You are on page 1of 35

BAB I

KONSEP TANAH

Konsep tanah yang sangat penting adalah konsep sebagai media alami bagi pertumbuhan
tanaman. Bila di kota – kota konsep tanah penting untk bahan rekayasa, konsep tanah sebagai
konsep rekayasa dikaitkan deangan tanah sebagai selimut batuan yang telah mangalami
pelapukan atau regolit suatu konsep yang dikembangkan oleh ahli – ahli geologi pada akhir abad
XIX, ahli tanah mengembangkan suatu konsep tanah sebagai suatu tubuh alam yang teratur.

1.1 TANAH SEBAGI TUBUH ALAM YANG TERATUR

1.1.1 Proses Pembentukan Tanah


Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik dan
terdiri dari lapisan – lapisan atau horizon yang berkembang secara genetic. Proses –
proses pembentukan perkembangan horizon dapat dilihat sebagai penambahan,
pengurangan, perubahan atau translokasi.
Perubahan batuan atau zat organic menjadi butir – butir tanah dikarenakan oleh :
a. pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan pada malam hari.
b. Batuan yang sudah retak, pelapukan akan dipercepat oleh air.
c. Akar tumbuh – tumbuhan dapat menerobos dan memecah batu – batuan hinga hancur.
d. Binatang – binatang kecil seperti cacing tanah, rayap dan sebagainya yang mambuat
lubang dan mengeluarkan zat – zat yang dapat menghancurkan batuan.
e. Pemadatan dan tekanan pada sisa - sisa zat organic akan mempercerpat pembentukan
tanah.

1.1.2 Evolusi Horizon Tanah


Pelapukan batuan induk menghasilkan puing – puing yang tidak pepat, bahan
induk yang tidak terlindung dari cuaca, pada keadaan yang baik akan menyababkan
tumbuhnya tanaman. Pertumbuhan tanaman akan menghasilkan akumulasi sisa – sisa
organic. Hewan, bakteri dan jamur menyatu dalam komunitas biologi dan memakan sisa
– sisa organic tersebut, penguraian bahan organic membebaskan unusr – unsure hara
yang terkandung didalamnya untuk siklus pertumbuhan tanaman – tanaman yang lain.
Bila lapisan permukaan mencapai suatu ketabalan tertentu dan berwarna gelap
karena akumulasi bahan organic, maka suatu horizon A akan terbentuk. Horizon tanah
merupakan lapisan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan bumi yang merupakan
hasil evolusi dan terdapat perbedaan sifat – sifat diantara horizon – horizon yang
berbatasan. Tanah dengan dua horizon yaitu horizon A yang menutupi horizon R. horizon
A mempunyai ketebalan sekitar 30 cm dan horizon R adalah bahan induk yang dibentuk
oleh pengaruh langsung pelapukan batuan pasir.
Evolusi horizon mungkin dapat berhasil lebih cepat dari evolusi langsung batuan
induk yang keras, ruang pori sedimen – sedimen memungkinkan sistem perakaran
tanaman menembus lebih dalam dan lebih memudahkanperpindahan komponen yang
terlarut dalam air yang terperkolasi. Proses pengendapan bahan – bahan dalam suatu
horizon yang bergerak dari beberapa horizon lainnya disebut ”illuviasi”, illuviasi dalam
hal ini menghasilkan suatu daerah dibawah horizon A. Partikel – patikel koloida yang
diakumulasikan disebut sebagai daerah horizon B, partikel – patikel koloida yang paling
sering diakumulasikan dihorizon B adalah liat, bahan organiknya adalah dari besi dan
aluminium.
Pada tanah – tanah dengan horizon A yang tipis suatu lapisan tanah berwarna
terang dengan bahan organik ringan / rendah, dapat berkembang horizon dibwah horizon
A dan diatas horizon B, biasanya horizon ini berwana keabu – abuan yang disebut
horizon E. Simbol E bersal dari ”eluvial” yang berarti kegagalan. Horizon A maupun
horizon E merupakan eluvial pada suatu tanah tertentu, tetapi gambaran utama dari A
adalah bahan organik dan warna gelap, sedangkan E berwarna terang dengan konsentrasi
pasir dan partikel – partikel kuarsa dengan ukuran seperti debu dan mineral – mineral
yang resisten.
Horizon C merupakan suatu lapisan yang sukar diperbahrui oleh proses – proses
pembentukan tanah dan tidak memiliki sifat – sifat horizon lainnya. Horizon C terdiri dari
sedimen –sedimen atau bahan yang diperbaharui langsung oleh cuaca dari batuan induk
dibawah nya,diatas horizon C disebut ”solum”.
1.1.3 Horizon-Horizon Utama Tanah
Horizon utama ditunjukan dengan huruf besar, seperti A,B,C, dan R. Juga ada
horizon O, yang didominasi oleh bahan organik pecahan – pecahan mineral volumnya
kecil sekali dan beratnya biasanya kurang dari separuhnya. Horizon O seperti muk dan
gambut yang berkembang dimana lingkungan jenuh air dan dalam waktu yang cukp
lama. Bahan organik yang dihasilkan kebanyakan tidak berhasil diurakan karena
kekurangan oksigen untuk perombakannya.
Pada suatu saat, sebuah horizon tanah didominasi oleh sifat – sifat salah satu
horizon horizon utama, tetapi mempunyai sifat lainnya, dua huruf besar digunakan,
contohnya AR, huruf pertama A menunjukan sifat – sifat horizon A lebih besar dari
horizon B. Pengelompokan di dalam horizon utama, huruf kecil digunakan dibelakang
untuk menunjukan pengelompokan di dalam horizon utama. Simbol dan arti dari huruf –
huruf kecil tersebut adalah :
a = perombakan habahan organik sangat tinggi.
b = horizon yang genetik tertutup.
c = nodul yang keras atu nodul yang tidak mengalami pengerasan kuat.
e = perombakan sedang pada bahan organik.
f = frosen soii(es abadi)
g =stronh gleying (reduksi besi dan campuran lainnya dimana terjadi
pengembangan warna abu –abu yang menunjukan draineg yang tidak baik.
h = akumulasi aluvial bahan organik.
i = bahan organik hasil peromabakan ringan.
k = akumulasi karbonat.
m = akumulasi dan pengeseran.
n = akulasi natrium
o =akumulasi residu sesquioksida–sesuiksida (terutama oksida besi dan
aluminium)
p = ganguan karena pengolahan tanah atau lainnya.
q = akumulasi silika
r = pelapukan atau batuan induk lunak.
s = akumulasi illuval sesquioksida – sesquioksida dan bahan organik.
t = akumulasi liat silika.
v = plinthite (bahan – bahan subsoil yanh diperkaya oleh besi yang menjadi keras
atau seperti batu bata akibat pengeringan dan perendaman berulang – ulang.
w = ciri – ciri mudah rusak
y = akumulasi gypsun (gips – batu kapur )
z = akumulasi garam – garam yang lebih mudah larut dari gips.

1.1.4 Ordo Tanah


Bermacam – macam faktor pembentukan tanah, akibatnya ratusan ribu tanah yang
berbeda telah dikenal di seluruh dunia. Tanah – tanah diklasifikasikan ke dalam ordo –
ordo, sistem klasifikasi tanah (Soil Taxonomy 1975), sepuluh ordo telah dikembangkan
terutama berdasarkan macam macam horizon yang ditemui dalam tanah dan sifat sifat
horizon tersebut.
0i = Guguran daun-daun dan puing-puing organik yang belum di rombak.
0a = Campuran bahan-bahan dan rombakan bahan organik.
A = Sebuah horisonmineral yang mengandungsejumlah besar bahan organik
yang halus, oleh karenanya akan bewarna gelap.
E = satu lapisan dengan warna lebih terang dengan kandungan bahan
organik lebih rendah daripada lapisan A atasnya yang menunjukan
hilangnya liat silikat, besi, aluminium dan menyisakan suatu kosentrasi
pasir dan partikel-partikel debu kuarsa atau mineral-mineralresisten
lainnya.
EB = Lapisan transisi.
BE = Lapisan transisi.
B = Illuvial atau kosentrasi sisa liat silikat, sesquiksoda-sesquioksida,
humus, dan lain-lain, dan atauperkembangan struktur bila volume
berubahmengikuti perubahan kandungan kelembaban.
BC = Lapisan transisi
C = Lapisan ini memungkinkan sama denagn bentukasli solum dimana
mereka jelas bukan “geologic non confortimities”.
R = Batuan Induk.
Derivat dan arti nama ordo tanah

Ordo Derivat(asal) Arti


Histosol Gr.Histor,jaringan Jaringan atau tanah organik
Verisil L.verto, naik Tanah yang sudah dibalik
Entisol Coined cyllable Tanah baru
Spodasol Gr.spodos, abu kayu Tanah abu
Inceptisol L.inceptum, permulaan Permulaan atau tanah muda
Alfisol Coined cyllable Tanah pedafler
Ultisol L.ultimus, terakhir Akhir pencucian tanah
Oxisol F.oxide, oksida Tanah Oksida
Mollisol L.mollis, lunak Tanah lunak
Ardisol L.aridus, kering Tanah kering

Horison yang ditemukan dalam tanah dan sifat-sifat horison tersebut. Nama ordo
terdiri dari sebuah awalan yang di akhiri oleh “sol”.
Kesembilan ordo lain berasal dari bahan induk mineral yang tidak mengalami
kejenuhan air atau perendaman dalam jangka waktu yang lama. Bahan–bahan ini terdiri
dari batuan induk hasil pelapukan oleh iklim, abu vulkanik dan hasil pengendapan dari
aktivitas air, angin, es dan gravitasi. Pembalikan dari tanah ini akan mencegah
berkembangnya horison B.
Tanah-tanah muda atau tanah-tanah baru ini disebut Entisol. Entisol yang
terbentuk dari pasir kuarsa di daerah Humid, dimana hutan mempunyai vegetasi umum,
dengan pencucian hebat akibat curah hujan yang sangat tinggi dan tanah sangat
permeabel. Oksida-oksida besi dan aluminium bersama dengan koloida humus, umumnya
terakumulasidalam subsoil membentuk horison Bhs dan atau horison Bhs. Perkembangan
dari Horison B dengan Horison E yang berwarna abu-abu atau keputihan. Tanah-tanah ini
adalah Spodosol.
Etisol yang berkembang dari bahan induk lebih halus dari pasir, mungkin dapat
mengembangkan Horison B menjadi Inceptisol. Inceptisol di kembangkan sedikit lebih
cepat dari pada Entisol. Entisol dan Inceptisol terjadi di semua daerah iklim, dari tundra
sampai tropik.
Apabila kondisi baik untuk perkembanganya, selanjutnya Incepsol mungkin
berkembang menjadi salah satu dari lima ordo lainnya. Alfisol berkembang diderah hutan
humid, dimana perpindahan lempung menghasilkan Horison Bt yang mengandung 20%
aatu lebih lempung dari pada Horison A, dan tanahnnya cukup mengalami pencucian dan
pelapukan. Dalam waktu yang terbatas, dengan pelapukan dan pencucian yang terbatas,
Alfisol yang mengalami pelapukan dan pencucian terakhir membentuk Ultisol. Ultisol
sangat asam dan mempunyai kesuburan rendah untuk tanmana pertanian. Horison B di
bentuk terutama oleh besi dan oksida atauoxisol pelapukan. Tanah-tanah ini disebut tanah
oksida atau Oxisol. Oxisol atay Ultisol umumnya di temukan di daerah tropikhumid,
keduanya sangat asam dan kurang subur untuk pertanian. Oxisol mewakili kebanyakan
tanah-tanah tertua. Contohnya Alfisol, Ultisol, Oxisol.
Di Iklim arid dan subhunid, terjadi kekurangan air untuk pelapukan dan
pencucian, bahan-bahan yang dapat larut cenderung tertinggal di dalam solum dan tanah-
tanah cenderung tetap netral dan alkali. Vegetasi rumput di daearh subhumid
meningkatkan perkembangan Horison A yang tebal dan berwarna gelap yang akan
menjadi lebih lunak bila kering karena pertumbuhan melimpah dari akar-akar rumput.
Tanah-tanah yang lunak ini adalah Mollisol. Mollisol umumnya mempunyai tingkat
kesuburan yang cukup sebagai tempat produksi tanaman padi-padian. Aridisol
berkembang di daerah arid; tanah-tanah ini dicirikan oleh sifat keringnya. Tanh-tanh ini
umumnya subur tetapi memerlukan irigasi yang cukup untuk pertanian.

1.1.5 Tubuh Tanah sebagai Bagian dari Landskap


Daerah yang sifat-sifat tanahnya sama atau konstan, menyusun suatu tubuh tanah.
Namun demikian ada akhirnya suatu perubahan nyata pada satu atau lebih faktor
pembentuk tanah akan terjadi, yang menyebabkan juga perubahan nyata sifat-sifat tanah.
Akibatnya tanah akan merupakan rangkaian kesatuan dengan sifat-sifat yang berubah
secara bertahap pada semua jurusan.
Landskap sebagai satu keseluruhan dapat disarikan sebagai susunan tubuh tanah
yang berbeda; dimana setiap bagian merupakan potongan pola secara menyeluruh.
1.1.6 Pedon (volume) dan Polypedon (bentuk)
Satu pedon tanh merupakan volume terkecil yang dapat disebut tanah dan
bentuknya ialah polygonal yang kasar. Batas bagiab bawah merupakan batas yang agak
samar diantara tanah dan bawah tanah atau diperkirakan sedalam penetrasi akar. Areal
satu pedon adalah dari satu sampai 10 meter persegi, tergantung dari variabilitas
tanahnya. Pedon adalah bagian dari satu tubuh tanah, seperti pohon Oak merupakan
bagian dari Hutan Oak.

1.1.7 Penamaan Polypedon


Setiap polypedon mempunyai satu nama seri; semua kira-kira ada 12.000 seru
yang dikenal di Amerika Serikat. Nama-nama seri ini adalah nama-nama abstrak yang
biasanya diambil dari nama sebuah kota atau gambaran landskap dekat tempat dimana
seri tersebut pertama kali dikenal dan diakui. Semua tanah yang sama mempunyai urutan
Horison yang sama dan horison-horison tersebut mempunyai urutan sifat-sifat yang
hampir sama.

1.2 TANAH SEBAGAI MEDIA UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN


Tanah berada diantara permukaan benda-benda hidup dan benda-benda mati, dimana
tanaman mengabungkan energi matahari dan karbon dioksida dari atsmofer dengan unsur
hara dan air dari tanah ke dalam bentuk jaringan hidup.

1.2.1 Faktor-faktor Pertumbuhan Tanaman


Pada dasarnya pertumbuhan di darat tergantung dari air dan unsur hara dalam
tanah dan oksigen harus tersedia untuk pernafasan akar dan karbondioksida yang
dihasilkan harus di keluarkan tanah dari pada terakumulasi di dalamnya. Perubahan
temperatur yang eksterm serta patogen sangatlah penting. Akar-akar yang telah melekat
dengan baik di tanah juga akn mempertahankan tegaknya tanaman dengan cara:
• Pengampu adalah salah satu fungsi tanah sebagai pendukung tegaknya tanaman.
Tanaman yang tumbuh secara hidroponik umumnya didukung oleh adanya
jaringan-jaringan seperti kawat. Terdapat pada tanah-tanah yang subsoilnya
impermeabel atau Horison B. Pohon-pohon yang perakarannyadangkal mudah
rebah karena angin. Kejadian ini dikenal sebagai winsthrow. Winsthrow
menyebabkan ganguan horison-horisoan tanah dekat daerah pangkal pertumbuhan
pohon-pohon.
• Unsur-unsur Hara Esensial. Paling sedikit 16 elemen yang di perlukan untuk
pertumbuhan tanaman yang berdaun bulat.
• Kebutuhan Air Tanaman. Sekitar 500 gram air diperlukan untuk menghasilkan 1
gram bahan kering tanaman.
• Kebutuhan Oksigen Tanaman. Pada akar terdapat lentisel yang memungkinkan
terjadinya pertukaran gas. Oksigen masuk ke dalam sel-sel akar dan digunakan
untuk respirasi, dimana karbon dioksida dikembalikan ke dalam tanah. Respirasi
menyebarkan energi yang diperlukan untuk sintesa dan translokasi dari gabungan
organik dan untuk akumulasi aktif ion-ion nutrien melawan satu kosentrasi
“gradien”.
• Pembebasan Beberapa Faktor Penghambat. Tanah akan berusaha membentuk
suatu lingkungan yang bebas dari faktor-faktor penghambat seperti keasaman atau
kebasaan yang tinggi, organisme penyebab penyakit, bahan-bahan beracun,
kelebihan garam dan lapisan kedap air.

1.2.2 Pengunaan Tanah ole Tanaman


Kerapatan dan penyebaran akr mempengaruhi efisiensi tanaman dalam
menggunakan tanah. Tanaman tahunan seperti Oak atau Alfalfa tidak menumbuhkan
sistem perakaran baru yang lengkap setiap tahun, dan memberikan keuntungan baginya
dibandingkan tanaman setahun seperti jagung atau kapas. Perluasan sistem perakaran dan
luasnya tanah yang kontak langsung denagn permukaan akar.
• Perluasaan Sistem Perakaran. Hanyalah mungkin untuk beranggapan
bahwa terdapat perbedaan yang besar dalam sistem perakaran seperti pada bagian
atas tanaman. Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh lingkungan, dengan kata lain
penyebaran akar dan kerapatannya merupakan fungsi macam tanaman dan
lingkungan alami dari akar.
• Perluasan Akar dan Kontraknya dengan Tanah. Tanaman mempunyai
akar sampai ratusan kilometer atau mil. Berdasarkan satu nilai asumsi untuk areal
permukaan tanah tertentu dihitung bahwa satu persen atau kurang permukaan
tanah yang langsung berhubungan dengan tanah.
• Pola Pengunaan Tanah oleh Tanaman. Biji-biji merupakan tanaman
dorman. Bila diletakan pada tanah lembab dengan tempertur yang sesuai, maka
biji-biji akan menyerap air secara osmosis dan membesar. Enzim-enzim mulai
aktif dan cadangan makanan (karbohdrat dan lain-lain) di endosperm beralih ke
embrio yang di gunakan untuk tumbuh.

1.2.3 Konsep Produktivitas Tanah


• Perbedaan Kebutuhan Tanaman. Kebutuhan beberapa tanaman yang mempunyai
nilai ekonomi akan diperoleh dengan baik, jika tanah yang mempunyai aerasi baik
dan mempunyai reaksi mendekati netral sampai atau agak masam tanpa lapisan
yang menghambat penetrasi akar, tanpa kelebihan garam dan mempunyai cukup
air, dan melimpahnya suplai zat hara.
• Definisi Produktivitas Tanah. Produktivitas tanah dapat didefinisikan sebagai
kemampuan tanaman tertentu atau beberapa tanaman di bawah suatu sistem
menejemen yang khusus. Sebagai contoh tanaman kapas. Produktivitas tanah
pada dasarnya merupakan suatu konsep ekonomi dan bukannya suatu sifat tanah.
Tiga hal yang terlibat adalah: (1). Masukan (sistem management tertentu), (2)
keluaran (hasil) dari tanaman tertentu, (3) tipe tanah.

Kesuburan Tanah dibandingkan Produktivitas Tanah.


Kesuburan tanah didefinikan sebagai kualitas yang memungkinkan suatu tanah
untuk menyediakan unsur-unsur hara yang memadai, baik dalam jumlah maupun
imbangannya untuk pertumbuhan spesies tanaman bila temperatur dan faktor lain
mendukungnya. Produltivitas tanah sebaliknya didefinisikan sebagai kemampuan tanah
untuk memproduksi satu spesies.
BAB II
SIFAT FISIKA TANAH

Sifat fisika tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan
kemampuannya yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk menjadi keras dan menyangga,
kapasitas drainase dan kapasitas untuk melakukan drainase dan menyimpan air, plastisitas,
kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur-unsur hara
tanaman , semuanya erat hubunganyadengan kondisi fisik tanah.

2.1 TEKSTUR TANAH


Tektur tanh menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur merupakan
perbandingan relatif pasir, debu dan liat atau kelompok denagn ukuran lebih kecil dari
kerikil (diameter 2 mm).

2.1.1 Pemisahan Tanah


Pemisahan tanah biasanya diperkirakan menjadi kelompok denagn ukuran
partikel-partikel mineral dengan diameter kurang dari 2 mm atau kelompok dengan
ukuran yang lebih kecil dari kerikil. Pasir merupakan suatu fraksi berukuran 2.0 – 0.05
mm dan berdasarkan sistem USDA, dibedakan pasir yang sangat halus, halus, sedang,
kasar dan sangat kasar. Debu adalah suatu fraksi berukuran 0.05 – 0.002 mm.

2.1.2 Analisis ukuran Partikel


Bouyoucos merancang suatu metoda hydrometer untuk menentukan kandungan
pasir, debu dan liat tanpa memisahkannya. Pembacaan dua hydrometer yang diambil dari
suspensi tanah dengan menggunakan hydrometer tanah khusus.
Hukum stokes menghubungkan kecepatan penurunan terbatas dari suatu bola
yamg lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui densitas dan
viskositas terhadap diameternya jika dicobakan analisis ukuran pertikel tanah dengan
pipet, hydrometer atau dengan menggunakan metode centrifuge.
2.1.3 Kelas-kelas Tanah yang Digunakan untuk Menentukan Tekstur
Bermacam-macam kelas tanah dibedakan satu sama dengan lainnya. Tanah
lempung menurut segitiga tektur adalah tanah dengan kandungan liat 7-27 persen, debu
28-50 persen dan pasir kurang dari 52 persen. Lempung adalah tanah dimana pasir, debu
dan liat mempunyai pengaruh yang penting terhadap sifat-sifat tanah.
•Tanah berpasir •Tanah bertekstur kasar •Pasir berlempung

•Tanah berstektur kasar sedang •Lempung berpasir


•Lempung berpasir halus

•Tanah berlempung •Tanah berstektur sedang •Lembung berpasir sangat


halus
•Lempung
•Lempung berdebu
•Debu
•Tanah berstektur •Lempung liat
halus sedang •Lempung liat berpasir
•Lempung liat
berdebu
•Tanah berliat •Tanah berstektur halus •Liat berpasir
•Liat berdebu
•Liat

2.1.4 Penentuan kelas Tanah dengan Metode Lapang.


Jika ahli-ahli tanah memetakan tanah, mereka menggunakan metode lapang untuk
menentukan tekstur bermacam-macam horion dari pedon untuk mengidentifikasi tanah
dan untuk membedakan diantara tanah-tanah yang berbeda pada suatu landsekap.

2.1.5 Pengaruh dari Pecahan-pecahan Kasar pada Nama Kelas.


Beberapa tanah mengandung krikil, batuan atau pecahan-pecahan kasar lain yang
lebih besar daripada ukuran butir-butir pasir dalam jumlah yang nyata. Suatu kata sifat
harus disediakan untuk ditambahkan pada nama kelas pada kejadian ini.
2.1.6 Tekstur dan Penggunaan Tanah
Secara pasti nama kelas hanya menguraikan penyebaran ukuran partikel.
Plastisitas, rigiditas, permeabilitas, kemudahan mengolah tanah, kekringan, kesuburan
dan produktivitas mungkin berkaitan dengan kelas-kelas tekstur dalam sebuah wilayah
geografis tertentu, tetapi karena banyaknya variasi yang ada dalam pemisahan komposisi
mineral, tanah-tanah di dunia tidak dapat dibedakan secara umum dari luas.
Tanah berpengaruh penting pada tanaman melalui hubungannya dengan udara dan
air. Kemampuan tanah untuk menyimpan air diantara hujan yang terjadi menentukan
pemberian musiman kelembaban tanah dan biasanya menetukan spesies apa yang tumbuh
dalam sebuah hutan dan kecepatan pertumbuhannya.

2.1.7 Gambaran Alami dan Evolusi Horison-horison Argilic


Pertikel-pertikel liat dipindahkan oleh air perkolasi dari Horison A dan
dfiendapkan di Horison B. Hasilnya adalah pedon-pedon dengan horiso-horison yang
mempunyai tekstur berbeda, suatu gambaran umum di seluruh dunia Akumulasi liat oleh
suatu gerak ditunjuk oleh subscrip t seperti dalam Bt. Simbol “t” berasal dari Jerman
“ton” yang berarti liat. Apabila Horison Bt dari dalam tanah-tanah berlempung
mempunyai sedikit 1,2 kali lebih bnayak liat daripada Horison A di atasnya, Horison ini
dikualifikasikan sebagai suatu Horison argilic. Tanah-tanah yang dikualifikasikan sebagia
Alfisol dan Ultisol juga mempunyai horison argilic tetapi tanah-tanah ini tidak selalu ada
horison argilicnya.
Pembentukan horison argilic membutuhkan bahan induk yang mengandung liat
atau yang mengalami pelapukan untuk membuat liat. Periode-periode basah dan kering
secara bergantian diperlukan.

2.1.8 Pengaruh Horison Argalic pada Pertumbuhan Tanaman


Adanya suatu horison argalic dapat menguntungkan ataupun merugikan
tergantung pada tingkat berkembangnya horison ini. Perkembangan horison argalic tidak
dapat membatasi penetrasi akar pada tanah Greenfield dan Snelling di California.
Penetrasi akar mencapai kedalaman lebih dari 2 meter dan mampu menggunakan 20-
25cm air yang tersimpan dalam zone perakaran.
2.1.9 Perubahan Tekstur tanah
Perubahan tekstur tanah di lapangan hanya kadang-kadang diusahakan karena
terlalu berat dilakukan pada tanah-tanah dengan areal yang luas. Pembajakan yang dalam
dilakukan pada beberapa kasus untuk memecahkan lapisan penghambat akar dan untuk
mengendalikan erosi oleh angin.

2.2 STRUKTUR TANAH


Istilah tekstur digunakan untuk menunjukan ukuran partikel-partikel tanah. Tetapi,
apabila ukuran partikel tanah sudah diketahui digunakan istilah struktur. Struktur
menunjukan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu dan liat)
sampai pada partikel-partikel sekunder atau (ped) disebut juga agregat.

2.1.1 Peranan Struktur


Struktur mengubah pengaruh tekstur denagn memperhatikan hubungan
kelembaban dan udara. Akibat struktural pada hubungan ruang pori yang membuat
struktur menjadi begitu penting.

2.2.2 Tipe Struktur, Kelas dan Gradasi


Deskripsi lapang struktur tanah meliputi: (1) tipe yang menunjukan bentuk dan
susunan ped, (2) kelas, yang menunjukan ketentuan perihal ped dan (3) gardasi yang
menunjukan ketentuan perihal ped. Ped tanah di klasifikasikan berdasarkan misalnya
bualt, lempeng, balok atau prisma.
Istilah-istilah untuk gradasi adalah sebagai berikut:
• Tidak mempunyai struktur - agregasi tidak dapat dilihat atau tidak tertentu
batasnya dan susunan garis-garis alam semakin kabur. Pejal menggumpal,
berbutir tunggal jika tidak menggumpal.
• Lemah – ped yang sulit dibentuk, dapat dilihatb dengan mata telanjang.
• Sedang – ped yang dapat dibentuk dengan baik, tahan lama dan jelas, tetapi
tidak jelas pada tanah yang tidak terganggu.
• Kuar – ped yang kuat, jelas pada tanah yang tidak terganggu satu dengan
yang lain terikat secara lemah, tahan terhadap perpindahan dan menjadi
terpisah apabila tanah tersebut terganggu.

2.2.3 Pembentukan Ped


Untuk menghasilkan ped harus ada beberapa mekanisme yang mengelompokkan pertikel
menjadi “Cluster” (kelompok) dan yang dimaksud dengan cluster adalah ikatan yang kuat
sehingga ped terbentuk. Akar tanaman merupakan penyebab utama bergeraknya partikel-
partikel tanah sehingga berhubungan erat satu dengan yang lainnya. Penyebab lain yang
aktif dalam pembentukan ped adalah aktivitas hewan, keadaan lembab dan kekeringan,
juga pembekuan dan pencairan.
Ketahanan ped tergantung pada dua keadaan, yaitu: (1) tanah dipermukaan ped
tidak teratur selama keadaan menjadi basah kembali atau rehidrasi, dan (2) koloid-koloid
harus mampu diikat bersama partikel di dalam ped apabila tanah menjadi basah.
Penyaringan basah biasa dipergunakan untuk mengukur stabilitas ped.

2.3 KOSISTENSI TANAH


Konsistensi adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau pecahan. Keadaan
ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi.

2.3.1 Istilah-istilah Konsistensi Tanah


Konsistensi digambarkan untuk tiga tingkat kelembaban; basah; lembab; dan kering.
Konsistensi tersebut termasuk:
1. Tanah Basah: tidak lengket, lengket, tidak plastis dan plastis.
2. Tanah Lembab: mudah lepas, mudah pecah, teguh.
3. Tanah kering: lepas, halus, keras.
2.4 HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN DAN BERAT
Kerapatan partikel merupakan suatu ukuran kerapatan partikel tanah dan kerapatan
massa merupakan ukuran kerapatan dari tanah tersebut dimana dia berada secara alami
termasuk ruang pori.

2.4.1 Kerapatan Partikel


Untuk menentukan kerapatan partikel tanah pertimbangan hanya di berikan untuk
partikel yang solid. Oleh karena itu kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu
tetapan dan tiodak bervariasi menurut jumlah ruang partikel., suatu variasi yang harus
mempertimbangkan kandungan kandungan tanah organik atau komposisi mineral.

2.4.2 Kerapatan Massa


Kerapatan massa adalah berat perunit volume tanah yang dikeringkan dengan
oven yang biasanya dinyatakan dalam gram/cm3.
Pembentukan struktur selam perkembangan tanah menyebabkan horison-horison
dibagian atas mempunyai kerapatan massa lebih tinggi dibanding bahan induk asli.
Horison Bt di tanah lempung di Miami mempunyai kandungan liat yang lebih
tinggi dibanding horison A.
Tanah-tanah organik atau histosols, mempunyai kerapatan massa yang sangat
rendah dibanding dengan tanah-tanah mineral.

2.4.3 Berat Irisan Menurut alur dalam Acre


Berat irisan menurut alur dalam acre adalah berat kering oven dari tanah sebesar 1
acre sedalam 6-7 inci. Tanah dengan nilai kerapatan massa 1,5 gram/cm 3 akan
mempunyai 1,5 kali lebih besar daripada air.

2.4.4 Berat Tanah Seluas Satu Hektar


Satu hektar sama dengan 100 meter kuadrat, jadi mempunyai luas 10.000 m².
Volume tanah pada ketebalan 20 cm pada satu hektar sama dengan:
10.000 m² x 0,2 m = 2000 m3.

Lapisan setebal 20 cm seluas 1 hektar mempunyai berat:


2000 m3 x 1000 kg = 2.000.000 kg.

2.5 RUANG PORI DAN POROSITAS


Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air. Persentasi
volume ruang pori total disebut porositas.

2.5.1 Perhitungan Porositas Berdasarkan Kerapatan Massa dan Kerapatan Partikel.


Keadaan yang tidak mungkin dimana kerapatan massa (KM) dan kerapatan
partikel (KP) adalah sama. Ratio KM/KP akan menjadi 1:0. Jika semua volume tersebut
ditempati oleh padatan, volume ruang pori akan menjadi nol.

Volume Padatan adalah


1,56 g/cm3 x 100 = 60% bahan padat.
2,6 g/cm3

Ruang porinya =100% - 60% = 40%.

Rumus berikut digunakan untuk porositas tanah:


100% - (KM/KP x 100) = n% ruang pori.

2.5.2 Penagaruh Tekstur dan Struktur pada Ruang Pori


Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya
yang luas. Pertikel dibungkus tertutup dan tanah selalu mempunyai ped. Konsistensi
dengan kenyataan bahwa horison-horison A liatnya mempunyai kerapatan massa rendah
dan pasir mempunyai kerapatan massa tinggi. Pergerakan dan penimbunan liat di
horison-horison argalic atau Bt menurunkan ruang pori dan menaikkan kerapatan tanah.
2.5.3 Penyebaran Ruang Pori di dalam Tanah
Penyebaran ruang pori dalam profil tertentu dari sebuah tanah matang.
Perkembangan struktur pada horison A berakibat pada porositas total yang tinggi sama
baiknya dengan jumlah ruang yang sesuai baik di mikropori.

2.6 PERMEABILITAS TANAH DAN KONDUKTIVITAS HIDRAULIK


Permeabilitas merupakan kemudahan cairan, gas dan akar menembus tanah.
Permeabilitas tanah untuk air merupakan konduktivitas hidraulik. Konduktivitas hidraulik
termasuk:
1. Menentukan jarak di anatara garis-garis lubang drainase.
2. Ukuran luas bagian dasar sistem septic tank.
3. Ukuran teras dan kemiringan saluran teras mengendalikan erosi.
4. Panjang dan gradien parit irigasi.

2.7 AERASI TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN


Respirasi oleh akar dan organisme lain membutuhkan oksigen dan menghasilkan karbon
dioksida, hal ini menyebabakan udara dalam tanah akan berisi umumnya 10 sampai 100 kali
lebih besar kosentrasi karbon dioksida dan agak lebih sedikit oksigen dari pada atsmofer.
Perbedaan tekanan gas dimungkinkan, yang menyebabkan oksigen mengalir secara difusi
dari atsmofer ke dalam tanah dan ksrbon dioksida mengalir secara difusi dari tanah ke
atsmofer.
Lajunya difusi oksigen menembus air adalah 10.000 kali lebih kecil dari pada melewati
ruang yang berisi udara. Sejalan dengan naiknya kandungan air dalam tanah, jalan difusi
oksigen ke permukaan-permukaan akar akan menjadi lebih panjang, menyebabkan suatu
penurunan oksigen yang tersedia untuk respirasi akar. Penelitian telah memperlihatkan
bahwa akar dari kebanyakan tanaman gagal untuk menembus tanah bila laju difusi kurang
dari 20 x 10-8 per cm2 per menit. Defisiensi oksigen dihasilkan bila tanah dijenuhi air,
kemudian tanaman umumnya mati. Tanaman-tanaman tersebut akan responsif terhadap
oksigen seperti jalan tersebut di atas tidaklah aneh, sebab bentuk-bentuk lain dari kehidupan
berakhir dengan sangat cepat oleh karena gangguan mati lemas kemudian oleh kakuranagn
makanan.

2.8 PENGARUH PENGOLAHAN PADA TANAH


DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
Permulaan pertanian memberi tanda permulaan pengolahan tanah. Tugal-tugal apa saja
mungkin merupakan alat pertama untuk pengolahan yang biasa digunakan menanam
tanaman. Perkembangan dan perbaikan alat-alat pengolahan dan metodannya mendukung
menaikkan produksi pangan dan menaikkan produksi pangan dan menaikkan populasi
manusia.

2.8.1 Definisi dan Tujuan Pengolahan Tanah


Pengolahan tanah merupakan manipulasi mekanisme dari tanah untuk berbagai
tujuan tetapi pada pertanian dan kehutanan hal ini biasanya terbatas untuk modifikasi
kondisi tanah untuk produksi tanaman.
Tiga tujuan yang biasanya diterima adalah: (1) memberantas gulma; (2) mengolah
sisa-sisa tanaman dan; (3) mengubah struktur tanah terutama menyiapkan untuk
menanam benih atau bibit.

2.8.2 Pengolahan dan Pengendalian Gulma


Gulma dan tanaman bersaing dalam kebutuhan unsur hara, air dan cahaya.
Penelitian mendukung kesimpulan bahwa keuntungan utama dalam budidaya jagung
karena pengendalaian gulma. Pengerjaan tanah yang terlambat pada musim tanam
bagaimanapun dapat mengganggu akar dan mengurangi hasil. Pada kebanyakan tanah,
herbisida tetap digunakan untuk pengendalian gulma dengan hasil yang lebih baik.

2.8.3 Pengolahan dan Pengelolaan Sisa-sisa Tanaman


Tanaman pada umumnya tumbuh pada lahan-lahan yang mengandung sisa-sisa
dari tanaman yang sebelumnya. Lapang yang bebas dari sampah memungkinkan
penempatan benih lebih tepat dan pupuk pada saat tanam, dan pemeliharaan tanaman
yang mudah selama musim tanam. Tajuk-tajuk tanaman pada permukaan dan
memberikan perlindungan terhadap air dan erosi angin. Sisa-sisa tanaman yang tertinggal
pada lahan setelah musim dingin mungkin juga menyebabkan salju menjadi tertimbun
dan akhirnya cair dan menaikkan kandungan air tanah.

2.8.4 Pengaruh Pengolahan pada Struktur Tanah


Alat untuk pengerjaan, Peringan dan “packer” menghancurkan sebagian besar
agrerat tanah. Perbaikan lapangan untuk mematikan gulma dapat mempunyai pengaruh
yang tiba-tiba pada pengemburan tanah, memperbaiki aerasi tanah dan infiltrasi air.

2.8.5 Konsep Pengolahan Minimum


Adalah kenyataan bahwa tanaman-tanaman tanpa pengolahan tanah. Secara luas
perlu dipertanyakan dalam penenlitian rangkaian mencari jalan untuk mempertahankan
tanah dalam kondisi fisik yang baik dan memberikan hasil yang tinggi dengan biaya
yang minimum. Untuk memproduksi tanaman, perlu praktek tentang konsep pengolahan
sempurna. Sistem pengolahan minimum mempergunakan kegiatan-kegiatan yang lebih
sedikit untuk memproduksi tanaman.

2.8.6 Pengaruh dari Budidaya yang Terus Menerus pada Ruang Pori
Beberapa ruang makro pori dikurangi menjadi mikro pori, hasilnya satu kenaikan
volume ruang mikro pori.

2.8.7 Kulit Permukaan Tanah


Ped tanah pada permukaan tanah dipecah berkeping-keping oleh curah hujan,
semua tertgantung kepada stabilitas airnya atau partikel primer yang menghancurkannya.
Bila kulit di permukaan kering, kulit akan sangat keras dan dapat menghalangi
munculnya perkecambahan.

2.8.8 Olahan dan Pengolahan


Olahan merupakan kondisi fisik tanah, dengan kemudahannya untuk diolah
sebagai tempat persemaian dan kemampuannya menghalagi perkecambahan dan juga
penetrasi asam. Pengolahan dihubungkan dengan kondisi struktural. Efek pengolahan
pada tanah olahan sangat penting.

2.9 LALU LINTAS DAN KEPADATAN TANAH


Kepadatan tanah menghasilkan :
1. Penurunan dalam ruang pori total
2. Penurunan dalam ruang pori makro
3. Penurunan dalam ruang pori mikro

2.9.1 Lapisan-lapisan Padat atau Lemengan-lempengan Mengalami Tekanan


Lempengan-lempengan yang mengalami tekanan merupakan suatu masalah pada
tanah-tanah pasir yang mempunyai kadar liat cukup untuk menyebabkan penyusutan dan
pengumpalan yang cukup unyuk memecahkan lapisan padat secara alami.

2.9.2 Efek Roda-roda Kendaraan Pada tanah dana Tanaman


Lalulintas kendaraan akan merusak pucuk-pucuk tanaman, dan tanaman akan
lemah sehingga lebih peka terhadap infeksi penyakit. Perkembangan akar dibatasi,
tegakan-tegakan alfalfa atau kerapatan tanaman dan hasil turun akibat roda-roda
kendaraan.

2.9.3 Efek Lalulintas Tempat Rekreasi


Satu hal yang paling menyolok perubahan yang baru terjadi banyak di landskap
kering di sebelah barat daya Amerika Serikat, yang disebabkan oleh penggunaan yang
tidak bedakan dari kendaran-kendaraan di luar jalan.

2.9.4 Efek Pengangkutan Balok Kayu Pada Tanah


Permeabilitas tanah terhadap air ditemukan mencapai 65% dan 8% lebih besar di
atas daerah pemotongan dan area jalan untuk mengangkut balok. Perubahan kerapatan
massa dan ruang pori tanah hutan disebabkan pengangkutan balok kayu.

2.10 EFEK PENGGENANGAN DAN PELUMPURAN PADA SIFAT FISIK TANAH

2.10.1 Efek Penggenangan


Penggenangan pada tanah kering berarti memasuki agregat dan mendorong udara
dalam pori, mengakibatkan letusan-letusan kecil yang memecahkan dan memisahkan
agregat tersebut.

2.10.2 Pengaruh Pelumpuran


Pelumpuran merupakan suatu pembajakan tanah yang jenuh air menutupi seluruh
lapangan. Agregat-agregat yang menjadi lumpur merupakan suatu sistem dengan dua fase
penting yaitu padatan dan cairan.

2.10.3 Hubungan Oksigen pada Tanah-tanah Sawah yang Tergenang


Air yang menutupi sawah mempunyai kadar oksigen yang cenderung sama
dengan oksigen di atsmofer. Tanah di bawah lapisan permukaan yang tipis dan di atas
kancah akibat tekanan mengalami defisiensi oksigen dan mengalami kemunduran.

2.11 WARNA TANAH


Warna tanah merupakan sifat tanah yang nyata dan mudah dikenali.

2.11.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Warna Tanah


Bahan-bahan organik merupakan bahan utama pewarna tanah yang tergantung
pada keadaan alaminya, jumlah dan penyebaran dalam profil tanah. Gambut biasanya
berwarna coklat dimana dekomposisi bahan organiknya baik, warna merah pada tanah
pada umunya dihasilkan oleh tidak adanya hidrasi dan oksidasi oksidabesi. Warna kuning
dihasikan oleh hidradasi oksida besi di subsoil. Warna abu-abu terang atau mendekati
warna putih kadang-kadang merupakan bahan induk.

2.11.2 Determinasi Warna Tanah


Warna-warna tanah dityentukan dengan membandingkan warna tanah dengan
tabel warna “Munsell Color Chart” berisi 175 warna yang disusun secara sistematis.
Notasi warna Muncell merupakan sistem Numerid dan huruf sifat-sifat warna masing-
masing dari tiga variabel.

2.11.3 Warna Tanah


Tanah-tanah yang putih biasanya mempunyai tingkat kesuburan yang rendah.
Warna sob soil yang abu abu dapat menandai satu tanah yang jenuh selama pembentukan
tanah dan drainase dibutuhkan untuk pertanian.

2.12 TEMPERATUR TANAH


2.12.1 Keseimbangan Pada Tanah
Keseimbangan panas tanah terdiri dari perolehan dan hilangnya energi panas.
Radiasi matahari yang diterima di refleksi sebagian dikembalikan ke dalam atsmofer,
dan sebagian lagi di absorbsi oleh permukaan tanah. Tanah yang di absorbsi hilang
dari tanah karena:
1. Evaporasi air
2. Radiasi yang di kembaliakan sebagia radiasi gelombang panjang.
3. Pemanasan udara di atas tanah
4. Pemanasan tanah

2.12.2 Kapasitas Tanah dan Konduktivitas Panas


Kapasitas panas dari tanah yang berisi 25% air (setiap 100 gram tanah kering
mantap terdapat 25 gram air). Kandungan air tanah juga mempengaruhi suhu tanah
melalui pengaruh pada konduktivitas panas yang memepunyai kecepatan pemindahan
panas.

2.12.3 Lokasi dan temperatur


Daratan tanaman mempunyai perbedaan lingkungan mikro yang besar dalam
batas-batas suplai cahaya, temperatur, dan kelembaban tanah. Temperatur menurun
dengan kenaikkan elevasi.

2.12.4 Fruktuasi Temperatur Tanah


Fruaktuasi terbesar pada permukaan tanah dan menurun dengan bertambahnya
kedalaman tanah. Suatu definisi yang baik dari perubahan musim terjadi perubahan
yang lambat dari temperatur tanah musiman.

2.12.5 Pengendalian Temperatur Tanah


Dengan drainase yang menguntungkan beberapa pengaruh pada hubungan
temperatur tanah yang sedemikian rupa, dimana mereka dapat meninggikan air
dengan jumlah air yang berlebihan, dengan menggunakan mulsa dan berbagai macam
naungan jumlah-jumlah radiasi matahari yang di absorbsi hilangnya energi dari tanah
oleh radiasi, infiltrasi air dan hilangnya air oleh operasi dapat diubah.

2.12.6 Permafrost
Permaforst berkisar dari bahan seluruhnya terutama dari es sampai tanah yang
membeku, dimana esnya tidak dapat terlihat, tanah dapat terlihat kecuali jika menjadi
keras. Lapisan permaforts dalam tanah tidak bertambah tebal, tetapi cenderung
mencapai ketebalan maksimum diimbangi oleh panas dari dalam perut bumi.

2.12.7 Regim Temperatur Tanah


Temperatur tanah menjadi sifat tanah yang penting dimana temperatur digunakan
pada pengklasifikasikan tanah. Kelas-kelas temperatur tanah atau regim dibatasi
dengan rata-rata tahunan temperatur tanah (MSAT) di daerah perakaran.

BAB III
KIMIA TANAH

Dua bahan penting yang diabsorbsi tanaman yang dipindahkan dari tanah adalah air dan
unsrur hara, tanaman dapat menjalanu defisiensi unsur ensensial bila:
1. Mereka tidak terdapat dalam tanah, atau
2. Terdapat dalam kuantitas yang besar dalam tanah, tetapi sangat sedikit terlarut atau
tersedia untuk menopang kebutuhan tanaman.
Akibatnya analisa kimia total tanah umumnya hanya sedikit meberikan informasi penting
mengenai makanan tanaman.

3.1 PERTUKARAN KATION


Pertukaran kation adalah pertukaran antara kation-kation dalam suatu larutan dan kation
lain pada permukaan dari setiap permukaan bahan yang aktif. Pertukaran kation lebih disukai
daripada istilah pertukaran basa, karena reaksinya melibatkan ion H+ . Ion Hidrogen adalah
suatu kation tetapi bukan basa, kation-kation yang terjerat dapat dipertukarkan dengan kation
lainnya, Proses pengantian ini disebut dengan pertukaran kation.

3.1.1 Pertukaran Kation Alami


Reaksi tukar kation dalam tanah terjadi terutama dekat permukaan liat, yang
berukuran seperti koloida, dan partikel—partikel humus yang di sebut misel. Permukaan
misel yang bermuatan negatif membentuk suatu ikatan selam muatan negatif ada dan
dimana terdapat suatu kekuatan tarik menarik yang kuat terhadap kation. Kation
menetralkan permukaan muatan negatif.
3.1.2 Kapsitas Tukar Kation Tanah
KTK didefinisikan sebagai jumlah total adsobrsi kation yang dapat ditukar, yang
dinyatakan dalam milligram dalam seratus gram tanah kering. Kapasitas tukar kation total
adalah jumlah total daerah tempat penukaran baik koloid organik walaupun koloid
mineral.

3.1.3 Macam dan Jumlah Kation dapat Ditukar


Kation dengan radius hidrasi terkecil akan bergerak merapat ke permukaan misel
dan di adsorbsi lebih kuat. Tercatat pada pengelompokan pelimpahan untuk mollisol yang
terdapat dalam Iowa adalah sam dengan energi rangkaian adsorbsi: Ca> Mg> K> Na.

3.1.4 Kejenuhan Hidrogen dan Basa (%)


Delapan belas mili ekivalen basa dapat ditukar dan 9,3 mili ekivalen hidrogen
dapat ditukar terdapat dalam horison Ap dari tanah.

3.2 ANION DAPAT DITUKAR


Pada umumnya tanaman mengabsorbsi anion sebanyak kation. Tiga anion penting
yaitu nitrat, fosfat, dan sulfat. Perlu dihubungkan dengan bahan organik. Dalm pertukaran
anion dalam tanah adalah :
3.2.1 Daerah Kapasitas Tukar Anion (KTA)
Gibsite merupakan oksida liat yang terdiri dari aluminium dalam koordinasi enam
dengan hidroksil. Dalam lingkungan acidic yang normal tanah tropik mengalami
pelapukan tinggi, hidroksil mengambil atom hidrogen.
3.2.2 Pentingnya Pertukaran Anion
Kapasitas tukar kation meningkat seperti peningkatan pH tanah dan kapasitas
tukar anion meningkat dengan berkurangnya pH tanah. Sebagian kecil horison
tanah bermuatan positif. Ringkasan tanah dengan koloid bermuatan positif:
o Mengabsorbsi anion ion-ion dan khlor
o Kation seperti kalsium, magnesium dan kalium ditolak dan tetap sanagt
rentan terhadap pencucian dalam larutan tanah.

3.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI pH TANAH


Terdapat beberapa komponen dalam tanah yang mempengaruhi kosentrasi h2 larutan
tanah. Bagian ini dimulai dengan suatu pH tertentu dan faktor-faktor yang mengendalikan
pH pada sebagian besar tanah, yang umumnya berkisar 4-10, pH tanah kurang dari 4
biasanya dengan hadirnya asam kuat seperti sulfat.
3.3.1 Batasan pH
Air adalah netral, karena kosentrasi H+ dan OH- sama. Pada keadaan netral pH
adalah air dipisahkan atau diionisasikan sebagai berikut:
HOH H3 +OH—
pH didefinisikan sebagai berikut:
pH = log 1/ H+ (dimana H+ sama dengan mol H+ perliter).
pH air murni dihitung sebagai berikut:
pH = log1/0,000.000.1 = log 10.000.000 = 7
Setiap unit perubahan pH dikaitkan dengan perubahan 10 kali lipat kosentrasi H+ dan OH-
.

3.3.2 Peranan Karbonat pada Tanah Alkali Ringan sampai Berat


Bahan induk mempunyai kisaran pH yang luas; tanah muda mewarisi pH bahan
induk. Tanah dikatakan berbuih. Reaksinya adalah:
CaCO3 + 2 HCl  CaCl2 +H2 + CO2. (gas).
Hidrolisis karbonat menghasilkan tanah alkali:
CaCO3 + H2O  Ca+2 + HCO—3 + OH—
Tanah berkapur adalah100 persen jenuh basa. Basa dapat di tukar ini juga bereaksi
dengan air dan dengan hidrolisis menghasilkan OH-- .

3.3.3 Peranan Hidrogen dapat Tukar dan Basa dapat Ditukar dalam Tanah yang Sedikit
Asam dan Alkali
Pelapukan mineral dalam tanah dapat menyumbangkan basa yang terakumulasi
sebagai karbonat untuk menjaga sistem karbonat. Kelembaban tanah adalah udic dapat
kehilanagan karbonat. Hidrogen dapat tukar meberikan H+ ke larutan tanah melalui
dissosiasi dari pertukaran sebagai berikut.
Misel H+ H+
pH tanah disebabkan oleh pengaruh kompetisi dissosisi hidrogen dapat ditukar dan
produksi OH— dari hidrolisis basa dapat ditukar dalam tanah berkisar dari alakali ringan
sampai acidic ringan.
Selama pencucian terus menerus dan pH tanah menurun, kapasitas tukar kation
menurun, sebagian besar disebabkan reduksi muatan yang tergantung pH bahan organik.

3.3.4 Peranan Aluminium dalam Tanah Acidic Sedang sampai Kuat


Apabila liat montmorrilonite di cuci dengan asam, akan menjadi 100 persen jenuh
oleh basa, aluminium keluar dari struktur liat dan mengisi tempat kation dapat ditukar.
Hirolisa Al+3 dalam larutan menghasilkan H+ sebagai berikut:
Al+3 + H2O  AlOH+2 + H+
Hidroksi ion Al mungkin diabsorbsi kembali untuk pertukaran dan sebaliknya dapat juga
dihidrolisa:
Al(OH)+2 + H2O Al(OH)2+1 + H+
Hidroksi Al

3.3.5 Peranan Pyrit dan Asam Sulfur dalam Tanah-tanah Acidic yang Sangat Berat
Di daerah pantai, dimana rawa-rawa yang bergaram dan tanah digenangi serta
jenuh air sepanjang waktu. Bakteri mereduksi sulfur menghasilkan sulfida (H2S).
Sebagian besar tanah ini berisi pirit(FeS2) dan besi tersedia.

3.3.6 Ringkasan pH Tanah


Telah ditandai bahwa pH tanah tertentu cenderung dikaitkan dengan suatu
kumpulan bagian kondisi tanah. Tanah dengan pH 8 dan di atasnya biasanya didominasi
oleh hidrolisa karbonat dan mereka terutama dikembangkan dari bahan induk yang
berkapur.
Tanah berkapur yang karbonatnya selalu tercuci, jenuhan basanya 100 persen.
Dianggap bahwa bahan-bahan induk yang akan feldspor dan mika, liatnya menjadi 2:1
dan pH akan menjadi sekitar 8. Pelapukan ringan yang lebih lanjut merupakan ciri bagi
Alfisol dibandingkan ciri bagi Monisol. Keasaman mungkin cukup untuk menyebabkan
keberadaan hidroksi aluminium. Sejumlah ion hidrogen dalam larutan tanah disebabkan
oleh hidrolisa hidroksi aluminium. Liat terutama 2:1, tetapi achlorisasi (liat 2:1:1)
ditandai oleh gibbsite dianatara lapisan-lapisan.

3.3.7 Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi pH Tanah


Sejumlah kecil faktor-faktor lain yang mempengaruhi pH tanah kurang mendapat
perhatian. Sulfur merupakan hasil sampingan dalam industri gas. Hal ini kadang-kadang
merupakan penyebab keasaman tanah pada tanah-tanah sekitarnya sebagai suatu akibat
dari pembentukan asam sulfur. Asam mitrit dalam jumlah yang kecil merupakan satu
komponen alami dari hujan.
Satu servey keasaman hujan telah dikelola oleh 1.6000 siswa sekolah menengah
atas pada bulan Maret 1973. Banyank pengamatan kurang dari 3,5 dilaporkan untuk
Chicago, New York, Clereland, Boston dan Los Angles. Curah hujan normal mempunyai
pH sekitar 5,6. Sebuah peta Masar survey ini memperlihatkan penyebaran keasaman
hujan di Amerika Serikat.

3.4 ARTI pH TANAH


Penelitian-penelitian telah memperlihatkan bahwa kosentrasi aktual H+ atau OH— tidak
begitu penting, kecuali dalam lingkungan yang ekstrim. Hal ini merupakan kondisi yang
berkaitan dari suatu nilai pH tertentu yang terpenting.

3.4.1 Hubungan ketersedian Unsur Hara dan pH


Pengaruh tersebar yang umum dari pH terhadap pertumbuhan tanaman adalah
pengaruhnya terhadap ketersedian unsur hara. pH tanah dihubungkan dengan persentase
kejenuhan basa. Jika kejenuhan basa kurang dari 100 persen, suatu peningkatan pH
dikaitkan dengan suatu peningkatan jumlah kalsium dan magnesium di dalam larutan
tanah, sebab mereka biasanya merupakan basa dapat diukur yang dominan. Penelitian
telah menunjukan bahwa ada hubungan peningkatan pertumbuhan tanaman dan dengan
peningkatan pH atau persentase kejenuhan basa.

3.4.2 Pengaruh pH pada Organisme Tanah


Kebutuhan pH bagi sejumlah organisme penyebab penyakit dapat digunakan oleh
pengelola tanah sebagai suatu cara untuk mengendalikan penyakit. Mempertahankan
tanah tetap masam untuk mengendalikan busuk akar pada kentang. Penyakit dampingoff
dalam pembibitan dikendalikan dengan mempertahankan pH 5,5 atau kurang. Organisme
mengikat nitrogen juga akan dihambat bila pH kurang dari 5,5. Keterbatasan pH pada
perombakan bahan organik. Kemasaman tanah yang tinggi juga telah memperlihatkan
hambatannyaterhadap cacing tanah di dalam tanah. Peter Farb menghubungkan suatu
kejadian yang menarik diman pH tanah berpengaruh baik terhadap cacing tanah maupun
aktivitas mole.

3.4.5 Pilihan pH bagi Tanaman


Dalam studi diperlihatkan bahwa pertumbuhan arbei yang tidak baik terjadi bila
kejenuhan kalsium melebihi 10 persen, umumnya hal ini berarti tanah mempunyai
kejenuhan basa dan pH yang sangat rendah.
Kenyataan tanaman yang membutuhkan pH tanah spesifik membutuhkan
kebutuhan untuk dapat mengubah pH bagi pertumbuhan yang berhasil pada banyak
tanaman.

3.5 PERUBAHAN pH TANAH


Terdapat dua pendekatan untuk menjamin tanaman akan tumbuh tanpa hambatan yang
berarti dari tanah yang tidak sesuai: 1) tanaman dapat dipilih (diseleksi) yang akan tumbuh
baik pada pH yang sudah ada; atau 2) pH tanah dapat diubah sesuai dengan keinginan
tanaman. Pemilihan untuk mengubah pH tanah akan diselidiki pertama kali.

3.5.1 Keuntungan Pengapuran


Keuntungan pengapuran tergantung pada kondisi/keadaan tanah dan tanaman.
Pada Mollisol, kejenuhan aluminium kecil atau sama sekali tidak jenuh dan tidak ada
bahaya keracunan aluminium. Karena itu, pengapuran tidak akan menghasilkan
keuntungan dengan mengurangi jumlah aluminium dalam larutan. Tetapi , sejumlah
tanaman (seperti alfalfa) dapat memperoleh keuntungan yang berasal dari meningkatnya
fikson nitrogen sebagai akibat peningkatan pH dan ketersedian kalsium. Sebaliknya,
keuntungan utama pengapuran pada Oxisol adalah tidak aktifnya aluminium dan mangan
di dalam larutan tanah, yang menurunkan atau mencegah keracunan aluminium dan
mangan.

3.5.2 Kebutuhan Kapur bagi Tanah-tanah dengan Status Basa Rendah dan Muatan
Tergantung pH yang Tinggi
Apabila kejenuhan aluminium dapat ditukar melebihi 60 persen daripada
kapasitas tukar kalium efektif, jumlah aliminium dalam larutan meningkat denagn nyata.
Jumalh kapur yang dianjurkan dikaitkan dengan jumlah aluminium dapat ditukar,
sehingga ketidak aktifan aluminium nampak merupakan keuntungan utama pengapuran.
Berat mili ekivalen dari satu (1) mili ekivalen CaCO3 dengan:

Berat molekul = 100 gram = 50 gram = berat ekivalen


Valensi 2

50 gram = 0,05 gram per meq CaCO3


1000

Pada beberapa tanah terjadi juga keracunan aluminium dalam subsoil yang
membatasi pertumbuhan akar dan pengambilan air. Tanah kering yang sebagian
merupakan penyebab kurangnya akar subsoil. Masalah ini sukar untuk dipecahkan, sebab
pengapuran yang berlebihan lapisan permukaan tanah, agar supaya sebagian kapur
berpindah kebawah, dapat menimbulkan keracunan mikro-nutrien atau defesiensi dan
mengurangi pertumbuhan tanaman.
3.5.3 Kebutuhan kapur Tanah Berstatus Basa rendah dengan Muatan yang Tinggi
Dua keuntungan utam pengapuran tanah berstatus basa rendah dengan muatan
yang tinggi adalah prngaturan pH dan peningkatan kejenuhan basa. Pada dasaranya hal
ini berarti penurunan yang nyata hidrogen dapat ditukar, yang merupakan sumber utama
keasaman dan suatu peningkatan ketersedian kalsium. Di dalam tanah ini, terdapat suatu
hubungan pH dan kejenuhan basa atau kejenuhan hidrogen untuk geografi yang luas
dimana tanah mempunyai kondisi mineral sama, terjadi suatu hubungan yang umum.
Di Michigan sebelah selatan data dari ribuan contoh tanah dianalisa dan untuk
tanah mineral hubungan sebagai berikut:
pH x 24 =187 – 0,3 (CEC) – persen kejenuhan H.
Dapat dilihat bahwa pH dikaitkan dengan kejenuhan basa 85 persen (dianggap
kapasitas kation 13). Pada 50 persen kejenuhan H dan kejenuhan basa, pH adalah 5,5.
Keadaan ini disebabkan H dapat ditukar di adsorbsi kurang kuat terhadap Micell daripada
basa dapat ditukar dimana divalen kalsium dan magnesium lebih banyak menguasai.
Kebutuhan kapur untuk 2.000.000 pon are potongan/irisan akar adalah:

0,2275 pon kapur (CaCO3) = x pon CaCO3


100 pon tanah 2.000.000 pon tanah
x = 4.500 pon.

Hal yang sama, untuk 2.000.000 kilogram potongan akar untuk satu hektar, kebutuhan
kapur atau CaCO3 4.500 kilogram.

3.5.4 Peranan Kapasitas Tukar Kation dalam Perubahan pH Tanah


Dengan menggunakan persamaan yang menghubungkan pH dengan kejenuhan
basa, seseorang menemukan bahwa pada pH 5,5, tanah yang mempunyai kapasitas tukar
kation dua kali lebih banyak mempunyai kejenuhan basa 53 persen dibandingkan dengan
50 untuk tanah dengan kapasitas kation 13. Berarti kosentrasi H+ yang sama dalam
larutan tanah (pH sama) dihasilkan hanya dengan perbedaan persentase H atau kejenuhan
basa yang tidak begitu jelas. Hasil ini menentukan kebutuhan kapur hampir dua kali lebih
besar.
Kemasaman tanah mempunyai dua komponen: 1) H+ aktif atau larutan H+, dan
2)Kemasaman yang mampu tertukar atau tersedia. Kedua bentuk ini cenderung dianggap
seimbang, sehingga satu perubahan pada salah satunya menghasilkan satu perubahan
pada lainnya.

3.5.5 Uji Tanah untuk Menentukan Kebutuhan Kapur


Dalam menguji tanah di laboratorium untuk menentukan satu pengukuran
langsung kapur yang dibutuhkan dengan menggunakan larutan buffer. Larutan buffer
dengan pH 7,5 dicampur dengan sejumlah tanah yang diketahui. Depresi pH dari 7,5 (pH
larutan buffer) menjadi pH campuran larutan buffer dan tanah merupakan satu ukuran
keasaman total.
Untuk memperoleh kebutuhan kapur dari tabel yang menghubungkan pH tanah
dengan tekstur (digunakan sebagai indikasikapasitas tukar kation) dengan kapur yang
dibutuhkan.

3.5.6 Bentuk Kapur


Secara kimia, kapur adalah CaO, tetapi perluasan arti kata kapur untuk
menetralisir keasaman tanah. Batu kapur merupakan satu bentuk karbonat kapur dengan
komponen utamanya CaCO3 dan MgCO3. Bentuk oksida CaO, dihasilkan oleh
pemanasan kalsium karbonat dan melepaskan karbon dioksida. Reaksi CaCO3 dalam
menetralisir keasaman tanah adalah sebagai berikut:
Misel H+
+ 2 CaCO3 + 3 H2O
Al+3

Ca+2
Misel + 2 H2CO3 + Al (OH)3
Ca+2

H2O CO2
Berdasarkan beratnya kapur mempunyai perbedaan kapasitas untuk menetralisir.
Nilai penetralisiran bahan kapur berdasarkan 100 persen kalsium karbonat murni. Bila 56
gram kalsium dioksida dibasahi, mereka bereaksi dengan 18 gram air untuk mebentuk 74
gram kapur hidratasi, mereka bereaksi dengan 74 gram kalsium dioksida murni dan 56
gram kalsium oksida murni semuanya berisi jumlah kalsium yang sama.
Kekuatan menetralisir bentuk kapur berbeda dalam keadaan murni ditentukan
oleh berat molekulnya. Berat molekul kalsium hidroksida 74 dan kalsium oksida 56.
3.5.7 Ukuran Partikel Batu Kapur
Batu kapur yang lebih halus yang menyebar, lebih cepat terlarut dan lebih mudah
dapat dicampur dengan tanah. Secara umum disarankan agar diperoleh batu kapur yang
diberikan, kehalusannyasedang. Sehingga yang diberikan satu agak murah sedikit. Batu
kapur tersebut di atas akan menjadi salah satu yang akan melewati saringan 8 mesh.
Fraksi-fraksi 8- 20 mesh dan yang lebih besar tidak efektif dalam meningkatkan pH tanah
asam.

3.5.8 Metoda dan Waktu Pemberian Kapur


Keperluan yang terpenting dari setiap metoda pemberian kapur adalah bahwa
kapur halus disebarkan kecuali bila diterapkan di padang rumput. Kapur, sama seperti apa
yang terlarut, bergerak horizontal tanpa terasa dan bergerak terbatas secara vertikal.
Pergerakan tidak cukup untuk menyebarkan kapur secara merata di lapang, atau untuk
menyebarkan kapur secara sempurna dengan tanah.
Hanya satu cara pencampuran dengan kapur yang sempurna dengan tanah adalah
bersamaan dengan pengerjaan pengolahan tanah.

3.5.9 Pengasaman Tanah


Sulfur secara perlahan diubah menjadi asam sulfiril sehingga perubahan ph tanah
menurun secara bertahap beberapa bulan atau dalam tahun. Berat mili ekivalen sulfur
adalah 0,16 gram, dan 320 pon sulfur setiap are irisan alur are atau 320 kilogram untuk
2.000.000 kilogram lapisan bajak dari satu hektar berdasarkan teori akan meningkatkan
keasamaan yang mampu atau tertukar atau hidrogen yang mampu bertukar sama dengan
satu mili ekivalen setiap ratus gram tanah.
3.5.10 Pengelolaan pH Tanah Berkapur
Beberapa juta are tanah adalah berkapur terdapat di daerah arid tanah di dataran-
dataran yang dapat tergenang dan baru-baru ini dataran-dataran sekitarnya danau.
Tanaman yang tumbuh di tanah-tanah berkapur kadang-kadang kekurangan besi,
mangan, seng, tembaga dan boron.
Sorgum mungkin defisiensi besi, tetapai alfalfa tidak akan difisiensi besi bila
ditanaman pada tanah yang berkapur yang sama. Varietas dari jenis yang sama dapat
menunjukan perbedaan yang luar biasa pada toleransinya terhadap kosentrasi yang dapat
menghancuri beberapa unsur atau kehilangan unsur-unsur hara tertentu dari tanah.
Karena tanah berkapur secara praktis tidak dapat diubah, seleksi tanaman dan pemupukan
dengan unsur-unsur yang difisiensi merupakan satu-satunya jalan keluar yang umum
yang dijalankan untuk menumbuhkan beberapa tanaman pada tanah yang berkapur.

3.5.11 Kebutuhan Gypsum Tanah-tanah Sodik


Tanah-tanah sodik adalah tanah-tanah non solin dicirikan oleh sekitar 15% atau
lebih natrium yang tertukar. Kebutuhan gypsum merupakan jumlah gypsum yang
dibutuhkan untuk menurunkan kejenuhan natrium sampai tingkat tertentu untuk jumlah
tanah tertentu.
Untuk setiap mili ekivalen natrium yang mampu tertukar per100 gram tanah,
menghendaki 0,086 gram gypsum (CaCO42H2O) dihitung sebagai berikut:
Berat molekul gypsum = 172 gram = 0,086 gram gypsum
Valensi x 1.000 2.000
Untuk lapisan bajak seberat 2.000.000 pon setiap mili ekivalen natrium yang
mampu tertukar membutuhkan:
0,086 pon gypsum = x pon gypsum
100 pon tanah 2.000.000 pon tanah
x = 1,720 pon gypsum setiap are irisan melintang menurut alur.

3.6 PENGARUH PENGGENANGAN TERHADAPSIFAT KIMIA TANAH


Tanah yang beraerasi naik, atsmofer tanah berisi oksigen yang disuplai secara berlimpah
bagi respirasi mikrobadan perombakan bahan organik.

3.6.1 Reaksi Oksidasi dan Reduksi yang Dominan


Tanah-tanah yang tergenang dengan penyedian bahan organik siap dirombak yang
baik, mungkin kehabisan oksigen dalam waktu satu hari. Dalam keadaan tidak cukup
oksigen, akseptor elektron lain mulai berfungsi tergantung pada kemampuannya menarik
elektron-elektron. Nitrat dikurangi pertama kali, diikuti oleh campuran mangaan,
campuran fero-sulfat dan terakhir sulfit. Reaksi seperti berikut: reduksi ke arah kanan dan
oksidasi kearah kiri:
1) 2NO3- +12H+ + 10 e- N2 + 6 H2O
2) MnO2 + 4H+ + 2 e- Mn+2 + 2H2O
3) Fe(OH)3 + e- Fe(OH)2 + 2OH-
4) SO4 + H2O + 2- SO3-2 + 2 OH
5) SO3-2 + 3H2O + 6 e- S-2 + 6 OH-

3.6.2 Perubahan pH Tanah


Dari reaksi reaksi yang baru terjadi, terdapat suatu peningkatan hidroksil berasal
dari reduksi besi ferri, sulfat dan sulfit. Pada beberapa tanah sawah, besi merupakan
akseptor yang berlimpah; reduksi besi cenderung menebabkan kenaikan pH tanah.
Produksi Co2 berakibat pada reduksi besi. Pengaruh menyeluruh dari reaksi ini membuat
pH tanah sawah bergerak ke arah netral. Akibatnya beberapa tanah sawah cenderung
mempunyai hara tersedia yang diharapkan sesuai dan tidak membutuhkan kapur.
Kenaikan pH tanah yang sanagt asam cukup untuk menurunkan keracunan karena
aluminim.

You might also like