Professional Documents
Culture Documents
REPUBLIK INDONESIA
Ringkasan Eksekutif
Hasil Pemeriksaan Kontraktor PSC PT Chevron Pacific Indonesia
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia telah memeriksa lifting, biaya yang dapat diganti
(cost recovery) dan alokasi biaya overhead kantor pusat luar negeri (overhead allocation) pada
Kontraktor PSC PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) tahun buku 2004 dan 2005 (Smt I).
Pemeriksaan didasarkan pada Surat Tugas Anggota/Pembina Auditama Keuangan Negara V
(BUMN) No. 83/ST/VII-XV.1/11/2005 tanggal 16 November 2005, Surat Tugas Anggota/Pembina
Auditama Keuangan Negara V (BUMN) No. 89 /ST/VII-XV.1/11/2005 tanggal 17 Nopember 2005
dan Surat Tugas Anggota/Pembina Auditama Keuangan Negara V (BUMN) No. 98/ST/VII-
XV.1/12/2005 tanggal 22 Desember 2005.
Pemeriksaan bertujuan untuk menilai kewajaran lifting dan cost recovery serta alokasi biaya
overhead kantor pusat luar negeri (Home Office/Chevron Corp.) pada PT CPI Blok Rokan, Siak
dan MFK tahun buku 2004 dan 2005 (s.d semester I)
Jumlah lifting minyak mentah Blok Rokan, Siak dan MFK tahun 2004 masing-masing adalah
sebesar 163.309 MBBLS, 956 MBBLS, dan 177 MBBLS. Sedangkan untuk tahun 2005 (Semester
I) masing-masing adalah sebesar 37.690 MBBLS, 221MBBLS dan 44 MBBLS.
Jumlah biaya yang dapat diganti (cost recovery) Blok Rokan, Siak dan MFK untuk tahun 2004
masing-masing adalah sebesar US$994,904 ribu, US$7,627 ribu , dan US$1,602 ribu. Sedangkan
untuk tahun 2005 masing-masing adalah sebesar US$192,064 ribu, US$1,218 ribu dan US$323
ribu.
B. 12 (dua belas) temuan yang berkaitan dengan cost recovery dengan rincian sebagai berikut:
1. Proyek Modifikasi Stasiun Pengumpul (Gathering Station Modifikation) dengan total biaya
US$33,979.92 ribu tidak memberikan manfaat yang menguntungkan bagi kegiatan
operasional PT CPI.
2. Terdapat Overrun Authorization For Expenditure Closed Out (AFE CO) PT. Chevron
Pasific Indonesia (PT CPI) sebesar US$75,887.04 ribu dan telah diperhitungkan pada cost
recovery, serta terdapat overrun AFE yang belum di-closed out sebesar US$5,718.22 ribu
yang telah diselesaikan pelaksanaannya tanpa persetujuan BPMigas terlebih dahulu.
3. Material senilai US$18,916,99 ribu tidak memberikan manfaat bagi PT CPI namun telah
dibebankan sebagai cost recovery.
C. Terdapat 1 (satu) temuan yang berkaitan dengan alokasi biaya overhead kantor pusat luar
negeri, yaitu: Alokasi PCO pada tahun 2004 dan 2005 (Juni) masing-masing sebesar
US$10,897.22 ribu dan US$5,014.654 ribu belum sepenuhnya dapat diyakini kewajarannya
D. Simpulan Pemeriksaan
Beberapa temuan pemeriksaan masih perlu dibahas lebih lanjut dengan Badan Pengelola
Minyak dan Gas (BPMigas) karena PT CPI, melalui tanggapannya, masih berkeberatan dengan
temuan-temuan pemeriksaan BPK-RI. Hal ini terjadi karena adanya beberapa ketentuan baik
dalam Kontrak Kerja Sama (Production Sharing Contract/PSC) maupun buku pedoman dan
kebijakan-kebijakan BPMigas yang masih belum jelas penerapannya, terutama mengenai
batasan-batasan biaya-biaya yang boleh dan yang tidak boleh di-cost recovery-kan ke
Pemerintah. Selain itu masih lemahnya pengawasan dan pembinaan serta evaluasi yang
dilakukan BPMigas terhadap kontraktor terutama yang berkaitan dengan pengawasan atas
proses dan hasil pembangunan proyek-proyek dengan teknologi perminyakan yang baru yang
mengakibatkan tingginya cost recovery walaupun efektivitasnya diragukan. Oleh karena itu,
dari hasil pemeriksaan dan pembahasan temuan, dapat disimpulkan bahwa lifting dan cost
rescovery serta pembebanan overhead home office, untuk beberapa pos diragukan
kewajarannya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang ringkasannya telah diuraikan di atas, secara ringkas BPK
RI menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum proses lifting dan cost recovery telah berjalan dengan baik, namun kami
menganggap masih perlu dilakukan perbaikan di beberapa aspek. Masalah utama yang
E. Rekomendasi
BPK-RI merekomendasikan agar:
1. BPMigas mengkaji ulang ketentuan-ketentuan yang telah berlaku baik pada PSC maupun
buku pedoman dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan BPMigas untuk mendapatkan
ketentuan yang lebih jelas mengenai batasan-batasan dari biaya-biaya yang boleh di cost
recovery.
2. BPMigas lebih memperkuat pengawasan dan pengendalian serta evaluasi atas kegiatan
kontraktor untuk menjaga kepentingan negara dengan merancang dan melaksanakan sistem
pengendalian yang lebih baik secara konsisten.
3. BPMigas dan PT CPI mengkaji ulang atas kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan oleh PT
CPI yang telah dan akan berpotensi merugikan negara di waktu yang akan datang.
4. Terhadap mereka yang lalai baik dari sisi BPMigas maupun PT CPI sehingga
menimbulkan kesalahan perhitungan cost recovery dan mengakibatkan kerugian negara
atas biaya yang telah dibayar Pemerintah perlu dimintakan pertanggungjawabannya.
C. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan pada entitas tersebut bertujuan untuk menilai kewajaran atas lifting dan cost
recovery pada PT CPI Blok Rokan, Siak dan MFK tahun buku 2004 dan 2005 (s.d semester I).
D. Lingkup Pemeriksaan
Lingkup pemeriksaan meliputi pemeriksaan atas:
1. Volume dan nilai produksi minyak mentah tahun 2004 dan 2005 (Smt I)
2. Volume dan nilai lifting minyak mentah tahun 2004 dan 2005 (Smt I).
3. Biaya yang dimintakan penggantian (cost recovery).
4. Pembebanan biaya home office.
F. Standar Pemeriksaan
Standar pemeriksaan yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah Standar Audit Pemerintahan
(SAP).
G. Metodologi Pemeriksaan
Dalam melaksanakan pemeriksaan ini, metode pemeriksaan yang dilakukan adalah:
1. Melakukan pengujian terhadap sistem pengendalian intern dari masing-masing bidang yang
dipemeriksaan dengan pendekatan pada tugas, fungsi dan kegiatan Kontraktor PSC PT
Chevron Pasific Indonesia.
2. Melakukan pengujian substantif terhadap transaksi dan bukti-bukti.
3. Pengujian fisik secara uji petik dengan pemilihan sampel yang selektif.
4. Prosedur pemeriksaan lain yang diperlukan.
C. Wilayah Kerja
PSC Rokan dioperasikan PT CPI di 3 (tiga) lapangan minyak utama, yaitu: Duri, Minas dan
Bekasap. Lapangan Duri memproduksi minyak bumi yang terkenal dengan nama Duri Crude.
Lapangan Duri ditemukan tahun 1941 dan mulai berproduksi tahun 1958. Lapangan Minas
merupakan lapangan minyak terluas yang pernah ditemukan di Asia Tenggara. Ditemukan pada
tahun 1941 dan mulai berproduksi tahun 1952. Minas menghasilkan jenis minyak bumi yang
terkenal di dunia, yaitu Sumatran Light Crude (SLC). Lapangan Bekasap memiliki sejumlah
lapangan minyak kecil produktif yang memproduksi light crude.
PSC C&T Siak dioperasikan di lapangan Siak dan memproduksi minyak bumi SLC. Sedangkan
PSC MFK diopersikan di lapangan Kuantan dan memproduksi minyak bumi SLC.
D. Struktur Organisasi
PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) merupakan anak perusahaan Chevron-San Ramon,
Texaco, dan American Overseas Petroleum Ltd., (AOPL) yang berkedudukan di Houston,
Amerika. American Overseas Petroleum Ltd., (AOPL) adalah Kantor Pusat (Home Office) dari
PT CPI, yang dibentuk oleh pemegang saham, Chevron-San Ramon dan Texaco Inc. Houston,
untuk mengawasi atau mengendalikan operasi PT CPI di Indonesia. Kegiatan operasi PT CPI di
E. KEGIATAN USAHA
1. Produksi dan Lifting
a) PT CPI-Rokan PS
Sampai tahun 2004 minyak/kondensat dan gas yang dihasilkan berasal dari 6.178 sumur
yang terletak di 81 lapangan. Minyak/kondensat yang dihasilkan sampai tahun 2004 adalah
sebanyak 162.994.000 barrel dengan produksi rata-rata per hari 445.000 barrel, sedangkan
gas mulai diproduksi secara komersial pada tahun 1998 yang sampai tahun 2004 telah
menghasilkan gas sebanyak 31.137.000 MCF dengan perincian sebagai berikut:
b) PT CPI-C&T Siak PS
Pada tahun 2004, minyak/kondensat dan gas yang dihasilkan berasal dari 47 sumur yang
terletak di 9 lapangan. Minyak/kondensat yang dihasilkan sampai tahun 2004 adalah
sebanyak 956.000 barrel dengan produksi rata-rata per hari 2.000 barrel, sedangkan gas
belum diproduksi secara komersial.
Adapun data produksi dan lifting PSC ini adalah sebagai berikut:
Tahun 2005 Tahun 2004
No Uraian Anggaran Realisasi Selisih Anggaran Realisasi Selisih
(MBBLS) (MBBLS) % (MBBLS) (MBBLS) %
a) Crude & Condensate
(1) - Produksi 221 210 (11) (5) 882 957 21 13
(2) - lifting 221 210 (11) (5) 757 956 199 26
b) Gas 100,00%
(1) - Produksi 0 0 0 - 0 0 0 -
(2) - lifting 0 0 0 - 0 0 0 -
c) PT CPI-C&T MF-Kuantan PS
Sampai tahun 2004, minyak/kondensat dan gas yang dihasilkan berasal dari 23 sumur yang
terletak di 1 lapangan. Minyak/kondensat yang dihasilkan tahun 2004 adalah sebanyak
177.000 barrel, sedangkan gas belum diproduksi secara komersial.
Adapun data produksi dan lifting dari PSC ini adalah sebagai berikut:
2. Cost Recovery
Cost yang dapat di-recover, meliputi: operating cost dan depreciation expense. Operating
cost diganti dengan bagian dari lifting pada tahun terjadinya, sedangkan depreciation
expense merupakan penggantian atas pengadaan barang dan pemborongan pekerjaan dari
tahun-tahun lalu dan tahun sekarang.
Adapun data cost recovery tahun 2004 dan 2005 (semester I) untuk ketiga PSC adalah
sebagai berikut:
a) PSC Rokan
Jumlah cost recovery untuk PSC Rokan tahun 2004 dan 2005 (semester I) masing-masing
sebesar US$ 994,904 ribu dan US$ 213,906 ribu dengan perincian sebagai berikut:
Operating Cost :
Exploration and
Development 22.016 21.537 (479) -2,18% 131.656 104.191 (27.465) -20,86%
General &
Administration 12.105 11.953 (152) -1,26% 103.867 106.754 2.887 2,78%
Total Operating
Cost 179.044 163.351 (15.693) -8,76% 785.304 757.710 (27.594) -3,51%
Total Cost
Recovery 213.603 191.860 (21.743) -10,18% 984.799 947.704 (37.095) -3,77%
Investment Credit 303 204 (99) -32,67% 10.105 9.962 (143) -1,42%
Total
Recoverables 213.906 192.064 (21.842) -10,21% 994.904 957.666 (37.238) -3,74%
Uraian
Cost Recovery
Unrecovered
- - - - - - - -
Other Cost
Operating Cost :
- Exploration and
374 112 (262) -70,05% 2.112 4.628 2.516 119,13%
Development
- General &
51 101 50 98,04% 105 149 44 41,90%
Administration
Total Operating
876 1.149 273 31,16% 4.492 6.244 1.752 39,00%
Cost
Depr Current
0 0 0 - 81 384 303 374,07%
Year Asset
Total Cost
911 1.218 307 33,70% 5.489 7.627 2.138 38,95%
Recovery
Investment
0 0 0 - 0 0 0 -
Credit
Total
911 1.218 307 33,70% 5.489 7.627 2.138 38,95%
Recoverables
Uraian
Cost Recovery
Unrecovered
Other Cost - - - - - - - -
Operating Cost :
Exploration and
0 1 1 - 70 1 (69) -98,57%
Development
General
27 11 (16) -59,26% 163 367 204 125,15%
&Administration
Total Operating
239 323 84 35,15% 682 1.602 920 134,90%
Cost
Depr Current
0 0 0 - 0 0 0 -
Year Asset
Total Cost
239 323 84 35,15% 683 1.602 919 134,55%
Recovery
Investment
0 0 - - 0 0 0 -
Credit
Total
239 323 84 35,15% 683 1.602 919 134,55%
Recoverables
BPK-RI telah memeriksa lifting, cost recovery dan alokasi biaya kantor pusat (home office) pada
Kontraktor PSC Chevron Pacific Indonesia di Rumbai dan Jakarta.
Hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat beberapa temuan yang berhubungan dengan kelemahan
sistem pengendalian intern, temuan yang mengakibatkan perlunya koreksi terhadap cost recovery,
serta temuan lifting. Secara rinci temuan-temuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Temuan yang berhubungan dengan pengendalian intern.
1. Pengendalian intern atas proses lifting yang dilakukan di Dumai Pump Station kurang
memadai
Lifting PT CPI dilakukan di point of lifting pada Dumai Pump Station yang menyalurkan
minyak mentah yang dihasilkan oleh PT CPI ke kapal maupun pipa. Minyak mentah yang akan
diserahkan, disimpan terlebih dahulu dalam tangki-tangki penimbun di Stasiun Pompa Pusat
(Central Pump Station) yang mempunyai daya tampung sebesar 5.100.000 barrel.
Terdapat empat saluran pipa penyalur minyak mentah yang dipakai untuk mengangkut minyak
mentah dari tangki-tangki penimbun ke Stasiun Meter (Metering Station) dan diteruskan ke
dermaga-dermaga atau ke kilang Pertamina UP-II Dumai.
Untuk menentukan jumlah minyak mentah yang diserahkan, dipergunakan 16 (enam belas) unit
Positive Displacement Meter (PD Meter) yang dikelompokkan ke dalam empat gugus (Meter
Banks). Dari tangki-tangki penimbun, minyak mentah akan dipompa melalui deaerator,
saringan, PD Meter dan disalurkan ke pipa penyalur minyak mentah, atau melalui pipa penguji
meter (meterprover), kemudian ke saluran pipa penyalur minyak mentah dan akhirnya terus ke
dermaga atau ke kilang Pertamina UP-II Dumai. Dimana terdapat empat dermaga pada
pelabuhan Dumai Pump Station tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan fisik yang dilakukan pada Dermaga 1 dan 3 Pelabuhan Dumai
Pump Station pada tanggal 5 Januari 2006 diketahui bahwa keran yang menghubungkan antara
pipa milik PT CPI dengan Loading Arm yang digunakan untuk mengisi crude oil ke tanker
tidak disegel oleh Bea dan Cukai. Secara administratif, PT CPI sudah membuat surat
permohonan buka/tutup segel ke Bea dan Cukai setempat. Disamping itu, proses lifting crude
oil dan loading oil ke kapal tanker hanya disaksikan oleh Petugas dari PT CPI yang terdiri dari
operator Loading Arm dan Loading Master serta beberapa petugas pembantu. Proses
dilaksanakan tanpa disaksikan oleh Petugas dari Bea dan Cukai maupun BPMigas, meskipun
pihak BPMigas serta Bea dan Cukai ikut menandatangani beberapa dokumen lifting seperti
Prover Report dan Batch Report.
Prosedur penyerahan minyak mentah pada Dumai Pump Station tanggal 3 Agustus 1993
menyatakan bahwa :
a. Keran-keran pada ujung pipa penyalur yang berada di dermaga maupun keran pada ujung
pipa penyalur yang menuju ke kilang Pertamina UP II Dumai, harus ditutup dan disegel,
bila sedang tidak digunakan untuk penyerahan minyak mentah.
b. Setiap penyerahan minyak mentah ke kapal tanker melalui saluran pipa penyalur harus
disetujui oleh Bea dan Cukai, dimana pada setiap penyerahan dilakukan pengujian dengan
2. Kelemahan pada pengendalian internal yang ada di PT Chevron Pacific Indonesia (PT
CPI) dan Badan Pengelola Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMigas) mengakibatkan cost
recovery dan lifting antara Pemerintah dan PT CPI tidak dapat diyakini kewajarannya
Berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan ditemukan beberapa kelemahan pengendalian
intern. Kelemahan tersebut terjadi baik pada PT CPI sebagai Kontraktor Production Sharing
Contract (PSC) maupun pada pihak BPMigas sebagai pihak yang diberi kuasa oleh pemerintah
untuk melaksanakan isi PSC. Beberapa kelemahan pengendalian intern tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Kelemahan pengendalian internal pada proses lifting
Secara ringkas proses produksi minyak mulai dari sumur produksi (field) sampai dengan
titik lifting minyak di pelabuhan Dumai dapat dijelaskan sebagai berikut:
Cairan yang mengandung minyak diperoleh dari hasil pengeboran pada sumur-sumur
produksi yang kemudian disalurkan ke Central Gathering Station (CGS). Cairan tersebut
kemudian diproses lebih lanjut untuk memisahkan antara minyak, air, dan lumpur. Minyak
Namun, pembebanan biaya tersebut ke dalam Cost Recovery pada umumnya hanya
berdasarkan Debit Memo/Invoice saja tanpa dilampiri bukti-bukti pendukung dan cara-cara
perhitungan yang mendasarinya. Sehingga sulit untuk menentukan kewajaran perhitungan atas
Expatriate Payroll and Burden tersebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap proses pengajuan atau perpanjangan Ijin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang dilakukan PT CPI, IMTA yang sudah
diterbitkan oleh Dinas Tenaga Kerja Propinsi Riau, invoice billing summary dan ekspatriate
summary, diketahui bahwa PT CPI selalu terlambat dalam mengajukan perpanjangan IMTA
kepada Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi. Rata-rata perpanjangan IMTA tersebut baru
diajukan oleh PT CPI setelah 3 (tiga) bulan bahkan ada yang setelah 8 (delapan) bulan baru
diajukan. Sehingga keterlambatan tersebut menyebabkan ekspatriate yang dipekerjakan oleh
PT CPI tidak mempunyai IMTA, namun salary tetap dibayarkan oleh PT CPI sehingga dengan
memperhitungkan keterlambatan minimal 3 (tiga) bulan maka terdapat Expatriate Payroll and
Burden yang terlalu tinggi dibebankan ke dalam cost recovery PT CPI tahun 2004 dan 2005
(s.d. Juni) masing-masing sebesar US$1,579,391.04 dan US$1,581,616.95.
Pasal 11 point 1 SK Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No:KEP-20/MEN/III2004
tentang tata cara memperoleh ijin memperkerjakan tenaga kerja asing menyebutkan bahwa
pemberi kerja mengajukan permohonan perpanjangan IMTA kepada Direktur atau Gubernur
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 hari kerja sebelum jangka waktu berlakunya
IMTA berakhir. Sedangkan point 3 menjelaskan bahwa IMTA perpanjangan tidak dapat
diterbitkan apabila masa berlaku IMTA berakhir.
Lebih jauh, UU No.13 tahun 2003 Bab VIII pasal 42 ayat 1 tentang penggunaan tenaga kerja
asing menjelaskan bahwa setiap pemberi kerja yang memperkerjakan tenaga kerja asing wajib
memiliki ijin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Hal tersebut mengakibatkan Expatriate Payroll and Burden terlalu tinggi dibebankan ke
dalam cost recovery tahun 2004 dan 2005 (s.d. Juni) masing-masing sebesar USD1,579,391.04
dan US$1,581,616.95.
Hal tersebut disebabkan PT CPI tidak mematuhi SK Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI No.Kep-20/MEN/III/2004 tentang jangka waktu pengajuan perpanjangan IMTA dan
kurangnya control dari PT CPI atas kebenaran perhitungan Expatriate Payroll and Burden
yang dibebankan oleh Home Office Chevron.
2. Terdapat Overrun Authorization For Expenditure Closed Out (AFE CO) PT. Chevron
Pacific Indonesia (PT CPI) Sebesar US$ 75,887,039 dan Telah Diperhitungkan Pada Cost
Recovery, Serta Terdapat Overrun AFE Yang Belum Di-Closed Out sebesar
US$5,718,222.95 Yang Telah Diselesaikan Pelaksanaannya Tanpa Persetujuan BPMigas
Terlebih Dahulu.
Dalam Production Sharing Contract (PSC), Authorization For Expenditure (AFE) merupakan
sistem yang dirancang untuk memberikan informasi yang penting bagi BPMigas, selaku
3. Material senilai US$18,916,990.59 tidak memberikan manfaat bagi PT CPI namun telah
dibebankan sebagai cost recovery
Salah satu unsur biaya terbesar dalam kegiatan operasi PT CPI adalah biaya material. Dilihat
dari cara pembebanannya, biaya material dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu
biaya material yang pembebanannya melalui mekanisme depresiasi (material capital) dan
biaya material yang langsung dibebankan (material non capital) pada saat material tersebut
telah menjadi milik PT CPI dan telah berada di Indonesia.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap material PT CPI diketahui bahwa terdapat beberapa
kelompok material yang pengadaannya tidak mempertimbangkan kebutuhan penggunaannya
sehingga material tersebut menjadi slow moving dan diusulkan untuk dihapuskan. Disamping
itu, juga terdapat material yang diterima tidak sesuai pesanan sehingga tidak dapat digunakan,
serta material yang dinilai nol karena sudah dibebankan ke dalam suatu proyek meskipun
material tersebut tidak digunakan untuk proyek tersebut. Rincian material adalah sebagai
berikut:
a. Material Branch Plant 11WHSI dengan nilai sebesar US$15,708,261.58.
Sebelum bulan Maret 2004, PT CPI dibagi ke dalam beberapa Strategic Bussiness Unit
(SBU). Tiap SBU berhak mengelola unitnya masing-masing, termasuk mengadakan
material. Sistem pengadaan material tersebut mengakibatkan menumpuknya jumlah
material karena masing-masing SBU melakukan pembelian material yang mereka
butuhkan tanpa melihat ketersedian material yang berada pada SBU lain. Akibatnya,
jumlah persediaan material menjadi sangat besar dan berlebih.
Setelah bulan Maret 2004, PT CPI melaksanakan sistem sentralisasi, SBU dibubarkan
sehingga pengadaan material pun menjadi terpusat. Pengadaan material dilakukan oleh
Bagian Procurement PT CPI dengan mempertimbangkan ketersediaan material dan
kebutuhan material. Dengan sistem ini semestinya pengadaan material dapat dilakukan
degan lebih efektif. Namun karena kesalahan manajemen pengadaan material yang lama,
PT CPI telah dibebani dengan material yang telah dibeli dengan jumlah yang tidak sedikit,
yaitu sebesar US$15,708,261.58, yang ternyata adalah material yang slow moving dan
kemudian menjadi material dead stock.
b. Material Branch Plant 11 WHSW, dengan nilai US$3,127,777.65.
Material dalam kelompok ini adalah material yang diusulkan untuk dihapuskan (write off)
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Material yang telah disimpan melebihi 5 (lima) tahun.
2) Material yang telah diupayakan untuk dioptimalkan penggunaannya dilingkungan PT
CPI dalam menunjang operasinya.
3) Material yang induknya (parent unit-nya) sudah tidak ada lagi dan telah 5 tahun atau
lebih tidak bergerak dan tidak ada prospek pemakaiannya.
4) Material yang telah diupayakan untuk dijual melalui penawaran ke lingkungan
BPMigas/ PSC lain dengan cara dimasukkan ke Website BPMigas.
5. Biaya listrik dan steam yang dimintakan kembali ke Pemerintah sejak PT CPI
melakukan kerja sama dengan PT MCTN diragukan kewajarannya dan mengakibatkan
kerugian bagi pemerintah sebesar US$210,000,000 serta berpotensi merugikan Negara
sebesar US$1,233,319,104.03.
Kebutuhan tenaga listrik dan uap PT CPI sejak Desember tahun 2000, selain berasal dari
3 (tiga) power plant yang dimiliki, juga dipenuhi oleh mitra kerja samanya, yaitu PT Mandau
Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) yang merupakan konsorsium (joint venture) antara Chevron
Overseas Petroleum Inc (COPI), Texaco Overseas Holding Inc (TOHI), dan PT Nusagalih
Electricity Price
6.27 5.14 5.62 6.03 4. 90 4.44
(US cents per kWh)
Steam Price
--- --- 3.14 3.66 2.57 2.03
(US$ per MMBTU)
6. Pelaksanaan pekerjaan Waste Gas Disposal System Facility tidak mencapai tujuan dan
membebani cost recovery senilai US$5,036,573
Dalam rangka melaksanakan standar emisi udara untuk kegiatan ekplorasi dan produksi
minyak dan gas, pada tahun 1996 PT CPI mengajukan AFE No.92-7109 revisi 2 dan telah
disetujui oleh Pertamina/BPKKA (BPMigas) untuk Duri Area 7. Pekerjaan tersebut merupakan
pembangunan sistem pengumpul uap selubung, disebut dengan Casing Vapor Collection
System (CVC System) yang juga mencakup sistem fasilitas pembakaran gas-incinerator,
disebut dengan Waste Gas Disposal System Facility. Lingkup pekerjaan dalam AFE tersebut
adalah sebagai berikut:
AFE No. Ruang lingkup Pekerjaan Biaya disetujui
92-7109 1. Memasang stasiun pengumpul uap selubung uap dan US$8,027,000
pendingin di Area -7 Lapangan Duri
PT CPI menjelaskan bahwa depresiasi dilakukan berdasarkan tanggal Placed Into Services
(PIS), Data terakhir sampai dengan Pebruari 2006, expenditure fasilitas penanganan waste gas
(Incinerator) di lapangan Duri Area 5, 6, 7 adalah sebesar US$ 15,829 M dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
No Area Expenditure to Un-depreciated
date (M US$) Expenditure (M US$)
1 Area 5 Waste Gas Incinerator 4,849 1,602
2 Area 6 Waste Gas Incinerator 5,013 3,786
3 Area 7 Waste Gas Incinerator 5,967 4,961
15,829 10,349
PT CPI tidak melakukan depresiasi terhadap aset yang belum PIS (Placed Into Services).
Kriteria penentuan PIS diatur oleh PSC term. Jumlah un-depreciated expenditure untuk
fasilitas yang belum PIS adalah sebesar US$10,349 M.
7. Biaya operasi berupa School Cost (Dependent) selama tahun 2004 dan 2005 (s.d kuartal
II) sebesar US$6,285,718 dan sumbangan pada International School sebesar US$5,938,261
tidak dapat dibebankan sebagai cost recovery PT CPI
Berdasarkan pemeriksaan terhadap FQR PT CPI tahun 2004 dan 2005 (s.d kuartal II) diketahui
bahwa terdapat biaya School Cost (Dependent) dengan kode akun 689011. Setelah ditelusuri
pada rincian transaksinya diketahui bahwa akun tersebut merupakan akun biaya sehubungan
dengan pemberian beasiswa pada anak karyawan PT CPI dan pemberian sumbangan pada
Yayasan Pendidikan Cendana (YPC) dengan perincian sebagai berikut:
Beasiswa untuk anak karyawan terdiri dari dua jenis beasiswa, yaitu Employee Children
Grants for High Schools and Universities, yaitu beasiswa yang diberikan kepada semua anak
karyawan pada tingkat pendidikan SMU dan Universitas dengan batasan kemampuan
akademik tertentu (dengan parameter Indeks Prestasi), dimana untuk tahun ajaran 2004/2005,
jumlah siswa yang menerima beasiswa tersebut adalah 831 siswa (SMU) dan 1.911 mahasiswa
9. Terdapat Interest Recovery yang seharusnya tidak dibebankan sebagai cost recovery PT
CPI tahun 2004 dan 2005 (s.d kuartal II) sebesar US$4,965,722
Interest recovery merupakan insentif yang diberikan BPMigas pada PT CPI untuk mengganti
beban bunga PT CPI dalam membiayai proyek-proyek barunya. Selama tahun 2004 dan 2005,
terdapat tiga proyek yang mendapatkan insentif berupa pemberian interest recovery, yaitu
proyek Light Oil Steam Flood (LOSF) Minas dan Proyek Duri Steam Flood (DSF) Area 10 dan
11 Duri.
Pemberian insentif berupa interest recovery dilakukan berdasarkan persetujuan dari Pertamina
(sekarang BP Migas). Untuk projek LOSF, interest recovery diberikan berdasarkan surat Pjs.
Kepala Badan Pembina Pengusahaan Kontraktor Asing No. 004/L0000/97-S1 tanggal 3 Januari
1997, dimana rate interest recovery yang diberikan adalah sebesar maksimal LIBOR + 1,5%.
Untuk proyek DSF Area 10, interest recovery diberikan berdasarkan surat Direktur Utama
Pertamina No. 687/C00000/2001-S1 tanggal 31 Juli 2001, dengan rate interest recovery
sebesar LIBOR + 1 %. Sedangkan untuk proyek DSF Area 11, interest recovery diberikan
berdasarkan surat Direktur Utama Pertamina No. 684/C00000/2001-S1 tanggal 31 Juli 2001,
dengan rate interest recovery sebesar LIBOR + 0 %.
Rate interest recovery menggunakan LIBOR (London Interbank Offer Rate) untuk suku bunga
deposito US Dollar 3 (tiga) bulanan berdasarkan publikasi the Asian Wall Street Journal pada
hari kerja terakhir untuk bulan yang bersangkuran. Besarnya interest recovery yang diberikan
dihitung berdasarkan actual cost masing-masing proyek/area yang belum di-recover.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap Financial Quarterly Reporting (FQR) CPI diketahui bahwa
terdapat interest recovery sebagai salah satu unsur dari cost recovery selama tahun 2004 dan
2005 (s.d kuartal II) masing-masing sebesar US$3,605,569 dan US$1,360,153 (akun
599010.J19, interest recovery).
PSC menyatakan bahwa kontraktor harus memiliki kemampuan finansial untuk melaksanakan
kegiatan operasinya, sehingga pada dasarnya kontraktor harus membiayai sendiri kegiatan
operasionalnya. Kalaupun kontraktor membiayai kegiatan operasinya dengan pendanaan dari
pihak ketiga, biaya bunga atas pendanaan dari pihak ketiga ini tidak dapat dimasukkan ke
unsur cost recovery.
PSC menyatakan bahwa:
a. Kontraktor memiliki dana, kemampuan teknis dan keahlian profesional yang dibutuhkan
untuk menjalankan operasi perminyakan.
10. Terdapat pembayaran upah pokok petugas security yang tidak sesuai dengan perjanjian
Untuk mengamankan fasilitas operasi kegiatan perminyakan dan sarana pendukungnya, PT
Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) telah bekerja sama dengan Pihak-III (ketiga) dalam hal
pemberian jasa pengamanan. Dari hasil pemeriksaan terhadap dokumen pelelangan untuk jenis
pekerjaaan pengamanan di daerah Rumbai, Minas dan Petapahan diketahui bahwa
pemenangnya adalah PT Bradjamusti Citra Nusantara (PT BCN) dengan harga penawaran
setelah negosiasi Rp84.837.076.016,-
Kontrak No.1983 OK telah ditandatangani tanpa tanggal antara PT CPI dengan PT BCN senilai
Rp84.837.076.016,- dengan jangka waktu 2 tahun terhitung mulai tanggal 1 September 2004
sampai dengan tanggal 31 Agustus 2006.
Salah satu bunyi kontrak, yaitu Pasal 4.5.1. menjelaskan bahwa kontraktor harus
bertanggungjawab atas biaya gaji, upah, asuransi, pembayaran pesangon, cuti dan maslahat-
maslahat dibawah undang-undang dan perjanjian perburuhan yang berlaku. Kemudian juga
dijelaskan pada pasal 4.6.3 bahwa kontraktor harus memakai semua usaha yang wajar untuk
menghindari setiap gangguan dalam situasi perburuhan yang ada yang akan berpengaruh bagi
usaha Perusahaan (PT CPI)
Berdasarkan hasil pemeriksaan uji petik Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) terhadap
security officer ,patroli officer, sfhift leader, administrator, HES coordinator diketahui bahwa
realisasi upah pokok yang dibayarkan tidak sesuai dengan upah pokok yang ditawarkan dalam
Mengingat kontrak jasa security antara PT CPI dengan PT BCN akan berakhir pada tanggal 31
Agustus 2006 maka kecil kemungkinan PT BCN akan menyerahkan perlengkapan petugas
security sesuai dengan kontrak No.1983 OK dalam “Exhibit D”. Selain itu berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik yang dihadiri oleh Pihak PT CPI dan Pihak PT BCN atas penyerahan
kendaraan penunjang tugas security pada tanggal 31 Agustus 2004 diketahui bahwa PT BCN
belum dapat menyerahkan 3 unit kendaraan stasion wagon jenis Panther dari 18 unit yang
harus diserahkan. Tim BPK-RI belum menerima Berita Acara Serah Terima 3 unit kendaraan
tersebut kepada PT CPI.
Hal tersebut tidak sesuai dengan kontrak bahwa PT BCN harus menyediakan kendaraan untuk
digunakan oleh pegawai PT BCN dalam tugas-tugas pengelolaan, pengawasan, koordinasi atau
tugas lain yang mendukung kelancaran pelaksanaan jasa-jasa dalam jumlah minimum
sebagaimana dirinci dalam Exhibit C-3. PT CPI belum mengenakan sanksi kepada PT BCN
karena belum dapat menyerahkan 3 unit kendaraan stasion wagon.
Hal-hal tersebut di atas mengakibatkan menurunnya disiplin para petugas security yang dapat
dilihat dari meningkatnya jumlah pencurian aset-aset milik PT CPI. Dari data laporan kejadian
pencurian selama tahun 2004 dan tahun 2005 terjadi pencurian sebanyak 1.270 kasus senilai
US$1,367,000 yang berakibat terganggunya operasi sehingga tujuan utama kontrak security
dengan pihak PT BCN untuk mengamankan aset-aset PT CPI yang dapat merugikan PT
CPI/negara belum mencapai sasaran yang diharapkan.
11. Terdapat beberapa material berdasarkan kontrak pengadaan material OP-1583 pada PT
National Oil Well senilai US$133,356.53 belum diterima secara lengkap, namun telah
dibayar dan telah dicatat sebagai biaya operasi PT CPI yang di-recovery Pemerintah
Guna memenuhi kebutuhan material, PT CPI mengadakan kontrak pengadaan material
(Purchase Order/PO) dengan PT National Oil Well Indonesia (PT NOWI) dengan nomor
kontrak OP-1583 tertanggal 31 Oktober 2003. PO ini terdiri dari beberapa item persediaan,
antara lain adalah item 1, dengan nomor MEC 362023006 dan item 4, dengan nomor MEC
362023005. Untuk kedua item persediaan tersebut dinyatakan bahwa tanggal penyerahannya
(delivery time) adalah tanggal 27 Maret 2004 di Pelabuhan Loyang Singapura. Berdasarkan PO
tersebut juga dinyatakan bahwa “Untuk penyerahan di Loyang Singapore, pemeriksaan barang
akan dilakukan di tempat tujuan akhir penerimaan yaitu gudang PT CPI di Sumatera,
Indonesia. Rekanan akan diberitahu untuk menyaksikan dan bertanggungjawab untuk
menyelesaikan setiap adanya penyimpangan hasil pemeriksaan dalam berita acara. Sebagai
konsekuensinya, PT CPI tidak akan melakukan pembayaran terhadap item yang bermasalah
tersebut. Rekanan juga menanggung segala biaya yang dibebankan oleh Pemerintah Indonesia
atas pengiriman barang/dokumen”
12. Pemerintah RI dan PT CPI mengalami kerugian pada tahun 2004 masing-masing sebesar
US$4,217,883.72 dan US$5,623,844.97 atas transaksi pertukaran Duri Crude dengan Gas
ConocoPhillips melalui Perjanjian PTEA
PT CPI menggunakan tekhnologi Water Steam Flood untuk memudahkan proses pemompaan
crude oil dari dalam bumi di Duri Area. Sebelum tahun 1997, Sistem Water Steam Flood ini
menggunakan crude oil sebagai bahan bakar, namun sesudah tahun 1997, PT CPI mengganti
penggunaan crude oil tersebut dengan gas. Hal tersebut disebabkan penggunaan crude oil
sebagai bahan bakar untuk menggerakan generator dianggap sangat tidak efisien karena
konsumsi crude oil untuk membangkitkan tenaga listrik sangat besar.
PTEA (Petroleum Transfer and Exchange Agreement) yang ditanda-tangani pada tanggal 25
Januari 1997 dilatarbelakangi oleh Surat Dirjen Migas No.358/06/DJM/94 tanggal 30 April
1994 tentang pemanfaatan gas dari Asamera Corridor Block untuk Proyek Duri Steam Flood
(DSF) dan Surat PT CPI kepada Dirjen Migas No.975 tanggal 3 Mei 1994 tentang bersedianya
PT CPI menerima Asamera Gas dengan dasar bahwa penggunaan tersebut tidak akan
mempengaruhi posisi keuangan PT CPI (tidak akan menimbulkan kerugian). PTEA berlaku
efektif sejak tanggal 18 November 1998 s.d. 18 November 2013.
PTEA adalah perjanjian pertukaran Duri Crude milik PT CPI dengan gas milik
ConocoPhillips. Dalam perjanjian PTEA section 8.9 disebutkan bahwa crude yang diserahkan
sebagai pengganti gas tersebut dialokasikan sebagai own use dan tidak dikenai DMO, dimana
Pertamina menjamin PT CPI berada dalam posisi netral (no gain no loss). Realisasi dari
perjanjian PTEA tersebut, adalah gas yang masuk menggunakan BBTU yang kemudian
dikonversikan dengan menggunakan crude oil (Bbls). Konversi antara perhitungan gas (Bbtu)
dengan crude oil (Bbls) mengunakan formula dengan perhitungan sebagai berikut (Appendix C
dari Agreement):
“1 Bbl Crude oil setara dengan 1 Bbl x Heat Value MMBtu/BBL Gas dengan thermal
Efficiency Factor tertentu (berkisar 0,9532 sd 1)”.
Berdasarkan hasil analisa kami, penggunaan formula tersebut merugikan PT CPI dan
pemerintah RI. Sebagai ilustrasi kami menggunakan angka pertukaran gas dengan crude oil
pada tahun 2004 sebagai berikut:
Bulan Actual Exchange Price/bbtu Gas Value Crude Exchange ICP/ barel Crude Value CPI Loss GOI' Loss CPI and GOI' Loss
mmscf bbtu (US$) (US$) bbls (US$) (US$) (15%) (US$) (20%) (US$) (35%) (US$) *)
Januari 7.476,84 7.476,84 4.255,80 31.819.914,39 1.317.261 28,34 37.331.176,74 826.689 1.102.252 1.928.942
Februari 6.963,47 6.963,47 4.492,10 31.280.581,13 1.093.563 27,42 29.985.497,46 (194.263) (259.017) (453.279)
Maret 7.291,49 7.291,49 4.475,00 32.629.435,65 1.111.384 28,78 31.985.631,52 (96.571) (128.761) (225.331)
April 7.119,34 7.119,34 4.418,70 31.458.232,08 1.139.861 28,37 32.337.856,57 131.944 175.925 307.869
Mei 7.350,24 7.350,24 4.590,70 33.742.737,59 1.149.248 33,58 38.591.747,84 727.352 969.802 1.697.154
Selain itu PT CPI mengalami ketergantungan terhadap pasokan gas dari ConocoPhillips,
dimana apabila terdapat kesalahan kecil atau hal yang terjadi pada saluran pipa akan
mempengaruhi produksi minyak PT CPI. Untuk itu, perlu pengendalian intern yang lebih kuat
atas pelaksanaan pertukaran tersebut.
Seharusnya sesuai PTEA Recital E, PTM menjamin PT CPI berada dalam posisi netral (no
gain no loss).
Hal tersebut mengakibatkan Pemerintah RI dan PT CPI mengalami kerugian pada tahun 2004
masing-masing sebesar US$4,217,883.72 dan US$5,623,844.97 atas pertukaran gas COPI
dengan Duri Crude milik PT CPI.
Hal tersebut disebabkan kontrak yang ada tidak mempertimbangkan perbedaan fluktuasi harga
antara crude oil dan gas serta bernuansa KKN karena menguntungkan salah satu pihak dengan
merugikan negara.
PT CPI menjelaskan bahwa realisasi PTEA tersebut sesuai dengan kontrak yang telah disetujui
bersama. Namun demikian PT CPI setuju jika BPK-RI membawa masalah ini ke BPMigas,
demi untuk perbaikan dan kepentingan bersama, dengan catatan:
Kontrak PTEA hanya mempertukarkan gas dengan minyak (btu to btu) karena latar belakang
pembuatan kontrak dalam situasi sbb:
a. Pada pra-1997, belum ada pasar untuk gas yang ditemukan Asamera dan sementara itu PT
CPI membakar Duri Crude untuk bahan bakar sebanyak 70.000 barrel per hari.
b. Melihat hal ini Pemerintah Indonesia meminta agar PT CPI mau menukarkan minyak yang
dibakar tsb dengan gas dari Asamera.
c. Tujuannya agar pemerintah bisa (i) meningkatkan produksi total, (ii) me-monetize aset gas
yg tadinya ”tidur” di bumi Sumatra Selatan, dan (iii) menghidupkan bisnis pipa
transportasi gas sepanjang Sumatera Selatan sampai Riau. Ketiga hal ini meningkatkan
total penerimaan bagi pemerintah Indonesia.
d. Tanpa kontrak PTEA ketiga hal di item (c) tidak akan terjadi, sehingga tidak memberi
penerimaan tambahan bagi pemerintah.
e. Jika tidak terjadi pertukaran (kontrak PTEA), PTCPI akan terus membakar crude oil. Dan
ConocoPhilip tidak akan mempunyai pasar untuk gasnya. Maka tidak akan ada pembagian
bagi pemerintah.
BPK-RI menyarankan agar kontrak PTEA ditinjau kembali dan dilakukan tinjauan ulang atas
kelayakan dan manfaat PTEA terhadap PT. CPI dan Pemerintah.