You are on page 1of 3

profesi, profesional, profesionalisme,

profesinalisasi dan profesionalitas

Posted Kam, 19/02/2009 - 19:35 by Nurita Putranti

Masih adakah profesionalitas dalam bekerja? Jadi benar2


melaksanakan pekerjaan dengan sepenuh hati. Sebelum melanjutkan
omelan2 ini, sebaiknya saya paparkan sedikit perbedaan profesi,
profesional, profesionalisme, profesinalisasi dan profesionalitas. Ini
bukan definisi saya pribadi tapi dari berbagai sumber.

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut


keahlian atau keterampilan dari pelakunya.

Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau


pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang
tinggi. Hal ini juga pengaruh terhadap penampilan atau performance
seseorang dalam melakukan pekerjaan di profesinya.

Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi


untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.

Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang


membuat seseorang atau kelompok orang menjadi profesional.

Profesionalitas merupakan sikap para anggota profesi benar2


menguasai, sungguh2 kepada profesinya.

Kenapa saya berikan penjelasan singkat ttg 5 istilah di atas?


Karena terus terang saya sendiri sering mendengar n menyebut kata2
itu tapi bingung juga apa beda atau pengertian yang
sebenarnya,hehehehe…

Kembali ke omelan2..

Pernah mendengar istilah 1. karena keluarga mendapat


pekerjaan? atau istilah 2. karena pekerjaan mendapat keluarga? bagi
saya kalimat kedua lah yang sebaiknya kita lakukan. Maksudnya gini,
kalimat pertama mengandung makna Ka Ka eN. Biasalah minta bantu
om, tante, sepupu, kakek, cucu *ups! ngaco* pokoknya begitulah,
karena ada bantuan dari orang2 terdekat sehingga kita bisa
mendapatkan suatu pekerjaan. Parahnya lagi kalau ternyata kita *yang
kerja krn dibantu klrg* tidak dapat bekerja secara profesional. Bikin
malu!

Beda jauh dengan kalimat kedua, dengan usaha sendiri secara


jujur bisa mendapatkan pekerjaan dan setelah bekerja ada kenalan2
baru yang otomatis menambah silaturahmi n akrab bagaikan keluarga.
Nikmat bukan?!

Masih ada saja di kantor yang karyawannya tidak bekerja secara


profesional dengan berbagai sebab. Yang lucunya mereka *oknum*
memandang seseorang berdasarkan anak siapa, keturunan mana, dll.
Uh, capek banget gaul dengan mereka yang punya pikiran gitu. Hari
gini masih aja bawa2 nama keluarga. Lagipula gak penting anak siapa,
yang penting kamu bisa kerja atau tidak? Saya pernah ketemu kasus
begini, ada bawahan yang ternyata anak pejabat tingkat tinggi. Nah
atasan nya itu malah lebih tunduk kepada bawahannya karena takut
embel2 anak pejabat tadi. Takut dilaporkan ke bapak si bawahan kalo
dia *atasan* tidak “baik2” ke bawahannya. GILEEEEEEEEEEEEE…! ntah
gimana masa depan kantor tersebut.
Persoalan like/dislike juga menjadi persoalan dalam dunia kerja.
Memang karakter dan sifat orang berbeda. Kadang ada yang cocok
dan tidak. Wajar lah, namanya juga manusia. Untuk mengerjakan
proyek tertentu dipilih2 orang yang satu “aliran” walo orang tersebut
blm tentu bisa mengerjakan proyek. Masih ada orang lain yang lebih
pantas untuk mengerjakan proyek, tp karena satu dah lain hal shg
orang itu tidak dilibatkan.

Dari gambaran umum di atas, kadang shock melihat hal yang


tidak seharusnya terjadi. Tapi memang terjadi. Nyata! Hal di atas tidak
terjadi di seluruh kantor, hanya kantor2 tertentu saja.

Semestinya ini bukannya sesuatu yang mengherankan, semakin


tua, kita semakin bijaksana. Kita hidup dan belajar, dan salah satu
yang kita pelajari adalah menyeimbangkan emosi dan akal. Tetapi,
pelajaran ini biasanya tenggelam, terkikis karena kadang2
bertentangan dengan tugas dan kerjanya realita.

Mengapa orang perlu profesionalitas dalam menjalankan


pekerjaan? Yaaa..Karena tuntutan masyarakat inign mendapatkan
pelayanan yang semakin meningkat mutunya untuk hasil yang lebih
baik. Setiap profesi harus bisa menyesuaikan dengan permintaan
masyarakat agar tidak “ditinggalkan”.

Wallahu’alam

• Nurita Putranti's blog


• Silakan login atau daftar dulu untuk mengirim komentar

You might also like