Professional Documents
Culture Documents
JANGKA MENENGAH
TAHUN 2004 - 2009
MAKALAH
Disusun Oleh :
DALI
NPM : 103402263
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
3.1. Kesimpulan 15
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera,
Jumlah penduduk miskin justru lebih besar dari target awal. Indonesia bahkan
kemiskinan. Hal itu terungkap dalam diskusi tentang tiga tahun pelaksanaan
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik yang dikutip GAPRI, jumlah
penduduk miskin tahun 2007 mencapai 37,17 juta jiwa atau 16,68 persen dari total
penduduk miskin dari 16,66 persen (36,10 juta jiwa) tahun 2004 menjadi 8,9
Ini adalah salah satu kajian yang sangat menarik karena kita sebagai mahasiswa
dituntut juga untuk membantu dalam menghadapi masalah ini. Dan bagaimanapun
dan kemungkinan apapun bisa saja terjadi, namun bila kita menyikapinya secara
baik, paling tidak masalah hidup kita secara pribadi dapat teratasi sekian rupa
dengan pola pikir kita yang dinamis. Sehingga akhirnya saatnya terjun di dunia
PENDAHULUAN
bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat
Supaya mahasiswa dapat lebih memahami terhadap situasi ekonomi yang mana
sekarang menjadi topik hangat dan dilema luar biasa bagi seluruh dunia. Paling
rencana pembangunan di negara kita. Diharapkan pula makalah ini dapat menjadi
berikut :
2. Siap kah Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dalam Persaingan Global?.
BAB II
PEMBAHASAN
nasional yang baru mengantikan model perencanaan dan kebijakan lama. Muara
itu, MPR juga tidak lagi memiliki kewajiban untuk menetapkan GBHN.
penyelenggaraan otonomi daerah dengan kewenangan yang lebih luas, nyata dan
Melalui UU Nomor 25 tahun 2004, bangsa Indonesia memasuki era baru dalam
berjalan
secara efektif, efisien, dan bersasaran dalam rangka mewujudkan tujuan negara
Penduduk (SP) 1990 dan 2000, jumlah penduduk Indonesia 179,4 juta jiwa dan
206,3 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun pada
periode 1990-2000, lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk periode 1980-
penduduk Indonesia masih:akan meningkat sekitar 3 sampai 4 juta jiwa per tahun.
Hal ini disebabkan belum terkendalinya angka kelahiran pada tahun 1970- an,
sehingga terjadi peningkatan jumlah penduduk pasangan usia subur yang relatif
diperkirakan 5,6 anak per wanita usia reproduksi, dan saat ini telah turun lebih 50
persen menjadi 2,6 anak per wanita (Survei Demografl dan Kesehatan Indonesia-
pasangan usia subur pada tahun 1980-an. Pada tahun 1971, angka prevalensi
persen, tahun 1987 menjadi 48 persen, tahun 1997 menjadi 57 persen, dan tahun
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi
keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini
kita abaikan.
Adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah
angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73
juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta
orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment
Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini
tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus
meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan
perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi
selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu
alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan
Kenyataan ini belum menjadi kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk kembali
memperbaiki kesalahan pada masa lalu. Rendahnya alokasi APBN untuk sektor
menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat terhadap
perbaikan kualitas SDM. Padahal sudah saatnya pemerintah baik tingkat pusat
maupun daerah secara serius membangun SDM yang berkualitas. Sekarang bukan
sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi
Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah bangsa yang tidak
pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang tidak
bekerja,yaitu :
1. hambatan cultural.
3. pasar kerja
Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja.
Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya
Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM
dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa
rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh
bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha.
dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina
Perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi yang akan dihadapi bangsa Indonesia
berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih
rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk
yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik
yang kondusif.
sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol
telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer)
Tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari
seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari
antara lain melalui: TV, radio, media cetak dan lain-lain. Dengan jaringan
belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh KFC, Hoka Hoka Bento,
Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif
perdagangan dan persaingan menjadi semakin ketat dan fair. Bahkan, transaksi
Dengan kegiatan bisnis korporasi (bisnis corporate) di atas dapat dikatakan bahwa
globalisasi mengarah pada meningkatnya ketergantungan ekonomi antarnegara
dikemukakan bahwa globalisasi secara hampir pasti telah merupakan salah satu
Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan isu kunci
dan tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan
saing yang tinggi niscaya produk suatu negara, termasuk produk Indonesia, tidak
dapat mengancam posisi pasar domestik. Dengan kata lain, dalam pasar yang
Indonesia tidak dapat ditunda tunda lagi dan sudah selayaknya menjadi perhatian
berbagai kalangan, bukan saja bagi para pelaku bisnis itu sendiri tetapi juga bagi
aparat birokrasi,
Realitas globalisasi yang demikian membawa sejumlah implikasi bagi
saing ekonomi. Daya saing ekonomi akan terwujud bila didukung oleh SDM yang
handal. Untuk menciptakan SDM berkualitas dan handal yang diperlukan adalah
kualitas SDM yang unggul baik dalam kapasitas penguasaan IPTEK maupun
sikap mental, sehingga dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang
dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu dimensi daya saing dalam SDM
semakin menjadi faktor penting sehingga upaya memacu kualitas SDM melalui
pendidikan.
Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah
sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal ini
missalocation of human resources. Pada era sebelum reformasi, pasar tenaga kerja
cenderung memasuki dunia kerja yang bercorak konglomeratif yaitu mulai dari
sektor ekonomi yang justru bukannya memecahkan masalah ekonomi, tapi malah
kesenjangan ekonomi. Hal ini terjadi karena visi SDM terbatas pada struktur pasar
yang sudah ada dan belum sanggup menciptakan pasar sendiri, karena kondisi
makro ekonomi yang memang belum kondusif untuk itu. Di sinilah dapat disadari
dibutuhkan oleh struktur bangsa yang dapat memperkuat kemandirian bang sa.
Pada era reformasi yang terjadi barulah relatif tercipta reformasi politik dan belum
struktural seperti telah diuraikan di atas. Sistem politik multipartai yang telah
kekuasaan.
Dengan demikian, pada era reformasi dewasa ini, alokasi SDM masih belum
memang telah tercipta sejak pemerintahan masa lalu. Sementara di sisi lain
liberalisasi perdagangan model AFTA, APEC dan WTO dalam rangka untuk apa?
pelbagai kondisionalitas yang tercipta akibat globalisasi, maka yang akan terjadi
sumberdaya alam yang tak terolah dan buruh yang murah. Sehingga yang terjadi
link and match mendapat tempat sebagai sebuah strategi yang mengintegrasikan
pembangunan ekonomi dengan pendidikan. Namun sayangnya ide link and match
pendidikan belum ditunjang oleh kualitas kurikulum sekolah yang memadai untuk
menciptakan lulusan yang siap pakai. Yang lebih penting dalam hal ini adalah
sumberdaya yang dimiliki, yakni kayanya sumberdaya alam (SDA). Kalau strategi
ini tidak diciptakan maka yang akan terjadi adalah proses pengulangan kegagalan
teknologi, dan manajemen asing. Sebab SDM yang diciptakan dalam kerangka
Bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan SDA, memiliki posisi wilayah
yang strategis (geo strategis), yakni sebagai negara kepulauan dengan luas laut 2/3
dari luas total wilayah; namun tidak mampu mengembalikan manfaat sumber
kekayaan yang dimiliki kepada rakyat. Hal ini karena strategi pembangunan yang
meskipun andaikata bangsa ini juga telah mampu menciptakan SDM yang
kualifaid terhadap semua level IPTEK, namun apabila kebijakan ekonomi yang
diciptakan tidak berbasis pada sumberdaya yang dimiliki (resources base), maka
Oleh karena itu harus ada shifting paradimn, agar proses pembangunan mampu
mendorong terbentuknya berbagai keahlian yang bisa mengolah SDA dan bisa
semakin memandirikan struktur ekonomi bangsa. Supaya visi tersebut pun terjadi
penguatan masyarakat lokal. Karena untuk apa SDM diciptakan kalau hanya akan
2. faktor nonekonomi.
diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal,
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan
tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat
dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang
melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan
mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan jika tidak didukung sumber daya
juga tidak akan tercapai tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi. Demikian pula
4,5 persen sampai 6,0 persen. Pertumbuhan ekonomi sebesar itu diperkirakan
hanya dapat menyerap angkatan kerja baru sekitar satu sampai satu setengah juta
pekerja saja.
Pada masa lalu, setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen mampu menyerap
sekitar 400.000 pekerja. Namun, pada saat ini diperkirakan hanya mampu
kerja baru setiap tahun bertambah 2,5 juta orang. Dengan jumlah penduduk yang
diperkirakan masih bertambah dari 207 juta jiwa pada tahun 2004 menjadi 220
juta jiwa pada tahun 2009, diperkirakan tingkat pengangguran pada tahun 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi,
http://www.bappenas.go.id