Professional Documents
Culture Documents
1
A. Organisasi Dan Budaya Sekolah
Pengertian:
Seluruh pengalaman psikologis warga sekolah (sosial, emosional dan intelektual)
yang diserap mereka selama berada dalam lingkungan sekolah mencerminkan KKG
2
2. Masalah-masalah dalam budaya sekolah yang sensitif
gender; yaitu masih terdapatnya gejala kesenjangan dan bias
gender yang dapat diidentifikasi di dalam lingkungan sekolah:
partisipasi murid, stereotipi, diskriminasi gender, kekerasan
berbasis gender.
3. Manfaat budaya sekolah sensitif gender; yaitu terciptanya
budaya sekolah yang memiliki ciri-ciri kesetaraan dan keadilan
gender dalam bentuk sikap, norma dan relasi warga sekolah,
sehingga laki-laki dan perempuan memperoleh keuntungan:
akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pendidikan.
4. Analisis budaya sekolah; analisis budaya adalah analisis
situasi umum, perilaku dominan dan kebiasaan yang diterima
dan dianggap wajar yang membentuk pola relasi antar personal
dan etos kerja sekolah. Kultur sekolah meliputi aspek-aspek
sebagai berikut: (1) Ekspresi verbal; (2) Ekspresi non-verbal;
(3) Lingkungan internal dan eksternal, dan (4) Kultur sekolah.
Sekolah perlu dibangun di atas landasan keadilan dan
kesetaraan gender, terutama yang berkaitan dengan
perkembangan sikap, norma dan hubungan antar gender
3
Langkah menciptakan Budaya Sekolah yang Sensitif Gender:
4
Karakteristik Budaya Sekolah yang Bias Dan Sensitif
Gender
Karakteristik
Aspek-aspek
No
Situasi Bias gender Sensitif gender
1. Pola komunikasi Bersifat hirarkhis dan dominatif Bersifat setara dan proporsional
3. Lelucon Bersifat merendahkan, mengejek dan melecehkan Bersifat menyegarkan dan menghibur
4. Pajangan dan dekorasi Bernuansa melecehkan, meremehkan, Bernuansa mendorong warga sekolah
menempatkan sebagai objek: kalender, layar untuk bersikap dan perilaku santun
komputer, dll terhadap siapapun
5. Pengaturan kerja Bersifat dominatif, meminggirkan aspirasi dan Bersifat partisipatif, menghindari
internal potensi salah satu jenis kelamin marjinalisasi jenis kelamin tertentu dan
sinergi
6. Penawaran peran Mengarah pada peran stereotipi yang merugikan Membiasakan untuk menghindari peran
bagi capaian target bersama stereotipi yang merugikan
7. Kultur birokrasi Hirakhis, dominatif dan paternalistik Demokratis, akomodatif dan toleran
5
Warga Sekolah dalam Menciptakan Budaya Sensitif Gender
NO UNSUR AKTIVITAS
7
Tabel 6: Sarana dan Prasarana yang Responsif
Gender
Aspek Indikator
Infrastruk- Tersedianya sarana-prasarana yang
tur pendidik- mempertimbangkan kebutuhan berbeda
an di sekolah antara laki-laki dan perempuan.
Pemanfaatan sarana-prasarana tidak terjadi
dominasi atas dasar perbedaan jenis
kelamin.
Meninjau kembali sarana-prasarana yang
penggunaannya tidak ramah (kesulitan)
pada jenis kelamin tertentu.
Menyediakan sarana-prasarana untuk
menunjang fungsi reproduksi dan kultural,
misalnya: tempat penitipan anak, kamar
mandi terpisah, dan transportasi yang aman,
dll.
8
C. Administrasi Sekolah
data yang terpilah antara laki-laki dan
perempuan dapat disajikan pada berbagai
dokumen sekolah. Indikator yang
dikembangkan dalam sistem pendataan dan
informasi tersebut diusahakan mencakup
unsur-unsur input, proses, dan hasil.
diprogramkan pula penguatan fungsi
monitoring dan evaluasi.
9
D. Kebijakan dan Pengelolaan Sumberdaya
1. Pertama, APBS yang Responsif Gender. APBS yang berorientasi
terhadap pemenuhan kebutuhan untuk laki-laki dan perempuan secara
setara, adil, dan seimbang.
2. Kedua, APBS dalam perwujudan pendidikan yang Responsif Gender;
APBS adalah instrumen yang cukup penting dalam rangka menciptakan
iklim sekolah yang responsif gender,
3. Ketiga, Indikator Anggaran Pendidikan yang Responsif Gender; untuk
menyusun indikator APBS dan kesetaraan gender digunakan beberapa
pertanyaan kunci sebagai berikut.
Seberapa besar anggaran yang diperuntukkan pada kebutuhan perempuan
sebagai tindakan khusus (affirmative action)?
Seberapa besar anggaran untuk mempercepat terwujudnya kesetaraan
gender di sekolah?
Seberapa besar anggaran untuk kebijakan dan program sekolah yang
responsif gender dengan indikator akses, partisipasi, kontrol dan
manfaatnya untuk laki-laki dan perempuan secara setara dan adil gender
10
PEMBELANJAAN SPESIFIK GENDER
11
E. Manajemen Sekolah Responsif
Gender
Menyediakan akses yang sama bagi laki-laki maupun
perempuan untuk berperan dan mendapatkan manfaat
yang sama bagi keduanya.
Menghargai adanya karakter kerja, kesempatan dan
tugas kultural yang berbeda antara perempuan dan
laki-laki dalam menjalankan tugas kedinasan.
Perempuan dan laki-laki memiliki hak dan
kepentingan yang sama dalam menempati setiap
posisi, kontrol dan manfaat yang sama.
12
1.Tupoksi Sekolah untuk
menerapkan MBS Responsif Gender
Kesetaraan dan keadilan gender dapat diintegrasikan melalui
tugas dan fungsi (tupoksi) sekolah dalam menerapkan MBS
yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
pengelolaan proses belajar mengajar
perencanaan, evaluasi, dan supervisi
pengelolaan kurikulum dan pembelajaran
pengelolaan ketenagaan
pengelolaan fasilitas
pengelolaan keuangan
pelayanan siswa
peran serta masyarakat
pengelolaan budaya sekolah.
13
2. Hasil MBS Responsif gender
Penerapan MBS responsif gender diharapkan dapat
mewujudkan sekolah yang berprestasi bagi murid
perempuan dan laki-laki. Sekolah berprestasi dapat
dikategorikan menjadi dua; yaitu prestasi akademik dan non
akademik.
Pertama, Prestasi akademik; murid laki-laki dan perempuan sama-
sama mempunyai prestasi akademik berbentuk nilai NUN, UAN yang
tinggi, juara karya ilmiah, juara lomba-lomba akademik (seperti:
Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan sebagainya).
Kedua, Prestasi non akademik; murid laki-laki dan perempuan sama-
sama mempunyai prestasi non akademik berupa semangat/kemauan
belajar seumur hidup, mencintai ilmu, toleransi, disiplin, taat
beragama, kerajinan, memiliki cita rasa seni yang tinggi.
Ketiga, tahapan mewujudkan MBS responsif gender dengan
melakukan sosialisasi tentang MBS Responsif gender.
14
Tahapan sosialisasi tentang MBS responsif gender:
.Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah dengan memasukkan
kesetaraan gender sebagai bagian integral dan eksplisit.
Mengidentifikasi fungsi-fungsi sekolah yang menggunakan prinsip MBS dengan
mengintegrasikan masalah gender yang diperlukan untuk mencapai sasaran.
Melakukan analisis SWOT untuk mengetahui potensi pengembangan kesetaraan
gender dalam perencanaan program dan pengembangan strategis untuk
mencapai sasaran.
Mengidentifikasi langkah-langkah pemecahan masalah terkait dengan hambatan
kesetaraan gender di sekolah akibat konstruksi sosial budaya.
Menyusun rencana dan program peningkatan mutu yang responsif terhadap
perbedaan gender sebagai kostruksi sosial dengan memperhatikan kebutuhan
gender praktis dan gender strategis.
Melakukan monitoring dan evaluasi dengan menggunakan indikator kesetaraan
gender dan indikator kebijakan responsif gender.
Merumuskan sasaran mutu baru melalui reformulasi manajemen sekolah yang
bias atau netral gender menuju manajemen responsif gender.
15
16
Gambar 3: Manajemen Netral, Bias
Dan Responsif Gender
17
KEBUTUHAN GENDER
KEBUTUHAN GENDER PRAKTIS KEBUTUHAN GENDER STRATEGIS
Kebutuhan untuk mendukung pelaksanaan peran Kebutuhan untuk mengubah relasi dan peran
gender konvensional sehingga tidak menghalangi gender tradisional guna mencapai target
target yang diharapkan. manajemen yang diharapkan.
1) Memberlakukan "perlakuan khusus" dalam
Mengupayakan terjadinya fleksibilitas peran antara waktu tertentu (affirmative action) kepada
laki-laki dan perempuan melalui : perempuan untuk meningkatkan ketrampilan
1) Penyadaran terhadap seluruh staf, partner staf dan dan kapasitas manajerial.
stakeholder yang lain. 2) Misalnya : Menerapkan kuota 30% dalam
2) Mempertahankan peran gender konvensional. peran yang terkait dengan pengambilan
Misalnya: menyediakan tempat penitipan anak bagi keputusan.
guru/pegawai agar bisa tetap menjalankan peran 3) Memberikan bantuan pada perempuan untuk
gender konvensionalnya. penguatan motivasi dalam pemberdayaan diri.
3) Mengatur jadwal mengajar yang disesuaikan dengan
kegiatan reproduksi, misalnya: guru yang memiliki
anak balita diberi jam agak siang, atau tidak diberi
tugas guru kelas.
4) Mengatur waktu rapat dengan mempertimbangkan
peran-peran gender konvensional.
18
3. Karakteristik MBS yang Efektif
dan Responsif gender
MBS yang yang efektif adalah yang memiliki
karakteristik yang responsif gender, baik yang
berkaitan dengan sekolahnya itu sendiri,
kepala sekolah, guru, serta kurikulum dan
pembelajaran.
19
Beberapa karakteristik yang cukup penting
adalah sebagai berikut:
20