 51,0719 gram
51,9451 gram
m2 − m 3
x 100%
Mad = m2 − m1
= 12,85 %
rata-rata yakni 12,96%. Kadar air lembab ini juga disebut sebagai
inherent moisture yaitu kadar air yang terkandung atau terikat dalam
dengan kadar air lembab <5% adalah 0,2 sedangkan untuk jenis
batubara yang memiliki kadar air lembab ≥5% adalah 0,3. Artinya
dihasilkan hanya 0,21 untuk batubara yang memiliki kadar air ≥ 5%.
Kadar air yang terkandung dalam batubara ini disimpulkan cukup
besar.
fixed carbon
Fuel ratio = volatile matter
Semakin tinggi fuel ratio maka karbon yang tidak terbakar
semakin banyak. Oleh karena itu, volatile matter sangat erat kaitannya
Data yang didapatkan dari hasil uji ini adalah sebagai berikut :
sampel yang sama yaitu sampel in home Januari 2010. Uji ini yaitu
Perhitungan :
Sampel nomor 1
m2 − m3
x 100% − M ad
Volatile matter = m2 − m1
21,3311 − 20,7780
x 100% − 12,96%
= 21,3311 − 20,2830
= 45,93%
Sampel nomor 2
m2 − m3
x 100% − M ad
Volatile matter = m2 − m1
21,3401 − 20,8024
x 100% − 12,96%
= 21,3401 − 20,3169
= 45,75%
uji pertama adalah 45,93% dan yang kedua adalah 45,75%. Kandungan rata-
ratanya adalah sebesar 45,84%. Analisis yang dilakukan secara duplo ini
memiliki selisih nilai yang kecil yaitu 0,18. Sesuai dengan acuan standar
yang digunakan yaitu SNI artinya data ini presisi atau memenuhi. SNI
Hasil yang didapat menunjukkan nili rata-rata yang relative besar yaitu
karbon seperti SiO2, A12O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O, K2O,
jumlah kadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai ini
Data yang didapatkan dari hasil uji ini adalah sebagai berikut :
sampel yang sama yaitu sampel in home januari 2010. Metode ini juga
batubara tidak perlu percobaan lagi, hanya dihitung dengan sutu rumus
Perhitungan :
Sampel nomor 1
= 100 – 63,03
= 36,97 %
Sampel nomor 2
= 100 – 62,56
= 37,44 %
tertambat dalam batubara yaitu sisa padatan yang dapat terbakar setelah
memiliki nilai kalori yang rendah karena jumlah karbon yang terbakar juga
sedikit.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan praktek kerja lapangan ini
adalah:
batubara adalah sebesar 12.96 % per gram. Kadar air ini mempengaruhi
nilai yang besar. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan senyawa lain yang
terbalik.
menengah.
6. Analisis sampel batubara dari klien yang
% per gram. Angka ini cukup besar karena batas maksimal batubara
6.2 Saran
Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan kita dapat melihat variasi data
kurang bagus, untuk itu semestinya ada cara atau metode bagaimana
Bayuseno , A.P. 2009. Pengaruh Sifat Fisik dan Struktur Mineral Batu Bara
Lokal terhadap Sifat Pembakaran. Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
____. 2009. Unit Pelayanan Jasa Sumber Daya Mineral dan Energi. Banjarbaru.
Standar Nasional Indonesia. Analisis Kadar Abu Contoh Batubara. SNI 13-
3478-1994.
Standar Nasional Indonesia. Analisis Kadar Air Lembab dari Contoh Batubara
Kering Udara. SNI 13-3477-1994, UDC.